You are on page 1of 13

Simbol Bangunan pada Komplek Gapura, Masjid dan Makam Sendang Duwur, Kecamatan

Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur

Rachma Fairuza Rizka Fitri


Rachmafairuza24@gmail.com
Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga

ABSTRACT
The symbol of the building on the complex gate, Mosque and the tomb of the cultural
heritage of different building Sendang Duwur cultural heritage in General, because of the variety of
ornamental fields as well as the unique shape and interesting. Cultural heritage Sendang Duwur has
opened the cultural elements of Hinduism and Islam. The building is located on top of Mount
Amitunon Sendang Duwur Subdistrict, Village Paciran, Lamongan. From the results of research
conducted by researchers about the symbol of the building on the complex Gate, Mosque and Tomb
and Sendang Duwur can be obtained the conclusion that the building has the meaning of a symbol
that is associated with the presence of culture in the form of trust. Meaning of symbol building motif
arch is a symbolic value that is contained in the plane of the building entrance place a sacred or holy,
then the meaning of the symbol mosque R. Nur Rahmat is the definition that contains the spiritual
values that are associated with view of life that it is according to the rules of culture of local people.
While the meaning of the symbol Tomb R. Nur Rahmat is a form of homage to a man who had died
and around the Tomb R. Nur Rahmat these motifs and decoration that is full of meaning.
Keywords: Building Symbols, Sendang Duwur, gate, Mosque, Tomb, Cultural Heritage.

ABSTRAK
Simbol bangunan pada komplek gapura, masjid dan makam dari Cagar Budaya Sendang
Duwur berbeda dengan bangunan cagar budaya pada umumnya, karena dari ragam hias bidang
maupun bentuknya yang unik dan menarik. Cagar Budaya Sendang Duwur ini mempunyai akulturasi
unsur budaya Hindu dan Islam. Bangunan ini berada pada puncak Gunung Amitunon Desa Sendang
Duwur, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
peneliti mengenai Simbol Bangunan pada Komplek Gapura, Masjid dan Makam Sendang Duwur
dapat diperoleh kesimpulan bahwa bangunan tersebut mempunyai makna simbol yang terkait dengan
adanya kebudayaan dalam bentuk kepercayaan. Makna simbol bangunan ragam hias gapura adalah
nilai simbolik yang terdapat di bidang bangunan pintu masuk tempat yang sakral atau suci,
kemudian makna simbol bangunan masjid R. Nur Rahmat adalah pemaknaan yang berisi nilai-nilai
spiritual yang terkait dengan pandangan hidup yang hal ini sesuai pada aturan budaya masyarakat
setempat. Sedangkan makna simbol bangunan makam R. Nur Rahmat adalah suatu bentuk
penghormatan kepada seorang yang telah meninggal dunia dan di sekitar makam R. Nur Rahmat
tersebut terdapat motif dan bentuk hiasan yang penuh makna.

Kata Kunci: Simbol Bangunan, Sendang Duwur, Gapura, Masjid, Makam, Cagar Budaya.

1
PENDAHULUAN seperti bangunan sebuah masjid
(Tjandrasasmita, dalam Anom. 1999, p. 3-4 ).
Pulau Jawa ialah termasuk dalam Keunikan Masjid Sendang Duwur
kategori pulau yang terbesar penduduknya di dapat dilihat bahwa masjid ini beratap
wilayah secara keseluruhan dan sebagaian tumpang, terdapat ruang bujur sangkar seperti
besar penduduknya memeluk agama Islam. joglo. Memiliki banyak tiang penyangga,
Mengenai hal tersebut maka tidak heran jika tempat mimbar yang bercorak terkait budaya
di pulau Jawa ini terkenal dengan adanya Hindu yang sudah di samarkan dalam Islam,
Wali Songo maksudnya ialah Sembilan Orang pintu masjid dengan gaya ukiran Jawa dan
Waliyullah. Mereka mendapat julukan “Wali” Arab. Di sekitar komplek Masjid Sendang
karena di anggap sebagai penyiar agama Duwur tersebut terdapat bangunan yang
Islam, mereka sengaja dengan ketangguhan berarsitektur tinggi yang menggambarkan
yang tinggi serta kesabarannya menyebarkan akulturasi unsur budaya Hindu dan Islam
dan mengajarkan pokok-pokok agama Islam yang masih kental, yang hal itu ditandai
di wilayah yang mereka tempati. dengan adanya sebuah bangunan berupa
Wali Songo tersebut mempunyai gapura bentar, gapura paduraksa, masjid dan
gelar sebagai Sunan yang antara lain : (1) makam yang dinding penyangga cungkupnya
Sunan Gunung Jati yang berada di Jawa Barat dihiasi ukiran kayu jati yang bernilai seni
(2) Sunan Kalijaga yang berada di Kadilangu, tinggi dan sangat indah, di dalamnya terdapat
Demak (3) Sunan Kudus yang berada di nisan dengan hiasan “Sinar Matahari” dan ada
Kudus (4) Sunan Muria yang berada di juga nisan dengan keterangan kalimat
sungai Muria, Kudus (5) Sunan Ampel yang syahadat tersebut menandakan bahwa tempat
berada di Surabaya (6) Sunan Gresik yang tersebut ialah makam Sunan Sendang atau R.
berada di Gresik (7) Sunan Giri yang berada Nur Rahmat.
di bukit Giri, Gresik (8) Sunan Drajat di
Drajat, dekat Sedayu wilayah Lamongan (9) Adanya bangunan gapura, masjid dan
Sunan Bonang yang berada di Bonang, Tuban makam di sebuah komplek tempatnya berada
(Soekmono, 1973, p. 51). pada bukit gunung amitunon ini ialah salah
Selain sunan yang berjumlah satu bentuk bangunan-bangunan yang
sembilan orang tersebut, ada juga berbagai bersejarah dan menjadi suatu kebudayaan
tokoh penyiar agama Islam di Jawa. Mereka tersendiri di Desa Sendang Duwur. Kemudian
dianggap sebagai Sunan, hanya saja mereka dikategorisasikan sebagai bangunan cagar
menyebarkan Islam disuatu daerah terpencil budaya yang di lindungi oleh cagar budaya
yang hal itu diakui oleh masyarakat sekitar yang tercantum UUD No. 11 Tahun 2010
daerah sunan tersebut, yang salah satunya pasal 3 tujuannya ialah: (a) melestarikan
ialah R. Nur Rahmat atau terkenal dengan warisan budaya bangsa dan warisan umat
julukan Sunan Sendang yang berada di Desa manusia; (b) meningkatkan harkat dan
Sendang Duwur, Kecamatan Paciran, martabat bangsa melalui cagar budaya; (c)
Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur. memperkuat cagar budaya; (d) meningkatkan
Islam masuk ke Indonesia membawa kesejahteraan rakyat; (e) mempromosikan
pengaruh yang sangat besar bagi warisan budaya bangsa kepada masyarakat
masyarakatnya. Perubahan itu tidak hanya internasional.
dalam pola pemikiran saja, namun juga dalam
pola tata perilaku dan tindakan keseharian Terdapat penelitian yang pernah
dalam kehidupan secara keseluruhan. dilakukan mengenai makna simbol bangunan
Pengaruh yang di bawa itu tidak hanya dalam pada kompek gapura, masjid dan makam di
hal spiritual tetapi mencakup dalam tatanan Desa Sendang Duwur, Kecamatan Paciran,
sosial dan kreativitas budaya yang di lakukan Kabupaten Lamongan, Jawa Timur yaitu:
oleh masyarakat setempat. Hal itu bisa kita penelitian yang dilakukan oleh Iqra Alina
lihat hasil dari akulturasi Islam dengan lokal Zaki (2016) dengan judul “Peninggalan
2
Purbakala Islam Komplek Sunan Sendang Ornamen atau sebuah motif-motif tertentu
Duwur di Desa Sendang Duwur Kecamatan ialah hiasan yang dibuat dengan berbagai cara
Paciran Kabupaten Lamongan”. Dalam seperti digambar, dipahat, dicetak, dilukis
penelitian tersebut didapat kesimpulan yaitu dengan ini bertujuan untuk meningkatkan dan
adanya bangunan gapura, masjid dan makam mendukung adanya hasil sebagai kualitas nilai
yang mempunyai makna simbol selain itu yang dimiliki oleh karya seni suatu benda
juga terdapat unsur budaya Hindu dan Islam. (Susanto, dalam Yuniana. 2016, p. 76).
Disini masyarakat setempat beragama Islam, Dengan penjabaran diatas maka dapat
terkait itu masyarakat menjadikan masjid disimpulkan bahwa pengertian ornamen
sebagai tempat beribadah, tempat sebagai merupakan motif atau relief gambar yang
sarana mempertahankan tradisi yang ada dan memiliki nilai seni dan itu digunakan untuk
tempat pendidikan dalam keagamaan. Bahwa hiasan suatu benda atau karya seni untuk
dengan adanya simbol yang ada dalam suatu menambahkan kesan keindahan dalam suatu
lingkup wilayah dan waktu tertentu, maka benda atau karya seni dalam suatu objek
setiap individu bisa menjadikan pandangan, bangunan atau benda-benda tertentu. Pesan
membuat pedoman untuk perilakunya yang atau makna yang disampaikan melalui simbol
itu maka akhirnya timbulah suatu nilai atau ornamen yang menghiasi bangunan
tertentu. tersebut. Hal ini biasanya bahwa ornamen itu
dibuat sesuai dengan kegunaan fungsi suatu
Teori yang digunakan dala penelitian
benda.
ini adalah teori wujud kebudayaan dan teori
Manusia sangat membutuhkan simbol
makna simbol. Dalam teori wujud
untuk menemukan pegangan-pegangannya di
kebudayaan dijelaskan adanya “tiga gejala
dalam dunia karena simbol-simbol tersebut itu
kebudayaan” yaitu : (1) Wujud kebudayaan
nanti akan dijadikan manusia sebagai arah
sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan,
tujuan hidupnya untuk mencapai apa yang
nilai-nilai, norma-norma dan aturan. (2)
diinginkan sesuai dengan kepercayaan yang di
Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks
milikinya. Seperti simbol-simbol yang
aktivitas serta tindakan berpola dari manusia
terdapat di Komplek cagar budaya Sendang
dalam masyarakat. (3) Wujud kebudayaan
Duwur (Geertz, 1992, p. 56).
sebagai benda-benda hasil karya manusia
“artefak” (Koentjaraningrat, dalam Haryono. METODE
2012, p. 95-96).
Penelitian menggunakan metode
Sedangkan teori makna simbol ialah etnografi dengan menggunakan metode
pada intinya terdiri dari tiga hal utama, yaitu kualitatif secara deskripstif. Metode kualitatif
sistem pengetahuan (kognitif), sistem nilai adalah sebuah prospek penelitian yang
(evaluatif) dan sistem simbol yang ini dengan menghasilkan data secara deskriptif yang
adanya sebuah pemaknaan atau interpretasi. disini berupa kata-kata yang tertulis atau lisan
Adapun titik pertemuan antara pengetahuan dari orang-orang di amati oleh peneliti.
dan nilai yang di mungkinkan oleh simbol Peneliti berusaha mendeskripsikan secara
ialah yang di namakan (system of meaning). mendalam tentang suatu konsep yang ada di
Melalui suatu sistem makna sebagai komplek cagar budaya Sendang Duwur
perantara, sebuah simbol dapat dengan data yang diperoleh dari informan-
menerjemahkan pengetahuan menjadi nilai informan yang dipercaya penuh oleh peneliti.
dan menerjemahkan nilai menjadi Disini Peneliti akan berusaha menjelaskan
pengetahuan (Syam, 2007, p. 92-93). dan mendekripsikan suatu hasil penelitian
dengan menggunakan bahasa alamiah untuk
Dalam suatu unsur budaya tentunya menjadikan penelitian ini mencapai hasil yang
mengandung simbol nilai-nilai keindahan semaksimal mungkin.
secara objektif maupun subjektif yang dapat
terlihat jelas pada bidang suatu bangunan.
3
4) Waktu yang cukup, seorang informan
a) Lokasi Penelitian memiliki waktu yang cukup dalam
memberikan informasi yang di sini
Penelitian dilakukan di salah satu mencakup berpartisipasi dengan baik,
bangunan yang terletak di Desa Sendang seperti sikap meluangkan waktu, memberi
Duwur, Kecamatan Paciran, Kabupaten tempat atau mempersilahkan ketika
Lamongan, Provinsi Jawa Timur yaitu berjalannya wawancara secara langsung,
komplek cagar budaya Sendang Duwur. bersedia dan terbuka dengan keadaan yang
Peneliti memilih komplek cagar budaya ada di tempat penelitian tersebut.
Sendang Duwur ini sebagai objek penelitian
karena salah satu bangunan di Lamongan 5) Non-analitis, informan menggunakan
yang memiliki keistimewaan (unik) dari segi bahasa mereka dalam menggambarkan
arsitekturnya yang ada di sebuah komplek dan mendeskripsikan berbagai kejadian
lokasi makam Sunan Sendang yaitu adanya tanpa menganalisis mengenai arti dalam
masjid kuno yang bangunannya sangat terkait kejadian dan tindakan tersebut.
dengan kebudayaan Hindu dan Islam,
kemudian juga terdapat dua macam jenis Dari kesimpulan pemilihan informan
gapura yaitu tiga gapura bentar dan tiga yang sesuai dengan kriteria-kriteria yang
gapura paduraksa. sudah di jelaskan di atas tersebut, yang
melalui pendapat Spradley (1997:61-70)
b) Teknik Penentuan Informan diantaranya ialah:

Informan dalam kegiatan penelitian R.M. Saifulloh, S.Pd. I


ini adalah orang atau pelaku yang benar-benar
Juru kunci komplek cagar budaya
tahu dan menguasai masalah, serta terlibat
Sendang Duwur, berusia 41 tahun. Pada
langsung dengan masalah penelitian. Maka
saat ini beliau juga seorang sebagai
terkait itu untuk pemilihan Informan yang
Pegawai Kementerian Pendidikan dan
baik Menurut Spradley (1997:61-70) terdapat
Kebudayaan Balai Pelestarian Cagar
lima kriteria yang harus terpenuhi agar
Budaya (BPCB) Jawa Timur.
menjadikan data lapangan tersebut konkrit,
antara lain yaitu :
Bapak Barrur Rohim, S. Pd
1) Enkulturasi penuh, dimana seorang
informan harus secara langsung dapat Kepala Desa Sendang Duwur, berusia
mengetahui, memahami dan mengerti 40 tahun. Sebagai Kepala Desa beliau
budaya yang di teliti. mempunyai kewenangan dan penentu
dalam pelaksanaan kebijakan-kebijakan di
2) Keterlibatan langsung, bahwa disini Desa Sendang Duwur, kemudian beliau
informan sangat terlibat dalam proses juga masih keluarga dekat dengan Bapak
secara langsung dalam suasana lingkungan R.M. Saifulloh, S.Pd. I (juru kunci).
baik budaya maupun secara sosial pada
yang diteliti. Syaiful Hadi

3) Suasana budaya yang tidak di kenal, peran Ketua RT di wilayah Desa Sendang
peneliti harus secara sempurna dan penuh Duwur RT 01 RW 01, beliau berusia 48
meyakinkan informan bahwa ketidak tahun. Beliau juga sebagai Pokja wisata
kenalan suasana budaya di lingkungan religi. Selain itu, terkadang bapak Syaiful
tersebut, karena dalam hal itu dapat juga ikut turut serta menjadi panitia dalam
mempermudah untuk menggali data acara-acara rutin di komplek cagar budaya
sebanyak-banyaknya dari informan. Sendang Duwur.

4
Ahmad Idzom Ubaidillah, S.Pd.I. Observasi
Beliau adalah penduduk Merupakan teknik pengumpulan
setempat yang bekerja sebagai guru, data dengan cara observasi secara
beliau berusia 27 yahun pak Idzhom langsung dilakukan oleh peneliti selama
hampir setiap minggu selalu turun lapangan. Peneliti ketika sampai di
berkunjung ke makam R. Nur Rahmat lapangan langsung segera menyatu
untuk tujuan berziarah Pak Idzhom dengan masyarakat setempat, melalui
juga sangat aktif dalam organisasi pendekatan yang bertujuan mudahnya
“REMAS” masjid R. Nur Rahmat. terjalin ikatan yang harmonis dengan
begitu peneliti dapat menanyakan
Hj. Munawaroh berbagai hal yang di perlukan untuk di
Seorang pengrajin batik, beliau jadikan data. Peneliti secara langsung
berusia 63 tahun. Beliau selalu melakukan pengamatan antara lain
mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada seperti melihat dan mengamati berbagai
di masjid R. Nur Rahmat Sendang macam simbol-simbol dan berbagai
Duwur. Beliau sangat mengetahui macam motif yang ada pada bangunan
kondisi sosial dan budaya yang ada di komplek cagar budaya Sendang Duwur,
Desa Sendang kemudian rumah Peneliti ikut turut serta mengikuti
beliau sangat dekat di lingkungan berbagai hal kegiatan ketika berada di
komplek gapura, masjid dan makam Desa Sendang Duwur baik di lingkup
Sendang Duwur ini. masyarakatnya maupun di lingkup
komplek cagar budaya Sendang Duwur.
Abdul Nashir M.T.
Wawancara
Seorang pengunjung yang
berprofesi sebagai guru di SMAN 2 Peneliti melakukan wawancara
Lamongan. Beliau ketika itu telah secara mendalam dan berulang-ulang
berkunjung ke Desa Sendang Duwur kepada informan yang terpilih, dalam hal
berserta rombongan dari sekolah ini proses wawancara dilakukan secara
tempat beliau mengajar, yang itu mendalam dan berulang-ulang dengan
untuk keperluan pendidikan sekolah. menanyakan data secara keseluruhan
yang diharapkan memperkaya rujukan
c) Teknik Pengumpulan Data dan data bagi peneliti untuk menjadikan
penelitian ini mempunyai nilai yang
Pengumpulan data dalam kegiatan baik.
penelitian ini bersumber dari dua data, yakni Bentuk wawancara ada bermacam-
data primer dan data sekunder. macam, tetapi dalam penelitian ini
terkait “Simbol Bangunan pada Komplek
1) Data Primer Gapura, Masjid dan Makam Sendang
Data primer adalah data yang Duwur” peneliti menggunakan
diperoleh peneliti secara langsung melalui wawancara yang terarah (directed) dan
objek penelitian, bahwa perolehan data ini yang tidak terarah (non directed).
dari tangan pertama yang langsung Wawancara yang terarah ialah sifatnya
didapatkan oleh peneliti. Data primer terstruktur yang ini pertanyaan-
dapat diperoleh melalui tiga cara, yaitu : pertanyaanya harus sesuai dengan daftar
pertanyaan yang sudah di buat oleh
peneliti, disini peneliti menggunakan
pedoman wawancara yang sudah di buat

5
dan disiapkan oleh peneliti secara

6
terstruktur terkait pertanyaan-pertanyaan d) Teknik Analisis Data
yang akan di berikan kepada informan
dalam hal ini tentunya berkaitan dengan Dalam penelitian ini, peneliti
fokus penelitian. Sedangkan wawancara menggunakan catatan yang terjadi di lapangan
yang tidak terarah adalah wawancara (field note) dan catatan harian (personal
yang besifat bebas santai dan diary), observasi, wawancara, transkip, foto,
memberikan informan kesempatan yang skripsi, artikel, jurnal, buku dan data profil
sebesar-besarnya untuk memberikan lokasi penelitian guna melengkapi data untuk
keterangan atau menceritakan apapun hal dimasukan ke dalam hasil penelitian. Peneliti
yang ditanyakan peneliti (Danandjaja, menggunakan data dengan deskriptif
1994, p. 195). kualitatif. Disini peneliti dalam menganalisis
data menggunakan teori simbolik dari
Clifford Geertz, dalam hal ini terkait dengan
Dokumentasi penjelasan adanya makna-makna yang
terdapat pada simbol-simbol di komplek
Dalam penelitian ini sangat cagar budaya Sendang Duwur Kecamatan
diperlukan dokumentasi yang tentunya Paciran. Selain itu, juga digunakan konsep
untuk dapat menguatkan dari hasil tiga wujud kebudayaan. Sebuah kebudayaan
penelitian. Ketika observasi berlangsung di seluruh tatanan masyarakat selalu berkaitan
peneliti membuat catatan kecil terkait dengan simbol. Sehingga dari simbol-simbol
catatan yang terjadi di lapangan (field tersebut setiap individu mampu berhubungan
note) dan catatan harian (personal diary) dengan objek di sekitar lingkupnya yang
untuk laporan dari hasil penelitian. Jadi, tentunya dengan perantara media komunikasi
peneliti menggunakan alat tulis yaitu: yang mereka miliki melalui pemahaman dan
buku catatan, pena, pensil dan penghapus. pengetahuan dalam kehidupannya.
Menggunakan alat perekam suara
(recorder) yang ada pada “Handphone”
dilakukan peneliti ketika proses HASIL DAN PEMBAHASAN
wawancara berlangsung. Penggunaan Arsitektur merupakan hasil karya
kamera oleh peneliti untuk pengambilan manusia, dipengaruhi oleh keadaan georafis,
berbagai objek yang di rasa perlu untuk geologis dan iklim. Ketiga hal ini membantu
keperluan data yang diperlukan terkait secara fisik dari adanya bentuk arsitektur.
penelitian ini. Dokumentasi bertujuan Kemudian keadaan keagamaan dan
untuk memudahkan peneliti dalam proses kemasyarakatan, turut serta menentukan
mengolah data, sehingga dokumentasi ini kondisi dalam ingkup tersebut. Setelah
digunakan oleh peneliti dari awal ketika berakhirnya kejayaan Majapahit kemudian
observasi hingga akhir yaitu ketika proses digantikan oleh kerajaan-kerajaan Islam,
wawancara berlangsung. memunculkan akulturasi kebudayaaan di
Indonesia yaitu Hindu dan Islam.
2) Data Sekunder Perpaduan budaya Islam dan Hindu
Data sekunder adalah data yang menjadi satu hingga membentuk kesatuan
diperoleh dari penelitian sebelumnya, yang saling melengkapi yang di wujudkan
dalam artian sebagai data yang sudah jadi dalam bentuk bangunannya yaitu gapura
dan tersedia, yang didapatkan oleh bentar, gapura paduraksa, masjid dan makam
peneliti baik dari buku, jurnal dan R. Nur Rahmat. Hal ini membuktikan bahwa
informasi dari hasil penelitian orang lain akuturasi budaya tidak akan merusak budaya
baik secara lisan maupun tertulis dan yang telah ada sebelumnya, akan tetapi lebih
bukan dokumentasi pribadi. menjadikan adanya kekayaaan budaya.
Ragam hias dalam konteks Gapura
Bentar dan Paduraksa di Jawa Timur
7
berfungsi sebagai elemen penghias bangunan, simbol-simbol yang didalamnya terdapat
selain itu juga sebagai penanda dan simbol makna-makna tertentu, seperti berikut ini:
masuk tempat yang sakral dan dianggap suci. a) Hiasan sayap pada paduraksa
Ragam hias merupakan komponen di dalam merupakan hubungan dengan
seni yang tujuannya ialah sebagai hisan, baik kepercayaan Hindu. Terkait dengan
untuk tujuan spriritual maupun material. cerita Garudeya bahwa tentang
Ragam hias memuat nilai simbolik yang ada kebaktian kepada orang tua dan
hubungannya dengan pandangan hidup pelepasan dalam perbudakan.
kedepan dan kepercayaan dari seorang b) Terdapat motif pohon kalpataru dalam
seniman sehingga bangunan yang terdapat Hindu menyebutnya sebagai pohon
ragam hias itu lebih mempunyai makna lebih hayat, sedangkan dalam Islam disebut
tinggi. Gapura merupakan bangunan berupa pohon “Syajarotul khuldi” yang berada
pintu gerbang terdiri dari sepasang bangunan di Sidrotul Muntaha. Bahwa pohon
dengan bentuk yang sama dan berada di tersebut mempunyai makna pohon yang
kanan dan kiri pintu masuk suatu wilayah atau dapat memberikan segala keinginan.
daerah. c) Hiasan motif burung merak yang
Gapura berasal dari bahasa merupakan sebuah pendarmaan raja
sansekerta, yaitu “Gopuram” yang berarti peratama Majapahit kertarajasa dewa
pintu gerbang menuju kota. Gapura juga dapat perang skanda atau kartikeya, putera
diartikan sebagai pintu pertaubatan, berasal Siwa dan Parwati.
dari bahasa Arab yang maknanya d) Motif Kala-Makara
“pengampunan” (Muyasyaroh, 2015, p. 155).
Kala memiliki arti raksasa yang
menakutkan. Kala tersebut berada
Makna Simbol Gapura Bentar
pada bagian atas pintu masuk
Gapura di Sendang Duwur ini berbentuk
tangga bangunan gapura
candi bentar yang berukuran dengan 3,85 cm
Paduraksa, berbentuk mulut
dan tinggi sisi kanan-kirinya 1,60 cm. Gapura
raksasa terbuka tanpa rahang
bentar tidak mempunyai atap penghubung
bawah.
pada bagian atas, sehingga kedua sisi terpisah
dan terhubungnya hanya dari bagian bawah Makara memiliki arti wujud
yaitu di bagian anak tangga. binatang yang di gambarkan
dengan berbagai macam campuran
Makna Simbol Gapura Paduraksa bentuk gajah, buaya, naga dan
Gapura paduraksa memiliki atap dan ikan. Makara ini terdapat di kanan
gapura ini ialah gapura yang paling bagus dan dan kiri tangga pada pintu masuk
unik di komplek cagar budaya Sendang gapura paduraksa. Makara
Duwur, bahkan mungkin gapura yang terbaik mempunyai makna keselamatan.
di antara gapura-gapura kekunoan Islam Untuk Makara yang berada di
dalam segi hiasan dan arsitekturya. Tinggi komplek cagar budaya Sendang
gapura 5,125 cm, lebar 0,75 cm, panjang/tebal Duwur ini ialah berbentuk buaya.
3,75 cm, lebar sayap 5 cm, tinggi pintu masuk Hiasan Kala-Makara merupakan dua
1,80 cm. Gapura Paduraksa berfungsi sebagai kekuatan yang ada di alam. Kala
pembatas sekaligus gerbang masuk ke suatu sebagai kekuatan atas (kekuatan
wilayah dalam komplek bangunan-bangunan matahari) dan makara sebagai kekuatan
kuno yang penting seperti tempat suci. di bawah (bumi). Kala-makara pada
Paduraksa atau koriagung adalah gapura umumnya sengaja digunakan sebagai
beratap yang sudah ada pada abad ke-8 M. penjaga kesucian komplek bangunan itu
Di bangunan gapura paduraksa yang ada sendiri. Karena bentuknya yang
di Sendang Duwur ini terdapat berbagai menyeramkan yaitu yang berupa kepala
ornamen atau motif yang tentunya memiliki raksasa yang sedang menyeringai, maka

8
diharapkan dapat menakuti roh-roh

9
jahat yang akan memasuki komplek masjid bujur sangkar berukuran 15×15 cm,
bangunan tersebut. tinggi 1,35 cm dari halaman masjid,
e) Motif singa bersayap pada umumnya sedangkan dari halaman makam 2,5 cm
melambangkan sebagai matahari, dan dari halaman depan masjid hampir
keperkasaan, pelindung terhadap mencapai 7 cm. Simbol-simbol yang ada
pengaruh jahat dan pembebasan. Dalam pada masjid R. Nur Rahmat ialah:
peradaban kuno singa digunakan a) Atap tumpang bersusun tiga pada
sebagai lambang kemaharajaan dan masjid merupakan pengaruh hindu
dalam kesenian Islam singa dikenal yang dapat dilihat pada atap meru
sebagai pelindung terhadap bahaya da bangunan suci hindu.
roh jahat. b) Pintu untuk keluar dan masuk orang
f) Motif kepala kijang dengan disertai ke dalam masjid ini mempunyai
adanya lengkungan garis yang ukuran rendah sekali, agar setiap
menandakan penghormatan bagi orang membungkuk ketika masuk.
pahlawan atau orang besar yang berada Jadi, dibuat untuk mendidik orang
di wilayah tersebut. supaya menghormati tempat suci.
g) Motif ular naga mengandung makna
Pintu sebelah kiri masjid terdapat
sebagai kekuasaan, kesaktian,
inskripsi angka Jawa yang berarti
pelindung dan kesejahteraan bumi.
1581 saka atau 1929 M. Tahun ini
Dalam kepercayaan Hindu bentuk naga
menunjukan bangunan pertama
sudah ada sejak zaman kejayaan
dengan dinding kayu.
Majapahit.
h) Motif alam disini terdapat bentuk flora Pintu tengah masjid terdapat
atau sulur-suluran yang sagat rumit tapi inskripsi huruf arab 1339 Hijriah
luwes, indah dan laras antar satu bagian yang menandakan bahwa ajaran
dengan bagian yang lan tidak sama tapi agama Islam mulai tersebar baik
saling berhubung sehingga napa dalam bentuk tidak tertulis
menghias dan memperindah bidang. maupun tertulis.
Kemudian selain itu jugaterdapat motif Pintu sebelah kanan masjid
lingkup pepohonan yang rindang, terdapat inskripsi angka tahun
hiasan lingkungan tempat tinggal 1920 M, tahun rehap pertama dan
(rumah) dan gunung. sampai dengan yang ada sekarang
i) Motif karang bintulu adalah sebuah ini.
kombinasi hiasan berupa mata tunggal c) Mimbar pada masjid kuno
yang ini sebagai pemusatan pikiran. mengingatkan pada “asana” tempat
Kemudian dengan adanya pra Islam di duduk dewa.
tempat tersebut sedemikian rupa dengan d) Motif teratai yang terdapat di beberapa
berjalannya waktu sehingga Nampak bagian masjid merupakan dari Hindu,
seperti hiasan bungga dan daun-daunan. seperti pada hiasan pintu terdapat motif
teratai.
Makna Simbol Bangunan Masjid R. e) Letak komplek yang berada pada
Nur Rahmat puncak gunung amitunon ini,
Masjid merupakan bangunan untuk merupakan dahulu sebagai tempat suci
beribadah sholat kepada Allah SWT, arah pra Islam.
hadap masjid ialah ke kiblat (kiblat f) Panil-panil segi enam yang luwes
Mekkah). Masjid Sendang Duwur yang seperti diukir yang menghiasi relief
ada saaat ini hampir tidak menyisakan pintu merupakan budaya dari Islam.
bangunan yang berasal dari awal Sebagai wujud akulturasi budaya
bangunannya, namun hanya beberapa saja maka masjid R. Nur Rahmat ini di gunakan
dari sisi yang lama di gunakan. Denah sebagai tempat ibadah, sebagai tempat
10
belajar menuntut ilmu, sebagai wadah

11
kerukunan sesama masyarakat terkait menyebarkan Islam pertama kalinya di
ukhwah islamiyah, sebagai pusat wilayah tersebut yaitu bernama R. Nur
pelestarian kebudayaan dan sebagai tempat Rahmat atau masyarakat pada umumnya
pelaksanaan tradisi selamatan. menyebut sebagai sunan Sendang Duwur.
Bangunan yang ada di komplek Sendang
Makna Simbol Bangunan Makam R. Nur Duwur mempunyai simbol-simbol yang dapat
Rahmat di maknai. Jadi, pemaknaan simbol yang
Makam merupakan suatu benda berupa bangunan gapura ialah sebagai tanda
penghormatan kepada seseorang yang telah masuk ke tempat sakral atau suci yang terdiri
meninggal dunia. Ditinjau dari segi nilai dan dari gapura bentar dan paduraksa. Di setiap
ragam hiasannya, makam ini terlihat sangat bidang gapura tersebut terdapat ragam hias
menarik, unik dan diagungkan oleh yang berfungsi sebagai hiasan dan memiliki
masyarakat Desa Sendang Duwur. Makna tujuan untuk spiritual ataupun material.
simbol-simbol antara lain yaitu: Simbol-simbol pada bangunan masjid R. Nur
a) Nisan relief motif simbol motif Rahmat ini bisa dilihat pada bidang dan
Matahari yang melambangkan kerajaan bentuk masjid tersebut, salah satunya ialah
Majapahit. bentuk atap tumpang bersusun tiga pada
b) Pada pondasi makam terdapat motif masjid ialah pengaruh Hindu, dapat di lihat
kala yang di gayakan dalam rangkaian seperti atap meru bangunan suci Hindu.
pohon dan bunga, serta di sampingnya Sedangkan pada bangunan makam R. Nur
terdapat hiasan sayap yang Rahmat di sekitarnya terdapat berbagai motif
mengembang. dan bentuk benda yang mempunyai makna
c) Nisan yang berisi sifat-sifat yang ada di tertentu, salah satunya ialah motif bulan sabit
dalam Al Qur’an, terkadang ada juga yang berada di dinding makam R. Nur
yang berisi nama dengan menggunakan Rahmat yang memiliki nilai religious dan
huruf arab. Hal ini pengaruh unsur sakral. Perpaduan budaya Islam dan Hindu
budaya dari Islam menjadi satu terkait dengan bangunan-
d) Hiasan yang terbuat dari pahatan kayu bangunan yang ada ini sehingga mewujudkan
berbentuk bulan sabit dengan ukiran bukti bahwa akulturasi budaya tidak akan
angka tahun berhuruf aksara jawa di merusak atau menghancurkan budaya yang
tengahnya yang terbaca 7051 atau telah ada sebelumnya, akan tetapi lebih
menunjukan angka tahun 1507 saka menjadikan adanya keragaman dalam
(1585 masehi) yaitu tahun kekayaan budaya.
meninggalnya R. Nur Rahmat. SARAN
e) Motif keris yang terdapat di dinding
makam R. Nur Rahmat yang memiliki Berdasarkan penelitian yang telah di
makna simbol budaya dengan kekuatan lakukan ini, maka peneliti akan
magis sehingga dapat digunakan menyampaikan saran sebagai berikut:
sebagai benda pelengkap sesajian. Keris 1) Untuk Pemerintah
juga dianggap sebagai pustaka, a) Diharapkan dapat meningkatkan
khususnya di masyarakat Jawa. Keris infrastruktur pembangunan dalam
tersebar pada wilayah lingkup pengembangan yang ada di komplek
masyarakat yang pernah terpengaruh cagar budaya Sendang Duwur. Hal ini
oleh kerajaan Majapahit. terkait dengan perbaikan jalan,
melengkapi sarana-prasarana yang ada
SIMPULAN seperti di lengkapi dengan tempat
parkir dan dibangun tempat
Bangunan yang ada terdiri dari peristirahatan untuk para pengunjung.
gapura bentar, gapura paduraksa, masjid R. b) Memperkenalkan komplek cagar
Nur Rahmat dan makam seorang yang budaya Sendang Duwur ini kepada
12
masyarakat umum. Hal ini dapat Surabaya. Vol. 03; No.02; Juli 2015; hal 153-
dengan cara memberi sebuah petunjuk 161.
(poster) yang ditempatkan pada arah
lokasi Desa Sendang Duwur. Soekmono. (1973). Pengantar Sejarah
2) Untuk Masyarakat Kebudayaan Indonesia 3. Yogyakarta:
a) Turut serta mengawasi dan Kanisius.
memelihara dalam melestarikan
komplek cagar budaya Sendang Spradley, James P. (1997). Metode Etnografi.
Duwur. Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya.
b) Mengajarkan nilai-nilai luhur yang
sangat penting kepada generasi Syam, Nur. (2007). Mahdzab-mahdzab
penerus bangsa yang hal ini seperti Antropologi. Yogyakarta: LKiS.
sifat toleransi, saling menghargai,
saling menghormati dan menjaga Yuniana, Enggrita Rosa. (2016). Makna
tradisi sesuai dengan adanya Simbol pada Bangunan Pagoda Tian Ti di
pemaknaan dalam bangunan- Kenpark. Surabaya: Skripsi Program Studi
bangunan yang ada di komplek Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
cagar budaya Sendang Duwur. Politik, Universitas Airlangga.
3) Untuk Pengunjung
Turut serta melestarikan, memelihara, Zaki , Iqra Alina. (2016). Peninggalan
menjalankan tata tertib yang sudah ada Purbakala Islam Komplek Sunan Sendang di
di komplek cagar budaya Sendang Desa Sendang Duwur Kecamatan Paciran
Duwur. Kabupaten Lamongan. Surabaya: Skripsi
Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas
DAFTAR PUSTAKA Negeri Sunan Ampel.

Anom, I.G.N. (1999). Masjid Kuno


Indonesia. Jakarta: Proyek Pembinaan
Peninggalan Sejarah Dan Kepurbakalaan
Pusat.

Danandjaja, James. (1994). Folklor Indonesia


ilmu gossip, dongeng dan lain-lain. Jakarta:
Pustaka Utama Grafiti.

Geertz, Clifford. (1992). Tafsir Kebudayaan.


Yogyakarta: Kanisius.

Haryono, Tri Joko Sri. (2012). Pengantar


antropologi. Surabaya: PT Revka Petra
Media.

Kemenpar RI. (2010). Undang-Undang


Republik Indonesia Nomor 11 tentang Cagar
Budaya.

Muyasyaroh, Umi. (2015). Perkembangan


Makna Candi Bentar di Jawa Timur Abad 14-
15. Jurnal Program Studi Pendidikan Sejarah
Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri
13

You might also like