You are on page 1of 8

p-ISSN 1978-3000

e-ISSN 2528-7109

Pengaruh Bobot Badan Induk Generasi Pertama terhadap Fertilitas, Daya Tetas
dan Bobot Tetas pada Itik Magelang di Satuan Kerja Itik Banyubiru-Ambarawa

Effect of Parent Body Weight of First Generation on Fertility, Hatchability and Hatched
Weight in Magelang Duck at Satuan Kerja Itik Banyubiru-Ambarawa

E.P. Dewi, E. Suprijatna dan E. Kurnianto


Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro,
Kampus Tembalang, Semarang 50275
Email: egaputrdewi@gmail.com

ABSTRACT

The objective of this study was to determine the effect of different parent body weight on the egg production,
fertility, hatchability and hatching weight of first generation of Magelang ducks. This research was conducted
from October to December 2015 at Satuan Kerja Itik Banyubiru Ambarawa. The materials used in this study
was 35 birds of first generation Magelang ducks (G1) consisting of 30 females and 5 males aged about 6
months. Ducks were grouped into 5 flocks, in which mating ratio in each group was 1: 6. The flock was
determined on the basis of the weight of the Magelang duck female parent. One-way classification was applied
in this study. Data were analyzed using general linear model pecedure of SAS. Parameters measured were
fertility, hatchability dan hatching weight of day old duck (DOD). The results showed that there was
significantly effect of parent body weight difference (P <0.05) on egg weight and hatching weight of DOD, but
there was no effect on fertility and hatchability of DOD. Medium weights of female duck (1.682 kg to 2.08 kg)
are good for breeding.

Key words: Magelang ducks, parent weight, fertility, hatchability, hatching weight

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan bobot badan induk terhadap hasil produksi telur,
fertilitas, daya tetas dan bobot tetas pada itik Magelang generasi pertama. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Oktober - Desember 2015 di Satuan Kerja Itik Banyubiru Ambarawa. Materi yang digunakan dalam penelitian
ini adalah 35 ekor itik Magelang generasi pertama (G1) yang terdiri dari 30 ekor betina dan 5 ekor jantan
berumur 6 bulan, yang ditempatkan pada 5 flock dengan perbandingan nisbah perkawinan 1:6. Masing-masing
flock dibedakan menurut bobot badan induk itik Magelang. Metode klasifikasi satu arah digunakan sebagai
rancangan percobaan pada penelitian ini. Data dianalisis menggunakan prosedur general linear model dari SAS.
Paremeter yang diukur adalah jumlah telur, persen fertilitas dan daya tetas telur, serta bobot tetas day old duck
(DOD). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan bobot badan pada induk Itik Magelang memberikan
pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap bobot telur dan bobot tetas (DOD), tetapi tidak memberikan pengaruh
nyata terhadap fertilitas dan daya tetas. Bobot badan induk yang baik untuk pembibitan adalah yang mempunyai
bobot badan sedang (1,682-2,08 kg).
Kata kunci: itik Magelang, bobot induk, fertilitas, daya tetas, bobot tetas

PENDAHULUAN dan telur mengalami kendala dalam hal


Itik merupakan unggas air yang memiliki ketersediaan secara kontinyu. Ketersediaan
potensi besar di Indonesia sebagai bahan pangan ini bergantung pada
penghasil telur dan daging. Hampir tingginya produktivitas, salah satunya
seluruh itik asli Indonesia adalah tipe dengan meningkatkan kualitas dari induk
petelur. Tingginya permintaan konsumen dan jantan sebagai bibit itik.
terhadap kebutuhan pangan berupa daging

Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol. 12 No. 1 Januari-Maret 2017 | 1


p-ISSN 1978-3000
e-ISSN 2528-7109

Beberapa syarat untuk kualitas serta bobot tetas day old duck (DOD)
bibit itik yang baik adalah memiliki tubuh dilakukan.
besar, bulu bersih, gesit dan aktif, mata
terang dan jernih, berumur produktif MATERI DAN METODE
(minimal 8 bulan dan maksimal 2 tahun)
Materi yang digunakan dalam
dan bobot badan itik 1,5-2 kg (Cahyono,
penelitian ini adalah 35 ekor itik Magelang
2011). Bobot badan merupakan salah satu
kalung sedang dan sempit generasi
syarat terpenting dalam pemilihan bibit
pertama (G1) yang terdiri dari 30 ekor
yang baik. Itik Magelang memiliki bobot
betina dan 5 ekor jantan berumur 6 bulan,
badan yang relatif lebih tinggi
yang ditempatkan pada 5 flock dengan
dibandingkan itik lokal lainnya. Itik mulai
nisbah perkawinan 1:6. Pengelompok flok
berproduksi saat berumur 6 bulan dengan
didasatkan pada bobot badan induk.
menghasilkan telur sekitar 200-300 butir
Alat yang digunakan pada
per tahun dan bobot jantan 1,8-2,5 kg dan
penelitian ini adalah egg tray, timbangan
betina 1,5-2 kg (Menteri Pertanian, 2013).
elektrik, kabel ties, kain kelambu, lampu,
Salah satu upaya memilih bibit yang baik
mesin tetas (setter dan hatcher). Penelitian
adalah memanfaatkan kriteria bobot badan
dilaksanakan dalam tiga tahapan, yaitu
itik.
persiapan, pelaksanaan dan analisis data.
Program seleksi induk sebagai
Tahap persiapan penelitian dimulai dengan
pembibit mendasarkan pada produkvitas
pra penelitian yang meliputi persiapan alat
yang tinggi, termasuk di dalamnya adalah
dan bahan. Tahap pelaksanaan meliputi
fertilitas, daya tetas dan bobot tetas yang
penimbangan bobot badan induk, koleksi
tinggi. Produksi yang tinggi pada indu
telur (periode) dan proses penetasan.
cenderung memiliki bobot telur yang
Khusus analisis data bobot tetas
tinggi. Dinyatakan oleh Applegate et al.,
didasarkan pada metode one way
1998), bobot induk berkorelasi positif
classification dengan jumlah ulangan yang
dengan bobot telur.
tidak sama (unbalanced data). Jika
Bobot badan merupakan salah satu
terdapat nyata bobot badan, maka
faktor yang berpengaruh terhadap fertilitas.
dilanjutkan dengan analisis Duncan
Selain itu, bobot badan mempengaruhi
multiple range test (Shinjo, 1990).
aktivitas perkawinan antara jantan dengan
Model linier aditif untuk
betina. Fertilitas yang baik juga
menganalisis pengaruh bobot badan induk
mempengaruhi daya tetas telur (Applegate
terhadap bobot tetas :
et al., 1998).
Yij = μ + τi +εij ; i = (1,2, .....5) dan j =
Mengingat produktivitas telur dan
(1,2,.......n)
anak dipengaruhi oleh induk, maka
penelitian tentang pengaruh bobot badan
terhadap fertilitas dan dan daya tetas telur,

2 | Pengaruh Bobot Induk terhadap Fertilitas, Daya Tetas dan Bobot Tetas Itik Magelang (Dewi, et al., 2017)
p-ISSN 1978-3000
e-ISSN 2528-7109

Keterangan: HASIL DAN PEMBAHASAN


Yij = Pengamatan parameter pada
individu DOD ke-j dari Bobot Badan Induk Itik
kelompok bobot badan induk
Pengelompokan bobot untuk
itik Magelang ke-i
= Nilai tengah penentuan flock (kelompok) berdasarkan
τi = Pengaruh perbedaan bobot hasil penimbangan bobot semua materi
badan induk itik Magelang
penelitian. Penimbangan yang dilakukan
εij = Pengaruh galat percobaan
pada itik G1 (generasi pertama)
Untuk perhitungan fertilitas dan daya merupakan hasil keturunan dari G0
tetas digunakanrumus menurut North and (generasi tetua). Hasil pengelompokkan
Bell (1990) sebagai berikut : didapatkan 5 bagian (flock) dari bobot
badan terendah hingga yang tertinggi
Jumlah telur fertil (Tabel 1). Bobot badan flock A
Fertilitas = x 100%
Jumlah telur didapatkan yaitu 1,47 – 1,7 kg dengan
Jumlah telur menetas rata-rata 1,62 ± 0,08 kg, flock B
Daya tetas = x 100%
Jumlah telur fertil didapatkan 1,72 – 1,84 kg dengan rata-rata
1,77 ± 0,04 kg, flock C didapatkan 1,86 –
Data fertilitas dan daya tetas 1,91 kg dengan rata-rata 1,87 ± 0,02 kg,
ditransformasi dengan Arsin. Data hasil flock D didapatkan 1,94 – 2,02 kg dengan
transformasi dan data kuantitatif lain rata-rata 1,97 ± 0,03 kg dan flock E
(bobot telur tetas dan bobot tetas DOD) didapatkan 2,02 – 2,45 kg dengan rata-rata
dianalisis dengan Duncan’s New Multiple 2,16 ± 0,16 kg.
Range Test (MRT) menurut Shinjo (1990) Menurut Supriyadi (2009), bobot
adalah: jantan dan betina pada itik Magelang
1 umumnya hampir sama dengan itik lokal
MRT = qp (i,df) MSE
H
lainnya. Pada jantan, bobot badan ketika
Keterangan :
berumur 20 minggu 1,6 kg dan ketika
MRT = Multiple Range Test berumur 40 minggu 1,8 kg sedangkan pada
qp (i,df) = Peluang P, kelompok betina, ketika berumur 20 minggu seberat
ke-i dan nilai dari
derajat bebas (df) dari 1,4 kg dan ketika berumur 40 minggu 1,6
tabel Duncan kg. Itik yang digunakan pada penelitian ini
MSE = Rata-rata jumlah kuadrat
dari ANOVA baik jantan maupun betina adalah yang
𝐻 = : Rata-rata berumur 6 bulan yang sudah dewasa
kelamin dan siap berproduksi. Peraturan
Menteri Pertanian (2013) menyatakan
bahwa itik Magelang siap berproduksi dan
dewasa kelamin pada umur 5-6 bulan

Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol. 12 No. 1 Januari-Maret 2017 | 3


p-ISSN 1978-3000
e-ISSN 2528-7109

Tabel 1. Rata-rata bobot badan awal dan akhir indukan, produksi telur, bobot telur, bobot
tetas, fertilitas dan daya tetas itik magelang generasi pertama pada bobot badan
indukan yang berbeda
Flock
Parameter
A B C D E

Bobot badan awal (kg) 1,62±0,08 1,77±0,04 1,87±0,02 1,97±0,03 2,16±0,16

Bobot badan akhir (kg) 1,63±0,15 1,61±0,09 1,69±0,09 1,73±0,15 1,86±0,2

Produksi telur (butir)* 307 266 287 288 335

Bobot telur (g) 63.08±3,27C 64.78±4,22CB 67.57±2,93A 67.21±4,49A 64.22±2,97CB

Bobot tetas (g) 38.58±4,17B 38.29±3,10B 40.17±3,51A 40.35±3,51A 38.21±1,74B

Fertilitas (%) 56.79±1,2 60±2,22 57.41±0,98 55.55±1,87 49.02±0,99

Daya tetas (%) 51.35±1,76 53.13±1,56 47.86±1,33 50.18±1,22 42.71±1,23

Superskrip dengan huruf berbeda pada baris yang sama, menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05).(*)
Produksi telur diambil secara keseluruhan selama 15 periode penetasan, yaitu 75 hari.

Perbedaan bobot badan antar induk penampilan tubuh dan produktivitas seekor
disebabkan oleh faktor yang diwariskan ternak dapat dipengaruhi oleh faktor
oleh tetua dan lingkungan. Menurut keturunan dari tetua (genetik), managemen
Warwick et al. (1990), hasil fenotipik pemeliharaan dan lingkungan ternak
(penampilan tubuh ternak) dan tersebut sejak terjadinya pembuahan
produktivitas merupakan hasil perpaduan hingga dilakukan pengukuran tubuh. Laju
antara faktor genetik dengan lingkungan. pertumbuhan mempunyai tahap berbeda –
Bobot badan, pertumbuhan dan beda tergantung umur dan organ. Menurut
produktivitas merupakan sifat kuantitatif Anggorodi (1994), pada umur sebelum
genetik ternak. Mahfudz et al. (2005) pubertas laju pertumbuhan berada dalam
menyatakan bahwa sifat kuantitatif dari tahap yang dipercepat sedangkan setelah
itik Magelang merupakan data dasar yang umur pubertas hingga dewasa berada
sangat diperlukan untuk melakukan dalam tahap yang lambat. Penelitian Sari
seleksi. et al. (2011) menunjukkan bahwa
Penimbangan bobot badan akhir perbedaan bobot badan rata-rata itik
pada penelitian (Tabel 1) didapatkan flock Pegagan berpengaruh terhadap bobot tetas
A rata-rata 1,63±0,15 kg, flock B rata-rata yang dihasilkan.
1,61±0,09, flock C rata-rata 1,69±0,09,
flock D rata-rata 1,73±0,15 dan flock E Bobot Telur
dengan rata-rata 1,86±0,2 kg. Data Tabel Hasil penelitian menunjukkan
1 menunjukkan bahwa bobot akhir induk bahwa bobot telur yang dihasilkan oleh
semuanya menurun. Hal ini terjadi karena perlakuan bobot badan induk yang berbeda
faktor lingkungan. Menurut Warwick et al. menunjukkan hasil yang berbeda nyata
(1990) yang menyatakan bahwa (P<0,05) dengan rata-rata tertinggi 67,57

4 | Pengaruh Bobot Induk terhadap Fertilitas, tas dan Bobot Tetas Itik Magelang (Dewi, et al., 2017)
p-ISSN 1978-3000
e-ISSN 2528-7109

pada kelompok C, dilanjutkan dengan rata- salah satu penyebab beragamnya bobot
rata 67,21 g pada kelompok D, 64,78 g telur yang dihasilkan. Menurut Applegate
pada kelompok B, 64,22 g pada kelompok et al. (1998) bobot telur yang dihasilkan
E dan 63,08 g pada kelompok A. Rata-rata berkorelasi positif dengan bobot induk.
bobot telur ini lebih rendah dibandingkan Solihat et al. (2003) menyatakan bahwa
bobot telur tetas itik Alabio pada bahwa faktor yang mempengaruhi bobot
penelitian Prasetyo (2006) yang telur adalah faktor-faktor dewasa kelamin,
memperoleh bobot telur tetas 60,21 gram. umur itik, bangsa, manajemen
Bobot telur itik Magelang menurut pemeliharaan dan lingkungan.
Menteri Pertanian (2013) sebesar 60 – 70
gram per butir. Menurut Rodenberg et al. Bobot Tetas
(2006), bobot telur disebabkan karena Hasil penelitian menunjukkan
bobot telur dipengaruhi oleh lingkungan, bahwa bobot tetas yang dihasilkan oleh
genetik, pakan, komposisi telur, periode perlakuan bobot badan induk yang berbeda
bertelur, umur unggas dan bobot badan menunjukkan hasil yang berbeda nyata.
induk. Hasil penelitian Jull (1951) Bobot telur tetas yang berasal dari induk
menunjukkan bahwa bobot telur sedang berbeda dengan induk yang kecil,
diwariskan dari tetua ke keturunanya yang tetapi tidak berbeda dengan induk bobot
dibuktikan dengan adanya beberapa gen badannya besar. Rata-rata tertinggi 40,35
yang mempengaruhi ukuran telur. Tetua g pada kelompok D, selanjutnya 40,17 g
jantan dan betina memberikan jumlah gen pada kelompok C; 38,58 g pada kelompok
yang seimbang. A; 38,29 g pada kelompok B dan 38,21 g
Tabel 1 mengilustrasikan bahwa pada kelompok E. Menurut hasil penelitian
rata-rata bobot telur yang tinggi berada Rusandih (2001), itik mojosari dengan
pada flock D yang merupakan bobot induk kisaran bobot telur 39,10 - 79,55 g
dengan bobot sedang. Bobot badan induk menghasilkan bobot tetas berkisar antara
sangat berpengaruh terhadap bobot telur 26,52 - 44,42 g. Dinyatakan oleh Menteri
yang dihasilkan. Perbedaan bobot telur Pertanian (2013), bahwa bobot tetas atau
diduga disebabkan induk yang mempunyai bobot day old duck (DOD) Itik Magelang
bobot badan yang beragam. Menurut sebesar 35 – 45 gram per ekor.
Prasetyo (2006), semakin beragam bobot Bobot tetas yang tinggi terdapat
induk yang berada pada satu kelompok, dari induk flock D. Hermawan (2002)
makin beragam juga bobot telur yang menyatakan bahwa bobot telur dapat
dihasilkan. Lestari et al. (2013) digunakan sebagai indikator bobot tetas.
menyatakan bahwa bobot tubuh yang Bobot telur yang lebih tinggi
ringan pada saat dewasa kelamin akan menghasilkan bobot tetas yang lebih besar.
menghasilkan bobot telur yang kecil. Menurut Applegate et al. (1998), bobot
Keragaman bobot induk yang induk berkorelasi terhadap bobot tetas.
digunakan dalam penelitian merupakan Induk yang bobotnya tinggi telur bobot

Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol. 12 No. 1 Januari-Maret 2017 | 5


p-ISSN 1978-3000
e-ISSN 2528-7109

yang berat, kemudian bobot telur yang kualitas telur. King’ori (2011)
berat akan menghasilkan bobot tetas yang menyatakan bahwa telur yang akan
tinggi. ditetaskan tidak disimpan lebih dari 7 hari
atau satu minggu.
Fertilitas Nisbah perkawinan pada penelitian
Fertilitas yang sudah dihitung ini adalah 1:5 yang dinyatakan cukup ideal
menggunakan transformasi didapatkan untuk suatu proses perkawinan. Menurut
pada flock A sebesar 56,78%, flock B 60%, Rasyaf (1990), untuk mendapatkan
flock C 57,41%, flock D 55,55% dan flock fertilitas yang tinggi pada itik, dianjurkan
E 49,02% menunjukkan hasil yang tidak agar 6 ekor itik betina dapat dikawini oleh
berbeda nyataantar flock satu dengan 1 ekor pejantan. Jika jumlah betina terlalu
lainnya. Pertilitas hasil penelitian ini banyak, maka banyak telur yang tidak
termasuk rendah. Menurut Suprijatna et terbuahi atau infertil sehingga tidak bisa
al. (2005), persen fertilitas untuk itik digunakan sebagai telur tetas. Selain itu,
adalah 80-90%. Hasil yang didapatkan umur yang digunakan untuk induk sudah
termasuk belum memenuhi standar seragam, yaitu 5,5 bulan. Menurut
dikarenakan beberapa faktor, terutama Prasetyo (2006), semakin tua umut induk
pada pejantan, waktu perkawinan dan semakin turun fertilitasnya. Penelitian
kualitas telur yang dihasilkan induk.
Baruah et al. (2001) menunjukkan bahwa
Dinyatakan lebih lanjut oleh Suprijatna et fertilitas telur itik Alabio dan Mojosari
al. (2005) bahwa faktor-faktor penentu masing-masing 79,18% dan 74,97% pada
fertilitas yaitu sex ratio, umur ternak, jarak umur 10 bulan.
waktu kawin sampai bertelur, pakan yang
dikonsumsi dan musim saat berproduksi. Daya Tetas
Produktivitas telur dipengaruhi Daya tetas hasil transformasi
oleh proses penyimpanan telur. menunjukkan bahwa daya tetas flock A
Pengoleksian telur pada penelitian ini 51,35%, flock B 53,13%, flock C 47,86%,
dilakukan selama 5 hari (1 periode) flock D 50,18% dan flock E 42,71%,
dengan tujuan agar waktu untuk selama menunjukkan hasil yang tidak berbeda
pengoleksian tidak terlalu lama, karena nyata (P>0,05) antar flock.Menurut
penyimpanan telur berpengaruh pada Dewani et al. (2014), daya tetas itik lokal
fertilitas. Menurut North dan Bell (1990) di Indonesia berkisar antara 70-80% sudah
bahwa penyimpanan telur menyebabkan termasuk baik.
penurunan kualitas telur, sehingga embrio Ukuran dan bobot telur ada
tidak bisa berkembang sempurna yang hubunganya dengan daya tetas. Menurut
menyebabkan kematian embrio. Dengan Lestari et al. (2013) telur yang terlalu
demikian, telur yang masih dalam keadaan besar atau kecil tidak baik untuk ditetaskan
segar akan menghasilkan fertilitas yang karena daya tetasnya rendah. Daya tetas
tinggi, karena fertilitas ditentukan oleh hasil penelitian ini termasuk rendah karena

6 | Pengaruh Bobot Induk terhadap Fertilitas, tas dan Bobot Tetas Itik Magelang (Dewi, et al., 2017)
p-ISSN 1978-3000
e-ISSN 2528-7109

banyak DOD yang mati di dalam telur Anggorodi. 1994. Ilmu Makanan Ternak
sebelum mencapai 28 hari. Faktor-faktor Umum. Penerbit PT Gramedia,
yang mempengaruhi daya tetas antara lain Jakarta.
kualitas induk, kondisi telur tetas dan Baruah, K.K, P.K. Sharma dan N.N. Bora.
penanganan telur. Dinyatakan oleh 2001. Fertility, hatchability and
Sa’diah et al. (2015), faktor - faktor yang embryonic mortality in ducks. J.
mempengaruhi daya tetas yaitu teknis pada Indian Vet.78(1):529-530.
waktu memilih telur tetas atau seleksi telur Cahyono, B. 2011. Pembibitan Itik.
tetas (bentuk telur, bobot telur, keadaan Penebar Swadaya. Jakarta.
kerabang, warna kerabang dan lama Hermawan, A. 2000. Pengaruh Bobot dan
penyimpanan) dan teknis operasional dari Indeks Telur terhadap Jenis
petugas yang menjalankan mesin tetas Kelamin Anak Ayam Kampung
(suhu, kelembaban, dan pemutaran telur) pada Saat Menetas. Institut
serta faktor yang terletak pada induk yang Pertanian Bogor. Bogor. (Skripsi
digunakan sebagai bibit. Menurut Fakultas Peternakan).
Sopiyana et al. (2011), semakin besar Jull, M.A. 1951. Poultry Breeding. 1st Ed.
bobot badan itik biasanya menghasilkan Mc Graw-Hill Book Company,
telur dengan ukuran yang lebih besar New York.
dibandingkan itik yang bobot badannya King’ori, A.M. Review of the factors that
lebih ringan. influence egg fertility and
hatchability in poultry. 2011
KESIMPULAN Review of the factors that influence
Perbedaan bobot badan pada induk egg fertility and hatchability in
poultry. International J. Poult. Sci.
Itik Magelang memberikan pengaruh yang
nyata terhadap bobot telur dan bobot tetas 10(6): 483-492.
Lestari, E., Ismoyowati dan Sukardi. 2013.
(DOD) tetapi tidak memberikan pengaruh
nyata terhadap fertilitas dan daya tetas. Korelasi antara bobot telur dengan
bobot tetas dan perbedaan susut
Pemilihan induk untuk pembibitan
sebaiknya berkisa 1,68-2,08 kg atau dalam bobot pada telur entok (Cairina
moscata) dan itik (Anas
penelitian ini bobot badan dengan kategori
sedang. plathyrynchos). J. Ilmiah
Peternakan. 1(1):163-169.
DAFTAR PUSTAKA Mahfudz, L.D., B. Srigandono dan S.M.
Ardiningsasi. 2003. Karakteristik
Applegate, T.J, D. Harper and L. Lilburn. dan Protein Polimorphisme Itik
1998. Effects of hen age on egg Tegal dan Magelang yang
composition and embryo Produktif. Dalam: Mahfudz, L.D.,
development in commercial Pekin S. Kismiati dan T.A. Sarjana. 2005.
ducks. Poult. Sci.77(5):1608-1612. Fenotipik dari itik magelang yang

Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol. 12 No. 1 Januari- Maret 2017 | 7


p-ISSN 1978-3000
e-ISSN 2528-7109

produktif. Seminar Nasional Sains Pet. Indonesia. 6 (2): 97 –


Teknologi Peternakan dan 102.
Veteriner. Fakultas Peternakan dan Sa’diah, I.N., D. Garnida dan A.
Pertanian, Universitas Diponegoro, Mushawwir. 2015. Mortalitas
Semarang. Hal : 779-785. embrio dan daya tetas itik lokal
Menteri Pertanian. 2013. Keputusan (Anas sp.) berdasarkan pola
Menteri Pertanian Nomor pengaturan temperatur mesin tetas.
701/Kpts/PD.410/2/2013 Tentang J. Poult. Sci. 4(3):1-12.
Penetapan Rumpun Itik Magelang. Shinjo, A. 1990. First Course in Statistics.
Menteri Pertanian. 1st Ed., University of Ryukyus,
North, M.O and Bell, D.D. 1990. Nishihara-cho, Okinawa, Japan.
Commercial Chicken Production Solihat, S., I. Siswoyo dan Ismoyowati.
Manual. 4th Ed. Avi Book, 2003. Kemampuan performan
Nostrand Reinhold, New York. produksi telur dari berbagai itik
Prasetyo, L.H. 2006. Strategi dan peluang lokal. J. Peternakan Tropik.
pengembangan pembibitan ternak 3(1):27-32.
itik. Wartazoa. 16 (3):109-115. Sopiyana, S., Setioko, A.R., dan
Rasyaf, M. 1990. Pengelolaan Penetasan. Yusnandar, M.E. 2011. Identifikasi
Cetakan Kedua. Penerbit Yayasan Sifat-sifat Kuantitatif dan Ukuran
Kanisius, Yogyakarta. Tubuh Pada Itik Tegal, Itik
Roderberg, T.B., M.B.M. Bracke, J. Berk, Magelang dan Itik Damiaking.
J. Cooper. J.M. Fare, D. Guemene, Lokakarya Nasional Inovasi
G. Guy, A. Harlander, T Jones, U. Teknologi dalam Mendukung
Knierim, K, Kuhnt, H. Pirngel, K. Usaha Ternak Unggas Berdaya
Reiter. J. Serviere and M.A.W. saing. Balai Penelitian Ternak.
Ruis. 2006. Welfare of Duck in Bogor.
Europen Duck Husbandry System. Suprijatna, E., U. Atmomarsono dan R.
Poultry Science. 61(4): 633-647. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar
Rusandih. 2001. Susut Tetas dan Jenis Ternak Unggas. Penebar Swadaya.
Kelamin Itik Mojosari Berdasarkan Jakarta.
Klasifikasi Bobot dan Nisbah Supriyadi. 2009. Panduan Lengkap Itik.
Kelamin. Institut Pertanian Bogor, Penebar Swadaya. Cetakan 1.
Bogor. Skripsi Fakultas Jakarta.
Peternakan). Warwick, E.J., J.D.M. Astuti dan W.
Sari, M. L., R. R. Noor, P. S. Hardjosubroto. 1990. Pemuliaan
Hardjosworo, dan C. Nisa. 2011. Ternak. Gadjah Mada University
Keragaan telur tetas itik pegagan. J. Press, Yogyakarta.

8 | Pengaruh Bobot Induk terhadap Fertilitas, Daya Tetas dan Bobot Tetas Itik Magelang (Dewi, et al., 2017)

You might also like