You are on page 1of 11

Syamil

Jurnal Pendidikan Agama Islam/Journal of Islamic Education

MANAJEMEN KEHUMASAN DI PERGURUAN TINGGI

STUDI LITERATUR
Andri Winarto
Andrekazama10@Gmail.Com
Dr. Muadin Ahmad, M.Pd
Muadinahmad18@gmail.com
Prodi Manajemen Pendidikan Islam PPS UINSI Samarinda

Abstract – Higher education autonomy, development of information and


communication technology, increasing competition between tertiary institutions at
home and abroad, the development of print and electronic mass media, the critical
public view of the development of higher education and policies of the central and
regional governments related to society, education and tertiary institutions, causing
tertiary institutions to package the information conveyed to the public so that the public
can obtain a clear understanding and support various policies and products produced
by a tertiary institution.
Higher education public relations management must be based on a proper
understanding of the public relations problems faced by a tertiary institution.
Therefore, the process of planning an effective public relations work program is
basically a process that begins with determining the problem through research,
planning, implementation and evaluation. In this way, a public relations work program
can be produced that is not only in line with the vision and mission of higher education
institutions, but also the main mission of higher education public relations, namely
building a positive image, cultivating synergistic communication between universities
and the community and building institutions that are responsive to community
dynamics.
Keywords: management, public relations, university
Abstrak – Otonomi pendidikan tinggi, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi,
meningkatnya kompetisi antar perguruan tinggi di dalam maupun luar negeri,berkembangnya
media massa cetak dan eletronik, kristisnya pandangan masyarakat terhadap perkembangan
pendidikan tinggi dan kebijakan kebijakan pemerintah pusat dan daerah yang terkait dengan

Syamil, Desember 2022


1
masyarakat, pendidikan dan perguruan tinggi, menyebabkan perguruan tinggi harus
mengkemas informasi yang di sampaikan pada publik agar publik dapat memperoleh
pemahaman yang jelas dan mendukung berbagai kebijakan dan produk yang dihasilkan suatu
perguruan tinggi.
Manajemen kehumasan perguruan tinggi harus didasarkan pada pemahaman yang tepat
terhadap persoalan kehumasan yang dihadapi oleh sebuah perguruan tinggi. Oleh karenanya
proses rencana program kerja humas yang efektif pada dasarnya adalah sebuah proses yang
diawali dengan penentuan masalah melalui penelitian, perencanaan, pelaksanaan sampai
dengan evaluasi. Dengan demikian dapat dihasilkan suatu program kerja kehumasan yang
tidak saja sejalan dengan visi dan misi perguruan tinggi tetapi juga misi pokok Humas
perguruan tinggi yaitu membangun image positif, menumbuhkan komunikasi yang sinergis
antara perguruan tinggi dengan masyarakat dan membangun institusi yang responsif terhadap
dinamika masyarakat.
Kata kunci: manajemen, kehumasan, perguruan tinggi

I. PENDAHULUAN

Era globalisasi yang ditandai dengan persaingan yang ketat merupakan


tantangan besar yang dihadapi oleh berbagai negara, terutama negara berkembang,
tidak terkecuali Indonesia. Di era global, akibat perkembangan teknologi informasi
yang sangat pesat serta arus informasi dan interaksi, banyak terjadi perubahan bidang
kehidupan yang tidak dapat dikendalikan oleh kekerasan. Keterbukaan dalam sistem
kehidupan yang berbeda menjadi pembicaraan dan permintaan yang terus-menerus
penting dalam kehidupan masyarakat. Menurut Zulkarnain Nasution (2006),
perubahan yang terjadi di era global juga mempengaruhi bidang/lembaga pendidikan
(termasuk perguruan tinggi) yang merupakan lembaga yang mengemban misi ilmu
pengetahuan. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa
serta konsekuensi programatik. Pendidikan juga harus mampu mengikutinya dalam
konteks masa kini dan masa depan. Perubahan yang akan diterapkan juga
mempengaruhi cepat usang kebijakan dan inisiatif pendidikan. Demikian pula
parameter mutu pendidikan berubah dengan cepat dari waktu ke waktu.
Dengan dimulainya reformasi sistem politik dan sistem ketatanegaraan
Indonesia, sistem pendidikan tinggi mendapatkan momentum untuk mewujudkan
otonomi yang telah lama ditunggu-tunggu. Keinginan untuk memperkuat Perguruan
Tinggi Negeri (PTN) dan menyelamatkannya dari ketidak berdayaan sistem
pendidikan dan birokrasi negara dalam menghadapi otonomi pendidikan melahirkan
Keputusan Pemerintah No. 61 Tahun 1999 tentang Pendirian Perguruan Tinggi
Negeri (PTN) sebagai badan hukum. . dan masyarakat umum). Opini publik yang
berkembang di masyarakat menentang PT BHMN karena salah paham terhadap
istilah tersebut. Menurut Nasution (2006:75), kesalahan ini adalah mis. BHMN
disamakan dengan privatisasi, BHMN disamakan dengan BUMN, kapitalisasi PTN,
komersialisasi pendidikan, pelepasan tanggung jawab negara atau pemerintah untuk
pembiayaan pendidikan tinggi dan pembiayaan yang ditanggung penuh oleh
universitas. Pendapat yang keliru ini membuat kebijakan PT BHMN terus

Syamil, Desember 2022


2
dipertanyakan oleh berbagai pihak, terutama mahasiswa yang terkena dampak
langsung kebijakan tersebut. Demonstrasi menentang kebijakan tersebut masih sering
terjadi, dan tantangan bagi perguruan tinggi adalah mengubah opini publik agar
menentangnya dengan cara yang memungkinkan publik untuk memahami PT BHMN
secara jelas dan benar.
Uraian di atas menunjukkan bahwa tidak akan mudah lagi, sekarang dan di
masa mendatang, untuk berkomunikasi dalam masyarakat yang semakin kritis. Fungsi
komunikasi dalam organisasi tidak lagi dapat dilakukan secara acak atau bersamaan
dengan fungsi lainnya, melainkan harus dilakukan oleh suatu departemen khusus yang
menangani komunikasi baik internal maupun eksternal yang sering disebut PR atau
Humas. (PR). Public Relations adalah pendekatan strategis yang menggunakan konsep
komunikasi untuk menciptakan pemahaman dan penerimaan publik. Sebagai alat
administrasi, humas sangat diperlukan dalam sebuah lembaga pendidikan saat ini.
Artikel berikut menjelaskan manajemen komunikasi (PR) di perguruan tinggi.
II. METODE PENELITIAN

Artikel ilmiah harus disusun dengan metode dan langkah yang sistematis
untuk memudahkan penelitian. Dalam artikel ini, peneliti menggunakan metode studi
kepustakaan dengan mengumpulkan literatur (bahan materi) yang bersumber dari
buku, jurnal, dan sumber lain yang berkaitan dengan ilmu Manajemen Humas. Dari
sumber tersebut akan dicari lebih spesifik mengenai materi Humas Perguruan Tinggi
sesuai dengan artikel yang akan dibuat. Nantinya sumber-sumber tersebut akan
dikompilasi dan disesuaikan dengan pembahasan terkait; Konsep dasar hubungan
masyarakat/Public relations, Manajemen Kehumasan Perguruan Tinggi.
III. KAJIAN TEORI DAN PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Hubungan Masyarakat/Public Relations

Grunig dan Hunt mendefinisikan PR sebagai kegiatan komunikasi, “manajemen


komunikasi antara organisasi dan publiknya” (Baskin, Aronoff, dan Lattimore,
1997:5). Marston (1979) mendefinisikan “Humas sebagai komunikasi yang terencana
dan persuasif yang dirancang untuk mempengaruhi khalayak yang signifikan”.
pengembangan kerjasama dan realisasi kepentingan bersama (Ruslan, 1999:102).
Definisi tersebut menjelaskan bahwa humas adalah kegiatan komunikasi yang
dilakukan oleh suatu organisasi dengan berbagai kelompok sasarannya. Bidang
kegiatan PR adalah komunikasi dalam bentuk komunikasi dua arah. Di sisi lain,
organisasi mendistribusikan informasi kepada publik. Di sisi lain, organisasi juga
mencari informasi, mendengarkan apa yang diinginkan audiens organisasi.
Definisi kedua melihat PR lebih dari sekedar kegiatan komunikasi. Humas
adalah fungsi manajerial yang mengacu pada upaya membangun hubungan yang
saling menguntungkan antara organisasi dan publiknya, seperti Cutlip, Center, dan
Broom (1994:6), "fungsi administratif untuk membangun dan memelihara hubungan
yang saling menguntungkan antara organisasi dan publik di mana keberhasilan atau
kegagalannya bergantung." Cutlip et al untuk mempertahankan. kelompok sasarannya
yang menentukan keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi. Institute of Public

Syamil, Desember 2022


3
Relations (IPR) sebagaimana dikutip Anggoro (2001):2) menjelaskan PR sebagai
“keseluruhan yang dilaksanakan secara sistematis dan berkesinambungan untuk
menciptakan dan memelihara itikad baik dan saling pengertian antara suatu organisasi
dengan semua kelompok sasarannya”.
Menurut Ngurah (1999), ketika sebuah organisasi berbicara tentang PR, harus
jelas bahwa masing-masing pihak yang membangun hubungan tersebut memiliki
kepentingan. Organisasi memiliki kepentingan, demikian pula publik, dan hubungan
antar pihak akan harmonis, jika masing-masing tahu bagaimana mempertimbangkan
kepentingan pihak lainnya. Karena organisasi dimaksudkan untuk berfungsi karena
hak telah diberikan kepada mereka oleh publik, dan hak tidak dapat dihindari, adalah
tanggung jawab kepemimpinan organisasi mana pun untuk memberikan layanan
terbaik kepada publik.
B. Manajemen Kehumasan Perguruan Tinggi

Seperti yang telah dijelaskan di atas, tugas pokok kegiatan PR adalah


mendukung manajemen untuk mencapai tujuan perusahaan, komunikasi merupakan
kegiatan utamanya. Kegiatan PR diarahkan pada khalayak internal dan eksternal,
sedangkan tujuannya adalah untuk mendorong hubungan yang harmonis antara
organisasi/lembaga yang diwakilinya dengan kelompok sasaran atau pemangku
kepentingan – khalayak yang relevan. di akhir tujuan:(Roesminingsih dan Si, n.d.)
Kami berharap dapat menciptakan citra positif, kebaikan, saling menghormati, saling
memahami, toleransi antara dua lingkaran sempit, dll. Dengan demikian, perguruan
tinggi unggulan adalah perguruan tinggi yang mampu mengelola hubungan dengan
pemangku kepentingannya, yang meliputi mahasiswa, dosen, pengurus, alumni,
masyarakat, pemerintah, media pers, orang tua mahasiswa, dll. sehingga pada tataran
hubungan yang baik dan strategis dapat secara realistis mencapai tujuan pendidikan
tinggi. Penyebaran perguruan tinggi diperlukan agar dapat membangun citra positif
lembaga pendidikan pada masa transisi ke era berikutnya (globalisasi, era otonomi
pendidikan), mendorong sinergi lembaga pendidikan dengan masyarakat, serta
membangun kelembagaan. yang merespon dinamika masyarakat bereaksi. . Oleh
karena itu fungsi Humas universitas selalu dituntut untuk bertindak profesional
dalam pengelolaan informasi untuk menciptakan citra positif lembaga pendidikan.
Persyaratan ini membutuhkan manajemen komunikasi (PR) di perguruan tinggi.
Menurut Ngurah (1999), kegiatan komunikasi organisasi harus dikelola dengan
baik. Tanpa mengelola fungsi-fungsi ini, organisasi tidak dapat mengetahui kontribusi
apa yang telah dibuat PR bagi organisasi. (Laras dan Rifqi 2017) Dalam praktik
keorganisasian, sangat sering terjadi kehumasan tidak tertangani dengan baik. Inisiatif
PR biasanya dilakukan tanpa perencanaan atau evaluasi, meskipun inisiatif tersebut
telah dilaksanakan. Ngurah mengatakan bahwa manajemen PR pada dasarnya dapat
diartikan sebagai penerapan konsep manajemen kehumasan, dimulai dari
perencanaan, pengorganisasian dan pelaksanaan program kerja PR dan diakhiri
dengan evaluasi program kerja PR. Program kerja PR yang baik harus dilandasi
pemahaman yang benar terhadap isu-isu PR yang dihadapi organisasi. PR yang efektif
karena itu pada dasarnya adalah sebuah proses yang dimulai dengan definisi masalah
melalui penelitian. Menurut Scott M. Cutlip dan Allen H. Center (1982:139), sebagai

Syamil, Desember 2022


4
tolok ukur pelaksanaan program kerja PR, dapat dilaksanakan melalui “proses empat
tahap atau tahapan utama”.
1. Reseacrh – Penemuan fakta (Fact Finding)
Pada tahap ini, akan ditetapkan suatu fakta dan informasi yang berkaitan
langsung dengan kepentingan organisasi. Penemuan fakta dilakukan untuk
mengetahui apakah opini, sikap dan reaksi (situasi dan pendapat) dalam
masyarakat menunjang atau justru menghambat organisasi, instansi atau
perusahaan ( what’s our problem?). Dalam tahap penemuan fakta ini seorang
petugas humas dituntut:
a. Memperhatikan berbagai kejadian atau perkembangan sosial , politik
maupun ekomomi yang secara langsung atau tidak langsung berhubungan
dengan lembaga atau perusahaan.
b. Mengumpulkan berbagai macam data untuk diolah menjadi informasi.
c. Menganalisis informasi itu agar sesuai dengan keperluan lembaga atau
perusahaan.
d. Selalu siap menyajikan berbagai informasi secukupnya kepada setiap unit
organisasi atau perusahaannya.
e. Menyempurnakan segala macam informasi yang dirasakan masih kurang
memadai.
f. Melengkapi simpanan data dan informasi antara lain dengan
menyelenggarakan dokumentasi dan press clipping.

Sehubungan dengan kegiatan penemuan fakta ini, khususnya yang menyangkut


opinion research, maka Cutlip dan Center menemukan empat tahap penelitian yaitu:
1) Penelitian tentang situasi yang sedang terjadi (current situation), khususnya
mengenai apa yang sedang dipikirkan orang dan mengapa.
2) Penelitian tentang prinsip-prinsip dasar humas yang sedang dilaksanakan
oleh organisasi atau perusahaan.
3) Penelitian tentang hasil, bagaimana orang memberikan reaksi terhadap
protesting yang diadakan oleh organisasi atau perusahaan, misalnya terhadap
reaksi pendapat atas suatu iklan ataupun artikel khusus yang ditulis oleh bagian
humas.
4) Mengadakan evaluasi mengenai bagaimana orang memberikan reaksi dan
responnya terhadap stimuli lainnya yang diberikan oleh organisasi ataupun
perusahaan.

2. Perencanaan dan Mengambil Keputusan (Planning – Decision)


Perencanaan merupakan tahap yang cukup penting, karena menghubungkan
kegiatan komunikasi dengan kepentingan organisasi/perusahaan. Dalam tahap ini
yang merupakan kelanjutan dari tahap fact finding – atas dasar hasil
penelitiannya, seorang petugas humas merencanakan bagaimana sebaiknya

Syamil, Desember 2022


5
dengan memperhatikan faktor-faktor(Sabastika, Rembang, and ... 2020)
psikologis, sosiologis, keadaan sosial, ekonomi politik – pesan dari komunikator
dirumuskan agar dapat mencapai tujuannya.
Berdasarkan hasil fact finding, dalam tahap ini sejumlah langkah yang
perlu dilakukan, yaitu
a) Merumuskan apa tujuan yang harus dicapai oleh humas ketika mengirim
pesan tertentu.
b) Mengolah data yang diperolehnya tentang berbagai faktor yang diperlukan
c) Merumuskan bagaimana pesan harus disebarkan
d) Menentukan teknik komunikasinya
e) Memeriksa kesempurnaan informasi yang diperolehnya pada tahap fact finding
f) Membandingkan pengalaman-pengalaman pihak lain dan organisasinya
sendiri guna memperoleh langkah terbaik
g) Mengadakan analisis atas informasi yang diperoleh serta merumuskannya
sesuai dengan program kerja, yaitu sesuai dengan situasi dan tempat.

3. Komunikasi – Pelaksanaan (Communication – Action)


Tahapan komunikasi tidak terlepas dari komunikasi dan perencanaan
komunikasi untuk menciptakan kesan yang efektif mempengaruhi pihak-pihak
yang dianggap penting, yang memiliki kesempatan untuk memberikan dukungan
penuh. Bagaimana sesuatu dikomunikasikan dan apa yang dikomunikasikan
terkait erat dengan tujuan yang ingin dicapai dengan bantuan PR. Dalam program
komunikasi, saluran komunikasi yang digunakan untuk berkomunikasi dengan
kelompok sasaran dipilih. (Faridah 2020) Oleh karena itu pemilihan media atau
saluran komunikasi sesuai dengan kelompok sasaran. Pilihan media saluran
misalnya ketersediaan media, biaya, kemampuan komunikasi, khalayak sasaran
dan tujuan komunikasi. Dalam program komunikasi, selain pemilihan
media/saluran komunikasi, juga perlu ditentukan jenis pesan dan topik yang akan
ditekankan. Selanjutnya menurut Ngurah (1999), program PR dilaksanakan tidak
hanya dengan program komunikasi tetapi juga dengan program aksi untuk
memecahkan masalah organisasi. tidak berkomunikasi (perilaku buruk,
berpolitik, dll). Karena masalah PR dapat disebabkan oleh faktor komunikasi dan
non komunikasi, departemen PR harus membuat action plan untuk mendukung
suatu masalah. Misalnya, untuk melaksanakan program aksi kebersihan, harus
dilaksanakan program aksi (pendukung) yang meliputi penataan tempat sampah
di tempat umum dan pengangkutan sampah.

4. Evaluasi (Evaluation).
Setelah komunikasi, maka organisasi pasti ingin mengetahui dampak atau
efeknya terhadap publik atau publik. Pada fase ini PR mengevaluasi hasil
program kerja atau kegiatan PR lainnya yang dilakukan, serta efektifitas
manajemen dan teknik komunikasi yang digunakan. Menurut Ngurah (1999),
evaluasi program PR penting karena:

Syamil, Desember 2022


6
a. Dengan menunjukkan nilai program kehumasan bagi perusahaan , maka
manajer humas dapat mempertahankan program-program tersebut dan
keberadaan bagian Humas.
b. Tuntutan dari setiap manajemen perusahaaan terhadap setiap bagian
diperusahaan agar setiap pengeluaran sumber daya dapat
dipertanggungjawabkan.
c. Pemikiran/pendapat kalau program/ bagian humas merupakan bagian yang
menghambur-hamburkan uang (biaya besar, tidak jelas hasil pencapaian
objektif tertentu)
d. Bagian dari usaha untuk peningkatan status profesionalisme para praktisi
humas..
Sedangkan menurut Kendall (1992), evaluasi dapat dilakukan melalui tujuh
kategori untuk mengetahui program humas berhasil/efektif yaitu: :
1) Pencapaian sasaran (goal achievement), sejauh mana tujuan-tujuan
yang telah ditetapkan dapat tercapai.
2) Pengukuran perbaikan (measurement of improvement), apakah situasi
sudah mengalami perbaikan (sikap/pengetahuan publik).
3) Pengukuran hasil (measurement of result), yaitu eEvaluasi pada apa
yang sudah dibuat/dihasilkan humas, tapi belum pada pencapaian
tujuan yang tetap.
4) Efisiensi biaya (cost efficiency), yaitu mengukur sukses program
humas dengan menghitung nilai uang yang dihasilkan program humas
dengan usaha-usaha atau jumlah uang yang dikeluarkan (cost-benefit
analysis, membandingkan nilai yang diperoleh dengan sumber daya
yang dihabiskan)
5) Perubahan organisasi (organizational change), yaitu evaluasi terhadap
program humas apakah berpengaruh pada perubahan dalam organisasi
(misal : meningkatkan semangat kerja karyawan).
6) Efek yang tak terencana (unplanned effect), untuk mengetahui apakah
ada hasil- hasil sampingan yang justru muncul sebagai akibat dari
program humas. (misal : karyawan jadi kompak,dll).
7) Harapan-harapan tak terakulasi (unarticulated hopes), yaitu evaluasi
terhadap harapan-harapan pihak manajemen yang tidak terakulasi
dengan baik. Setiap tujuan program harusnya sudah teridentifikasi
dengan jelas seluruh harapan- harapan yang dimiliki oleh pihak
manajemen.
Grunig & Hunt (dalam Ngurah, 1999) tahap-tahap yang perlu
dilakukan untuk mengevaluasi :
a) Buat rumusan tujuan program yang spesifik dan dapat diukur
(specity objectives).
b) Pengukuran efek yang sudah dicapai dari program yang
dijalankan (measures the objectives).
c) Pengumpulan data dan mengukur efek pada sample terpilih.
d) Buat laporan tentang hasil program kepada pengambil
keputusan (manajemen).

Syamil, Desember 2022


7
Setiap hasil program harus digunakan untuk pengambilan keputusan (hasil
yang dicapai untuk perbaikan program selanjutnya menurut Ruslan (2002:142),
masing-masing tahapan proses kerja PR di atas sama pentingnya, berkaitan erat dan
tidak dapat dipisahkan dengan pelaksanaan program PR yang efektif. Proses humas
merupakan entitas sirkular yang berkesinambungan Proses analisis-sintesis-
komunikasi-interpretasi humas merupakan proses spiral yang berkesinambungan
(Meliana, Mu'min dan Fitri 2022) dan seringkali tumpang tindih. lain Jika
dideskripsikan dan dideskripsikan, maka lingkaran dan tahapan kegiatan PR adalah
sebagai berikut:
1. Menganalisis perilaku umum dan hubungan organisasi terhadap lingkungan
2. Menentukan dan memahami secara benar perilaku tiap-tiap kelompok
terhadap organisasi.
3. Menganalisis tingkat opini publik, baik yang intern maupun yang ekstern.
4. Mengantisipasi kecenderungan-kecenderungan, masalah-masalah yang
potensial, kebutuhan-kebutuhan dan kesempatan-kesempatan.
5. Menentukan formulasi dan merumuskan kebijakan-kebijakan
6. Merencanakan alat atau cara yang sesuai untuk meningkatkan atau
mengubah perilaku kelompok masyarakat sasaran
7. Menjalankan dan melaksanakan aktivitas-aktivitas sesuai dengan program
yang telah direncanakan
8. Menerima umpan balik untuk dievaluasi, kemudian mengadakan
penyesuaian- penyesuaian yang diperlukan.

Bila langkah-langkah tersebut digambarkan , menurut Ruslan (2002:145)


akan tampak sebagai berikut:

ORGANISASI

EVALUASI DAN ANALISIS DAN


ADAPTASI RISET

UMPAN BALIK FORMULASI


KEBIJAKAN

KELOMPOK PERENCANAAN
PUBLIK DAN PENYUSUNAN

KOMUNIKASI

Syamil, Desember 2022


8
Gambar 1. Langkah-langkah proses kerja humas

Membuat program kerja PR yang efektif memang tidak mudah, karena target
audiensnya sangat kompleks dan manajemen organisasi yang didukung juga
kompleks. Oleh karena itu, keberhasilan manajemen PR sangat bergantung pada
status/kedudukan dan keterampilan para profesional PR. Ruslan (2002) mengatakan
bahwa upaya harus dilakukan agar penjangkauan universitas dapat memenuhi tugas-
tugas strategis:
a. Menempatkan posisi Humas dekat dengan pimpinan lembaga pendidikan agar
humas mengetahui secara jelas dan rinci mengenai pola perencanaan, kebijakan,
keputusan yang diambil, visi dan arah tujuan lembaga pendidikan ybs, agar tidak
terjadi kesalahan dalam penyampaian pesan dan onformasi yang bersal dari
lembaga pendidikan ke pada masyarakat.
b. Humas dalam memberikan informasi mewakili lembaga pendidikan tersebut dapat
dipertegas tentang batas-batas wewenang dan tanggungjawab dalam memberikan
keterangan (sebagai juru bicara). Dengan demikian humas akan selalu mengetahui
informasi secara jelas mengenai pelaksanaan dari keputusan atau kebijaksanaan
pimpinan lembaga pendidikan tersebut.
c. Pimpinan atau staf humas selalu diikutsertakan menghadiri setiap rapat atau
pertemuan pada tingkat pimpinan agar dapat mengetahui secra langsung dengan
tepat tentang ”latar belakang” suatu proses perencanaan, kebijaksanaan, arah dan
tujuan organisasi yang hendak dicapai, baik dalam jangka pendek maupun panjang.
d. Humas diberi fungsi koordinasi berhubungan secara langsung dan segera dengan
pimpinan puncak (Rektor/Direktur) tanpa melalui perantara pejabat/bagian lain
sehingga fungsi kehumasan berlangsung secara optimal, antisipatif dan dapat
melaksanakan berbagai macam perencanaan, peranan komunikasi. Atau dengan
kewenangan yang ada mampu mengatasi berbagai masalah yang mungkin akan
timbul tanpa diduga sebelumnya.
e. Humas harus bertindak secara proaktif dan dinamis, serta fleksibel sebagai nara
sumber atau mengatur saluran komun ikasi baik ke dalam maupun ke luar untuk
menghindarkan sikap reaktif (pasif) dalam menghadapi berbagai masalah atau
tantangan yang bakal dihadapinya.
f. Humas berperan melakukan tindakan mulai dari memonitor, merekam,
menganalisi, menelaah hingga mengevaluasi setiap reaksi feed back, khususnya
dalam upaya penilaian sikap tindak serta mengetahui persepsi masyarakat sebaagi
suatu akibat yang ditimbulkan dari keputusan yang diambil dan kebijakan telah
dijalankan oleh pihak lembaga pendidikan
g. Humas dapat memberikan sumbangsaran, ide, dan rencana atau program kerja
kehumasan untuk memperbaiki atau mempertahankan nama baik, kepercayaan,
dan citra organisasi terhadap publiknya., termasuk menjembatani atau
menyerasikan antara kebijaksanaan/keputusan pimpinan lembaga pendidikan
dengan kepentingan/keinginan masyarakat sekaligus memperoleh dlkungan dan
partisipasi dari masyarakat.

Syamil, Desember 2022


9
Senada dengan pendapat Ruslan, Nasution (2006) mengatakan agar tugas-tugas
Humas perguruan tinggi dapat berjalan dengan efektif maka:
1) Humas perlu diberi wewenang mendapatkan informasi dari semua unit
di universitas melalui rapat pimpinan.
2) Humas perlu diberi wewenang menyampaikan ide pada forum-forum resmi.
3) Humas sebagai lembaga harus dilengkapi dengan struktur yang lengkap,
peralatan yang memadai, dan staf humas yang profesional.
4) Status Humas perlu dekat dengan pimpinan perguruan tinggi (Rektor),
karena akan lebih efektif kalau secara struktur dapat langsung pada top
manajemen.
5) Agar sumber daya manusianya berkualitas, rekrutmen tenaga humas
perguruan tinggi harus selektif

IV. KESIMPULAN

Berbagai perubahan yang terjadi akibat globalisasi dan reformasi yang melanda
dunia/lembaga pendidikan memaksa perguruan tinggi untuk menata komunikasinya
untuk khalayak internal dan eksternal. Oleh karena itu diperlukan suatu jurusan yang
memiliki misi mengelola komunikasi dan informasi kepada masyarakat, sehingga
masyarakat memiliki pemahaman dan dukungan yang jelas terhadap berbagai kebijakan
dan produk universitas.Tugas dan peran civitas akademika universitas sebagai sumber
informasi harus diperkuat dari sisi personalia dan organisasi. Sasaran dan spesifikasi PR
dapat dicapai jika pekerjaan PR diorganisir dengan baik dengan bantuan manajemen PR
yang profesional.Dengan bantuan manajemen PR, program PR dapat dibuat dengan
benar karena didasarkan pada pemahaman yang jelas tentang konteks yang dihadapi
organisasi. Karena tugas utama perguruan tinggi berprestasi adalah membangun citra
positif, maka komunikasi sinergis antara perguruan tinggi dengan masyarakat dapat
terlaksana dan terbangun kelembagaan yang tanggap terhadap dinamika masyarakat.

Daftar Pustaka

Basikin, O., & Aronof, C. 1997. Public Relations:The Profession and the
Practice. Edisi Keempat, Madison,WI: Brown & Benchmark.
Cutlip, S.M.,Center,A.H. & Broom, G.M. 1994. Effective Public Relations.
Edisi keenam. New Jersey: Prentice Hall.
Grunig, J.E. 1992. Excellence in Public Relations and Communication
Management. New Jersey, Lawrence Erlbaum Associate, Inc.
I Gusti Ngurah Putra. 1999.Manajemen Hubungan Masyarakat.
Yogyakarta: Penerbit UAJ.
Jefkins, Frank. 1996. Public Relations (terjemahan). Jakarta: penerbit Erlangga
Rosady Ruslan.2002. Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Syamil, Desember 2022


10
Zulkarnain Nasution. 2006. Manajemen Humas di Lembaga Pendidikan.
Malang: UMM Press.
Faridah, Siti. 2020. “EDUSIANA : Jurnal Manajemen Dan Pendidikan Islam
MENINGKATKAN CITRA PUBLIK LEMBAGA PENDIDIKAN PADA MASA
PANDEMIC COVID-19” 7, no. 02: 129–39.
Laras, Dewi, and Iswahyuni Ainur Rifqi. 2017. “Implementasi Manajemen
Humas Dalam Meningkatkan Citra Sekolah Di Madrasah Ibtidaiyah Narrative Qur’an
Lamongan,” no. 3.
Meliana, Lutfi Mu’min, and Fitri. 2022. “Tantangan Manajemen Humas Dalam
Meningkatkan Mutu Pendidikan Di MAN 2 Bone.” Jurnal Mappesona 5, no. 1: 1–10.
https://jurnal.iain-bone.ac.id/index.php/mappesona/article/view/2494.
Roesminingsih, Erny, and M Si. n.d. “Manajemen Humas Untuk Meningkatkan
Mutu Perguruan Tinggi,” no. 2.
Sabastika, D Y, M R Rembang, and ... 2020. “Peran Humas Dalam
Mempromosikan Potensi Mahasiswa Sebagai Peningkat Citra Universitas Sam
Ratulangi.” Acta Diurna …, 1–8.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/actadiurnakomunikasi/article/view/
31569%0Ahttps://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/actadiurnakomunikasi/article/
download/31569/30155.

Syamil, Desember 2022


11

You might also like