You are on page 1of 7

Jurnal Ilmu Peternakan dan Veteriner Tropis, September 2018, hal. 45 – 50 Vol. 8 No.

2
e-ISSN: 2620-9403 p-ISSN: 620-939X

PENGAMATAN PERTUMBUHAN KAMBING PERANAKAN ETAWAH


YANG DIPELIHARA INTENSIF DI KABUPATEN MANOKWARI

OBSERVATION OF GROWTH THE PERANAKAN ETAWAH GOATS IN INTENSIVE


MAINTENANCE IN MANOKWARI REGENCY
Nani Zurahmah
Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Manokwari
ABSTRACT

This study aims to observe the growth of Peranakan Etawah goats (PE goat)
that are maintained intensive in Manokwari regency. The research material used
was 50 PE goats that were born from 42 parents. The research method used is
suvei with case study technique. The sample of pregnant goat used was taken by
purposive sampling. The observed variables were birth weight, body weight 90
days and daily weight gain of goats studied. Data on the results of the study were
Article history analyzed using the t-test to compare growth of the goats observed by type of
Accepted: May 4, 2018 ; birth (single vs twin) and sex (male vs female). The results of statistical analysis
Approved: June 1, 2018 showed that birth weight (3.01 ± 0.44 kg) and body weight 90 days (9.09 ± 1.77
* Corresponding author: kg) in single-birth-type PE goats were higher (P <0.05) than birth weight ( 2.76
E-mail: ± 0.44kg) and body weight of 90 days (8.07 ± 1.67kg) in twin goat birth type.
nazur201162@gmail.com However, the single birth weight of single-birthed PE goats (65.58 ± 17.53g)
was statistically not different (P> 0.05) with the multiple births (58.96 ± 19.23g).
Also known that birth weight (3.16 ± 0.47 kg) and body weight 90 days (9.22 ±
1.77 kg) in male PE goats was higher (P <0.05) than birth weight (2.68 ±
0.29kg) and body weight 90 days (8.27 ± 1.71kg) in the female. While the
weight of male goat PE (64.26 ± 18.86g) was statistically not different (P> 0.05)
with the female (62.18 ± 17.79g).

Keywords: PE goat, growth, birth type, sex.

PENDAHULUAN Papua Barat pada tahun 2007 sebanyak 450


ekor (Fatem, 2016).
Kambing Peranakan Etawah (PE) Kemampuan produksi kambing PE di
merupakan hasil persilangan antara kambing berbagai lokasi di Indonesia masih sangat
Etawah dengan kambing Kacang. Batubara beragam. Sutama (2007) melaporkan bahwa
dkk. (2016) menginformasikan bahwa ciri-ciri berat lahir kambing PE sebesar 3,71±0,98 kg.
dominan pada rumpun Kambing PE adalah Penelitian Kurnianto, dkk. (2007) di Pusat
telinganya panjang dan terkulai sampai 18 – Pembibitan Kambing Sumberrejo Kendal
30 cm, warna bulu bervariasi dari coklat muda menemukan bahwa kambing PE yang
sampai hitam, pada yang jantan bulu bagian dilahirkan tunggal memiliki berat lahir (3,47 ±
atas leher, pundak lebih tebal dan agak 0,46 kg) lebih tinggi dibandingkan yang
panjang, sedang yang betina bulu panjangnya dilahirkan kembar dua (3,00±0,35 kg), dan
hanya terdapat pada bagian paha, bobot badan berat lahir kambing PE jantan (3,34±0,48kg)
jantan dewasa 40 kg dan betina 35 kg dan lebih tinggi dibandingkan yang betina
tinggi pundaknya 76-100 cm (SNI 7325.2008). (3,12±0,44 kg). Kaunang dkk. (2013)
Hingga kini kambing PE telah menyebar luas melaporkan bahwa jenis kelamin berpengaruh
hampir ke seluruh pelosok tanah air, termasuk terhadap berat lahir kambing PE. Hasil
di tanah Papua. Kambing PE diintroduksikan penelitiannya menunjukkan bahwa rata-rata
ke wilayah kabupaten Manokwari, provinsi berat lahir kambing PE jantan (3,36 ± 0,40 kg)
lebih tinggi dibandingkan rata-rata berat lahir

45
Zurahmah Pengamatan Pertumbuhan Kambing Peranakan Etawah

yang betina (2,49±0,32). Setiadi dan Sitorus yang terlahir tunggal memiliki berat tubuh
(1984) juga melaporkan bahwa berat lahir lebih tinggi dibandingkan kambing PE yang
kambing PE jantan (2,56 kg) lebih tinggi terlahir kembar. Hasil penelitian Kurnianto,
dibandingkan berat lahir yang betina (2,46 kg). dkk. (2007) juga menemukan berat sapih
Anak kambing akan disapih induknya kambing PE yang terlahir tunggal (9,59±1,39
ketika produksi air susu induk telah menurun kg) lebih tinggi dibanding berat sapih kambing
atau terhenti. Direktorat Bina Produksi PE yang terlahir kembar dua (8,35 ± 1,28 kg).
Peternakan (1981) menetapkan umur sapih 90 Selain tipe kelahiran, jenis kelamin
hari, dengan alasan anak kambing sudah cukup kambing diketahui berpengaruh terhadap berat
menerima air susu dari induknya dan telah sapih. Kaunang dkk. (2013) melaporkan
mampu memakan pakan padat. Menurut bahwa berat sapih kambing PE jantan sebesar
Sutama (2007) berat sapih dipengaruhi oleh 11,7±1,83 kg dan 11,5±2,18 kg untuk kambing
kondisi induk, serta jumlah dan kondisi anak PE betina. Informasi lain menyebutkan berat
yang dilahirkan. Lu (2002) menambahkan sapih kambing PE betina sebesar 8,30 kg dan
bahwa berat sapih pada kambing bervariasi jantan sebesar 9,50 kg (Triwulaningsih, 1988).
dan tergantung pada faktor genetik, umur Setiadi dan Sitorus (1984) melaporkan bahwa
sapih, kesehatan serta manajemen berat sapih pada umur 90 hari pada kambing
pemeliharaan, terutama aspek pemberian PE jantan (18,15 kg) lebih tinggi dibandingkan
pakan yang sangat berpengaruh terhadap betina (14,53 kg). Faktor hormon androgen
kemampuan induk memproduksi susu selama yang terdapat pada jantan diduga sebagai
masa pertumbuhan pra sapih anaknya. penyebab perbedaan berat lahir dan berat sapih
Kambing termasuk ternak yang prolifik, kambing PE jantan dan betina.
dapat beranak kembar dua, bahkan kembar Dengan diketahuinya berat lahir dan berat
tiga sepelahiran walaupun persentasenya badan pada umur tertentu dari kambing, maka
rendah. Faozi dkk. (2013) melaporkan bahwa dapat diketahui pertumbuhan atau
tipe kelahiran berpengaruh terhadap berat pertambahan berat badan hariannya. Edey et al.
sapih anak kambing. Anak kambing yang (1983) menyatakan bahwa pertumbuhan pra
dilahirkan tunggal memiliki berat tubuh lebih sapih dipengaruhi oleh faktor genetik, berat
tinggi dibandingkan yang dilahirkan kembar. lahir, produksi susu induk, tipe kelahiran,
Kompetisi diantara saudara kembar dalam umur induk, jenis kelamin, dan umur sapih.
memperoleh air susu induk diduga sebagai Nilai pertambahan berat badan harian pra
penyebab rendahnya berat sapih anak kambing sapih dapat diketahui dengan menghitung
yang dilahirkan kembar. Ngadiyono dkk. selisih berat badan saat disapih dan berat lahir
(1984) melaporkan bahwa pada pemeliharaan dibagi umur saat disapih. Setiadi dan Sitorus
tradisional, persentase induk kambing yang (1984) melaporkan pertambahan berat badan
melahirkan anak tunggal, kembar-2 dan harian dari lahir sampai disapih umur 90 hari
kembar-3 berturut-turut sebesar 56,25%, pada kambing PE jantan sebesar 72,93
31,25%, dan 12,50%. Setiadi dan Sitorus g/ekor/hari dan pada yang betina sebesar 61,
(1984) melaporkan bahwa tipe kelahiran 21 g/ekor/hari.
tunggal, kembar-2 dan kembar-3 pada Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa
kambing PE berturut-turut sebesar 84,2%, kajian mengenai kemampuan produksi dan
13,4%, dan 2,4%. Sodiq dan Sadewo (2008) reproduksi pada kambing PE telah banyak
menyatakan bahwa liiter size kambing sangat dilakukan para peneliti Indonesia, terutama
dipengaruhi oleh paritas dan ukuran badan kambing PE yang berada di wilayah Indonesia
induk. Induk dengan postur tubuh yang besar bagian barat. Permasalahannya, kajian serupa
menghasilkan jumlah anak seperindukan lebih belum banyak dilakukan di wilayah Indonesia
besar. Hasil penelitian Kaunang dkk. (2013) bagian timur. Kondisi alam Papua yang
menemukan bahwa litter size kambing PE mendukung tersedianya pakan melimpah
sebesar 1,5 ekor per kelahiran. sepanjang tahun diduga dapat menyebabkan
Faozi dkk. (2013) melaporkan bahwa tipe perbedaan kemampuan produksi maupun
kelahiran berpengaruh terhadap berat tubuh reproduksi dari bangsa kambing ini dengan
pra sapih kambing PE, dimana kambing PE wilayah lain di Indonesia. Berdasarkan

46
Jurnal Ilmu Peternakan dan Veteriner Tropis, September 2018, hal. 45 – 50 Vol. 8 No. 2
e-ISSN: 2620-9403 p-ISSN: 620-939X
pemikiran tersebut maka penelitian ini badan umur 90 hari (kg), dilakukan
dilakukan dengan tujuan mengamati penghitungan pertambahan berat badan harian
pertumbuhan anak kambing PE yang masing-masing anak kambing PE yang diamati
dipelihara secara intensif di wilayah kabupaten dengan formula: Pertambahan berat badan
Manokwari. harian (g/ekor/hari) = [{(berat badan umur 90
hari – berat lahir)/90 hari} x 1.000 g ].
METODE PENELITIAN Data berat lahir, berat badan umur 90 hari
dan pertambahan berat badan harian yang
Bahan penelitian yang digunakan adalah diperoleh dianalisis menggunakan uji-t 2 untuk
50 anak kambing PE yang dilahirkan dari 42 membandingkan pertumbuhan anak kambing
induk. Teknik pengambilan sampel induk yang diamati berdasarkan tipe kelahiran
bunting dilakukan secara purposive sampling. (tunggal vs kembar) dan jenis kelamin (jantan
Kriteria pemilihan induk bunting kambing PE vs betina). Hipotesis yang diajukan adalah: (1)
sebagai sampel adalah induk bunting kambing berat lahir, berat badan umur 90 hari dan
PE, induk tersebut berumur kurang dari 5 pertambahan berat badan harian kambing PE
tahun (berdasarkan gigi geligi), dan dipelihara tipe kelahiran tunggal lebih tinggi
secara intensif di wilayah penelitian. Alat yang dibandingkan kambing PE tipe kelahiran
digunakan adalah timbangan kapasitas 100 kg kembar; (2) berat lahir, berat badan umur 90
(ketelitian 0,5 kg). Metode penelitian yang hari dan pertambahan berat badan harian
digunakan adalah survei dengan teknik studi kambing PE jantan lebih tinggi dibandingkan
kasus. Sebagai kasus adalah induk kambing kambing PE betina. Analisis data dilakukan
PE dan anaknya yang dilahirkan dan dipelihara dengan bantuan MINITAB Release 13.2 for
intensif dalam kondisi lingkungan Windows.
pemeliharaan di Manokwari.
Pengamatan dilakukan langsung di lapang HASIL DAN PEMBAHASAN
terhadap anak kambing PE yang dilahirkan,
meliputi tipe kelahiran, jenis kelamin, berat Data berat lahir, berat badan umur 90 hari
lahir dan berat badan umur 90 hari. dan pertambahan berat badan harian yang
Penimbangan berat lahir dilakukan tidak lebih dikelompokkan berdasarkan tipe kelahiran dan
dari 24 jam setelah dilahirkan induknya. jenis kelamin pada kambing PE yang diteliti,
Berdasarkan data berat lahir (kg) dan berat disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Data berat lahir, berat badan umur 90 hari dan pertambahan berat badan harian (PBBH)
berdasarkan tipe kelahiran dan jenis kelamin pada kambing PE penelitian.
Tipe Kelahiran Jenis Kelamin
Variabel Pengamatan Tunggal Kembar-2 Jantan Betina
(n=34) (n=16) (n=26) (n=24)
Berat Lahir (kg) 3,01±0,44a 2,76±0,46b 3,16±0,47a 2,68±0,29b
Berat Badan 90 Hari (kg) 9,09±1,77a 8,07±1,67b 9,22±1,77a 8,28±1,71b
a
PBBH (g/hari/ekor) 67,58±17,53 59,00±19,23a 67,26±18,86 a
62,18±17,79a
*)
Superskrip yang berbeda dalam baris yang sama tipemenunjukkan terdapat perbedaan signifikan (P<0,05).

Berat lahir tunggal (3,47 ± 0,46 kg) lebih tinggi secara


Hasil analisis statistik terhadap data signifikan daripada rata-rata berat lahir
penelitian ini diketahui bahwa kambing PE kambing PE dengan tipe kelahiran kembar dua
tipe kelahiran tunggal memiliki berat lahir (3,00 ± 0,35 kg). Faktor yang menyebabkan
(3,01 ± 0,44 kg) lebih tinggi (P<0,05) berat lahir lebih kecil pada tipe kelahiran
dibandingkan tipe kelahiran kembar (2,76 ± kembar kemungkinan berkaitan dengan
0,44 kg). Hal ini sesuai dengan temuan kapasitas uterus induk sewaktu bunting yang
Kurnianto, dkk. (2007) bahwa rata-rata berat lebih padat daripada fetus tunggal. Kapasitas
lahir kambing PE dengan tipe kelahiran yang terlalu padat pada tipe kembar

47
Zurahmah Pengamatan Pertumbuhan Kambing Peranakan Etawah

menyebabkan kompetisi dalam mendapatkan (2013) bahwa tipe kelahiran berpengaruh


nutrisi dari induk sehingga menyebabkan berat nyata (P<0,05) terhadap berat tubuh pra sapih
lahir yang rendah. Selain itu fetus tunggal kambing PE, dimana kambing PE yang
tentunya mendapat suplai nutrisi yang lebih dilahirkan tunggal memiliki berat tubuh lebih
besar daripada fetus kembar. tinggi dibandingkan kambing PE yang
Selain tipe kelahiran, hasil penelitian ini dilahirkan kembar. Hasil penelitian Kurnianto,
juga memperlihatkan bahwa jenis kelamin dkk. (2007) di Pusat Pembibitan Kambing
mempengaruhi berat lahir (Tabel 1). Pada Sumberrejo Kendal juga melaporkan rata-rata
penelitian ini diketahui bahwa rata-rata berat berat sapih umur 90 hari kambing PE tipe
lahir kambing PE jantan (3,16±0,47kg) lebih kelahiran tunggal adalah (9,59 ± 1,39 kg) lebih
tinggi secara signifikan dibandingkan kambing tinggi secara signifikan dibanding rata-rata
PE betina (2,68±0,29kg). Penelitian ini sesuai berat sapih umur 90 hari kambing PE dengan
dengan laporan Kurnianto dkk. (2007) bahwa tipe kelahiran kembar dua (8,35 ± 1,28 kg).
rata-rata berat lahir kambing PE jantan Faktor yang menyebabkan adanya
(3,34±0,48kg) lebih tinggi dibandingkan yang perbedaan berat badan pada saat disapih pada
betina (3,12±0,44 kg). Demikian pula hasil kambing PE yang dilahirkan tunggal dan
penelitian Kaunang dkk. (2013) yang kembar diduga dikarenakan adanya kompetisi
melaporkan bahwa rata-rata berat lahir yang ketat antara anak kambing yang
kambing PE jantan (3,36±0,40 kg) lebih tinggi dilahirkan kembar dalam memperoleh air susu
dari rata-rata berat lahir kambing PE betina induknya, sementara produksi susu induknya
(2,49±0,32 kg). terbatas. Kompetisi ini menyebabkan nutrisi
Rata-rata berat lahir kambing PE jantan yang diperoleh untuk pertumbuhan anak
yang ditemukan penelitian ini (3,16±0,47 kg) kambing yang dilahirkan kembar lebih sedikit
masih lebih rendah dibandingkan laporan dibandingkan anak kambing yang dilahirkan
Kurnianto dkk. (2007), yaitu sebesar tunggal, sehingga berat badan saat disapih
3,34±0,48kg, maupun laporan Kaunang dkk. pada anak kambing kelahiran tunggal lebih
(2013), yaitu sebesar 3,36±0,40 kg, namun tinggi dibandingkan berat badan saat disapih
lebih tinggi dibandingkan laporan Setiadi dan anak kambing yang dilahirkan kembar.
Sitorus (1984), yaitu hanya sebesar 2,56 kg. Dugaan ini diperkuat dengan pernyataan Lu
Untuk rata-rata berat lahir kambing PE betina (2002) bahwa berat badan saat disapih pada
yang ditemukan pada penelitian ini (2,68±0,29 kambing bervariasi dan tergantung pada faktor
kg) jauh lebih rendah dibandingkan laporan genetik, umur saat disapih, kesehatan serta
Kurnianto dkk. (2007) yaitu sebesar 3,12±0,44 manajemen pemeliharaan, terutama adalah
kg, namun lebih tinggi dibandingkan laporan aspek pemberian pakan yang sangat
Kaunang dkk. (2013), yaitu sebesar 2,49±0,32 berpengaruh terhadap kemampuan induk
kg, dan juga laporan Setiadi dan Sitorus (1984), dalam memproduksi susu selama masa
yang menemukan berat lahir kambing PE pertumbuhan kambing sebelum disapih.
betina hanya sebesar 2,46 kg. Perbedaan berat Selain tipe kelahiran, faktor jenis kelamin
lahir kambing jantan dan betina diduga sebagai kambing PE juga berpengaruh terhadap berat
akibat faktor hormon androgen yang terdapat badan saat disapih. Dalam penelitian ini
pada sistem hormonal kambing jantan ditemukan bahwa rata-rata berat sapih umur 90
sehingga menyebabkan berat lahir jantan lebih hari pada kambing PE jantan (9,22±1,77 kg)
tinggi dibandingkan betina. lebih tinggi (P<0,05) dibandingkan dengan
yang betina (8,27±1,71 kg). Hasil penelitian
Berat badan umur 90 hari ini sesuai dengan laporan Kurnianto, dkk
Hasil analisis statistik menunjukkan (2007) bahwa rata-rata berat sapih umur 90
bahwa tipe kelahiran tunggal pada anak hari pada kambing PE jantan (9,00 ± 1,42 kg)
kambing PE yang diamati dalam penelitian ini lebih tinggi secara signifikan dibandingkan
memiliki berat badan umur 90 hari (9,09 ± berat sapih umur 90 hari pada kambing PE
1,77 kg) lebih tinggi (P<0,05) dibandingkan betina (8.97 ± 1.54 kg). Sulastri (2001)
tipe kelahiran kembar (8,07 ± 1,67 kg). Hasil juga melaporkan hasil penelitian di UPPT
penelitian ini sesuai dengan laporan Faozi dkk. Singosari Kabupaten Malang, bahwa rata-rata

48
Jurnal Ilmu Peternakan dan Veteriner Tropis, September 2018, hal. 45 – 50 Vol. 8 No. 2
e-ISSN: 2620-9403 p-ISSN: 620-939X
berat sapih 90 hari kambing PE jantan dan menunjukkan bahwa PBBH tersebut tidak
betina masing-masing 19,82 ± 0,19 kg dan dipengaruhi (P>0,05) oleh perbedaan tipe
18,62 ± 2,01 kg. kelahiran (tunggal vs kembar) maupun jenis
Berat sapih kambing PE jantan maupun kelamin (jantan vs betina). Hasil penelitian ini
betina yang ditemukan pada penelitian ini jauh tidak sesuai dengan pernyataan Edey et al.
lebih rendah dibandingkan dengan laporan (1983) yang menyatakan bahwa pertumbuhan
Setiadi dan Sitorus (1984) bahwa berat sapih sebelum disapih dipengaruhi oleh faktor
umur 90 hari pada kambing PE jantan sebesar genetik, tipe kelahiran dan jenis kelamin anak
18,15 kg, dan yang betina sebesar 14,53 kg. kambing, disamping faktor lain seperti berat
Kaunang dkk. (2013) juga melaporkan bahwa lahir, produksi susu induk, umur induk dan
berat sapih kambing PE yang berasal dari hasil umur sapih. Diduga penyebab ketidaksesuaian
perkawinan alami adalah sebesar 11,7±1,83 kg ini karena faktor lingkungan penelitian yang
(n=34) untuk yang jantan dan 11,5±2,18 kg berbeda dan juga jumlah sampel penelitian ini
(n=34) untuk cempe betina. Namun, berat kurang banyak.
sapih yang ditemukan dalam penelitian ini
hampir sama dengan yang dilaporkan KESIMPULAN
Triwulaningsih (1988) yaitu sebesar 8,30 kg
untuk kambing PE betina dan yang jantan Tipe kelahiran tunggal pada kambing PE
sebesar 9,50 kg. Perbedaan berat sapih antara yang dipelihara intensif di Manokwari
kambing jantan dan betina ini diduga menampilkan berat lahir dan berat badan umur
disebabkan adanya hormon androgen yang 90 hari yang lebih tinggi dibandingkan tipe
terkandung dalam tubuh ternak jantan, dan kelahiran kembar. Penampilan berat lahir dan
juga nafsu makan ternak jantan lebih tinggi berat badan umur 90 hari yang tinggi juga
dibandingkan betina. Hormon androgen diperlihatkan pada kambing PE jantan
berfungsi meningkatkan retensi nitrogen, dan dibandingkan yang betina. Namun, perbedaan
retensi nitrogen yang tinggi akan tipe kelahiran maupun jenis kelamin tidak
meningkatkan pertumbuhan. Oleh karena itu memperlihatkan perbedaan pertambahan berat
berat sapih kambing PE jantan akan lebih badan sejak lahir hingga umur 90 hari pada
tinggi dibandingkan kambing PE betina. kambing PE yang dipelihara intensif di
Manokwari.
Pertambahan berat badan harian (PBBH)
Pada Tabel 1 terlihat bahwa rata-rata UCAPAN TERIMA KASIH
PBBH hingga umur 90 hari pada kambing PE
yang dilahirkan tunggal (67,58±17,53 Ucapan terima kasih penulis sampaikan
g/ekor/hari) lebih tinggi dibandingkan kepada Ketua STPP Manokwari yang telah
kambing PE yang dilahirkan kembar memberi dana penelitian dosen tahun 2016
(58,96±19,23 gram). Demikian pula rata-rata sehingga penelitian ini dapat terlaksana.
PBBH hingga umur 90 hari pada kambing PE Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan
jantan (67,26±18,8 g/ekor/hari) terlihat lebih kepada para penyuluh pertanian yang
tinggi dibandingkan dengan yang betina membantu dalam pelaksanaan penelitian ini.
(62,18±17,79 g/ekor/hari). Nilai rata-rata
PBBH hingga umur 90 hari pada kambing PE DAFTAR PUSTAKA
jantan yang ditemukan dalam penelitian ini
lebih rendah dibandingkan laporan Setiadi dan Batubara, A., S. Nasution, Subandriyo, I.
Sitorus (1984), yaitu sebesar 72,93 g/ekor/hari, Inounu, B. Tiesnamurti, A. Anggraeni.
namun rata-rata PBBH hingga umur 90 hari 2016. Kambing Peranakan Etawah (PE).
pada kambing PE betina dalam penelitian ini Indonesian Agency for Agricultural
sedikit lebih tinggi dari laporan Setiadi dan Research and Development (IAARD)
Sitorus (1984), yaitu sebesar 61,21 g/ekor/hari. Press. Badan Penelitian dan
Hasil analisis statistik (Tabel 1) terhadap Pengembangan Pertanian, Pasarminggu,
data PBBH sejak lahir hingga umur 90 hari Jakarta . hlm. 19.
yang ditemukan dalam penelitian ini

49
Zurahmah Pengamatan Pertumbuhan Kambing Peranakan Etawah

Direktorat Bina Produksi Peternakan. (1981). Ngadiyono, N., P. Basuki, dan G. Murdjito.
Pola Operasional Pembinaan Sumber (1984). Beberapa Data Performans Ternak
Bibit Kambing. Direktorat Bina Produksi Kambing yang Dipelihara Secara
Peternakan, Ditjen Peternakan, Tradisional di Pedesaan Sejak Lahir
Departemen Pertanian, Jakarta. hlm. 11. sampai dengan Umur Sapih. Di dalam:
Edey, T.N., A.C. Bray, R.S. Copland, and T. Proceeding Pertemuan Ilmiah Penelitian
O’Shea. (1983). A Course Manual In Ruminansia Kecil. Bogor 22-23
Tropical Sheep and Goat Production. Nopember 1983. hlm. 122 -125.
AUIDP, Australian Vice-Chancellors Setiadi, B. dan P. Sitorus. (1984). Penampilan
Committee, Canbera. Reproduksi dan Produksi Kambing
Faozi, A.N., A. Priyono, P. Yuwono. (2013). Peranakan Etawah. DI dalam: Proceeding
Ukuran Vital Tubuh Cempe Pra Sapih dan Pertemuan Ilmiah Penelitian Ruminansia
Hubunganya dengan Bobot Tubuh Kecil. Bogor 22-23 Nopember 1983. hlm.
Berdasarkan Tipe Kelahiran pada 118-121.
Kambing Peranakan Etawah. Jurnal Sodiq, A. dan Sadewo. (2008). Reproductive
Ilmiah Peternakan. 1(1): 184-194. Performance anda Preweaning Mortality
Fatem, H. (2016). Komunikasi Pribadi dengan of Paeranakan Etawah Goat under
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Production System of Goat Farming
Hewan, Provinsi Papua Barat. Group in Gumelar Banyumas. Animal
Kurnianto, E., S. Johari dan H. Kurniawan. Production. 10(2):67-72.
(2007). Komponen Ragam Bobot Badan Sulastri. (2001). Estimasi nilai bobot sapih dan
Kambing Peranakan Etawa di Balai MPPA (Most Probable Producing Ability)
Pembibitan Ternak Kambing Sumberrejo induk kambing PE di Unit Pelaksana
Kabupaten Kendal. J. Teknis Ternak Singosari Malang Jawa
Indon.Trop.Anim.Agric. 32 [4]: 236 – 244. Timur. Sains Teks Jurnal Ilmiah. 3:282-
Kaunang, D., Suyadi, S. Wahjuningsih. (2013). 287.
Analisis Litter Size, Bobot Lahir dan Sutama, I.K. (2007). Pengembangan kambing
Bobot Sapih Hasil Perkawinan Kawin perah: suatu alternatif peningkatan
Alami dan Inseminasi Buatan Kambing produksi susu dan kualitas konsumsi gizi
Boer dan Peranakan Etawah (PE). Jurnal keluarga di pedesaan. Seminar Nasional
Ilmu-Ilmu Peternakan. 23(3):41-46. doi: Hari Pangan Sedunia XXVII, Balai
https://doi.org/ Penelitian Ternak Bogor.
Lu, C.D. (2002). Boer Goat Production: Triwulaningsih, E. (1988). Faktor-faktor yang
Progress and Perspective. Vice Mempengaruhi Bobot Sapih Kambing
Chamcellor of Academic Affairs, Peranakan Etawah (PE). Prosiding
Univesity of Hawai’I Hilo, Hawai. Seminar Program Penyediaan Pakan
https://hilo.hawaii.edu/uhh/vcaa/ dalam Upaya Mendukung Industri
documents/BoerGoatProductionProgressa Peternakan Menyongsong Pelita V.
ndPerspective2002.pdf. Tanggal 25 Fakultas Peternakan, Univesitas
Agustus 2014. Diponegoro, Semarang. hlm. 209-213.

50
Tabel 1. Data berat lahir, berat badan umur 90 hari dan pertambahan berat badan harian (PBBH) berdasarkan tipe kelahiran dan jenis kelamin
pada kambing PE penelitian.
Tipe Kelahiran Jenis Kelamin
Variabel Pengamatan Tunggal Kembar-2 Jantan Betina
(n=34) (n=16) (n=26) (n=24)
a b
Berat Lahir (kg) 3,01±0,44 2,76±0,46 3,16±0,47a 2,68±0,29b
Berat Badan 90 Hari (kg) 9,09±1,77a 8,07±1,67b 9,22±1,77a 8,28±1,71b
PBBH (g/hari/ekor) 67,58±17,53a 59,00±19,23a 67,26±18,86a 62,18±17,79a
*)
Superskrip yang berbeda dalam baris yang sama tipemenunjukkan terdapat perbedaan signifikan (P<0,05).

You might also like