You are on page 1of 20

Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan p-ISSN 2548 – 298X

Akreditasi No. 32a/E/KPT/2017 e-ISSN 2548 – 5024


DOI: 10.24034/j25485024.y2021.v5.i1.4675

ANALISIS FRAUD TENDENCY MELALUI PENDEKATAN PENTAGON FRAUD:


UNETHICAL BEHAVIOR SEBAGAI MEDIATOR

Reskino
reskino@uinjkt.ac.id
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Harnovinsah
Universitas Mercu Buana
Siti Hamidah
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRACT

This study investigates fraud tendency through with unethical behavior as a mediator. The empirical study
involves the use of quantitative research. Data was collected through structured questionnaires from 118
respondents of financial staff working in Islamic banking and Islamic insurance in DKI Jakarta. The data analysis
method that used as Partial Least Square (PLS)-SEM with the help of data analysis tool SmartPLS 3.0. The
findings from this research shows a significant relationship between competence and individual morality on
unethical behavior. Competence and individual morality does not have significant effect on fraud tendency.
Unethical behavior have significant effect on fraud tendency. Furthermore, competence and individual morality
have significant effect on fraud tendency through unethical behavior. This study concludes that a person has
sufficient competence, it will keep him away from unethical behavior so that the fraud tendency can be avoided.
Furthermore, the individual morality of Islamic banking and Islamic insurance financial staff can prevent
unethical behavior so that the fraud tendency can be significantly minimized.

Key words: competence, individual morality, unethical behavior, fraud tendency.

ABSTRAK

Studi ini mengkaji kecenderungan fraud melalui perilaku tidak etis sebagai mediator. Penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif. Data dikumpulkan melalui kuesioner terstruktur dari 118 responden
staf keuangan yang bekerja di perbankan syariah dan asuransi syariah di DKI Jakarta. Metode analisis
data yang digunakan adalah Partial Least Square (PLS) -SEM dengan bantuan alat analisis data
SmartPLS 3.0. Temuan dari penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara
kompetensi dan moralitas individu terhadap perilaku tidak etis. Kompetensi dan moralitas individu
tidak berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan kecurangan. Perilaku tidak etis berpengaruh
signifikan terhadap kecenderungan kecurangan. Selanjutnya kompetensi dan moralitas individu
berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan kecurangan melalui perilaku tidak etis. Penelitian ini
menyimpulkan bahwa apabila seseorang memiliki kompetensi yang cukup, maka akan dapat
menjauhkannya dari perilaku tidak etis sehingga kecenderungan kecurangan dapat dihindari. Selain
itu, moralitas individu pada staf perbankan syariah dan staf keuangan asuransi syariah dapat mencegah
perilaku tidak etis sehingga kecenderungan fraud dapat diminimalisir secara signifikan.

Kata kunci: kompentensi, moral individual, perilaku tidak beretika, tendensi fraud.

PENDAHULUAN sumber eksternal biasanya bersifat masif dan


Dunia bisnis selalu dibayangi oleh fraud serius. Fraud yang terjadi sebagian besar
risk yang berasal dari berbagai sumber yang dilakukan bekerja sama dengan pihak inter-
terkait dengan perusahaan, meskipun se- nal perusahaan. Mayoritas kasus fraud yang
bagian besar fraud yang dilakukan oleh terjadi di perusahaan, terutama diakibatkan
98
Analisis Fraud Tendency Melalui Pendekatan Pentagon Fraud: ...– Reskino, Harnoviansah, Hamidah 99

karena adanya keterlibatan pihak mana- terjadi pada PT Asuransi Syariah Mubarakah
jemen yang akan berdampak pada kredibi- (ASM) yang diputus pailit pada 6 September
litas dan kegagalan dalam mencapai tujuan 2016. ASM dinilai tidak bisa menjaga keseha-
perusahaan. tan keuangan (solvabilitas) dalam menjalan-
Kasus kecurangan di bidang keuangan kan usahanya untuk memenuhi kewajiban
dan akuntansi bagaikan suatu fenomena para pemegang polis seperti yang diatur
yang tiada habisnya. Data yang dikeluarkan dalam Pasal 11 ayat (1a) dan (1b) Undang-
oleh Association of Certified Fraud Examiners Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang
(ACFE) dalam Report to The Nations 2020 Perasuransian (Kartika, 2018).
Global Study on Occupational Fraud and Abuse Sektor perbankan di Indonesia pun tak
memaparkan bahwa sepanjang tahun 2018- lepas dari sejumlah kasus kecurangan
2019 terdapat 2.504 kasus kecurangan dari (Meliana dan Hartono, 2019). Salah satunya
125 negara, 198 kasus di antaranya berasal yang terjadi pada tahun 2015, relation
dari negara di wilayah Asia-Pasifik dan manager Bank Permata melakukan penggela-
Indonesia menjadi negara dengan jumlah pan dana sebesar Rp29 miliar milik 17
kasus kecurangan terbanyak di Asia-Pasifik, nasabah (Toyudho, 2015). Kemudian pada
yakni 36 kasus. Selain itu, ACFE (2020) juga tahun 2017, Bank Pembangunan Daerah
menyebutkan bahwa industri keuangan dan Jawa Barat dan Banten (BJB) Syariah diduga
perbankan adalah industri dengan jumlah menyalurkan kredit fiktif senilai Rp548
kasus fraud terbanyak, yakni sebesar 386 miliar (Arief, 2019). Selain itu pada tahun
kasus dengan rata-rata kerugian mencapai 2019, adanya penangkapan pegawai Bank
$100,000. Syariah Mandiri di Lhokseumawe karena
Pada awal tahun 2020, belum lama terbukti melakukan pencurian uang kas
setelah kasus gagal bayar Jiwasraya men- senilai Rp19 juta (Ika, 2019).
cuat, industri keuangan di Indonesia Adanya kasus-kasus tersebut membukti-
kembali dihebohkan dengan dugaan korupsi kan bahwa tidak ada jaminan perbankan
PT Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata syariah dapat bebas dari tindakan fraud.
Republik Indonesia (Asabri). Mahfud MD Padahal perbankan menjadi salah satu
selaku Menteri Koordinator Bidang Politik, lembaga keuangan yang dipercayai masya-
Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukan), rakat dan memegang peranan penting dalam
menilai kerugian yang ditimbulkan dari roda perekonomian, khususnya perbankan
kasus tersebut mencapai Rp10 triliun (Idris, syariah yang sudah seyogianya menjunjung
2020). Hal ini disebabkan karena adanya tinggi nilai-nilai Islam. Namun pada fakta-
kekeliruan dalam penempatan investasi nya, masih terdapat beberapa kasus yang
pada 14 emiten yang mengalami penurunan merugikan masyarakat maupun entitas
harga saham (Prastiwi, 2020). perbankan itu sendiri.
Di sisi lain, industri asuransi syariah Etika adalah prinsip dan moral nilai-
mampu tumbuh saat banyaknya kasus nilai yang mengatur perilaku orang atau
kecurangan yang terjadi pada beberapa kelompok yang terkait dengan apa yang
perusahaan asuransi konvensional. Bahkan benar atau salah. Etika menentukan sejauh
pada pandemi ini, berdasarkan data OJK, mana sesuatu dalam perilaku dan keputusan
hingga Maret 2020 kontribusi (premi) bruto membuat dianggap benar dan salah, baik
asuransi jiwa syariah tumbuh mencapai dan buruk (Hardi et al., 2018; Fauziah &
Rp3,31 triliun. Nilai tersebut meningkat Murharsito, 2019). Etika terlihat pada
5,08% dibandingkan kuartal pertama 2019 perilaku manusia, prinsip moral, dan usaha
senilai Rp3,15 triliun (Winarto, 2020). untuk memisahkan yang baik dari yang
Namun, bukan berarti asuransi syariah tak buruk. Salah satu faktor di balik banyaknya
luput dari polemik keuangan. Seperti yang kasus penyimpangan yang terjadi di
100 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 5, Nomor 1, Maret 2021 : 98 – 117

Indonesia disebabkan oleh unethical behavior an ini dapat digunakan bagi industri perban-
(Fauwzi, 2011). Unethical behavior dapat kan dan asuransi syariah, untuk dapat
seketika muncul dikarenakan rasa tidak meningkatkan kemampuannya dalam men-
puas atau kecewa dengan kompensasi yang cegah dan meminimalisir fraud tendency,
diberikan oleh perusahaan atau lemahnya dengan meningkatkan berbagai faktor inter-
pengendalian yang dapat mendorong se- nal perusahaan seperti, competence dan
seorang berperilaku tidak etis sehingga individual morality.
berdampak pada terjadinya fraud. Tetapi
menurut Rae dan Subramaniam (2008), TINJAUAN TEORETIS
seperangkat aturan dapat menekan unethical Agency Theory
behavior sehingga tidak akan mempengaruhi Konsep dasar dari teori agensi yaitu
fraud tendency. Dampak dari perilaku tidak hubungan kerja sama antar pihak pemegang
etis tersebut dapat memiliki konsekuensi saham (principal) dan manajemen (agent)
yang tidak diinginkan stakeholders. (Jensen dan Meckling, 1976). Ketika principal
Faktor lain yang dapat mempengaruhi dan agent memiliki pandangan yang ber-
seseorang untuk melakukan fraud tendency beda, maka akan memicu conflict of interest.
adalah competence. Competence dibutuhkan Principal berkepentingan untuk mendapat-
guna memanfaatkan celah dan kelemahan kan hasil yang maksimal dari dana yang
sistem untuk melakukan tindakan me- sudah diinvestasikan. Sedangkan agent ber-
nyimpang (Oktavia, 2018). Namun, pen- usaha memenuhi kepentingan pribadinya
dapat yang berbeda disampaikan oleh untuk mendapatkan insentif atas dana yang
Siregar dan Hamdani (2018) yang menyata- dikelolanya dalam perusahaan. Hal ini akan
kan bahwa fraud tendency tidak dipengaruhi menyebabkan terjadinya asimetri infor-
oleh competence. masi. Asimetri informasi terjadi karena
Selain itu, individual morality menjadi distribusi informasi yang tidak seimbang
salah satu faktor yang mempengaruhi peri- antara principal dan agent. Dalam hal ini,
laku seseorang dalam melakukan fraud principal harus memiliki dan memperoleh
tendency. Menurut Fauwzi (2011), kemata- informasi yang dibutuhkan untuk me-
ngan moral menjadi dasar dan pertimba- ngukur kinerja agent, tetapi kenyataannya,
ngan dalam merancang tanggapan dan sikap tidak semua informasi untuk mengukur
terhadap isu-isu etis, sehingga moralitas prestasi tersebut akan diperoleh oleh prin-
menjadi hal penting yang berpengaruh cipal dari pihak agent. Hal tersebut dapat
terhadap tindakan yang diambil oleh se- menimbulkan agency problem, salah satunya
seorang. Fraud sangat dipengaruhi oleh asimetri informasi yang mana akan ber-
lingkungan sehingga juga bisa terjadi pada dampak pada terjadinya fraud tendency.
karyawan maupun manajemen (Said et al.,
2017; Sujeewa et al., 2018; Zuberi dan Mzenzi, Attribute Theory
2019). Di sisi lain, Lestari dan Prasetyono Attribute theory merupakan teori yang
(2017) memaparkan bahwa tidak terdapat menjelaskan tentang perilaku seseorang
perbedaan antara individu dengan moralitas yang dicetuskan oleh Heider (1958). Teori ini
tinggi maupun moralitas rendah dalam menjelaskan bahwa terdapat hubungan
melakukan fraud tendency. antara perilaku dengan sikap dan karakte-
Berdasarkan paparan di atas, peneliti ristik individu, maka bisa disimpulkan
tertarik untuk melakukan penelitian me- bahwa dengan melihat perilaku akan dapat
ngenai analisis determinan fraud tendency diketahui sikap dan karakteristik individu
dengan unethical behavior sebagai mediator. tersebut, hingga dapat memprediksi peri-
Penelitian ini diharapkan, dapat memberi- laku individu dalam menghadapi situasi
kan kontribusi bagi perbankan syariah dan tertentu. Teori ini juga mengacu tentang
asuransi syariah di Indonesia. Hasil peneliti- faktor yang mempengaruhi perilaku se-
Analisis Fraud Tendency Melalui Pendekatan Pentagon Fraud: ...– Reskino, Harnoviansah, Hamidah 101

seorang, yakni atribusi internal, misalnya keuangan, korupsi, dan penyalahgunaan


sifat, karakter, sikap, ataupun atribusi eks- aset (Hasanudin dan Pangayow, 2016).
ternal, misalnya tekanan situasi atau keada-
an tertentu. Selain itu, teori ini juga meng- Unethical Behavior
analisis tentang apa pengaruhnya terhadap Menurut Griffin dan Ronald (2006),
perilaku individu di masa mendatang. unethical behavior adalah perilaku yang tidak
sesuai dengan norma-norma sosial yang
Fraud Pentagon Theory diterima secara umum, sehubungan dengan
Teori ini dikembangkan oleh Howarth tindakan yang tidak bermanfaat atau yang
(2011). Selain faktor pressure (tekanan), membahayakan. Gabungan motif, peluang,
opportunity (peluang), dan rationalization dan sarana dapat menciptakan bahaya etika
(rasionalisasi), fraud pentagon theory me- yang meningkatkan probabilitas seseorang
ngembangkan risk factor capability menjadi berperilaku tidak etis (Pendse, 2012).
competence (kompetensi) serta menambahkan
satu risk factor, yakni arrogance (arogansi) Competence
sebagai faktor yang dapat mempengaruhi Competence merupakan karakteristik
seseorang untuk melakukan fraud. Kompe- dasar individu yang berkaitan dengan
tensi adalah kemampuan karyawan untuk efektivitas kinerja individu yang memiliki
mengabaikan pengendalian internal, me- hubungan kausal atau sebab-akibat dengan
ngembangkan penyembunyian strategi, dan kriteria yang dijadikan acuan di tempat kerja
mengendalikan situasi sosial untuk ke- atau pada situasi tertentu (Spencer dan
untungan pribadinya (Howarth, 2011). Spencer, 1993). Sementara itu menurut
Menurut Howarth (2011), arogansi adalah Howarth (2011) competence adalah ke-
sikap superioritas atas hak yang dimiliki dan mampuan karyawan untuk mengabaikan
merasa pengendalian internal atau kebijakan control internal, mengembangkan strategi
perusahaan tidak berlaku untuk dia. dan mengontrol situasi sosial untuk
Dalam pikirannya, mereka tidak akan kepentingan pribadinya.
terdeteksi dalam melakukan kecurangan,
karena mereka sangat memahami sistem Individual Morality
pengendalian internal perusahaan. Sebagian Individual morality mengacu pada kon-
besar tindakan fraud yang dilakukan tidak sep yang mendefinisikan tindakan sehubu-
berdampak ekonomi pada mereka, tapi ngan dengan sifat nilai, sehingga moralitas
dorongan ego, status dan kesombonganlah terkait dengan kualitas perbuatan manusia
yang menyebabkan mereka melakukan dalam konteks masyarakat yang memiliki
fraud. struktur budaya, sosial, politik, dan ekonomi
tertentu (Wiranata, 2005). Seseorang dapat
Fraud Tendency dikatakan bermoral jika tindakan dan peri-
Fraud adalah tindakan curang atau lakunya mencerminkan moralitas, dalam arti
tindakan tidak jujur, yang dilakukan oleh orang yang dapat membedakan mana hal
seseorang atau entitas dan dapat meng- yang baik dan buruk (Kusumastuti dan
akibatkan merugikan bagi entitas atau pihak Meiranto, 2012). Sedangkan Putri dan
lain (Guelpa et al., 2017). Fraud tendency Irwandi (2016), menjelaskan pentingnya
merupakan keinginan dalam melakukan moral pada masing-masing individu se-
suatu tindakan untuk memperoleh ke- hingga dapat dengan mudah mencegah
untungan dengan cara yang tidak jujur perilaku fraud. Nilai moral akan membantu
sehingga dapat merugikan pihak lain seperti seseorang melihat apa yang benar dan salah
menutupi kebenaran, penipuan, manipulasi dalam situasi yang berbeda (Wicaksono dan
yang dapat berupa salah saji atas laporan Urumsah, 2017; Setiawan, 2018).
102 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 5, Nomor 1, Maret 2021 : 98 – 117

Pengembangan Hipotesis Hamdani (2018) dan Novita (2019) me-


Hasil penelitian Oktavia (2018) me nunjukkan bahwa competence tidak ber-
nyebutkan bahwa competence berpengaruh pengaruh terhadap fraud. Rendah maupun
signifikan terhadap unethical behavior. tingginya competence yang dimiliki para
Dengan etika dan norma-norma yang ber- karyawan tidak akan mempengaruhi indi-
laku, kompetensi akan mencegah perilaku vidu tersebut dalam melakukan fraud.
tidak etis. Hal ini sejalan dengan hasil Berdasarkan ketidakkonsistenan hasil ter-
penelitian Mondal (2013) dan Susanto (2016) sebut, maka hipotesis yang dirumuskan
yang menyebutkan bahwa competence ber- dalam penelitian ini adalah:
pengaruh terhadap perilaku etis maupun H3: Competence berpengaruh secara signi-
tidak etis. Kompetensi mempengaruhi prak- fikan terhadap fraud tendency
tik dan perilaku etika pada tempat kerja,
yang mana dipengaruhi oleh hukum dan Hasil penelitian Yulianti et al. (2016) dan
peraturan. Berdasarkan uraian tersebut, Pratiwi et al. (2016) menjelaskan bahwa
maka hipotesis yang dirumuskan dalam individual morality mempunyai hubungan
penelitian ini adalah: terhadap fraud tendency. Semakin tinggi
H1: Competence berpengaruh secara signi- tahapan individual morality, semakin indi-
fikan terhadap unethical behavior vidu tersebut memperhatikan kepentingan
yang lebih luas dan universal daripada
Hasil penelitian Pratiwi et al. (2016) dan kepentingan organisasinya semata. Namun,
Nisak dan Aeni (2017) menjelaskan bahwa hal tersebut tidak sejalan dengan hasil
individual morality berpengaruh signifikan penelitian Lestari dan Prasetyono (2017)
terhadap unethical behavior. Kepedulian yang menjelaskan bahwa individual morality
positif dari lingkungan kerja sangat di- tidak berpengaruh signifikan terhadap fraud
perlukan dalam membangun perilaku etika. tendency. Berdasarkan ketidakkonsistenan
Namun, hal tersebut tidak sejalan dengan hasil tersebut, maka hipotesis yang di-
penelitian Yulianti et al. (2016) yang me- rumuskan dalam penelitian ini adalah:
nunjukkan hasil bahwa individual morality H4: Individual morality berpengaruh secara
tidak berpengaruh terhadap unethical beha- signifikan terhadap fraud tendency
vior. Tidak berpengaruhnya individual mora-
lity terhadap unethical behavior disebabkan Hasil penelitian Pratiwi et al. (2016),
karena individu menganggap dirinya sudah Yulianti et al. (2016), Oktavia (2018) men-
berada pada tahap moralitas yang tinggi jelaskan bahwa unethical behavior berpe-
tetapi tindakannya belum bisa terealisasi ngaruh terhadap fraud tendency. Semakin
dengan baik. Berdasarkan ketidakkonsis- tinggi unethical behavior maka semakin tinggi
tenan hasil tersebut, maka hipotesis yang tingkat fraud tendency. Namun, hal tersebut
dirumuskan dalam penelitian ini adalah: tidak didukung dengan hasil penelitian
H2: Individual morality berpengaruh secara Meiryani et al. (2019) yang menjelaskan
signifikan terhadap unethical behavior bahwa unethical behavior tidak berpengaruh
terhadap fraud tendency. Dalam lingkungan
Hasil penelitian Dorminey et al. (2012) yang lebih etis, karyawan akan cenderung
dan Oktavia (2018) menjelaskan bahwa mengikuti aturan perusahaan, sehingga
competence berpengaruh signifikan terhadap unethical behavior dapat ditekan oleh aturan
kecurangan. Seseorang harus memiliki yang ada sehingga tidak akan mempe-
pengetahuan yang cukup untuk memahami ngaruhi fraud tendency (Rae dan Subrama-
dan mengeksploitasi kelemahan sistem niam, 2008; Nwayanwu, 2018). Berdasarkan
pengendalian internal untuk melakukan ketidakkonsistenan hasil tersebut, maka
kecurangan. Namun, hal tersebut tidak hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian
didukung oleh hasil penelitian Siregar dan ini adalah:
Analisis Fraud Tendency Melalui Pendekatan Pentagon Fraud: ...– Reskino, Harnoviansah, Hamidah 103

H5: Unethical behavior berpengaruh secara hadap fraud tendency. Berdasarkan ketidak
signifikan terhadap fraud tendency konsistenan hasil di atas, maka hipotesis
yang dirumuskan dalam penelitian ini
Hasil penelitian Oktavia (2018) me- adalah:
nyebutkan bahwa unethical behavior dapat H7: Individual morality berpengaruh secara
memediasi pengaruh competence terhadap signifikan terhadap fraud tendency
fraud tendency. Competence berpengaruh melalui unethical behavior
terhadap unethical behavior. Hasil penelitian
Dorminey et al. (2012) dan Oktavia (2018) METODE PENELITIAN
menjelaskan bahwa competence berpengaruh Populasi dan Sampel
terhadap fraud tendency. Namun, hal ini tidak Penelitian ini menggunakan metode
didukung oleh hasil penelitian Siregar dan kuantitatif dengan data primer. Populasi
Hamdani (2018) menunjukkan bahwa dalam penelitian ini adalah staf keuangan
competence tidak berpengaruh terhadap yang bekerja pada perbankan syariah dan
fraud. Hasil penelitian Pratiwi et al. (2016), asuransi syariah, sedangkan sampel pada
Yulianti et al. (2016), Oktavia (2018) men- penelitian ini adalah staf keuangan yang
jelaskan bahwa unethical behavior ber- bekerja pada perbankan syariah dan
pengaruh terhadap fraud tendency. Semakin asuransi syariah di wilayah DKI Jakarta.
tinggi unethical behavior maka semakin tinggi Dalam penelitian ini, metode pengambilan
tingkat fraud tendency. Namun, hal tersebut sampel yang digunakan adalah purposive
tidak didukung dengan hasil penelitian sampling, dengan kualifikasi: (1) staf keua-
Meiryani et al. (2019) yang menjelaskan ngan yang bekerja di perbankan syariah dan
bahwa unethical behavior tidak berpengaruh asuransi syariah wilayah DKI Jakarta; dan (2)
terhadap fraud tendency. Fraud bisa muncul staf keuangan yang memiliki pengalaman
karena competence seseorang yang berperan kerja minimal 1 tahun, karena dianggap
penting dalam perusahaan untuk melaku- telah memiliki pengalaman yang cukup
kan fraud. Berdasarkan uraian di atas, maka untuk memahami internal perusahaan.
hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian Setelah dilakukan penyebaran kuesioner
ini adalah: secara daring, diperoleh sampel sebanyak
H6: Competence berpengaruh secara signi- 118 responden.
fikan terhadap fraud tendency melalui
unethical behavior Pengukuran Variabel
Dalam penelitian ini, competence diukur
Hasil penelitian Pratiwi et al. (2016) dan dengan menggunakan indikator yang di-
Fitri et al., (2016) menjelaskan bahwa indi- kembangkan oleh Spencer dan Spencer
vidual morality memiliki hubungan signifikan (1993) serta Indriani et al. (2016) dan di-
terhadap fraud tendency melalui unethical sesuaikan dengan topik penelitian dengan
behavior. Individu dengan individual morality menggunakan tiga indikator: (1) kompetensi
yang tinggi diharapkan tidak melakukan intelektual; (2) kompetensi emosional; dan
unethical behavior yang akan berdampak pada (3) kompetensi sosial.
terjadinya fraud tendency. Namun, hal Individual morality diukur dengan meng-
tersebut tidak didukung oleh hasil penelitian gunakan indikator yang dikembangkan oleh
Yulianti et al. (2016) yang menjelaskan bahwa Artini et al. (2014) dan Cohen et al. (1993)
tidak terdapat pengaruh antara individual serta disesuaikan dengan topik penelitian
morality dengan fraud tendency melalui dengan menggunakan tiga indikator: (1)
unethical behavior. Individual morality yang relativisme; (2) idealisme; dan (3) egoisme.
baik belum dapat menekan terjadinya Variabel unethical behavior diukur
unethical behavior yang akan berdampak ter- dengan menggunakan indikator yang di-
104 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 5, Nomor 1, Maret 2021 : 98 – 117

kembangkan oleh Adelin dan Fauzihardani dity, dan reliability); (3) uji inner model (R-
(2013) dan Fitri et al. (2016) serta disesuaikan Square, Q-Square, dan uji hipotesis); serta (4)
dengan topik penelitian dengan mengguna- uji efek intervening.
kan empat indikator: (1) perilaku yang
menyalahgunakan kedudukan; (2) perilaku ANALISIS DAN PEMBAHASAN
yang menyalahgunakan sumber daya Hasil Uji Statistik Deskriptif
organisasi; (3) perilaku yang menyalah- Hasil uji statistik deskriptif meng-
gunakan kekuasaan; dan (4) perilaku yang gambarkan bahwa masing-masing variabel
tidak berbuat apa-apa. memiliki standar deviasi sebagai berikut: (1)
Terakhir, fraud tendency diukur dengan competence 4,591; (2) individual morality 3,192;
menggunakan indikator yang dikembang- (3) unethical behavior 3,481; dan (4) fraud
kan oleh Aranta (2013), Ansori (2017), dan tendency 4,042. Selain itu, hasil uji statistik
Karyono (2013) serta disesuaikan dengan deskriptif menampilkan nilai rata-rata dari
topik penelitian dengan menggunakan tiga setiap variabel, yaitu competence 55,86; indi-
indikator: (1) kecenderungan untuk melaku- vidual morality 28,08; unethical behavior 46,67;
kan korupsi; (2) kecenderungan untuk dan fraud tendency 73,08. Hal tersebut meng-
melakukan penyalahgunaan aset; dan (3) gambarkan bahwa setiap variabel mempu-
kecenderungan untuk melakukan kecura- nyai nilai rata-rata di atas standar deviasi,
ngan laporan keuangan. sehingga menunjukkan bahwa kualitas data
dalam penelitian ini baik. Berdasarkan
Metode Analisis Data paparan tersebut, disimpulkan bahwa rata-
Metode pengujian dalam penelitian ini rata tanggapan responden untuk variabel
terdiri atas (1) statistik deskriptif; (2) uji outer competence, individual morality, unethical
model (convergent validity, discriminant vali- behavior, dan fraud tendency adalah setuju.

Gambar 1
Diagram Jalur Disertai Nilai Loading Factor
Sumber: Data primer yang diolah
Analisis Fraud Tendency Melalui Pendekatan Pentagon Fraud: ...– Reskino, Harnoviansah, Hamidah 105

Hasil Uji Outer Model den, Stone-Geisser square test untuk predictive
Convergent validity dari model pe- relevance, dan uji t serta signifikan dari koefi-
ngukuran reflektif indikator dinilai ber- sien parameter jalur struktural.
dasarkan korelasi antara item score atau
component score yang diestimasi dengan Tabel 2
software SmartPLS. Ukuran reflektif indi Nilai R-Square
vidual dikatakan berkorelasi jika lebih tinggi
dari 0,70 dengan konstruk yang diukur. R-Square
Unethical Behavior 0,214
Namun, untuk penelitian tahap awal dari
pengembangan skala pengukuran nilai Fraud Tendency 0,459
Sumber: Data primer yang diolah
loading 0,50 sampai 0,60 dianggap sudah
cukup memadai (Ghozali, 2015). Dalam
Tabel 2 menunjukkan nilai R-Square
penelitian ini, batas loading factor yang
untuk variabel unethical behavior diperoleh
digunakan sebesar 0,5.
sebesar 0,214 dan untuk variabel fraud
Berdasarkan hasil pengolahan data yang
tendency diperoleh 0,459. Hasil tersebut
tertera pada Gambar 1, terdapat dua
menunjukkan bahwa variabel independen
indikator yang memiliki nilai loading factor
dalam penelitian ini secara simultan mampu
kurang dari 0,50, antara lain IM_6, dan IM_7.
menjelaskan variabel unethical behavior se-
Oleh karena itu, indikator tersebut harus
besar 21,4% dan sisanya 78,6% dijelaskan
dikeluarkan dari model.
oleh variabel lainnya yang tidak dihipotesis-
kan dalam model. Kemudian, variabel fraud
Tabel 1
tendency mampu dijelaskan secara simultan
Composite Reliability dan Cronbach Alpha
oleh variabel independen sebesar 45,9% dan
Composite Cronbach sisanya 54,1% dijelaskan oleh variabel lain-
Reliability Alpha nya yang tidak dihipotesiskan dalam model.
Competence 0,914 0,897 Nilai R-square untuk variabel unethical
Individual behavior dan fraud tendency termasuk dalam
0,854 0,790
Morality kategori lemah menuju moderat.
Unethical 0,895 0,868
Behavior Tabel 3
Fraud Tendency 0,942 0,933 Nilai Q-Square

Q-Square
Tabel 1 menunjukkan bahwa semua
Unethical Behavior 0,085
variabel telah memiliki nilai composite
reliability di atas 0,70 sehingga dapat di- Fraud Tendency 0,207
simpulkan bahwa seluruh konstruk me- Sumber: Data primer yang diolah
menuhi kriteria reliabilitas. Selain itu, semua
variabel juga sudah memiliki nilai cronbach Pada Tabel 3 menunjukkan nilai Q-
alpha di atas 0,60 sehingga tingkat konsis- Square untuk variabel unethical behavior
tensi jawaban responden dalam setiap diperoleh sebesar 0,085 dan untuk variabel
konstruk memiliki reliabilitas yang baik. fraud tendency diperoleh 0,207. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa variabel unethical
Hasil Uji Inner Model behavior memiliki nilai predictive relevance
Pengujian inner model atau model struk- yang termasuk dalam kategori lemah
tural dilakukan untuk melihat hubungan menuju moderat, sedangkan variabel fraud
antar konstruk berdasarkan teori substantif. tendency termasuk dalam kategori moderat
Model struktural dievaluasi dengan meng-
gunakan R-Square untuk konstruk depen- menuju kuat. Berdasarkan uraian tersebut
106 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 5, Nomor 1, Maret 2021 : 98 – 117

dapat disimpulkan bahwa variabel inde- sebesar 116 (jumlah sampel dikurang dua:
penden memiliki keterkaitan prediktif 118-2) dan  sebesar 0,05 (two tailed). Batasan
(predictive relevance) dengan variabel depen- untuk menerima dan menolak hipotesis
den dalam model penelitian ini. yang diajukan adalah ±1,981, di mana
apabila nilai t-statistik berada pada rentang
Hasil Uji Hipotesis nilai -1,981 dan 1,981 maka hipotesis akan
Nilai t-statistik dibandingkan dengan t- ditolak atau dengan kata lain menerima
tabel yang ditentukan dalam penelitian ini, hipotesis nol (H0).
yaitu sebesar 1,981 di mana diketahui nilai df

Tabel 4
Path Coeffiecents (Mean, STDEV, T-Value)

Original
Sample Standard Deviation T-Statistic P
Sampel
Mean (M) (StDev) (IO/stdev) Value
(O)
CO  UB 0,320 0,327 0,086 3,739 0,000
IM  UB 0,242 0,257 0,088 2,754 0,006
CO  FT 0,055 0,053 0,067 0,818 0,414
IM  FT 0,140 0,142 0,094 1,498 0,135
UB  FT 0,589 0,592 0,064 9,261 0,000
Sumber: Data primer yang diolah

Tabel 4 menunjukkan bahwa pengaruh Tabel 5


competence terhadap unethical behavior se- Hasil Uji Efek Intervening
besar 0,320 dan signifikan pada 0,05
t-Statistic
(3,739>1,981). Pengaruh individual morality
terhadap unethical behavior sebesar 0,242 dan CO  UB  FT 3,432
signifikan pada 0,05 (2,754>1,981). IM  UB  FT 2,621
Pengaruh competence terhadap fraud Sumber: Data primer yang diolah
tendency sebesar 0,055 dan tidak signifikan
pada 0,05 (0,818<1,981). Pengaruh individual Hasil dari pengujian melalui uji sobel
morality terhadap fraud tendency sebesar 0,140 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
dan tidak signifikan pada 0,05 (1,498<1,981). intervening variabel unethical behavior pada
Pengaruh unethical behavior terhadap fraud pengaruh tidak langsung antara variabel
tendency sebesar 0,589 dan signifikan pada competence dan individual morality dengan
0,05 (9,261>1,981. fraud tendency dikarenakan memiliki t-
statistic lebih besar dari t-tabel yaitu 1,981.
Hasil Uji Efek Intervening
Langkah pertama melakukan pengujian Pengaruh Competence terhadap Unethical
pengaruh tidak langsung variabel X ke Behavior
variabel Y melalui variabel M, dengan Hasil dari pengujian yang telah di-
rumus: lakukan menunjukkan nilai t-statistic sebesar
Sab = √b² Sa² + a² Sb² + Sa² Sb². 3,739. Nilai tersebut lebih besar dari t-tabel
Langkah kedua melakukan pengujian 1,981, sehingga hipotesis pertama (Ha 1)
untuk mengetahui signifikansi pengaruh diterima. Hasil penelitian ini menjelaskan
tidak langsung dengan menghitung nilai t bahwa competence yang dimiliki para staf
dari koefisien ab dengan rumus: t = ab/Sab. keuangan perbankan syariah dan asuransi
Analisis Fraud Tendency Melalui Pendekatan Pentagon Fraud: ...– Reskino, Harnoviansah, Hamidah 107

syariah mampu meminimalisir unethical ngenali diri sendiri (self awareness), motivasi
behavior. Hal ini menggambarkan bahwa (motivation), dan empati (emphaty) (Goleman,
competence dapat mempengaruhi praktik dan 2005). Oleh karenanya, kompetensi emosi-
perilaku kerja karyawan, sehingga compe- onal akan mempengaruhi seseorang ber-
tence yang dimiliki oleh seseorang akan sikap lebih etis dalam menyelesaikan suatu
mencegah unethical behavior dengan etika pekerjaan. Kompetensi sosial juga mem-
dan norma-norma yang berlaku. Selain itu, pengaruhi seseorang dalam berperilaku.
competence dibutuhkan untuk dapat me- Kompetensi sosial merupakan karakter,
mahami dan mempertimbangkan hal-hal sikap, atau kemauan seseorang untuk mem-
yang bersifat etis dan tidak etis. Hasil bangun simpul-simpul kerja sama dengan
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian orang lain ketika menghadapi permasalahan
Mondal (2013), Susanto (2016), dan Oktavia di tempat kerja. Seseorang dengan kompe-
(2018) yang menjelaskan bahwa competence tensi sosial yang baik biasanya memiliki sifat
berpengaruh secara signifikan terhadap persuasif sehingga mampu mencegah orang
unethical behavior. lain untuk melakukan perbuatan tidak etis.
Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa Hasil penelitian ini sesuai dengan
kompetensi yang dimiliki para staf keua- attribute theory yang menjelaskan tentang
ngan perbankan syariah dan asuransi perilaku seseorang, yang mana dapat di-
syariah mampu meminimalisir perilaku sebabkan oleh atribusi internal seperti sifat,
tidak etis. Kompetensi merupakan kombi- karakter, serta sikap yang dipengaruhi oleh
nasi antara pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi dan pengetahuan. Teori ini juga
sikap yang tercermin melalui perilaku kerja menjelaskan bahwa hanya dengan melihat
yang dapat diamati, diukur, dan dievaluasi sikap atau karakter seseorang maka dapat
(Susanto, 2016). Dalam penelitian ini kompe- memprediksi perilaku seseorang dalam
tensi diukur dengan kompetensi intelektual, menghadapi situasi tertentu. Dengan begitu,
kompetensi emosional, dan kompetensi kompetensi dapat mempengaruhi praktik
sosial. Kompetensi intelektual atau yang dan perilaku kerja karyawan, sehingga
juga sering disebut inteligensi umumnya kompetensi yang dimiliki oleh seseorang
diketahui sebagai kemampuan kognitif yang akan mencegah perilaku tidak etis dengan
dimiliki seseorang untuk menyesuaikan diri etika dan norma-norma yang berlaku.
secara efektif pada lingkungan yang kom-
pleks dan dinamis serta dipengaruhi oleh Pengaruh Individual Morality terhadap
faktor genetik (Trihandini, 2005). Kompe- Unethical Behavior
tensi intelektual sangat dibutuhkan untuk Hasil dari pengujian yang telah di-
dapat memahami dan mempertimbangkan lakukan menunjukkan nilai t-statistic sebesar
hal-hal yang bersifat etis dan tidak etis 2,754. Nilai tersebut lebih besar dari t-tabel
(Jamaluddin dan Indriasari, 2011). 1,981, sehingga hipotesis kedua (Ha2) di-
Kompetensi emosional juga memegang terima. Hasil penelitian ini menjelaskan
peranan penting untuk memprediksi peri- bahwa individual morality yang dimiliki para
laku seseorang (Tikollah et al., 2006). Emosi staf keuangan perbankan syariah dan
dan akal adalah dua bagian dari satu asuransi syariah mampu meminimalisir
kesatuan, di mana kompetensi emosional unethical behavior. Moralitas terjadi apabila
adalah hubungan pribadi dan antarpribadi seseorang sadar akan kewajiban dan
(Dewi dan Wirakusuma, 2018). Kompetensi tanggung jawab sosialnya, Dengan adanya
emosional dibutuhkan untuk mengendali- tanggung jawab sosial diharapkan individu
kan ego dalam diri seseorang (self regulation). bertindak baik dan tidak melakukan pe-
Tak hanya itu, kompetensi emosional juga nyimpangan. Hasil penelitian ini didukung
mengarah pada kemampuan untuk me- oleh penelitian Pratiwi et al. (2016) dan Nisak
108 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 5, Nomor 1, Maret 2021 : 98 – 117

dan Aeni (2017) yang menyatakan bahwa perusahaan lewat cara-cara yang tidak etis,
individual morality berpengaruh secara signi- sehingga terdapat unsur relativisme dalam
fikan terhadap unethical behavior. Namun, menilai standar moralitas individu. Hasil
hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian ini pun sesuai dengan attribute
penelitian Yulianti et al. (2016) yang me- theory yang menjelaskan tentang perilaku
nunjukkan hasil bahwa individual morality seseorang, yang mana dapat ditinjau salah
tidak berpengaruh secara signifikan ter- satunya atas dasar keunikan. Keunikan
hadap unethical behavior. merupakan tingkatan di mana seseorang
Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa memiliki perilaku yang berbeda dari orang
moralitas yang dimiliki para staf keuangan lain ketika menghadapi situasi yang serupa.
perbankan syariah dan asuransi syariah Selain itu, perilaku seseorang tidak hanya
belum mampu meminimalisir perilaku tidak dipengaruhi oleh atribusi internal, tetapi
etis. Moralitas individu adalah suatu tata juga atribusi eksternal, contohnya tekanan
aturan yang mengatur pengertian baik atau situasi atau keadaan tertentu yang akan
buruk perbuatan manusia, sehingga dapat memberikan pengaruh terhadap perilaku
membedakan mana yang boleh dilakukan seseorang. Maka dari itu, moralitas individu
dan tidak boleh dilakukan (Yulianti et al., tidak berpengaruh secara signifikan ter-
2016). Moralitas terjadi apabila seseorang hadap perilaku tidak etis, karena adanya
sadar akan kewajiban dan tanggung jawab pengaruh atribusi eksternal, yakni tekanan
sosialnya (Ariani et al., 2014). Dengan adanya yang dipicu oleh keamanan atas risiko
tanggung jawab sosial diharapkan individu pekerjaan.
bertindak baik dan tidak melakukan pe-
nyimpangan (Yulianti et al., 2016). Perilaku Pengaruh Competence terhadap Fraud
tidak etis muncul ketika individu gagal Tendency
memenuhi harapan dan tanggung jawab Hasil dari pengujian yang telah di-
sosial tersebut (Nisak dan Aeni, 2017). lakukan menunjukkan nilai t-statistic sebesar
Dalam penelitian ini, tidak terdapatnya 0,818. Nilai tersebut lebih kecil dari t-tabel
perbedaan antara individu yang memiliki 1,981, sehingga hipotesis ketiga (Ha3)
tingkat moralitas tinggi maupun tingkat ditolak. Hasil penelitian ini menjelaskan
moralitas rendah dalam melakukan tinda- bahwa competence yang dimiliki para staf
kan tidak etis disebabkan karena individu keuangan perbankan syariah dan asuransi
menganggap dirinya sudah berada pada syariah belum mampu meminimalisir fraud
tahap moralitas yang tinggi, sehingga tendency. Hal ini dikarenakan kecurangan
perilaku tidak etis tidak lagi menjadi isu di memiliki daya tarik bagi setiap individu.
antara para karyawan. Berdasarkan jawaban Cinta terhadap uang adalah salah satu kunci
responden, staf keuangan perbankan syariah dasar untuk melakukan kecurangan (Tang &
dan asuransi syariah meyakini bahwa setiap Chiu., 2003). Oleh karena itu, competence
individu memiliki standar moralnya masing- dapat seketika runtuh ketika dihadapkan
masing, sehingga suatu tindakan yang dengan kecintaan terhadap uang, sehingga
bermoral dapat dianggap tidak bermoral muncul pembenaran untuk melakukan fraud
oleh orang lain. Contohnya ketika seseorang tendency. Hasil penelitian ini didukung oleh
mengambil sebuah tindakan atau keputusan penelitian Siregar dan Hamdani (2018) dan
atas dasar kepentingan perusahaan, yang Novita (2019) yang menunjukkan bahwa
mana dianggap sebagai sebuah tindakan competence tidak berpengaruh secara signi-
yang bermoral karena mempertimbangkan fikan terhadap fraud tendency. Namun, hasil
kepentingan yang lebih universal. Namun penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian
ternyata dalam kepentingan tersebut ter- Dorminey et al. (2012) dan Oktavia (2018)
dapat dilema etik, misalnya karyawan yang menjelaskan bahwa competence ber-
dituntut untuk meningkatkan keuntungan pengaruh secara signifikan terhadap fraud
Analisis Fraud Tendency Melalui Pendekatan Pentagon Fraud: ...– Reskino, Harnoviansah, Hamidah 109

tendency. Hasil penelitian ini menjelaskan staf keuangan perbankan syariah dan
bahwa kompetensi yang dimiliki para staf asuransi syariah belum mampu memini-
keuangan perbankan syariah dan asuransi malisir fraud tendency. Hal ini dapat dilihat
syariah belum mampu meminimalisir ke- dari sebagian besar jawaban responden yang
cenderungan kecurangan, artinya tinggi atau menyatakan bahwa ia selalu mengikuti
rendahnya kompetensi yang dimiliki se- perintah atasan, demi menunjang karirnya.
seorang tidak berpengaruh terhadap ke- Selain dikarenakan adanya tekanan, belum
cenderungan kecurangan. Hal ini disebab- diterapkannya aturan, kebijakan, dan pro-
kan karena kecurangan memiliki daya tarik sedur yang mengacu pada etika membuat
tersendiri bagi setiap individu. Cinta adanya kesempatan sehingga memunculkan
terhadap uang adalah salah satu kunci dasar rasionalisasi yang semakin mendorong
untuk melakukan kecurangan (Tang dan karyawan untuk melakukan fraud tendency.
Chiu, 2003). Oleh karena itu, kompetensi Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
dapat seketika runtuh ketika dihadapkan Lestari dan Prasetyono (2017) yang men-
dengan kecintaan terhadap uang, sehingga jelaskan bahwa individual morality tidak
muncul pembenaran atas tindakan tersebut. berpengaruh secara signifikan terhadap
Hasil penelitian ini sesuai dengan gone fraud tendency. Namun, hasil penelitian ini
theory yang menjelaskan bahwa salah satu tidak didukung oleh penelitian Yulianti et al.
faktor yang mendorong seseorang me- (2016) dan Pratiwi et al. (2016) yang me-
lakukan kecurangan adalah greed atau nyatakan bahwa individual morality mem-
keserakahan. Ketika seseorang memiliki sifat punyai pengaruh yang signifikan terhadap
serakah, maka ia akan mengabaikan inte- fraud tendency.
gritasnya dengan menyalahgunakan jabatan Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa
dan wewenangnya. Hal ini dapat dijelaskan moralitas yang dimiliki para staf keuangan
dengan fenomena kecurangan yang terjadi perbankan syariah dan asuransi syariah
pada industri perbankan syariah dan belum mampu meminimalisir kecenderu-
asuransi syariah. Kasus kecurangan di ngan kecurangan, artinya tidak terdapat
perbankan syariah dan asuransi syariah perbedaan antara individu yang memiliki
tidak hanya dilakukan oleh top management tingkat moralitas tinggi dengan tingkat
tetapi juga melibatkan karyawan. Hal ini moralitas rendah dalam melakukan kecura-
menandakan bahwa setiap orang memiliki ngan. Hal ini disebabkan karena seseorang
potensi untuk melakukan tindakan kecura- menganggap dirinya sudah berada pada
ngan, mulai dari lini staf sampai dengan tahap moralitas yang tinggi dalam kehidu-
level top management (Chapman and Lindner, pan sehari-sehari, namun tetap berbuat
2016). Dengan demikian, tinggi atau rendah- curang, karena adanya tekanan dan desakan
nya kompetensi yang dimiliki seseorang dari pihak lain untuk melakukan kecura-
tidak mampu mencegah orang tersebut ngan. Hal ini dapat dilihat dari sebagian
untuk melakukan kecenderungan kecura- besar jawaban responden yang menyatakan
ngan. bahwa ia selalu mengikuti perintah atasan,
demi menunjang karirnya.Tekanan timbul
Pengaruh Individual Morality terhadap karena suatu kondisi atau keadaan men-
Fraud Tendency desak yang memaksa atau mendorong
Hasil dari pengujian yang telah di- seseorang melakukan tindakan kecurangan.
lakukan menunjukkan nilai t-statistic sebesar Menurut Albrecht et al., (2012), tekanan tidak
1,498. Nilai tersebut lebih kecil dari t-tabel hanya terdiri ats tekanan finansial (financial
1,981, sehingga hipotesis keempat (Ha4) pressures), tetapi juga tekanan akan kebiasa-
ditolak. Hasil penelitian ini menjelaskan an buruk (vices pressures) ataupun tekanan
bahwa individual morality yang dimiliki para yang berhubungan dengan pekerjaan (work-
110 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 5, Nomor 1, Maret 2021 : 98 – 117

related pressures). Contohnya, muncul teka- bahwa unethical behavior tidak berpengaruh
nan dari pimpinan untuk membuat laporan secara signifikan terhadap fraud tendency.
keuangan agar terlihat baik sehingga
memicu dilema etik bagi karyawan untuk Hasil penelitian ini sesuai dengan attribute
tetap mempertahankan laporan keuangan theory, yang mana tidak hanya menjelaskan
yang sesuai dengan prinsip moral yang ia tentang faktor penyebab dari perilaku
miliki ataukah memenuhi keinginan pimpi- seseorang, tetapi juga menganalisis apa
nan untuk memanipulasi laporan sehingga pengaruh dari perilaku tersebut di masa
mendorong karyawan tersebut untuk me- mendatang. Seseorang berperilaku tidak etis
lakukan kecurangan. Tak hanya itu, belum disebabkan karena faktor kemungkinan
diterapkannya aturan, kebijakan, atau pro- terdeteksi dan ukuran hukuman. Dua faktor
sedur yang mengacu pada etika membuat tersebut pun mempengaruhi seseorang me-
adanya kesempatan sehingga memunculkan lakukan kecenderungan kecurangan. Sema-
rasionalisasi yang semakin mendorong kin kecil peluang terdeteksinya perilaku
karyawan untuk melakukan kecenderungan tidak etis dan semakin ringan sanksi yang
kecurangan. Hasil penelitian ini sesuai diberikan jika tindakan tersebut terdeteksi,
dengan fraud pentagon theory yang menyebut- maka seseorang akan semakin berani
kan bahwa adanya tekanan (pressure), melakukan kecenderungan kecurangan. Hal
kesempatan (opportunities), dan rasionalisasi tersebut juga sejalan dengan fraud pentagon
(rasionalization) yang menjadi faktor pendo- theory yang menyebutkan bahwa arogansi
rong individu dalam melakukan kecura- (arrogance) menjadi salah satu risk factor
ngan. Oleh karena itu, individual morality dalam terjadinya kecenderungan kecura-
tidak berpengaruh secara signifikan ter- ngan. Seseorang yang arogan memiliki sikap
hadap fraud tendency dikarenakan ada faktor angkuh dan merasa perbuatannya tidak
lain seperti adanya tekanan dan kesempatan akan diketahui dan dirinya tidak akan
sehingga memunculkan rasionalisasi untuk menerima sanksi. Dengan demikian, unethi-
melakukan kecenderungan kecurangan. cal behavior mampu mendorong seseorang
untuk melakukan fraud tendency.
Pengaruh Unethical Behavior terhadap
Fraud Tendency Pengaruh Competence terhadap Fraud
Hasil dari pengujian yang telah dilaku- Tendency melalui Unethical Behavior
kan menunjukkan nilai t-statistic sebesar Hasil pengujian yang telah dilakukan
9,261. Nilai tersebut lebih besar dari t-tabel menunjukkan nilai t-hitung signifikan pada
1,981, sehingga hipotesis kelima (Ha5) 0,05 yaitu 3,432>1,981, sehingga hipotesis
diterima. Hasil penelitian ini menjelaskan keenam (Ha6) diterima. Hal ini menunjuk-
bahwa fraud tendency pada perbankan kan bahwa competence yang dimiliki para staf
syariah dan asuransi syariah dipengaruhi keuangan perbankan syariah dan asuransi
oleh unethical behavior. Semakin seseorang syariah mampu mencegah unethical behavior
melakukan unethical behavior, maka semakin sehingga dapat meminimalisir fraud tenden-
tinggi pula fraud tendency yang dilakukan. cy. Ketika seseorang memiliki competence
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang memadai, maka akan menjauhkannya
Pratiwi et al. (2016), Yulianti et al. (2016), dari unethical behavior sehingga fraud tendency
Oktavia (2018) yang menjelaskan apabila dapat dihindari. Dengan demikian, unethical
lingkungan organisasi berperilaku tidak etis behavior dapat dijadikan variabel intervening
maka akan mendorong karyawannya untuk pada pengaruh tidak langsung antara
melakukan fraud tendency. Namun, hasil competence dengan fraud tendency. Hasil
penelitian ini tidak didukung dengan pe- penelitian ini didukung oleh penelitian
nelitian Meiryani et al. (2019) dan Rae dan Oktavia (2018) yang menyebutkan bahwa
Subramaniam (2008) yang menjelaskan unethical behavior dapat memediasi pengaruh
Analisis Fraud Tendency Melalui Pendekatan Pentagon Fraud: ...– Reskino, Harnoviansah, Hamidah 111

yang signifikan antara competence dengan tendency bisa diminimalisir secara signifikan.
fraud tendency. Kompetensi seseorang dapat Individu dengan individual morality yang
diukur dengan kompetensi intelektual, tinggi diharapkan tidak melakukan unethical
kompetensi emosional, dan kompetensi behavior sehingga fraud tendency dapat
sosial. Seseorang yang memiliki kompetensi dihindari. Hasil penelitian ini sejalan dengan
intelektual akan dengan mudah memahami penelitian Pratiwi et al. (2016) dan Fitri et al.,
dan mempertimbangkan hal-hal yang ber- (2016) yang menyatakan bahwa individual
sifat etis dan tidak etis. Kompetensi emosi- morality memiliki pengaruh yang signifikan
onal juga dibutuhkan guna mengendalikan terhadap fraud tendency melalui unethical
ego dalam diri seseorang, sehingga mampu behavior. Namun, hasil penelitian ini tidak
mempengaruhi seseorang bersikap lebih etis didukung oleh penelitian Yulianti et al.
dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. (2016) yang menjelaskan bahwa tidak ter-
Selain itu, seseorang dengan kompetensi dapat pengaruh yang signifikan antara
sosial yang baik akan memiliki sifat persuasif individual morality dengan fraud tendency
sehingga mampu mencegah orang lain melalui unethical behavior. Junaidi dan
untuk tidak melakukan tindakan tidak etis. Ubaidillah (2018), menjelaskan bahwa pen-
Dengan dicegahnya perilaku tidak etis, maka tingnya moralitas individu dan pentingnya
kecenderungan kecurangan dapat dihindari. moralitas, karena moralitas akan mempe-
Hasil penelitian ini sesuai dengan ngaruhi tindakan yang diambil oleh indi-
attribute theory yang menjelaskan tentang vidu. Individu yang memiliki internalisasi
perilaku seseorang, yang mana salah satu- norma moral yang tinggi lebih cenderung
nya dapat disebabkan oleh atribusi internal tidal melakukan fraud. Sebaliknya, individu
antara lain sifat, karakter, serta sikap yang yang memiliki internalisasi norma moral
dipengaruhi oleh kompetensi dan penge- rendah lebih cenderung melakukan fraud.
tahuan. Teori ini juga menjelaskan bahwa Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa
hanya dengan melihat sikap atau karakter unethical behavior belum mampu memediasi
seseorang maka dapat memprediksi perilaku pengaruh tidak langsung antara individual
seseorang dalam menghadapi situasi ter- morality dengan fraud tendency. Hal ini
tentu. Indriani et al. (2016) menyebutkan menunjukkan bahwa moralitas yang dimili-
bahwa kompetensi merupakan elemen ki para staf keuangan perbankan syariah dan
utama yang diperlukan guna mencapai asuransi syariah belum mampu mencegah
tujuan organisasi. Oleh karena itu, dibutuh- perilaku tidak etis sehingga kecenderungan
kan kompetensi yang memadai guna men- kecurangan belum dapat diminimalisir se-
cegah seseorang berperilaku tidak etis dan cara signifikan. Dengan demikian, unethical
berdampak pada menurunnya kecenderu- behavior belum dapat dijadikan variabel
ngan kecurangan sehingga tujuan organisasi intervening pada pengaruh tidak langsung
dapat tercapai. antara individual morality dengan fraud
tendency. Hal ini disebabkan karena individu
Pengaruh Individual Morality terhadap menganggap dirinya sudah berada pada
Fraud Tendency melalui Unethical Behavior tahap moralitas yang tinggi karena ia merasa
Hasil pengujian yang telah dilakukan sudah memiliki tujuan yang baik, seperti
menunjukkan nilai t-hitung signifikan pada mendahulukan kepentingan perusahaan,
0,05 yaitu 2,621>1,981, sehingga hipotesis sehingga perilaku tidak etis tidak lagi
ketujuh (Ha7) diterima. Hal ini me- menjadi isu di antara para karyawan.
nunjukkan bahwa individual morality yang Namun terkadang, tujuan tersebut bukanlah
dimiliki para staf keuangan perbankan suatu hal yang baik, misalnya memanipulasi
syariah dan asuransi syariah dapat men- laporan keuangan demi keuntungan per-
cegah unethical behavior sehingga fraud usahaan. Hal tersebut memicu dilema etik
112 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 5, Nomor 1, Maret 2021 : 98 – 117

akibat adanya tekanan yang dipicu oleh belum mampu mencegah unethical behavior,
keamanan atas risiko kerja. Tekanan timbul sehingga fraud tendency belum dapat di-
karena suatu kondisi atau keadaan men- minimalisir secara signifikan karena adanya
desak yang memaksa atau mendorong faktor tekanan, kesempatan, dan rasionali-
seseorang melakukan tindakan tidak etis sasi. Meskipun tidak berpengaruh secara
yang berdampak pada terjadinya kecenderu- signifikan, individual morality tetap dibutuh-
ngan kecurangan. Tak hanya itu, belum kan. Moralitas individu adalah suatu tata
diterapkannya aturan, kebijakan, atau prose- aturan yang mengatur pengertian baik atau
dur yang mengacu pada etika membuat buruk perbuatan manusia, sehingga dapat
adanya kesempatan sehingga memunculkan membedakan mana yang boleh dilakukan
rasionalisasi yang semakin mendorong dan tidak boleh dilakukan (Yulianti et al.,
karyawan untuk melakukan tindakan me- 2016). Moralitas terjadi apabila seseorang
nyimpang. Jaijaram (2017) menyatakan nilai- sadar akan kewajiban dan tanggung jawab
nilai etika dapat mencegah tindakan fraud. sosialnya (Ariani et al., 2014). Dengan adanya
Dia lebih lanjut menyatakan bahwa untuk tanggung jawab sosial diharapkan individu
menghindari potensi konflik kepentingan, bertindak baik dan tidak melakukan pe-
code of conduct harus mendasari perilaku nyimpangan (Yulianti et al., 2016).
karyawan dalam menjalankan tugas yang
ditugaskan kepada mereka. Nilai moral yang SIMPULAN
dipegang oleh karyawan dapat mencegah Penelitian ini bertujuan untuk menguji
tindakan fraud. Nilai-nilai etika dapat meng- faktor-faktor yang mempengaruhi fraud
halangi karyawan dari tindakan merugikan tendency melalui unethical behavior. Hasil
diri sendiri dan orang lain. Tindakan fraud penelitian ini menyimpulkan bahwa compe-
tidak hanya merusak reputasi organisasi, tence dan individual morality berpengaruh
tetapi juga reputasi perbankan syariah itu secara signifikan terhadap unethical behavior.
sendiri, dan berdampak pada tingkat ke- Ketika seseorang memiliki competence yang
percayaan dan kepuasan pelanggan serta memadai, maka akan menjauhkannya dari
kepercayaan investor pada perusahaan. unethical behavior sehingga fraud tendency
Hasil penelitian ini sesuai dengan dapat dihindari. Kemudian, competence dan
attribute theory yang menjelaskan bahwa se- individual morality tidak berpengaruh secara
lain faktor internal, adanya faktor eksternal signifikan terhadap fraud tendency. Namun,
juga mempengaruhi seseorang dalam ber- unethical behavior berpengaruh secara signi-
perilaku, contohnya tekanan situasi atau fikan terhadap fraud tendency. Selanjutnya,
keadaan tertentu yang dipicu oleh keamanan individual morality yang dimiliki para staf
atas risiko pekerjaan. Teori ini juga men- keuangan perbankan syariah dan asuransi
jelaskan bahwa dari perilaku tersebut dapat syariah dapat mencegah unethical behavior
dianalisis dampaknya di masa mendatang. sehingga fraud tendency bisa diminimalisir
Tekanan situasi dan keadaan tertentu mam- secara signifikan. Individu dengan individual
pu mempengaruhi seseorang untuk melaku- morality yang tinggi diharapkan tidak me-
kan tindakan tidak etis yang berdampak lakukan unethical behavior sehingga fraud
pada kecenderungan kecurangan, walaupun tendency dapat dihindari. Hasil ini me-
dirinya sudah merasa memiliki tingkat nunjukkan bahwa Competency dan Individual
moralitas yang baik. Hasil penelitian ini juga Morality mampu mencegah terjadinya
sejalan dengan fraud pentagon theory yang unethical behavior, sehingga praktek-praktek
menyebutkan bahwa adanya tekanan (pres- fraud dapat dihindari. Sudah kewajiban bagi
sure), kesempatan (opportunities), dan rasio- perbankan syariah dan asuransi syariah
nalisasi (rasionalization) yang menjadi faktor untuk terus meningkatkan kompetensi
pendorong individu dalam melakukan ke- karyawannya, bukan hanya hardskill tetapi
curangan. Oleh karena itu, individual morality juga softskill, sehingga praktik-praktik fraud
Analisis Fraud Tendency Melalui Pendekatan Pentagon Fraud: ...– Reskino, Harnoviansah, Hamidah 113

dapat dihindari. Hasil penelitian ini di- asuransi syariah, tanpa melihat unsur-unsur
harapkan mampu menjadi masukan yang lain yang terlibat secara tidak langsung pada
berguna bagi dunia akademis dan juga dunia unethical behavior dan fraud tendency.
industri perbankan dan asuransi di Indo- SARAN
nesia. Selain itu, hasil penelitian ini diharap- Berdasarkan keterbatasan penelitian di
kan mampu memberikan gambaran kepada atas, berikut beberapa saran yang dapat
perusahaan, regulator, dan praktisi tentang menjadi pertimbangan bagi penelitian yang
faktor-faktor penyebab fraud tendency. Hasil akan datang, penelitian dimasa datang
penelitian ini juga diharapkan mampu mem- disarankan menggunakan kuesioner disertai
bantu perusahaan untuk terus meningkat- dengan wawancara dan identifikasi data
kan kualitas sumber daya manusia dalam lainnya sebagai bahan pertimbangan dalam
segi kompetensi, mendorong para karyawan menilai objektivitas tanggapan responden.
untuk meningkatkan moralitas, memberikan Peneliti juga mengambil sampel yang lebih
kompensasi yang sesuai dengan beban kerja besar agar dapat menggeneralisasi hasil
yang diemban para karyawan, membangun penelitian lebih baik. Selain itu penelitian
lingkungan yang lebih taat kepada aturan selanjutnya disarankan untuk menambah-
akuntansi, dan menerapkan praktik-praktik kan variabel lain seperti locus of control,
good corporate governance untuk menghindari leadership style, motivation, dan integrity.
terjadinya perilaku tidak etis, sehingga
potensi terjadinya kecenderungan kecura- DAFTAR PUSTAKA
ngan dapat dicegah. Hasil penelitian juga Adelin, V. dan E. Fauzihardani. 2013.
memberikan pijakan bagi Perbankan Syariah Pengaruh Pengendalian Internal, Ketaa-
agar membuat pedoman dan kebijakan etika tan pada Aturan Akuntansi dan Ke-
dalam organisasi, yang berfungsi untuk cenderungan Kecurangan terhadap
memandu karyawan yang baru dipekerja- Perilaku Tidak Etis. WRA, 1(2): 259–276.
kan. Pedoman dan kebijakan etika ini ber- Albrecht, W. S., C. O. Albrecht, C. C.
fungsi sebagai pedoman perilaku karyawan Albrecht, and M. F. Zimbelman. 2012.
dalam bertindak dan berprilaku profesional Fraud Examination (4th ed.), Mason, OH:
saat menjalankan tugas dan fungsinya sesuai South-Western Cengage Learning.
dengan kewenangannya. Selain itu, untuk Ansori, A. F. 2017. Pengaruh Implementasi
melindungi perusahaan dan pemangku ke- Good University Governance, Keefektifan
pentingan dari fraud, organisasi harus me- Sistem Pengendalian Internal dan Ketaatan
mahami fraud risk dan specific risk yang secara Aturan Akuntansi terhadap Kecenderungan
langsung atau tidak langsung berdampak Fraud pada PTKIN-BLU. Universitas
pada perusahaan. Penilaian atas fraud risk, Lampung.
perlu disesuaikan dengan ukuran, komplek- Aranta, P. Z. 2013. Pengaruh Moralitas
sitas, industri, dan tujuan organisasi dan Aparat dan Asimetri Informasi terhadap
harus diperbaharui secara berkala Kecenderungan Kecurangan Akuntansi
Penelitian ini memiliki beberapa ke- (Studi Empiris Pemerintah Kota Sawah-
terbatasan, antara lain: (1) instrumen dalam lunto). Jurnal Akuntansi 1(1).
penelitian ini hanya terbatas pada peng- Ariani, K. S., L. S. Musmini, dan N. T.
gunaan kuesioner, yang mana hanya meng- Herawati. 2014. Analisis Pengaruh
ukur persepsi pribadi; dan (2) dikarenakan Moralitas Individu, Asimetri Informasi,
adanya situasi pandemi Covid-19, penelitian dan Keefektifan Sistem Pengendalian
ini tidak memungkinkan untuk menjangkau Internal terhadap Kecenderungan Ke-
responden secara langsung. (3) Populasi curangan Akuntansi Di PDAM Kabu-
dalam penelitian ini hanya difokuskan pada paten Bangli. E-Jurnal Ilmiah Mahasiswa
staf keuangan perbankan syariah dan Akuntansi 2(1). Undiksha.
114 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 5, Nomor 1, Maret 2021 : 98 – 117

Arief, T. 2019. Bank BJB Sering Terjerat Kredit Attitudes with Religiosity as the
Fiktif, Ini Kata OJK. Diakses pada tanggal Moderating Variable. Media Ekonomi dan
17 Januari 2020 dari https://finansial. Manajemen 34(1): 70- 84.
bisnis.com/read/20190320/90/902075/ Fitri, Y., Nurazlina, dan Al Azhar. 2016.
bank-bjb-sering-terjerat-kredit-fiktif-ini- Pengaruh Keefektifan Sistem Pengen-
kata-ojk. dalian Internal, Ketaatan Aturan
Artini, N. L. E. A., I. M. P. A. Adipura, dan Akuntansi, Sistem Asimetri Informasi,
N. T. Herawati. 2014. Pengaruh Budaya dan Moralitas Individu Terhadap
Etis Organisasi dan Efektivitas Pengen- Kecenderungan Kecurangan Akuntansi
dalian Internal terhadap Kecenderu- dengan Perilaku Tidak Etis sebagai
ngan Kecurangan Akuntansi pada Variabel Intervening. JOM Fekon 3(1):
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) 505–519.
Kabupaten Jembrana. E-Journal S1 Ak Ghozali, I. 2015. Konsep, Teknik, dan Aplikasi
Universitas Pendidikan Ganesha 2(1). Menggunakan Program Smart PLS 3.0
Association of Certified Fraud Examiners (Edisi 2). Salemba Empat, Universitas
(ACFE). (2020). Report to The Nations Diponegoro. Semarang.
Global Study on Occupational Fraud and Goleman, D. 2005. Introduction to the tenth
Abuse. anniversary edition. In Emotional intel-
Chapman, D. W. dan S. Lindner. 2016. ligence. Bantam. New York.
Degrees of Integrity: The Threat of Griffin, R. W. dan J. E. Ronald. 2006. Bisnis
Corruption in Higher Education. Studies (Alih Bahasa Rd. Soemarnagara).
in Higher Education 41 (2):247–68. Erlangga. Jakarta.
https://doi.org/10.1080/03075079.2014. Guelpa, A., F. Marini, A. Du Plessis, R.
927854. Slabbert, dan M. Manley. 2017. Verifi-
Cohen, J., L. Pant, dan D. Sharp. 1993. A cation of Authenticity and Fraud
Validation and Extension of a Multi- Detection in South African Honey Using
dimensional Ethics Scale. Journal of NIR Spectroscopy. Food Control, 73,
Business Ethics 12: 13–26. 1388-1396.
Dewi, T. K. dan M. G. Wirakusuma. 2018. https://doi.org/10.1016/j.foodcont.201
Pengaruh Kecerdasan Intelektual, 6.11.002.
Kecerdasan Emosional, dan Kecerdasan Hasanudin, A. I. dan B. J. Pangayow. 2016.
Spiritual pada Perilaku Etis dengan Analisis Faktor-Faktor yang Berpe-
Pengalaman sebagai Variabel Pemode- ngaruh terhadap Kecenderungan Ke-
rator. E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis, curangan Akuntansi dan Perilaku Tidak
Universitas Udayana: 2091-2115. Etis (Studi Kasus pada SKPD di
Dorminey, J., A. S. Fleming, M. Kranacher, Kabupaten Keerom). Jurnal Akuntansi &
dan R. A. Riley. 2012. The Evolution of Keuangan Daerah 11(1): 1–12.
Fraud Theory. American Accounting Hardi, W. M., R. Anita, dan N. B. Zakaria.
Association Issues in Accounting Edu- 2018. The Effect of Relativism Ethical
cation 27(2): 555–579. Orientation, Personal Cost, and Moral
Fauwzi, M. G. H. 2011. Analisis Pengaruh Intensity on Internal Whistleblowing
Keefektifan Pengendalian Internal, Per- Intention: The Moderating Role of
sepsi Kesesuaian Kompensasi, Moralitas Organizational Commitment. Internati-
Manajemen terhadap Perilaku Tidak onal Journal of Engineering & Technology 7:
Etis dan Kecenderungan Kecurangan 122–125.
Akuntansi. Jurnal Akuntansi Universitas Heider, F. 1958. The Psychology of Interpersonal
Diponegoro: 1–27. Relation. New York: Wiley.
Fauziah, F. E. dan M. Murharsito. 2019. The Howarth, C. 2011. Representations, Identity
Effect of Money Ethics on Ethical and Resistance in Communication’. In:
Analisis Fraud Tendency Melalui Pendekatan Pentagon Fraud: ...– Reskino, Harnoviansah, Hamidah 115

Hook, D., Franks, B. and Bauer, M. Eds. Karyono. 2013. Forensic Fraud. CV Andi
The Social Psychology of communi- Offset. Yogyakarta.
cation. London: Palgrave. Kusumastuti, N. R. dan W. Meiranto. 2012.
Idris, M. 2020. Belum Selesai Skandal Jiwasraya, Analisis Faktor-Faktor yang Berpe-
Kini Muncul Masalah Asabri. Diakses ngaruh terhadap Kecenderungan Ke-
pada tanggal 23 Agustus 2020 dari curangan Akuntansi dengan Perilaku
https://money.kompas.com/read/202 Tidak Etis sebagai Variabel Intervening.
0/01/11/ 113539726/belum-selesai- Diponegoro Journal of Accounting 1(1): 1–
skandal-jiwasraya-kini-muncul- 15.
masalah-asabri?page=all. Lestari, E. B. dan Prasetyono. 2017. The
Ika, A. 2019. Kasus Pencurian di Bank Syariah Factors Affecting Tendency of Fraud in
Mandiri Terungkap, Pelakunya Karyawan Government Sector. Journal of Auditing,
Sendiri. Diakses pada tanggal 17 Januari Finance, and Forensic Accounting 5(2): 67–
2020 dari https://regional.kompas. com 76.
/read/2019/07/01/08170921/kasus- Meiryani, Fenando, A. Susanto, dan D. L.
pencurian-di-bank-syariah-mandiri- Warganegara. 2019. The Effect of
terungkap-pelakunya-karyawan- Accounting Information Systems Per-
sendiri. formance and Unthetic Behavior on
Indriani, I., A. Suroso, dan S. Maghfiroh. Accounting Fraud. International Journal
2016. Penerapan Konsep Fraud Dia- of Recent Technology and Engineering
mond Theory dalam Mendeteksi Peri- (IJRTE) 8(3): 2718–2725.
laku Fraud. Universitas Jendral Soedir- Meliana dan T. R. Hartono. 2019. Fraud
man. Perbankan Indonesia: Studi Eksplorasi.
Jaijaram, P. 2017. Ethics in Accounting. Prosiding Seminar Nasional Pakar ke 2
Journal of Finance and Accountancy, 23. Tahun 2019: 2.52.1-2.52.7.
Jamaluddin dan R. Indriasari. 2011. Pe- Mondal, U. 2013. Integrity, Competency, and
ngaruh Kecerdasan Intelektual, Ke- Ethical Behavior. International Journal of
cerdasan Emosional, dan Kecerdasan Marketing and Technology, 3(4): 188–196.
Spiritual terhadap Etika Mahasiswa Nisak, S. K. dan I. N. Aeni. 2017. Faktor-
Akuntansi Fakultas Ekonomi Uni- Faktor yang Berpengaruh terhadap
versitas Tadulako. Jurnal Pamator 4(1): Perilaku Tidak Etis Karyawan Bagian
40-47. Akuntansi. Accounting Global Journal,
Junaidi dan M. Ubaidillah. 2018. The 1(1): 56–64.
Influence of Compensation Suitability Novita, N. 2019. Teori Fraud Pentagon dan
and Internal Control System to Fraud Deteksi Kecurangan Pelaporan Keua-
with Morality as a Moderating Variable. ngan. Jurnal Akuntansi Kontemporer,
Jurnal Akuntansi Berkelanjutan Indonesia. 11(2): 64-73.
1(2): 226-235. Nwayanwu, L. 2018. Accountants Ethics and
Jensen, C. dan H. Meckling. 1976. Theory of Fraud Control in Nigeria: The
The Firm: Managerial Behavior, Agency Emergence of a Fraud Control Model.
Costs, and Ownership Sturcture. Journal Journal of Accounting, Finance, and
of Financial Economics, 3: 305–360. Auditing Studies 4(1): 130-150.
Kartika, H. 2018. Polemik Aset dalam Kepailitan Oktavia, T. A. 2018. Determinan Kecurangan
Asuransi Syariah Mubarakah. Diakses Berbasis Diamond Fraud dan Perilaku Tidak
pada tanggal 23 Agustus 2020 dari Etis sebagai Variabel Intervening pada
https://nasional.kontan.co.id/news/p Pemerintah Desa di Kabupaten Lumajang.
olemik-aset-dalam-kepailitan-asuransi- Universitas Jember.
syariah-mubarakah. Pendse, S. G. 2012. Ethical Hazards: A
Motive, Means, and Opportunity Ap-
116 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 5, Nomor 1, Maret 2021 : 98 – 117

proach to Curbing Corporate Unethical Performance. Canada: John Wiley dan


Behavior. J Bus Ethics 107: 265–279. Sons, Inc.
Prastiwi, D. 2020. Perjalanan Kasus Asabri, Sujeewa, G. M. M, M. S. A. Yajid, A. Khatibi,
Merugi Lebih Rp10 T hingga Akan S. M. F. Azam, dan I. Dharmaratne. 2018.
Ditelusuri Polri dan KPK. Diakses pada The New Fraud Triangle Theory-Inte-
tanggal 23 Agustus 2020 dari https:// grating Ethical Values of Employees.
www.liputan6.com/news/ read/41565 International Journal of Business, Eco-
60/perjalanan-kasus-asabri-merugi- nomics and Law 16(5): 52-57.
lebih-rp-10-t-hingga-akan-ditelusuri- Susanto, Y. 2016. Kompetensi, Kompensasi,
polri-dan-kpk. dan Sanksi Hukum Pengaruhnya ter
Pratiwi, T., D.P, E. Nur, dan Rofika. 2016. hadap Perilaku Aparatur dalam Pe-
Pengaruh Penegakan Peraturan, Sistem ngadaan Barang atau Jasa di Kota
Kompensasi, Ketaatan Aturan Akun- Palembang. Journal Ecoment Global 1(1).
tansi, dan Moralitas Aparat terhadap Tang, T. L. dan R. K. Chiu. 2003. Income,
Kecenderungan Akuntansi dengan Money Ethic, Pay Satisfaction, Commit-
Perilaku Tidak Etis sebagai Variabel ment, and Unethical Behavior: Is the
Intervening serta Pengaruhnya Ter- Love of Money the Root of Evil for Hong
hadap Kinerja Instansi Pemerintah. JOM Kong Employees? Journal of Business
Fekon 3(1): 2327–2341. Ethics 46: 13–30.
Putri, P. A. A, dan S. A. Irwandi. 2016. The Tikollah, M. Ridwan, I. Triyuwono, H. U.
Determinants of Accounting Fraud Ludigdo. 2006. Pengaruh Kecerdasan
Tendency. The Indonesian Accounting Intelektual, Kecerdasan Emosional dan
Review 6(1): 99-108. Kecerdasan Spiritual terhadap Sikap
Rae, K. dan N. Subramaniam. 2008. Quality Etis Mahasiswa Akuntansi, Proceeding
of Internal Control Procedures: SNAIX, Padang, 23-26 Agustus.
Antecedents and Moderating Effect on Toyudho, E. S. 2015. Deposito Rp29 Miliar
Organisational Justice and Employee Nasabah Bank Permata Digelapkan. Di-
Fraud. Managerial Auditing Journal 23(2): akses pada tanggal 17 Januari 2020 dari
104–124. https://nasional.tempo.co/read/67964
Said, J., M. M. Alam, M. Ramli, dan M. Rafidi. 6/deposito-rp-29-miliar-nasabah-bank-
2017. Integrating Ethical Values into permata-digelapkan/full&view=ok.
Fraud Triangle Theory in Assessing Trihandini, R. A. F. M. 2005. Analisis Pe-
Employee Fraud: Evidence from the ngaruh Kecerdasan Intelektual, Kecer-
Malaysian Banking Industry. Journal of dasan Emosi, dan Kecerdasan Spiritual
International Studies 10(2):170-184. Terhadap Kinerja Karyawan (Studi
Setiawan, S. 2018. The Effect of Internal Kasus di Hotel Horison Semarang).
Control and Individual Morality on The Tesis Program Pascasarjana Magister
Tendency of Accounting Fraud. Asia Manajemen Universitas Diponegoro,
Pacific Fraud Journal 3(1): 33- 41. Semarang. (diakses dari http://eprints.
Siregar, M. I. dan M. Hamdani. 2018. undip.ac.id/15539/1/Fabiola.pdf).
Pengaruh Kesesuaian Kompensasi, Ke- Wicaksono, A. P. dan D. Urumsah. 2017.
efektifan Sistem Pengendalian Internal, Factors Influencing Employees To
Budaya Organisasi, dan Kompetensi Commit Fraud in Workplace Empirical
terhadap Fraud (Studi pada Satuan Study in Indonesian Hospitals.” Asia
Kerja Vertikal Kementerian Keuangan Pacific Fraud Journal 1 (1): 1.
Provinsi Lampung). Jurnal Ekonomi https://doi.org/10.21532/apfj.001.16.
Global Masa Kini Mandiri 9(1): 30–37. 01.01.01.
Spencer, L. dan S. M. Spencer. 1993. Winarto, Y. 2020. Asuransi Jiwa Syariah
Competence at Work, Models for Superior mampu kalahkan kinerja asuransi
Analisis Fraud Tendency Melalui Pendekatan Pentagon Fraud: ...– Reskino, Harnoviansah, Hamidah 117

konvensional saat pandemi. https:// lan Prosedural, terhadap Kecenderu-


keuangan.kontan.co.id/news/asuransi- ngan Kecurangan Akuntansi dengan
jiwa-syariah-mampu-kalahkan-kinerja- Perilaku Tidak Etis sebagai Variabel
asuransi-konvensional-saat-pandemi. Intervening. JOM Fekon 3(1): 2177–2191.
Wiranata, I. G. A. B. 2005. Dasar-Dasar Etika Zuberi, O. dan S. Mzenzi. 2019. Analysis of
dan Moralitas (Cetakan Kesatu). Citra Employee and Management Fraud in
Aditya Bakti. Bandung. Tanzania. Journal of Financial Crime 26(2):
Yulianti, D. F., D. P E. Nur, dan Rofika. 2016. 412-431.
Pengaruh Moralitas Individu, Penegak-
an Hukum, Keadilan Distributif, Keadi-

You might also like