You are on page 1of 30

LAPORAN RENCANA PERAWATAN

MODUL ENDODONTIK
PERAWATAN SALURAN AKAR GIGI 11

Nama : Della Zerlina

NIPP : 20194020032

Pembimbing :

drg. Nia Wijayanti, Sp. KG

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA
2021
BAB I

DESKRIPSI KASUS

Data pasien

Nama : M. Nurul Ihsan

Jenis Kelamin : Laki -laki

Usia : 25 thn

Alamat : Yogyakarta

No. RM : 50752

Pemeriksaan Subyektif
Pasien laki-laki usia 25 tahun mengeluhakan gigi depannya terasa sakit ketika
menggigit. Keluhan tersebut dirasakan sekitar 2 minggu yang lalu. Pasien
menceritakan bahwa sekitar 2 minggu yang lalu mengalami kecelakaan dan gigi
depannya patah dan bibir atasnya mengalami robekan sehingga harus dijahit. Saat
ini gigi depan tersebut tidak digunakan untuk makan dan pasien blm bisa makan
makanan yang terlalu keras. Pasien juga mengeluhkan bahwa jika meminum
dingin dan panas sering merasa ngilu dengan skala 3 dari 1-5 selama 5 detik.
Gusi didaerah gigi yang mengalami trauma tidak ada pembengkakan. Pasien
menggosok gigi 2x sehari saat mandi dan terkadang malam sebelum tidur. Pasien
tidak dicurigai memiliki riwayat penyakit sistemik, tidak memiliki alergi obat atau
makanan. Keluarga inti pasien tidak dicurigai memiliki riwayat penyakit sistemik
dan alergi.

Pemeriksaan Objektif
Gambaran Klinis :
Foto Rontgen Periapikal gigi 12

1. Mahkota : terdapat fraktur dengan gambaran radiolusen pada gigi bagian


incisal mengenai mahkota lebih dari 1/3 dr incisal kedalaman pulpa.
2. Akar : Terdapat saluran akar berjumlah satu dan radiolusen pada saluran
akar, saluran akar berbentuk lurus
3. Ligament periodontal : mengalami pelebaran padan terputus pada bagian
ujung akar
4. Periapical : terlihat gambaran radiolusen pada ujung daerah apical berbatas
difus
5. Alveolar Crest : Terdapat resorbsi puncak tulang alveolar secara vertical
sebesar 1,5 mm dari CEJ

GIgi 21 : Terdapat fraktur pada gigi 21 lebih dari 1/3 incisal mahkota dengan kedalaman
pulpa

Sondasi : +

Perkusi : +

Palpasi : -

Ce : + (ngilu)
Assessment :
a. Fraktur elis kelas 3
b. Gv black : kelas IV
c. Mount&hume : 1.4
d. ICDAS : D6
Diagnosis : pulpitis irreversible disertai Periodontitis
Prognosis : baik

Treatment Planning :
1. KIE
2. Perawatan Saluran Akar.
3. Restorasi Pasak dan Mahkota Jaket
4. Kontrol dan evaluasi
BAB II

DASAR TEORI

A. Pendahuluan
Perawatan saluran akar merupakan suatu perawatan untuk pulpa nonvital
maupun pulpa yang telah dihilangkan dari saluran akar yang berupa pengambilan
seluruh jaringan pulpa membentuk saluran akar gigi untuk mencegah infeksi
berulang. Tujuan perawatan saluran akar adalah untuk mempertahankan gigi
nonvital dalam lengkung gigi agar dapat bertahan selama mungkin dalam rongga
mulut dengan cara membersihkan dan mendisinfeksi sistem saluran akar sehingga
mengurangi munculnya bakteri. Jika infeksi pulpa dibiarkan maka akan terjadi
resorpsi akar yang terus berlanjut ke arah periradikuler sejalan dengan
menetapnya infeksi pulpa. Stimulus yang dikenal sebagai penyebab resorpsi akar
adalah infeksi pulpa dan infeksi periodontal. Oleh sebab itu, perawatan saluran
akar sangat penting dilakukan untuk menghilangkan stimulus, sehingga resorpsi
internal dapat dihentikan.

Perawatan endodontik dibagi dalam triad endodontic yang terdiri dari tiga
tahap utama yaitu preparasi biomekanis saluran akar (cleaning and shaping),
disinfeksi, dan obturasi saluran akar.

Indikasi perawatan saluran akar :

a. Pulpitis irreversible.

b. Terbukanya pulpa karena karies, atrisi, abrasi, dan trauma.

c. Gigi vital terinfeksi.

d. Gigi non vital (nekrose).

Kontraindikasi perawatan saluran akar :

a. Kerusakan luas jaringan periapikal yang melibatkan lebih dari 1/3 panjang akar.

b. Foramen apikal terbuka lebar

c. Perforasi permukaan akar.


d. Resorpsi yang luas.

e. Gigi dengan saluran akar yang tidak dapat dipreparasi.

B. Preparasi Biomekanis Saluran Akar


Preparasi saluran akar merupakan hal yang penting untuk menentukan
keberhasilan atau kegagalan suatu perawatan endodontik. Tujuan dari
pembersihan dan pembentukan adalah membersihkan dan mendesinfeksi saluran
akar serta membentuk dinding saluran akar dan ujung apikal untuk penutupan
seluruh saluran akar dengan bahan pengisi (Tarigan, 2002).

Ada beberapa macam teknik preparasi saluran akar, yaitu

1. Step Back
Teknik ini dilakukan dengan cara mempreparasi menggunakan nomor
file berurutan dari nomor yang kecil ke besar yang digunakan untuk
membentuk dinding saluran akar. Keuntungan dari metode ini adalah lebih
efektif dalam membersihkan saluran akar dibanding dengan yang
konvensional, lebih mudah melakukan obturasi saluran akar dengan metode
kondensasi lateral serta celah antara gutaperca dan dinding saluran akar juga
lebih kecil, (Grosman et., 1995), Sedangkan kekurangan teknik ini adalah
pada kasus akar sempit instrument mudah patah dan resiko terdorongnya
debris kearah periapikal, perubahan atau pemendekan panjang kerja. Teknik
ini juga dapat menimbulkan terjadinya ledge dan zipping. Ledge adalah jika
preparasi saluran akar tidak sesuai dengan saluran akar giginya dan timbul
percabangan di ujung akarnya. Zipping adalah jika preparasi saluran akar
diteruskan melampui apeks dan menjadi lurus sehingga terjadi perforasi
panjang dan menciptakan bentuk preparasi corong terbalik. Jika menggunakan
instrumen yang besar maka kekuatan instrumen akan menyebabkan terjadinya
deviasi saluran akar pada saluran akar bengkok.

2. Crown Down
Teknik ini disebut juga dengan teknik step down, merupakan modifikasi dari
teknik step back. Menghasilkan hasil yang serupa yakni seperti corong yang
lebar dengan apeks yang kecil. Bermanfaat pada saluran akar yang kecil dan
bengkok. Saluran akar sedapat mungkin dibersihkan dengan baik sebelum
instrument ditempatkan di daerah apeks sehingga kemungkinan terjadinya
ekstruksi dentin ke jaringan periapeks dapat dikurangi. Teknik ini
menggunakan instrument nikel-titanium, baik yang genggam maupun
digerakkan mesin.
Pada saat perpindahan dari nomor kecil ke nomor yang lebih besar
harus diikuti dengan irigasi dan rekapitulasi. Irigasi berfungsi sebagai
debridement untuk mengeluarkan frakmen kecil debris organik dan serpihan
dentin dari saluran akar yang dipreparasi. Rekapitulasi berfungsi untuk
mencegah penumpukan debris di apikal.

Bahan-bahan irigasi yang digunakan pada perawatan saluran akar :

1. Sodium Hipoklorit (NaOCl)

Bahan irigasi yang paling sering dipakai menurut Grossman adalah

NaOCl 5,2 % karena paling efektif. Konsentrasi lain 1%, 2,5% sampai 6%.

Dapat berfungsi sebagai debridement, pelumas, anti mikroba, melarutkan

jaringan lunak, smear layer dan dapat digunakan berulangkali tanpa tekanan.

Bahan ini dapat melarutkan kolagen pada dentin saluran akar, sehingga mudah

dipreparasi dan merupakan disinfektan yang memiliki antibakteri yang baik,

dapat melarutkan jaringan nekrosis, jaringan pulpa, komponen organik dari

dentin dan biofilm serta baik digunakan pada saluran akar yang terinfeksi

dengan periodontitis apikalis.

2. Chlorhexidine

Bahan ini digunakan pada konsentrasi 2% dalam bentuk chlorhexidine

gluconat atau chlorhexidine digluconat. Penggunaannya tidak mempengaruhi

bonding bahan obturasi adhesif, memiliki efek bakteriostatik dan bakterisidal


terhadap bakteri gram + dan kurang efektif terhadap bakteri gram –, dan dapat

menghambat terjadinya resorpsi external akar.

3. EDTA (Ethylen Diamine Tetraacetic Acid)

EDTA akan membentuk larutan kalsium-kelat dengan ion kalsium,

sehingga dentin dekalsifikasi sehingga efektif melunakkan dentin, mudah

hancur pada instrumentasi sehingga mempermudah instrumentasi, mempunyai

sifat antimikroba, derajat iritasi sedang. Bahan ini sebaiknya digunakan secara

terpisah dengan NaOCl, karena akan mengurangi kandungan chlorine pada

NaOCl sehingga menurunkan sifat antimikrobanya tetapi tidak untuk

menggantikan NaOCl. Dianjurkan untuk pemakaian akhir, 1 atau 2 menit

sebelum obturasi. Atau 2-3 pada fase akhir instrumentasi untuk

menghilangkan smear layer sehingga meningkatkan efek antibakteri.

4. Hidrogen Peroksida

Pada konsentrasi 3% digunakan sebagai larutan irigasi saluran akar

yang memiliki efek bakterisidal. Dapat melepaskan oksigen ketika berkontak

dengan jaringan organic, menghasilkan gelembung yang membantu

debridement dengan cara mengeluarkan jaringan nekrosis dan debris pada

dentin ke permukaan. Dapat dikombinasi dengan penggunaan NaOCl 5,2%,

NaOCl digunakan setelah H2O2. karena H2O2 akan menghasilkan gelembung

gas/oksigen yang akan menghasilkan tekanan jika gigi ditutup dan

menyebabkan nyeri.

C. Medikamen Saluran Akar

Menurut Grossman, desinfeksi saluran akar merupakan pembinasaan

mikroorganisme patogenik, yang mensyaratkan pengambilan terlebih dahulu


jaringan pulpa dan debris, pembersihan dan pelebaran secara biokimiawi dan

pembersihan isinya dengan irigasi.

Bahan dressing yang digunakan untuk saluran akar:

1. Eugenol

Merupakan kimiawi minyak cengkeh dan mempunyai hubungan

dengan fenol, lebih mengiritasi dan menghalangi impuls saraf interdental.

Pada dosis rendah memiliki efek antiinflamasi dan dosis tinggi memiliki efek

toksik. Biasanya digunakan untuk perawatan pulpektomi.

2. ChKM (Chlorphenol Kamfer Menthol)

Daya disinfektan dan sifat mengiritasi lebih kecil dari formocresol.

Observasi selama 2-3 hari. Memiliki antibakteri spektrum luas dan efektif

terhadap jamur. Para-klorophenol mampu memusnahkan mikroorganisme.

Kamfer sebagai sarana pengencer serta mengurangi efek mengiritasi. Menthol

mengurangi sifat iritasi chlorphenol dan mengurangi rasa sakit.

3. Cresatin

Dikenal sebagai metakresilasetat. Cairan jernih, stabil, berminyak, dan

mudah menguap. Mempunyai sifat antiseptic dan mengurangi rasa sakit.

Antimicrobial lebih kecil dari formocresol dan ChKM. Sifat mengiritasi

jaringan periapikal lebih kecil dari ChKM.

4. Kalsium Hidoksida (Ca(OH)2)

Bahan ini digunakan pada konsentrasi 10%, sebagai bahan sterilisasi

saluran akar diaplikasikan dalam bentuk pasta non setting (konus padat). Efek

antiseptiknya berjalan dengan lambat selama 2 minggu, tetapi waktu


optimumnya 1 minggu. Secara fisik Ca(OH)2 mampu melarutkan jaringan

lunak dan jaringan nekrotik. Secara fisik bahan ini dapat menutup saluran

akar, sehingga meminimalkan jalan pertukaran eksudat jaringan yang

merupakan sumber utama makanan bakteri serta mempunyai sifat sedikit larut

dalam air tetapi tidak larut dalam alkohol.

5. Cresophene

Terdiri dari chlorphenol, hexachlorophene, thymol, dan

dexamethasone. Observasi selama 3-5 hari. Pemakaian terutama pada gigi

periodontitis dan apikalis akut (overinstrumen)

6. Formocresol

Menimbulkan efek nekrosis dan inflamasi persisten pada jaringan

vital. Menimbulkan respon imun berantara sel. Dianjurkan digunakan dalam

konsentrasi rendah.

7. Glutardehide

Disinfektan kuat dan dianjurkan digunakan dalam konsentrasi

rendah (2%) sebagai obat intrasaluran.

8. TKF (Trikresol Formalin)

Memiliki sifat merangsang jaringan periapikal. Observasi selama 1

hari. Dapat menyebabkan jaringan nekrosis.

9. Sodium Hipoklorit

Memiliki daya antibakteri yang besar. Uap sodium hipoklorit bersifat

bakterisidal. Berinteraksi cepat dengan bahan organic, sehingga baik

diaplikasikan pada saluran akar tiap dua hari sekali.


10. Yodida

Mengiritasi paling kecil karena efek antibakterinya sebentar.

Membunuh mikroorganisme. Merangsang jaringan periapikal dan

menyebabkan jaringan menjadi nekrosis. Masa aktif 3-5 hari. Indikasi untuk

gigi permanen muda.

D. Pengisian Saluran Akar (Obturasi)

1. Bahan Pengisi

Fungsi bahan pengisi saluran akar adalah mengobturasi saluran dan

menghilangkan semua pintu masuk antara periodonsium dan saluran akar.

Tujuan mengobturasi saluran adalah memasukkan suatu bahan pengisi

pengganti ke dalam ruang yang sebelumnya ditempati pulpa, guna mencegah

infeksi berulang.

2. Teknik Obturasi

a. Single cone

Teknik ini dilakukan dengan memasuk kan kon gutta point tunggal ke

dalam saluran akar dengan ukuran sesuai dengan diameter preparasinya.

Untuk menambah adaptasi gutta point dan kerapatannya terhadap dinding

saluran akar ditambahkan semen saluran akar (sealer)

b. Kondensasi

Teknik ini dilakukan dengan memasukkan guttap point ke dalam saluran

akar, kemudian dilakukan kondensasi atau penekanan kearah lateral


maupun kearah vertikal. Indikasi teknik ini jika bentuk saluran akarnya

oval atau tidak teratur. Teknik kondensasi terbagi menjadi 3 :

1) Kondensasi lateral: teknik ini menggunakan spreader dengan cara

ditekan kearah lateral, sehingga gutta perca bergerak ke lateral

menekan dinding saluran akar.

2) Kondensasi vertical: gutta perca didorong meggunakan plugger kearah

apikal. Masukkan plugger middle tekanan kearah vertikal, kemudian

plugger terkecil.

3) Kondensasi seksional: gutta perca dipotong menjadi beberapa bagian,

masing-masing 3 atau 4 mm. Potongan apikal gutta perca ditempelkan

pada plugger yang telah dipanasi, masukkan ke dalam saluran akar dan

ditekan kearah vertikal.

c. Kloropercha / eucapercha

Teknik ini dilakukan dengan melunakkan ujung guttap point utama dengan

kloroform atau eucalyptol dan dimasukkan ke dalam saluran akar hingga

guttap point akan berubah bentuk sesuai dengan saluran akarnya terutama

daerah apikal. Kon dikeluarkan lagi untuk menguapkan bahan pelarutnya.

Setelah saluran akar diulasi semen guttap point dimasukkan ke dalam

saluran akar dan ditekan hingga seluruh saluran akar terisi sempurna.

d. Termoplastis

Teknik ini dilakukan dengan menggunakan alat Ultrafil atau Obtura, yaitu

alat yang bentuknya mirip pistol dan mampu melunakkan guttap point

serta mendorong ke dalam sakuran akar ke arah apical

E. Tahapan Kerja
1. Pembukaan akses

2. Pembuangan & pembersihan

3. jaringan nekrosis saluran akar

4. Pengukuran panjang kerja

5. Pembentukan saluran akar

6. Sterilisasi saluran akar

7. Obturasi
BAB III
PROSEDUR KERJA

A. Alat dan Bahan

Alat : Bahan :

1. Alat diagnostik 1. NaOCl

2. Bur bulat 2. EDTA

3. Bur fisurre 3. Kalsium hidroksida

4. Ekskavator 4. Endometason + eugenol

5. Barbed broach 5. Gutta perca

6. K-file 6. Cavit

7. H-file 7. SIK Fuji I

8. Spreader 8. Hidrogen peroksida

9. Lentulo 9. Saline

10. Electronic Apex locator 10. Cotton pellet

11. Spiritus 11. Paper point

12. Endo block

13. Spuit irigasi


B. Tahap Perawatan Saluran Akar

KUNJUNGAN I: Preparasi kamar pulpa dan open access


a.
Jalan masuk selalu melalui
permukaan palatal pada semua
gigi anterior maxilla. Penetrasi
awal dilakukan tepat di tengah
dari permukaan lingual atau
palatal dengan ditandai “X”.
Kesalahan umum yang biasa
dilakukan adalah open access terlalu menjauhi gingiva.

b.

Awal masuk
dipersiapkan
dengan round
point tapering
fissure bur
high speed
dengan pendingin udara, dioperasikan pada
sudut kanan atau membentuk sudut 90° dengan
sumbu panjang gigi. Hanya enamel yang
ditembus saat ini, jangan memaksa bur
memungkinkan untuk memotong jalannya
sendiri.
c.
Perluasan preparasi kavitas dengan
posisi bur tegak lurus axis gigi
dilakukan hingga kedalaman dentin.
Menjaga titik bur dalam pusat kavitas
dan memutar menuju insisal, sehingga bur berjalan searah dengan
sumbu panjang gigi. Enamel dan dentin dibevel ke arah incisal.
Masuk ke area kamar pulpa tidak boleh dilakukan dengan instrumen
berkecepatan tinggi, kurangnya sensasi taktil dengan instrumen ini
menghalangi penggunaannya di dalam saluran akar.

d.
Pembentukan dan pelebaran outline
form pada kavitas dengan bur fissure.
enamel dibentuk short bevel ke arah
incisal dan dentin disiapkan untuk
menerima bur bulat yang akan
digunakan untuk penetrasi.

e.
Round bur low speed digunakan untuk
menembus kamar pulpa. Jika pulpa
telah menyusut, round bur no. 2
digunakan untuk awal bur menembus,
dioperasikan hampir sejajar dengan
sumbu panjang gigi.

f.

Bekerja dari dalam kamar pulpa ke


luar, bur bulat digunakan untuk
menghilangkan dinding labial dan
palatal dari kamar pulpa. Kavitas yang
dihasilkan halus, berkesinambungan, dan mengikuti alur dari tepi
kavitas ke orifice.

g.
Setelah outline form terbentuk,
dengan perlahan masukkan bur fissure
panjang ujung datar ke dalam saluran
akar. Preparasi kamar pulpa
dilakukan dari dalam ke luar, pundak
bagian palatal dihilangkan untuk
menghasilkan preparasi yang halus,
berkesinambungan, dan mengikuti alur preparasi

h.
Terkadang round bur no. 1 dan 2
harus digunakan lebih ke lateral dan
incisal untuk menghilangkan debris
dan bakteri pada tanduk pulpa dan
mencegah terjadinya diskolorasi di
kemudian hari.

i.
Akhir dari preparasi menghubungkan
anatomi kamar pulpa dengan saluran
akar. Pada gigi desidui dengan pulpa
yang besar, outline form
menggambarkan sebuah segitiga
besar pada anatomi bagian dalam,
pelebaran kavitas yang dapat
dilakukan melalui pembersihan kamar pulpa dapat mempermudah
masuknya instrument yang besar dan bahan pengisi saluran akar
karena membutuhkan sebuah saluran yang besar. Pelebaran kavitas
melalui incisal memungkinkan diperolehnya akses yang besar ke
pertengahan saluran akar.
j.
Preparasi kavitas pada gigi
permanen dengan kamar pulpa yang
terisi oleh dentin sekunder, dan
bentuknya oval. Preparasi berbentuk
corong dari orifice ke dalam saluran
akar. Kemudian pulpa mengalamai
penyusutan, sehingga sulit sehingga
sulit untuk menjangkau bagian dalam dengan bur bulat. Oleh karena
itu ketika radiograf menampakkan resesi pulpa lanjutan.

k.
Preparasi akhir dengan instrument
yang berfungsi untuk membesarkan
saluiran akar. Poros instrumen
membersihkan tepi kavitas bagian
insisal dan mengurangi pundak
palatal, memungkinkan suatu
pendekatan terkendali ke sepertiga
apikal saluran akar. Instrumen tetap
di bawah kendali penuh dari dokter.
Bentuk preparasi saluran akar yang
meruncing dapat dibuat optimal dalam sepertiga apikal, disesuaikan,
dengan persyaratan bulat, meruncing, bahan pengisi saluran akar
akan mengikuti. Bagian oval yang tersisa dari kanal dibersihkan dan
dibentuk oleh bahan pengisi yang melingkar atau gates glidden drill.

 Seluruh jaringan gigi yang tidak didukung oleh dentin


dihilangkan hingga
bersih.
 Dengan round bur bagian palatal gigi dibuka, arah tegak lurus
aksis gigi hingga perforasi kamar pulpa.
 Atap pulpa dibuang dengan round bur, gerakan dari kamar
pulpa ke arah luar.
 Dinding kavitas diratakan dengan fissure bur, sampai berbentuk
divergen ke arah incisal.
 Preparasi kamar pulpa selesai bila alat endodontik dapat
bergerak leluasa keluar masuk dan bentuk kavitas mempunyai
retensi yang kuat untuk tumpatan sementara.
 Pengambilan jaringan pulpa pada kamar pulpa dengan
menggunakan ekskavator sampai orifis.
 Eksplorasi : yaitu mencari jalan masuk ke saluran akar melalui
orifis dengan menggunakan eksplorer (smooth broach/jarum
miller).
 Ekstirpasi : pengambilan jaringan pulpa pada saluran akar
dengan jarum ekstirpasi (barbed broach) dimasukkan sedalam
2/3 panjang saluran akar, diputar 1800 searah jarum jam
kemudian ditarik ke luar. Cara ini dapat dilakukan berulang
apabila dirasakan jaringan pulpa belum terambil seluruhnya.
Irigasi menggunakan larutan NaOCl (Sodium Hipoklorit) karena
memiliki kelebihan mempunyai daya pelumas, anti-mikrobial
yang signifikan, serta sebagai pelarut organic smear layer pada
saluran akar.
KUNJUNGAN II : Pengukuran Panjang Kerja, preparasi saluran akar,
dressing
Pengukuran Panjang Kerja
Pengukuran panjang kerja dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu dengan
observasi langsung, dengan menggunakan alat Elcetronic Apex Locator dan
dengan metode perbandingan.

1. Metode observasi langsung

a. Ukurlah panjang gigi yang akan dirawat pada radiograf, misal 24,1 mm

b. Panjang kerja perkiraan = X – 1mm (jika jaringan periapikal mengalami

resorpsi maka dikurangi 1,5 mm dan jika jaringan periapikal serta akar

gigi mengalami resorpsi maka dikurangi 2 mm). Maka 24,1 – 1,5 = 22,6

mm

c. Masukkan file dengan panjang kerja X – 1mm tersebut dan dilakukan

pengambilan radiograf

d. Bila panjang alat tepat pada ujung apikal maka PK perkiraan dikurangi 1

mm.

e. Bila jarak ujung alat dengan ujung apikal > 1 mm, atau ternyata ujung alat

menembus apikal maka pengukuran PK diulangi.

2. Menggunakan EAL (Elektronic Apex Locator)

Caranya dengan mengaitkan klip ke file yang dimasukkan ke dalam

saluran akar dan lip hook ke bibir, maka EAL akan memberikan signal berupa

suara untuk mengetahui sejauh mana ujung file dari ujung apeks akar dapat

dilihat juga dari gambar bentuk akar. EAL juga akan memberikan signal jika

terjadi perforasi pulpa. EAL memiliki standar 0,5 yang menyatakan bahwa

ujung file mengenai ujung apeks.

3. Metode Perbandingan
Preparasi Saluran Akar

Dilakukan dengan cara step back :

 Tahap I, untuk memulai fase instrumentasi harus diasumsikan bahwa saluran


akar telah dieksplorasi dengan explorer (smooth broach) dan bahwa panjang
kerja telah ditetapkan yaitu apikal konstriksi diidentifikasi. Instrumen aktif
pertama yang dimasukkan file nomor 15 harus runcing, dengan bahan
stainless steel yang permukaannya halus, melengkung, dan dilapisi dengan
pelumas, seperti Gly-Oxide, R.C Prep, File-Eze, Glyde, K-Y Jelly, atau
Sabun Cair.
Gerakan dari instrumen yang berliku tiga atau dua putaran searah jarum jam
dan kemudian ditarik. Pada preparasi saluran akar, instrumen dibersihkan,
bengkok, pelumasan ulang, dan reposisi, gerakan berliku kemudian diulang.
Ingat bahwa instrumen harus berada dalam kedalaman penuh ketika
melakukan preparasi. Prosedur ini diulang sampai instrumen kendur dalam
posisinya. Maka ukuran K-file berikutnya digunakan dengan tetap menjaga
panjang kerja, melengkung, dilumasi, dan diposisikan. Gerakan instrument
yang berliku dan retraksi diulang. Penambahan tekanan sekitar 1mm juga
dapat dilakukan di apex. Hal ini sangat penting bahwa pelumas digunakan
dalam area tersebut. Pada saat ukuran file nomor 25 telah digunakan untuk
panjang kerja yang berfungsi penuh, tahap I selesai.
 Tahap II, pada saluran akar yang bagus dan dalam contoh ini, proses langkah
mundur dimulai dengan nomor file 30. Panjang kerjanya diatur 1 mm lebih
pendek dari panjang kerja awal. Melengkung, dilumasi, dibawa turun ke
saluran akar dengan kedalaman baru yang lebih pendek, gerakan berliku, dan
ditarik. Proses yang sama diulang sampai file 30 longgar dengan panjang dan
lebar disesuaikan. Rekapitulasi untuk panjang kerja awal dengan nomor file
25 untuk memastikan ada atau tidaknya penyempitan. Hal tersebut diikuti
oleh irigasi yang berlebih sebelum instrumen melengkung berikutnya
dimasukkan ke dalam saluran akar. Dalam hal ini, file nomor 35, panjang
kerja kembali diperpendek 1 mm dari nomor file 30 (2 mm dari apikal nomor
file 25), melengkung, dilumasi, dimasukkan, menggores, dan ditarik diikuti
oleh rekapitulasi dan irigasi. Dengan demikian, persiapan langkah kembali ke
atas 1mm kanal dan satu instrumen yang lebih besar pada suatu waktu. Ketika
bagian dari saluran akar tercapai, biasanya pertengahan saluran akar lurus,
dimana instrumen menjadi longgar, maka penambahan diameter dimulai,
bersama dengan irigasi yang berlebih. Hal tersebut menyatakan bahwa pada
titik ini file headstroem yang paling efektif. Hedstroem file mempunyai daya
parut jauh lebih agresif dari K file.

 Tahap IIA, Saluran akar dibentuk menjadi lancip, berkesinambungan,


sehingga kondusif untuk obturasi yang optimal. Perawatan harus dilakukan
untuk rekapitulasi antara masing-masing instrumen dengan nomor file 25
berkas bersama dengan irigasi yang berlebih. Daerah pertengahan saluran
akar ini adalah daerah dimana membentuk kembali, juga bisa dilakukan
dengan instrumen listrik dengan kekuatan dorong : Gates Glidden Drill,
dimulai dengan ukuran yang lebih kecil (nomor 1 dan 2) dan secara bertahap
meningkat ke nomor 4, 5, atau 6. Tetap mempertahankan bentuk yang lancip
untuk menyelesaikan preparasi tahap II A. Gates Glidden Drill harus
digunakan dengan hati-hati karena cenderung bersifat seperti sekrup pada
saluran akar, mengikat, dan kemudian merusak. Untuk menghindari hal
tersebut, telah direkomendasikan bahwa ukuran lebih besar digunakan secara
terbalik. Tapi sayangnya, Gates Glidden Drill tidak dpaat berfungsi dengan
baik ketika terbalik. Saran yang lebih baik adalah untuk melumasinya dengan
RC-Prep atau Glyde, yang akan mencegah mengikat dan masalah yang lebih
lanjut.

 Tahap IIB adalah kembali ke nomor file 25 (atau instrumen apikal yang
terakhir digunakan), merapikan seluruh dinding dengan dorongan vertikal
dengan ditekan dan tarik kea rah koronal, untuk menyempurnakan bentuk
yang lancip dari apical konstriksi ke servik orifis. Dalam hal ini, tip
Hedstroem yang paling efisien adalah yang menghasilkan banyak serpihan
dentin, bagaimanapun, harus dihilangkan dari apex dengan K file dan
kemudian membilasnya dengan NaOCl yang berlebih. Preparasi
kemomekanis selesai dengan bentuk saluran akar yang lancip. Dan sekarang
siap untuk diobturasi atau didressing dan ditumpat sementara sampai
pertemuan berikutnya. Jika diobturasi, pertama kali harus menghilangkan
smear layer.

 Setiap pergantian file dari nomor kecil ke nomor berikutnya selalu dilakukan
irigasi dengan kombinasi larutan NaOCL 2,5% dan EDTA 17% dan
rekapitulasi, yaitu pengulangan kembali dengan menggunakan file nomor
sebelumnya. Pemakaian kombinasi larutan NaOCl 2,5% dengan EDTA 17%
dapat melarutkan organic dan inorganic smear layer. Pada akhir preparasi
dilakukan irigasi menggunakan larutan CHX 2% karena memiliki daya anti
bakteri yang luas, memiliki toksisitas rendah, tidak mempengaruhi bonding
bahan obturasi, serta larut dalam air.

Misal :
File Nomor Panjangkerja (mm) KETERANGAN

IAF # 20 23 Irigasi

# 25 23 Irigasi, rekapitulasi dengan file # 20

# 30 23 Irigasi, rekapitulasi dengan file # 25

# 35 23 Irigasi, rekapitulasi dengan file # 30

MAF  # 40 23 Irigasi, rekapitulasi dengan file # 35

# 45 22 Irigasi, rekapitulasi dengan file # 40

# 50 21 Irigasi, rekapitulasi dengan file # 40

# 55 20 Irigasi, rekapitulasi dengan file # 40

Headsroam # 60 20 Irigasi
Atau # 40 23
(Penghalusan dinding saluran akar)
Headstroam

 Preparasi saluran akar diakhiri apabila dirasakan telah cukup bersih

dan terdapat white dentin pada permukaan file.

 Saluran akar dikeringkan dengan paper point.

Dressing

Bahan dressing yang digunakan adalah Ca(OH)2, disamping merupakan

antibakteri spektrum luas, serta pengaruh antiseptiknya berhubungan dengan pH

yang tinggi juga dapat melumerkan jaringan pulpa nekrotik karena menyebabkan

kenaikan signifikan pH dentin sirkum pulpal bila diletakkan pada saluran akar.

Ca(OH)2 sangat baik digunakan pada beberapa kasus lesi periapikal. Pasta

Ca(OH)2 paling baik digunakan pada perawatan antar kunjungan dengan

penundaan yang lama karena bahan ini tetap bekerja selama berada di dalam

saluran akar. Masa efektif Ca(OH)2 adalah 7-14 hari. Kalsium hidroksid paling

baik dicampur dengan glyserin karena menghasilkan zona lambat daripada pelarut

aqueous. Ini disebabkan kemampuan disosiasi gliserin terhadap ion Ca+ dan OH-

lebih lambat daripada pelarut aqueous sehingga dapat betahan lebih lama

disaluran akar.

 Setelah dilakukan ekstirpasi serta irigasi, saluran akar siap


untuk di aplikasikan bahan dressing
 Campurkan serbuk Ca(OH)2 dengan pelarut gliserin murni
dengan konsistensi 1 : 1, aduk hingga homogen dengan
menggunakan spatula stainlessteel di atas glass plate
 Aplikasikan ke dalam saluran akar dengan menggunakan
lentulo dan diputar-putar dengan jari
 Tunggu hingga setting
 Kemudian tumpat sementara

KUNJUNGAN III : Tes Bakteri dan Obturasi Saluran Akar

1. Tes Bakteri

Setelah satu minggu dari kunjungan pertama pasien kontrol untuk

dilakukan tes bakteri.

a. Tumpatan sementara dibuka, bahan dressing dibuang, setelah itu masukan

paper point ke dalam saluran akar. Masukkan paper point ke saluran akar

sekurang-kurangnya 1 menit untuk mengabsorpsi sebanyak mungkin

eksudat periapikal untuk mikroorganisme saluran akar.

b. Kemudian periksa paper point basah atau kering dan berbau atau tidak.

c. Masukkan paper point tersebut ke dalam perhidrol kira-kira 3-5 menit (jika

ada gelembung maka tes bakteri positif).

d. Irigasi saluran akar dengan NaOCl 2,5%.

e. Ulangi prosedur tes bakteri seperti diatas.

f. Jika saluran akar belum steril maka dilakukan dressing kembali, jika

saluran akar sudah steril maka langsung dilakukan obturasi.

2. Obturasi saluran akar

Pengisian saluran akar dapat dilakukan jika telah memenuhi syarat-

syarat obturasi saluran akar. Teknik obturasi yang digunakan yaitu secara

kondensasi lateral (lateral condensation method), dengan tahap kerja:


 Pilih MAC (Master Apical Cone) yang tepat
 Tandai MAC menggunakan pinset berdasarkan panjang kerja akhir
 Cek efek tug back
 Rontgen MAC
 Dianjurkan untuk menggunakan konvensional (non-standard) ukuran gutta
percha MF (Medium Fine) sebagai accessory cones
 Dianjurkan untuk menggunakan spreader ukuran 25 yang sesuai dengan
ukuran accessory cones/MF
 Spreader sebelumnya telah diuji untuk mencapai jarak 1 mm dari apikal
konstriksi.
 Pasang rubber stop pada spreader dan sesuaikan panjang kerja akhir
 Isolasi area kerja dengan cotton roll
 Irigasi saluran akar dengan larutan CHX 2% dan keringkan saluran akar
menggunakan paper point sampai kering, disarankan untuk mengeringkan
saluran akar menggunakan paper point dengan ukuran yang sama dengan
MAC
 Lakukan disinfeksi pada gigi yang akan dilakukan obturasi dengan alkohol
90%.
 Campurkan bahan sealer (endomethason dan eugenol) dengan benar
sampai menjadi homogen dan konsistensi creamy
 Oles tipis dinding saluran akar dengan menggunakan lentulo sesuai
panjang kerja akhir secara manual dengan gerakan searah jarum jam,
ujung titik dilapisi dengan semen
 Rapikan bidang kerja dan letakkan accessory cones diatas sealer dengan
pola sinar matahari
 Sterilisasi gutta percha dengan cara melewatkan di atas api spiritus
 Olesi sepertiga apical MAC dengan sealer
 Masukkan MAC hingga panjang kerja akhir
 Lakukan tekanan ke arah apikal, kemudian tekanan ke arah lateral
 Lakukan gerakan searah jarum jam dan berlawanan arah jarum jam,
kemudian sambil ditarik perlahan kea rah koronal
 Olesi accessory cones dengan sealer
 Masukkan accessory cones pertama sesuai panjang kerja akhir atau 1 mm
lebih pendek
 Setiap accessory cones masuk sedikit lebih pendek dari yang sebelumnya
 Rontgen antara MAC dengan 2 accessory cones
 Setiap kali selesai digunakan, spreader menciptakan rongga yang terlihat
oleh operator sebagai lubang hitam, accessory cones harus dimasukkan
kedalam rongga tersebut
 Tetap menggunakan spreader dan menambahkan accessory cones sampai
tidak dapat masuk dengan cukup dalam melalui orifice
 Memotong kelebihan gutta percha hingga CEJ/Orifice dengan instrument
yang dipanaskan
 Menggunakan plugger pada akhir obturasi untuk memadatkan gutta percha
secara vertikal
 Membersihkan kamar pulpa menggunakan cotton pellet yang telah
dicelupkan kedalam pelarut organik
 Rontgen hasil obturasi
 Kriteria obturasi yang hermetis :
1. Kepadatan : kerapatan yang seragam
2. Rongga : tidak ada rongga
3. Lancip : lonjong yang tepat
4. Panjang : 0,5 – 1 mm lebih pendek dari apeks
 Aplikasi SIK Fuji I sebagai lining tepat diatas orifice dan tumpat
sementara

KUNJUNGAN IV : Kontrol

1. Pemeriksaan subjektif

Melakukan anamnesa kepada pasien terkait ada atau tidaknya keluhan yang

dirasakan setelah dilakukan perawatan saluran akar.

2. Pemeriksaan objektif
Pemeriksaan objektif dilakukan dengan cara :

a. Perkusi untuk melihat apakah masih ada infeksi pada jaringan periapikal

b. Palpasi untuk mengetahui apakah masih ada penyebaran infeksi pada

jaringan periodontal atau tidak dengan palpasi

3. Pengambilan rontgen foto untuk mengetahui apakah pengisian saluran akar

hermetis atau tidak. Jika dalam pemeriksaan subjektif, objektif serta

penunjang hasilnya baik dan mendukung untuk perawatan selanjutnya maka,

segera dilakukan restorasi sesuai dengan treatment planning selanjutnya. Jika

hermetis, maka langsung dilakukan perencanaan pembuatan restorasi akhir.


BAB IV

KESIMPULAN
Pada kasus gigi 21 dengan diagnosa pulpitis irreversible disertai

periodontitis periapical dapat dilakukan dengan perawatan saluran akar. Metode

preparasi saluran akar yang digunakan pada perawatan ini adalah metode step

back dan pengisisan saluran akar dilakukan metode kondensasi lateral.

Pada kasus ini bahan irigasi yang digunakan adalah NaOCl dan salin

digunakan secara berurutan. Pada kasus ini, bahan dressing yang digunakan

adalah Kresopen karena terdapat periodontitis apikalis

Yogyakarta, 19 Juli 2022

Mengetahui

Operator Dosen Pembimbing

Della Zerlina drg. Nia Wijayanti, Sp. KG

You might also like