You are on page 1of 19

LAPORAN EKOLOGI TUMBUHAN

TEKNIK SAMPLING ANALISIS VEGETASI TANPA PLOT


[METODE TITIK SENTUH (POINT INTERCEPT METHOD)]

NAMA : Indahhul Mawaddah

NIM : 19031171

PRODI/KELAS : Pendidikan biologi / c

DOSEN : Irma Leilani Eka Putri,S.Si,M.Si

ASISTEN DOSEN : 1. Nandia

2. Rezki Maulana Putra

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
TEKNIK SAMPLING ANALISIS VEGETASI TANPA PLOT
[METODE TITIK SENTUH (POINT INTERCEPT METHOD)]

A. Tujuan
Menghitung nilai penting vegetasi semak belukar atau padang rumput

B. Waktu dan Tempat

Hari/Tanggal : Rabu/ 14 April ,2021


Pukul :07.00-09.40
Tempat : Koto Baru , Tanah Datar

C. Dasar Teori
Metode Teknik Analisis Vegetasi merupakan cara mempelajari dan
mengukur vegetasi secara kuantitatif. Banyak metode yang dapat dipakai
untuk Analisis Vegetasi agar dapat mengetahui jenis-jenis tumbuhan yang
mendominasi suatu areal. Dalam analisis vegetasi akan diketahui Indeks
Nilai Penting (INP) yang merupakan penggabungan dari Kerapatan
Relatif, Frekwensi Relatif dan Dominasi Relatif.Tumbuh-tumbuhan yang
dianalisis terdiri dalam berbagai tingkatan, baik itu berupa pohon maupun
tumbuhan herba atau penutup tanah. Kategori pohon di dalam hutan dapat
dibagi menjadi beberapa tingkatan misalnya: tingkat pohon, tingkat tiang,
tingkat sapihan dan tingkat semai.Pengetahuan tentang status suatu jenis
tumbuhan (terkait dengan kelangkaannya), dan komposisi jenis vegetasi pada
suatu wilayah adalah hal yang sangat penting untuk dijadikan sebagai
bahan pertimbangan dalam menentukan suatu kebijakan. Artinya, dari
data tersebut akan diketahui perlu tidaknya suatu jenis mendapatkan
perlindungan dan perlakuan khusus, sekaligus sebagai indikator kesesuain
lahan. ( Edi M. Jayadi,2015:87)
Kepentingan relatif spesies di area kajian ditentukan dengan menggunakan
Indeks Nilai Penting (INP) dari spesies-spesies yang menyusun vegetasi.
menggunakan serangkaian rumus-rumus berikut :
1. Dominansi
Dominasi mutlak setiap spesies
Dominansi Relatif (Dom.Rel) = x 100
dominansi mutlak seluruh spesies
%
2. Densitas
Densitas mutlak suatu spesies
Densitas Relatif (Den.Rel) = x 100%
densitas total seluruh spesies
3. Frekuensi
frekuensi mutlak suatu spesies
Frekuensi Relatif (Frek.Rel) = x 100%
frekuensi mutlak seluruh spesies
4. Indeks Nilai Penting (INP) = Den.Rel + Frek.Rel + Dom.Rel
(Miftahur Rizki,2019:32)
Metode ini cocok untuk komunitas tumbuhan bawah seperti rumput,
herba dan semak. Dalam pelaksanaannya di lapangan dapat digunakan alat
pembantu. Dengan mengangkat dan menyentuh pin yang terbuat dari kawat,
maka kita catat jenis yang tersentuh sehingga dominansi dari jenis tersebut.
Hal yang sama dapat dilakukan dengan alat b dengan cara memindahkan
alat tersebut pada plot tiap 10 cm, sehingga didapatkan dominansi dari
jenis-jenis yang disentuh. (Tim Penyusun Buku Ajar Ekologi Tumbuhan,
2006)
Teknik point intercept sampling sangat efektif untuk mengevaluasi
padang rumput dan tumbuhan rangeland dan juga telah digunakan untuk
menilai penutup kanopi pohon. Selain itu, metode ini tidak hanya dilakukan
di padang rumput terbuka dan semak - semak yang rendah tetapi juga dapat
digunakan di hutan Ini mungkin khususnya berguna untuk mengevaluasi
komunitas tanaman riparian yang sempit (Tiner, 2017: 261)
Metode ini dapat diterapkan dengan menggunakan kisi-titik
transparan dan setiap titik mewakili area sebuah kuadrat kecil . ini adalah
metode yang paling banyak digunakan untuk mengukur area kecil . ini
adalah metode yang paling banyak digunakan untuk mengukurarea kecil
pada peta . penutup , koloni jamur atau ganggang di bawah mikroskop , luas
selebaran daun atau area di bawah sebuah kurva.( D. muller,2016:94)
Metode titik potong (PT) (Elzinga et al. 2001), menggunakan enam
transek linier 20 m yang terletak secara sistematis (masing-masing 41 titik,
dipisahkan setiap 50 cm). Di setiap titik, sebuah batang berdiameter 5 mm
tertancap di tanah dengan sudut 90 °. Semua spesies tanaman, tanah
telanjang, lumut, serasah, dll., Yang menyentuh batang dicatat, meskipun
hanya data tanaman yang dipertimbangkan dalam analisis selanjutnya.
Spesies yang sama dicatat hanya sekali di setiap titik. Spesies dan tutupan
kelompok dihitung sebagai proporsi titik yang dicegat per
transek(alice:2014)
D. Alat dan Bahan

Alat
1. Point Frequency Frame
2. Gunting tanaman
3. Plastik
4. Buku acuan untuk mengidentifikasi tumbuhan

Bahan
1. Label

E. Cara Kerja

1. Memilih satu tegakan vegetasi yang akan diteliti, misalnya padang rumput.
2. Meletakkan bingkai pada lokasi berbeda yang dipilih secara acak dari area
kajian, minimal 5 lokasi.
3. Mencatat jenis yang tertusuk pertama kali oleh kawat setiap peletakkan
bingkai.
4. menentukan Frekuensi, Dominansi, Frekuensi Relatif, Dominansi Relatif dan
Nilai Penting masing-masing jenis
F. Hasil Pengamatan

Tabel hasil pengamatan

Peletakan 1 Peletakan 2 Peletakan 3 Peletakan 4 Peletakan 5


1. Axonopus compressus 1. Cyperus rotundus 1. Cyperus kyllingia 1. Centella asiatica 1. Polygonum sp.
2. Axonopus compressus 2. Polygonum sp. 2. Cyperus kyllingia 2. Setaria sp. 2. Ageratum conyzoides
3. Axonopus compressus 3. Polygonum sp. 3. Mimosa pudica 3. Axonopus compressus 3. Ageratum conyzoides
4. Cyperus kyllingia 4. Mimosa pudica 4. Cynodon dactylon 4. Axonopus compressus 4. Cyperus kyllingia
5. Asystasia gangetica 5. Mimosa pudica 5. Cynodon dactylon 5. Cyperus kyllingia 5. Axonopus compressus
6. Asystasia gangetica 6. Asystasia gangetica 6. Andropogon aciculatus 6. Cyperus kyllingia 6. Axonopus compressus
7. Centella asiatica 7. Centella asiatica 7. Centella asiatica 7. Andropogon aciculatus 7. Axonopus compressus
8. Centella asiatica 8. Centella asiatica 8. Axonopus compressus 8. Mimosa pudica 8. Cynodon dactylon
9. Centella asiatica 9. Axonopus compressus 9. Mimosa pudica 9. Mimosa pudica 9. Cynodon dactylon
10. Mimosa pudica 10. Axonopus compressus 10. Mimosa pudica 10. Mimosa pudica 10. Cynodon dactylon

Peletakan 6 Peletakan 7 Peletakan 8 Peletakan 9 Peletakan 10


1. Cyperus kyllingia 1. Cyperus rotundus 1. Cyperus rotundus 1. Cyperus kyllingia 1. Mimosa pudica
2. Axonopus compressus 2. Cyperus rotundus 2. Cyperus rotundus 2. Axonopus compressus 2. Axonopus compressus
3. Axonopus compressus 3. Axonopus compressus 3. Centella asiatica 3. Asystasia gangetica 3. Andropogon aciculatus
4. Cyperus kyllingia 4. Axonopus compressus 4. Andropogon aciculatus 4. Cyperus rotundus 4. Andropogon aciculatus
5. Andropogon aciculatus 5. Eleusine indica 5. Axonopus compressus 5. Axonopus compressus 5. Axonopus compressus
6. Andropogon aciculatus 6. Axonopus compressus 6. Andropogon aciculatus 6. Centella asiatica 6. Polygonum sp.
7. Axonopus compressus 7. Polygonum sp. 7. Eleusine indica 7. Andropogon aciculatus 7. Polygonum sp.
8. Axonopus compressus 8. Ageratum conyzoides 8. Eleusine indica 8. Ageratum conyzoides 8. Ageratum conyzoides
9. Ageratum conyzoides 9. Ageratum conyzoides 9. Axonopus compressus 9. Ageratum conyzoides 9. Andropogon aciculatus
10.Axonopus compressus 10. Ageratum conyzoides 10. Axonopus compressus 10. Polygonum sp. 10. Andropogon aciculatus
Nama spesies F FR D DR INP
1 Axonopus compresus 100% 18,2% 26% 26,3% 44,5%
2 Cyperus kyllingia 60% 11% 9% 9,1% 20,1%
3 Asystasia gagentica 30% 5,5% 4% 4% 9,5%
4 Centela asiatica 60% 11% 9% 9,1% 20,1%
5 Cyperus rotundus 40% 7,3% 6% 6,1% 13,4%
6 Polygonum sp 50% 9,1% 7% 7,1% 16,2%
7 Mimosa pudica 50% 9,1% 10% 9,1% 18,2%
8 Cynodon dactilon 20% 3,6 5% 5,1% 8,7%
9 Andropogon aciculatus 60% 10,1% 11% 11% 21,1%
10 Setaria sp. 10% 1,8% 1% 1% 2,8%
11 Ageratum conyzoides 50% 9,1% 9% 9,1% 18,2%
12 Eleusine indica 20% 3,6% 3% 3% 6,6%
G. Pembahasan

Metode point intercept adalah metode dengan menggunakan batang


penyentuh herba yang berada di bawah garis titik sentuh. Selain digunakan
untuk menganalisis wilayah yang ditumbuhi tumbuhan rendah yang rapat, metode
point interceptjuga dapat digunakan untuk menganalisa mulai dari tumbuhan bawah
sampai pohon. Beberapa keunggulan dari metode point interceptyaitu metode ini
memiliki tingkat pengukuran yang lebih akurat dan lebih efisien dibandingkan
dengan metode line intercept, terutama untuk jenis tumbuhan herba. Adapun
kelemahan dari metode ini adalah sulit untuk menganalisisspesies minor
yang ada di suatu komunitas tanpa menggunakan jumlah point transek yang
sangat banyak.

Melalui metode point interceptini kita dapat mengetahui mengenai , kerapatan,


frekuensi, dan jenis tumbuhan herba apa saja yang paling dominandi lokasi tersebut.

Pada praktikum “Analisis Vegetasi melalui Metode Point Intercept”. Metode ini
dilakukan dengan menyentuh herba menggunakan rangka besi yang telah dirancang
sedemikian rupa . Rangka besi tersebut kemudian diletakkan di atas tumbuhan
sampai tusuk-tusuk besi menyentuh tumbuhan yang berada di bawahnya. Jadi,
hanya tumbuhan yang tersentuh tusuk besi itulah yang dihitung

Berdasarkan hasil pengamatan terdapat 12 spesies yang berbeda antara lain


Axonopus compressus, Cyperus kyllingia, Asystasia gangetica, Centella asiatica,
Mimosa pudica, Cyperus rotundus Polygonum sp, Cynodon dactylon, Andropogon
aciculatus, Setaria sp. , Ageratum conyzoides, Eleusine indica

Penyebaran jenis tumbuhan bawah ditunjukkan oleh nilai frekuensi (F) dan
frekuensi relatif (FR). Jenis tumbuhan bawah yang memiliki penyebaran paling
merata adalah Axonopus compressus dengan nilai F 100% ,FR 18,2 % , Jenis herba
dengan frekuensi terendah yaitu Setaria sp. hanya memiliki nilai F 10% dan FR
1,8 %
FR adalah perbandingan antara frekuensi sutu jenis dengan jumlah frekuensi
seluruh jenis

Tumbuhan yang memiliki nilai dominansi relatif paling tinggi adalah


Axonopus compressus nilai DR 26% dan tumbuhan yang memiliki nilai DR terendah
adalah Setaria sp nilai DR 1%. Dominansi relatif merupakan nilai yang
menunjukan penguasaan suatu jenis terhadap jenis lainnya dalam suatu komunitas
atau vegetasi. Makin besar nilai dominansi, maka makin besar pengaruh jenis
tersebut terhadap jenis yang lain. Axonopus compressus memiliki nilai dominansi
relatif paling tinggi karena tumbuhan ini sangat mendominasi ruang tumbuh dan
menekan pertumbuhan penutup tanah jenis lain

Penggabungan parameter frekuensi relatif (FR), Dominansi relatif (DR)


menghasilkan indeks nilai penting (INP) yang menunjukkan nilai kuantitas
yang juga dapat menggambarkan tingkat-tingkat dominansi atau peranan tiap
jenis pada komunitas di lokasi pengamatan. indeks nilai penting adalah parameter
kuantitatif yang dapat dipakai untuk menyatakan tingkat dominasi spesies-spesies
dalam suatu komunitas tumbuhan. Spesies-spesies yang dominan dalam suatu
komunitas tumbuhan akan memiliki indeks nilai penting yang tinggi.

Berdasarkan hasil analisis data, diketahui bahwa spesies yang memiliki nilai
INP paling tinggi adalah spesies Axonopus compressus dengan nilai INP 44,5 %. Hal
ini berbanding lurus dengan nilai , dominansi relatif dan frekuensi relatif ,
semakin tinggi tingkat dominasi relatif , maka semakin tinggi pula nilai INP suatu
spesies tersebut, dan dapat dikatakan bahwa spesies Axonopus compressus
memiliki pengaruh yang tinggi pada area vegetasi transek, dan merupakan jenis
herba utama penyusun vegetasi transek. Dengan melihat nilai F, FR, , D, DR
dan INP yang tinggi menunjukan bahwa tumbuhan tersebut memiliki
penyebaran yang merata dan merupakan jenis tumbuhan utama penyusun vegetasi
transek
Persaingan antara individu suatu jenis tumbuhan dengan individu lain dari jenis
tersebut atau dengan jenis lain dapat pula mempengaruhi keadaan komposisi
spesies. Akibatnya akan terjadi keadaan dimana suatu spesies lebih dominan terhadap
jenis lain.

Faktor lingkungan seperti kondisi tanah, topografi, iklim dan faktor biotik
memungkinkan suatu jenis tumbuhan untuk berkembang di suatu tempat
sehingga menjadi jenis yang dominan dan pada gilirannya jenis yang dominan
ini akan menciptakan lingkungan tertentu yang sesuai untuk pertumbuhan jenis
lain terutama vegetasi penutup lantai hutan dan meningkatan kelembaban
tapi juga dengan mengubah struktur tanah dan komposisi kimia.
H. Kesimpulan

1. Metode point intercept adalah metode dengan menggunakan batang penyentuh


herba yang berada di bawah garis titik sentuh

2 Tumbuhan yang memiliki nilai F , FR ,D ,DR dan INP yang paling tinggi
adalah Axonopus compressus

3 Tumbuhan yang memiliki nilai F , FR ,D ,DR dan INP yang paling rendah
adalah Setaria sp

4 INP berbanding lurus dengan nilai , dominansi relatif dan frekuensi relatif ,
semakin tinggi tingkat dominasi relatif , maka semakin tinggi pula nilai INP
suatu spesies
DAFTAR PUSTAKA

Alice Nunes , Susana Tápia, Pedro Pinho , Otília Correia , Cristina


Branquinho .2014.Advantages of the point-intercept method for assessing
functional diversity in semiarid areas. iForest - Biogeosciences and Forestry
8(4) DOI:10.3832/ifor1261-007

Dieter mueller ,2016. Ekologi Vegetasi .LIPI Press, Jakarta

Farhan, Miftahur Rizki dkk .2019. Analisis Vegetasi Tumbuhan Di Resort


Pattunuang-Karaenta Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung. Makasar
: Jurusan Biologi FMIPA UNM Kampus UNM Parangtambung Jalan
Malengkeri Raya Makassar

Jayadi, Edi Muhamad. 2015 . Ekologi Tumbuhan . Mataram : Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Mataram

Tim Penyusun Buku Ajar Ekologi Tumbuhan. (2006). Buku Ajar Ekolog Tumbuhan.
Medan: USU

Tiner, Ralph W. 2017. Wetland Indicators: a guide to wetland identification,


delineation, classification, and mapping. Prancis: CRC Press
LAMPIRAN

You might also like