You are on page 1of 15

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/344778674

Analisis Indeks Kesehatan Provinsi Maluku Tahun 2019

Preprint · October 2020


DOI: 10.13140/RG.2.2.19333.37601

CITATIONS READS

0 2,897

10 authors, including:

Agasi Purnama Muhammad Mawahibul Fadli


Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
10 PUBLICATIONS   0 CITATIONS    10 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Umi Alifa Jamil Agus Joko Pitoyo


Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
10 PUBLICATIONS   0 CITATIONS    75 PUBLICATIONS   3,501 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Penyusunan Grand Design Pembangunan Kependudukan (GDPK) Kabupaten Bantul View project

A projection production and consumption of food crops in Bali Province towards 2021-2025 View project

All content following this page was uploaded by Umi Alifa Jamil on 20 October 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Analisis Indeks Kesehatan Provinsi Maluku Tahun 2019

Agasi Purnama Jatti​1​, Mega Rakhmatika​1​, Muhammad Mawahibul Fadli​1​, Umi Alifa Jamil​1​,
Agus Joko Pitoyo​1​, Arif Fahrudin Alfana​1
1​
Departemen Geografi Lingkungan, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

email: agasipurnama98@mail.ugm.ac.id

Abstract
Healthcare development is something that must be developed to keeps the health services for public
fulfilled. Maluku Province is an archipelago, therefore easy access to health services must be
achieved with good healthcare development. The purpose of this study was to analyses the effect of
posyandu ratios on public, children under five who are assisted by the health workers, the number of
households that drinking proper water, households with access to proper sanitation, and APBD for
healthcare on health development. The results showed that the lowest posyandu ratio was in Ambon
and the highest was in Southwest Maluku Regency. The highest and lowest percentages of childbirth
assisted by health workers were in Tual and Buru Selatan, respectively. highest and lowest index for
households which drink proper water are in Ambon and west part of Seram, respectively. The highest
and lowest percentage for households with proper access to sanitation are in Ambon and Aru Islands,
respectively. The highest and lowest percentages of APBD for healthcare are in Aru Islands and
Ambon, respectively. From these parameters, Tanimbar Islands, Southeast Maluku, Ambon, and Tual
are categorized as the regional with high health development index.

Keywords: Health, Health Service, Maluku Province

Abstrak
Pembangunan kesehatan merupakan suatu hal yang harus tetap dikembangkan untuk menjaga
kebutuhan pelayanan kesehatan penduduk tetap terpenuhi. Provinsi Maluku merupakan wilayah yang
berbentuk kepulauan, sehingga akses kesehatan yang mudah harus tercapai dengan pembangunan
kesehatan yang baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh rasio posyandu
terhadap penduduk, balita yang ditolong oleh kesehatan​, besaran rumah tangga yang menggunakan
air minum layak, rumah tangga dengan akses terhadap sanitasi yang layak, dan APBD untuk
kesehatan terhadap pembangunan kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan rasio posyandu
terendah berada di Ambon dan tertinggi berada di Kabupaten Maluku Barat Daya. ​Persentase
persalinan dibantu tenaga kesehatan tertinggi dan terendah berturut –turut berada di Tual dan Buru
Selatan. indeks rumah tangga yang menggunakan air minum layak tertinggi dan terendah berturut
–turut berada di daerah Ambon dan Seram Bagian Barat. Angka persentase rumah tangga dengan
akses terhadap sanitasi yang layak tertinggi dan terendah berturut – turut berada di Ambon dan
Kepulauan Aru. Persentase APBD untuk kesehatan tertinggi dan terendah berturut – turut berada di
Kepulauan Aru dan Ambon. Dari Parameter tersebut menjadikan indeks pembangunan kesehatan
daerah di Provinsi Maluku dengan kategori tinggi berada di Kepulauan Tanimbar, Maluku Tenggara,
Ambon, dan Tual​.

Kata kunci:​.Kesehatan, Pelayanan Kesehatan, Provinsi Maluku


PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Provinsi Maluku merupakan Provinsi yang memiliki banyak pulau atau berbentuk
kepulauan dengan jumlah pulau kurang lebih 1.340 dan luas wilayah 712.479,69 Km​2​.
Dengan luasan tersebut sebagian besar wilayahnya merupakan perairan, dengan luas
perairan 658.331,52 Km​2​. Luasan wilayah Provinsi Maluku tersebut dipadati dengan jumlah
penduduk 1.749.529 jiwa. Dengan jumlah penduduk yang cukup banyak tersebut sebagian
besar bertempat tinggal di pulau kecil yang menjadikan tingkat kepadatan semakin tinggi
dan tidak merata. Kondisi Provinsi Maluku tampaknya masih belum terdukung dengan
ketersediaan infrastruktur transportasi dan komunikasi yang baik.

Dalam suatu wilayah dibutuhkan suatu pelayanan kesehatan yang mumpuni untuk
terjaganya kesehatan penduduk. Pelayanan kesehatan tersebut harus tetap dikeembangkan
dan dijaga sesuai kebutuhan penduduk dengan melakukan pembangunan kesehatan.
Pembangunan kesehatan adalah upaya untuk memenuhi hak dasar rakyat dalam
mengakses fasilitas pelayanan kesehatan karena kesehatan tersebut merupakan hak asasi
manusia (Sulistyorini dkk, 2011).

Pencapaian tercapainya kesehatan tersebut dapat didukung oleh berbagai


penggunaan penduduk yang sesuai untuk kesehatan. Selain hal tersebut, Provinsi Maluku
merupakan provinsi yang berbentuk kepulauan. Dengan bentuk yang kepulauan tersebut
akses penduduk akan semakin sulit apabila pelayanan kesehatan tidak memadai ditambah
dengan buruknya transportasi dan komunikasi. Maka dari itu, pembangunan kesehatan
harus diukur dengan baik, untuk kepentingan evaluasi daerah mana saja yang harus
dipercepat pembangunannya.

Provinsi Maluku dalam pembangunan kesehatan juga mempunyai tantangan


sebagaimana tantangan pada pembangunan pada bidang yang lain. Dalam melakukan
sebuah pembangunan diperlukan ukuran untuk menilai sejauh mana pembangunan tersebut
berhasil. Dalam pembangunan kesehatan dapat diukur menggunakan beberapa parameter,
seperti rasio posyandu terhadap penduduk, balita yang ditolong oleh kesehatan​, besaran
rumah tangga yang menggunakan air minum layak, rumah tangga dengan akses terhadap
sanitasi yang layak, dan APBD untuk kesehatan untuk mengetahui seberapa jauh
pembangunan telah terlaksana.

II. Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh rasio posyandu terhadap
penduduk, balita yang ditolong oleh kesehatan​, besaran rumah tangga yang menggunakan
air minum layak, rumah tangga dengan akses terhadap sanitasi yang layak, dan APBD
untuk kesehatan terhadap pembangunan kesehatan.

METODE

Rasio Posyandu terhadap penduduk

Rasio posyandu terhadap penduduk merupakan perbandingan dari banyaknya


posyandu dengan penduduk. Rasio ini menunjukkan cakupan dari suatu posyandu dalam
menangani permasalahan kesehatan di masyarakat.
Persentase balita yang ditolong oleh tenaga kesehatan saat dilahirkan 

Persentase balita yang ditolong oleh tenaga kesehatan saat dilahirkan adalah
perbandingan jumlah bayi yang kelahirannya ditolong tenaga kesehatan dengan jumlah bayi
yang lahir secara keseluruhan. Tenaga kesehatan yang dimaksud adalah dokter, bidan,
mantri kesehatan, dll. Tenaga non kesehatan diantaranya dengan cara tradisional, dukun
bayi, paraji, dll. Perhitungan persentase dilakukan dengan rumus :

Persentase rumah tangga yang menggunakan air minum layak  

Persentase  rumah  tangga  yang  menggunakan  air  minum  layak  merupakan 


perbandingan  antara  jumlah  rumah  tangga  dengan  akses  terhadap  sumber  air  minum 
berkualitas  terhadap  jumlah  rumah  tangga  yang  dinyatakan  dalam  persen.  Data  yang 
digunakan  berasal  dari  data  BPS.  Rumus  yang  digunakan  dalam  menghitung  persentase 
rumah tangga yang menggunakan air minum layak yaitu: 

(Sumber: BPS 2020) 

Persentase rumah tangga dengan akses terhadap sanitasi yang layak 

Persentase rumah tangga dengan akses terhadap sanitasi yang layak merupakan
perbandingan antara jumlah rumah tangga yang memiliki akses terhadap layanan sanitasi
layak terhadap jumlah rumah tangga yang dinyatakan dalam persen. Data yang digunakan
berasal dari data BPS. Rumus yang digunakan dalam menghitung persentase rumah tangga
dengan akses terhadap sanitasi yang layak yaitu:

 
(Sumber: BPS 2020) 

Persentase APBD untuk kesehatan 

Persentase APBD untuk pendidikan didapatkan dari data BPS. Data tersebut diubah
kedalam persentase pada alokasi bidang kesehatan. Analisis yang dilakukan dengan
metode kualitatif yang didukung dengan literatur. 

Indeks Kesehatan

Perhitungan indeks kesehatan dilakukan dengan menggunakan beberapa indikator


kesehatan seperti rasio posyandu terhadap penduduk, persentase balita yang ditolong oleh
tenaga kesehatan saat dilahirkan, persentase rumah tangga yang menggunakan air minum
layak, persentase rumah tangga dengan akses terhadap sanitasi yang layak, dan
persentase APBD untuk kesehatan. Langkah awal perhitungan indeks kesehatan yaitu
menentukan indeks masing-masing indikator dengan cara:

Untuk kemudian dapat dilakukan perhitungan indeks kesehatan menggunakan rumus:

HASIL DAN PEMBAHASAN

Rasio Posyandu terhadap penduduk

Rasio posyandu dengan penduduk dapat memperlihatkan kondisi keterjangkauan


fasilitas kesehatan di suatu daerah. Semakin banyak posyandu semakin banyak penduduk
yang dapat menjangkau akses kesehatan dasar. Rasio posyandu dipilih karena posyandu
merupakan fasilitas kesehatan bimbingan puskesmas untuk memberikan upaya pelayanan
kesehatan di daerah yang sulit dicangkup. Posyandu sendiri memiliki program prioritas
berupa keluarga berencana, kesehatan ibu dan anak, gizi, imunisasi dan penanggulangan
diare.

Rasio posyandu dengan penduduk terendah di Maluku berada di Ambon yaitu


sebesar 0.0006 dengan nilai indeks 0.09. Rendahnya posyandu di Ambon tentunya
berkaitan dengan kondisi wilayah yang merupakan ibukota provinsi. Ambon sendiri memiliki
penduduk yang banyak dengan kepadatan penduduk mencapai 1.603 per km2. Rendahnya
rasio ini dapat mengakibatkan kurangnya akses pelayanan masyarakat terhadap kesehatan
tetapi hal ini dapat diatasi dengan adanya fasilitas rumah sakit umum di daerah ini (Tabel 1).
Penyebab rendahnya rasio posyandu ini dapat disebabkan karena adanya rumah sakit
umum yang jangkauannya lebih luas daripada posyandu. Daerah yang perlu diperhatikan
justru adalah Tual dan Seram Bagian Barat karena nilai indeksnya hanya 0.2 dengan jumlah
rumah sakit hanya satu.

Tabel 1.​ Rasio posyandu terhadap penduduk dan jumlah rumah sakit umum di Maluku
tahun 2019

Sumber : BPS, 2019

Rasio posyandu terhadap penduduk tertinggi berada di Maluku Barat Daya yaitu
sebesar 0.0037 dengan nilai indeks 0.59. Tingginya rasio ini menandakan masih banyaknya
daerah yang tidak terjangkau oleh rumah sakit sehingga memerlukan adanya posyandu.
Kondisi topografi yang berbukit mengakibatkan perlunya posyandu di daerah ini untuk
menyediakan layanan kesehatan dan menjamin kesehatan masyarakat.

Persentase balita yang ditolong oleh tenaga kesehatan saat dilahirkan

Persentase persalinan ditolong tenaga kesehatan dapat menggambarkan kondisi


kesehatan di masyarakat. Tenaga kesehatan yang dimaksudkan adalah dokter, bidan
maupun perawat, sedangkan non kesehatan adalah dukun anak, atau seseorang yang tidak
mendapat pendidikan formal kesehatan. Persalinan yang dibantu tenaga kesehatan
merupakan upaya untuk melindungi ibu dan bayi dari kematian (Hermawan, 2017). Semakin
kecil persentasenya maka semakin besar resiko kematian dan semakin buruk kondisi
kesehatan di daerah tersebut. Persentase persalinan dibantu tenaga kesehatan dapat dilihat
pada tabel 2.
Tabel 2.​ Persentase persalinan dengan tenaga kesehatan dan jumlah tenaga kesehatan

Sumber : BPS, 2019

Persentase persalinan dibantu tenaga kesehatan terendah berada di Buru Selatan


yaitu sebesar 18.23% dengan nilai indeks 0.17. Rendahnya persentase ini dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti ketersediaan layanan kesehatan, kondisi geografis,
status sosial, tingkat pendidikan dan pengetahuan kesehatan (Hermawan, dkk, 2013).
Berdasarkan faktor tersebut penyebab rendahnya persentase dapat terjadi karena tingkat
pendidikan yang rendah. Di daerah ini 62% penduduknya berijazah kurang dari SMA seperti
pada tabel 3. Hal ini menunjukkan rendahnya tingkat pendidikan di daerah ini. Selain itu,
kondisi geografis daerah ini berupa perbukitan dan dataran juga dapat mengakibatkan
sulitnya akses untuk mendapatkan pertolongan tenaga kesehatan.

Tabel 3.​ Persentase penduduk menurut ijazah tertinggi yang dimiliki di Provinsi Maluku
tahun 2019

Sumber : BPS, 2019

Persentase persalinan dibantu tenaga kesehatan paling tinggi berada di Tual yaitu
sebesar 86.23 persen dengan nilai indeks 0.86. Tingginya persentase ini dapat dicapai
karena adanya kesadaran penduduk terhadap pentingnya pertolongan oleh tenaga
kesehatan. Kesadaran ini didukung dari tingkat pendidikan penduduk yang relatif tinggi
dimana penduduk dengan ijazah diploma dan sarjana sebesar 15.86 persen. Hal ini
menunjukkan pentingnya tingkat pendidikan penduduk untuk mendukung pengetahuan
kesehatan yang lebih baik.

Persentase rumah tangga yang menggunakan air minum layak

Persentase rumah tangga yang menggunakan air minum layak di Provinsi Maluku
masih tergolong cukup rendah jika dibandingkan dengan provinsi lain. Provinsi Maluku
sendiri memiliki permasalahan terhadap angka persentase rumah tangga yang
menggunakan air minum layak yaitu akses rumah tangga terhadap air minum yang layak
belum merata di seluruh wilayah Provinsi Maluku. Tabel 4 menunjukkan adanya
ketimpangan persentase rumah tangga yang menggunakan air minum layak, yaitu Kota
Ambon sebesar 88 persen dan Kabupaten Seram Bagian Barat sebesar 61 persen, yang
artinya dari 100 rumah tangga di Indonesia, ada 61 rumah tangga yang memiliki sanitasi
layak, sedangkan 39 rumah tangga masih belum memiliki fasilitas sanitasi yang layak.

Tabel 4.​ Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan Air Minum Layak

Sumber : BPS,

Tabel 4 menunjukan bahwa Kota Ambon memiliki indeks rumah tangga yang
menggunakan air minum layak tertinggi, sebesar 0,88. Tingginya angka tersebut
dikarenakan di daerah perkotaan penyediaan air bersih sudah dilakukan oleh Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM) dibawah pengawasan masing-masing pemerintah daerah. Air
PDAM ini bersumber dari mata air atau sungai dimana air tersebut harus memenuhi
spesifikasi untuk dialirkan ke rumah tangga di wilayah tersebut. PDAM ini memiliki seluruh
database pelanggan sehingga memiliki manajemen yang baik dibandingkan wilayah
pedesaan yang sebagian operatornya masih organisasi masyarakat setempat.

Kabupaten Seram Bagian Barat memiliki indeks rumah tangga yang menggunakan
air minum layak terendah. Hal ini dikarenakan wilayah tersebut memiliki pengetahuan dan
kesadaran masyarakat akan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) rendah. Menurut Jurnal
Nasional Ilmu Kesehatan Volume 1 Edisi 3 Tahun 2019, masyarakat Kabupaten Seram
Bagian Barat terbiasa untuk tidak memasak air sebelum dijadikan air minum, hal ini tentu
menyebabkan air minum tersebut tidak layak. Selain itu, banyak warga yang menggunakan
air sungai sebagai air minum, dimana syarat untuk memenuhi air minum yang layak berasal
dari mata air. Pengetahuan akan pentingnya air minum yang layak bagi masyarakat
sangatlah penting untuk menjaga kesehatan, karena jika masalah tersebut disepelekan
dapat menimbulkan berbagai penyakit salah satunya diare.

Persentase rumah tangga dengan akses terhadap sanitasi yang layak

Rendahnya sanitasi layak di Provinsi Maluku disebabkan oleh minimnya infrastruktur


sanitasi layak di daerah tersebut. Letak Provinsi Maluku yang cukup sulit dijangkau ini
memberikan kendala dalam pembangunan infrastruktur sanitasi yang layak. Jika dilihat pada
tabel 5, indeks tersebut menunjukkan adanya ketimpangan antara persentase Ambon dan
Kepulauan Aru, dimana Ambon merupakan daerah perkotaan dengan nilai indeks tertinggi
sebesar 0,87 dan Kabupaten yang memiliki sanitasi terendah berada di Kabupaten
Kepulauan Aru sebesar 0,33. Dengan kedua indeks tersebut memperlihatkan bahwa adanya
ketimpangan antar Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku. Oleh karena itu, pemerintah perlu
melakukan pendataan dan memberikan kebijakan pada daerah dengan sanitasi layak yang
rendah.

Tabel 5.​ Persentase Rumah Tangga dengan Akses terhadap Sanitasi yang Layak di
Provinsi Maluku Tahun 2019

Sumber : BPS, 2019

Angka persentase rumah tangga dengan akses terhadap sanitasi yang layak
merupakan salah satu indikator dalam menggambarkan kondisi kesehatan di suatu daerah.
Angka persentase rumah tangga dengan akses terhadap sanitasi yang layak di Maluku
dengan nilai indeks paling tinggi berada di Ambon sebesar 86 persen. Tingginya persentase
rumah tangga dengan akses terhadap sanitasi yang layak di Ambon dikarenakan daerah
tersebut merupakan daerah perkotaan dimana aksesibilitas masyarakat terhadap sarana
sanitasi tergolong baik. Selain itu, tingkat kesadaran masyarakat di perkotaan cukup tinggi
dikarenakan pengetahuan mereka secara keseluruhan yang lebih baik dibanding mereka
yang tinggal di daerah terpencil.

Angka persentase rumah tangga dengan akses terhadap sanitasi yang layak di
Kabupaten Kepulauan Aru merupakan persentase terendah di Provinsi Maluku, yaitu
sebesar 33 persen. Rendahnya angka tersebut dikarenakan Kepulauan Aru ini jauh dari kota
dan tergolong cukup terpencil, sehingga sulit untuk dijangkau. Dikarenakan sulitnya dalam
penjangkauan, menyebabkan rendahnya pengetahuan akan pentingnya sanitasi bagi
kesehatan mereka. Rendahnya pengetahuan dan tingkat kesadaran menyebabkan
pelayanan sarana sanitasi yang sudah terbangun banyak yang tidak berkelanjutan
dikarenakan adanya fasilitas yang tidak digunakan sebaiknya bahkan terabaikan. Sanitasi
akan berdampak pada kesehatan masyarakat, sebab berbagai persoalan kesehatan seperti
timbulnya penyakit dapat menurunkan derajat kesehatan masyarakat di daerah tersebut.
Banyaknya pencemaran di berbagai tempat dapat menimbulkan permasalahan serius.

Dengan adanya ketimpangan persentase rumah tangga dengan akses terhadap


sanitasi yang layak antara Kota Ambon dan Kabupaten Kepulauan Aru pemerintah sudah
seharusnya pemerintah meningkatkan cakupan pelayanan infrastruktur sanitasi yang layak
khususnya pada daerah terpencil. Selain itu, pengetahuan akan pentingnya sanitasi di
daerah tersebut juga perlu ditingkatkan, sehingga kesadaran masyarakat akan pentingnya
sanitasi yang layak dapat meningkat juga.

Persentase APBD untuk kesehatan

Upaya untuk meningkatkan dan memperluas kesempatan penduduk suatu daerah


agar mencapai hidup layak dapat dilakukan dengan memperhatikan dua sektor, yaitu
pendidikan dan kesehatan (Widodo, dkk. 2011). Kesehatan merupakan salah satu hak dasar
setiap penduduk yang harus dipenuhi oleh pemerintah agar penduduk mendapatkan
pelayanan kesehatan. Kesehatan memiliki peran yang cukup penting dalam mempengaruhi
kualitas manusia. Derajat kesehatan yang rendah akan menghasilkan kualitas sumberdaya
manusia yang rendah dan berpotensi memiliki tingkat mental yang terbelakang. Oleh karena
itu, pemerintah perlu memberikan anggaran khusus untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan untuk penduduk melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Alokasi pengeluaran anggaran pemerintah di sektor kesehatan merupakan sebuah investasi
pemerintah dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

Anggaran yang dialokasikan untuk sektor kesehatan menunjukan komitmen


pemerintah terhadap permasalahan kesehatan. Tabel 6 menunjukkan besarnya persentase
APBD untuk kesehatan pada setiap kabupaten/kota di Provinsi Maluku. Kepulauan Aru
merupakan kabupaten dengan persentase APBD untuk kesehatan paling tinggi di Provinsi
Maluku, yaitu sebesar 16,80 persen. Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 menunjukkan
bahwa kasus stunting di Maluku berada di angka 31,14 persen, dimana Kabupaten
Kepulauan Aru menjadi salah satu kabupaten yang menjadi fokus pemerintah untuk
menekan angka stunting. Hal tersebut yang menjadi salah satu penyebabnya pemerintah
daerah Kabupaten Kepulauan Aru memberikan alokasi anggaran untuk kesehatan yang
cukup besar. Stunting merupakan permasalahan gizi kronis pada anak usia 0 sampai 2
tahun yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang. Besarnya alokasi anggaran
pemerintah Kepulauan Aru untuk kesehatan dapat digunakan untuk memberikan bantuan
makanan tambahan untuk anak dan balita, meningkatkan fasilitas pelayanan kesehatan, dan
biaya operasional lainnya.
Tabel 6.​ Persentase APBD Untuk Kesehatan Provinsi Maluku Tahun 2019

Sumber: BPS, 2019

Kota Ambon menjadi daerah dengan persentase APBD untuk kesehatan yang paling
rendah, yaitu 7,12 persen. Kota Ambon merupakan Ibukota Provinsi Maluku sehingga
memiliki infrastruktur pelayanan kesehatan yang lebih lengkap dibandingkan dengan
kabupaten lainnya. Menurut BPS (2019), Kota Ambon menjadi daerah dengan jumlah rumah
sakit terbanyak di Provinsi Maluku. Dinas Kesehatan Kota Ambon mendapatkan
penghargaan memiliki pelayanan publik terbaik dari Ombudsman tahun 2019. Hal tersebut
menandakan pelayanan kesehatan Kota Ambon sudah baik sehingga anggaran
pengeluaran pemerintah untuk sektor kesehatan relatif rendah.

Indeks Pembangunan Kesehatan 

Kondisi kesehatan di Provinsi Maluku dapat dilihat melalui perhitungan indeks


kesehatan. Indeks kesehatan ditentukan dari lima indikator kesehatan yang terdiri atas rasio
posyandu terhadap penduduk, persentase balita yang ditolong oleh tenaga kesehatan saat
dilahirkan, persentase rumah tangga yang menggunakan air minum layak, persentase
rumah tangga dengan akses terhadap sanitasi yang layak, dan persentase APBD untuk
kesehatan. Nilai indeks kesehatan pada setiap kabupaten/kota ditunjukkan pada tabel 7,
dengan nilai indeks kesehatan berkisar antara 0,32 sampai 0,37. Nilai tersebut menunjukkan
semakin rendah nilai indeksnya maka berbanding lurus dengan kondisi kesehatan daerah
tersebut.
Tabel 7.​ Indeks Pembangunan Kesehatan Provinsi Maluku

 
Sumber: BPS, 2019 (diolah)

Indeks kesehatan tertinggi berada di Kepulauan Tanimbar yaitu sebesar 0,62.


Berdasarkan indikator penilaiannya, faktor yang mempengaruhi tingginya nilai indeks
kesehatan di Kepulauan Tanimbar adalah persentase rumah tangga yang menggunakan air
minum yang layak. Indikator tersebut sebagai salah satu hal penting untuk menjaga
kesehatan, karena jika masalah tersebut disepelekan dapat menimbulkan berbagai penyakit
salah satunya diare. Indikator selanjutnya yang berpengaruh terhadap tingginya indeks
kesehatan di Kepulauan Tanimbar adalah persentase balita yang ditolong oleh tenaga
kesehatan saat dilahirkan. Proses persalinan yang ditangani oleh tenaga kesehatan memiliki
risiko kegagalan/kematian yang rendah dibandingkan dengan persalinan tradisional
sehingga berpengaruh pada Angka Kematian Ibu yang semakin rendah.

Indeks kesehatan terendah berada di Kabupaten Buru Selatan dengan nilai indeks
sebesar 0,37. Rendahnya nilai indeks dipengaruhi oleh persentase balita yang ditolong oleh
tenaga kesehatan saat dilahirkan, yaitu sebesar 18,23 persen. Angka tersebut mengartikan
bahwa kelahiran di Buru Selatan sebagian besar tidak dilakukan dalam pengawasan tenaga
kesehatan. Kondisi yang demikian dapat meningkatkan angka kematian ibu, mengingat
bahwa salah satu penyebab tingginya angka kematian ibu adalah pertolongan persalinan
yang tidak dilakukan oleh petugas kesehatan terlatih.

Indeks kesehatan pada setiap kabupaten/kota di Provinsi Maluku memiliki nilai yang
bervariasi, secara spasial ditunjukkan pada gambar 1. Berdasarkan gambar tersebut
menunjukkan bahwa aspek keruangan tidak memberikan pengaruh terhadap indeks
kesehatan di provinsi Maluku. Seperti yang terlihat pada Kabupaten Buru dan Kabupaten
Buru Selatan, kedua wilayah tersebut terletak dalam satu pulau akan tetapi nilai indeks
kesehatan keduanya mengalami ketimpangan.

Pemerintah Provinsi Maluku perlu melakukan evaluasi terhadap kebijakan yang telah
ditentukan sebelumnya sehingga kualitas kesehatan di provinsi ini belum merata.
Karakteristik Provinsi Maluku yang berbentuk kepulauan menjadi tantangan tersendiri untuk
dapat mewujudkan pemerataan pembangunan di seluruh kabupaten/kota. Salah satu upaya
yang dapat dilakukan adalah dengan menciptakan interaksi yang cukup intensif antara
kabupaten/kota satu dengan yang lain tujuannya agar daerah-daerah terpencil dapat
memperoleh layanan kesehatan. Kesehatan merupakan salah satu investasi yang
menjanjikan dalam mewujudkan sumberdaya manusia yang berkualitas. Dengan adanya
pemerataan kualitas kesehatan harapannya dapat mendorong tercapainya pembangunan di
Provinsi Maluku.

Gambar 1.​ Peta Indeks Kesehatan Provinsi Maluku Tahun 2019


Sumber: BPS, 2019 (diolah)

KESIMPULAN
Rasio posyandu terendah berada di Ambon dengan nilai indeks 0.09 sedangkan
yang tertinggi berada di Maluku Barat Daya. Rasio posyandu ini bergantung pada kondisi
wilayah dan ketersediaan fasilitas kesehatan lainnya seperti rumah sakit. Persentase
persalinan dengan tenaga kesehatan terendah berada di Buru Selatan dengan nilai indeks
0.17 sedangkan yang tertinggi ada pada Kota Tual dengan indeks 0.86. Faktor yang
mempengaruhi persentase tersebut adalah kondisi wilayah dan tingkat pendidikan yang
berbeda di setiap daerah.

Persentase rumah tangga dengan akses terhadap sanitasi yang layak tertinggi
berada di Ambon dengan indeks 0,87. Hal ini dikarenakan infrastruktur sanitasi layak dan
kesadaran masyarakat tergolong baik, sedangkan persentase rumah tangga dengan akses
terhadap sanitasi yang layak terendah dimiliki Kepulauan Aru dengan nilai indeks sebesar
0,33 hal ini dikarenakan wilayahnya yang cukup terpencil sehingga susah untuk dijangkau.
Hal ini juga menyebabkan pengetahuan masyarakat akan pentingnya sanitasi menjadi
rendah.
Persentase rumah tangga yang menggunakan air minum layak tertinggi berada di
Ambon dengan indeks 0,88. Hal ini dikarenakan penyediaan air bersih di daerah perkotaan
sudah dilakukan oleh PDAM, dimana manajemennya lebih baik dibanding daerah pedesaan
yang masih menggunakan organisasi masyarakat setempat, sedangkan persentase rumah
tangga yang menggunakan air minum layak terendah dimiliki Kabupaten Seram Bagian
Barat dengan nilai indeks sebesar 0,61 hal ini dikarenakan rendahnya pengetahuan dan
kesadaran masyarakat akan pentingnya sanitasi.

Persentase APBD untuk kesehatan tertinggi berada di Kepulauan Aru dengan nilai
sebesar 16,8 persen dan terendah berada di Kota Ambon dengan nilai sebesar 7,12 persen.
Faktor yang mempengaruhi yaitu Kepulauan Aru merupakan salah satu kabupaten dengan
angka stunting yang sangat tinggi sehingga b​esarnya persentase APBD digunakan untuk
memberikan bantuan makanan tambahan untuk anak dan balita, meningkatkan fasilitas
pelayanan kesehatan, dan biaya operasional lainnya.

Indeks kesehatan tertinggi berada di Kepulauan Tanimbar yaitu sebesar 0,62 dan
indeks terendah berada di Kabupaten Buru Selatan dengan nilai indeks sebesar 0,37. Faktor
yang mempengaruhi kedua wilayah tersebut memiliki nilai yang sangat timpang yaitu
indikator ​persentase balita yang ditolong oleh tenaga kesehatan saat dilahirkan​. Pertolongan
persalinan yang tidak dilakukan oleh petugas kesehatan terlatih berisiko menyebabkan
kematian ibu.
View publication stats

DAFTAR PUSTAKA

BPS. 2019. ​Statistik Kesejahteraan Dasar Provinsi Maluku​. Maluku : BPS

BPS. 2020. ​Maluku dalam Angka 2020. ​Ambon: BPS.

Hermawan, A. Prabandari, Y. Wilopo, S. 2013. Determinan Persalinan Oleh Tenaga


Kesehatan di Indonesia. ​Berita Kedokteran Masyarakat. Vol. 32(7) Hal.231-236

Hermawan, A. 2017. Gambaran Pilihan Persalinan Oleh Tenaga Non Kesehatan/ Tanpa
Pertolongan di Indonesia. ​Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol.8(1) Hal.89-102

Huliselan, Johan. 2019. Kondisi Sanitasi Rumah dan Kejadian Diare Masyarakat Pesisir di
Desa Paru. ​Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas
Hasanuddin.​ Vol. 1 Edisi 3.

http://satumaluku.id/ “12 OPD Ambon Menerima Penghargaan Pelayanan Publik Terbaik


Ombudsman” (diakses pada 15 Oktober 2020)

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2018. Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan Kementerian RI tahun 2018. http://www.depkes.go.id/ (diakses pada 15
Oktober 2020)

Sulistyorini. 2011. Menyiapkan Kesuksesan Anak Anda. Jakarta : Gramedia Pusaka Utama

Widodo, A., Waridin, dan Kodoatie, J. M. 2011. Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah
Di Sektor Pendidikan Dan Kesehatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan Melalui
Peningkatan Pembangunan Manusia di Jawa Tengah. ​Jurnal Dinamika Ekonomi
Pembangunan.​Vol. 1, No 1. Hal 25-42

You might also like