You are on page 1of 6

KINETIKA REAKSI DEASETALISASI SINTESA KITOSAN DENGAN PENDEKATAN

SHRINKING CORE MODEL (SCM)

Annisa Rahmat1, Ahmad Fadli2, Amun Amri2


1
Mahasiswa Jurusan Teknik Kimia S1, 2Dosen Jurusan Teknik Kimia,
Fakultas Teknik, Universitas Riau
Kampus Binawidya Km 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru 28293
E-mail: annisawana1306@gmail.com

ABSTRACT
Chitosan is poly (2-amino-2-deoxy-β- (1-4) -D-glucopyranose) with molecular (C8H11NO4)n which
produced from chitin of ebi waste through deacetylation process. Chitosan can be synthesized from
ebi waste using chemical methods through deproteinasi, demineralization and deacetylation.
Research procedure was begining with the size reduction of ebi waste into powder size. Then the
powder was treated with NaOH 3.5% (deproteinasi), the ratio of deproteinasi 1:10 (w / v) for 2
hours and the stirring speed of 150 rpm. Deproteinasi product was treated with HCl 1 N
(demineralization), the ratio of demineralization 1:15 (w / v) for 1 h and the stirring speed of 150
rpm. Demineralised product was reacted using 50% NaOH (deacetylation), the ratio of
deacetylation 1:25 (w / v) at a speed of 100.150 stirring, and 200 rpm with a temperature of 120 °
C for 2 hours. Samples were taken every 10 minutes rise as much as 10 mL, washed until pH
neutral and dried. Deacetylation degree of chitosan analyzed using acid-base titration method. By
the range between in the stirring speed of 100-200 rpm it proved that the faster some mixing the
bigger it is of deacetylation of chitosan is between 74,54%-83,14%. Reaction kinetics model
suitable to describe the events that occur in the synthesis of chitosan was a model that was a layer
2 results (chitosan) to control.
Keywords: deacetylation, reaction kinetics, chitosan, waste ebi, shrinking core model.

1. PENDAHULUAN dilakukan adalah sintesis kitosan yang


Banyaknya udang ebi yang terdapat pada cangkang udang ebi tersebut.
diproduksi menyebabkan bertambahnya Kitosan telah digunakan secara luas
limbah cangkang udang ebi yang dapat dalam bidang medis terutama sebagai
mencemari lingkungan. Limbah udang yang biopolimer yang biasanya digabungkan
potensial ini merupakan bahan yang mudah dengan material pengganti tulang dan gigi
rusak karena degradasi enzim karena bersifat biocompatible,
mikroorganisme. Hal ini menimbulkan biodegradable, bioresorbable dan non-
masalah pencemaran lingkungan bagi toksik (Nather dkk, 2005). Kitosan juga
industri pengolahan yang membahayakan bersifat bioactive yang dapat meningkatkan
kesehatan manusia. Limbah ini juga sangat penyembuhan luka dan mempunyai sifat
menyita ruang akibat bau yang antimikroba yang membuatnya dapat
ditimbulkannya sehingga memerlukan digunakan sebagai pelapis bioaktif dalam
tempat tertutup yang luas untuk meningkatkan osseointegrasi dari implan
menampungnya. Salah satu upaya yang tulang. Kitosan biasanya digabungkan
dengan senyawa kalsium fosfat seperti

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 2. Oktober 2017 1


hidroksiapatit untuk dibentuk menjadi pelet heterogen merupakan reaksi yang terjadi
berpori yang menyediakan jaringan untuk antara dua fasa berbeda. Reaksi tersebut
migrasi sel sehingga memungkinkan dipengaruhi oleh beberapa faktor
terjadinya pertumbuhan jaringan (Zhao dkk, diantaranya konsentrasi reaktan, waktu
2002). reaksi, temperatur proses dan kecepatan
Kitosan yang tersusun dari 2-amino-2- pengadukan. Kitosan yang dihasilkan
deoksi-ß-D-glukosa dapat diperoleh dengan digunakan untuk meninjau model kinetika
cara mengolah kitin. Pengubahan molekul reaksi.
kitin menjadi kitosan diperoleh dengan cara
mengubah gugus asetamida (–NHCOCH) 2. METODE PENELITIAN
pada kitin menjadi gugus amina (–NH3) 2.1 Bahan dan Alat
pada kitosan. Proses penghilangan gugus 2.1.1 Bahan
asetil pada kitin untuk mengubah kitin Bahan baku dalam penelitian ini
menjadi kitosan dapat dilakukan dengan diantaranya adalah limbah ebi yang
menggunakan larutan basa pekat (Yoshida diperoleh dari hasil pengolahan industri
dkk, 2009). Ukuran yang menyatakan udang ebi di Desa Kuala Enok Kecamatan
besarnya penghilangan gugus asetil pada Indaragiri Hilir, Riau. Bahan pendukung
gugus asetamida dinyatakan dengan berupa NaOH (Merck, Jerman), HCl
paremeter derajat deasetilasi (DD). (Merck, Jerman), akuades (Brataco
Salah satu bahan baku pembuatan Chemical, Indonesia), Indikator Metil
kitosan dapat diperoleh dari limbah Orange (Merck, Jerman).
cangkang udang yang diperoleh dari
industri pengolahan udang ebi yang ada di 2.1.2 Alat
Kabupaten Indragiri Hilir dengan jumlah Peralatan utama yang digunakan berupa
limbah sekitar 1-3 ton/bulan. Limbah timbangan analitik, ayakan (20, 40, 50 dan
cangkang yang dihasilkan dari proses 80 mesh), magnetic stirrer (Dragon lab,
pengolahan udang tersebut berkisar antara China), gelas ukur 100 mL, labu ukur 100
30-75% dari berat total udang (Darmawan mL dan 1000 mL, reaktor 1000 mL,
dkk, 2007). Cangkang udang diketahui kondensor dan kertas indikator pH.
mengandung kitin sebesar 18,7% (Mawarda Sedangkan alat
dkk, 2011). pendukung diantaranya adalah termometer
Proses dalam pembuatan kitosan raksa, oven, cawan porselin, batang
terbagi menjadi 2 metode yaitu dengan pengaduk, corong, kertas saring whatman,
menggunakan metode enzimatis (Yang et pipet tetes, alumunium foil, statif dan klem
al, 2000) dan metode kimiawi serta buret 100 mL.
(Purwatiningsih, 1992). Adapun proses Variabel Penelitian terdiri dari
utama dalam pembuatan kitosan, meliputi variabel tetap dan variabel berubah.
penghilangan protein (deproteinasi), Variabel tetap pada penelitian ini Cangkang
penghilangan kandungan mineral Udang Ebi, NaOH 3,5 % (w/v) untuk
(demineralisasi) dan proses pemutusan proses deproteinasi, HCl 1 N untuk proses
gugus asetil (deasetilasi) (Tolaimatea et al, demineralisasi dan HCL 1,5 N untuk proses
2003). uji DDANaOH 50 % (w/v) untuk prosses
Dalam proses deasetilasi kitosan akan deasetilasi, suhu 100oC.
melibatkan reaksi heterogen. Reaksi

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 2. Oktober 2017 2


Variabel berubah pada penelitian ini 1 N dengan rasio berat kulit udang dengan
adalah Variasi kecepatan pengadukan volume larutan 1:15 (b/v) pada suhu 30○C
100,150, dan 200 rpm . selama 1 jam dengan pengadukan 150 rpm
lalu kemudian disaring dengan kertas saring
2.2 Prosedur Penelitian whatman untuk diambil residunya dan
Penelitian ini akan dilaksanakan dicuci menggunakan akuades sampai pH
melalui beberapa tahapan yaitu persiapan netral .Endapan hasil penyaringan
bahan baku, persiapan larutan: HCl 1N dan dikeringkan dalam oven pada suhu 100oC
1,5 N, NaOH 3,5% dan 50%. dan alat, selama 4 jam.
proses deasetilasi, sintesa kitosan meliputi c) Proses Deasetilasi
Isolasi kitin (proses deproteinasi dan proses Pada proses deasetilasi sebanyak 20
demineralisasi) dan tarnsfomasi kitin gram kitin direaksikan dengan 400 mL
(proses deasetilasi). dan penentuan model NaOH 50% dengan rasio massa kitin dan
kinetika reaksi yang berpengaruh dalam larutan NaOH 1:20 (b/v) pada kecepatan
proses sintesis kitosan.. pengadukan 100,150,dan 200 rpm.
Campuran direaksikan selama 2 jam dengan
2.2.1 Tahap Persiapan suhu konstan 120oC. Selama waktu
Persiapan bahan baku diawali deasetilasi 0–120 menit, sampel diambil
dengan membersihkan kulit udang dengan menggunakan suntik sebanyak 10 mL agar
cara dicuci dua kali dengan akuades hingga didapat padatan kitosan dan larutan
kotorannya hilang. setelah itu dioven untuk garamnya. Padatan kitosan dipisahkan
menghilangkan kadar airnya dengan suhu dengan larutan garamnya kemudian dicuci
100 oC hingga nilainya konstan. Cangkang dengan akuades hingga pH netral. Padatan
udang yang sudah kering diblender hingga yang telah netral disaring dan dikeringkan
halus kemudian diayak dengan ukuran menggunakan oven dengan suhu 100oC
partikel 100 mesh. selama 30 menit.
d) Penentuan Derajat Deasetilasi
2.2.2 Tahap Penelitian Sebanyak 0,125 gr kitosan kering
a) Proses Deproteinasi dilarutkan kedalam 25 mL larutan HCl 0,1
Penghilangan protein dilakukan M dan sebanyak 2 tetes indikator metil
dengan mereaksikan serbuk cangkang orange ditambahkan kedalam larutan
dengan NaOH 3,5 % dengan rasio berat tersebut. Sampel kemudian ditirasi dengan
kulit udang dengan volume larutan 1:10 menggunakan NaOH 0,1 M sampai terjadi
(b/v) pada suhu 65○C selama 2 jam dengan perubahan warna menjadi kuning.
pengadukan 150 rpm lalu kemudian e) Pengujian Model
disaring dengan kertas saring whatman Derajat deasetilasi (DD) yang didapat
untuk diambil residunya dan dicuci dari eksperimen akan diplotkan terhadap
menggunakan akuades sampai pH netral. grafik antara fraksi padat (1-Xb) vs waktu
Endapan hasil penyaringan dikeringkan reaksi ( ), kemudian akan dicocokan
dalam oven pada suhu 100oC selama 4 jam. terhadap grafik dari referensi yang ada
b) Proses Demineralisasi
Proses demineralisasi dilakukan
dengan mereaksikan serbuk cangkang
udang hasil proses deproteinasi dengan HCl

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 2. Oktober 2017 3


3. HASIL DAN PEMBAHASAN pucat, hal ini dikarenakan padatan
3.1 Hasil Sintesis Kitosan kehilangan protein. Dari hasil
Kitosan merupakan senyawa turunan demineralisasi ditandai dengan perubahan
dari kitin yang dapat dihasilkan dari proses warna kuning lebih pekat daripada
deasetilasi. dengan cara menghilangkan deproteinasi karena mengandung pigmen
gugus asetil (CH3-CO) dengan atom kerotenoid (Fernandeskim, 2004). Pigmen
hidrogen (H) menjadi gugus amina (NH2) kerotenoid tidak berkurang hanya
(Rathke dan Hudson, 1994 diacu dalam mengalami sedikit perubahan, karena
Smith, 2005). Pada penelitian ini kitosan pigmen kurang stabil dalam pH rendah
yang dihasilkan berasal dari kitin yang telah maupun larutan asam (Sikorsi, 2006). Dan
diisolasi dari limbah ebi. Kitosan yang pada proses deasetilasi dimana yang
dihasilkan memiliki kandungan derajat dihasilkan merupakan kitosan, kitosan yang
deasetilasi sebesar 83,14 % pada kecepatan berwarna lebih kuning pucat dibandingkan
pengdukan 200 rpm. Kemudian pada hasil dari demineralisasi, dikarenakan
kecepatan pengadukan 150 rpm nilai derajat adanya pigmen keratenoid yang berubah
deasetilasi sebesar 81,23 %. Dan pada warna kembali (Robert, 1992).
kecepatan pengadukan 100 rpm nilai derajat
deasetilasi sebesar 74,54%. 3.2 Penentuan Model
Kandungan kitin diisolasi Reaksi deasetilasi merupakan reaksi
menggunakan metode kimiawi melalui heterogen yang terdiri dari reaktan berupa
tahap deproteinasi dan demineralisasi. Pada padatan kitin dan larutan NaOH. Penentuan
proses deproteinasi menghasilkan padatan model kinetika reaksi heterogen dapat
kitin-mineral yang telah terbebas dari menggunakan pendekatan Shrinking Core
protein didalamnya. Ini ditandai dengan Model (SCM) (Levespiel, 1972).
hasil deproteinasi yang berwarna merah Dalam penentuan model, fraksi
muda pucat dikarenakan protein yang kitosan (Xb) dan waktu reaksi akan diplot
hilang. dalam sebuah grafik. Grafik yang
dihasilkan akan digunakan sebagai
indikator penentuan model.
Adapun reaksi pada pembuatan
kitosan dapat dilihat dari persamaan
dibawah ini :

NaOH+(C8H13NO5)n (C6H11NO4)n+
CH3COONa...................................( pers. 1)

Dalam menggambarkan pemodelan


Gambar 1. Hasil proses Deasetilasi reaksi, tinjauan dilakukan terhadap
seberapa banyak kitosan yang dihasilkan
Hasil yang diperoleh setelah proses (fraksi massa kitosan) dan waktu sampling.
deproteinasi, demineralisasi dan deasetilasi.
Dari proses deproteinasi menghasilkan
padatan kitin-mineral (bebas protein)
ditandai dengan adanya warna merah muda

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 2. Oktober 2017 4


1 model 1
DAFTAR PUSTAKA
0.9 Levenspiel, O. 1972. Chemical Reaction
model 2
0.8 Engineering. 2nd edition. Singapore :
model 3
0.7 John Willey and Sons Inc.
0.6 experiment Mawarda, P., Triana, R dan Nasrudin .
1-Xb

0.5 2011. Fungsionalisasi Limbah


0.4
Cangkang Udang untuk
0.3
Meningkatkan Kandungan Kalsium
0.2
0.1 Susu Kedelai sebagai Penambah Gizi
0 Masyarakat. Skripsi. Institut Pertanian
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 Bogor. Bogor.
t/τ
Meyers, S dan Bligh, D. 1981.
Gambar 2. Hubungan antara
Characterization of Astaxanthin
Konversi Kitosan (1-Xb) terhadap
Waktu Reaksi (t/ ) Pada kecepatan Pigments from Heat-Processed
pengadukan 100 rpm Crawfish Waste. Journal of
Agriculture and Food Chemistry. 29 :
Gambar 2 menunjukkan bahwa model 505-508.
kinetika yang paling baik dalam Nasution, P., Sumiati, S dan Wardana, I.
menggambarkan peristiwa yang terjadi pada 2014. Studi Penurunan Tss, Turbidity
saat proses deasetilasi kitin menjadi kitosan dan Cod dengan Menggunakan
adalah model 2 yaitu proses difusi melalui Kitosan dari Limbah Cangkang
lapisan hasil (kitosan) karena memiliki Keong Sawah (Pila Ampullacea sp)
persentase kesalahan yang terkecil. sebagai Biokoagulan dalam
Pengolahan Limbah Cair Pt. Sido
4. KESIMPULAN Muncul, Tbk Semarang. Skripsi.
Kecepatan pengadukan berpengaruh Universitas Diponegoro. Semarang.
terhadap derajat deasetilasi yang diperoleh , Nather, A dan Zameer, A. 2005. Bone
semakin cepat pengadukan maka semakin Grafts and Bone Substitutes - Basic
besar derajat deasetilasi yang diperoleh. Science and Clinical Applications.
Derajat deasetilasi yang diperoleh pada World Scientific Publishing Co. Pte.
suhu 120oC dengan kecepatan pengadukan Ltd
100 rpm, 150 rpm, dan 200 rpm adalah Purwatiningsih. 1992. Isolasi Kitin dan
74,54%, 81,23% dan 83,14%.Model Komposisi Senyawa Kimia Limbah
kinetika yang cocok untuk menggambarkan Udang Windu (Panaeus Monodon sp).
peristiwa pada sintesis kitosan dari limbah Tesis. Institut Teknologi Bandung.
ebi adalah model 2, yaitu difusi melalui Bandung.
lapisan hasil (kitosan) dengan nilai Robert, G. 1992. Chitin Chemistry. United
persentase eror antara 20,83- 16,95%. Kingdom : The Macmillan Press.
Sikorski, E. 2007. Chemical and Functional
Properties of Food Components. 3rd
edition. United States of Anerica :
CRC Press.

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 2. Oktober 2017 5


Yang, J., Tzeng Y, dan Wang, S. 2000.
Production and Purifikaction of
Protese from a Bacillus Subtilis that
Can Deproteinize Crustacean Waste.
Enzyme Mircrobiology and
Tecnology. 26 : 406-423.
Zhao F., Yin, Y., Lu, W., Leong, J., Zhang,
W., Zhang, J., Zhang M dan Kangde,
K. 2002. Preparation and Histological
Evaluation of Biomimetic Three-
Dimensional
Hydroxyapatite/Chitosan-Gelation
Network Composite Scaffolds.
Biomaterials. 23 : 3227-3234.

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 2. Oktober 2017 6

You might also like