You are on page 1of 9

CORAK Jurnal Seni Kriya Vol. 8 No.

2, November 2019 - April 2020

ESTETIKA DAN ETIKA WUWUNGAN RUMAH TRADISIONAL


JAWA DALAM ERA GLOBAL
Arif Suharson1 (arifkeramos@yahoo.com, Institut Seni Indonesia Yogyakarta)

ABSTRACT

Philosophically, the ornamental art of wuwungan on top of Javanese traditional houses is


characterized by such high Javanese esthetic and ethical values. It is necessary to re-actualize the
existence and essence of the Javanese ornamental art of wuwungan in the era of industrial revolution
4.0. This cultural and traditional literacy will be necessary to strengthen the national characters and
values in anticipation of the rapidly global era transformation. The new cultural values in the digital era
are expected to ensure improvement of survival and establishment of new understandings inspired by
local cultural diversity, appreciation, and knowledge to ensure the successful actualization of Javanese
traditional cultural values.This is a qualitative study and accordingly this study will employ the
qualitative method using the analytical interaction method through the grounded research. This study
urges the re-actualization of understanding about Javanese philosophy in the form of the ornamental
art of wuwungan in Javanese traditional houses that represents Javanese esthetic and ethical values.
Javanese traditional local culture can serve as the local traditional identity and is a part of Indonesian
national culture. Therefore, they have to be re-actualized and represented in the adjusted and adapted
forms to meet the current condition of global. The technological advancement can serve as a smart
tool to enhance the innovative and creative industry based on local cultures and global discourses.

Key Words: Wuwungan, Javanese Traditional House, Industrial Revolution, Global.

ABSTRAK

Seni hias wuwungan pada atap rumah tardisional Jawa memiliki karakteristik di dalamnya
terkandung falsafah hidup orang Jawa dimana terdapat muatan ajaran luhur yang mantap dan
mendalam menyangkut nilai estetika dan etika. Reaktualisasi terhadap eksistensi dan esensi seni hias
wuwungan Jawa dibutuhkan. Hal ini dapat dijadikan sebagai literasi budaya tradisi menghadapi
derasnya arus perubahan zaman yang serba cepat untuk memperkuat nilai-nilai karakter bangsa.
Pengaruh-pengaruh budaya baru di era digital menjadi satu daya hidup untuk memberikan bentuk
pemahaman baru atas inspirasi kekayaan budaya lokal, apresiasi, dan pengetahuan baru dalam
mengaktualisasikan nilai-nilai ajaran luhur budaya Jawa secara luas. Penelitian ini akan memberikan
penjelasan secara kualitatif, sehingga metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan
menggunakan metode interaksi analisis melalui grounded research. Urgensi penelitian ini terkait
dengan reaktualisasi pemahaman tentang filosofi hidup orang Jawa melalui seni ornamentasi
wuwungan rumah tradisional Jawa dibalik wujud visual yang tampak berdasarkan korelasi Estetika dan
Etika Jawa. Keunggulan budaya lokal Jawa sebagai identitas tradisi merupakan bagian budaya
nasional Indonesia yang bernilai dapat diaktualisasikan kembali dalam representasi baru
menyesuaikan dengan gerak perkembangan global. Kemajuan teknologi menjadi sarana cerdas untuk
memajukan kreatifitas dalam peranannya memajukan industri kreatif yang inovatif berbasis tradisi
budaya lokal dalam wacana global.

Kata Kunci: Wuwungan, Rumah Tradisional Jawa, Revolusi Industri, Global

124
125 ] CORAK Jurnal Seni Kriya Vol. 8 No.2, November 2019 - April 2020

PENDAHULUAN zaman tidak sesuai dengan gaya trend disain


Tradisi budaya Jawa dalam membuat rumah modern.
rumah selalu diikuti dengan hiasan kemuncak Seni hias wuwungan Jawa yang
atau hiasan atap yang sering dikenal dengan merupakan artefak sebagai pemenuhan
istilah wuwungan. Wuwungan merupakan kebutuhan rohani, bentuk dan
istilah lokal (Jawa) pengertiannya hampir sama ornamentasinya terikat dengan ajaran
dengan genteng, tetapi dipasang di atas molo keagamaan, makna tersembunyi dibalik ragam
pada pertemuan atap dengan atap. Untuk hias tersebut karena terdapat pesan falsafah
selanjutnya istilah wuwungan disamakan hidup melalui simbol-simbol (Haryono,
dengan bubungan (Ismunandar 1993, 88). Seni 2008:100). Ragam hias memiliki fungsi
hias wuwungan merupakan bagian menghiasi suatu objek, sehingga menambah
ornamentasi dalam elemen arsitektur atap keindahan dan nilai penghargaan baik spiritual
rumah tradisional Jawa dan memiliki bentuk maupun material. Di dalamya ditemukan nilai-
yang unik, sehingga visualisasi tersebut nilai simbolik atau maksud-maksud tertentu
sangat menarik untuk dikaji secara ilmiah. yang ada hubungannya dengan pandangan
Wuwungan pada atap rumah bukan hanya hidup dari masyarakat penciptanya,
sebagai penghias semata, tetapi mempunyai mempunyai arti yang lebih bermakna disertai
makna simbol yang melekat pada budaya harapan-harapan tertentu (Gustami, 2008:4).
masyarakat Jawa. Hal ini karena pemilik rumah Reaktualisasi ini juga berkaitan dengan
memberi isi pada bangunannya dengan perubahan global. Dimana telah terjadi
makna-makna simbol tertentu yang perubahan pola pikir dan sudut pandang
mengandung kedalaman nilai-nilai ajaran luhur masyarakat Jawa tentang bagaimana
(filosofis), estetika dan etika Jawa yang membangun rumah yang sesuai dengan gaya
mencerminkan jati dirinya. Hal lain yang perlu hidup masyarakat modern. Konsep membuat
mendapatkan perhatian adalah keberadaan rumah tersebut jangan sampai meninggalkan
rumah tradisional Jawa dengan seni hias estetika dan etika ciri budaya lokal sebagai
wuwungan mulai ditinggalkan masyarakat penanda kultural yang saling menguatkan
karena tuntutan kemajuan zaman yang keberadaan kebudayaan bangsa Indonesia.
menuntut perubahan. Hasil budaya Jawa dapat memberikan inspirasi
Perkembangan kebudayaan dan alternatif dalam upaya membentengi diri
masyarakat Jawa yang saat ini sedang menuju dari pengaruh negatif budaya destruktif
ke arah masyarakat modern telah membawa sekaligus menegakkan kepribadian bangsa.
dampak perubahan pada kebudayaan Jawa. Estetika seni hias wuwungan rumah
Pandangan hidup dan sikap sebagian tradisional Jawa yang diciptakan masyarakat
masyarakat Jawa mulai bergeser ke arah Jawa diyakini terkait dengan nilai-nilai etika
aspek yang cenderung berpola pikir rasional, ajaran religius yang menjadi falsafah hidup
mudah, cepat, dan serba instan. Masyarakat bagi masyarakat budaya Jawa. Yang demikian
budaya Jawa seakan kurang percaya lagi pada sangat bebeda jauh dengan konsep
keluhuran makna yang tersembunyi dibalik masyarakat di era milenial, dimana akhir-akhir
simbol-simbol. Banyak hasil budaya dari ini menunjukkan gejala sebaliknya seperti
kesenian tradisi Jawa telah kehilangan daya menghilangkan nilai estetik dan etika yang
simbolik yang berkaitan dengan ajaran luhur berhubungan dengan ajaran-ajaran luhur
karena dianggap ngremit/jlimet, mistik, dan budaya Jawa. Rumah tidak hanya sebagai
seni hias wuwungan dianggap ketinggalan tempat tinggal tetapi disetiap sisinya memiliki
Arif Suharson, Estetika dan Etika Wuwungan Rumah Tradisional Jawa dalam Era Global [ 126

nilai-nilai filosofi. Rumah tinggal Jawa sebagai


sebuah lingkungan buatan, dalam hal ini
adalah lingkungan dalam pengertian fisik, yaitu
lingkungan alamiah yang disebut kosmos
(Ronald, 2005:3). Kosmos juga diartikan
sebagai ruang (spasial), sehingga bentukannya
selalu bergantung pada siapa penghuninya
dan kosmos dalam hal ini adalah kehidupan
manusia yang selanjutnya dibedakan antara
Gambar 1. Seni hias wuwungan pada atap rumah
mikrokosmos dan makrokosmos (Mulder, D.C,
tradisional Jawa bermotif garudeya (pedalaman) dan
1970:24). bermotif gelung/sulur-suluran (pesisiran)
Produk kesenian yang dihasilkan dapat (Foto: Suharson, 17 Desember 2018)

juga dipandang sebagai refleksi dari realitas


METODE
yang terdapat di masyarakat. Sebagai bagian
Penelitian ini berusaha mencari dan
dari komunitas masyarakat, kriyawan pada
memberikan penjelasan secara kualitatif,
umumnya dalam mengungkapkan sumber ide
sehingga metode yang digunakan adalah
tidak terlepas dari berbagai pengaruh
kualitatif. Melalui penelitian ini secara internal
disekitarnya. Menginterpretasi sesuatu tidak
adalah sebagai salah satu telaah lingkup
lepas dari pengaruh hubungan sosial, sejarah,
bidang ilmu seni rupa, khususnya seni kriya
dan keakraban bahasa yang dimiliki (Finlay,
yang memanfaatkan material alam disekitar
2009:6). Dalam keterkaitan berkarya, media
masyarakat budaya Jawa yaitu seni hias
menjadi material ekspresi untuk
wuwungan pada rumah tradisional Jawa. Hal
mengungkapkan bentuk ungkapan rasa,
ini akan memiliki dampak yang berkelanjutan,
pikiran, gagasan, cita-cita fantasi dan lain-lain.
sehingga kekayaan tradisi budaya Jawa akan
Realitas objek seni itu menjadi sumber
tetap berjalan sebagai ciri local genius yang
inspirasi lahirnya ide-ide dalam karya ciptanya,
memperkaya khasanah budaya bangsa. Secara
sehingga bentuk karya merupakan akumulasi
eksternal dapat dijadikan informasi dan
ide yang membutuhkan sarana pengungkap
referensi ornamentasi Jawa bagi para kriyawan
(Marianto, 2011:23). Dengan demikian
akademis maupun non-akademis, serta
kehadiran karya kriya di era global harus
sebagai sumbangan dalam usaha pelestarian
mampu menghadirkan ide dan media
seni budaya Indonesia di era global dalam
terbarukan yang diselaraskan dengan
memajukan industri kreatif berbasis tradisi
kebutuhan refleksi realitas masyarakat terkini.
budaya Jawa.
Pengumpulan data dalam penelitian
ini dilakukan, baik secara langsung maupun
tidak langsung terhadap sumber aslinya. Data
yang dikumpulkan secara langsung
dikelompokkan dalam data primer, sedangkan
secara tidak langsung dikelompokkan dalam
data sekunder. Untuk mendapatkan data
penelitian yang akurat sesuai yang dibutuhkan,
maka diperlukan metode pengumpulan data
dengan tahap-tahap sebagai berikut: (1) Studi
127 ] CORAK Jurnal Seni Kriya Vol. 8 No.2, November 2019 - April 2020

Pustaka (Library Research) melakukan metode sendiri menjadi bagian dari kehidupan
pengumpulan data dokumentasi, buku-buku sekitarnya. Lingkup budaya Jawa ini disebut
terbitan, jurnal/makalah ilmiah, literatur, sebagai lingkup budaya kosmologi (Ronald
manuskrip, penelitian-penelitian terdahulu, 2005, 19). Dalam lingkup pemikiran manusia
dan lain sebagainya; (2) Kajian Lapangan yang terbatas, keberadaan dirinya di dalam
melakukan observasi, melihat, mencatat, dan keberadaan lingkungan disekitarnya seakan-
memotret secara langsung; (3) Wawancara akan berada dalam lingkup batasan tertentu,
dengan model instrumen pedoman yang tidak nyata (imajiner) namun dapat
wawancara yang akan diajukan terhadap dirasakan bahkan disepakati keberadaannya.
beberapa informan kunci dan kompeten. Perubahan zaman yang hadir di
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan tengah-tengah kehidupan berkesenian kita
data yang tidak diperoleh melalui studi dimana semua berbasis pada data dan
pustaka dan observasi, maka dilakukan manajemen informasi haruslah disambut
wawancara secara langsung dengan cara dengan keterbukaan pola pemikiran dan
triangulasi data yaitu para pakar budayawan keterbukaan informasi. Hal ini menjadi dasar
Jawa, para peneliti rumah adat Jawa, dan langkah kita mengikuti arus perubahan dan
pengguna seni hias wuwungan rumah pergeseran tersebut untuk menentukan
tradisional Jawa. Data dari nara sumber diolah langkah bijak dan strategis agar karya kreatif
dengan teknik Triangulasi sumber dan data seni kita terutama karya budaya tradisional
untuk memperoleh data intersubjektif, tidak dianggap ketinggalan zaman. Menjalin
sehingga diharapkan diperoleh konsep korelasi hubungan dengan para kolega seni dari lintas
estetika dan etika pada seni hias wuwungan disiplin keilmuan dapat menjadi sarana
rumah tradisional Jawa yang valid.; (4) Analisis pertukaran informasi dan pemicu kreatif kita.
Data difokuskan pada bagian-bagian dan Dari perjumpaan ini, akan kita temukan
keseluruhan permasalahan terkait dengan media-media dan altenatif kreatif seni yang
penelitian ini. Analisis yang dilakukan dalam dapat memberikan khasanah baru dalam
penelitian ini menggunakan analisis model proses karya cipta. Kreasi dan inovasi yang
interaktif. Analisis interaktif dengan diciptakan tidak langsung meninggalkan
pendekatan Grounded Research terdiri dari esensi dari seni tradisi, tetapi memberikan
tiga alur kegiatan yang terjadi secara penguatan kembali yang dihadirkan dalam
bersamaan yaitu, reduksi data, penyajian data, wujud yang baru (novelty) (Suharson,
dan penarikan simpulan/verifikasi. 2018:21)
Karya seni hadir haruslah dapat
berguna bagi masyarakat luas dan mampu
PEMBAHASAN menginspirasi banyak orang. Seperti yang
Kajian ini dilatarbelakangi oleh pola disampaikan oleh Suwarno bahwa suatu
pemikiran masyarakat tradisional pada pameran seni rupa, pementasan tari, atau
umumnya dan masyarakat Jawa pada teater, sebuah konser, tak lagi penting digelar
khususnya yang hidup dalam lingkungan dimana, apakah di suatu pojok desa Indonesia,
budaya estetika, etika, dan filosofi. Menurut di sebuah kota di Amerika, atau Eropa. Di
Arya Ronald bahwa pada mulanya kehidupan dalam negeri atau di luar negeri, bukan lagi isu
manusia hanya terbatas pada kehidupannya penting. Akan tetapi jauh lebih penting dan
sendiri. Setelah manusia mengembangkan bermakna, jika mempersoalkan “isu” dan “isi”-
nalar pemikirannya, maka kehidupan dirinya nya apa, produk pengetahuannya sepertii apa,
Arif Suharson, Estetika dan Etika Wuwungan Rumah Tradisional Jawa dalam Era Global [ 128

apakah berdaya guna bagi orang banyak, dalam pencapaian kreatifitas di era global
memiliki dampak sosial-politik (social-politic seperti sekarang. Akan tetapi tetap terjalin
impact) atau tidak, apakah menginspirasi hubungan erat akan nilai-nilai estetika dan
orang lain, apakah mendorong menciptakan etika sebagai wujud ekpresi pribadi dan
atmosfir akademik atau tidak, dan sejenisnya. komunal yang menggambarkan budaya Jawa
Sejak saat itu mengingatkan kita semua bahwa yang kental dengan sistem kepercayaan pada
seni hari ini memiliki multi fungsi, dari yang keberadaan Tuhan Yang Maha Kuasa.
pragmatis, ekonomi, fungsi politik, sosial, Peranan dunia digital dan akses
bahkan fungsi “lintas iman”. Fungsi lintas iman informasi akan memberikan dampak secara
karena semestinya karya seni mampu signifikan dalam rangka reaktualisasi seni hias
menerobos sekat-sekat agama, keyakinan, wuwungan pada bangunan rumah tradisional
suku, kelompok, dan ras. Seni atau karya seni Jawa. Bahkan akan menjadi alternatif
semestinya tidak disempitkan untuk kolaborasi seni ornamentasi pada bangunan
kepentingan-kepentingan sempit dan rumah-rumah masyarakat modern yang
pragmatis semata (Wisetrotomo, 2018:12-13). membutuhkan kesan indah, elegan, artistik,
Berdasarkan informasi sumber dan dan unik. Kehadiran rumah-rumah tradisional
data penelitian yang telah ditelaah yang dimunculkan dalam bangunan-bangunan
menunjukkan bahwa, hasil karya seni modern seperti hotel-hotel menambah nuansa
tradisional di Indonesia terutama budaya etnik yang pada akhirnya menambah nuansa
Jawa, secara historis telah mampu nyaman para tamu-tamu lain budaya. Hal ini
membuktikan dirinya untuk menyesuaikan diri dapat menjadi terobosan-terobosan
dalam perubahan zaman yang ada. Bahkan kolaboratif yang dapat ditempuh agar
masyarakat Jawa yang terkenal memiliki sikap eksistensi seni hias pada rumah tradisional
toleransi yang tinggi telah membuktikan khususnya Jawa dapat survive ditengah
mampu menerima dan mengadopsi akulturasi perubahan zaman modern. Tinggal bagaimana
dari budaya lain. Walau demikian masyarakat propaganda dari nilai-nilai esensi yang
Jawa tetap mempunyai posisi tawar kreatif terkandung makna ajaran-ajaran luhur
yang handal, sehingga apa yang tampak (filosofis) dimasukkan dalam rangka
sampai hari ini dalam berbagai hasil budaya reaktualisasi yang dapat dipahami oleh seluruh
terutama seni hias tetap memiliki ciri khas lapisan masyarakat global.
Jawa yang taat nilai-nilai estetika dan pranata- Propaganda dalam hal ini dapat
pranata etika budaya Jawa. Tradisi turun- dimaksudkan sebagai reinterpretasi konsep
temurun pada hakikatnya meniru apa yang rumah tradisional Jawa dengan seni hias
telah diwarisi secara turun-temurun (But wuwungan yang dihadirkan ditengah
Muchtar, 1991:3). Budaya masyarakat Jawa masyarakat dengan nuansa yang berbeda.
yang mewariskan seni hias wuwungan pada Sehingga aktualisasinya dapat dicapai dengan
atap rumah Jawa ke generasi penerusnya memberikan pemahaman akan ajaran-ajaran
untuk memantapkan tongkat estafet agar filosofi budaya Jawa sebagai kekuatan karakter
kekayaan budayanya tidak begitu saja hilang. berbudi luhur masyarakat Indonesia. Juga
Berbekal kreatifitas dan inovasi yang dilakukan langkah-langkah nyata
berkelanjutan, seni hias wuwungan pada atap menghadirkan unsur-unsur rumah Jawa
rumah Jawa dihadirkan dalam berbagai desain dengan seni hias wuwungan pada ranah publik
kreatif selaras kebutuhan zamannya. Walau sosial. Yaitu menempatkannya tidak hanya
harus diakui terjadi degradasi nilai-nilai makna sebagai tempat tinggal atau hunian semata
129 ] CORAK Jurnal Seni Kriya Vol. 8 No.2, November 2019 - April 2020

tetapi menjadi simbol estetik ikon suatu dan semakin lokal akan semakin global
tempat publik yang berbeda. Akses informasi (Kartika, 2016:213)
digital mengkaitkannya dengan iklan yang UNESCO sebagai wadah kebudayaan
berhubungan dengan nilai-nilai tradisi yang dunia menghimbau pada negara-negara
unik dalam kehidupan global melalui publikasi anggota PBB untuk melakukan inventarisasi
di media sosial secara terencana, terstruktur, harta budaya dalam suatu bangsa yang
dan terprogram dengan baik. disebabkan oleh kekhawatiran bahwa harta
Hal ini diyakini akan memberikan budaya dunia yang tak ternilai harganya akan
dampak nyata bagi reaktualiasi seni hias menghilang satu persatu diganti dengan
wuwungan pada rumah tradisional Jawa produk-produk budaya global yang tidak
terkait dengan estetika dan etika dalam mengenal batas dan identitas. Penggalian
budaya Jawa. Aktualisasi konsep yang kebudayaan lokal menjadi hal yang sangat
disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat penting sebagai salah satu gejala
global akan menemukan jalur yang baik, kecenderungan pengembangan pengetahuan
kekhawatiran akan hilangnya nilai-nilai pasca krisis multi dimensi. Kebudayaan yang
kearifan seni tradisi yang terdapat ajaran- menstradisi pada tiap-tiap daerah dipercaya
ajaran luhur budaya Jawa dapat diminimalisir. memiliki kearifan yang dalam terhadap
Kehidupan budaya tradisional Jawa akan lingkungan serta nilai-nilai yang bersifat
memberikan andil besar dalam ketahanan universal. Nilai-nilai tentang ke-Tuhanan serta
budaya dalam menghadapi budaya global nilai-nilai kemasyarakatan, baik masyarakat
seperti yang dijelaskan oleh Dharsono bahwa manusia atau masyarakat alam yang mulai
menghadapi global harus mampu terkubur ditinggalkan dan dilupakan karena
menemukan jati-dirinya sendiri sebagai imbas modernisasi.
manusia Indonesia yakni: menggali, mengkaji Dewasa ini umat seluruh dunia sedang
dan mengolah potensi pluralitas budaya lokal dilanda keguncangan luar biasa akibat proses
sebagai modal agar mampu bersaing dalam globalisasi dengan kemajuan dalam bidang
percaturan global. Artinya untuk menghadapi teknologi komunikasi. Pengaruh budaya dari
global, maka harus studi lokal, semakin global Barat dalam proses globlalisai dialami oleh
akan semakin lokal. 1) revitalisasi nilai-nilai masyarakat dan negara-negara timur terutama
ajaran sebagai usaha untuk menemukan jati- Indonesia. Kebudayaan Barat bukan tipe
dirinya sebagai modal agar mampu bersaing kebudayaan yang mulus dan sempurna.
dalam percaturan global. Maka ajaran Disamping unsur-unsur yang positif bagi
tersebut perlu pelestarian secara preservasi pengembangan pemikiran dan bagi kemajuan
maupun konservasi, sebagai bentuk kehidupan umat yang amat dibutuhkan bagi
ketahanan budaya, 2) Ajaran budaya dunia Timur, ia juga mengandung dan
tercermin lewat karya-karya seni klasik menawarkan filsafat materialisme dan
tradisional Jawa, perlu dilestarikan secara sekularisme dengan racikan racun yang amat
konservasi (pengembangan dan pemanfaatan membahayakan nilai-nilai budaya ketimuran
nilai) sebagai kekayaan budaya, 3) Ajaran yang menjunjung tinggi agama dan dan filsafat
budaya merupakan modal yang mampu ketuhanan (Simuh, 2018:1-2). Hal ini memberi
memberikan andil dalam revolusi moral pemahaman bahwa bangsa Timur dalam hal
bangsa, maka perlu disosialisasikan sebagai ini Indonesia memiliki karakteristik filosofi
studi tentang ajaran budaya lokal, karena tersebut yang banyak dihadirkan melalui hasil
studi lokal akan mampu menghadapi global,
Arif Suharson, Estetika dan Etika Wuwungan Rumah Tradisional Jawa dalam Era Global [ 130

karya seni yang estetik dengan etika yang menyatakan bahwa, cagar budaya
menyertainya. merupakan kekayaan budaya bangsa sebagai
Konsep filsafat yang menonjol, wujud pemikiran dan perilaku kehidupan
memberikan pemahaman tentang ilmu manusia yang penting artinya bagi
humaniora, khusunya estetika sastra dan pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu
budaya berkaitan dengan bahasa sebagai pengetahuan, dan kebudayaan dalam
simbol di salah satu pihak, dan dengan hakikat kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
karya sastra itu sendiri, yaitu sebagai bernegara sehingga perlu dilestarikan dan
kreativitas imajinatif di pihak yang lain. dikelola secara tepat melalui upaya
Estetika budaya, pertama jelas terkandung pelindungan, pengembangan, dan
dalam karya sastra dan karya seni pada pemanfaatan dalam rangka memajukan
umumnya, sebagai dunia yang lain kebudayaan nasional untuk sebesar-besarnya
(heterocosmos), merupakan bagian integral kemakmuran rakyat. Cagar budaya berupa
kebudayaan. Kedua, seluruh aspek benda, bangunan, struktur, situs, dan
kebudayaan, baik dalam bentuk konkret kawasan perlu dikelola oleh pemerintah dan
maupun abstrak menampilkan ciri-ciri pemerintah daerah dengan meningkatkan
keindahan. Estetika, sastra, dan kebudayaan peran serta masyarakat untuk melindungi,
adalah aspek-aspek terpenting yang mengembangkan, dan memanfaatkan cagar
diperlukan oleh manusia dalam rangka budaya.
mempertahankan keseimbangan antara Dengan adanya perubahan
dimensi jasmani dan rohani. Pada dasarnya paradigma pelestarian cagar budaya,
manusia tidak bisa hidup tanpa keindahan ( diperlukan keseimbangan aspek ideologis,
Kutha Ratna, 2011:vi). Untuk itu, dasar di atas akademis, ekologis, dan ekonomis guna
dapat menjadi pedoman dalam membaca meningkatkan kesejahteraan rakyat. Saling
estetika melalui karya seni yang indah memberikan dukungan dan menguatkan,
terdapat pada bentuk seni hias wuwungan niscaya reaktualisasi estetika dan etika seni
yang memiliki simbol dipahamkan melalui hias wuwungan pada rumah Jawa sebagai
bahasa teks atau sastra agar dapat dimengerti artefak ilmu, seni, dan asset budaya Indonesia
oleh masyarakat secara luas sebagai hasil dalam era global dapat diwujudkan pada
kebudayaan masyarakat itu sendiri, khususnya kehidupan masyarakat modern. Sehingga
estetika dan etika Jawa melalui media digital. bangsa Indonesia tetap menjadi bangsa yang
Estetika dan etika wuwungan rumah dikenal memiliki ciri identitas berkarakter,
tradisional Jawa yang terkait dengan nilai-nilai berpribadi luhur, sopan, santun, dan ramah
ajaran luhur budaya Jawa tidak boleh hilang ditengah kehidupan masyarakat modern yang
dalam percaturan global. Dibutuhkan peran mencari identitas ideologi dengan kemajuan
dari semua lini masyarakat budaya untuk teknologi.
mengaktualisasikan hal tersebut. Terdapat tiga
komponen penting untuk menghidupkan
kebudayaan di tengah-tengah masyarakat
yaitu: aspek lembaga budaya, isi budaya, dan
efek budaya (Williams, 1983: 17-19).
Pemerintah melalui undang-undang cagar
budaya nomor 11 tahun 2010 yang
dikeluarkan oleh Presiden Republik Indonesia
131 ] CORAK Jurnal Seni Kriya Vol. 8 No.2, November 2019 - April 2020

PENUTUP
Masyarakat modern banyak yang
memandang hasil karya seni yang merupakan
produk masa lalu dianggap sebagai tradisi yang
usang dan sudah habis bahkan mati.
Pandangan masyarakat modern yang telah
dimudahkan dengan teknologi informasi dan
berhubungan dengan masyarakat global
beranggapan tentang seni tradisi budaya Jawa
dianggap kuno dan ketinggalan zaman. Walau
pada kenyataannya tidak semua masyarakat
modern beranggapan sama, yaitu melihat seni
tradisi sebagai suatu karya seni yang tinggi dan
adiluhung yang patut dilestarikan. Jika kita
menyadari tentang hakikat seni tradisi budaya
maka, seni tradisi Jawa yang dianggap kuno
tersebut merupakan mata rantai
Gambar 2. Aktualisasi estetika seni hias wuwung pada kesinambungan masa lalu, masa kini, dan
rumah gaya modern sebagai gallery, pintu gerbang, dan masa yang akan datang. Yang dapat dijadikan
gazebo. (Sumber: Dokumen foto penulis, 2017)
sumber data ilmiah seni tradisi dalam upaya
pelestarain nilai-nilai estetika dan etika
sekaligus sebagai identitas etnik budaya.
Eksistensi dan esensi seni hias
wuwungan rumah Jawa memberikan andil
besar terhadap ketahanan budaya tradisional.
Dengan menggali potensi local genius,
melakukan kajian secara ilmiah dan
memberikan pemahaman yang baik kepada
masyarakat secara luas. Maka, nilai-nilai
filosofis ajaran luhur budaya Jawa akan
mampu menjadi modal dasar pembangunan
karakter pribadi masyarakat dalam
menghadapi persaingan secara global. Nilai-
nilai budaya ketimuran yang menjunjung tinggi
agama dan filsafat ketuhanan dalam budaya
Jawa harus tetap dipertahankan dalam
kehidupan masyarakat global. Seni hias
wuwungan rumah Jawa yang diciptakan
masyarakat Jawa diyakini memiliki korelasi
terhadap estetika dan etika yang memuliakan
terkandung maksud tujuan dengan ajaran
Gambar 3. Aktualisasi estetika seni hias wuwung pada religiusnya yang menjadi falsafah hidup bagi
hotel dan guest house (Sumber: Dokumen foto penulis, masyarakat budaya Jawa. Hal ini sangat
2017)
berbeda jauh dengan konsep masyarakat di
Arif Suharson, Estetika dan Etika Wuwungan Rumah Tradisional Jawa dalam Era Global [ 132

era modern seperti sekarang. Dimana akhir- Mulder, Niels. 1992, Inside Southeast Asia-
akhir ini menunjukkan gejala sebaliknya Thai, Javanese, and Filipino, PT. Gramedia
seperti menghilangkan nilai-nilai luhur di atas. Jakarta.
Pola pikir masyarakat modern yang
Ronald, Arya. 2005, Nilai-Nilai Arsitektur
mengarah pada perubahan global tersebut Rumah Tradisional Jawa, Gadjah Mada
turut pula merubah cara pandang terhadap University Press, Yogyakarta.
lunturnya pemahaman ajaran-ajaran filosofis
Jawa. Jika hal ini terus terjadi akan membuat Simuh. 2018, Sufisme Jawa: Transformasi
perubahan yang besar dan menghilangkan ciri Tasawuf Islam ke Mistik Jawa, Yayasan
khas budaya lokal Jawa. Diyakini bahwa dalam Bentang Budaya, Yogyakarta.
ajaran-ajaran filosofis Jawa memiliki esensi
Sony Kartika, Dharsono. 2016, Kreasi Artistik
yang sangat berguna bagi pembangunan Perjumpaan Tradisi Modern Dalam
karakter generasi mendatang, seperti yang Paradigma Kekaryaan Seni, Citra Seni
terdapat pada seni hias wuwungan rumah Lembaga Pengkajian dan Konservasi
Jawa Sehingga penggalian budaya yang yang Budaya Nusantara, Karanganyar.
bersumber dari kebudayaan lokal Jawa sangat
penting untuk dilakukan. Suharson, Arif. 2018, Ruang Baru Kriya
Nusantara dalam Katalog Pameran Besar
Seni Kriya UNDAGI#2 Inspirasi Budaya
Nusantara Dalam Kriya, Kementerian
DAFTAR PUSTAKA
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat
Jenderal Kebudayaan Direktorat
Finlay, Linda. 2009, Debating
Kesenian.
Phenomenological Research Method
dalam Journal Phenomology & Practice,
Suwarno, Wisetrotomo. 2018, Meniti Ombak
Volume 3, No.1, Open University.
Di Era Milenial (Problem Di Sekitar Fungsi
Seni, dan Kritik Kebudayaan), Pidato
Gustami, SP. 2007, Butir Butir Mutiara Estetika
Ilmiah, Pada Dies Natalis XXXIV ISI
Timur: Ide Dasar Penciptaan Seni Kriya
Yogyakarta, Yogyakarta .
Indonesia, Prasista, Yogyakarta.
Williams, Raymond. 1983, Culture, Glasgow
__________. 2008, Nukilan Seni Ornamen
William Collinds Sons, & Co.Ltd.,
Indonesia, Diterbitkan Jurusan Kriya,
terjemahan angkatan (1999), Universitas
Fakultas Seni Rupa, Yogyakarta.
Gajah Mada. Yogyakarta.
Haryono, Timbul. 2008, Seni Pertunjukan dan
Seni Rupa Dalam Perspektif Arkeologi
Seni, ISI Press, Surakarta.

Kutha Ratna, Nyoman. 2011, Estetika Sastra,


dan Budaya, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Marianto, M. Dwi. 2011, Menempa Quanta


Mengurai Seni, BP ISI Yogyakarta.

Mulder, D.C. 1970, Java Religie en Kunst: de


Religie van Java, Amsterdam.

You might also like