You are on page 1of 14

Jurnal Psikologi Teori dan Terapan

2019, Vol. 10, No. 1, 1-14, doi: 10.26740/jptt.v10n1.p1-14


p-ISSN: 2087-1708; e-ISSN: 2597-9035

Disposisi Berpikir Terbuka Secara Aktif: Definisi, Pengukuran, dan


Kaitannya dengan Prestasi Akademik

Actively Open-Minded Thinking: Definition, Assessment, and Its Relation with


Academic Performance

Anindito Aditomo
Fakultas Psikologi Universitas Surabaya, Surabaya

Abstract: This study seeks to evaluate the validity of a scale intended to measure
actively open-minded thinking (AOT), and to explore whether AOT can predict
academic performance. The Rasch model was applied to evaluate the scale’s construct
validity through the mirt package in R. Scale validation was based upon a sample of
university students in Surabaya (N=424), while regression analysis to predict academic
achievement was based on a sub-sampel for which data was available (n=220). Rasch
analysis results suggested that the 10-item self-report scale had good construct validity,
especially when measuring participants from the lower end of the trait level spectrum.
AOT was found to be positively and moderately correlated with conscientiousness and
openness to experience. AOT also predicted higher performance in a course which
assessed students’ ability to analyse and evaluate arguments, as well as overall
performance assessed by their grade point average (GPA) 18 months later. These
results suggest that AOT is an important variable that can be adequately measured
using a self-report instrument. Further work should focus on creating items which are
more difficult to endorse.
Keywords: Thinking disposition, intellectual character, item-response theory, Big 5
personality, academic achievement

Abstrak: Penelitian ini bertujuan mengevaluasi validitas sebuah skala disposisi


berpikir terbuka secara aktif, serta mengeksplorasi apakah disposisi tersebut dapat
memprediksi prestasi akademik. Validasi skala dilakukan pada sampel mahasiswa
sebuah universitas di Surabaya (N=424), sedangkan regresi untuk memprediksi
prestasi akademik dilakukan pada sub-sampel (n=220). Validasi dilakukan dengan
model Rasch menggunakan paket mirt di program R. Hasil pemodelan Rasch
menunjukkan bahwa skala disposisi berpikir terbuka-aktif memiliki validitas konstruk
yang baik, terutama untuk sampel dengan tingkat disposisi yang rendah. Disposisi
berpikir terbuka-aktif juga terbukti berkorelasi positif moderat dengan dimensi
kepribadian openness to experience dan conscientiousness. Selain itu, disposisi
tersebut juga terbukti memprediksi prestasi belajar pada mata kuliah yang mengukur
kemampuan analisis/evaluasi argumen, serta pada indeks prestasi secara keseluruhan
18 bulan kemudian. Dalam disimpulkan bahwa disposisi berpikir terbuka-aktif
merupakan konstruk yang perlu diperhatikan oleh peneliti maupun praktisi
pendidikan. Pengembangan skala perlu diarahkan pada penulisan butir-butir yang
memiliki tingkat kesulitan lebih tinggi.
Kata kunci: disposisi berpikir, karakter intelektual, teori butir-respons, kepribadian
Big 5, prestasi akademik.

Korespondensi tentang artikel ini dapat dialamatkan kepada Anindito Aditomo melalui email:
aditomo@staff.ubaya.ac.id.

1
Anindito Aditomo: Disposisi berpikir terbuka secara aktif … (1-14)

Kemampuan berpikir kritis (critical konteks proses berpikir ketika menghadapi


thinking) dan tingkat tinggi (higher-order permasalahan yang kompleks. Dalam
thinking) adalah bagian esensial dari kom- konteks tersebut, seseorang perlu mencari
petensi Abad 21 (Dwyer, Hogan, & kemungkinan solusi atau jawaban, serta
Stewart, 2014). Perkembangkan teknologi informasi yang bisa digunakan untuk
informasi membuat semakin banyak per- mengevaluasi tiap kemungkinan tersebut
soalan rutin tertangani oleh komputer dan (Barzilai & Chinn, 2018). Individu dengan
robot. Di sisi lain, perkembangan yang disposisi BTA yang kuat akan secara
sama juga telah mendorong terciptanya sengaja (“aktif”) berupaya mencari bera-
ekologi informasi yang kompleks, serba gam kriteria, kemungkinan solusi, dan
cepat, dan penuh ketidakpastian. Pada level bukti-bukti yang berseberangan dengan
personal, kemampuan berpikir mandiri dan pendapat pribadinya (Baron, 2018).
belajar sepanjang hayat menjadi penting Dengan demikian, ciri utama BTA bukan
bagi individu yang ingin beradaptasi lama atau kerasnya seseorang berpikir,
dengan lingkungan dan masalah-masalah melainkan arah dan tujuan proses ber-
kompleks yang baru (Griffin, McGaw, & pikirnya. Proses pencarian dengan ciri
Care, 2012). Pada level sosial, kemampuan seperti ini dapat menghasilkan simpulan
mencerna dan mengevaluasi informasi yang mungkin membuat individu merevisi
untuk kemudian mengambil keputusan atau menggugurkan pendapat yang sebe-
secara bijak mengenai berbagai isu publik lumnya ia yakini.
menjadi salah satu landasan bagi kehidupan Ada beberapa disposisi berpikir yang
demokrasi yang sehat (Weinstein, 1991). mirip namun perlu dibedakan dari BTA.
Berpikir kritis bukan hanya soal me- Misalnya, need for cognition (NFC) yang
miliki keterampilan untuk menganalisis mencerminkan kesukaan mengerahkan
dan mengevaluasi informasi. Berpikir kritis usaha kognitif (Jebb, Saef, Parrigon, &
juga melibatkan kemauan untuk menerap- Woo, 2016). NFC berbicara tentang
kan keterampilan-keterampilan kognitif besarnya usaha kognitif, sedangkan BTA
tersebut (Facione, 2000). Kegagalan berpi- lebih terkait dengan arah dan tujuan
kir lebih sering terjadi karena individu berpikir. Seseorang bisa saja memiliki
tidak menyadari bahwa sebuah situasi NFC tinggi dan BTA yang rendah. Dalam
memerlukan penerapan critical thinking kasus tersebut, individu akan senang
(Perkins & Tishman, 1998). Seseorang mengerahkan banyak energi untuk ber-
yang terampil menganalisis pergerakan pikir, namun dengan tujuan yang men-
harga saham untuk keperluan bisnis, misal- dukung pendapat pribadinya. Konstruk lain
nya, belum tentu menerapkan keterampilan yang mirip dengan BTA adalah sifat
tersebut ketika membaca berita sosial- terbuka terhadap pengalaman baru
politik di media sosial. Karena itu ia bisa (openness to new experience) yang men-
terperdaya informasi palsu (hoaxes) atau jadi bagian dari model kepribadian Big 5
mengambil keputusan yang tidak rasional (Woo et al., 2014). Fokus sifat ini adalah
(Stanovich, West, & Toplak, 2013). Sisi pada kebaruan. Individu dengan openness
afektif yang mendorong individu untuk tinggi menikmati sensasi pengalaman baru.
menerapkan keterampilan kognitif secara Berbeda dari hal itu, individu dengan
sadar dan konsisten disebut sebagai disposisi BTA yang kuat akan menghargai
disposisi berpikir (thinking dispositions). informasi bukan karena kebaruannya,
Artikel ini terfokus pada disposisi melainkan karena potensinya untuk mem-
yang disebut sebagai actively open-minded perdalam pemahaman.
thinking alias berpikir terbuka secara aktif BTA terbukti sebagai disposisi yang
(selanjutnya disingkat BTA). Esensi dari penting dalam proses mengevaluasi argu-
disposisi BTA dapat dipahami dalam men dan pengambilan keputusan. Ketika

2
Jurnal Psikologi Teori dan Terapan, Vol. 10, No.1, Agustus 2019

diminta mengevaluasi argumen tentang isu men self-report untuk mengukur disposisi
sosial-politik yang kontroversial (misal- BTA. Validitas dievaluasi berdasarkan dua
nya, isu pajak atau cara menangani jenis bukti, yakni bukti terkait struktur
kejahatan), individu dengan disposisi BTA internal skala, dan bukti mengenai korelasi
yang kuat juga lebih mampu menges- hasil pengukuran dengan variabel lain.
ampingkan keyakinan pribadi sehingga Bukti mengenai struktur internal
menghasilkan evaluasi yang lebih akurat skala diperoleh dari analisis dengan
(Stanovich & West, 1997). Misalnya, pendekatan teori respons butir (item-
ketika mengevaluasi argumen yang lemah response theory/IRT). Asumsi dasar IRT
tentang hukuman mati, individu dengan adalah bahwa respon seorang individu
disposisi BTA tinggi akan bisa mengenali terhadap sebuah butir tes atau skala
kelemahan argumen tersebut, meski ia ditentukan oleh interaksi antara karak-
secara pribadi menyetujuinya. Penelitian teristik butir tersebut dengan tingkat
lain menemukan bahwa ketika diminta (tinggi-rendahnya atau kuat-lemahnya)
memecahkan teka-teki, individu dengan atribut yang dimiliki oleh individu tersebut
BTA yang kuat cenderung lebih cermat (Baker & Kim, 2017). Dengan demikian,
dalam memproses informasi dan karena itu model-model IRT pada dasarnya adalah
lebih berhasil memperoleh pemecahan formula statistik mengenai probabilitas
yang tepat (Haran, Ritov, & Mellers, seorang individu memberi respon tertentu
2013). Disposisi BTA juga ditengarai terhadap sebuah pertanyaan atau butir tes
menjelaskan mengapa individu tertentu atau skala.
mudah mempercayai berita palsu Melalui pemodelan yang memper-
(Bronstein, Pennycook, Bear, Rand, & hitungkan atribut butir dan individu secara
Cannon, 2018). simultan, IRT mengatasi kelemahan pen-
Belum banyak riset yang menelaah dekatan klasik (classical test theory) yang
peran BTA dalam konteks akademik. beroperasi menggunakan skor mentah
Secara teoretis BTA memiliki peran (Wu, Tam, & Jen, 2016). Dalam peng-
penting dalam proes belajar. Siswa yang ukuran sosial-psikologis, skor mentah yang
memiliki sifat berpikir terbuka secara aktif dihasilkan skala/tes masih bersifat ordinal.
seharusnya juga lebih termotivasi untuk Karena itu, hasil pengukuran dengan
menggali informasi secara mendalam un- pendekatan klasik hanya bisa mengurutkan
tuk memahami permasalahan. Hal ini individu, namun tidak bisa membuat per-
berlaku terutama untuk materi-materi ku- bandingan yang presisi tentang jarak antar
liah yang menuntut seseorang merevisi individu tersebut. Sebagai ilustrasi, misal-
pemahaman awamnya agar sesuai dengan kan tiga siswa mendapat skor mentah 50,
konsepsi yang lebih ilmiah. Misalnya, 60, dan 80 pada sebuah tes kemampuan
orang awam kerap memiliki konsepsi yang berhitung. Skor tersebut mencerminkan
keliru tentang penyakit jiwa. Ketika mem- urutan kemampuan berhitung, namun tidak
pelajari fenomena tersebut secara ilmiah, mencerminkan jarak objektif antar ketiga-
mahasiswa yang mau secara aktif mem- nya. Dengan kata lain, kita tidak bisa
baca beragam informasi, termasuk yang mengatakan bahwa perbedaan kemampuan
bertentangan dengan pandangan awamnya, berhitung siswa pertama dan kedua lebih
akan lebih mendapat pema-haman lebih kecil dibanding perbedaan antara siswa
mendalam. kedua dan ketiga. Perbandingan jarak antar
Saat ini belum ada instrumen untuk individu menuntut skor pada level interval,
mengukur disposisi BTA dalam bahasa seperti yang dihasilkan oleh pemodelan
Indonesia. Karena itu, tujuan utama pene- IRT (Wu et al., 2016). Dari berbagai
litian ini adalah untuk mengembangkan pendekatan IRT yang ada, penelitian ini
dan mengevaluasi validitas sebuah instru- menggunakan pendekatan Rasch (Bond &

3
Anindito Aditomo: Disposisi berpikir terbuka secara aktif … (1-14)

Fox, 2015). Berbeda dari pendekatan IRT Dengan demikian, pertanyaan yang
lain, Rasch mengasumsikan adanya model dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai
ideal dan mengevaluasi seberapa baik data berikut:
mencerminkan model ideal tersebut.
(1) Seberapa kuat validitas skala disposisi
Melengkapi analisis IRT, penelitian
BTA ditinjau berdasarkan model
ini juga mengevaluasi validitas skala BTA
berdasar pola korelasinya dengan variabel Rasch?
lain yang relevan. Untuk melihat validitas (2) Apakah korelasi skor disposisi BTA
diskriminan, skor skala BTA akan dikore- dengan sifat kepribadian openess to
lasikan dengan skor sifat terbuka terhadap experience sejalan dengan teori?
openness to new experience (Woo et al., (3) Apakah skor disposisi BTA dapat
2014) dan conscientiousness. Seperti telah memprediksi prestasi akademik, sete-
diuraikan di atas, openness adalah dimensi lah mengendalikan sifat-sifat kepriba-
kepribadian yang secara konseptual memi- dian openness dan conscientiousness?
liki kedekatan dengan BTA. Karena itu,
kedua skor seharusnya berkorelasi positif
Metode
pada level moderat: tidak rendah, namun
juga tidak terlalu tinggi. Conscientiousness Sampel
merujuk pada kecenderungan untuk mela-
kukan perencanaan, mengendalikan im- Pemodelan Rasch (analisis IRT)
puls, dan menunda kesenangan demi didasarkan pada 424 mahasiswa program
mencapai tujuan (Roberts, Jackson, psikologi yang diperoleh melalui
Fayard, Edmonds, & Meints, 2009). Di sisi convenience sampling. Usia subjek ber-
lain, disposisi BTA juga mencakup gerak antara 16 sampai 22 tahun, dengan
kemauan mengendalikan diri dalam hal rata-rata 18.7 tahun. Sebagian besar subjek
pengambilan simpulan dan keputusan. (77.8%) adalah perempuan. Sekitar se-
Karena itu BTA juga seharusnya berko- paruh (48.1%) adalah mahasiswa semester
relasi positif dengan conscientiousness 1, sedangkan sisanya adalah mahasiswa
(meski tidak sekuat dengan openness). semester 5. Analisis hubungan antar varia-
Selain mengevaluasi validitas skala, bel (disposisi BTA, dimensi kepribadian,
penelitian ini juga bertujuan untuk dan prestasi akademik) dilakukan pada
mengeksplorasi peran disposisi BTA pada sub-sampel mahasiswa semester 1.
konteks akademik. Secara lebih spesifik,
penelitian ini hendak menguji apakah Pengumpulan Data
disposisi BTA dapat memprediksi prestasi
akademik. Secara teoretis, BTA seharus- Data variabel demografis dan psi-
nya berkorelasi dengan kinerja untuk kologis dikumpulkan melalui kuesioner
pekerjaan yang menuntut individu berpikir daring (online) yang dibuat menggunakan
kritis dan tingkat tinggi. Hal ini seharusnya Googleform. Subjek diminta mengisi kue-
berlaku juga untuk konteks akademik, sioner pada minggu pertama semester
setidaknya untuk mata kuliah yang me- gasal tahun ajaran 2017/2018. Prestasi
nuntut aplikasi daya nalar. Analisis pre- akademik diukur berdasarkan nilai mata
diktif ini dilakukan dengan mengendalikan kuliah logika (yang mencerminkan ke-
sifat-sifat kepribadian openness to mampuan menganalisis argumen), serta
experience dan conscientiousness yang indeks prestasi kumulatif (yang mencer-
diketahui sebagai variabel psikologis yang minkan hasil belajar secara lebih menye-
secara konsisten memprediksi prestasi luruh). Nilai mata kuliah logika diperoleh
akademik (Richardson, Abraham, & Bond, pada akhir semester gasal 2017/2018,
2012).

4
Jurnal Psikologi Teori dan Terapan, Vol. 10, No.1, Agustus 2019

sedangkan IPK diperoleh pada akhir 1), yaitu (a) kemauan merevisi pendapat
semester gasal 2018/2019. yang dianggap benar ketika ada bukti yang
Bagian utama kuesioner tersusun menggugurkan pendapat tersebut, (b)
atas skala berpikir terbuka secara aktif kecenderungan mencari informasi dan
(BTA) dan Big Five Inventory yang perspektif yang ber-beda-beda tentang
mengukur openness to experience, sebuah isu atau topik/ problem, dan (c)
conscientiousness, extraversion, agree- sifat mementingkan akurasi dan pema-
ableness, dan neuroticism. Dari lima haman yang menyeluruh, dengan risiko
dimensi kepribadian tersebut, hanya keter- menunda pengambilan keputusan. Kaitan
bukaan (openness) dan conscientious-ness antara indikator dan butir skala BTA
yang digunakan dalam penelitian ini. Skala ditampilkan di Lampiran.
keterbukaan terdiri dari 10 butir (contoh:
“Ingin tahu banyak hal unik”), sedangkan Analisis Data
skala conscientiousness terdiri dari 9 butir
(contoh: “Mengerjakan tugas dengan Sebagian besar analisis dilakukan
teliti”), dengan pilihan jawaban bergerak dengan program R yang dijalankan melalui
dari 1 (“Sangat tidak setuju”) sampai 6 R-Studio (R Core Team, 2018). Pemodelan
(“Sangat setuju”). Rasch dilakukan dengan paket mirt
Skala BTA terdiri dari 10 butir skala (Chalmers, 2012). Model yang digunakan
yang memiliki pilihan antara 1 (“Sangat adalah partial credit model, sebuah model
tidak setuju”), 2 (“Tidak setuju”), 3 Rasch untuk butir dengan pilihan skor
(“Netral”), 4 (“Setuju”), dan 5 (“Sangat polytomous (tidak hanya 0 dan 1) seperti
setuju”). Berdasarkan konseptualisasi yang skala Likert (Wu et al., 2016). Rating scale
diajukan Baron (2017) dan Haran et al. model tidak digunakan karena mensyarat-
(2013), penulis menyimpulkan adanya tiga kan rentang pilihan jawaban yang sama
indikator utama disposisi BTA (lihat Tabel untuk semua butir.

Tabel 1. Aspek dan butir skala disposisi berpikir aktif secara terbuka (BTA)
Butir Isi butir Aspek

bta1 Saya senang dengan informasi yang mendorong saya memikirkan A (revisi keyakinan)
ulang pendapat saya.
bta2 Saya senang mendiskusikan hal-hal kontroversial yang bisa A (revisi keyakinan)
membuat saya memikirkan ulang kebenaran yang saya yakini.
bta3 Dalam mengambil keputusan, kita harus selalu B (pencarian informasi
mempertimbangkan hal-hal yang bertolak belakang dengan yang beragam)
pendapat kita.
bta4 Dalam memikirkan sebuah masalah, saya selalu B (pencarian informasi
mempertimbangkan pendapat-pendapat yang berseberangan. yang beragam)
bta5 Saya selalu berusaha melihat dari semua sudut pandang sebelum B (pencarian informasi
membuat keputusan. yang beragam)
bta6 Dalam berpendapat, saya selalu mempertimbangkan berbagai B (pencarian informasi
bukti yang ada. yang beragam)
bta7 Jika masih banyak hal yang tidak pasti, kita harus mempelajari C (menunda demi
lebih lanjut situasinya sebelum menetapkan solusi. akurasi)
bta8 Sebelum menetapkan solusi, saya harus memahami masalahnya C (menunda demi
secara menyeluruh. akurasi)
bta9 Kita harus memikirkan sesuatu dengan baik sebelum C (menunda demi
memutuskan untuk percaya atau tidak. akurasi)
bta10 Lebih baik bertahan pada prinsip yang kita yakini daripada A (revisi keyakinan)
berpikiran terbuka. [Catatan: butir unfavourable, di-skor terbalik]

5
Anindito Aditomo: Disposisi berpikir terbuka secara aktif … (1-14)

Dalam penelitian ini, meski tersedia detil.


5 pilihan jawaban untuk setiap butir, pada Skor disposisi BTA tiap responden
sebagian butir opsi pilihan paling rendah berdasarkan pemodelan Rasch kemudian
(Sangat tidak setuju) tidak dipilih oleh digunakan dalam analisis korelasi dan
responden, sehingga secara empiris butir- regresi untuk melihat kaitannya dengan
butir tersebut hanya memiliki 4 pilihan openness to experience dan prestasi
jawaban. akademik. Skor openness to experience
Langkah pertama dalam analisis serta conscientiousness juga diperoleh
IRT adalah mengevaluasi asumsi bahwa berdasarkan pemodelan Rasch. Dengan
skala BTA mengukur 1 dimensi. Asumsi demikian, kedua variabel ini diwakili oleh
unidimensionalitas dievaluasi dengan skor logit yang bersifat interval. Grafik
pengecekan scree plot nilai Eigen dari dibuat dengan paket ggplot2 (Wickham,
analisis faktor eksploratoris dengan 2016).
korelasi polychoric. Selanjutnya, kualitas
skala dievaluasi berdasarkan kecocokan Hasil
(fit) antara pola respon empiris dengan
pola yang diprediksi oleh model teoretis. Statistik deskriptif
Dalam pemodelan Rasch, indikator
kecocokan yang lazim digunakan adalah Hasil analisis data menghasilkan
rasio chi-square yang disebut infit dan rentang, skor rata-rata, dan simpangan
outfit. Selain itu, nilai threshold untuk tiap baku disposisi BTA, variabel kepribadian,
pilihan jawaban digunakan untuk meng- dan prestasi akademik ditampilkan di
evaluasi masing-masing butir secara lebih Tabel 2.

Table 2. Statistik deskriptif


Variabel Minimum Maksimum Rata-rata Simpangan baku
Disposisi BTA -2.298 2.329 0.011 0.848
Conscientiousness -1.879 2.254 -0.012 0.572
Openness to experience -2.308 2.426 -0.005 0.800
Indeks Prestasi (IPK) 0.00 3.98 3.23 .49
Nilai Logika 0.00 100.00 71.81 14.76
Keterangan: Data disposisi BTA, Conscientiousness, dan Openness ditampilkan dalam skor logit,
sedangkan IPK dan nilai Logika merupakan skor komposit.

Gambar 1. Nilai Eigen hasil analisis faktor ekploratoris dengan korelasi polychoric antar butir

6
Jurnal Psikologi Teori dan Terapan, Vol. 10, No.1, Agustus 2019

Dimensionalitas skala. Analisis faktor (varians yang dijelaskan oleh faktor laten
eksploratoris menunjukkan dua faktor yang berkisar 32.3% s.d. 48.6%). Untuk butir
memiliki nilai Eigen lebih dari 1. Namun aot2, varians yang dijelaskan faktor laten
demikian, nilai Eigen faktor kedua hanya adalah 26.7%, sedangkan untuk aot10
sedikit di atas 1, dan scree plot menun- angka tersebut hanyalah 5.7%.
jukkan bahwa selisih antara nilai Eigen Kecocokan (fit) butir. Statistik outfit
faktor pertama dan kedua jauh lebih besar dan infit tiap butir ditampilkan di Tabel 3.
dibanding selisih antara faktor kedua dan Semakin mendekati angka 1 (untuk nilai
ketiga (Gambar 1). Selain itu, analisis mean-square outfit/infit) atau 0 (untuk nilai
faktor konfirmatori menunjukkan bahwa z atau outfit/infit terstandard), semakin
data memiliki fit (kecocokan) yang baik baik kecocokan pola respon empiris ter-
dengan model 1 faktor, dengan nilai hadap butir dengan pola teoretis yang
RMSEA yang rendah (0.011), nilai CFI diprediksi oleh model Rasch. Rentang
(0.995) serta TLI (0.998) yang tinggi. outfit/infit yang masih dapat diterima ada-
Dengan demikian, asumsi unidimensi- lah 0.5 s.d. 1.5 untuk nilai mean-square
onalitas dianggap dapat dipertahankan. dan -1.9 s.d. 2.9 untuk nilai z/terstandard
Respon pada 8 dari 10 butir terlihat (Lincare, 2002). Berdasarkan nilai mean-
memiliki kaitan erat dengan faktor laten square, hanya butir aot10 yang pola res-

Tabel 3. Indeks kecocokan (fit) butir


Butir Outfit z.outfit Infit z.infit
bta1 0.893 -1.344 0.901 -1.184
bta2 0.966 -0.467 0.976 -0.320
bta3 0.927 -0.992 0.921 -1.059
bta4 0.862 -1.927 0.875 -1.695
bta5 0.916 -1.231 0.921 -1.146
bta6 0.856 -1.875 0.870 -1.574
bta7 0.848 -2.196 0.858 -2.015
bta8 0.830 -2.426 0.850 -2.028
bta9 0.859 -2.167 0.885 -1.706
bta10 1.307 4.127 1.277 3.707

Tabel 4. Lokasi/tingkat kesulitan butir dan ambang batas pilihan (rating threshold)
Ambang pilihan (rating)
Butir Lokasi butir
b1 b2 b3 b4
bta1 -1.535 -1.860 -4.072 -1.715 1.508
bta2 -1.470 -3.848 -2.050 -1.076 1.095
bta3 -1.685 -4.299 -2.231 -1.450 1.242
bta4 -1.658 -3.701 -3.000 -1.407 1.477
bta5 -1.220 NA -2.667 -1.509 0.516
bta6 -1.918 -2.932 -3.249 -2.433 0.943
bta7 -1.836 NA -3.952 -2.493 0.937
bta8 -1.744 NA -2.792 -2.984 0.543
bta9 -1.997 NA -3.810 -2.603 0.422
bta10 -0.923 -2.749 -2.032 -0.299 1.390

7
Anindito Aditomo: Disposisi berpikir terbuka secara aktif … (1-14)

ponnya kurang cocok dengan model. Butir Nilai ambang seharusnya secara ber-
aot10 tetap dipertahankan karena nilai urutan menjadi lebih besar (lebih positif),
mean-square outfit/infit-nya mendekati dengan selisih minimal 1 skor logit
ideal (Lincare, 2002). Analisis yang dila- (Lincare, 1999). Pada butir bta1, bta6, dan
kukan tanpa butir aot10 menghasilkan bta8, sebagian nilai ambang tidak sesuai
temuan yang tidak berbeda secara substantif. urutan yang diharapkan. Misalnya, pada
Rating scale dan tingkat kesulitan bta1 nilai ambang b1 (yakni -1.860) justru
butir. Analisis Rasch dengan partial credit lebih besar dibanding b2 (yakni -4.072).
model menghasilkan threshold (nilai Hal ini menunjukkan bahwa probabilitas
ambang) yang menunjukkan level theta terpilihnya opsi jawaban “Tidak setuju”
(tingkat diposisi BTA) yang diperlukan amat rendah dan tidak pernah berada di
untuk beralih dari satu opsi respon ke opsi atas probabilitas opsi jawaban lainnya. Hal
berikutnya. Untuk butir dengan 5 opsi ini terlihat pada Gambar 2, di mana garis
respon seperti dalam skala BTA, terdapat yang mewakili P2 (opsi kedua, yakni
empat nilai ambang. Pada Tabel 4, nilai “Tidak setuju”) selalu berada di bawah
ambang tersebut diberi label b1 (level theta garis probabilitas opsi-opsi lainnya.
peralihan dari “Sangat tidak setuju” ke Nilai ambang seluruh butir ditampil-
“Tidak setuju”), b2 (dari “Tidak setuju” ke kan secara visual pada Gambar 3. Sumbu
“Netral”), b3 (dari “Netral” ke “Setuju”), horizontal untuk tiap butir mewakili
dan b4 (dari “Setuju” ke “Sangat setuju”). tingkat kesulitan peralihan opsi jawaban.
Pada butir bta5, bta7, dan bta8 hanya Terlihat bahwa letak nilai ambang sering
muncul 3 nilai ambang karena tidak ada berdekatan (misalnya, pada butir bta1,
responden yang memilih opsi “Sangat bta6, dan bta8).
tidak setuju”.

Gambar 2. Kurva karakteristik opsi butir bta1

8
Jurnal Psikologi Teori dan Terapan, Vol. 10, No.1, Agustus 2019

Gambar 3. Skor ambang (tingkat kesulitan) opsi butir-butir skala BTA

Gambar 4. Kurva informasi skala BTA

Reliabilitas dan informasi skala. Ke- theta di atas 1), skala ini memberi estimasi
10 butir disposisi BTA membentuk skala yang kurang presisi alias kurang reliabel
dengan reliabilitas yang memadai (0.812). atau mengandung relatif banyak error
Selain reliabilitas secara keseluruhan, pengukuran.
analisis IRT juga menghasilkan indeks Korelasi dengan dimensi-dimensi
“informasi” sebagai fungsi dari skor atribut kepribadian. Untuk sub-sampel mahasiswa
laten (theta). Seperti terlihat pada Gambar semester awal (n=228), korelasi bivariat
4, skala disposisi BTA memberi estimasi menunjukkan bahwa disposisi BTA ber-
dengan presisi/reliabilitas tinggi untuk hubungan positif dan moderat dengan sifat
responden yang memiliki skor theta antara openness to experience (r=0.441, p<0.001)
-4 sampai 1. Untuk responden yang dan conscientiousness (r=0.330, p<0.001).
memiliki disposisi TBA yang kuat (skor

Tabel 5. Hasil regresi untuk memprediksi nilai mata kuliah Logika


Prediktor B SE B Β t p
Intercept 69.844 1.136 61.470 .000
Disposisi BTA 4.225 1.356 .230 3.117 .002
Conscientiousness -2.611 1.995 -.093 -1.309 .192
Openness to experience -.542 1.383 -.029 -.392 .696

9
Anindito Aditomo: Disposisi berpikir terbuka secara aktif … (1-14)

Tabel 6. Hasil regresi untuk memprediksi IPK


Prediktor B SE B β t p
Intercept 3.121 .034 90.698 .000
Disposisi BTA .133 .042 .237 3.177 .002
Conscientiousness -.038 .060 -.045 -.631 .529
Openness to experience -.066 .042 -.116 -1.558 .121

Daya prediksi terhadap prestasi BTA bisa dijelaskan oleh satu atribut laten.
akademik. Regresi untuk memprediksi nilai Asumsi ini juga merupakan prasyarat bagi
mata kuliah Logika terbukti signifikan analisis Rasch. Hasil analisis mendukung
(R=0.211; F(3, 225)=3.481; p=0.017). asumsi unidimensionalitas skala BTA versi
Kaitan antara masing-masing prediktor Bahasa Indonesia, terutama jika melihat
dengan nilai Logika ditampilkan di Tabel scree plot serta indeks kecocokan yang
5. Tampak bahwa hanya disposisi BTA dihasilkan oleh analisis faktor model 1
yang secara signifikan memprediksi nilai dimensi. Meski demikian, sebagai catatan,
Logika pada sampel ini. Regresi untuk adanya faktor kedua yang berada pada
memprediksi IPK juga signifikan ambang batas (nilai Eigen sedikit di atas
(R=0.209; F(3, 224)=3.424; p=0.018). 1), keberadaan dimensi kedua perlu
Pada Tabel 6, sekali lagi terlihat bahwa menjadi perhatian dalam penelitian selan-
hanya disposisi BTA yang memprediksi jutnya (Svedholm-Häkkinen & Lindeman,
IPK. 2018).
Analisis IRT menghasilkan nilai fit
Pembahasan minimal 0.830 (outfit butir BTA 8) sampai
maksimal 1.307 (outfit butir bta10, lihat
Disposisi berpikir terbuka secara Tabel 3). Rentang ini masih berada dalam
aktif atau actively open-minded thinking batas yang dapat diterima untuk nilai
(BTA) merupakan bagian dari karakter mean-square, yakni antara 0.5 s.d. 1.5
intelektual yang penting untuk Abad 21. (Lincare, 2002). Artinya, pola respon ter-
Disposisi BTA dapat dipandang sebagai hadap sebagian besar butir dapat dianggap
sisi afektif yang menggerakkan individu sejalan dengan prediksi model Rasch.
untuk berpikir secara cermat, kritis, dan Butir-butir yang memiliki tingkat kesulitan
mendalam. Tiga indikator yang menjadi rendah (alias “mudah disetujui”) memang
penciri BTA adalah kesenangan mencari cenderung disetujui oleh responden yang
informasi dari berbagai perspektif, kecen- memiliki tingkat disposisi BTA menengah
derungan menunda pengambilan keputusan sampai tinggi, serta cenderung tidak di-
demi pemahaman yang lebih baik, dan setujui oleh responden yang memiliki
kemauan merevisi atau mengubah penda- disposisi BTA rendah. Sebaliknya, butir-
pat agar sejalan dengan bukti yang ada. butir dengan tingkat kesulitan relatif tinggi
Penelitian ini mengevaluasi sebuah instru- juga cenderung disetujui oleh responden
men singkat yang dimaksudkan untuk yang disposisi BTA-nya tinggi, namun
mengukur disposisi BTA. tidak disetujui responden yang disposisi
Meski cukup definisinya kompleks, BTA-nya rendah. Selain fit butir yang
disposisi BTA diasumsikan sebagai relatif baik, skor yang dihasilkan skala
konstruk dengan dimensi tunggal (Baron, BTA juga berkorelasi positif dengan
2018; Haran et al., 2013; Stanovich & dimensi kepribadian openness to expe-
West, 1997). Secara teknis, asumsi uni- rience dan conscientiousness.
dimensionalitas ini berarti bahwa variasi Sebagai sesama konstruk afektif,
respon terhadap semua butir dalam skala disposisi BTA bersinggungan dengan sifat

10
Jurnal Psikologi Teori dan Terapan, Vol. 10, No.1, Agustus 2019

kepribadian. Seperti diuraikan di bagian pola responnya paling tidak konsisten


pendahuluan, secara konseptual disposisi dengan prediksi model Rasch). Butir ini
BTA seharusnya berkorelasi positif dengan berbunyi “Lebih baik bertahan pada prinsip
openness to experience maupun dimensi yang kita yakini daripada berpikiran ter-
conscientiousness. Persamaan BTA dengan buka.” Pola respon yang kurang konsisten
openness adalah bahwa keduanya meng- terhadap butir ini mungkin terkait dengan
gambarkan kesenangan untuk mengetahui arahnya yang berkebalikan dari ke-9 butir
dan mengalami hal-hal baru. Persamaan lainnya. Kemungkinan lainnya adalah bah-
BTA dengan conscientiousness adalah wa makna butir tersebut ditafsirkan secara
keduanya menggambarkan kemauan untuk berbeda-beda oleh responden. Misalnya,
mengendalikan impuls, meski untuk hal sebagian responden mungkin menganggap
yang berbeda (Roberts et al., 2009). bahwa frase “prinsip yang diyakini” me-
Besaran korelasi BTA dengan kedua sifat rujuk pada keyakinan agama, sedangkan
kepribadian ini sejalan dengan dugaan, responden lain membayangkan keyakinan
yaitu moderat (antara 0.3 sampai 0.5) dan untuk isu-isu lain. Dalam konteks masya-
lebih kuat dengan openness dibanding rakat religius, keyakinan agama memiliki
conscientiousness. arti penting tersendiri sehingga kemauan
Disposisi BTA tidak hanya berkore- merevisi pendapat mengenai isu-isu non-
lasi dengan dimensi-dimensi kepribadian, agama belum tentu sejalan dengan kemau-
tapi juga mampu memprediksi prestasi an merevisi keyakinan agama. Kemung-
akademik. Dalam penelitian ini, prestasi kinan-kemunginan ini perlu dikaji lebih
akademik diukur berdasarkan dua indika- lanjut melalui wawancara kognitif agar
tor, yaitu: nilai mata kuliah Logika yang perbaikan butir memiliki landasan empiris
mencerminkan kemampuan spesifik terkait yang kuat (Castillo-Díaz & Padilla, 2013).
analisis dan evaluasi argumen, serta IPK Kedua, skala disposisi BTA tampak-
pada akhir semester 3. Hasil regresi linear nya dapat dibuat lebih efisien dengan
menunjukkan bahwa kenaikan 1 poin mengurangi butir skala yang tidak mem-
disposisi BTA terasosiasi dengan kenaikan beri informasi tambahan. Hal ini ter-lihat
4.23 nilai mata kuliah Logika, serta dari indeks fit negatif, terutama butir bta7
kenaikan 0.13 poin IPK. Dengan kata lain, dan bta8 yang nilai infit serta outfit-nya di
responden dengan disposisi BTA yang kuat bawah -2. Dalam pemodelan Rasch, nilai
(misalnya, dengan skor +2) akan memiliki fit negatif mencerminkan pola yang terlalu
nilai Logika sekitar 17 poin lebih tinggi sesuai dengan model teoretis (overfit).
dan IPK sekitar 0.5 poin lebih tinggi di- Meski tidak mencederai validitas hasil
banding responden dengan disposisi BTA pengukuran, butir yang overfit juga tidak
yang rendah (skor -2). Perbedaan ini tidak memberi tambahan informasi (redundant).
hanya signifikan secara statistik, tapi juga Dalam kasus ini, konten butir bta7 dan
secara praktis. bta8 sama-sama merujuk pada preferensi
Berdasarkan bukti-bukti di atas, skala untuk memahami masalah secara lebih
disposisi BTA dapat dikatakan memiliki detil atau rinci sebelum memutuskan
validitas konstruk yang baik. Selain itu, solusinya. Dengan demikian, salah satu
penelitian ini juga menunjukkan bahwa dari kedua butir tersebut dapat digugurkan
disposisi BTA berpotensi memiliki peran jika ingin mendapatkan skala yang lebih
penting dalam proses belajar. efisien.
Namun demikian, hasil analisis IRT Ketiga, opsi jawaban dapat diseder-
juga menunjukkan beberapa kelemahan hanakan menjadi 4 saja. Saran ini terutama
yang perlu mendapat perhatian. Pertama, didasarkan pada temuan mengenai nilai
validitas skala dapat ditingkatkan dengan ambang tingkat kesulitan butir (Tabel 4
menelaah dan merevisi butir bta10 (yang dan Gamber 3). Pada butir bta5, bta7, bta8,

11
Anindito Aditomo: Disposisi berpikir terbuka secara aktif … (1-14)

dan bta9, responden tidak pernah memilih Perlu penelitian lebih lanjut untuk
opsi paling kiri (“Sangat tidak setuju”). mengetahui mengapa butir-butir skala
Pada butir-butir lain, nilai ambang antar BTA memiliki tingkat kesulitan yang
opsi jawaban cenderung berdekatan, atau rendah, serta untuk menghasilkan butir-
bahkan berhimpitan seperti pada butir bta1. butir yang lebih sulit disetujui oleh
Hanya opsi jawaban “Sangat setuju” dan responden.
“Setuju” yang nilai ambangnya memiliki
jarak yang relatif jauh dari opsi lain. Hal Simpulan
ini merupakan indikasi bahwa perbedaan
antar opsi jawaban, terutama antara Hasil penelitian ini menunjukkan
“Sangat tidak setuju”, “Tidak setuju”, dan bahwa disposisi berpikir terbuka secara
“Netral”, tidak terlalu bermakna bagi res- aktif dapat diukur dengan cukup akurat
ponden. Dengan demikian, opsi jawaban menggunakan skala self-report. Hasil pe-
sebaiknya dibuat lebih sederhana, misalnya nelitian juga menguatkan argumen bahwa
menjadi “Tidak setuju”, “Cenderung tidak disposisi tersebut merupakan komponen
setuju”, “Cenderung setuju”, dan “Setuju”. afektif yang penting dalam proses belajar
Keempat, perlu butir baru yang lebih di universitas. Perlu penelitian lebih lanjut
bisa membedakan antar individu pada untuk menelaah mekanisme yang men-
rentang disposisi BTA yang relatif tinggi. jelaskan peran disposisi berpikir terbuka
Saat ini butir-butir skala memiliki tingkat secara aktif dalam konteks akademik.
presisi atau reliabilitas yang baik pada Untuk itu, skala yang dievaluasi dalam
mereka yang memiliki tingkat disposisi penelitian ini perlu dikembangkan dan
BTA relatif rendah (antara -4 sampai 1 diperbaiki lebih lanjut, terutama terkait
theta, lihat Gambar 4). Dengan kata lain, tingkat kesulitan butir-butirnya.
skala tersebut kurang mampu menghasil-
kan skor yang presisi untuk individu yang Acknowledgement
disposisi BTA-nya relatif kuat (skor theta
di atas 1), sehingga kurang bisa membe- Terima kasih kepada Dr. Ide Bagus
dakan antara responden yang memiliki Siaputra dan Lina Natalya, M.Si. atas
disposisi BTA kuat dan sangat kuat. Secara bantuan dalam pengumpulan data.
teknis, hal ini merupakan cerminan dari Penelitian didanai oleh Hibah Internal
rendahnya tingkat kesulitan semua butir LPPM Universitas Surabaya tahun 2018.
(relatif dibanding level disposisi BTA yang
dimiliki responden).

Daftar Pustaka

Baker, F., & Kim, S. H. (2017). The Basics 8-18. doi:10.1016/j.cognition.2018.1


of Item Response Theory Using R. 0.004
Cham, Switzerland: Springer Barzilai, S., & Chinn, C. A. (2018). On the
International. Goals of Epistemic Education:
Baron, J. (2017). Assessment of Actively Promoting Apt Epistemic
Open-minded Thinking. Retrieved Performance. Journal of the
from http://www.sas.upenn.edu/~ba Learning Sciences, 27(3), 353–389.
ron/papers/aotwrefs.pdf doi:10.1080/10508406.2017.1392968
Baron, J. (2018). Actively open-minded Bond, T., & Fox, C. (2015). Applying the
thinking in politics. Cognition, 188, Rasch Model: Fundamental

12
Jurnal Psikologi Teori dan Terapan, Vol. 10, No.1, Agustus 2019

Measurement in the Human Sciences from:http://journal.sjdm.org/13/1312


(Third Edit). New York: Routledge. 4a/jdm13124a.pdf.
Bronstein, M. V., Pennycook, G., Bear, A., Lincare, J. M. (2002). What Do Infit,
Rand, D. G., & Cannon, T. D. Outfit, Mean-Square, and
(2019). Belief in Fake News is Standardized Mean? Rasch
Associated with Delusionality, Measurement Transactions, 16(2),
Dogmatism, Religious Fundamenta 878. Retrieved from:
lism, and Reduced Analytic https://www.researchgate.net/
Thinking. Journal of Applied publication/305377322_What_do_inf
Research in Memory and Cognition. it_and_outfit_mean-square_and_stan
8(1), 108-117. doi: 10.1016/j. dardized_ mean
jarmac.2018.09.005 Linacre, J. M. (1999). Investigating Rating
Castillo-Díaz, M., & Padilla, J. L. (2013). Scale Category Utility. Journal of
How Cognitive Interviewing Can Outcome Measurement, 3, 103-122.
Provide Validity Evidence of The Retrieved from: https://pdfs.semantic
Response Processes to Scale Items. scholar.org/2d4c/958ebc9a59cf726fe
Social Indicators Research, 114(3), 2ed1f9668ee9a40be93.pdf
963–975. doi: 10.1007/s11205-012- Jebb, A. T., Saef, R., Parrigon, S., & Woo,
0184-8 S. E. (2016). The Need for
Chalmers, P. (2012). Mirt: A Cognition: Key Concepts,
Multidimensional Item Response Assessment, and Role in Educational
Theory Package for The R Outcomes. In Psychosocial Skills and
Environment. Journal of Statistical School Systems in the 21st Century
Software, 48(6), 1–29. doi: 10.18637 (p. 115). doi: 10.1007/978-3-319-
/jss.v048.i06 28606-8
Dwyer, C. P., Hogan, M. J., & Stewart, I. Perkins, D. N., & Tishman, S. (1998).
(2014). An Integrated Critical Dispositional Aspects of Intelligence,
Thinking Framework for The 21st 1–45. Retrieved from: Retrieved
Century. Thinking Skills and from http://learnweb.harvard.edu/alp
Creativity, 12, 43–52. doi: s/ thinking/docs/Plymouth.pdf
10.1016/j.tsc.2013.12.004 R Core Team. (2018). R: A Language and
Facione, P. A. (2000). The Disposition Environment for Statistical
Toward Critical Thinking: Its Computing. Vienna, Austria: R
Character, Measurement, and Foundation for Statistical
Relationship to Critical Thinking Computing. Retrieved from:
Skill. Informal Logic, 20(1), 61–84. https://www.r-project.org/
doi: 10.22329/il.v20i1. 2254 Richardson, M., Abraham, C., & Bond, R.
Griffin, P., McGaw, B., & Care, E. (2012). (2012). Psychological Correlates of
Assessment and Teaching of 21st University Students’ Academic
Century Skills. Dordrecht: Springer. Performance: A Systematic Review
And Meta-analysis. Psychological
Haran, U., Ritov, I., & Mellers, B. A.
Bulletin, 138(2), 353–387. doi:
(2013). The Role of Actively Open-
10.1037/a0026838
minded Thinking in Information
Acquisition, Accuracy, and Roberts, B. W., Jackson, J. J., Fayard, J.
Calibration. Judgment and Decision V., Edmonds, G., & Meints, J.
Making, 8(3), 188–201. Retrieved (2009). Conscientiousness. In M. R.

13
Anindito Aditomo: Disposisi berpikir terbuka secara aktif … (1-14)

Leary & R. H. Hoyle (Eds.), 24(1), 21–40. doi: 10.1080/1354678


Handbook of Individual Differences 3.2017.1378 723
in Social Behavior (pp. 369–381). Weinstein, M. (1991). Critical Thinking
New York, NY, US: Guilford Press. and Education for Democracy.
Stanovich, K. E., & West, R. F. (1997). Educational Philosophy and Theory,
Reasoning Independently of Prior 23(2), 9–29. doi: 10.1111/j.1469-
Belief and Individual Differences in 5812.1991.tb00129.x
Actively Open-minded Thinking. Wickham, H. (2016). ggplot2: Elegant
Journal of Educational Psychology, Graphics for Data Analysis. New
89(2), 342–357. doi:10.1037/0022- York: Springer-Verlag.
0663.89.2.342
Woo, S. E., Chernyshenko, O. S., Longley,
Stanovich, K. E., West, R. F., & Toplak, A., Zhang, Z.-X., Chiu, C.-Y., &
M. E. (2013). Myside Bias, Rational Stark, S. E. (2014). Openness to
Thinking, and Intelligence. Current Experience: Its Lower Level
Directions in Psychological Science, Structure, Measurement, and Cross-
22(4), 259–264. doi: 10.1177/09637 Cultural Equivalence. Journal of
21413480174 Personality Assessment, 96(1), 29–
Svedholm-Häkkinen, A. M., & Lindeman, 45.
M. (2018). Actively open-minded doi:10.1080/00223891.2013.806328
thinking: Development of A Wu, M., Tam, H. P., & Jen, T.-H. (2016).
Shortened Scale and Disentangling Educational Measurement for
Attitudes Towards Knowledge and Applied Researchers: Theory into
People. Thinking and Reasoning, Practice. Singapore: Springer.

14

You might also like