You are on page 1of 7

NARATIVE TEXT

“Batu Menangis”

1. Putri Erly A.P


2. Moch. Rafi M.
3. Adistyaraya W.
4. M. Abdul Hakim
5. Sabrinma Alisa R.
The Crying Stone, The Story Of a Beautiful Lawless Girl
Cursed To Become a Stone.

The Crying Stone is a folklore in West Kalimantan. The legend of


the crying stone tells of a widow and her daughter who was
very beautiful but had a bad character. In this legend, the life of
a poor widow and a daughter named Darmi are told. This
mother and daughter live on a hill far from the countryside.
Darmi looks very beautiful, to make everyone fascinated to see
her. Darmi is always proud of her beauty. Who would have
thought, behind the beauty of her face, Darmi has the opposite
character. Her character is not as beautiful as her face. This girl
was very lazy and never helped her mother.

Her busy life every day is just preening. Never wanted to help
work in the fields or complete homework. The mother can only
be patient and continue to be patient. As a mother, this woman
does not stop giving advice after advice. Darmi is stubborn,
doesn't want to listen to her mother's good advice. Strands of
prayer every day the mother said for her child who was not
good. Only prayers that can be said to face his daughter. Every
advice and words, can not be heard. One day Darmi asked her
mother to buy her beauty tools that had run out. Mother did
not know what kind of beauty equipment Darmi meant. Finally
he invited Darmi to come to the market together. Darmi had
refused to go to the market on the grounds that she did not
want her skin to turn black from the heat. However, Darmi was
forced to come along and put forward conditions. The
condition was that her mother had to walk behind Darmi, she
didn't want other people to see her and Darmi walking hand in
hand. Because their house is far away, this mother and child
have to walk far to get to the market. Darmi walked in front of
her mother wearing very nice clothes. While her mother
walked behind Darmi with shabby and dirty clothes. Upon
entering the village, everyone who saw Darmi was immediately
mesmerized. Many village youths admire him The villagers
were surprised by the people behind Darmi. One of them asked
who was walking behind Darmi. Arrogantly, Darmi said that her
mother was a maid. Everyone who asked, Darmi would answer
that the person behind it was her maid. The mother could only
hold back and cry inside.

That's how every girl meets someone along the way who asks
about her mother, always the answer is like that. His mother
was treated as a maid or slave. At first hearing her disobedient
daughter's answer when people asked her, the mother still
managed to hold back. But after repeatedly hearing the
answer, it was still the same and which was very painful, in the
end the poor mother couldn't hold herself back and she prayed.
"Oh my God, I can't stand this humiliation anymore. Servant's
biological child with the heart to treat myself in such a way.
Yes, God punish my rebellious son! Punish him…” By the power
of God Almighty, not long after mother prayed, the sky became
overcast, thunder came and it started to rain. Slowly Darmi's
body began to petrify. Starting from the legs that can not be
moved and then his whole body turned to stone. Darmi cried in
fear and begged her mother for forgiveness. Mother can not do
anything else. The punishment for Darmi can't be canceled
anymore. Darmi cried and regretted her actions. When Darmi's
head had not yet turned to stone, her mother saw Darmi shed
tears. Everyone there witnessed the event.
“The Moral Of The Story Batu Menangis”

The folklore of Batu Crying conveys the message that a child


should not be disobedient to his parents because if a child
disobeys his parents, especially mothers who are pregnant,
gave birth to and raised them, future calamities will be felt very
painfully.

Moral values on the weeping stone story:


1) Mother's prayer is God's will. Then, don't hurt your mother.
2) Even in difficult life, we must respect and appreciate the
parents who have tried for us.
3) that we should be devoted to our parents, and never hurt a
mother's feelings, if that happens then your mother will issue a
prayer that is bad for you.

(English)
Batu Menangis, Kisah Gadis Cantik Durhaka Yang
Dikutuk Jadi Batu

Batu Menangis adalah cerita rakyat di Kalimantan Barat.


Legenda batu menangis mengisahkan tentang seorang janda
dan anak perempuannya yang sangat cantik tetapi memiliki
sifat buruk. Dalam legenda ini dikisahkan kehidupan seorang
janda miskin dan anak perempuan bernama Darmi. Ibu dan
anak gadisnya ini hidup di sebuah bukit jauh dari pedesaan.
Darmi berparas sangat cantik, hingga membuat semua orang
terpesona melihatnya. Darmi selalu membanggakan
kecantikannya. Siapa menyangka, di balik kecantikan wajahnya,
Darmi mempunyai sifat bertolak belakang. Sifatnya tidak
secantik parasnya. Gadis ini sangat malas dan tidak pernah
membantu ibunya.

Kesibukannya setiap hari hanya bersolek. Tidak pernah mau


membantu bekerja di sawah maupun menyelesaikan pekerjaan
rumah. Sang ibu hanya bisa sabar dan terus bersabar. Sebagai
ibu, wanita ini tak berhenti memberi nasihat demi nasihat.
Darmi keras kepala, tak mau mendengar nasihat baik ibunya.
Untaian doa setiap hari dipanjatkan sang ibu untuk anaknya
yang bersifat kurang baik. Hanya doa yang bisa dipanjatkan
untuk menghadapi anak gadisnya. Setiap nasihat dan
perkataannya, tidak bisa didengar. Mengutip
museumnusantara.com, suatu hari Darmi meminta ibunya
untuk dibelikan alat kecantikannya yang habis. Ibu tak tahu alat
kecantikan seperti apa yang Darmi maksud. Akhirnya ia
mengajak Darmi untuk ikut ke pasar bersama-sama. Darmi
sempat menolak tak mau ke pasar dengan alasan ia tidak mau
kulitnya menjadi hitam karena kepanasan. Tetapi dengan
terpaksa Darmi pun mau ikut dan mengajukan syarat.
Syaratnya yaitu ibunya harus berjalan di belakang Darmi, ia tak
mau orang lain melihat ibu dan Darmi berjalan beriringan.
Karena rumah mereka yang jauh, ibu dan anaknya ini harus
berjalan jauh untuk sampai ke pasar. Darmi berjalan di depan
ibunya dengan mengenakan pakaian yang sangat bagus.
Sedangkan ibunya berjalan di belakang Darmi dengan pakaian
lusuh dan kotor. Saat memasuki desa, semua orang yang
melihat Darmi langsung terpesona. Banyak pemuda desa yang
mengaguminya Penduduk desa dibuat heran dengan orang di
belakang Darmi. Salah satu dari mereka pun bertanya siapa
orang yang berjalan di belakang Darmi. Dengan sombongnya,
Darmi berkata bahwa ibunya adalah seorang pembantu. Setiap
orang yang bertanya, Darmi akan menjawab bahwa orang yang
di belakangnya itu adalah pembantunya. Sang ibu hanya bisa
menahan diri dan menangis dalam hati.

Begitulah setiap gadis itu bertemu dengan seseorang di


sepanjang jalannya yang menanyakan perihal ibunya, selalu
jawabannya seperti itu. Ibunya diperlakukan sebagai pembantu
ataupun budaknya. Pada awalnya mendengar jawaban putrinya
yang durhaka apabila ditanya orang, si ibu masih bisa menahan
diri. Tetapi setelah berulang kali didengarnya jawabannya
masih tetap sama dan yang sangat menyakitkan hati, pada
akhirnya si ibu yang malang itu tak bisa menahan diri lalu ia
berdoa. “Ya Tuhan, hamba sudah tidak kuat menahan hinaan
ini. Anak kandung hamba dengan teganya memperlakukan diri
hamba sedemikian rupa. Ya, Tuhan hukumlah anakku yang
durhaka ini ! Hukumlah dia….” Atas kekuasaan Tuhan Yang
Maha Esa, tak lama setelah ibu berdoa, langit menjadi
mendung, petir datang dan mulai turun hujan. Perlahan-lahan
tubuh Darmi mulai membatu. Dimulai dari kaki yang tidak bisa
digerakkan lalu seluruh tubuhnya yang berubah menjadi batu.
Darmi menangis ketakutan dan memohon ampun pada ibunya.
Ibu tidak dapat berbuat apa apa lagi. Hukuman untuk Darmi
tidak bisa dibatalkan lagi. Darmi menangis dan menyesali
perbuatannya. Saat kepala Darmi belum menjadi batu, ibunya
melihat Darmi menitikkan air mata. Semua orang di sana
menyaksikan peristiwa tersebut.

“Pesan Moral Dari Cerita Batu Menangis”

Cerita rakyat Batu Menangis memberikan pesan bahwa seorang


anak tidak boleh durhaka kepada orangtuanya karena jika
seorang anak sampai durhaka terhadap orangtua, utamanya
ibu yang sudah mengandung, melahirkan dan membesarkan,
maka malapetaka pada masa yang akan datang akan dirasakan
dengan sangat pedih.

Nilai moral pada cerita batu menangis:


1) Doa ibu adalah kemauan Tuhan. Maka, janganlah menyakiti
ibumu.
2) Meski dalam kehidupan susah, kita harus menghormati dan
menghargai orang tua yang telah berusaha untuk kita.
3) bahwa kita harus berbakti kepada orang tua,dan jangan
pernah menyakiti perasaan seorang ibu,jika itu terjadi maka
ibumu akan mengeluarkan doa yang berakibat buruk
kepadamu.

(Indonesia)

You might also like