Professional Documents
Culture Documents
a. Sudah menikah belom? Aktif secara seksual blm? Berganti2 pasangan blm?
b. Apa aktivitas sehari2/pekerjaan (stress dari pekerjaan)
c. Apakah merokok, sejak kapan, berapa banyak sehari (penyakit perio, oral
cancer)
d. Apakah konsumsi alkohol, sejak kapan, berapa sering (perio, serosis hati,
bleeding risk, +smoking=oral cancer, asam lambung tinggi-resiko erosi pada
gigi)
e. Seberapa sering konsumsi makanan/minuman manis/tinggi gula: soda, dll
(resiko DM)
f. Konsumsi buah sayur? (nutrisi serat dan vitamin, self cleansing. Serat nutrisi
untuk BB. Hubungan dg defisiensi zat besi-anemia)
g. Konsumsi teh, kopi (staining)
h. Berapa sering olah raga (resiko anestesi)
i. Tinggal dengan siapa (nutrisi, tingkat stress)
5. Penjelasan PI (locates)
L Location Lokasi spesifik dari keluhan
O Other symptoms Gejala lain yang menyertai keluhan utama
C Characteristic Jenis sensasi (nyeri tajam, tumpul)
A Alleviating Hal yang mengurangi keluhan
Aggravating Hal yang menambah rasa sakit/keluhan
T Time Onset, durasi, frekuensi
E Environtment Lingkungan dimana keluhan muncul (di tempat kerja,
diluar, atau random)
Apakah keluhannya memiliki efek ke jaringan sekitar
Kondisi lingkungan sekitar: suhu, angin
S Severity Tingkat keparahan keluhan, bisa dilakukan dengan
derajat nyeri 1-10
6. Dental history pasien anak
Riwayat gigi juga harus mengidentifikasi faktor-faktor yang bertanggung jawab atas masalah gigi dan
mulut yang ada serta yang mungkin berdampak pada kesehatan masa depan. Ini termasuk diet,
kebersihan mulut, dummy / digit mengisap, dan kebiasaan parafungsional. Pertanyaan khusus harus
ditanyakan tentang minuman (khususnya penggunaan botol sebelum tidur pada kelompok usia yang
lebih muda), camilan di antara waktu makan, frekuensi menyikat gigi, dan jenis pasta gigi yang
digunakan.
Pengalaman ke drg sebelumnya (bila sudah pernah, trauma apa tidak, menentukan management
behavior yg harus dilakukan oleh drg)
Apakah sudah pernah mendapat perawatan fluor
Bad habbit
Penggunaan pasta gigi (ber fluor atau tanpa fluor)
Cara sikat gigi
Akhirnya, riwayat gigi yang menyeluruh adalah kesempatan untuk mengevaluasi sikap orang tua
terhadap perawatan gigi anaknya.Misalnya, keteraturan perawatan gigi sebelumnya dapat menjadi
indikator nilai yang diberikan orang tua pada kesehatan gigi anak.
7. minum kopi masuk dalam history apa
bila berhubungan dengan CC masuk PI, bila tidak berhubungan dengan CC masuk social history
8. tanya mkn sayur dan buah buat apa
nutrisi serat dan vitamin, menstimulasi produksi laiva-self cleansing gigi
9. Covid masuk subjektif yang mana
PMH, FH
10. Pemeriksaan objektif apa saja
Pemeriksaan kesehatan pasien secara umum dan penampilan
Pemeriksaan ektra oral kapala leher
o Kepala, wajah, leher
memeriksa wajah dan leher dari depan. Cari benjolan yang jelas, cacat, noda kulit,
tahi lalat, asimetri wajah kasar (kebanyakan wajah sedikit asimetris) atau wajah
visual: minta pasien untuk sedikit memiringkan kepala ke belakang untuk
menjulurkan leher. Pembengkakan atau kelainan lainnya terlihat jelas pada posisi
ini. Perhatikan pasien menelan; pembengkakan tiroid bergerak saat menelan.
Pasien kemudian harus memutar kepala, masih dengan leher ekstensi, pertama ke
kiri dan kemudian ke kanan, untuk memungkinkanpemeriksaan daerah
submandibular di setiap sisi. Kecuali pada yang paling gemuk, pembengkakan
kelenjar sublingual, kelenjar getah bening dan kelenjar submandibular akan
terlihat. Leher kemudian harus direlaksasikan untuk memungkinkan pemeriksaan
bilateral pada daerah kelenjar parotis.
Pembengkakan kelenjar ludah parotis unilateral menunjukkan:
Obstruksi saluran
Tumor
Abses
Infeksi retrograde kelenjar
Pembengkakan bilateral kelenjar ludah parotis menunjukkan:
Infeksi virus, mis. gondongan Perubahan degeneratif, mis. sianosis
o Mata
Tingkat berkedip (menatap frekuensi rendah mungkin menunjukkan masalah
psikologis, atau mungkin penyakit Parkinson. Frekuensi tinggi dapat
menunjukkan kecemasan atau kekeringan pada mata, misalnya sindrom Sjogren).
Keterbatasan pergerakan mata atau strabismus (fraktur zygoma).
Exophthalmos (tumor orbit atau trombosis sinus kavernosa).
Eksoftalmos bilateral (hipertiroidisme - penyakit Graves).
Perdarahan subkonjungtiva (fraktur zygoma atau lengkung hidung).
Ulserasi konjungtiva (penyakit Bechet, pemfigoid membran mukosa).
Pucat konjungtiva (anemia).
Sklera biru (jarang osteogenesis imperfekta).
Sklera kuning Uaundice).
Jaringan parut pada kornea (pemfigoid membran mukosa).
Mata kering, konjungtivitis (sindrom Sjogren)
o Bibir
Pemeriksaan visual: Catat tonus otot (misalnya komisura terkulai dan
ketidakmampuan untuk mengerucutkan bibir dengan Bell's palsy), setiap
perubahan warna atau tekstur, ulserasi, bercak, lesi herpetik, angular cheilitis.
Perhatikan juga kompetensi/inkompetensi bibir. Palpasi bimanual: Palpasi apakah
ada benjolan, dengan menggunakan ibu jari telunjuk, satu intraoral dan satu
ekstraoral.
o Limfonodi
Ada pembahasan dibawah
o Glandula slaiva
o TMJ
o Otot mastikasi
11. Pemeriksaan objektif itu esensinya untuk apa? Isinya apa saja (locates). Apakah harus urut sondasi dulu
lalu perkusi palpasi dst?
Melengkapi dan memeriksa hasil dari pemeriksaan subyektif sehingga bisa ditegakkan diagnosis.
Pemeriksaan harus dimulai dari gigi sehat terlebih dahulu.
o Sondasi = mengetahui rangsang taktil, menggunakan sonde
o Perkusi: mengetuk gigi menggunakan pangkal kaca mulut.
o Nyeri tekan vertikal: apikal periodontitis
o Nyeri tekan lateral: periodontitis akut / lateral periodontitis
o Palpasi: ada pembengkakan atau tidak
o Vitalitas: untuk mengetahui vitalitas gigi
o Dingin: cotton pellet disemprot CE sampai evaporasi (terbentuk bunga es) kemudian
aplikasikan pada CEJ
o Panas: gutta percha dipanaskan sampai ujungnya melunak, kemudian ujungnya
ditempelkan ke gigi
o Electric: voltase dinaikkan perlahan sampai ada respon
12. beda nya vital sign dewasa dgn anak2 di bagian mana, lbh tinggi siapa angka nya
Asia pasifik
14. pemeriksaan ekstra oral
a. Pemeriksaan otot pengunyahan
Jenis otot:
- M. Masseter
- M. pterigoid lateralis
- M. temporalis
Tujuan :
apakah maloklusi pasien terjadi karena ada tonus otot pengunyahan yang tidak normal.
Prosedur:
1) Tempelkan kedua telapak tangan pada kedua pipipasien kanan dan kiri,
2) pasien melakukan gerakan pengunyahan danmenggigit kuat-kuat.
3) Rasakan kekencangan otot pipi
4) hipertonus otot otot pipi terasa terlalu kencang padakeadaan rahang pasien
menyempit.
Kesimpulan :
Tonus : normal / hypotonus / hypertonus
Fungsi : normal / paralise
Keadaan : simetris / asimetris
Prosedur :
Origo nya dikening, dilihat mulai dari pelipis kemudian naik sampai ditengahtengahnya. 2 jari,
digerakkan kearah posterior, kita menelusuri sakitnya dimanasambil diminta pasien untuk membuka
dan menutup mulut karna kita akan melihatkorelasi otot dengan pergerakan sendi.
Insersio nya kita lihat dari dalam, karna berhubungan dengan daerah leher condylus.Jari telunjuk
dimasukkan sejajar dg dataran oklusal gigi RA.Sampai mentokkebawah, setelah mentok dilakukan
gerakan membuka kearah lateral.Pasiendisuruh membuka menutup mulut ada nyeri atau tidak.Kalau
nyeri berarti memangdari temporalis nya.
b. Pemeriksaan TMJ
Tujuan:
Untuk mengetahui apakahmaloklusi pasien sudah mengakibatkan gangguan padaTMJ
Terdapat tanda-tanda dan gejala disfungsi TMJ dengannyeri TMJ sebelum perawatan ortodontik
maka harusditangani dengan hati-hati.
Jenis pemeriksaan:
1) Palpasi lateral (bimanual)
2) palpasi intra-auricular (bidigital)
3) Auskultasi
Prosedur :
1) Pasien duduk tegak dan relaks
2) kedua jempol operator ditempelkan pada kondilus pasien kanan dan kiri,
3) pasien diinstruksikan membuka mulut kemudian digerakkan pelan-pelan.
a) rasakan gerakan berputar kondilus kanan dan kiri , simetris atau tidak ?
b) Jika tidak simetris gangguan TMJ pada saat rotasi mandibula
4) melakukan gerakan membuka – menutup
a) rasakan pergeseran kondilus simetris atau tidak ?
b) Jika tidak simetris Jika ada, berarti ada gangguan pada saat translasi mandibula
5) Pada saat mandibula digerak-gerakan
a) Jika dirasakan ada getaran /suara gemerisik didengar pasien krepitasi
b) Jika setiap gerakan disertai rasa sakit peradangan kondil (kondilitas).
Kesimpulan:
1) Rasa sakit (palpasi)
2) Suara sendi (clicking, krepitasi)
3) Gerakan (buka tutup, lateral)
c. Pemeriksaan otot bibir (m. orbicularis oris)
Tonus otot bibir:
Tujuan:
untuk mengetahui apakan maloklusi pasien terjadi karenaada tonus otot bibir yang tidak normal.
Khususnya pada kasus protrusif gigi anterior atas
Prosedur:
1) meletakkan kaca mulutpada bibir bawah dengan menahan kemudian pasiendiinstruksikan
menelan ludah. Rasakan kekencangan ototbibir bawah.
2) Dengan cara yang sama lakukan pada bibiratas. Dengan kaca mulut bibir atas sedikit
diangkat,instruksikan menelan, rasakan kekencangannya
Posisi bibir istirahat:
Tujuan :
Untuk mengetahui apakah ada incompetensi otot-otot bibir pasien pada posisi istirahat. Khususnya
pada kasus protrusif gigi anterior atas
Prosedur :
1) Amati diam-diam tanpa sepengetahuan pasien,posisi bibir :
menutup atau terbuka?
bibir bawah di belakang gigi anterior atas?
2) Incompetensi otot bibir jika saat pasien menutupbibirnya, penutupan tampak dipaksakan
a. Kelenjar ludah
Glandula saliva parotis
Perhatikan dari depan, bagian bawah dari daun telinga akan tampak menonjol bila glandula
mengalami pembengkakan. Palpasi glandula untuk memeriksa pembengkakan maupun nyeri
tekan (tenderness).Glandula parotis terletak di distal dari ramus ascendens mandibula.Untuk
pengamatan lebih baik dilakukan dari belakang pasien.Ductus stensen, muara vestibulum m2
atas.
Glandula saliva submandibula
Palpasi bimanual: gunakan jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan untuk memeriksa intraoral
dan jari yang sama pada tangan kiri untuk bagian ekstraoral. Palpasi glandula diatas dan dibawah
mylohyoid.Jangan mengabaikan pemeriksaan ada tidaknya batu pada glandula.
b. Limfonodi
Limfonodi pada area kepala leher dibagi dalam dua kelompok besar, yakni kelompok sirkular
dan servikal.
c. Neuromuskuler
Pemeriksaan otot-otot mastikasi untuk melakukan palpasi pada otot/musculus, maka teknik
palpasi yang dilakukan tergantung dengan otot mastikasi (pengunyahan).
Palpasi Otot/musculus :
Palpasi masseter:
dilakukan secara bimanual, tangan yang satu (dengan satu jari) di bagian intraoral.
Jari diletakkan di kedua pipi dekat ramus mandibular lalu pasien diminta untuk melakukan
gerakan mengunyah
Palpasi temporalis: langsung pada region temporal dan meminta pasien untuk mengoklusikan
gigi geliginya
Palpasi pterygoid lateral: dengan menempatkan jari sedikit di belakang tuberositas maksila,
pasien diminta untuk memajukkan dagu.
Palpasi pterygoid medial: palpasi secara intraoral pada bagian lingual pada ramus mandibular
Pemeriksaan nervus trigeminus
Sensasi sentuhan ringan (dengan kapas)
Nyeri (dengan tusuk jarum)
Refleks kornea (sentuh kornea dengan gumpalan kapas)
Membuka dan menutup mulut
Temuan abnormal meliputi: facial anaesthesia (kehilangan sensori), hypoaesthesia (sensori
berkurang), dysaesthesia atau paraesthesia (sensasi abnormal), reflex abnormal, otot
pengunyahan lemah.
Pemeriksaan nervus fasialis
Pemeriksaan nervus fasialis bisa dilakukan dengan cara:
Pasien diminta untuk menutup mata dan bibirnya dengan rapat -> kekuatan untuk menutup
mata dan bibir dapat dirasakan dengan mencoba membukanya secara manual
Pasien diminta untuk menunjukkan giginya
Pasien diminta untuk melihat ke atas, mengangkat alis dan mengerutkan dahi
Pasien diminta untuk bersiul
Cek hiposalivasi dan sensasi rasa
Temuan abnormal meliputi: kelemahan fasial kontralateral, kelemahan fasial ipsilateral, salivasi
dan indra perasa terganggu, Bell’s palsy
Sumber: Scully, C., Bagan, J. V., Carrozo, M., Flaitz, C. M., Gandolfo, S., 2013 , Pocket of Oral
Disease, Churchill Livingstone Elsevier,
d. Fasial
Pemeriksaan bentuk wajah terdiri atas 3 pemeriksaan yaitu tipe wajah, kesimetrisan wajah, dan
profil wajah.Tipe wajah ada 3, yaitu sempit, normal, dan lebar.Kesimetrisan wajah ada 2, yaitu
simetris bilateral dan asimetris. Dikatakan simetris bilateral apabila wajah terbagi 2 sama lebar
dan anatomisnya sama jika ditarik garis median dari garis rambut ke titik glabela, subnasion
(perbatasan septum nasal dengan bibir atas), dan menton. Profil wajah terbagi menjadi wajah
datar, cembung dan cekung.Untuk menentukan profil wajah, tarik garis dari titik glabela,
subnasion dan pogonion (dagu) dan dilihat dari arah sagital.
Pemeriksaan pada wajah dapat dilakukan melalui pengamatan dan palpasi.Pemeriksa
dapat mengamati simetris atau tidaknya wajah.Adanya ketidaksimetrisan pada wajah secara jelas
kemungkinan disebabkan oleh masalah gigi geligi, khususnya yang berhubungan dengan
nyeri.Adanya abses pada gigi atau jaringan periodontal merupakan penyebab umum, adanya
pembengkakan pada wajah.Selain itu, bisa juga disebabkan oleh adanya trauma.
Kelainan pada wajah bisa terjadi paralisis saraf fasial. Facial paralysis atau kelumpuhan
saraf di wajah atau bisa juga di sebut penyakit “bell’s palsy” adalah hilangnya gerakan wajah
karena kerusakan saraf. Otot-otot wajah terkulai atau menjadi lemah. Ini biasanya terjadi
pada salah satu sisi wajah, tapi juga memungkinkan untuk terjadi pada kedua sisi wajah dan
ini biasanya disebabkan oleh: infeksi atau peradangan dari nervus facialis, trauma kepala,
tumor kepala atau leher, dan stroke. Penyebabnya idiopatik, meskipun kemungkinan
penyebab dapat meliputi iskemik vaskuler, penyakit virus seperti herpes zoster, penyakit
autoimun, atau bahkan kombinasi dari semua faktor ini. Bell’s Palsy juga sering disebut
fasial paralisis atau kelumpuhan fasialis perifer akibat proses non-supuratif, non-neoplasmik,
non-degeneratif primer namun sangat mungkin akibat edema jinak pada nervus fasialis di
foramen stilomastoideus. suatu kelainan, kongenital maupun didapat, yang menyebabkan
paralisis seluruh ataupun sebagian pada pergerakan wajah.
Infeksi yang diakibatkan oleh bakteri. Infeksi odontogenik akan menyebabkan timbulnya
asimetri wajah karena akumulasi pus/nanah yang terjebak dalam suatu rongga atau spasia
tergantung gigi penyebab. Lokasi pembengkakan bisa di area submandibula, permandibula,
infraorbita, infratemporal, submental, ataupun kombinasi dari lokasi tersebut.
Cacat wajah karena trauma atau kongenital. Kecacatan karena trauma yang tidak dirawat
dengan benar atau diabaikan akan menyebabkan munculnya asymetri pada wajah. Selain itu
kelainan asimetri wajah juga bisa disebabkan oleh kelainan kongenital seperti celah bibir
atau asimetri rahang.
Adanya tumor, benjolan akibat tumor baik jinak ataupun ganas akan menimbulkan asimetri
pada wajah dan juga nyeri tekan pada saat palpasi
Adanya benjolan baik akibat infeksi maupun tumor akan menyebabkan hilangnya struktur
anatomi normal yang seharusnya tampak seperti sulkus nasolabialis, filtrum, dan sulkus
mentolabialis
Pemeriksaan pada fasial juga meliputi pemeriksaan pada mata. Perhatikan apakah ada ikterus
pada sklera yang menandakan gangguan hepar, dan juga apakah konjungtiva anemis yang
menandakan adanya anemia.
Perhatikan pula adanya exophtalmus pada mata yang merupakan pertanda gangguan pada
tiroid
Pasien diminta untuk menggigit bantalan karet sekencang mungkin. Ini untuk
mengidentifikasi kekuatan m. temporalis, m.masseter, dan m. pterygoideus medialis
Operator meletakkan satu tangan pada dagu dan tangan lainnya pada regio temporal. Pasien
diminta untuk melakukan gerakan deviasi mandibula melawan gerakan tangan operator ke
kiri dan kanan. Ini untuk mengidentifikasi kekuatan m. pterygoideus medialis satu sisi
Palpasi
Palpasi TMJ dilakukan pada saat proses membuka dan menutup mulut
Pada gerakan membuka mulut, palpasi dilakukan tepat di bawah os zygomaticus, di anterior
dari proc. condylaris mandibulae
Pada gerakan menutup mulut, palpasi dilakukan melalui anterior tragus di dalam meatus
acusticus externus. Rasakan apakah ada gerakan dari arah anterior yang merupakan aspek
posterior condylus
Lakukan pula palpasi pada otot-otot pengunyahan dengan cara meraba melalui origo menuju
insersionya
Musculus temporalis diraba bilateral mulai dari ototnya pada regio temporal hingga tendon
pada proc. coronoideus. Saat meraba, pasien diminta sedikit membuka mulut
Musculus masseter dapat diraba di bawah arcus zygomaticus hingga angulus mandibulae
Tanyakan pada pasien apakah ada nyeri saat operator melakukan perabaan pada otot
mastikasi
Auskultasi
Letakkan stetoskop pada anterior meatus, kemudian minta pasien untuk melakukan gerakan
membuka menutup mulut serta gerakan protrusif mandibula
Dengarkan apakah terdapat suara “klik” atau krepitasi pada saat gerakan tersebut
o Perubahan lokal yang terjadi pada TMJ disebut sebagai internal derangement. Pergeseran diskus
(disc displacement) merupakan posisi abnormal dari diskus terhadap condylus mandibularis dan
fossa glenoidalis. Pergeseran yang paling umum terjadi adalah pergeseran anterior dan lateral
(anterior-lateral displacement). Pergeseran diskus dapat diklasifikasikan menjadi dua:
o Pergeseran diskus dengan reduksi (disc displacement with reduction)
o Pergeseran diskus tanpa reduksi (disc displacement without reduction)
o Bunyi “klik” (clicking) merupakan tanda yang khas pada disc displacement with reduction dan
terjadi pada saat melakukan gerakan menutup dan membuka mulut. Bunyi “klik” ini terbentuk
akibat adanya friksi dari komponen-komponen sendi saat terjadi reduksi diskus ke superior
condylus mandibularis dan saat diskus kembali ke posisi anterior dari condylus mandibularis.
17. pemeriksaan intra oral
o lapisan mukosa
o Erosion - Partial loss of surface epithelium without exposure underlying connective
tissue.
o Ulcer - Full thickness loss of surface epithelium with expos of underlying connective
tissue
o Vesicle - Circumscribed accumulation of fluid within or bel epithelium, less than 5 mm
in diameter.
o Bulla - Circumscribed accumulation of fluid within or bel epithelium, larger than 5 mm
in diameter.
(Note: Intraorally, vesicles and bullae are often found in a bu condition, appearing as
ulcers).
o Plaque - Large circumscribed elevated area.
o Papule - Small circumscribed elevated area.
o Macule - Circumscribed, non-elevated area of discoloration.
o Pustule - Elevated area containing pus.
• Record the site, shape, size and quality of the surface of anlesion.
• Draw the lesion and its site in the patient's notes. Record thlesion photographically, if possible.
• Palpate the lesion to determine whether it is soft, firm or hard whether its edges are well defined
or diffuse and whether thelesion is mobile or fixed.
Memeriksa sulkus labial RA – RB: retrak bibir dengan posisi mulut setengah terbuka
Periksa mukosa bukal: mulut terbuka lebar kemudian retrak pipi pasien
Periksa sulkus bukal RA-RB: retrak pipi dengan mulut setengah terbuka
o Lidah
Periksa ventral lidah dan dasar mulut: instruksikan pasien menyentuhkan lidah ke palatum
Periksa palatum: Tekan lidah menggunakan spatula lidah. Periksa dan palpasi palatum durum
secara visual.Pemeriksaan visual palatum lunak termasuk mobilitasnya.Minta pasien untuk
mengatakan 'Ah'.
Periksa Tenggorokan: Tekan lidah, sekali lagi menggunakan spatula lidah. Ulangi permintaan
untuk mengatakan 'Ah' dan lihat pilar fauces, tonsil, uvula, dan orofaring.
o glandula saliva
Use bimanual palpation of the submandibular glands and d detect enlargement, tenderness or
calculi
o laju saliva
Adhesi cermin ke mukosa bukal dapat menunjukkan penurunan produksi saliva.Gelembung
udara dalam air liur juga menunjukkan produksi air liur yang buruk. Pemijatan kelenjar mayor
yang normal akan menghasilkan aliran saliva dari duktus orifisium. Perhatikan kualitas dan
kekentalan (misalnya lengket, ulet) air liur, termasuk semua purulen
o periodontium
gingiva normal berwarna coral pink, kenyal, knife-edge, tekstur stipling
o gigi
o Tooth mobility (Miller's classification).
Place the tips of the handles of two dental mouth mirrors onto the buccal and lingual
surfaces of the tooth to measure mobility
Class 1 - Physiological mobility.
Class 2 - Up to 1 mm transverse movement.
Class 3 - More than 1 mm in any transverse direction or any non physiological mobility
on depression or rotation of the tooth
19. pemeriksaan ohi, ohis, pi, php, phpm, dmft, gingival index menurut siapa, kategori, caranya
OHI (green & vermilion)
Rules:
o Hanya scoring gigi yg telah erupsi sempurna
o M3 tidak di scoring
o Skor debris bukal dan lingual diambil pada gigi yang memiliki jumlah debris terbanyak
o Skor kalkulus bukal dan lingual diambil pada gigi yang memiliki jumlah kalkulus
terbanyak
Debris index
o 0 : tidak ada debris / stain
o 1 : debris lunak menutupi <1/3 permukan gigi atau stain ekstrinsik
o 2 : debris lunak menutupi 1/3 - 2/3 permukaan gigi
o 3 : debris lunak menutupi >2/3 permukaan gigi
Calculus index
o 0 : tidak ada kalkulus
o 1 : kalkulus supragingiva menutupi <1/3 permukaan
o 2 : kalkulus supragingiva menutupi 1/3 - 2/3 atau sub gingiva berupa titik
o 3 : kalkulus supragingiva > 2/3 atau pita subgingiva
Skoring
o DI = (skor bukal + skor lingual) / jumlah segment
o CI = (skor bukal + skor lingual) / jumlah segment
o OHI = DI + CI
o Baik : 0 – 2,4
o Sedang: 2,5 – 6
o Buruk : 6,1 – 12
Skoring
o DI-S = skor total/jumlah permukaan
o CI-S = skor total/jumlah permukaan
o OHI-S = DIS+CIS
o Baik : 0 – 1,2
o Sedang: 1,3 – 3
o Buruk : 3,1 – 6
Interpretasi
o GI tiap gigi
Total skor semua permukaan dalam satu gigi / total permukaan (4)
o GI per orang
skoring
o Buat 5 area garis imajiner pada permukaan gigi
o berikan disclosing pada permukaan gigi yang diperiksa
o Pasien diminta untuk mendesis selama 30 detik kemudian meludah tapi tidak berkumur
kemudian diperiksa dengan kaca mulut
o Skoring tiap permukaan
0 : tidak terdapat debris/plak
1: terdapat debris/plak
o Total seluruh skor
Total skor debris seluruh permukaan / jumlah gigi yg diperiksa
DMFT
untuk menilai status kesehatan gigi akibat karies pada gigi permanen.
Komponen:
o Decay
Gigi dengan karies aktif
Tumpatan sementara
Karies sekunder
o Missing
Gigi yang dicabut karena karies
Radiks
o Filling
Gigi yang ditumpat permanen karena karies dan tidak ada karies sekunder
Skoring individu = D+M+F
Skoring populasi
Pemeriksaan DMF-T dilakukan dengan memeriksa 28 gigi yang ada. Jumlah DMFT rata-rata
dihitung dengan cara menjumlahkan jumlah gigi yang karies, hilang dan ditambal lalu dibagi
dengan jumlah populasi.
Faktor protektifadalah faktor lingkungan, faktor biologis atau terapi kimia yang membantu
mengayunkan keseimbangan karies (Gambar 1) untuk pencegahan atau pembalikan lesi
karies.Contohnya adalah fluoride dalam air minum, penggunaan pasta gigi berfluoride dan fungsi
saliva yang memadai.
Faktor risiko adalah faktor lingkungan atau biologis yang berkontribusi pada inisiasi atau
perkembangan lesi karies. Faktor-faktor tersebut termasuk faktor patologis seperti bakteri penghasil
asam, plak yang terlihat pada gigi, seringnya mengemil karbohidrat yang dapat difermentasi serta
faktor lingkungan seperti literasi kesehatan yang rendah
Indikator penyakitadalah hasil pengamatan klinis dari kerusakan mineral gigi sebelumnya dan/atau
yang sedang berlangsung.Mereka tidak berkontribusi pada penyakit, tetapi mereka adalah indikator
langsung dari keberadaan penyakit di masa lalu atau pada saat pengamatan.
o Terapi definitif adalah terapi yang umumnya diterima sebagaipengobatan spesifik untuk
penyembuhan suatu penyakit.
o Terapi simptomatik adalah terapi untuk meringankan gejala suatupenyakit tanpa menangani
penyebab dasar penyakit tersebut.
o Terapi palliatif adalah terapi yang diberikan untuk meredakan gejaladan mengurangi
penderitaan pada penderita dalam stadium terminal (tahapakhir) penyakitnya.
o Terapi supportif: penunjang, vitamin dll
32. KIE
Komunikasi: menjelaskan kepada pasien mengenai kondisi yg dikeluhkan/keluhan utama
Informasi: menjelaskan penyabab kondisi tersebut
Edukasi: mengedukasi kesgilut, mencegah kekambuhan
33. Apa saja edukasi yg diberikan kepada pasien
34. gingivitis (ciri, mekanisme, fase2)
warna merah/eritema, edema, papila bengkak, margin membulat, licin dan mengkilap
Gingivitis kronis :
warna gingiva normal :coral pink
- Peningkatan vaskularisasi merah
- Keratinisasi epitel merah kebiruan
Margin lunak membulat pada penekana
Gingivitis akut :
warna merah marginal, difus, bernodatergantung kondisi akut
Dental consideration
- hindari perawatan lama, resiko stress
- sedasi nitros oxide = menurunkan sistol-diastol 10-15mmhg
- aman 140-160/90-95
- 160-190 premedikasi dulu sampai 140
- kontraindikasi 190/110
RENAL DISEASE
Ginjal menghasilkan hormon eritropoetin -> menstimulasi pembentukan sel darah merah di bone
marrow
Bila proses tersebut rusak akan menyebabkan anemia.
Dental management:
-identifikasi anamnesis
-pemberian profilaksis
-selalu cek saturasi oksigen
- anestesi tanpa epinefrin
- baru boleh dilakukan perawatan dental setelah 1 hari pasca hemodialisis, krn saat dialisis px lelah dan
resiko bleeding
-pada pasien yg mengonsumsi obat pengencer darah
-aspirin: dihentikan 2-5 hari sebelum tindakan
-warfarin: dihentikan hari sebelum perawatan
-clopidogrel: dihentikan 5 hari sebelum perawatan
-heparin: dihentikan 4 jam sebelum tindakan
ANEMIA
Kekurangan jumlah sel darah merah (eritrosit) - berfungsi mengangkut oksigen (hemoglobin ada
didalam eritrosit)
Pemeriksaan:
Hematrokit
eritrosit
Hemoglobin
Pemeriksaan darah
Darah Rutin Darah Lengkap (1-5 ++)
1. Hb 6. Laju Endap Darah
2. Hematokrit 7. Indeks Eritrosit (MCV, MCH,
MCHC)
3. Jumlah Eritrosit 8. Hitung jenis leukosit
4. Jumlah Leukosit 9. Platelet distribution width
5. Jumlah Trombosit 10. Red cell distribution width
Jadi dari tabel ini, utk mengetahui seseorang mengalami anemia atau tidak, cukup dengan pemeriksaan
Darah Rutin.Tetapi bila ingin mengetahui jenis anemia apa harus dilakukan pemeriksaan Darah
Lengkap
Mcv (mean corpuscular volume): mengukur besar rata2 sel darah merah
Mch(mean corpuscular hb) : jumlah rata2 hemoglobin dalam tiap sel darah merah
Mchc (mean corpuscular hb consentration): nilai konsentrasi rata2 hb dalam satu sel darah merah
Dental management:
- Pasien anemia kontraindikasi dg anestesi.
- Pasien beresiko sinkop krn suplai oksigen kurang, perdarahan, dan penyembuhan luka buruk
- Nilai hb harus normal (perempuan: 12-13, laki: 13-14)
DIABETES MELLITUS
Adalah gangguan metabolik yang ditandai dengan kadar gula darah yang melebihi batas normal.
DM TIPE 1(insulin dependent)
o Disebabkan oleh kerusakan sel B pankreas sehingga tidak dapatmemproduksi insulin
o Kerusakan tersebut akibat faktorgenetik, imunologis, dan juga lingkungan. DM tipe 1
memerlukan injeksiinsulin untuk mengontrol kadar glukosa darah.
o Type 1 Diabetes is characterized by autoimmune destruction of insulin producing cells in
the pancreas by CD4+ and CD8+ T cells and macrophages infltrating the islets
o The autoimmune destruction of pancreatic β-cells, leads to a defciency of insulin
secretion which results in the metabolic derangements associated with T1DM. In addition
to the loss of insulin secretion, the function of pancreatic α-cells is also abnormal and
there is excessive secretion of glucagons in T1DM patients
o Defciency in insulin leads to uncontrolled lipolysis and elevated levels of free fatty acids
in the plasma, which suppresses glucose metabolism in peripheral tissues such as skeletal
muscle
DM Gestational
o Kenaikan gula darah selama masa kehamilan. Biasanya terjadi pada minggu ke-24
kehamilan, dan kadar gula darah akan kembali normal setelah persalinan
Patofisiologi
o Insulin usually maintains glucose homeostasis by promoting uptake of glucose from the
blood into cells and by its storage in the liver as glycogen. Insulin also promotes the
uptake of fatty acids and amino acids, as well as their subsequent conversion into
triglyceride and protein stores.
o A lack of insulin or insulin resistance, as seen in DM, results in an inability of
insulindependent cells to use blood glucose as an energy source.
o Stored triglycerides are broken down into fatty acids, which serve as an alternate source
of fuel, and an elevation in blood ketones leads to diabetic ketoacidosis. As blood glucose
levels become elevated (hyperglycemia), glucose is excreted in the urine and excessive
urination (polyuria) occurs because of osmotic diuresis. Increased fluid loss leads to
dehydration and excessive thirst (polydipsia). Since cells are starved of glucose, the
patient experiences increased hunger (polyphagia).
Gejala
o Poliuri (banyak kencing)
Kadar glukosa darahyang tinggi akan dikeluarkan melalui air kemih, jika semakin
tinggi kadar glukosa darah maka ginjal menghasilkan air kemih dalam
jumlahyang banyak. Akibatnya penderita diabetes sering berkemih dalamjumlah
banyak.
o Polidipsi (banyak minum)
Polidipsi terjadi karena urin yang dikeluarkan banyak, makapenderita akan
merasa haus yang berlebihan sehingga banyak minum
o Polifagi (banyak makan)
Polifagi terjadi karena berkurangnya kemampuan insulinmengelola kadar gula
dalam darah sehingga penderita merasakan laparyang berlebihan
o Penurunan Berat Badan
Penurunan berat badan terjadi karena tubuh memecah cadanganenergi lain dalam
tubuh seperti lemak
Diagnosis
Dental management
o Medical history
They should ask patients about recent blood glucose levels and frequency of
hypoglycemic episodes. Antidiabetic medications, dosages and times of
administration should be determined.
Epinephrine, corticosteroids, thiazides, oral contraceptives, phenytoin, thyroid
products and calcium channel–blocking drugs have hyperglycemic effects.
o Penjadwalan
morning appointments are advisable since endogenous cortisol levels are
generally higher at this time (cortisol increases blood sugar levels)
pada pasien yg mengonsumsi insulin secara rutin. jadwalkan tidak bertepatan dg
jadwal konsmsi insulinnya, krn berpotensi hipoglikemi
morning appointments are recommended, preferably 11/2 hours after breakfast
and morning meds to avoid the peak action time for those who take insulin
injections and since the endogenous cortisol levels are generally higher at this
time. Do not schedule appointments during lunch breaksor as the last appointment
of the day before dinner since blood sugar levels can be low and oral health care
procedures can interfere with eating
For patients who take insulin, the greatest risk of hypoglycemia will thus occur
about 30 to 90 minutes after injecting lispro insulin, 2 to 3 hours after regular
insulin
or the above mentioned reasons, it‘s advised to avoid dental appointments when
the patient:
Has not had meds or eaten
Has cold, or flu, or tiredness
Has not recently seen their physician
Has levels <70 mg/dl or >150 mg/dl
Has had a recent emergency.
o Diet
Ensure that the patient has eaten normally and taken medications as usual. If the
patient skips breakfast owing to the dental appointment but still takes the normal
dose of insulin, the risk of a hypoglycemic episode is increased.
o Monitor gula darah
Ukur gula darah sebelum tindakan
Patients with low plasma glucose levels (< 70 mg/dL for most people) should be
given an oral carbohydrate before treatment to minimize the risk of a
hypoglycemic event
Clinicians should refer patients with significantly elevated blood glucose levels
for medical consultation before performing elective dental procedures
o During treatment
The most common complication of DM therapy that can occur in the dental office
is a hypoglycemic episode
Initial signs and symptoms include mood changes, decreased spontaneity, hunger
and weakness. These may be followed by sweating, incoherence and tachycardia.
If untreated, possible consequences include unconsciousness, hypotension,
hypothermia, seizures, coma and death.
If the clinician suspects that the patient is experiencing a hypoglycemic episode,
he or she should terminate dental treatment and immediately administer 15 grams
of a fast-acting oral carbohydrate such as glucose tablets or gel, sugar, candy, soft
drinks or juice
If the patient is unable to swallow or loses consciousness, the dentist should seek
medical assistance; 25 to 30 mL of a 50 percent dextrose solution or 1 mg of
glucagon should be administered intravenously
o After treatment
Patients with poorly controlled DM are at greater risk of developing infections
and may demonstrate delayed wound healing
antibiotic coverage may be necessary for patients with overt oral infections or for
those undergoing extensive surgical procedures
CHARTER
efektif untuk membersihkan di sekitar perangkat yang digunakan untuk memperbaiki kontak
yang tidak tepat dari gigi lawan (peralatan ortodontik) dan plak di bawah gigi abutmen gtc.
Sikat ditempatkan pada 45 derajat terhadap sumbu panjang gigi menghadap ke oklusal/incisal
Bulu sikat harus menyentuh perbatasan margin gingiva dan gigi
Kemudian lakukan gerakan getaran sirkular
Bulu sikat ditekan ke sisi gigi dan gingiva dan digerakkan dengan gerakan melingkar pendek
atau maju mundur.
Metode ini direkomendasikan bila ada luka atau cedera pada gingiva.
ROLL
Metode paling cocok untuk anak yang kesulitan dengan metode bass
Bulu sikat ditempatkan menghadap ke apikal sepanjang aksis gigi
Sisi sikat jangan sampai menyentuh permukaan gigi
Dengan tekanan ringan bulu sikat digulung dari apikal ke arah koronal. Dan diulangi beberapa
kali
Kemudian bergeser ke bagian geligi sebelahnya
Ini dapat dengan mudah dilakukan dan digunakan oleh banyak orang. Lebih tepat bila pasien
dalam keadaan sehat.
SCRUB
Ini adalah teknik yang paling umum digunakan.
Adalah kombinasi gerakan horisontal, vertikal, dan sirkular.
Itu hanya membersihkan permukaan dan bukan teknik yang sangat baik untuk menghilangkan
plak dari daerah interproksimal.
Teknik ini juga dapat menyebabkan abrasi gigi dan resesi gingiva.
Karena metode ini tidak memerlukan teknik ekstensif, sangat ideal untuk digunakan pada anak-
anak.
FONES
Efektif untuk anak yang baru belajar gosok gigi, tidak cocok untuk dewasa
Gigi oklusi dan bulu sikat diletakkan diantara gigi dan pipi
Sikat digerakkan melingkar diatas permukaan gigi RA-RB sekaligus
Untuk anterior, gigi diposisikan edge to edge kemudian disikat secara sirkular
Untuk sisi lingual/palatal dilakukan gerakan in-out stroke
Metode ini beresiko merusak bila dilakukan terlalu kuat
SMITH/FISIOLOGIS TECHNIQUE
Metode ini didasarkan pada keyakinan bahwa tindakan menyikat gigi harus mensimulasikan
perjalanan makanan di atas mahkota menuju gingiva.
Ini membutuhkan sikat yang lembut dan penyikatan dilakukan dengan menyapu dari bagian
koronal kearah apikal menuju margin gingiva dan gingiva.
LEONARD TECHNIQUE
Bulu sikat diposisikan 90 derajat terhadap aksis gigi.
Gigi dalam posisi edge to edge
Sikat digerakkan secara vertikal naik-turun
Gigi RA dan RB disikat secara terpisah
HORIZONTAL TECHNIQUE
Bulu sikat diposisikan 90 derajat terhadap aksis gigi.
Gigi dalam posisi edge to edge
Sikat digerakkan secara horisontal maju mundur
40. perawatan preventif pada anak
Primary Prevention
The general approaches to the primary prevention of dental caries and periodontal diseases involve the
following measures:
Professional oral assessments.
Patient involvement in the control of plaque, a naturally acquired bacterial biofilm that develops
on the teeth. This process is called self‐care and is accomplished by brushing and flossing teeth
and using other preventive products.
Professional periodontal debridement (removal of soft and hard deposits from the teeth using
manual or ultrasonic dental instruments).
Community water fluoridation (addition of fluoride to awater supply).
Use of products for self‐care and for professionally initiated remineralization procedures (i.e.,
replacement oflost minerals in teeth).
Use of antimicrobial agents to reduce plaque biofilm.
Use of dental sealants.
Practice of nutritionally healthy habits including sugar discipline (limitation of amount of sugar
in the diet to prevent a nutrient source for oral bacteria).
Substrates
o Bacteria can use fermentable carbohydrates as a ready source of energy and the
endproducts of the glycolytic pathway in bacterial metabolism are acids. Sucrose is the
fermentable carbohydrate most frequently implicated
Host factors
o the quality of tooth structure and the saliva are the major host factors that should be
considered.
Saliva
o Saliva stimulated by chewing has increased calcium and phosphate ion concentrations.
o A gustatory effect, such as that induced by some food acids, has been shown to stimulate
a higher flow rate of saliva than stimulation by mechanical chewing.
o By removing substrate and buffering plaque acid, saliva helps to balance the caries
process and has a critical role in remineralization as it provides a stabilized
supersaturated solution of calcium and phosphate ions as well as fluoride ions from
extrinsic sources.
o The major constituent of saliva is water (~99.5%), with a wide range of other inorganic
and organic components, the most relevant being the salivary proteins, especially the
histatins, mucins and statherins, which provide:
antibacterial and antifungal and antiviral activity.
lubrication, which also assists in bolus formation.
inhibition of demineralization and stabilization of calcium and phosphate ions,
which assists remineralization.
Time
o When acid challenges occur repeatedly, the eventual collapse of enough enamel crystals
and subsequently rods will result in surface breakdown. This may take from months to
years, depending on the intensity and frequency of the acid attack
Proses karies:
Pelikel (endapan protein saliva) ->plak (pelikel+bakteri) -> ph asam -> gigi melepas Ca dan P ke
saliva untuk menyeimbangkan PH saliva (terjadi demineralisasi), asam (H+) dari bakteri akan
memecah ikatan hidroksi apatit Ca10(PO4)6OH2
Dentalcaries is primarily caused by lactic and acetic acids which diffuse through the plaqueand
into the enamel pores between the rods as neutral ion species, where they dissociate and decrease
the pH of the fluid surrounding the enamel crystals.
Once dissociated,the protons dissolve the hydroxyapatite crystal surface depending on the degree
ofsaturation of the specifc apatite and the inter-rod fluid calcium and phosphate ionconcentration
increases.
The buffering of calcium and phosphate at the enamel surface and in the plaquebioflm leads to
the development of a subsurface (or white spot lesion) with a proportionately hypermineralized
surface layer.
The optical changes occur due to the increasedpore spaces between the thinned rods and the
effect this has on the refractive qualities of the enamel.
The continuation of this process eventually undermines the support forthe surface layer and
surface breakdown occurs – the development of a physical cavity