You are on page 1of 8

Nama Belakang Penulis - Judul dalam 3 Kata...

JAMP: Jurnal Administrasi dan Manajemen Pendidikan

Volume … Nomor … Bulan … Tahun …

Tersedia Online di http://journal2.um.ac.id/index.php/jamp/


ISSN Online : 2615-8574

Analisis Problema Degradasi Karakter Pada Pendidik dan Peserta Didik Melalui Teknik Analisis
Matrik USG di SD Anggrek Malang”
1 2, 3 4
Asmariyah , Diah Anita Ludfiana Elfira ,Restu Cholil
1
Universitas Negeri Malang -Jl. Semarang 5 Malang
2
Universitas Negeri Malang -Jl. Semarang 5 Malang
3
Universitas Negeri Malang -Jl. Semarang 5 Malang
4
Universitas Negeri Malang -Jl. Semarang 5 Malang
E-mail: azmarieyeach@gmail.com. 083117545906
Abstract:

This study aims to analyze the problem of character degradation in educators and students through ultrasound matrix analysis techniques at SD Anggrek
Malang. The method used is a qualitative type to obtain data in the form of obtaining information directly from the relevant departments and collecting in-depth
information about certain problems. The data obtained by the research through field studies obtained was obtained through a series of interviews with teachers at SD
Anggrek Malang as well as observational observations in schools. After the above stage, the research continued by looking at documents related to the assessment of
the personality character of educators and students at SD Anggrek Malang. Documents The researcher will analyze the files - the documents of the files will be
analyzed in depth by the researcher . The data analysis techniques used are content analysis and descriptive analysis of analysis. The results of the research from the
problem analysis with the ultrasound matrix matrix method approach above obtained on the results show that the problem of degradation of the personality character of
educators and students that has not been met can be solved, and the principal can strengthen the character by forming the character profile profile of Pancasila students
who are pancasila. The problem with the next problem is that the principal must be able to cultivate well the character and character degradation of the new teacher.
Keywords: Character Degradation, Dididk Participants, Educators.

Abstrak:

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tentang problema degradasi karakter pada pendidik dan peserta didik melalui teknik analisis matrik usg di SD
Anggrek Malang. Adapun penelitian ini metode yang dipakai merupakan jenis kualitatif untuk mendapatkan data berupa Dapatkan informasi secara langsung dari
bagian departemen terkait dan mengumpulkan kumpulkan informasi mendalam tentang masalah tertentu. Data didapatkan penelitian melalui studi lapangan yang
diperoleh didapatkan melalui dari serangkaian rentetan wawancara dengan guru SD Anggrek Malang serta dan observasi pengamatan di secara ke sekolah. Setelah
tahap di atas, penelitian dilanjutkan dengan melihat dokumen -dokumen yang terkait berkaitan dengan asesmen karakter kepribadian pendidik dan peserta didik di SD
Anggrek Malang. Dokumen Peneliti akan menganalisis file - dokumen file tersebut akan secara dianalisis mendalam oleh peneliti . Adapun Teknik teknik analisis data
yang digunakan adalah analisis konten isi dan analisis deskriptif analisis . Hasil Penelitian dari analisis masalah dengan pendekatan metode matriks matrik USG diatas
diperoleh atas hasil menunjukkan bahwa masalah degradasi karakter kepribadian pendidik dan peserta didik yang belum terpenuhi dapat diselesaikan , dan kepala
sekolah dapat perkuat memperkuat karakter dengan membentuk karakter Profil profil Pelajar peserta Pancasila didik yang pancasila . Persoalannya Masalah nanti
selanjutnya adalah kepala sekolah harus dapat bisa membina memupuk dengan baik sisi baiknya karakter dan degradasi karakter guru.
Kata kunci: Degradasi Karakter, Peserta Didik, Pendidik
.

PENDAHULUAN

Kemajuan tehnologi dalam perkembangan dunia dewasa ini dapat dikatakan sebagai tantangan kehidupan yang sangat dinamis. Banyaknya informasi yang

takterbendung berdampak terhadap perubahan berbagai sektor, tidak terkecuali pada sektor pendidikan. Tentunya dampak yang ada bukan saja dampak positif namun juga

terdapat dampak negatif yang tentunya menjadi permasalahan yang harus segera diselesaikan dan di cari solusinya. Dampak positif dari suatu perkembangan di era 4.0

antara lain kemudahan kita memperoleh informasi mutakhir dan terupdate dari seluruh dunia. Selain itu juga menstimulasi kita untuk berinovasi terutama dibidang

komunikasi. Selain itu dampak negatifpun cuukup meresahkan misalnya banyaknya informasi yang sifatnya melunturkan nilai budaya dan karakter terhadap generasi muda.

(Arif Wibawa dan Pritandhari 2020a) kita perlu mempersiapkan 3 literasi dalam menghadapi era 4.0. Literasi tersebut anatara lain data literacy, technological literacy dan

human literacy.

Berkembangannya permasalahan yang ada di sektor pendidikan tentu saja menjadi tanggung jawab semua pihak terutama bagi seorang pendidik. Menurut (Arif

Wibawa dan Pritandhari 2020b) Pendidikan di era 4.0 adalah pendidikan yang dapat menunjukkan paradigma untuk memenuhi kebutuhan dan kemampuan revolusi industri
2 JURNAL ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN PENDIDIKAN VOL. … NO… BULAN .. TAHUN …

4 tahun. Pendidikan 4.0 disusun atas dasar keaktivan, di mana siswa didorong untuk active dan menemukan hal-hal yang berbeda dengan cara melakukan eksperiment

sendiri. (Inggar Saputra, Saiful, dan Masnia 2021)beliau merupakan peneliti pendidikan, menyampaiakan bahwa revolusi industry generasi 4.0 untuk dunia pendidikan

haruslah selalu mengutamakan keseimbangan perilaku, adat istiadat, kearifan lokal dan nilai pancasila. Jangan sampai pemanfaatan media sosial dapat melahirkan manusia

yang paham akan tehnologi namun tidak baik secara akhlak. Selain itu terjadi pula degradasi karakter yang dapat melunturkan ciri khas asli bangsa Indonesia. Makna yang

terpenting yaitu suatu tindakan yang prefentif dan tindakan hukum yang selalu memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan juga nilai hak hak asasi yang terlibat secara

keseluruhan.

Pendidik di era 4.0 ini banyak dituntut untuk mempersiapkan generasi emas yang mempunyai karakter dan mempunyai profil pelajar Pancasila. Pendidik yang

mampu membawa peserta didik menuju terwujudnya Indonesia emas inilah yang menjadi landasan dari pendidikan di Indonesia. Bagaimana seorang guru tersebut mampu

mimpin pembejaran, mampu mengembangkan orang lain, memimpin pengembangan dan manajemen sekolah..Menurut (Toropova, Myrberg, dan Johansson 2021)

kekurangan guru merupakan masalah internasional, pekerjaan guru membutuhkan perhatian yang lebih dekat. Tidak hanya kepuasan kerja sangat dekat hubungannya

dengan retensi guru, namun demikian memberikan kontribusi untuk kesejahteraan guru dan siswanya, kepentingan sekolah dengan utuh dan memberikan kelayakan bagi

kesejahteraan guru tersebut. Yayasan Pendidikan Angkasa didirikan pada tahun 2006. Menurut UU No.20 Tahun 2003 mengenai SISDIKNAS, apakah lembaga pendidikan

itu, yaitu: suatu lembaga edukasi merupakan kegiatan yang sadar serta tertata guna mencptakan kegiatan persekolahan dalam pembelajaran yang berpusat pada murid,

mendalami apakah potensi yang terdapat pada muri memliki kekuatan spiritual dalam memeluk agama, self control, berkarakter, genius, rajin beribadah serta keterampilan

dibutuhkan untuk kepentingan dirisendiri, wargamasyarakat, nusa dan bangsa(Sudrajad 2010). Berdirinya yayasan pendidikan angkasa menjadi salah satu alternatif pilihan

sekolah yang berbasis agama di kota Malang . Awal pendirian dari yayasan ini yaitu didirikannya sekolah taman kanak-kanak dan selanjutnya di tahun ke 5 barulah

didirakan sekolah lanjutan yaitu SD Anggrek . Adapun faktor pendorong didirikannya SD Anggrek Malang antara lain:

(1) Permintaan sekolah berbasis agama di kota Malang yang tinggi.

(2) kurangnya kapasitas sekolah dasar favorit di kota Malang,

(3) Beberapa masukan dari orang tua/wali peserta didik TK Anggrek yang menginginkan lahirnya sekolah lanjutan dari TK tersebut.

Perlu kita ketahuai bersama bahwa kebutuhan akan sekolah yang berbasis agama sangatlah tinggi di era revolusi 4.0. Tantangan untuk mendidik siswa

yang berkarakter Sangatlah banyak, dikarenakan lingkungan yang sangat modern dan cenderung memilih budaya asing sebagai pilihan yang dianggap peka jaman . Oleh

sabab itu, cara untuk mewujudkan generasi yang memiliki karakter, kepribadian dan daya saing yang handal diperlukannya suatu kurikulum yang handal pula untuk

memenuhi tuntutan perkembangan zaman saat, Sekolah Dasar Anggrek Selatan dirancang untuk membekali murid dengan tauhid, karakter yang baik, kecerdasan yang

tinggi sebagai generasi bangsa yang berkarakter. Kurikulumnya didesain secara berkesinambungan yaitu tetap melaksanakan Kurikulum Nasional, Hidden Kurikulum serta

Kurikulum Internasional. Kurikulum Nasional sebagai landasan dasar kompetensi minimal yang di ajarakan kepada murid, disisi lain kurikulum SD Anggrek itu sendiri

digunakan sebagai cara untuk menanamkan nilai-nilai keagamaan serta penguatan karakter.

Dasar pondasi inilah yang melatar belakangi minat yang tinggi dari masyarakat kota Malang sehingga memandang bahwa sekolah anggrek merupakan

salah satu rekomendasi dari sekolah pilihan terbaik di kota Malang. Breanding yang melekat di sekolah ini adalah sekolah yang mampu mencetak lulusan yang memiliki

karakter dan potensi kopleks yang sangat baik. Ketercapaian ini tentu saja tidak didapatkan dengan mudah, pondasi utama dari sekolah ini adalah keunggulan program yang

berlandaskan keislaman serta pendidik yang berkualitas. Pengajar-pengajar yang ada di SD anggrek adalah pengajar-pengajar yang telah melalui seleksi ketat agar menjadi

tenaga pengajar yang berkualitas di SD Anggrek Malang. Maka dari itu tidaklah heran jika lulusan dari SD Anggrek mendapat apresiasi yang baik dari seluruh lapisan

masyarakat.
Nama Belakang Penulis - Judul dalam 3 Kata... 3

Kita ketahui bersama jika seorang pendidik adalah seorang agen perubahan yang diharapkan mampu menjadi suri tauladan bagi peserta didik serta

panutan bagi masyarakat. Semakin banyaknya minat masyarakat pada sekolah Anggrek ini membuat kebutuhan akan pendidik semakin banyak. Dari jumlah awal yang

hanya beranggotakan 10 guru hingga saat ini sudah mencapai 100 guru yang berada dalam naungan yayasan pendidikan angkasa. Tentunya tidak mudah bagi pihak

manajemen dalam mewadahi seluruh pendidik di sekolah Anggrek agar selalu tetap pada tujuan utumanya yaitu mewujudkan visi misi sekolah. Selain itu saat ini dengan

jumlah. peserta didik sekitar 620 peserta didik, pihak sekolah harus mempunyai manajemen yang bagus untuk memberikan layanan yang baik bagi seluruh peserta didik

mengahsilkan para siswa denagn prediksi lulusan yang mempunyai karakter hebat serta dan dapat menjalani masa depan yang sukses dunia dan juga akherat.

Pasca Pandemi Covid-19 membawa dampak terhadap sekolah Anggrek, banyak perubahan yang terjadi terutama adanya dregradasi karakter pendidik maupun

peserta didik, terdapat satu perubahan yang cukup siknifikan terutama masalah kehilangan belajar sehingga membuat terjadinya degradasi karakter, terutama terhadap nilai

sikap peserta didik yang semula sudah terbentuk karakternya kini harus menjadi PR besar bagi sekolah karena adanya degradasi tersebut. Sikap-sikap tersebut antara lain

berkurangnya rasa hormat terhadap orang yang lebih dewasa, motivasi belajar rendah, literasi dan numerasi yang sangat berkurang, lupa waktu karena asyik bermain gadget

dan akhirnya menjadi lupa makan, lupa belajar, lupa akan tanggung jawab. Selain itu ketika ujian secara online dari peserta didik tersebut yang sering kali mereka tidak

mengerjakan secara mandiri, banyak dari mereka yang dibantu keluarganya, guru les ataupun ada juga mereka yang secara sadar membuka catatan hasil belajar, mencari

sumber refrensi melalui mesin percarian informasi yang tentunya membuat mereka tidak harus berfikir untuk mengerjakan soal-soal yang sedang mereka kerjakan tersebut.

Meskipun tidak banyak dari mereka yang mengerjakan dengan jujur dan sungguh-sungguh. Peristiwa-peristiwa yang sangat memprihatikan inilah yang perlu

segera diselesaikan dan dicari solusi bagaimana keadaan tersebut segara selesai dan menemukan titik terangnya. Karakter seorang peserta didik yang mengalami degradasi

moral perlulah kita perbaiki. Berdasarkan Permendikbud RI No 20 Tahun 2018 (Kemendikbud 2018) yang membahas mengenai edukasi charcter di sekolah sekolah, pada

pasal yang pertama : Penguatan pendidikan karakter atau PPK merupakan suatu tindakan yang berkenaan dengan tujuan pendidikan guna menanamkan nilai moral peserta

didik yang dikemas berdadarkan keseimbahngan , wirasa, wiraga dengan konsep kolaborasi antara sekolah, pihak keluarga dan lapisan masyarakat yang disebut denagan

Gerakan Nasional Revolusi Mental atau disingkat GNRM. Hal serupa juga terjadipada para pendidik atau guru. Degradasi karakter yang terjadi merupakan dampak dari

pandemi covid cukup nampak muncul dipermukaan. Banyaknya jumlah guru, serta kelompok-kelopok kerja membuat terjadi satu permaslahan yang juga harus segera

diselesaikan.

METODE

Dalam penelitian ini metode yang dipakai merupakan jenis kualitatif untuk mendapatkan data berupa informasi secara langsung dari bagian terkait dan

mengumpulkan informasi mendalam tentang masalah tertentu. Data didapatkan melalui studi lapangan yang didapatkan dari rentetan wawancara dengan kepala sekolah dan

guru SD Anggrek Malang serta observasi pengamatan secara mendalam ke sekolah. Penelitian dilaksanakan dengan wawancara secara mendalam dengan kepala SD

Anggrek Malang tentang masalah karakter pendidik dan peserta didik dan kendalanya di SD Anggrek Malang hingga selanjutnya ditemukan masalah degradasi karakter

pendidik dan peserta didik setelah terjadinya pandemi.Setelah tahap di atas, penelitian dilanjutkan dengan melihat dokumen-dokumen yang berkaitan dengan asesmen

karakter pendidik dan peserta didik di SD Anggrek Malang. Dokumen-dokumen tersebut akan dianalisis mendalam oleh peneliti.

Dari penelitian tersebut didapatkan informasi mengenai masalah yang sering ditemui di di SD Anggrek Malang sehingga yang menjadi penyebab degradasi

karakter pendidik dan peserta didik. Namun untuk menganalisis keabsahan data, maka peneliti menggunakan triangulasi sumber, yang didapatkan dari kepala sekolah dan

beberapa guru. Kemudian peneliti melakukan studi literatur yang bertujuan untuk mendalami pengetahuan tentang teori teknik menganalisis masalah menggunakan matrik

USG.
4 JURNAL ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN PENDIDIKAN VOL. … NO… BULAN .. TAHUN …

Adapun pendapat lain menurut (Sugiono 2005) bahwa studi literatur merupakan studi atau upaya menggali informasi maupun data melalui berbentuk tulisan,

gambar, atau karya-karya monumental pada suatu karya ilmiah yang sudah ada sebelumnya. Peneliti mencari sumber literatur dari buku, jurnal, artikel dan sumber internet

mengenai teknik analisis masalah terutama tentang teknik menganalisis masalah menggunakan matrik USG.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Temuan Penelitian

Hasil di bawah ini diperoleh melalui wawancara dan observasi untuk menjawab pertanyaan penelitian yang diajukan. Wawancara berkaitan dengan karakter

pendidik dan peserta didik, sedangkan data dari pengamatan digunakan untuk mengkonfirmasi data dari wawancara. Triangulasi antara metode wawancara dan observasi

lebih lanjut memperkuat temuan ini.

Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa hasil asesment peserta didik yang terdiri atas aspek spritual dan sosial mengalami penurunan dibawah standar minimum

KKM. Selain itu, berdasarkan hasil penilaian guru antara rekan sejawat maupun terhadap pimpinan selama 6 bulan terakhir ini mengalami penurunan yan cukup drastis.

Penilaian ini terdiri dari produktifitas, sosial kepribadian dan survei kepemimpinan. Hasilnya, dari skor minimal 1 dan maksimal 5, penilaian terhadap Kinerja Guru berada

pada skor 2-3 point saja pada 6 bulan terakhir ini. Padahal sebelumnya belum pernah terjadi capaian skor seminimal itu terhadap penilaian Kinerja Guru. Hal itu terjadi

karena memang biasanya skor penilaian terhadap Kinerja Guru berada pada skor 3-4 point. Informasi ini didapatkan dari wawancara peneliti dengan kepala sekolah dan

beberapa guru serta dari dokumen-dokumen yang peniliti temukan terkait pendidik dan peserta didik di SD Anggrek Malang.

Masalah SD Anggrek

SD Anggrek merupakan sekolah yang berbasis agama. Kebutuhan akan sekolah yang berbasis agama sangatlah tinggi di era perubahan saat ini. Tantangan untuk

mendidik anak-anak yang berkarakter demikian besar, mengingat pengaruh budaya asing yang berdampak besar bagi siswa. Dengan demikian, penting bagi pendidik untuk

mencetak peserta didik yang memiliki karakter dan berkualitas sebagai bekal di era saat ini.

Pasca Pandemi Covid-19 membawa dampak terhadap SD Anggrek Malang, banyak perubahan yang terjadi terutama adanya dregradasi kararkter pendidik

maupun peserta didik. Peserta didik mengalami loss learning atau kehilangan pengetahuan dan keterampilan serta penurunan karakter. Penurunan karakter peserta didik

inilah yang menjadi masalah dan perlu segera diselesaikan serta dicarikan. Sifat-sifat pada diri peserta didik yang semula baik menjadi tidak baik perlu dipulihkan dan

diberikan penguatan pendididkan karakter. Sebagaimana tertuang dalam Permendikbud RI No 20 Tahun 2018 (Kemendikbud 2018) tentang penguatan pendidikan karakter

pada satuan pendidikan formal pasal 1 yang berbunyi : “Penguatan pendidikan karakter yang selanjutnya disingkat PPK adalah gerakan pendidikan di bawah tanggungj

awab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi, olah hati, olah rasa, olah pikir, olah raga dengan pelibatan dan kerja sama antara

satuan pendidikan, keluarga dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM)”. Hal yang serupa juga terjadi pada para pendidik di SD

Anggrek Malang. Banyaknya jumlah guru, serta kelompok-kelompok kerja membuat terjadi satu permasalahan yang juga harus segera diselesaikan karena tindak laku dan

karakter pendidik akan menjadi panutan bagi siswa.

Teknik Analisis Masalah Matrik

Guna melihat karakter peserta didik dan pendidik di SD Anggrek analisis penyebab masalah dari uraian di atas. Tentu saja masalahnya harus ditentukan degradasi

karakter peserta didik dan pendidik di SD Anggrek. Jika melihat dari asesment peserta didik yang terdiri atas aspek spritual dan sosial dibawah standar minimum KKM .

Kemudian hasil Penilaian guru menurut rekan sejawat dan pimpinan selama 6 bulan mengalami penurunan dari sebelumnya dimana penilaian terdiri dari produktifitas,

sosial kepribadian dan survei kepemimpinan. Kinerja Guru mempunyai capaian standar 3-4 point namun dalam kurung waktu 6 bulan ini mencapai 2-3 point. Analisis

masalah dengan menggunakan teknik matriks USG dianggap tepat untuk menganalisis masalah ini, yang terkait dengan apakah krisis karakter sebenarnya merupakan
Nama Belakang Penulis - Judul dalam 3 Kata... 5

masalah serius bagi sekolah, karena mereka sering tidak memenuhi standar sekolah dalam penilaiannya. Inspirasi sebenarnya yang mendorong keduanya adalah bahwa

mereka tidak tahu banyak tentang pemecahan masalah dan pengambilan keputusan, dan, untuk mereka, tampaknya tidak ada orang lain yang melakukannya juga. Sesuai

dengan akarnya di sociology dan antropologi, mereka berangkat untuk melihat bagaimana orang memecahkan masalahdan membuat keputusan, daripada berteori (Charles

Higgins Kepner dan Benjamin B. Tregoe 1997). Pendekatan matriks USG sangat ideal untuk mencari prioritas dalam memecahkan masalah yang ada pada suatu institusi,

organisasi, atau perusahaan(Santoso 2017). Oleh karena itu, pertanyaan ini akan dianalisis menggunakan metode matriks USG pada Tabel 1. Matriks penilaian USG tidak

terpenuhi..

(1) Degradasi karakter peserta didik dan pendidik

(2) Kedisiplinan Pendidik

(3) Motivasi Kerja

(4) Dualisme Kepemimpinan

(5) Self Belonging yang telah memudar

(6) Motivasi Belajar Siswa

(7) Literasi dan Numerasi

Dari uraian ketujuh masalah yang dihadapi, metode urgensi dapat digunakan, dengan dampak tertinggi pada sekolah, dan tingkat pertumbuhan masalah

dikuantifikasi dengan memberikan angka untuk mengukur metode USG mengukur tingkat masalah. dimana angka 2, 3, 4 dan 5 digunakan untuk mengukur urgensi masalah

yang dihadapi dari rendah ke tinggisaat hasil asesment dan penilaian tidak memenuhi standar.

Tabel 1. Matriks USG

No Masalah U S G Total

1 Degradasi Karakter Peserta Didik 5 4 4 13

dan Pendidik

2 Kedisiplinan Pendidik 3 2 2 7

3 Motivasi Kerja 3 2 2 7

4 Dualisme Kepemimpinan 3 2 3 8

5 Self Belonging yang telah 3 2 2 7

Memudar

6 Motivasi Belajar Siswa 4 3 2 9

7 Literasi dan Numerasi 3 2 2 7

Dari analisis masalah dengan pendekatan matriks USG diatas diperoleh hasil bahwa masalah degradasi karakter pendidik dan peserta didik yang belum

terpenuhi, kepala sekolah dapat perkuat karakter dengan membentuk karakter Profil Pelajar Pancasila. Persoalannya nanti adalah kepala sekolah harus dapat membina

dengan baik sisi karakter dan degradasi karakter guru baru.

Analisis Alternatif Solusi (Mbak Restu)

Pengertian Pendidikan karakter merupakan suatu tahapan bagaimana kita mengajarkan nilai-nilai kebaikan kepada peserta didik agar mereka dapat

bertindak berdasarkan dengan itu (Çubukçu 2012). Character Building merupaka salah satu cara serta solusi untuk meminimalisir permasalahan yang ada – degradasi
6 JURNAL ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN PENDIDIKAN VOL. … NO… BULAN .. TAHUN …

karakter. Beberapa pandangan lain juga setuju dengan hal ini. Satu studi menemukan bahwa peserta didik biasanya lebih banyak menghabiskan waktunya di sekolah,

dan karena konsentrasi sekolah dan kegiatan yang melibatkan anak-anak, ada kebutuhan untuk menciptakan lingkungan atau sistem pembelajaran yang positif yang

dapat menghasilkan hasil. , misalnya melalui praktik orientasi moral dan pendidikan karakter (Laub 1999). Pendapat penelitian yang sama menunjukkan bahwa

kehadiran pendidikan karakter di sekolah seharusnya dapat mengajarkan anak-anak pelajaran penting tentang makna hidup yang sebenarnya saat mereka

mempersiapkan masa depan mereka (Çubukçu 2012). Seorang guru haru bisa mengatasi dan mengetahui bagaimana cara memberikan pelajaran yang baik terutama

tentang akhlak yang akan diajarkan kepada anak-anak, mengubah aspek implisit menjadi aspek eksplisit (Thornberg 2006). Konsisten dengan keyakinan tersebut,

penggunaan character building dalam proses pembelajaran terpadu melalui penerapan nilai-nilai di dalam dan di luar kelas menawarkan peluang untuk memperoleh

kesadaran yang terinternalisasi dalam perilaku siswa (Bahri 2015).

Menurut salah satu jurnal yang membahas mengenai karakter adalah: (1) mempengaruhi sudut pandan kelayakan agar semua hal yang dibutuhkan oleh

peserta didik bisa diwujudkan secara memadai, dan yang lebih utama adalah karakterisasi peserta didik tersebut; (2) berdampak pada penilaian keagamaan yang

disampaikan kepada siswa (van der Kooij, de Ruyter, dan Miedema 2015).

Pendidikan Karekter menititik beratkan pada perubahan secara pribadi manusia tersebut agar mempunya moral yang serta sikap yang terarah. Moralitas

serta akhlak dapat dimaksudkan sebagai kemampuan seseorang dapat memilah mana yang benar dan mana yang salah (Wigati dan Wiyani 2020). Moralitas juga dapat

menempatkan seseorang dengan baik melalui karakter yang baik. Jika Anda memiliki karakter yang baik, Anda cenderung memiliki moral yang tinggi. Berdasarkan

pendapat Aristoteles, moral yang baik adalah salah satu termin dalam kehidupan, dan sebagai manusia kita bisa mengendalikan keinginan kita sendiri dan keinginan

kita untuk berbuat baik kepada orang lain (Fallis dkk. 2013)

Berdasarkan pokok pikiran dan tujuan pendidikan karakter berupa penerapan sistem nilai karakter warga sekolah, meliputi pengetahuan, kesadaran dan

perilaku dalam penerapan nilai- nilai positif dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Goleman, mencakup sembilan nilai inti yang relevan: (1) Kewajiban. (2)

Menghormati. (3) fairness (keadilan); (4) keberanian. (5) kejujuran; (6) kewarganegaraan; (7) disiplin diri; (8) kepedulian; (9) ketekunan (Overman 2006). Melihat

hasil penelitian empiris yang diperoleh di Curriculum Center, nilai-nilai pendidikan karakter terbagi menjadi 18 nilai seperti agama, disiplin, toleransi, kejujuran,

kreativitas, demokrasi, kemandirian, kerja keras, rasa ingin tahu, dan cinta kasih. dari ibu pertiwi. diringkas. , semangat kebangsaan, komunikasi, apresiasi prestasi,

gemar membaca, cinta damai, pelibatan masyarakat, kepedulian dan tanggung jawab lingkungan (Euis puspitasari 2014).

Penerapan pendidikan karakter di sekolah memerlukan waktu penyesuaian dan keberhasilan yang panjang. Secara garis besar, jika pendidikan karakter

dilaksanakan dengan baik, maka beberapa hal harus diperhatikan sebagai bagian dari pemberdayaan yang tepat. Beberapa hal yang harus Anda gunakan sebagai tolok

ukur adalah: (1) Bagaimana cara guru mengemas proses pembelajaran termasuk KD sedemikian rupa sehingga berhasil mengembangkan bahan ajar dan menerapkan

pesan-pesan yang baik dalam kaitannya dengan RPP khususnya nilai? (2) pelaksanaan pembelajaran, perwujudan pembelajaran, dapat menerapkan metode

penyampaian pemecahan masalah dan berbasis inkuiri; (3) Kegiatan reflektif: Guru harus selalu mendukung siswa dan mendorong mereka untuk mewujudkan

perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.

Adapun alternatif solusi yang ditawarkan adalah :

NO MASALAH ALTERNATIF SOLUSI

1 Degradasi Karakter Peserta Didik dan Pendidik  Memberikan Teladan

 Memberikan Penghargaan/Apresiasi

 Menyisipkan Pesan Moral dalam Setiap


Nama Belakang Penulis - Judul dalam 3 Kata... 7

Pelajaran

 Jujur dan Open-Minded

 Mengajarkan Sopan Santun

 Menanamkan Leadership

 Menceritakan Pengalaman Inspiratif.

2 Kedisiplinan Pendidik  Memberikan Reward

 Memberikan Punishment

3 Motivasi Kerja Pelaksanaan supervise oleh Kepala Sekolah

4 Dualisme Kepemimpinan Menentukan ketua terpilih yang sesuai dengan amanah

5 Self Belonging yang telah Memudar  Membangun Kepercayaan

 Diskusi secara Terbuka

 Tetapkan Tujuan Bersama

 Memupuk Ikatan Sosial

 Pemberian Apresiasi

6 Motivasi Belajar Siswa  Memberikan Reward

 Membuat Kompetisi Persaingan

 Menumbuhkan Ego-involvement

 Membagikan Hasil Belajar Siswa

 Memberikan Pujian

 Memberikan Hukuman

7 Literasi dan Numerasi  Penguatan Kapasitas Fasilitator.

 Peningkatan Jumlah dan Ragam Sumber Belajar Bermutu

 Perluasan Akses terhadap Sumber Belajar dan Cakupan Peserta Belajar

 Peningkatan Pelibatan Publik

 Penguatan Tata Kelola

KESIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Penanaman pendidikan moral dan karakter ke sekolah melalui metode pengajaran yang benar dapat menjadi salah satu tujuan utama pendidikan untuk

menghasilkan generasi yang berkualitas untuk membangun sumber daya manusia yang bermoral. Ketika nilai-nilai positif ditanamkan dalam diri seseorang sejak masa

kanak-kanak atau sekolah dasar, mereka dapat digunakan sebagai dasar untuk kehidupan masa depan dan tidak terlalu rentan terhadap arus yang muncul dalam
8 JURNAL ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN PENDIDIKAN VOL. … NO… BULAN .. TAHUN …

pembangunan, seperti pengaruh era digital. dunia adalah perkembangan teknologi yang semakin maju tak terbendung, sehingga kunci untuk mengatasinya bukan lagi

bagaimana melawan arus, tetapi bagaimana beradaptasi dengan benar bagaimana menyeimbangkannya. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang bagaimana peran

pendidikan karakter berkembang selama periode ini, juga, penanganan apa yang tepat untuk meningkatkan kesadaran moral pada anak-anak usia dasar, tidak hanya di

sekolah, tetapi juga di lingkungan sosial masyarakat di mana anak-anak berhubungan dan berinteraksi secara sosial.

Saran

Saran bagi para peneliti selanjutnya yaitu agar peneliti tersebut lebih memperdalam lagi permasalahan yang diteliti serta memperluas jangkauan penelitiannya agar menjadi

satu rangkaian kajiann pembahasan dan menemukan solusi yang lebih baik lagi.

Daftar Rujukan

Anggreni, Ni Made Diah Ayu, dan Tience Debora Valentina. 2015. “PENYESUAIAN PSIKOLOGIS ORANGTUA DENGAN ANAK DOWN SYNDROME.” Jurnal
Psikologi Udayana 2, no. 2. https://doi.org/10.24843/jpu.2015.v02.i02.p07.
Arif Wibawa, Fajri, dan Meyta Pritandhari. 2020a. “ANALISISIS LITERASI TEKNOLOGI DALAM MENGHADAPI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0.” Jurnal
Lentera Pendidikan Pusat Penelitian LPPM UM METRO 5, no. 2.
———. 2020b. “ANALISISIS LITERASI TEKNOLOGI DALAM MENGHADAPI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0.” Jurnal Lentera Pendidikan Pusat Penelitian
LPPM UM METRO 5, no. 2.
Bahri, Saiful. 2015. “Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Mengatasi Krisis Moral Di Sekolah.” Ta’allum: Jurnal Pendidikan Islam 3, no. 1.
https://doi.org/10.21274/taalum.2015.3.01.57-76.
Charles Higgins Kepner, dan Benjamin B. Tregoe. 1997. The New Rational Manager. Inggris: Princeton Research Press.
Çubukçu, Zühal. 2012. “The Effect of Hidden Curriculum on Character Education Process of Primary School Students.” Kuram ve Uygulamada Egitim Bilimleri 12,
no. 2.
Euis puspitasari. 2014. “PENDEKATAN PENDIDIKAN KARAKTER .” Https://Www.Syekhnurjati.Ac.Id/Jurnal/Index.Php/Edueksos/Article/View/355/312 3.
Fallis, A.G, Ahmad Madkur, Darcia; Narvaez, Dk Lapsley, Arnis Silvia, Mary Margaret Steedly, Robert A Giacalone, dkk. 2013. “Understanding the Importance of
Character Education.” The Asian Conference on Language Learning 3, no. 4.
Inggar Saputra, Saiful, dan Masnia. 2021. “Dampak Positif Dan Negatif Teknologi 4.0 Untuk Pendidikan.” November 2021.
Kemendikbud. 2018. Permendikbud RI No 20 Tahun 2018. Permendikbud Nomor 20 Tahun 2018 Tentang Penguatan Pendidikan Karakter Pada Satuan Pendidikan
Formal.
Kooij, Jacomijn C. van der, Doret J. de Ruyter, dan Siebren Miedema. 2015. “The Influence of Moral Education on the Personal Worldview of Students.” Journal of
Moral Education 44, no. 3. https://doi.org/10.1080/03057240.2015.1048790.
Laub, James Alan. 1999. “Assessing the Servant Organization; Development of the Organizational Leadership Assessment (OLA) Model.” Dissertation Abstracts
International 60, no. 2.
Overman, Stephenie. 2006. “Goleman: Develop Emotional Intelligence.” HR Magazine 51, no. 5.
Santoso, A.C. 2017. “Strategi Pemasaran  Dengan Mengurangi Komplain Pada  UKM SKD.” Dalam Prosiding Seminar Nasional  Multi Disiplin Ilmu Dan Call Of
Paper  Unisbank Ke 3 2017. ISBN 9-789-7936- 499-93.
Sudrajad, Akhmad. 2010. “Definisi Pendidikan Menurut UU No. 20 Tahun 2003.” 4 Desember.
Sugiono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung:  Alfabeta.
Thornberg, Robert. 2006. “Hushing as a Moral Dilemma in the Classroom.” Journal of Moral Education. https://doi.org/10.1080/03057240500495336.
Toropova, Anna, Eva Myrberg, dan Stefan Johansson. 2021. “Teacher Job Satisfaction: The Importance of School Working Conditions and Teacher Characteristics.”
Educational Review 73, no. 1. https://doi.org/10.1080/00131911.2019.1705247.
Wigati, Mukti, dan Novan Ardy Wiyani. 2020. “Kreativitas Guru Dalam Membuat Alat Permainan Edukatif Dari Barang Bekas.” As-Sibyan: Jurnal Pendidikan Anak
Usia Dini 5, no. 1. https://doi.org/10.32678/as-sibyan.v5i1.2700.
 

You might also like