You are on page 1of 11

KEPADATAN DAN POLA DISTRIBUSI GASTROPODA DI SEKITAR

TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) DESA TUNGKAL I


TANJUNG JABUNG BARAT

Gustri RAHAYU¹), Afreni HAMIDAH2) dan Winda Dwi KARTIKA2)


Email: gustri_rahayu@ rocketmail.com
1)
Alumni Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi
2)
Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi

Abstract. Dencity and distribution patterns of Gastropod research was conducted in


march- april 2014 at the fish auction room (TPI), Tungkal I village, West Tanjung
Jabung. This research aims to found dencity and distribution patterns of Gastropod at
TPI Tungkal I village, West Tanjung Jabung. The site for this research divided into 3
station. There were 2 line transect along 60 m with the space of each transects was 10
m in each Each station. Each transect were consist of six plots of 1m x 1m with the
space of plots was 5 m. The parameters of research are dencity and distribution patterns
of Gastropod. Environmental parameters measured include temperature, pH, salinity,
and the type of substrate. Based on the results of the research, it is found 208
individuals of 15 species and 5 families of gastropods. Gastropod dencity based on
family were Potamididae family (8,76 ind/m2), Littorinidae (3,26 ind/m2), Ellobiidae
(2,66 ind/m2), Neritidae (1,66 ind/m2), and Muricidae (1,00 ind/m2). Then, from the
results of this research was concluded that the highest gastropod dencity were from
Potamididae family and the lowest gastropod dencity were from Muricidae family. The
distribution patterns of three stations were clustering and similar.
Key words: distribution, Gastropod, dencity, West Tanjung Jabung.
Abstrak. Penelitian kepadatan dan pola distribusi Gastropoda dilakukan pada bulan
Maret-April 2014 di sekitar Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Desa Tungkal I Tanjung
Jabung Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepadatan dan pola distribusi
Gastropoda di sekitar TPI Desa Tungkal 1 Tanjung Jabung Barat. Lokasi penelitian
dibagi menjadi 3 stasiun. Masing-masing stasiun dibuat 2 transek garis sepanjang 60 m
dengan jarak antar transek 10 m. Setiap transek terdiri dari 6 plot berukuran 1 m x 1 m
dengan jarak antar plot 5 m. Parameter yang diteliti meliputi kepadatan dan pola
distribusi Gastropoda. Parameter lingkunganyang diukur meliputi suhu substrat, pH
substrat, salinitas, dan jenis substrat. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan
Gastropoda sebanyak 208 individu dari 15 jenis dan 5 famili. Kepadatan Gastropoda
berdasarkan famili adalah sebagai berikut: famili Potamididae (8,76 ind/m2),
Littorinidae (3,26 ind/m2), Ellobiidae (2,66 ind/m2), Neritidae (1,66 ind/m2), dan
Muricidae (1,00 ind/m2). Diperoleh kesimpulan bahwa kepadatan Gastropoda tertinggi
berasal dari famili Potamididae dan kepadatan terendah dari famili Muricidae. Pola
distribusi Gastropoda pada ketiga stasiun adalah mengelompok dan seragam.

Kata kunci : distribusi, Gastropoda, kepadatan, Tanjung Jabung Barat.

1
PENDAHULUAN penting. Kepadatan dapat dijadikan indikator
perubahan kondisi lingkungan dan dasar
Gastropoda merupakan kelompok untuk mengetahui kemungkinan
hewan invertebrata bertubuh lunak yang kelangsungan hidup dan keterancaman
berjalan dengan kaki perut dan umumnya keberadaan biota di alam. Kepadatan populasi
memiliki cangkang. Hewan ini umum dikenal di suatu daerah juga dapat dipengaruhi oleh
dengan keong atau siput. Secara ekologis pola distribusi dari populasinya.
Gastropoda memiliki peranan penting Beberapa penelitian mengenai
berkaitan dengan rantai makanan komponen kepadatan dan pola distribusi Gastropoda
biotik di ekosistem mangrove, karena yang telah dilakukan antara lain pada
disamping sebagai pemangsa detritus, mangrove di Pantai Cermin Kecamatan
Gastropoda berperan dalam memperkecil Serdang Sumatera Utara oleh Tanjung
serasah yang jatuh (Pramudji, 2001:17). (2012:03) ditemukan 10 jenis dengan
Secara ekonomis Gastropoda dapat dijadikan kepadatan 22,75 ind/m², didominasi oleh
sebagai bahan industri, perhiasan, bahan dasar Telescopium telescopium dengan pola
kosmetik, obat-obatan, pakan ternak dan distribusi merata. Di kawasan mangrove
bahan pupuk. Beberapa jenis Gastropoda Segara Anakan Cilacap, Pribadi (2009:05)
memiliki nilai gizi tinggi untuk dikonsumsi mendapatkan 19 jenis Gastropoda dengan
(Purwaningsih, 2012:39 ; Leimena, 2007:73). kepadatan 15,71 ind/m², didominasi oleh
Gastropoda dapat menempati berbagai Neritalineata dengan pola distribusi
tipe habitat, salah satunya adalah ekosistem mengelompok dan acak.
mangrove. Ekosistem mangrove adalah Penelitian mengenai Gastropoda di
ekosistem yang terdapat di sepanjang pesisir kawasan mangrove Provinsi Jambi khususnya
pantai yang masih dipengaruhi oleh pasang di Tanjung Jabung Barat masih sedikit
surut air laut dengan jenis substrat berlumpur. dilakukan. Penelitian yang terkait tentang
Menurut Fachrul (2007:139) ekosistem keanekaragaman Gastropoda di sekitar TPI
mangrove mempunyai fungsi yang sangat Desa Tungkal 1 Tanjung Jabung Barat
penting karena selain sebagai tempat dilakukan oleh Nurrudin (in press 2014) dan
berlindung dan berkembangbiak bagi untuk melengkapi data tersebut, penulis
berbagai jenis biota, juga berfungsi tertarik melakukan penelitian mengenai
mengurangi gejala alam seperti abrasi pantai, “Kepadatan dan Pola Distribusi Gastropoda di
intrusi air laut, ombak, dan angin kencang. Sekitar Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Desa
Salah satu kawasan yang mewakili Tungkal 1 Tanjung Jabung Barat ”.
ekosistem mangrove di Provinsi Jambi adalah
di sekitar Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Desa MATERI DAN METODE
Tungkal 1 Tanjung Jabung Barat. Gastropoda PENELITIAN
oleh masyarakat sekitar sudah dimanfaatkan
untuk dikonsumsi maupun dijual. Gastropoda Penelitian dilakukan pada bulan Maret-
perlu diperhatikan mengingat fungsinya April 2014. Penelitian ini merupakan
dalam keseimbangan ekosistem mangrove. penelitian deskriptif kuantitatif dengan teknik
Permasalahan saat ini, sebagian kawasan di pengambilan sampel adalah purposive
sekitar TPI Desa Tungkal 1 Tanjung Jabung sampling. Sampel diambil dari 3 stasiun yang
Barat telah diubah menjadi pemukiman dan berbeda yaitu stasiun 1 (daerah tepi laut),
jalan menuju pelabuhan. Pembangunan yang stasiun 2 (daerah pertengahan), stasiun 3
terus dilakukan mengakibatkan pengurangan (daerah lebih ke arah daratan). Masing-
luas habitat alami dan makanan bagi biota masing stasiun dibuat 2 garis transek
mangrove termasuk Gastropoda. Hal ini dapat sepanjang 60 m dengan jarak antar transek 10
berdampak pada kepadatan dan pola distribusi m. Setiap transek terdiri dari 6 plot dengan
Gastropoda. ukuran 1 m x 1 m dan jarak antar plot adalah
Kepadatan dan pola distribusi 5 m.
Gastropoda merupakan informasi yang
1
Pengambilan sampel Gastropoda
dilakukan saat kondisi surut dan tidak hujan. Kesimpulan :
Sampel yang berada diatas substrat maupun < 1 : penyebaran jenis individu bersifat
yang menempel pada akar mangrove (berada seragam/merata
didalam plot) diambil seluruhnya. Sampel = 1 : penyebaran jenis individu bersifat
Gastropoda di setiap plot dihitung jumlahnya acak
kemudian diawetkan menggunakan alkohol >1 : penyebaran jenis individu bersifat
70% dan dimasukkan ke kotak sampel. mengelompok
Sampel Gastropoda diidentifikasi dengan
menggunakan jurnal Jutting (1956), Poutiers HASIL DAN PEMBAHASAN
(1998), Houbrick (1991), dan Karyanto, dkk.,
(2004). Setiap stasiun juga diambil data Kepadatan Gastropoda
lingkungan, seperti suhu, pH, salinitas, dan Berdasarkan data lapangan, total
jenis substrat. keseluruhan Gastropoda yang ditemukan di
Analisis data yang digunakan adalah sekitar TPI Desa Tungkal 1 Tanjung Jabung
sebagai berikut : Barat sebanyak 208 individu dari 15 spesies
a. Kepadatan yang termasuk dalam 5 famili yaitu
Kepadatan adalah jumlah individu per Potamididae, Littorinidae, Ellobiidae, Neri-
satuan luas. Kepadatan dihitung dengan tidae, dan Muricidae. Kepadatan Gastro- poda
menggunakan pendekatan menurut Brower per famili disajikan pada Tabel 1.
dkk. (1990:81) dengan rumus:
Tabel 1. Kepadatan Gastropoda Per Famili

No. Famili Ki (ind/m2)


Keterangan: 1 Potamididae 8,75
Ki = Kepadatan individu jenis ke-i (ind/m2)
2 Littorinidae 3,26
Ni = Jumlah individu jenis ke-I (ind)
3 Ellobiidae 2,66
A =Luas total area pengambilan sampel (m2)
4 Neritidae 1,66
b. Kepadatan relatif 5 Muricidae 1,00
Keterangan: Ki : Kepadatan (ind/m2)

Gastropoda dari famili Potamididae


Keterangan:
memiliki kepadatan total tertinggi di lokasi
KRi = Kepadatan relatif individu jenis ke-i
penelitian diikuti oleh famili Littorinidae ,
Ni = Kepadatan individu jenis ke- i
Ellobiidae, Neritidae, dan paling rendah dari
∑N = Total kepadatan individu semua jenis
famili Muricidae. Kepadatan relatif
Gastropoda per famili ditampilkan pada
c. Pola distribusi
diagram berikut (Gambar 1).
Pola distribusi dihitung dengan
menggunakan indeks Morisita (Brower dkk.,
1990 dalam Siddik, 2001:23) :
9,58% 5,77% Potamididae
15,35% Littorinidae
Keterangan: 50,49%
Ellobiidae
= Indeks morisita 18,81% Neritidae
n = Jumlah satuan pengambilan contoh Muricidae
(jumlah kuadrat)
N = Total jumlah individu
= Total dari kuadrat jumlah individu jenis Gambar 1. Diagram Kepadatan Relatif Gastropoda Per
i dalam kuadrat Famili

2
Famili Potamididae (Gambar 2)
tertinggi kepadatannya karena merupakan
Gastropoda penghuni asli hutan mangrove
yaitu Gastropoda yang sebagian besar waktu
hidupnya dihabiskan di hutan mangrove,
sehingga frekuensi kehadirannya tinggi dan
memiliki kisaran toleransi yang tinggi
terhadap perubahan faktor lingkungan di
ekosistem mangrove (Budiman, 1991 dalam
Rustam, 2003:10). Selain itu anggota famili
ini memiliki ukuran cangkang yang relatif Gambar 3. Contoh anggota Famili Potamididae
(Chicoreus capucinus)
besar dan tebal sehingga dapat melindungi
dari predator dan tidak mudah terbawa arus
ketika pasang. Hal ini sejalan dengan hasil Kepadatan Gastropoda yang
penelitian Hadiputra (2011:7) di Hutan ditemukan di sekitar TPI Desa Tungkal 1
Mangrove Sendang Biru, Malang Selatan Tanjung Jabung Barat yaitu 17,33 ind/m2.
yang mendapatkan bahwa famili Potamididae Kepadatan total Gastropoda pada 3 stasiun
merupakan famili yang memiliki kepadatan penelitian berturut-turut dari tinggi ke rendah,
tertinggi, diikuti oleh famili Littorinidae, dan stasiun III (7,08 ind/m2), stasiun II (5,92
Neritidae. ind/m2), dan stasiun I (4,33 ind/m2).
Perbedaan kepadatan Gastropoda di setiap
stasiun berkaitan dengan kondisi lingkungan
pada masing-masing stasiun. Stasiun III
memiliki kepadatan tertinggi karena vegetasi
mangrove berupa paku laut (Acrostichum sp)
lebih rapat dan teduh sehingga Gastropoda
dapat terhindar dari predator. Gastropoda di
stasiun I memiliki kepadatan terendah diduga
disebabkan oleh kondisi habitat yang terbuka
karena akan dibangun PLTA dan telah banyak
aktifitas manusia.
Gambar 2. Contoh anggota Famili Potamididae Kepadatan jenis Gastropoda tertinggi
(Telescopium telescopium) di stasiun I yaitu pada jenis Telescopium
mauritsi (Gambar 2) yaitu 1,42 ind/m2 dengan
Famili Muricidae (Gambar 3) persentase 32,67 %. Kondisi habitat pada
memiliki kepadatan total terendah karena stasiun ini juga sangat cocok untuk
merupakan Gastropoda pengunjung dalam kehidupannya, hal ini berkaitan dengan jenis
ekosistem mangrove, yaitu Gastropoda yang substrat liat berdebu pada stasiun I yang kaya
secara tidak sengaja ada di ekosistem akan unsur hara sebagai sumber makanannya.
mangrove, sehingga frekuensi kehadiran dan Sejalan dengan pendapat Kusrini (1988)
jumlah individu lebih melimpah di luar dalam Rangan (2010:66), bahwa Telescopium
ekosistem mangrove daripada di dalam sp lebih menyukai daerah yang berlantai
ekosistem mangrove (Budiman, 1991 dalam lumpur terbuka dengan genangan air di
Rustam, 2003:10). Anggota famili Muricidae sekitarnya yang kaya akan sisa-sisa bahan
sebagian besar hidup di laut atau daerah yang organik berupa detritus. Faktor lingkungan
berbatasan langsung dengan laut dengan jenis berupa salinitas di stasiun I yaitu 26 ppt
substrat yang berpasir, sedangkan jenis mendukung keberadaan jenis ini,
substrat pada lokasi penelitian adalah liat dan Kepadatan terendah pada stasiun I
liat berdebu. yaitu 0,08 ind/m2 atau 1,92 % ditemukan pada
jenis Nerita balteata dan Neritina cornucopia.
Pada lokasi penelitian, jenis ini ditemukan

3
menempel pada batang mangrove dan serasah jenis C. capucinus dapat disebabkan karena
di permukaan substrat. Miralka (2006:43) jenis tersebut merupakan pengunjung dalam
menyatakan bahwa famili Neritidae menyukai hutan mangrove. Habitat sebenarnya adalah
lingkungan teduh dengan banyak vegetasi daerah substrat berpasir dan pecahan karang
mangrove. Hal inilah yang menyebabkan mati sehingga kemungkinannya jenis ini
jenis ini memiliki kepadatan terendah di secara tidak sengaja berada dalam ekosistem
stasiun I karena kondisi habitat pada stasiun mangrove.
ini merupakan lahan terbuka dan sedikit Cerithidea obtusa memiliki kepadatan
vegetasi mangrove. tertinggi pada stasiun III yaitu 2,67 ind/m2
Kepadatan tertinggi di stasiun II yaitu dengan kepadatan relatif mencapai 37,65 %.
1,25 ind/m2 atau 21,13 % ditemukan pada Jenis C. obtusa juga merupakan penghuni asli
jenis Littoraria melanostoma. Jenis ini ekosistem mangrove dari famili Potamididae
banyak ditemukan menempel pada batang dan dan mendominasi komunitas tersebut,
daun mangrove. Cangkang L. melanostoma sehingga lebih mampu beradaptasi pada hutan
berukuran kecil dan tipis, cangkang berwarna mangrove. Cerithidea obtusa sebagian besar
terang putih kehijauan hampir sama dengan ditemukan merayap di permukaan substrat
warna batang dan daun mangrove. Warna ini (epifauna). Menurut Poutiers (1998:450) C.
dapat membantu beradaptasi untuk obtusa juga biasa ditemukan di akar dan
perlindungan dari pemangsaan, karena pangkal batang mangrove. Diduga
menurut Hartoni dan Agussalim (2013:10), karakteristik stasiun III yang memiliki
Gastropoda yang memiliki struktur cangkang vegetasi lebih rapat dan teduh dengan substrat
yang tipis sangat rentan terhadap pemangsaan yang tidak terlalu berair dapat mendukung
predator. kehidupan jenis ini. Jenis ini ditemukan pada
Tingginya kepadatan L. melanostoma ketiga stasiun dengan jumlah yang relatif
diduga karena kondisi habitat pada stasiun II banyak, meskipun kondisi lingkungan
yang lebih mendukung kehidupannya. Letak berbeda-beda.
stasiun ini lebih ke arah daratan namun masih Kepadatan terendah di stasiun III
terpengaruh pasang surut air laut. Vegetasi ditemukan pada jenis Ellobium aurisjudae
mangrove lebih beragam dibandingkan yaitu 0,08 ind/m2 dengan kepadatan relatif
stasiun lainnya, sehingga selain menyediakan hanya sebesar 1,18 %. Jenis ini tidak
tempat hidup dan berlindung, juga ditemukan pada stasiun lainnya dan hanya
menyediakan banyak sumber makanan bagi ditemukan 1 individu di dekat genangan air.
jenis ini. Hal ini sesuai dengan pendapat Hasil penelitian Simanungkalit (2013) di
Rusnaningsih (2010:17) bahwa Littoraria Kawasan Konservasi Perairan Hutan
melanostoma berasosiasi dengan vegetasi Mangrove Kota Pariaman Sumatera Barat
mangrove dan juga merupakan pemakan menunjukkan bahwa jenis E. aurisjudae
mikroflora yang ada di kulit kayu dan daun banyak ditemukan di dekat perairan dengan
mangrove. substrat yang mengandung persentase fraksi
Kepadatan terendah di stasiun II pasir yang tinggi. Jenis substrat pada stasiun
dijumpai pada jenis Chicoreus capucinus, III yaitu liat berdebu dengan fraksi pasir lebih
yaitu 0,08 ind/m2 atau 1,41 % dari tinggi dibanding stasiun lainnya sehingga
keseluruhan jenis yang ditemukan pada jenis ini dapat ditemukan meskipun
stasiun ini. Jenis ini termasuk dalam jumlahnya sangat sedikit.
kelompok Gastropoda pengunjung dan diduga Kepadatan Gastropoda di sekitar TPI
hadir ke ekosistem mangrove dengan terbawa Desa Tungkal 1 Tanjung Jabung Barat yaitu
arus karena ekosistem tempat hidupnya 17,33 ind/m2 masih rendah jika dibandingkan
berbatasan langsung dengan ekosistem di lokasi lain seperti di kawasan mangrove
mangrove. Kemungkinan jenis substrat yang Pantai Cermin Kecamatan Serdang Sumatera
lunak berupa liat pada lokasi penelitian Utara oleh Tanjung (2012:3) yang
kurang disukai jenis ini. Menurut Rustam mendapatkan kepadatan Gastropoda sebesar
(2003:50), rendahnya kehadiran Gastropoda 22,75 ind/m2. Hal ini disebabkan lokasi
4
penelitian di sekitar TPI Desa Tungkal 1 Berdasarkan hasil perhitungan indeks
Tanjung Jabung Barat yang telah mengalami morisita, dapat diketahui bahwa Gastropoda
perubahan kondisi lingkungan dan penurunan di lokasi penelitian memiliki pola distribusi
luas habitat alami bagi Gastropoda akibat yang mengelompok dan seragam. Setiap jenis
aktifitas manusia serta pembangunan yang Gastropoda memiliki pola distribusi yang
dilakukan. Selain itu menurut Sirante berbeda pada lokasi pengambilan sampel di
(2012:11), kerapatan vegetasi mangrove sekitar TPI Desa Tungkal 1 Tanjung Jabung
memberikan pengaruh yang signifikan (nyata) Barat. Pada plot tertentu ditemukan
terhadap kepadatan Gastropoda. melimpah, sedangkan di plot yang lain sangat
sedikit kehadirannya bahkan tidak ditemukan.
Pola Distribusi Gastropoda Menurut Montana (2004) dalam Riniatsih
Pola distribusi merupakan pola (2009:52), habitat akan berpengaruh secara
penyebaran jenis dalam suatu komunitas di langsung maupun tidak langsung terhadap
ekosistem. Ada 3 bentuk pola distribusi pola penyebaran Gastropoda karena
individu dalam populasi, yaitu acak, Gastropoda mempunyai batas toleran tertentu.
mengelompok, dan seragam. Dari hasil Gastropoda pada lokasi penelitian
analisis data, pola distribusi setiap jenis yang terdistribusi secara mengelompok adalah
Gastropoda di ketiga stasiun pengamatan di Cerithidea obtusa, C. cingulata, Telescopium
sekitar TPI Desa Tungkal 1 Tanjung Jabung mauritsi, T. telescopium, Littoraria
Barat berdasarkan perhitungan indeks melanostoma, L. scabra, Neritina violacea,
morisita dapat dilihat pada Tabel 2. Stramonita gradata, dan Cassidula aurisfelis.
Distribusi terjadi secara mengelompok karena
Tabel 2. Pola Distribusi Gastropoda habitatnya menyediakan sumber makanan
Indeks yang cukup, sehingga tidak terjadi kompetisi
No. Spesies morisita Pola distribusi dan jumlah melimpah meskipun sumber
(id)
makanan sama. Selain itu, faktor lingkungan
1 Cerithidea obtusa 2.07 Mengelompok
seperti suhu, pH, salinitas juga dalam kisaran
2 Cerithidea alata 0.50 Seragam optimal sehingga mendukung kehidupan
Cerithidea
3
cingulata 1.20
Mengelompok Gastropoda. Menurut Suin (2003:50) faktor
Telescopium lingkungan tidak persis sama walaupun
4 Mengelompok
mauritsi 1.26 berdekatan, demikian juga dengan
Telescopium ketersediaan makanan bagi hewan di sana dan
5 Mengelompok
telescopium 2.00
Littoraria hal ini ikut menentukan mengapa hewan
6 Mengelompok
melanostoma 1.75 kebanyakan hidup berkelompok.
7 Littoraria conica 0.80 Seragam Mengelompoknya Telescopium sp
8 Littoraria scabra 1.20 Mengelompok berhubungan dengan ketersediaan makanan.
9 Nerita balteata Seragam Telescopium sp menyerap bahan organik dari
0.00
10 Neritina violacea Mengelompok
substrat. Jenis ini menyukai daerah lumpur
1.11
Neritina
basah yang kaya akan bahan organik. Jenis
11 Seragam substrat pada lokasi penelitian berupa liat dan
cornucopia 1.40
12 Stramonita gradata 0.00 Mengelompok liat berdebu cocok untuk kehidupan jenis ini.
Chicoreus Menurut Hardjowigeno (2007:45), substrat
13 Seragam
capucinus 1.87 liat mempunyai luas permukaan yang lebih
Cassidula
14
aurisfelis 0.00
Mengelompok besar sehingga kemampuan menahan air dan
Ellobium menyediakan unsur hara tinggi.
15 Seragam
aurisjudae 0.33 Jenis Cerithidea obtusa, C. cingulata,
Keterangan : – : Tidak ditemukan Gastropoda Neritina violacea, dan Cassidula aurisfelis
id : Indeks morisita
id < 1 = Seragam/merata ,
merupakan pemakan serasah mangrove dan
id=1 =Acak, juga menyerap bahan organik substrat. Jenis
id > 1 = Mengelompok Littoraria melanostoma dan L. scabra
banyak ditemukan menempel pada akar,
5
batang dan daun pohon mangrove. Menurut (Odum, 1993). Jenis Gastropoda yang
Rusnaningsih (2010:17), jenis-jenis ini terdistribusi secara seragam pada lokasi
merupakan Gastropoda pemakan mikroflora penelitian adalah Chicoreus capucinus,
yang ada di kulit batang, akar, dan daun Cerithidea alata, Littoraria conica, Nerita
mangove. Sehingga jenis-jenis ini dapat di balteata, Neritina cornucopia, dan Ellobium
temukan dalam jumlah melimpah pada aurisjudae.
kondisi lingkungan yang lebih rapat vegetasi Jenis C. capucinus merupakan
mangrove terutama di stasiun II dan III. Gastropoda pengunjung, habitat yang
Ketersediaan makanan yang melimpah disukainya adalah substrat keras seperti pantai
menyebabkan jenis ini dapat hidup bersama berbatu atau hamparan pecahan karang. Jenis
atau ditemukan mengelompok. C. capucinus merupakan Gastropoda predator
Pola distribusi Gastropoda di lokasi yang cenderung hidup soliter (sendiri)
penelitian cenderung mengelompok. Hal ini (Ayunda, 2011:41). Lokasi penelitian dengan
diduga berkaitan dengan perilaku hidup dan substrat lunak yaitu liat dan liat berdebu serta
kepentingan hidup. Hidup berkelompok makanan berupa kerang dan teritip sangat
sangat wajar karena Gastropoda akan terbatas menyebabkan jenis ini berkompetisi
memilih lingkungan tempat hidup yang paling dan memisahkan diri untuk mendapatkan
sesuai, baik sesuai dengan faktor fisika makanan, sehingga ditemukan dalam jumlah
maupun kimia tanah, serta maupun sedikit. Jenis Ellobium aurisjudae
ketersediaan makanan. Hal ini dapat terlihat terdistribusi seragam karena jenis ini
dari komposisi jenis yang berbeda pada menyukai habitat perairan dengan jenis
masing stasiun, ada yang mendominansi di substrat berpasir (Simanungkalit, 2013),
salah satu stasiun penelitian saja. sehingga jenis ini ditemukan dalam jumlah
Cara hidup hewan yang berkelompok sedikit (hanya di stasiun III) dengan jenis
menunjukkan kecenderungan yang kuat untuk substrat liat namun memiliki persentasi fraksi
berkompetisi dengan hewan yang lain pasir lebih tinggi dibandingkan stasiun
terutama dalam hal makan. Kebiasaan makan lainnya.
dan sumber makanan bagi Gastropoda Jenis Cerithidea alata, L. conica, N.
berbeda-beda untuk setiap jenis dan balteata, dan N. cornucopia terdistribusi
dipengaruhi oleh pola adaptasi terhadap secara seragam disebabkan karena terjadi
lingkungannnya. Sifat berkelompok ini kompetisi dalam mendapatkan makanan
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain dengan jenis lainnya. Jenis Littoraria conica
kondisi lingkungan, tipe substrat, kebiasaan merupakan Gastropoda yang ditemukan
makan dan cara bereproduksi menempel pada batang mangrove. Jenis-jenis
(Alfitriatussulus, 2003:27). Menurut Odum ini tidak menyukai pasang tinggi sehingga
(1993), pola distribusi mengelompok terjadi antar jenis maupun sesama jenis berkompetisi
akibat pengumpulan individu-individu yang untuk mendapatkan makanan dan tempat
disebabkan: (a) tanggapan perubahan cuaca berlindung dari pasang. sehingga individu
harian dan musiman, (b) tanggapan perbedaan memisahkan diri dan hanya terdapat pada plot
habitat setempat, (c) akibat dari proses yang ada vegetasi dengan jumlah individu
reproduksi, dan (d) akibat dari daya tarik sedikit.
sosial. Pola distribusi suatu jenis dapat sama
Distribusi seragam terjadi pada maupun berbeda-beda antar stasiun penelitian.
kondisi lingkungan cukup seragam di seluruh Ada jenis yang memiliki pola distribusi
area dan ada kompetisi yang kuat antar mengelompok pada masing-masing stasiun
individu anggota populasi dalam penelitian, ada pula jenis yang memiliki pola
mendapatkan makanan yang terbatas dan seragam pada salah satu stasiun dan pola
tempat berlindung (Indriyanto, 2006:83). mengelompok pada stasiun lainnya. Menurut
Kompetisi yang kuat akan mendorong McNaughton dan Larry (1990:141), suatu
terjadinya pembagian ruang yang sama, pola distribusi tertentu tidak selalu merupakan
sehingga individu cenderung memisahkan diri karakteristik dari suatu jenis tertentu, tetapi
6
merupakan refleksi dari interaksi antara Parameter lingkungan di lokasi
adaptasi individu dan pola habitatnya, penelitian tidak memperlihatkan perbedaan
terutama distribusi dari faktor-faktor yang signifikan pada setiap stasiun dan masih
pembatasnya. Interaksi di antara jenis bukan dalam kisaran normal untuk ekosistem
faktor tunggal yang berperan sendiri tetapi mangrove dan optimal bagi Gastropoda di
bersama-sama faktor lingkungan lainnya, dalamnya. pH substrat yang didapat di tiap
seperti respons untuk mendapatkan cahaya, pengukuran pada 3 stasiun penelitian relatif
penyebaran makanan dalam komunitas, dan sama yaitu berkisar 6,56-6,92. Kisaran
respons terhadap variasi musiman seperti tersebut menunjukkan bahwa pH substrat
suhu. mendekati netral. Menurut Pennak (1988)
Pola distribusi Gastropoda yang dalam Wijayanti (2007:15) pada umumnya
ditemukan pada lokasi penelitian adalah Gastropoda penghuni mangrove dapat hidup
mengelompok dan seragam. Hal ini juga sama pada pH berkisar antara 5,7-8,4.
dengan penelitian Silaen (2013:96) di hutan Suhu berperan dalam proses
mangrove Teluk Awur Jepara, dari 16 spesies metabolisme seperti respirasi. Suhu substrat
Gastropoda yang ditemukan, 14 jenis pada stasiun I berkisar antara 26-29°C,
memiliki pola distribusi yang bersifat stasiun II 28-29°C, dan stasiun III 28-29°C.
mengelompok sedangkan 2 jenis lainnya Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan
bersifat seragam. Sedangkan Rusnaningsih Hidup (Kepmen LH) Tahun 2004 mengenai
(2012:19) mendapatkan pola distribusi baku mutu air laut, batasan suhu normal pada
Gastropoda di Hutan mangrove Pangkal Babu ekosistem mangrove berkisar 28-32°C dan
Tanjung Jabung Barat bersifat mengelompok. diperbolehkan terjadi perubahan < 2°C. Hal
Perbedaan pola distribusi juga ini menunjukkan bahwa suhu di sekitar TPI
dipengaruhi oleh faktor fisika, kimia Desa Tungkal I masih memenuhi standar
lingkungan. Gastropoda akan menempati baku mutu air laut untuk biota pada kawasan
habitat yang sesuai untuk kehidupannya, mangrove.
seperti suhu pada kisaran 28-32°C. Hal ini Salinitas merupakan ciri khas perairan
sesuai dengan pendapat Suryanto dan Utojo pantai atau laut yang membedakannya dengan
(1993) dalam Tanjung (2012:5) yang air tawar. Salinitas berpengaruh terhadap
menyatakan bahwa kisaran suhu optimum habitat dan komunitas yang menghuninya.
untuk mendukung kehidupan Gastropoda Salinitas pada 3 stasiun berbeda-beda yaitu
berkisar antara 28-32°C. Selain itu salinitas stasiun I (26 ppt), stasiun II (26 ppt) dan
juga dapat mempengaruhi penyebaran stasiun III (22 ppt). Salinitas ini tergolong
organisme. Suatu kawasan dengan salinitas dalam polyhalin (salinitas tinggi) (Setyawan
tertentu didominasi oleh suatu jenis tertentu dkk., 2002:21). Hal ini karena lokasi
terkait dengan tingkat toleransi jenis tersebut penelitian merupakan kawasan mangrove
terhadap salinitas yang ada (Nybakken, 1988). yang dekat dengan laut, dipengaruhi pasang
surut air laut dan saat pengukuran belum
Faktor Lingkungan turun hujan selama beberapa hari.
Hasil pengukuran parameter Salinitas pada setiap stasiun penelitian
lingkungan seperti suhu substrat, pH substrat, masih pada kisaran toleransi untuk
salinitas, dan jenis substrat yang dijadikan kelangsungan hidup Gastropoda mangrove
sebagai faktor penunjang pada setiap stasiun karena menurut Hong dan Hoang (1993:9)
penelitian dapat dilihat pada Tabel 3. salinitas yang baik untuk kawasan mangrove
Tabel 3. Faktor Lingkungan di Stasiun Penelitian adalah 22-26 ppt. Hogart (1999) dalam
No Lokasi Suhu pH Salinitas Jenis Pratikto (2006:208) menyatakan bahwa
(ºC) (ppt) Substrat
1 Stasiun 1 26-29 6,56 26 Liat salinitas yang berfluktuasi antara 15 – 35 ppt
Berdebu masih dapat ditoleransi oleh Gastropoda.
2 Stasiun 2 28-29 6,92 26 Liat Substrat merupakan tempat
3 Stasiun 3 28-29 6,84 22 Liat perlindungan dan mencari makan. Jenis
substrat stasiun I yaitu liat berdebu terdiri dari
7
0,55% pasir, 45,8% debu, 53,60% liat. Foth Saran
(1994:24) menyatakan bahwa substrat liat Disarankan adanya perlindungan
berdebu memiliki kapasitas terbesar untuk ekosistem mangrove di sekitar TPI Desa
menahan air. Jenis substrat stasiun II adalah Tungkal 1. Hasil penelitian ini juga
liat terdiri dari 2,05% pasir, 39,40% debu, diharapkan dapat dijadikan materi tambahan
58,55% liat. Jenis substrat hampir mendekati dan informasi bagi mahasiswa biologi yang
liat berdebu karena konsentrasi pasir sangat tertarik untuk melakukan penelitian yang
sedikit. Tanah bertekstur liat mempunyai luas sejenis.
permukaan yang lebih besar sehingga
kemampuan menahan air dan menyediakan DAFTAR PUSTAKA
unsur hara tinggi (Hardjowigeno, 2007:45).
Substrat pada stasiun III juga berjenis Alfitriatussulus. 2003. Sebaran Moluska
liat yang terdiri dari 25,67% pasir, 26,57% (Bivalvia dan Gatropoda) di Muara
debu, 47,76% liat, namun stasiun ini memiliki Sungai Cimandiri Teluk Pelabuhan
kandungan pasir lebih banyak mencapai Ratu Sukabumi Jawa Barat. Skripsi,
25,67%, berbeda dengan stasiun I dan II yang Program Studi Manajemen Sumber
hanya 0,55% dan 2,05%. Menurut Daya Perairan, Institut Pertanian
Hardjowigeno (2007:45), pasir mempunyai Bogor.
permukaan lebih kecil sehingga sulit menahan
air dan unsur hara. Ayunda, R. 2014. Struktur Komunitas
gastropoda pada Ekosistem Mangrove
PENUTUP di Gugus Pulau Pari, Kepulauan
Kesimpulan Seribu, Skripsi, Program Studi
1. Kepadatan Gastropoda di sekitar TPI Desa Biologi, Universitas Indonesia.
Tungkal 1 Tanjung Jabung Barat yaitu :
17,33 ind/m2. Kepadatan Gastropoda Brower, J. E., Zar, J. H., dan End, C.N.V.
berdasarkan famili dari tinggi ke rendah 1990. Field and Laboratory Methods
yaitu famili Potamididae, Littorinidae, For General Ecology, Third Edition.
Ellobiidae, Neritidae, dan Muricidae. USA: Wm. C. Brown Publisher.
Kepadatan Gastropoda berdasarkan jenis
dari tinggi ke rendah yaitu Cerithidea Fachrul, F. M. 2007. Metode Sampling
obtusa, Cassidula aurisfelis, Telescopium Bioekologi. Jakarta: Bumi Aksara.
mauritsi, Littoraria melanostoma,
Cerithidea alata, C. cingulata, Littoraria Foth, H. D. 1991, Dasar-Dasar Ilmu Tanah,
conica, Littoraria scabra, Stramonita edisi-7, terjemahan E. D. Purbayanti,
gradata, Neritina violacea, N. cornucopia, Yogyakarta: Gadjah Mada University
Telescopium telescopium, Nerita balteata, Press.
Ellobium aurisjudae, dan Chicoreus
capucinus. Hardjowigeno, S. 2007. Ilmu Tanah. Jakarta:
2. Pola distribusi dari Gastropoda yang Akademia Pressindo.
diperoleh menunjukkan dua pola yaitu
seragam dan mengelompok. Jenis yang Hartoni dan Agussalim, A. 2013. Komposisi
seragam yaitu Cerithidea alata, Littoraria dan Kelimpahan Moluska (Gastropoda
conica, Nerita balteata, Neritina dan Bivalvia) di Ekosistem Mangrove
cornucopia, Chicoreus capucinus, dan Muara Sungai Musi Kabupaten
Ellobium aurisjudae. Jenis yang Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan.
mengelompok yaitu Cerithidea obtusa, C. Jurnal Ilmu Kelautan 5 (1): 6-15.
cingulata, Telescopium mauritsi, Littoraria
melanostoma, L. scabra, Neritina violacea, Hong, P. N., dan Hoang T. S. 1993.
Stramonita gradata, dan Cassidula Mangroves of Vietnam. Thailand:
aurisfelis. IUCN.
8
Poutiers, J. M. 1998. The Living Marine
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta : Resources of The Western Central
Bumi Aksara Pasific. FAO Species Identification
Guide for Fishery Purposes, 1(4):
Jutting, B. W. S. S. 1956. Systematic Studies 363-648.
on The Non- marine Molusca of
The Indo-Australian Archipelago. Pramudji. 2001. Ekosistem Hutan Mangrove
Trubia, 28(2): 259-477. dan Peranannya sebagai Habitat
Berbagai Fauna Aquatik. Oseana,
Karyanto, P. 2005. Materi Pembelajaran XXVI (4): 13-23.
Ekologi Hewan: Pola Diversitas
Komunitas Gastropoda Ekosistem Pratikto, I. 2006. Ekologi Perairan Delta
Mangrove Cilacap. Bioedukasi, 2 (1): Wulan Demak Jawa Tengah: Korelasi
23-28. Sebaran Gastropoda dan Bahan
Organik Dasar di Kawasan Mangrove.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Jurnal Ilmu Kelautan, 11 (4): 216 –
Hidup. 2004. Diakses tanggal 08 220.
Agustus 2014. Baku Mutu Air Laut
Untuk Biota Laut Nomor: 51 Tahun Pribadi, R. 2009. Komposisi Jenis dan
2004.http://www.academia.edu/37794 Distribusi Gastropoda di Kawasan
26/baku_mutu_air_laut. Hutan Mangrove Segara Anakan
Cilacap. Jurnal Ilmu Kelautan, 14 (2):
Leimena, H, E. 2007. Kepadatan, Biomassa, 102-111.
dan Pola Distribusi Keong Lola
(Trochus Niloticus) di Pulau Saparua, Purwaningsih, S. 2012. Aktivitas Antioksidan
Kabupaten Maluku Tengah. Jurnal dan Komposisi Kimia Keong Matah
Hayati, 12 (1): 73-78. Merah (Cerithidea obtusa). Jurnal
Ilmu Kelautan, 17 (1): 39-48.
McNaughton, S, J., dan Larry, L, W. 1990.
Ekologi Umum, Edisi Kedua, Rangan, J, K. 2010. Inventarisasi Gastropoda
terjemahan P. Sunaryono dan di Lantai Hutan Mangrove Desa Rap
Srigandono. Yogyakarta: Univers Rap Kabupaten Minahasa Selatan
itas Gadjah Mada Press. Sulawesi Utara. Jurnal Ilmu
Perikanan dan Kelautan, VI (1): 63-
Miralka, F. 2006. Sumber Variabilitas 66.
Moluska (Gastropoda dan Bivalvia)
Pada Ekosistem Mangrove di Riniatsih, I. 2009. Substrat Dasar dan
Kawasan Hutan Lindung Angke Parameter Oseanografi Sebagai
Kapuk, DKI Jakarta, Skripsi, Penentu Keberadaan Gastropoda dan
Departemen Sumber Daya Perairan, Bivalvia di Pantai Sluke Kabupaten
Institut Pertanian Bogor. Rembang. Jurnal Ilmu Kelautan, 14
(1): 50-59.
Nybakken, J, W. 1988. Biologi Laut Suatu
Pendekatan Ekologis, terjemahan H. Rusnaningsih. 2012. Struktur Komunitas
M. Eidman. Jakarta: PT. Gramedia. Gastropoda dan Studi Populasi
Cerithidea obtusa di Hutan Mangrove
Odum, E. P. 1993. Dasar-dasar Ekologi, Pangkal Babu, Kabupaten Tanjung
Edisi-3, terjemahan T. Samingan. Jabung Barat, Jambi, Tesis, Program
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Studi Biologi, Universitas Indonesia.
Press.

9
Rustam, A. 2010. Struktur Komunitas eam/handle/123456789/1547/JURNA
Bivalvia dan Gastropoda Keterkait- L.pdf.
annya dengan Karakteristik Ekosis-
tem Mangrove di Kaliori, Rembang, Wijayanti, H. M. 2007. Kajian Kualitas
Jawa Tengah, Tesis, Program Studi Perairan di Pantai Kota Bandar
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Lampung Berdasarkan Komunitas
Bogor. Hewan Makrobenthos, Tesis, Program
Studi Manajemen Sumber Daya
Setyawan, A. D., Susilowati, A., dan Sutarno. Pantai, Universitas Dipone-goro.
2002. Biodiversitas Genetik, Spesies,
dan Ekosistem Mangrove di Jawa.
Surakarta: Kelompok Kerja
Biodiversitas.

Siddik, J. 2011. Sebaran Spasial dan Potensi


Reproduksi Populasi Siput Gonggong
(Strombus turturella) di Teluk Klabat
Bangka-Belitung. Tesis, Program
Studi Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor.

Silaen, I, F. 2013. Distribusi dan Kelimpahan


Gastropoda pada Hutan Mangrove
Teluk Awur Jepara. Journal of
Management of Aquatic Resources,
2(3): 93-103.

Simanungkalit, V. 2014. Distribusi


Makrozobentos di Kawasan Konser-
vasi Perairan Hutan Mangrove Kota
Pariaman Sumatera Barat, Jurnal
Perikanan dan Ilmu Kelautan, I (1) :
1-6.

Sirante, R. 2011. Studi Struktur Komunitas


Gastropoda di Lingkungan Perairan
Kawasan Mangrove Kelurahan Lappa
dan Desa Tongke-Tongke, Kabupaten
Sinjai, Jurnal Ilmu Kelautan, I (3) : 1-
12.

Suin, N. M. 2003. Ekologi Hewan Tanah.


Jakarta: Bumi Aksara.

Tanjung, L. 2013. Diakses tanggal 17


September 2013. Kepadatan dan
Distribusi Gastropoda pada Mangrove
di Pantai Cermin Kecamatan Serdang
Bedagai Provinsi Sum atra Utara.
http://repository.unri.ac.id/xmlui/bitsr

10

You might also like