You are on page 1of 12

Jurnal Pendidikan dan Kajian Seni Vol.2, No.

2, Oktober 2017
c-ISSN : 2503-4626
e-ISSN : 2528-2387

SELERA SENI DAN KESALAHPAHAMAN SENI

Hadiyatno
FKIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Email : blancoart.corp@gmail.com

Abstract : Speaking or discussing art and the development of art, or also about the
limitations of art and art, may be very difficult and difficult. We try to start by discussing
the boundaries of art, because art is not a dead object like a stone, then art will always be
difficult to be limited, because the art movement together with the development of time is
very dynamic, always changing and always on the way. Then came the question. How
about misunderstanding in interpreting art and also talking about different artistic tastes,
whether it applies to artists, as well as to its responders? Writing this journal is not
without reason if it should be written by the author. Given the prevailing understanding
and tastes of art between artists and their responders, it is often an everlasting debate of
all time. This is the elusive and complex art world, on the one hand in the essence of art
that always seeks beauty, on the other hand the values of originality, subjectivity and
taste are always at odds with each other in response, in this case later, raising
misunderstandings in art and taste. Art is not about right and wrong, but it's about
approaching to get beautiful and less beautiful answers, that's all! simple and
uncomplicated it seems.

Keywords : Understanding of art, taste of art

Abstrak : Berbicara atau membahas tentang seni dan perkembangan seni, atau juga
menyangkut batasan batasan dalam seni dan berkesenian, barangkali sangatlah sukar dan
menyulitkan. Kita mencoba memulai dengan membahas tentang batasan seni, karena seni
bukanlah benda mati seperti halnya batu, maka seni akan selalu sulit untuk dibatasi, sebab
seni itu pergerakan bersama perkembangan waktu sangatlah dinamis, selalu berubah-ubah
dan selalu menuju perkembangan. Kemudian munculah pertanyaan. Bagaimana
menyangkut kesalahpahaman dalam menafsirkan seni dan juga berbicara mengenai selera
seni yang berbeda, baik itu berlaku untuk seniman, begitu juga untuk penanggapnya?
Penulisan jurnal ini bukan tanpa alasan kalau harus ditulis oleh penulis. Mengingat
kesalapahaman dan selera seni yang berlaku antara seniman maupun penanggapnya,
seringkali menjadi pedebatan yang abadi sepanjang masa. Inilah sukar dan rumitnya
dunia seni, di satu sisi dalam hakikat seni yang selalu mencari keindahan, di sisi lain
nilai-nilai originalitas, subjektivitas dan selera selalu berseberangan satu dengan lainnya
dalam tanggapan, dalam hal ini kemudian, memunculkan kesalahpahaman dalam seni dan
selera. Seni tidaklah menyoal tentang salah dan benar, tetapi menyangkut pendekatan
untuk mendapatkan jawaban indah dan kurang indah, itu saja ! sederhana dan tidak rumit
sepertinya.

Kata Kunci : Kesalapahaman seni, selera seni

196
Selera Seni dan Kesalahpahaman Seni (Hadiyatno) 197

PENDAHULUAN eksternal. Atau dapat berarti pula


‘mengungkapkan ciri-ciri umum
Karya seni lahir karena
yang universal dari alam manusia’.
adanya seniman yang menghadirkan
Dan, representasi juga berarti
karya tersebut. Penghadiran karya
menghadirkan bentuk-bentuk ideal
seni ini dapat disebut sebagai
yang berada di balik kenyataan alam
refresentasi. Disebut demikian
semesta.
karena memang dalam prosesnya
Representasi seni adalah
seniman bersinggungan dengan
upaya mengungkapkan kebenaran
kenyataan objektif di luar dirinya
atau kenyataan semesta sebagaimana
atau kenyataan dalam dirinya sendiri.
ditemukan oleh senimannya. Tugas
Persinggungan ini menimbulkan
demikian juga dijalankan oleh
respon atau tanggapan (meskipun
lembaga keilmuan, filsafat, dan
tidak semua kenyataan menimbulkan
agama. Hanya, dalam lembaga
respon pada seniman). Tanggapan ini
kesenian, kenyataan semesta tadi di
dimiliki oleh seniman dan
ungkapkan dengan ‘bahasa’ atau
diungkapkan, direfresentatifkan
‘kode’ kesenian, yakni melalui
keluar dirinya. Maka, lahirlah karya
bentuk tertentu dengan struktur dan
seni.
sistem tertentu pula. Mengenai kode
Seni Rupa merupakan salah
seni ini tiap masa dan tempat
satu cabang dari kesenian. (Kamus
memiliki norma-norma sendiri.
Besar Bahasa Indonesia, 1991)
Tetapi, apa yang disebut ‘kebenaran’
menyatakan seni adalah:
atau ‘kenyataan’ yang ditemukan
“Kesanggupan akal untuk
oleh seniman dan penikmat seninya.
menciptakan sesuatu yang bernilai
Inilah persoalan ‘isi seni’.
tinggi, keahlian membuat karya yang
bermutu, karya yang diciptakan
dengan keahlian yng luar biasa.” PEMBAHASAN

Khusus dalam refresentasi istilah ini A. Kesalahpahaman Seni


dapat mengandung arti sebuah Someone have been looking
gambaran yang melambangkan atau painting! Pada saat menghadapi
mengacu kepada kenyataan karya seni lukis yang dilihatnya,

c-ISSN : 2503-4626
e-ISSN : 2528-2387
198 Jurnal Pendidikan dan Kajian Seni, Vol.2, No.2, Oktober 2017 : 196-207

melalui pengalaman melihat, terjadi tak terlihat oleh senimannya. (saya


proses pembentukan pengalaman. akan mengajak anda sekalian, untuk
Pada saat itulah terjadi proses pergi agak sedikit menuju ke dua
peleburan diri si penanggap seni, ke alam yaitu, alam rasionalitas, yaitu
dalam karya seni yang dilihatnya. alam yang selalu berkiblat pada
Pada saat berlangsungnya kegiatan pelogikaan dan memuja kebenaran
tersebut, melibatkan pengalaman yang mempunyai rasionable dan
penginderaan yang di ikuti oleh nilai validitas. Tentunya kita juga
tanggapan dari semua aspek akan sedikit bersenang senang di
kejiwaan seseorang, yang melihatnya alam bawah sadar kita, yaitu alam
secara kasat mata. Layaknya dalam irasionalitas berfikir kita, yang
pengalaman hidup sehari hari, semua orang bersepakat sangat
Perasaan, pikiran, intuisi, rasional menyukainya, meski tidak semuanya
dan alam irasional kita tergerak benar.
menanggapi karya seni yang Pereduksian atau pemiskinan
dihadapi. nilai nilai seni, bahkan terjadinya
Pendapat Miharja hambatan dalam proses pembentukan
(Dermawan, 1989) menjelaskan, pengalaman seni, menyebabkan kita
bahwa “ Senisebagai suatu kegiatan dapat berbicara tentang
rohani yang merefleksikan realita kesalahpahaman seni. Dalam dunia
dala artian karya, yang berkat bentuk seni, pengalaman seni inilah yang
dan isinya, maka mempunyai suatu merupakan syarat pokok lahirnya
daya untuk membangkitkan karya seni, meskipun jelas-jelas
pengalaman tertentu.” Dalam bahwa sebuah karya seni diciptakan
pengalaman seni ini, sering si oleh senimannya. Tetapi karya seni
penanggap dapat dan langsung diciptakan dengan orentasi ke luar.
mereduksi nilai nilai seni yang Artinya ditujukan kepada orang lain.
terkandung dalam suatu karya seni Karya seni bukan ditujukan kepada
atau sebaliknya, si penanggap dirinya sendiri, meski benar karya
memperkaya nilai nilai seni yang seni adalah ungkapan ekspresi, tetapi
mungkin sekali justru terlupa atau pada kebenarannya tidak ditujukan

c-ISSN : 2503-4626
e-ISSN : 2528-2387
Selera Seni dan Kesalahpahaman Seni (Hadiyatno) 199

untuk dirinya sendiri. Sekarang mari bersifat short termmemory, maupun


kita mencoba untuk melihat sedikit yang long term memory.
dari kebenerannya. Muncul pertanyaan penulis
penulis bukan atau yang sangat sederhana, apakah anda
bermaksud menelanjangi alam yakin kalau anda berdandan sampai
kejujuran saudara dalam tulisan ini, sampai meng-make over anda,
pada saat kita mencoba untuk originalitas kebenaran semua itu
berdandan, di mulai dari pemilihan untuk diri anda ? Apa anda tidak
busana, kemudian match atasan dan berani sedikit jujur, bahwa anda
bawahan, pemilihan warna busana melakukan semua itu bukannya
dan unsur elemen tambahan berupa untuk si dia atau pasangan anda, juga
aksesories, adalah sesuatu yang orang-orang yang akan melihat
menguras alam pikiran kita, baik saudara di barbeque party nanti.?
secara pengetahuan maupun teoritik, begitupun saat anda menulis…
ataupun sebaliknya, yaitu dengan meskipun awalnya hanya untuk
mengambil dari pengalaman atas kepentingan pribadi, dan mulai
melihat. Setelah anda menyelesaikan sedikit melunak, misalkan
ritual berdandan, maka saya jamin kekasihmu atau untuk kalangan
anda akan puas. (belum hadirnya si terbatas atas izin sebelumnya, disini
penanggap atas pemilihan berdandan kita akan mencoba membuka tabir
anda dan busana yang dikenakan) kebenaran nilai originalitas kita
Pengasosiasian lain dapat sebagai calon seniman. Orisinal yang
juga merujuk pada sebuah catatan sering kita konsumsi dari pasar yang
pinggir pada buku harian kita, atau ada, biasanya unsur rasanya sama,
di luar kita, barangkali di tulisanya yaitu seputar plagiarism, yang di
tulisan itu, tujuan awalnya dalamnya menyangkut bentuk yang
sederhana, adalah sebagai diperdebatkan, ataupun branded
refresentatif dari rangkuman product,
pengalaman yang ingin dijadikan Begitu juga perihal tulisan
catatan untuk mengenang perjalanan atau sedikit catatan harian tadi,
memori penulisnya, baik itu yang meskipun ditulis sebagai

c-ISSN : 2503-4626
e-ISSN : 2528-2387
200 Jurnal Pendidikan dan Kajian Seni, Vol.2, No.2, Oktober 2017 : 196-207

representatif dari pengalaman dalam menjadi karya, kalau ada penanggap


perjalanan hidupnya, penulis yang mampu memperoleh
meyakini, bahwa penulisnya pengalaman seni, dari karya yang
mungkin berharap, di suatu kelak, dibuat dan ditampilkannya tersebut.
catatannya akan dibaca orang lain Dengan demikian, faktor keterkaitan
juga. Terbaca orang lain karena lalai antara objek seni dan subjek
menyimpan, terjatuh atau mungkin penanggap amat menentukan
kita sendiri memberi peluang dengan munculnya nilai seni. Karya yg
pura-pura terlupa ketika menaruh, diperlakukan demikian itu dapat
sehingga terbaca oleh orang lain. memunculkan nilai seni.
intinya, mari kita jujur, sebetulnya Sebuah sajak modern atau
ada keinginan dibaca oleh orang lain. sebuah lukisan abstrak, surealis atau
Kalau iya, seniman sastra ini sudah ekspresif yang dibawa ke lingkungan
mengingkari ritual kejujuran. masyarakat primitif, mungkin tidak
berikutnya menyangkut juga akan mampu menimbulkan
kejujuran orisinal isi yang jujur dan pengalaman seni atau pengalaman
mempunyai nilai originalitas dalam estetik. Ini karena pengalaman dan
mengekspresikan tulisan. Biasanya pendidikan nilai seni masyarakat
jarang sekali tokoh penulis, primitif sebagai penanggap seni
menuliskan yang bertentangan berbeda dengan asal konteks nilai
dengan privasi, meski ada, tetapi seniman penciptanya.
kuantitinya barangkali sudah Dengan demikian, salah satu
dikurangi prosentasinya. syarat terjadinya pengalaman seni
(menyangkut tujuan, nilai dan publik terhadap sebuah benda seni adalah,
seninya) adanya kesamaan konteks nilai seni
Nilai originalitas Sebuah antara seniman (dan karya seninya)
karya seni, diciptakan bukan dengan penanggap seni atau publik
semacam untuk terapi. Karya seni seni. Konteks nilai seni ini
diciptakan untuk orang lain di memungkinkan adanya penerimaan
kebenarannya. Sehingga karya nilai seni dari karya seni secara tepat
tersebut baru benar-benar bisa dan lengkap atau bahkan lebih kaya.

c-ISSN : 2503-4626
e-ISSN : 2528-2387
Selera Seni dan Kesalahpahaman Seni (Hadiyatno) 201

Sebuah benda seni yang Meskipun struktur nilai semua jenis


dihasilkan dari suatu kontek seni dan seni itu sama, jelas berbeda bobot
diterima oleh penanggap seni dari dan penekanannya. Setiap
kontek lain, mungkin dapat terjadi masyarakat tersebut memiliki jenis
kesalahpahaman terhadap nilai seni. keseniannya sendiri. Orang boleh
Setiap masyarakat memiliki struktur saja mengatakan pendapat tentang
nilai dasarnya sendiri yang menjadi seni yang jelek atau seni yang baik.
acuan dalam kehidupan mereka dan Tetapi pengalaman menunjukan
sekaligus mewujudkanya dalam bahwa sebuah lukisan Affandi,
kehidupan sehari hari mereka. misalnya, jauh kurang dihargai
Struktur nilai yg lazim disebut dibandingkan dengan lukisan rakyat
ideology sosial seni ini merupakan yang berisi mitos Joko Tingkir. Ini
satu kesatuan. karena nilai pada lukisan Affandi
Nilai nilai itu sangat di tidak berbicara kepada penganut nilai
tentukan oleh infstruktur kehidupan seni rakyat Joko Tingkir.
sosialnya. Gugus nilai sebuah Kesalahpahaman dalam seni
ideology itu bermacam ragam, terjadi karena perbedaan konteks
termasuk di dalamnya penghargaan nilai. Dan konteks nilai ini menjadi
terhadap nilai seni. Nilai seni yg di milik individu setelah ia belajar dari
acu, baik secara intrinsik maupun masyarakat. Maka proses
ektrinsik, selaras dengan nilai sosial, pengalaman seni akan terjadi apabila
moral, ekonomi dan lainnya. penanggap seni atau subjek seni
Arnold Hauser, seorang menyesuaikan diri dengan konteks
sosiolog Jerman, menyebutkan nilai senimannya. konteks nilai ini
adanya golongan sosial yang dalam jaman modern semakin
memiliki nilai seni sendiri, yakni meyempit bahkan kadang individual
masyarakat budaya elit, masyarakat (pada seniman kreatif). Maka
budaya popular, masyarakat budaya perkembangan konteks seni dalam
massa, dan masyarakat budaya seni modern perlu terus menerus
rakyat. Setiap masyarakat tersebut diikuti dan dirumuskan nilainya oleh
memiliki nilai sendiri dalam seni. para pemikir seni dan kritikus.

c-ISSN : 2503-4626
e-ISSN : 2528-2387
202 Jurnal Pendidikan dan Kajian Seni, Vol.2, No.2, Oktober 2017 : 196-207

Dalam zaman globalisasi ini pahaman ang akibatnya mengerikan,


perkembangan konteks nilai seni yakni pelarangan, pembredelan atau
ditanah air juga semakin cepat ketakacuhan massyarakat terhadap
berubah. Inilah sebabnya para keberadaan seni modern.
penanggap seni juga amat terbatas,. Kesalahpahaman yang berarti
Yaitu mereka yang bacaan dan keliru mengartikan nilai, atau justru
pengalaman konteksnya sama salah mentafsirkan nilai (karena
dengan senimannya. Maka, kesalah berdasarkan konteksnya masing-
pahaman seni bisa sering terjadi masing) dapat berakibat fatal bagi
dalam peta seni modern kita. perkembangan kebudayaan
Salah satu usaha yang dapat masyarakat itu sendiri. Kalau hanya
dilakukan untuk memperkecil menyoal soal ketidak perdulian atau
wilayah salah paham dan malah kurang laku, mungkin masih
memperluas kepahaman adalah tidak begitu gawat. Tapi kalau
melalui pendidikan non pormal. Ini kesalahpahaman itu lantas berakibat
nerarti kerjakeras kritikus, guru seni pelarangan, pembasmian dan
dan pemikir seni. Medianya dapat seterusnya. Maka proses
berupa media cetak dan media penghacuran karya seni yang
elekteonik seperti televisi. Pada bermasa depan dapat terjadi.
hemat sya usaha ini belum dilakukan
secara terarah di Indonesia. Siapa B. Selera Seni
yang bertugas memperkecil Sebelum penulis membahas
terjadinya kesalah pahaman seni? tentang selera seni, ada sedikit
Tentu saja mereka yang mempunyai catatan dalam bahasan menyangkut
idealism pemasarakatan seni. selera seni ini, pertama seni bukanlah
Seni bukan hanya pengetahuan yang mengandakan
menciptakan karya. Seni juga logika dalam membuat penilaian,
merupakan komunikasi dengan tetapi lebih kepada mengedepankan
publiknya. Begitu banyak karya seni rasa, tentunya dalam memberikan
itu lahir, tetapi begitu terbatas penilain, sehingga sering sekali
publiknya, yang terjadi kesalah muncul subjektivitas. Contoh

c-ISSN : 2503-4626
e-ISSN : 2528-2387
Selera Seni dan Kesalahpahaman Seni (Hadiyatno) 203

tersebut dapat terlihat dari, mengapa tingkat pengetahuannya tinggi


ada orang yang lebih menyukai (keilmuan dan filsafat), yang
lukisan Vincent Van Gogh daripada pengalaman hidupnya luas dan
lukisan Pablo Picaso ? Mengapa ada beragam serta pekat (intens), yang
orang yang lebih suka menonton kepekaannya tajam, bagai punya
teater Putu Wijaya daripada Teater indera keenam. Dia tentu memiliki
Koma N. Riantiarno ? Mengapa ada potensi pengalaman yang tinggi pula.
orang yang sama sekali tak suka Kalau seniman yang demikian itu
musik jazz dan lebih memilih musik mengekspresikan pengalaman
dangdut sebagai musik favoritnya ? seninya (pengalaman artistiknya,
Singkatnya : mengapa rasa suka menurut John Dewey), apakah dari
semua orang terhadap karya seni pihak penanggap seni juga dituntut
tidak dapat kolektif jawabannya ? kualitas yang serupa ?
mengapa tidak semua orang Menurut Croce, pengalaman
menyukai semua karya seni yang seni penanggap haruslah identik.
dinilai bagus ? Pada seniman, hal itu di sebutnya
Menurut Sumardjo sebagai genius, sedangkan pada
(2002:189) Filsuf seni Italia, penanggap seni disebutnya selera.
Benedetto Croce, pernah membahas Apakah pembaca karya agung Dante,
selera seni ini. Dalam kesempatan ini Divina Comedia, harus
penulis hanya akan mengutip mensejajarkan diri dengan
pendapatnya mengenai produksi kegeniusan sastrawan itu? Selera
seni, yakni pihak seniman dengan pembaca umumnya tentu tidak akan
pengalaman artistiknya, dan kaum mencapai kegeniusan Dante. Tetapi,
reproduksi seni alias para penanggap ada pembaca yang meski tak genius,
seni. Keduanya betolak dari akan mampu mengapresiasi karya
pengalaman seni masing-masing. sang genius; artinya, pembaca
Pengalaman seni seseorang semacam itu terangkat dalam
ditentukan oleh faktor pendidikan lingkaran genius karya tersebut.
(pengetahuan), pengalaman dan Pengalaman seni sastrawan dapat
kepekaan. Seorang seniman yang ditangkap dan dialami oleh pembaca.

c-ISSN : 2503-4626
e-ISSN : 2528-2387
204 Jurnal Pendidikan dan Kajian Seni, Vol.2, No.2, Oktober 2017 : 196-207

Maka, dalam komunikasi menggunakan dua cara pandang seni


pengalaman seni ini, seniman yang yang berbeda.
genius harus berselera, dan pembaca Yang disebut selera dalam
yang baik harus berselera genius. seni sebenarnya bukanlah masalah
Hal ini mudah diterima kalau berbedanya cara pandang seni atau
seniman, karya seni, dan publik seni aliran seni. Sebab, kaum relatifis pun
berada pada satu tatanan, katakanlah dapat berbeda pendapat tentang
budaya, yang sama, dengan hanya berbagai karya yang sejenis dengan
berbeda dalam tingkat saja. Tetapi, karya Van Gogh dan Pablo Picasso.
bagaimana kalau tataran pengetahuan Kalau ada penganut absolutis yang
budaya berbeda? Atau tataran menyukai hampir semua karya Pablo
pengetahuan atau ilmu dan filosofi Picasso, maka kaum realitis pun
seninya berbeda? Vincent Van Gogh dapat hanya menyukai atau menilai
yang mungkin beraliran impresionis- bagus karya tertentu saja dari Van
ekspresif. Meskipun seni Van gogh Gogh dan karya tertentu saja dari
berbeda dengan seni Pablo Picasso, Pablo Picasso.
keduanya punya penggemar yang Masalahnya bukan terletak
fanatik. Yang menyukai Van Gogh pada pengalaman aliran seninya,
mungkin sama sekali tak menyukai tetapi justru pada selera seni yang
Pablo Picasso, atau sebaliknya. sebenarnya. Selera seni ini lebih
Orang yang amat fanatik dan tertutup menjurus kepada temperamen
terhadap pengalaman seni jenis lain seseorang, baik seniman maupun
ini biasa disebut kaum absolutis. penikmat seni. Tempramen ini tentu
Kaum absolutis ini punya selera seni saja bukan ditentukan oleh
yang tak bisa diganggu gugat. Di pendidikan dan pengetahuan (yang
samping mereka, ada yang namanya dapat menentukan pemahaman aliran
relativism, yang berbeda. Selera seni seni), tetapi oleh pengalaman hidup
dapat disetel. Mereka dapat dan bakat bawaan. Seseorang yang
menyukai kedua karya pelukis besar memiliki pengalaman tertentu dalam
itu sebagai karya seni, dengan hidupnya akan memiliki sikap
tertentu pula dalam menghadapi

c-ISSN : 2503-4626
e-ISSN : 2528-2387
Selera Seni dan Kesalahpahaman Seni (Hadiyatno) 205

hidup ini. Begitu juga bakat bawaan berpengetahuan tinggi dalam seni ini
seseorang. Inilah yang dapat menguraikan secara rasional
membentuknya bertemperamen mengapa sebuah karya bersifat
tertentu pula. Temperamen inilah demikian dan yang lain bersifat
yang menentukan adanya selera seni. begitu. Soal aliran seni adalah soal
Ada orang yang tidak pemahaman dan kecenderungan
menyukai segala macam sikap dan waktu ini. Dan ini bukan soal selera
bentuk kekasaran dalam hidup ini. seni. Dalam selera seni orang tak
Dalam memilih pengalaman seninya, dapat menjelaskan mengapa ia tidak
orang demikian ini akan lebih begitu menyukai kelembutan dalam
memilih karya seni yang tidak karya seni aliran apa pun.
mengandung kekasaran. Ada orang Dalam hal ini berlaku hukum
yang lebih menyukai kelembutan, berikut: selera tak dapat
keseleraan, kelambanan dalam hidup diperdebatkan. Mengapa? Karena
ini. Maka, pilihan karya seni yang masing-masing kita, baik seniman
lebih disukainya adalah yang maupun penanggap seni, memang
mengandung berbagai kualitas memiliki selera yang berbeda-beda.
tersebut. Ia lebih menyukai kualitas Dan perbedaan selera ini disebabkan
tertentu dalam seni, tetapi tidak oleh perbedaan tempramen. Dan
secara absolut menolak dan tidak perbedaan tempramen individual ini
menghargai kualitas yang lain, kalau disebabkan oleh pengalaman hidup
memang benar-benar karya seni yang yang berbeda dan bakat bawaan yang
tak sesuai dengan seleranya itu berbeda. Ada yang berbakat motoris,
benar-benar baik. Inilah yang disebut ada yang berbakat rasional, ada yang
‘berselera baik’. berbakat emosional.
Orang yang berselera seni Tetapi, perbedaan tempramen
baik dan tinggi dapat menghargai ini tidak mengurangi seseorang
nilai-nilai seni yang berkenan dengan untuk meningkatkan pengetahuan
seleranya sendiri, karena dia seorang seninya sehingga mampu
relatifis yang punya pengetahuan mengapresiasi berbagai aliran seni
tinggi terhadap seni. Mereka yang lain, mampu menghargai mutu seni

c-ISSN : 2503-4626
e-ISSN : 2528-2387
206 Jurnal Pendidikan dan Kajian Seni, Vol.2, No.2, Oktober 2017 : 196-207

Van Gogh di satu pihak dan mampu berselera seni buruk, meskipun
menghargai mutu seni Pablo Picasso sebenarnya mereka amat cerdas.
di pihak lain. Hanya saja pilihan Justru kecerdasan mereka inilah yang
seninya pada Van Gogh lebih mengakibatkan tingginya
menjurus pada segala yang pertimbangan rasionalitas mereka
mengandung kekerasan hidup. dalam seni. Kalau hanya perbedaan
Sementara itu, pilihannya pada karya cara pandang seni, seharusnya
Pablo Picasso juga hanya yang mereka juga dapat mengambil nilai
mengandung kekerasan hidup dan pengalaman seni dari cara pandang
kurang pada yang mengandung seni yang lain yang pernah ada.
kelembutan. Kalau ini dilakukan, maka mereka
Selera seni yang jelek termasuk punya selera seni yang
terdapat dalam sikap fanatisme yang baik.
bersikukuh pada rasionalisasi seni
tertentu (cara pandang seni atau apa KESIMPULAN
yang baginya disebut seni) ataupun Pengalaman seni dapat
pada tempramen tertentu. ‘Pokoknya, berbeda terhadap penghayatan
kalau bukan seni jenisnya Van Gogh, sebuah karya seni yang sama? Ini
saya tak suka’. Semua karya seni karena semua karena setiap orang
yang berada di luar seleranya memiliki kepentingan pribadi yang
dikatakan jelek dan bukan seni. berbeda-beda. Seni memang soal
Selera seni tertutup semacam nilai, yaitu nlai estetika, nilai sesuatu
ini juga sering menghinggapi kaum yang disebut `bagus` atau `indah`.
terpelajar seni kita. Ada semacam Sesuatu yang mendatangkan
dugaan bahwa setiap yang mutakhir kepuasan bathin. Membuat penerima
dari produk seni Barat dianggap karya seni dalam keadaan rohani
mewakili apresiasi seni yang tinggi. yang seimbang, tenang, larut dalam
Secara otomatis pandangan semacam suatu pengalaman seni. Terjadi suatu
ini menilai jelek jenis karya seni peristiwa `unio mistika`. Antara
yang bukan mutakhir. Pada dasarnya penanggap seni dan benda seni.
mereka ini termasuk kategori kaum Meleburnya penanggap seni dengan

c-ISSN : 2503-4626
e-ISSN : 2528-2387
Selera Seni dan Kesalahpahaman Seni (Hadiyatno) 207

benda seni, membuat kondisi


bathinnya memasuki suasana
perasaan dan pengalaman tertentu.
Dan, karena nilai sifatnya subjektif
serta berkaitan langsung dengan
lingkungan hidupnya, maka yang
disebut seni pun memiliki fungsi
praktis. Sesuatu itu bernilai karena
memang mempunyai harga dalam
hidup seseorang. Maka, kesenianpun
memiliki konteks yang beragam
sesuai masyarakatnya dengan
Sruktur sosial dan budaya.

DAFTAR PUSTAKA
Dermawan Budiman. (1989).
Pendidikan Seni Rupa.
Bandung : Ganeca Exact.
Sumardjo, Jakob. (2000). Filsafat
Seni. Bandung: ITB.
Pusat Bahasa Departemen
Pendidiksaan Nasional.
(1991). Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.

c-ISSN : 2503-4626
e-ISSN : 2528-2387

You might also like