You are on page 1of 13

POLITICAL WILL PEMERINTAH KABUPATEN PELALAWAN

TERHADAP PELESTARIAN SATWA DI TAMAN NASIONAL TESSO


NILO TAHUN 2011-2012

By: Achmad Fauzy


Achmad_fauzy76@yahoo.com
Supervisor:Adlin, S.Sos, M.Si
Library of Riau University

Department of Government
Faculty of Social Science and Political Science
University of Riau

Campus Bina Widya Jl. H.R Soebrantas Km 12.5 Simp. New Pekanbaru
Phone Fax 0761-63277

ABSTRACT

This study purpose to determine whether there is political will Pelalawan Government
Against Wildlife Preservation in Tesso Nilo in 2011-2012. The main problem in this
research is how the Political Will of Government Pelalawan Against Wildlife
Animals in Tesso Nilo in 2011-2012. How Government Pelalawan willing to take an
active role in efforts to Wildlife Animals in Tesso Nilo in 2011-2012.

This study is a qualitative research using descriptive analysis method. This study used
an interview with the informant as the object information that aims to achieve the
goal in order to obtain the information in the study. The type of data used in this
research is primary data and secondary data with obtained and interviews with
informants in this study.

Based on the results, it can be concluded that the political will of the Government
Pelalawan wildlife conservation in TNNP in 2011-2012 is still lacking even hardly.
Theres indicator writers use as a reference to find the political will of the
Government of Pelalawan on wildlife conservation in TNNP in 2011-2012,
initiatives, priorities, support of mobilitation politic, law enforcement and business
continuity. Where all of this indicator did not find the government researchers
Pelalawan on wildlife conservation in TNNP in 2011-2012.

Based on the results of the study also found some inhibiting factors in wildlife
conservation efforts in TNNP among others, lack of political will Pelalawan District
Government, lack of awareness of all parties that animals have a right to life, lack of
support or support from the local community and the security area is still not
maximum.

Keywords: Political will, Tesso Nilo National Park, indicators of political will

JOM FISIP Vol 2 No 2 Oktober 2015 Page 1


PENDAHULUAN signifikan, seperti kasus kematian gajah
sumatera pada 2012 yang meningkat
Tesso Nilo merupakan hutan hujan menjadi 15 dari 5 gajah pada 2011.
dataran rendah yang tersisa di Pulau Kematian gajah sebagian besar akibat
Sumatera. Fungsinya yaitu menjaga diracun karena dianggap sebagai hama
keseimbangan ekosistem berbagai yang merusak tanaman perkebunan. Dari
komponen yang berkaitan langsung 2004 hingga Oktober 2012 menurut
dengan kehidupan manusia sehari-hari. catatan WWF terjadi 91 ekor gajah mati di
Taman Nasional Tesso Nilo dietetapkan Riau yang sebagian besar disebabkan
sebagai Taman Nasional pada tanggal 19 karena konflik dan perburuan. Namun dari
Juli 2004 ) berdasarkan Keputusan Menteri angka tersebut hanya satu kasus yang
Kehutanan Nomor : SK. 255/Menhut- diproses secara hukum yakni kematian
II/2004 Tentang Perubahan Fungsi gajah karena perburuan di Rokan Hulu
Sebagian Kawasan Hutan Produksi pada Agustus 2005. Dari kasus ini
Terbatas di Kelompok Hutan Tesso Nilo terindikasi bahwa keberadaan satwa
yang Terletak di Kabupaten Pelalawan dan dilindungi yang berada di kawasan Taman
Indragiri Hulu Provinsi Riau Seluas Nasional Tesso Nilo ini berada dalam
38.575 (Tiga Puluh Delapan Ribu Lima ancaman kepunahan.
Ratus Tujuh Puluh Enam) Hektar Menjadi
Taman Nasional Tesso Nilo dan didalam Political Will atau keinginan politik
Surat Keputusan Menteri nomor 225 tahun yang diartikan sebagai "niatan pimpinan"
2004 tersebut memerintahkan kepada untuk melakukan hal-hal yang dianggap
Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan perlu untuk kebaikan bersama dalam jangka
Konservasi Alam untuk melakukan panjang. Keinginan politik (Political will)
pengelolaan atas Taman Nasional Tesso juga diartikan apabila negara mempunyai
Nilo maka dibentuklah suatu badan kemauan, tetapi tentunya harus didukung
bernama Balai Taman Nasional Tesso Nilo oleh rakyat. Brinkerhoff (2010)
memberikan pengertian secara teoritis,
Ancaman kemerosotan/kepunahan political will adalah kesediaan dan
keanekaragaman hayati di Provinsi Riau komitmen pemimpin politik dalam
khususnya keanekaragaman hayati yang melakukan tindakan yang bertujuan untuk
hidup di hutan disebabkan oleh berbagai mencapai seperangkat tujuan yang disertai
aktifitas manusia antara lain alih fungsi dengan usaha berkelanjutan.
hutan, pembakaran hutan, illegal logging,
Political will bukan melakukan
perambahan hutan konservasi, perburuan
penanganan pelestarian satwa sekedar untuk
satwa liar, konflik satwa dan manusia dan
mengeruk keuntungan material, akan tetapi
faktor-faktor lain. Qomar (2008)
yang dikehendaki adalah benar-benar
mengungkapkan bahwa interaksi masyarakat
merupakan niat dan tekad yang tulus untuk
dengan hutan alam semakin tinggi melalui
melestarikan hutan lindung besrta isinya
praktek pembalakan liar dan perambahan
tanpa reserve atau pamrih. Political will ini
sehingga menimbulkan tekanan besar
amat penting, lebih-lebih di tengah perhatian
terhadap ekosistem hutan Tesso Nilo.
terhadap upaya pelestarian alam dan satwa
Tekanan ini menyebabkan berkurangnya
dilindungi yang saat ini sangat rendah.
habitat flora dan fauna. Hal ini juga
Tanpa political will itu apapun yang akan
menimbulkan pertanyaan mengenai sejauh
kita rencanakan semuanya tidak akan
mana dukungan dari pemerintah daerah
membawa hasil yang memuaskan.
dalam menangani permasalahan tersebut..
Menurut Brinkerhoff (1999), ada
Kematian satwa dilindungi di beberapa indikator untuk mengukur political
kawasan Taman Nasional Tesso Nilo terus will pemerintah, yaitu inisiatif pemerintah,
terjadi. Bahkan di tahun 2011-2012
mengalami peningkatan yang cukup
JOM FISIP Vol 2 No 2 Oktober 2015 Page 2
prioritas, mobilisasi dukungan politik, Data primer adalah data yang
penegakan hukum dan keberlanjutan usaha. diperoleh langsung dari informan penelitian
dengan proses wawancara yang dijadikan
METODE PENELITIAN objek penelitian mengenai Political will
Pemerintah Kabupaten Pelalawan terhadap
Untuk melihat, mengetahui serta
pelestarian satwa di Taman Nasional Tesso
melukiskan keadaan yang sebenarnya secara
Nilo tahun 2011-2012.
rinci dan aktual dengan melihat masalah dan
tujuan penelitian seperti yang telah b. Data sekunder
disampaikan sebelumnya. Maka metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian Data sekunder yaitu data yang
ini jelas mengarah pada penggunaan metode diperoleh dari buku-buku pendukung,
penelitian kualitatif. dokumen dan referensi yang berkaitan
dengan political will yang telah dilakukan
1. Jenis penelitian oleh Pemerintah Kabupaten Pelalawan
terhadap pelestarian satwa di Taman
Penelitian ini merupakan penelitian Nasional Tesso Nilo tahun 2011-2012.
kualitatif dengan menggunakan metode
deskriptif. Menurut Soerjono Soekanto
(2006: 10) penulisan dengan cara deskriptif
yaitu sebagai prosedur pemecahan masalah 2. Sumber data
yang dikelilingi dengan menggambarkan
Sumber data yang diperoleh dalam
atau melukiskan keadaan atau subjek atau
penelitian ini adalah:
objek penelitian baik seseorang, lembaga,
masyarakat dan lain-lain pada saat sekarang a.Informan
berdasarkan fakta-fakta yang benar dan
terpercaya. b.Buku
2. Lokasi penelitian c.Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Lokasi Penelitian ini penulis d.Balai TNTN
memfokuskan di Taman Nasional Tesso
Nilo (TNTN) yang terletak di Kecamatan e.jurnal , laporan ilmiah
Ukui Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau.
5. Teknik pengumpulan data
Penulis tertarik untuk meneliti di lokasi ini
adalah karena Taman Nasional Tesso Nilo Untuk mendapatkan data yang
merupakan Taman Nasional yang memiliki diperlukan, maka teknik pengumpulan data
keanekaragaman hayati yang tinggi. yang dipakai adalah:
3. Informan penelitian a.Wawancara
Subjek dalam penelitian ini ialah instansi Teknik wawancara dilakukan dalam
pemerintah yang bertanggung jawab yakni penelitian lapangan karena mempunyai
Pemerintah Kabupaten Kabupateb Pelalawan sejumlah kelebihan antara lain, dapat
dan instansi terkait Taman Nasional Tesso digunakan oleh peneliti untuk lebih cepat
Nilo. Informan dalam penelitian ini memperoleh informasi yang dibutuhkan,
menggunakan teknik purposive sampling, lebih meyakinkan peneliti bahwa informan
yaitu cara penentuan informan yang menafsirkan pertanyaan dengan benar,
ditetapkan secara sengaja atas dasar kriteria memberikan kemungkinan besar atas
atau pertimbangan tertentu. keluwesan alam proses pengajuan
pertanyaan, banyak pengendalian yang dapat
4. Jenis dan Sumber data
dilatih dalam konteks pertanyaan yang
1. Jenis data
diajukan dan jawaban yang diberikan,
a. Data primer

JOM FISIP Vol 2 No 2 Oktober 2015 Page 3


informasi dapat lebih siap diperiksa Bagian-bagian tertentu pada
kesahihannya atas isyarat nonverbal. penelitian dengan menggunakan
tabel dan grafik penelitian.
b.Dokumentasi 3. Kesimpulan dan Verifiksi
Menarik hasil akhir dari penyajian
Teknik dokumentasi dilakukan dengan
data dan menguji kebenaran hasil
mengumpulkan informasi berdaasarkan
kesimpulan dari penelitian.
dokumen-dokumen yang ada dari instansi
terkait dengan political will yang telah
dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten HASIL DAN PEMBAHASAN
Pelalawan terhadap pelestarian satwa di
Taman Nasional Tesso Nilo tahun 2011- 3.1 Political Will
2012.
Political Will diartikan sebagai "niatan
6.Teknik analisis data pimpinan" untuk melakukan hal-hal yang
dianggap perlu untuk kebaikan bersama
Bogdan(2008) menyatakan bahwa dalam jangka panjang. Terdapat beberapa
analisis data adalah proses mencari dan indikator untuk mengukur political will,
menyusun secara sistematis data yang yaitu inisiatif, prioritas, mobilisasi dukungan
diperoleh dari hasil wawancara, catatan politik, penegakan hukum dan keberlanjutan
lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga usaha.
dapat mudah dipahami dan temuannya dapat 1. Inisiatif Pemerintah
diinformasikan kepada orang lain. Analisa
data dilakukan dengan cara deskriptif yakni Inisiatif berarti adanya suatu tindakan yang
menggambarkan dan memaparkan bentuk berasal dari diri sendiri tanpa adanya
political will yang telah dilakukan oleh paksaan dari pihak tertentu. Inisaiatif
Pemerintah Kabupaten Pelalawan terhadap dibutuhkan untuk melakukan suatu tindakan
pelestarian satwa di Taman Nasional Tesso yang dianggap perlu demi kebaikan
Nilo. Data yang dianlisa merupakan hasil bersama. Inisiatif pada suatu pemerintahan
dari observasi secara langsung dan dapat berupa program real atau kebijakan
wawancara kemudian menghubungkannya yang harus dijalankan demi tercapainya
secara kualitatif. suatu tujuan. Inisaitif yang dilakukan
tentunya berasal dari pemikiran yang matang
dan tidak melanggar segala aturan yang
Nasution (1998:129) penelitian ini
berlaku, karena inisiatif ini jelas merupakan
menggunakan kualitatif, data yang
tindakan yang bertujuan baik, bukan suatu
terkumpul dikelompokkan menurut
alat untuk melakukan tindakan yang
kebutuhan. Untuk melihat data-data yang
melanggar aturan hukum yang berlaku.
bisa mempengaruhi dan berpengaruh
Inisiatif juga haruslah bersifat fleksibel atau
terhadap objek yang diteliti, dengan
mampu menyesuaikan dengan aturan yang
langkah-langkah sebagai berikut:
sudah ada dan masih berlaku, agar tujuan
1. Reduksi Data yang tadinya baik tidak malah akan
Data yang didapat dari lapangan menimbulkan konflik baru.
masih berupa uarain atau laporan 2. Prioritas
yang terperinci yang akan terasa sulit
bila tidak tereduksi, dirangkum hal- Maksudnya menjadi prioritaskah suatu
hal pokok, difokuskan pada hal-hal program atau kebijakan? Seberapa besar
yang penting dicari polanya. Jadi APBD yang di alokasikan? Seberapa banyak
laporan lapangan sebagain bahan kegiatan-kegiatan lain yang berkaitan
mentah disingkat, direduksi lebih dengan program atau kebijakan tersebut?
sistematis sehingga lebih mudah Jika kesemuanya minim maka program atau
dikendalikan. kebijakan tersebut adalah bukan prioritas.
2. Display (penyajian) data Inisiatif saja tidaklah cukup, namun harus

JOM FISIP Vol 2 No 2 Oktober 2015 Page 4


dibarengi dengan implementasi inisiatif lingkungan” yang hanya sampai pada saat
tersebut dengan baik. Jika sudah ada inisiatif kampanye, visi dan misi kepala daerah saja.
maka perlu adanya tindakan lanjut untuk Ada juga yang sampai pada tahap inisiatif,
mewujudkan inisiatif tersebut agar dapat dan mandeg diprioritas sehingga sulit
terlaksanya sesuai dengan yang diinginkan, mengharapkan keberlanjutannya. Terlebih
misalnya dengan menjadikan inisiatif jika tujuannya hanya untuk pencitraan seolah
tersebut sebagai prioritas, agar dari segi berpihak pada lingkungan, padahal diwaktu
waktu dapat terlaksana dengan efisien dan yang sama melakukan politik pembiaran dan
dari segi ketepatan dapat terlaksana dengan menikmati hasilnya. Jadi suatu inisiatif yang
akurat. baik bukan hanya memikirkan untuk jangka
3. Mobilisasi dukungan politik pendek tapi juga untuk dampak masa
panjang.
Ada tidaknya keinginan politik juga
tergantung pada kemauan dan kemampuan 3.2 Political Will Pemerintah Kabupaten
untuk menggalang dukungan bagi suatu Pelalawan Terhadap Pelestarian
program atau kebijakan. Program yang Satwa di Taman Nasional Tesso Nilo
dijalankan harus mendapat dukungan dari Tahun 2011-2012.
kekuatan politik lain. Jika tidak ada
dukungan, riwayat pemerintah akan singkat Seperti yang telah dijelaskan pada BAB
karena keburu digantikan pemerintah baru. sebelumnya, bahwa Taman Nasional Tesso
Tanpa dukungan politik juga bisa Nilo dietetapkan sebagai Taman Nasional
menjadikan. Artinya semua pihak, pada tanggal 19 Juli 2004 berdasarkan
dilingkungan eksekutif maupun legislatif Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.
harus turut mendukung program atau suatu 255/Menhut-II/2004 Tentang Perubahan
kebijakan. Fungsi Sebagian Kawasan Hutan Produksi
Terbatas di Kelompok Hutan Tesso Nilo
4. Penegakan hukum yang Terletak di Kabupaten Pelalawan dan
Indragiri Hulu Provinsi Riau Seluas 38.575
Penegakan hukum berupa sanksi yang tegas (Tiga Puluh Delapan Ribu Lima Ratus Tujuh
dan adil juga menjadi penentu akan Puluh Enam) Hektar Menjadi Taman
komitmen pemerintah. Jika hukum yang Nasional Tesso Nilo dan didalam Surat
tegas dan adil tidak ditegakan maka ini Keputusan Menteri nomor 225 tahun 2004
merupakan indikasi dari komitmen setengah tersebut memerintahkan kepada Direktur
hati pemerintah. Hal ini dikarenakan jika Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi
hukuman yang diberikan kepada para Alam untuk melakukan pengelolaan atas
pelanggar relatif ringan maka tidak akan Taman Nasional Tesso Nilo. Balai Taman
menimbulkan efek jera sehingga akan Nasional adalah salah satu Unit Pelaksana
dengan mudah muncul pelanggaran- Teknis di bawah Ditjen Perlindungan Hutan
pelanggaran baru dengan kasus yang dan Konservasi Alam. Jadi segala urusan
bermacam-macam. Selain itu penindakan atau kepentingan yang berkaitan dengan
dengan tebang pilih juga akan mempersulit Taman Nasional Tesso Nilo adalah
penegakan hukum. Apalagi jika hukum merupakan tanggung jawab atau
sudah dapat diperjual belikan, maka yang kewenangan dari Kementerian Kehutanan
memiliki “kantong tebal” maka akan kebal Republik Indonesia. Untuk itu meskipun
hukum, hal ini jelas bukanlah perbuatan kawasan Taman Nasional Tesso Nilo
yang adil. terletak di Kabupaten Pelalawan, pemerintah
5. Keberlanjutan usaha Kabupaten Pelalawan tidak memiliki
kewenangan atas Taman Nasional Tesso
Usaha yang dilakukan hanya sebatas satu Nilo. Hal ini sesuai dengan Peraturan
atau dua episode merupakan ciri dari Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 Tentang
keinginan politik yang lemah dan / atau Kawasan Suaka Alam dan Kawasan
goyah. Misalnya ada program “menjaga Pelestarian Presiden Republik Indonesia

JOM FISIP Vol 2 No 2 Oktober 2015 Page 5


pada Pasal 35 yang berbunyi Pengelolaan tesso nilo, karena memang tesso nilo
Kawasan Taman Nasional, Taman Hutan adalah wewenang pusat, bukan wewenang
Raya, dan Taman Wisata Alam, dilakukan kami di daerah”
oleh Pemerintah. Dalam hal ini pemerintah
berarti Pemerintah Pusat yaitu berdasarkan Dari beberapa penjelasan yang
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK. disampaikan oleh para informan tentang
255/Menhut-II/2004 yang memerintahkan pengelolaan Taman Nasional Tesso Nilo,
kepada Direktur Jenderal Perlindungan penulis dapat melihat bahwa tidak adanya
Hutan dan Konservasi Alam untuk political will Pemerintah Kabupaten
melakukan pengelolaan atas Taman Pelalawan pelestarian satwa di Taman
Nasional Tesso Nilo.
Nasional Tesso Nilo.
Political will Pemerintah Kabupaten
Memang benar adanya bahwa
Pelalawan terhadap Pelestarian Satwa di
Taman Nasional Tesso Nilo penulis Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan
membahasnya dalam beberapa indikator Konservasi Alam yang ditunjuk oleh
antara lain : Pemerintah Pusat yakni Kementerian
Kehutanan untuk melakukan pengelolaan
3.2.1 Inisiatif Pemerintah Kabupaten atas Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN),
Pelalawan Terhadap Pelestarian namun Pemerintah Kabupaten Pelalawan
Satwa di Taman Nasional Tesso juga harus turut berperan aktif sebagai
Nilo wujud political will nya dalam pelestarian
satwa di TNTN. Sesuai dengan salah satu
Sejauh mana inisiatif pemerintah Misi yaitu “Mensinergikan para pihak
daerah provinsi kabupaten melalui dalam pengelolaan TNTN” dan salah satu
berbagai program realnya untuk menjaga Visi TNTN 2020 yaitu “Terwujudnya
lingkungan hidup. Namun menurut Taman Nasional Tesso Nilo yang memiliki
jawaban dari informan pemda fungsi optimal yang dikelola secara
Kab.Pelalawan tidak memiliki program partisipatif menuju masyarakat sejahtera”,
real atau program khusus terkait TNTN. TNTN membuka kesempatan untuk pihak
Pemda Pelalawan hanya berkoordinasi manapun dalam pengelolaan kolaborasi
dengan pusat atau pihak Balai TNTN, TNTN.
itupun ketika hanya ada kegiatan tertentu
saja. Sesuai dengan hasil wawancara 3.2.2 Prioritas Pemerintah Kabupaten
penulis dengan Sekretaris Dinas Pelalawan Terhadap Pelestarian
Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Satwa di Taman Nasional Tesso
Pelalawan Bapak H. Ilyas L,Amd yang Nilo
menuturkan :
“Karena peraturan dan segala hal Jika melihat dari 7 program prioritas
yang berkaitan dengan tesso nilo adalah Pembangunan Kabupaten Pelalawan yaitu
antara lain : Pelalawan Sehat, Pelalawan
kewenangan langsung dari pusat, maka
Cerdas, Pelalawan Terang, Pelalawan
kami didaerah tidak memiliki peraturan Lancar dan Percepatan Pembangunan
khusus untuk mengelola tesso nilo” Infrastruktur Desa / Kelaurahan, Program
Peningkatan Ketahanan Pangan dan
Hal senada juga dituturkan oleh Perkebunan, Pengembangan Objek Wisata
Bapak Ir. Ibrahim selaku Kepala Bagian Bono dan Program Pembangunan Kawasan
Persidangan dan Risalah DPRD Pelalawan Teknopolitan Pelalawan, tidak tersirat
berikut ini: prioritas untuk pelestarian satwa di TNTN.
“Kami tidak pernah merancang Mengenai anggaran juga tidak ada anggaran
khusus yang disediakan oleh Pemda
atau membuat suatu peraturan terkait
Pelalawan untuk TNTN, serta program yang

JOM FISIP Vol 2 No 2 Oktober 2015 Page 6


dilakukan juga hanya sebatas koordinasi lindung guna meminimalkan konversi baik
dengan pemerintah pusat. bersifat Prefentif maupun bersifat kuratif dan
memberikan arahan yang efektif dari
Kasus kematian satwa di kawasan pengendalian yang telah ada.
TNTN banyak disebabkan oleh rusaknya
hutan yang menjadi habitat satwa. Upaya Kerjasama yang dilakukan WWF
yang telah dilakukan Pemda Kabupaten beserta stakeholder diantaranya BKSDA
Pelalawan untuk melindungi habitat satwa di provinsi Riau, Pemda Provinsi Riau dalam
TNTN antara lain, didalam Rencana Tata hal ini Dinas Kehutanan Provinsi Riau,
Ruang Kabupaten Pelalawan Tahun 2005- Pemda Kabupaten dalam hal ini Dinas
2015 menjelaskan kawasan lindung didalam Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten
Kepres No.32 Tahun 1990 Tentang Pelalawan Provinsi Riau, masyarakat
Pengelolaan Kawasan Lindung Taman setempat dan berbagai perusahaan yang
Nasional Tesso Nilo, namun dilapangan beroperasi di daerah terkait adalah
bahwa keseluruhan areal perkebunan kelapa melakukan upaya advokasi yang ditujukan
sawit, karet dan sebagainya sektor Pelalawan kepada perusahaan-perusahaan besar seperti
berada di atas kawasan lindung. Kemudian RAPP, para cukong besar, elit masyarakat,
bertentangan Peraturan Pemerintah No.32 pejabat pemerintah daerah yang memberikan
Tahun 2002 Tentang tata hutan dan izin dan sebagian masyarakat dari desa
penyusunan rencana pengelolaan hutan dan terdekat atau para pendatang yang
penggunaan kawasan hutan, seharusnya melakukan perambahan, melakukan
usaha pemanfaatan perkebunan pada hutan monitoring, penelitian dan evaluasi, serta
tanaman dilaksanakan pada lahan kosong, menjadi fasilitas/mediator komunikasi ke
padang alang-alang dan atau semak belukar atas di TNTN berupa dialog antara
di hutan produksi. Dapat disimpulkan bahwa masyarakat dan perusahaan yang berada
terjadi pelanggaran terhadap upaya diwilayah TNTN.
pengendalian konversi kawasan lindung
TNTN di Kabupaten Pelalawan yang belum 3.2.3 Mobilisasi Dukungan Politik
maksimal. Pemerintah Kabupaten
Pelalawan Terhadap Pelestarian
Upaya lain yang dilakukan adalah
Satwa di Taman Nasional Tesso
adanya areal untuk perluasan kawasan
Nilo
lindung TNTN sekitar 100.000 Ha yang
terletak di kawasan hutan milik PT. Nanjak
Makmur, PT. Siak Raya Timber, PT. Hutani Semua pihak dilingkungan eksekutif
Sola Lestari. Namun areal ini maupun maupun legislatif harus turut mendukung
sekitarnya telah terjadi kegiatan perambahan program atau suatu kebijakan. Namun yang
hutan. Luas perambahan terjadi hingga tahun penulis dapatkan dari hasil wawancara
2007 adalah TN Tesso Nilo (8.427 Ha), PT. adalah program atau kebijakan yang sengaja
Nanjak Makmur (7.198 Ha), PT. Siak Raya dibuat oleh Pemda Kabupaten Pelalawan
Timber (12.374 Ha), dan PT. Hutani Sola untuk pelestarian satwa di TNTN belum ada.
Lestari (6.806 Ha). Kegiatan perambahan Pemerintah Kabupaten Pelalawan masih
dan konversi yang terjadi mengakibatkan berfokus pada 7 Program Prioritas
kerusakan lahan pada kawasan lindung TN Pembangunan yang sedang gencar
Tesso Nilo dan sekitarnya di Kabupaten digalakan. Pembangunan yang digalakkan
Pelalawan sudah sangat mengkhawatirkan, tidak semestinya menafikan akan
kegiatan deforestasi, degradasi pemanfaatan keberadaan dan daya tahan serta fungsi
lahan tidak hanya dirasakan oleh masyarakat lingkungan hidup sebagai tempat hidup
yang berada di pinggiran kawasan, tetapi satwa langka. Artinya, pembangunan harus
juga di kawasan perkebunan, daerah tetap berjalan dengan tidak melupakan
transmigrasi dan pedalaman. Kondisi pengelolaan lingkungan hidup. Sedangkan,
permasalahan tersebut perlu diadakannya pengelolaan lingkungan hidup tentunya
arahan pengendalian penggunaan kawasan membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

JOM FISIP Vol 2 No 2 Oktober 2015 Page 7


Pemda Kabupaten Pelalawan harus bisa jeli lagi dengan tingkat perkembangan hukum
melihat hal ini, terlebih kawasan TNTN dan kebutuhan bangsa Indonesia. Perubahan-
berada di daerah Kabupaten Pelalawan. perubahan yang menyangkut aspek-aspek
pemerintahan,perkembangan kependudukan,
Masalah pendanaan TNTN bukanlah ilmu pengetahuan, dan tuntutan keberhasilan
menjadi urusan wajib Pemda Pelalawan, pembangunan pada saat ini menghendaki
namun apabila Pemda Pelalawan berinisiatif peraturan perundang-undangan di bidang
untuk turut serta berkolaborasi dengan pihak konservasi sumber daya alam hayati dan
terkait mengenai pendanaan, ini adalah salah ekosistemnya yang bersifat nasional sesuai
satu wujud political will Pemerintah Daerah dengan aspirasi bangsa Indonesia. Upaya
Kabupaten Pelalawan terhadap pelestarian pemanfaatan secara lestari sebagai salah satu
satwa di TNTN. aspek konservasi sumber daya alam hayati
dan ekosistenmya, belum sepenuhnya
3.2.4 Political Will Pemerintah dikembangkan sesuai dengan kebutuhan.
Kabupaten Pelalawan Terhadap
Pelestarian Satwa di Taman Demikian pula pengelolaan kawasan
Nasional Tesso Nilo dari segi pelestarian alam dalam bentuk taman
Penegakan Hukum nasional, taman hutan raya, dan taman
wisata alam, yang menyatukan fungsi
Sumber Daya Alam Hewani yang perlindungan sistem penyangga kehidupan,
dilindungi. Namun yang terjadi perambahan pengawetan keanekaragaman jenis
hutan masih terjadi, kematian satwa masih tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya,
ditemukan hal ini mengindikasikan dan pemanfaatan secara lestari.
penegakan hukum yang masih belum Permasalahan hukum yang timbul
menyentuh kata berhasil untuk upaya disebabkan lemahnya peranan pemerintah
pelestarian satwa di TNTN. dalam melihat masalah di lapangan dan
disebabkan juga kebijakan yang
Dari data yang berhasil dikumpulkan diberlakukan. Pemerintah dalam hal ini
penulis, sanksi yag diberikan oleh aparat pemerintah daerah sering mengeluarkan
penegak hukum terhadap para perusak kebijakan yang membuat benturan-benturan
habitat satwa dan pemburu satwa masih antara sesama masyarakat maupun
tergolong ringan, yakni mulai dari masyarakat dengan balai TNTN dan
peringatan lisan dan tertulis hingga kurungan perusahaan. Salah satu contoh kasus adalah
penjara, kasus pembakaran lahan terakhir pemekaran Dusun Bagan Limau menjadi
Pengadilan Tinggi Pelalawan hanya desa bagan limau berdasarkan Perda
memberikan sanksi 2,5 tahun penjara kepada Kabupaten Pelalawan No.11 tahun 2007
pelaku. Mengingat Negara Republik dimana 95% atau 11.846,5 ha merupakan
Indonesia adalah negara berdasar atas wilayah TNTN. Aktor pemerintah sering
hukum, maka pengelolaan konservasi terlibat di dalamnya seperti perangkat desa
sumber daya alam hayati beserta ataupun camat sesuai dengan hasil
ekosistemnya perlu diberi dasar hukum yang penyelidikan polisi kehutanan balai TNTN.
jelas, tegas, dan menyeluruh guna menjamin
kepastian hukum bagi usaha pengelolaan Selain itu, masalah pembunuhan gajah
tersebut. juga merupakan persoalan yang harus di
perhatikan, karena gajah dalah salah satu
Dewasa ini kenyataan menunjukkan binatang yang di lindungi dan di ambang
bahwa peraturan perundang-undangan yang kepunahan di TNTN. Belum adanya hukum
mengatur konservasi sumber daya alam pidana yang kuat dalam menghukum pihak
hayati dan ekosistemnya yang bersifat yang berperan membunuh dan mengambil
nasional belum ada. Peraturan perundang- gading gajah di di TNTN. Masalah tumpang
undangan warisan pemerintah kolonial yang tindih wilayah juga menjadi persoalan yang
beranekaragam coraknya, sudah tidak sesuai menyebabkan ketidakpuasaan masyarakat

JOM FISIP Vol 2 No 2 Oktober 2015 Page 8


terhadap aparat penegak hukum. Aparat Tesso Nilo. Seperti yang diungkapkan
penegak hukum terkadang juga tidak berani Fauzan Kahfi saat penulis
mengambil keputusan tegas dalam menindak mewawancarainya :
kesalahan yang terjadi, mereka seolah lepas “adanya motiv gajah dianggap sebagai
tangan dari permasalahan yang terjadi. hama adalah merupakan salah satu
masalah yang ada di TNTN yang sampai
Akibat dari masih lemahnya sekarang masih sulit teratasi”
penegakkan hukum di kawasan TNTN,
muncul beberapa pelanggaran-pelanggaran Selain akibat motiv gajah dianggap
yang menjadi penyebab kerusakan hutan dan sebagai hama, perburuan gading gajah
mengancam hidup satwa didalamnya. juga merupakan salah satu penyebab
1. Pembalakan Liar terus berkurangnya populasi gajah di
Pembalakan liar terjadi hampir TNTN. Hal ini penulis temukan dari
diseluruh wilayah di dalam hutan Tesso hasil wawancara dengan Bapak Fauzan
Nilo. Hal tersebut dipicu oleh kondisi Kahfi:
ekonomi masyarakat di sekitar hutan “beberapa penyebab berkurangnya
serta kebutuhan akan kayu yang populasi gajah di kawasan TNTN antara
demikian tinggi, ditambah lagi adanya lain perburuan gading gajah,
akses ke dalam hutan yang sudah cukup berkurangnya habitat, dan adanya motiv
lancar dengan dibangunnya koridor- gajah dianggap hama…”
koridor jalan di dalam hutan oleh bekas
HPH dan perusahaan-perusahaan besar 3.2.5 Keberlanjutan usaha Political Will
seperti RAPP. Pengawasan yang lemah Pemerintah Kabupaten Pelalawan
dari instansi pemerintah di bidang ini Terhadap Pelestarian Satwa di
juga menyebabkan aktivitas pembalakan Taman Nasional Tesso Nilo
liar dapat berlangsung dengan leluasa.
Usaha yang dilakukan hanya sebatas
2. Perambahan satu atau dua episode merupakan ciri dari
Perambahan adalah penguasaan dan keinginan politik yang lemah dan / atau
pemanfaatan kawasan hutan secara tidak goyah. Hal ini sesuai dengan yang penulis
sah. Dampak langsung dan tidak dapatkan dari pernyataan informan yang
langsung perambahan di TNTN lebih menyebutkan bahwa Pemda hanya bekerja
luas dibanding pembalakan liar seperti ketika ada even tertentu saja, setelah even
perubahan ekosistem hutan menjadi atau kegiatan itu usai maka Pemda akan
kebun sawit, penurunan tingkat kembali ke urusannya semula. Hal ini juga
keragaman jenis flora, penurunan penulis dapatkan dari informan yaitu Bapak
populasi fauna dan flora, dan banjir di Fauzan Kahfi yang menyatakan :
sejumlah tempat. Perambahanjuga telah
“belum adanya pembagian peran
mempersempit habitat fauna, terutama
dan pemda hanya “bekerja” ketika
gajah dan harimau Sumatera sehingga
ada event tertentu saja, setelah itu
meningkatkan intensitas konflik
pemda kembali focus pada
manusia-satwa liar.
urusannya sendiri”
3. Konflik Satwa dengan masyarakat
Seperti yang sudah dijelaskan
Konflik lain yang terjadi antara
sebelumnya, bahwa Upaya yang telah
masyarakat dengan Balai Taman
dilakukan Pemda Kabupaten Pelalawan
Nasional Tesso Nilo disebabkan
untuk melindungi habitat satwa di TNTN
masyarakat sering membunuh gajah di
antara lain, didalam Rencana Tata Ruang
wilayah konservasi TNTN. Masyarakat
Kabupaten Pelalawan Tahun 2005-2015.
menganggap gajah sebagai hama dan
Namun implementasinya masih belum
sering merusak perkebunan mereka
berjalan dengan baik, banyak ditemukan
sementara gajah di Taman Nasional
kejanggalan-kejanggalan dalam

JOM FISIP Vol 2 No 2 Oktober 2015 Page 9


pelaksanaanya. Misalnya saja bertentangan pemerintah daerah, jika tidak ada
Peraturan Pemerintah No.32 Tahun 2002 pasti akan sulit”
Tentang tata hutan dan penyusunan rencana
pengelolaan hutan dan penggunaan kawasan 2. Kurangnya kesadaran dari semua
hutan, seharusnya usaha pemanfaatan pihak bahwa satwa memiliki hak
perkebunan pada hutan tanaman untuk hidup.
dilaksanakan pada lahan kosong, padang
Manusia selalu menempuh
alang-alang dan atau semak belukar di hutan
cara apapun demi mendapatkan
produksi tapi dilapangan bahwa keseluruhan
keuntungan diri sendiri termasuk
areal perkebunan kelapa sawit, karet dan
mengabaikan lingkungan serta satwa
sebagainya sektor Pelalawan berada di atas
yang hidup didalamnya. Manusia
kawasan lindung. Hal ini menegaskan bahwa
tidak segan untuk merusak hutan
belum maksimalnya usaha jangka panjang
yang menjadi habitat satwa untuk
yang dilakukan oleh Pemda Kabupaten
kepentingan hidupnya. Ditambah
Pelalawan terhadap pelestarian satwa.
lagi dengan anggapan masyarakat
bahwa gajah adalah hama semakin
3.3 Hambatan Pelestarian Satwa di
menyudutkan hak hidup bagi satwa.
Taman Nasional Tesso NiloHambatan
Hal ini juga disampaikan oleh Bapak
Anggaran
Fauzan Kahfi yang menyatakan:
Dalam melakukan suatu program apapaun
“kurangnya kesadaran dari semua
bentukya pasti akan mengalami hambatan.
pihak bahwa satwa memiliki hak
Tidak terkecuali dengan hambatan
untuk hidup, manusia sering kali
pelestarian satwa di taman Nasional Tesso
mengacuhkan keselamatan alam
Nilo. Dalam prakteknya upaya pelestarian
beserta isinya demi kepentingan
satwa di TNTN masih berjalan belum
pribadinya saja”
optimal dengan masih ditemukannya
beberapa kasus kematian satwa di kawasan 3. Pengamanan kawasan yang masih
TNTN. Adapun yang menjadi hambatan belum maksimal
dalam pelestarian satwa di TNTN antara
lain: Beberapa penyebab dilapangan
menjadi faktor belum maksimalnya
1. Kurangnya Political will Pemerintah pengamanan kawasan TNTN, misalnya
Kabupaten Pelalawan. kurangnya sarana dan prasarana, serta
kurangnya jumlah personil untuk
Untuk melakukan pelestarian satwa
pengamanan. Seperti yang diungkap
di TNTN seharusnya semua pihak bisa
oleh Bapak Hamdi selaku anggota
bekerja sama serta berkolaborasi,
pengamanan kawasan TNTN:
terutama Pemda Kabupaten Pelalawan.
Memang kewenangan TNTN adalah “Untuk personil pengamanan
milik pusat namun jika Pemda masih dirasa kurang, karena untuk
Pelalawan memiliki keinginan untuk mengamankan kawasan dengan luas
berperan aktif juga, tanpa harus 8300 ha hanya ada sekitar 20
menunggu untuk berkoordinasi dengan personil, itupun tidak setiap hari
pusat atau hanya sebatas partisipatif saja. personil lengkap berada dilapangan.
Seperti yang diungkapkan Bapak Ir. Jadi dapat dihitung untuk 1 personil
Ibrahim kepada penulis berikut: memiliki tanggung jawab
mengamankan kawasan sekitar 414
“kewenangan tesso nilo memang
ha, jadi memang sulit dan sering
dari pusat, tapi tidak ada salahnya
tidak semua lokasi ter-cover dengan
pemda pelalawan juga turut serta
maksimal”
mengurus tesso nilo, semua
tergantung pada political will

JOM FISIP Vol 2 No 2 Oktober 2015 Page 10


4. Kurangnya support dari masyarakat anggaran juga tidak ada anggaran khusus
sekitar yang disediakan oleh Pemda Pelalawan
untuk TNTN, serta program yang dilakukan
Banyak kasus kematian juga hanya sebatas koordinasi dengan
satwa serta rusaknya habitat yang pemerintah pusat. Dilihat dari mobilisasi
terjadi akibat ulah dari masyarakat di dukungan, program atau kebijakan yang
sekitar TNTN. Hal ini menunjukkan sengaja dibuat oleh Pemda Kabupaten
kurangnya partisipasi masyarakat Pelalawan untuk pelestarian satwa di TNTN
dalam berperan mendukung belum ada. Pemerintah Kabupaten
pelestarian habitat dan satwa TNTN. Pelalawan masih berfokus pada 7 Program
Demikian pula yang disampaikan Prioritas Pembangunan yang sedang gencar
oleh Bapak Fauzan kepada penulis: digalakan. Masing-masing kekuatan politik
belum saling mendukung untuk melakukan
“masyarakat atau oknum-oknum
upaya pelestarian satwa di TNTN.
manapun yang melakukan kerusakan
Selanjutnya dari sisi penegakan hukum,
di TNTN harus sadar diri, bahwa
perambahan hutan masih terjadi, kematian
sebenarnya manusia dan alam harus
satwa masih ditemukan hal ini
bisa hidup berdampingan, karena
mengindikasikan penegakan hukum yang
manusia pasti membutuhkan alam
masih belum menyentuh kata berhasil untuk
untu hidup. Oknum-oknum maupun
upaya pelestarian satwa di TNTN.
masyarakat mau turut serta, atau
Selanjutnya untuk keberlajutan usaha,
minimal tidak mengganggu
Pemda hanya bekerja ketika ada even
kehidupan satwa dan habitatnya”
tertentu saja, setelah even atau kegiatan itu
usai maka Pemda akan kembali ke
urusannya semula.
PENUTUP
Terdapat beberapa faktor penghambat di
4.1 Kesimpulan dalam upaya pelestarian satwa di TNTN
antara lain:
Berdasarkan hasil analisis yang
diuraikan penulis, peneliti mengambil 1. Kurangnya Political will Pemerintah
kesimpulannya yaitu Political Will Kabupaten Pelalawan.
Pemerintah Kabupaten Pelalawan terhadap
pelestarian satwa di TNTN tahun 2011-2012 2. Kurangnya kesadaran dari semua pihak
masih sangat kurang bahkan hampir tidak bahwa satwa memiliki hak untuk hidup.
ada. Terdapat beberapa indikator yang
3. Kurangnya support atau dukungan dari
penulis jadikan sebagai acuan untuk
masyarakat sekitar
menemukan political will Pemerintah
Kabupaten Pelalawan terhadap pelestarian 4. Pengamanan kawasan yang masih belum
satwa di TNTN tahun 2011-2012 yaitu, maksimal
inisiatif pemerintah daerah provinsi
kabupaten melalui berbagai program realnya 4.2 Saran
untuk menjaga lingkungan hidup, namun
Pemda Pelalawan tidak memiliki program Berdasarkan kesimpulan diatas, peneliti
real atau program khusus terkait TNTN. menyarankan kepada pihak- pihak yang
Pemda Pelalawan hanya berkoordinasi terkait sebagai bahan masukan sebagai
dengan pusat atau pihak Balai TNTN itupun berikut :
ketika hanya ada kegiatan tertentu saja.
1. Pemerintah kabupaten Pelalawan harus
Koordinasi yang dilakukan meskipun belum
memiliki inisiatif dalam turut serta
maksimal sudah ada namun untuk inisiatif
membantu pelestarian satwa di TNTN
yang dilakukan belum ada. Dari segi
misalnya dalam bentuk program real
prioritas, tidak tersirat prioritas untuk
atau kebijakan
pelestarian satwa di TNTN. Mengenai

JOM FISIP Vol 2 No 2 Oktober 2015 Page 11


2. Upaya pelestarian habitat beserta satwa J.M Papasi, 2010, Ilmu Politik Teori dan
dan seisinya harus dijadikan prioritas, Praktik, Graha Ilmu:
karena alam merupakan penyangga Yogyakarta
kehidupan masa kini dan untuk masa
yang akan datang Prof. Dr. Emzir, M.Pd.2012. Metodologi
Penelitian Kualitatif Analisis
3. Semua pihak, terutama para kekuatan Data.Jakarta: Rajawali Press
politik di daerah harus saling
mendukung dalam upaya pelestarian Sarafino, Edward P. 2006. Health
satwa Psychology: Biopsychosocial
Interactions. Universitas
4. Mengingat Negara Indonesia adalah Michigan: John Wiley
Negara yang berdasarkan hukum maka
untuk terwujudnya upaya penyelamatan Supriatna, Jatna. 2008. Melestarikan Alam
dan perlindungan terhadap satwa yang Indonesia. Jakarta: Yayasan
dilindungi perlu dilakukan penegakan Obor Indonesia
hukum secara tegas dengan membentuk
Toni Andrianus Pito dkk, 2006. Mengenal
team terpadu yang terdiri dari instansi
Teori-teori Politik,.Nuansa:
terkait, hal dimaksud orientasinya adalah
Bandung
dapat menimbulkan efek jera terhadap
pelaku-pelaku Widodo. 2012 Cerdik Menyusun Proposal
Penelitian. Jakarta: Magnascript
5. Inisiatif yang sudah muncul jangan
Publishing
sampai berhenti ditengah jalan namun
harus terus diperjuangkan hingga Peraturan Perundang Undangan:
mencapai tujuan yang diinginkan,
apalagi sampai sekedar pencitraan Kepres No.32 Tahun 1990 Tentang
semata. Pengelolaan Kawasan Lindung Taman
Nasional Tesso Nilo,

Peraturan Pemerintah No.32 Tahun 2002


DAFTAR PUSTAKA Tentang tata hutan dan penyusunan rencana
pengelolaan hutan dan penggunaan kawasan
Jurnal:
hutan
Agus Setiawan dan Hadis Alikodra.
Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.
Tinjauan Terhadap Pembangunan Kawasan
255 tahun 2004 yang isinya menunjuk
Konservasi di Indonesia. Media Konservasi
kawasan hutan Tesso Nilo sebagai kawasan
Vol. VII, No. 2, Juni 2001 : 39 – 46
taman nasional dengan nama Taman
Eva Yeni Hutabalian. Peranan World Wide Nasional Tesso Nilo (TNTN)
Fund for Nature (WWF) dalam Konservasi
Undang Undang No. 5 Tahun 1990 Tentang
Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN). Jurnal
Konservasi Sumberdaya Alam Hayati Dan
Penelitian. Volume 1 No. 2-Oktober 2014.
Ekosistemnya
Hlm 2-10.
Undang Undang Republik Indonesia Nomor
Buku :
32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan
Beddy, Iriawan Maksudi.2012. Sistem Daerah
Politik Indonesia: Pemahaman
Sumber Lain : Artikel, internet, laporan
Secara Teoritik dan Empirik.
ilmiah
Jakarta: Rajawali Pers
Balai Konservasi Sumber Daya Alam
C.S.T Kansil.2011. Sistem Pemerintahan
(BKSDA) Riau
Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara

JOM FISIP Vol 2 No 2 Oktober 2015 Page 12


Brinkerhoff, D. (2010) Unpacking the
Concept of Political Will

Buletin Wild Suara Tesso Nilo

Dugis, Vinsensio, 2012.Identifikasi National


Power, materi disampaikan pada kuliah
Pengantar Ilmu Hubungan Internasional,
Departemen Hubungan Internasional,
Universitas Airlangga. 15 Oktober 2012.

http://agnesdavonar.gerychocolatos.com/?p
=706

http://agnesdavonar.gerychocolatos.com/?p
=706

http://energitoday.com/2012/12/28/gajah-
sumatera-terancam-punah/

http://energitoday.com/2012/12/28/gajah-
sumatera-terancam-punah/

http://natuna.org/peraturan-perundang-
undangan-perlindungan-satwa-langka.html

http://www.attayaya.net/2011/08/program-
wilayah-konservasi-tesso-nilo.html

http://www.attayaya.net/2013/07/taman-
nasional-tesso-nilo.html

http://www.wwf.or.id/?26180/Delapan-
Ekor-Gajah-Mati-di-Tesso-Nilo

Imam Pramono Political Will : Sebuah


Pandangan dari Sebuah Sudut

Makalah tentang Penyelamatan dan


Perlindungan Satwa yang dilindungi di
Propiinsi Riau. Dalam Upaya Penegakan
Hukum

Reby Oktarianda, Suwondo, Yustina.


Analisis Komunitas Burung Pada Berbagai
Tipe Habitat di Taman Nasional Tesso Nilo
Sebagai Sumber Belajar Dalam Mendukung
Praktikum Konsep Komunitas Hewan.

Pelalawan dalam angka 2013. Badan pusat


Statistik Kabuapaten Pelalawan.

JOM FISIP Vol 2 No 2 Oktober 2015 Page 13

You might also like