You are on page 1of 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes Melitus (DM) merupakan istilah kolektif pada gangguan

metabolism heterogen, temuan utamanya yaitu hiperglikemia kronis. Hal

tersebut terjadi karena gangguan sekresi insulin (Petersmann et al., 2019).

Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit gangguan metabolik

menahun ditandai dengan kadar glukosa darah plasma vena melebihi nilai

normal (GDP ≥ 126mg/dl dan / atau GDS ≥ 200 mg/dl) terjadi akibat kelainan

sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Seorang penderita diabetes

mellitus (DM) dengan usia 15 tahun ke atas mendapatkan pelayanan standar

selaku upaya pencegahan sekunder (INDONESIA, 2019). Ada dua tipe

diabetes melitus, yaitu Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) dan Non

Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Diabetes merupakan salah

satu masalah kesehatan dunia yang dapat mengakibatkan komplikasi sehingga

dapat mengubah hidup penderitanya (IDF, 2017).

Hasil survei yang dilakukan oleh IDF pada tahun 2017 menyebutkan

bahwa prevalensi kejadian diabetes di dunia pada rentang usia 20-79 tahun

adalah 8,8% dari total populasi 4,84 miliar orang yang berusia 20-79 tahun.

Itu artinya, dari 4,84 miliar orang yang berusia 20-79 tahun, 424,9 juta

diantaranya mengalami diabetes. Indonesia menempati peringkat keenam


terbanyak yang menderita diabetes di dunia setelah negara China, India,

Amerika, Brazil dan Meksiko (IDF, 2017).

Data penderita Diabetes Melitus (DM) di Provinsi Jawa Timur pada

Tahun 2021 pada pelayanan kesehatan di kabupaten/ kota sebanyak 867.257

kasus. Penderita Diabetes Melitus (DM) di Jawa Timur yang tertinggi yaitu

pada Kota Mojokerto sebesar 6.258 orang dan terendah pada Kabupaten

Probolinggo sebesar 11.538 orang (Dinkes Jatim, 2021).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri pada tahun

2020 penderita Diabetes Melitus (DM) sebanyak 15.308 orang (48%). Data

sebaran terbanyak penderita Diabetes Melitus (DM) di Kabupaten Kediri

yaitu pada Puskesmas Ngadiluwih (162,5%) Puskesmas Ngasem (155,3%),

Puskesmas Pagu (100%), Puskesmas Kunjang (86,8%), Puskesmas Ngadi

(84,9%), Puskesmas Wonorejo (72,9%), Puskesmas Plosoklaten (76%),

Puskesmas Puhjarak (74,7%), Puskesmas Pelas (63,1%), Puskesmas Sambi

(63,1%). Untuk deteksi dini Faktor Resiko yg di screning pada usia produktif

28.336 orang (19,9%). Penderita Diabetes Melitus (DM) jenis kelamin laki-

laki sebesar 6.594 orang (12,9%) dan 21.742 orang jenis kelamin perempuan

(23,8%). Upaya yang telah dilakukan Kabupaten Kediri untuk bisa

menscrening penderita DM adalah kegiatan Posbindu di desa. Berdasarkan

data, pada tahun 2020 terdapat 304 Posbindu dari 344 desa (91%).

Diharapkan tahun 2021 ada pengembangan Posbindu pada seluruh desa di

Kabupaten Kediri sehingga Standart Pelayanan Minimal untuk WNI usia 15

th sd 59 tahun bisa tertangani sesuai standart (100%)serta penyakit DM bisa


diketahui lebih dini dan segera bisa di tangani sesuai standart . Selain itu,

adanya advokasi ke desa diperlukan untuk penyediaan sarana prasarana

khususnya bahan habis pakai (Gula Darah, Kholesterol dan Asam Urat).

Selanjutnya, dilakukan sosialisasi kepada masyarakat dan tokoh masyarakat

untuk meningkatkan peran serta diharapkan bisa meningkatkan cakupan usia

Produktif (15 s.d 59 tahun ) (Dinkes Kediri, 2019).

Diabetes melitus biasanya berhubungan dengan kondisi stres yang

menyebabkan terjadinya peningkatan kadar gula darah yang tinggi faktor

stres yang dialami pasien menyebabkan kadar gula darah menjadi naik dan

mengakibatkanpengeluaran hormon epinefrin yang dapat menghambat sekresi

insulin,stres juga dapat mengaktifkan sistem. neuroendokrin dan sistem saraf

simpatis melalui hipotalamus pituitari-adrenal sehingga menyebabkan

pelepasan hormon-hormon seperti epinfrin, tiroid, kortisol glukagen yang

dapat mempengaruhi kadar gula darah didalam tubuh menjadi tinggi sehingga

terjadi hiperglikemia. masalah utama pada penyakit diabetes adalah

pengendalian kadar gula darah yang sangat tinggi dan tidak terkontrol

sehingga dapat menyebabkan ketahanan atau berkurangnya hormon insulin

yang dapat menyebabkan tubuh tidak dapat mengatur kadar gula darah

sehinga dapat mengakibatkan kefatalanseperti kematian pada setiap penderita

diabetes mellitus (Benteng,2014)

Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah menggunakan teknik

relaksasi otot progresif. Progressive muscle relaxation adalah suatu prosedur

untuk mendapatkan relaksasi pada otot melalui dua langkah, yaitu dengan
memberikan tegangan pada suatu kelompok otot, dan menghentikan tegangan

tersebut kemudian memusatkan perhatian terhadap bagaimana otot tersebut

menjadi rileks, merasakan sensasi rileks, dan ketegangan menghilang, selain

praktis gerakan-gerakannya pun mudah dilakukan mulai dari kepala sampai

ujung kaki. Relaksasi otot progresif ini mengarahkan perhatian pasien untuk

membedakan perasaan yang dialami saat kelompok otot dilemaskan.

Relaksasi otot progresif ini mengarahkan perhatian pasien untuk

membedakan perasaan yang dialami saat kelompok otot dilemaskan dan

dibandingkan dengan ketika otot dalam kondisi tegang, relaksasi otot

progresif bermanfaat untuk menurunkan resistensi perifer dan menaikkan

elastisitas pembuluh darah. Kondisi ini dapat memperbaiki alirah darah yang

ditunjukkan dengan ABI dalam rentang normal (Sucipto, 2014 dalam Shiela,

2016). Menurut Denis Farida, Handayani (2018) menyatakan bahwa relaksasi

otot progresif dapat menurunkan kadar gula darah, relaksasi otot progresif

memiliki peran mengelola sistem saraf simpatis dan parasimpatis yang dapat

menghambat proses glukogenesis, relaksasi otot progresif dilakukan dengan

memfokuskan atau memusatkan dengan memberikan kontraksi atau

ketegangan pada otot kemudian menghentikan ketegangan dengan

merilekskan otot sehingga tubuh menjadi lebih rileks dan dapat mencegah

terjadinya stres yang dapat mengakibatkan peningkatan kadar gula darah,

relaksasi otot progresif dapat dilakukan oleh semua orang dalam semua

kondisi terutama pada pasien diabetes melitus yang dapat menurunkan kadar

gula darah. Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka peneliti


berkeinginan untuk melakukan penelitian tentang pengaruh relaksasi otot

progresif terhadap penurunan kadar gula darah pada lansia dengan diabetes

melitus.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis merumuskan

masalah “Adakah pengaruh relaksasi otot progresif terhadap penurunan kadar

gula darah pada lansia dengan diabetes melitus?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh relaksasi otot progresif terhadap penurunan

kadar gula darah pada lansia dengan diabetes melitus.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi kadar gula darah sebelum dilakukan relaksasi otot

progresif pada lansia dengan diabetes melitus.

b. Mengidentifikasi kadar gula darah sesudah dilakukan relaksasi otot

progresif pada lansia dengan diabetes melitus.

c. Menganalisa pengaruh relaksasi otot progresif terhadap penurunan

kadar gula darah pada lansia dengan diabetes melitus.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan ilmu

keperawatan dalam mengembangkan asuhan keperawatan pada pasien


dengan dengan diabetes melitus yang berkaitan dengan aspek

psikologinya yang dapat mempengaruhi kadar gula darah.

2. Manfaat praktis

a. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan

1) Memberikan gambaran untuk mutu pendidikan keperawatan serta

sebagai dokumentasi untuk menambah koleksi perpustakaan.

2) Menambah wawasan dan pengetahuan untuk para pembaca di

perpustakaan tentang pengaruh relaksasi otot progresif terhadap

penurunan kadar gula darah pada lansia dengan diabetes melitus.

b. Manfaat Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan sebagai lataihan dalam meningkatkan

kemampuan melaksanakan penelitian keperawatan dan sebagai data

untuk melaksanakan penelitian keperawatan lebih lanjut tentang hal –

hal yang berkaitan dengan pengaruh relaksasi otot progresif terhadap

penurunan kadar gula darah pada lansia dengan diabetes melitus.

c. Manfaat Bagi Tempat penelitian

Diharapkan penelitian ini akan memberikan informasi dan alternatif

mengenai cara melakukan teknik relaksasi otot progresif sehingga

masalah pada pasien diabetes melitus dapat diatasi.

d. Manfaat Bagi Responden

Secara praktis akan memberikan alternatif mengenai cara melakukan

teknik relaksasi otot progresif sehingga sehingga penelitian ini akan


menjadi acuan untuk perawatan pasien diabetes melitus secara

mandiri.

DAFTAR PUSTAKA
Dinkes Kediri. (2019).

Profil_Kesehatan_Kabupaten_Kediri_Tahun_2020_Upload (2).

Dinkes Provinsi Jawa Timur. 2021. Profil Kesehatan. Dinkes Provinsi Jawa

Timur.

INDONESIA, P. K. (2019). Profil Kes Indo 2019. In Angewandte Chemie

International Edition, 6(11), 951–952.

https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-

indonesia/Profil-Kesehatan-indonesia-2019.pdf

Petersmann, A., Müller-Wieland, D., Müller, U. A., Landgraf, R., Nauck, M.,

Freckmann, G., Heinemann, L., & Schleicher, E. (2019). Definition,

Classification and Diagnosis of Diabetes Mellitus. Experimental and Clinical

Endocrinology and Diabetes, 127(Suppl 1), S1–S7.

https://doi.org/10.1055/a-1018-9078

You might also like