Professional Documents
Culture Documents
net/publication/344778674
CITATIONS READS
0 2,897
10 authors, including:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Penyusunan Grand Design Pembangunan Kependudukan (GDPK) Kabupaten Bantul View project
A projection production and consumption of food crops in Bali Province towards 2021-2025 View project
All content following this page was uploaded by Umi Alifa Jamil on 20 October 2020.
Agasi Purnama Jatti1, Mega Rakhmatika1, Muhammad Mawahibul Fadli1, Umi Alifa Jamil1,
Agus Joko Pitoyo1, Arif Fahrudin Alfana1
1
Departemen Geografi Lingkungan, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada
email: agasipurnama98@mail.ugm.ac.id
Abstract
Healthcare development is something that must be developed to keeps the health services for public
fulfilled. Maluku Province is an archipelago, therefore easy access to health services must be
achieved with good healthcare development. The purpose of this study was to analyses the effect of
posyandu ratios on public, children under five who are assisted by the health workers, the number of
households that drinking proper water, households with access to proper sanitation, and APBD for
healthcare on health development. The results showed that the lowest posyandu ratio was in Ambon
and the highest was in Southwest Maluku Regency. The highest and lowest percentages of childbirth
assisted by health workers were in Tual and Buru Selatan, respectively. highest and lowest index for
households which drink proper water are in Ambon and west part of Seram, respectively. The highest
and lowest percentage for households with proper access to sanitation are in Ambon and Aru Islands,
respectively. The highest and lowest percentages of APBD for healthcare are in Aru Islands and
Ambon, respectively. From these parameters, Tanimbar Islands, Southeast Maluku, Ambon, and Tual
are categorized as the regional with high health development index.
Abstrak
Pembangunan kesehatan merupakan suatu hal yang harus tetap dikembangkan untuk menjaga
kebutuhan pelayanan kesehatan penduduk tetap terpenuhi. Provinsi Maluku merupakan wilayah yang
berbentuk kepulauan, sehingga akses kesehatan yang mudah harus tercapai dengan pembangunan
kesehatan yang baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh rasio posyandu
terhadap penduduk, balita yang ditolong oleh kesehatan, besaran rumah tangga yang menggunakan
air minum layak, rumah tangga dengan akses terhadap sanitasi yang layak, dan APBD untuk
kesehatan terhadap pembangunan kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan rasio posyandu
terendah berada di Ambon dan tertinggi berada di Kabupaten Maluku Barat Daya. Persentase
persalinan dibantu tenaga kesehatan tertinggi dan terendah berturut –turut berada di Tual dan Buru
Selatan. indeks rumah tangga yang menggunakan air minum layak tertinggi dan terendah berturut
–turut berada di daerah Ambon dan Seram Bagian Barat. Angka persentase rumah tangga dengan
akses terhadap sanitasi yang layak tertinggi dan terendah berturut – turut berada di Ambon dan
Kepulauan Aru. Persentase APBD untuk kesehatan tertinggi dan terendah berturut – turut berada di
Kepulauan Aru dan Ambon. Dari Parameter tersebut menjadikan indeks pembangunan kesehatan
daerah di Provinsi Maluku dengan kategori tinggi berada di Kepulauan Tanimbar, Maluku Tenggara,
Ambon, dan Tual.
I. Latar Belakang
Provinsi Maluku merupakan Provinsi yang memiliki banyak pulau atau berbentuk
kepulauan dengan jumlah pulau kurang lebih 1.340 dan luas wilayah 712.479,69 Km2.
Dengan luasan tersebut sebagian besar wilayahnya merupakan perairan, dengan luas
perairan 658.331,52 Km2. Luasan wilayah Provinsi Maluku tersebut dipadati dengan jumlah
penduduk 1.749.529 jiwa. Dengan jumlah penduduk yang cukup banyak tersebut sebagian
besar bertempat tinggal di pulau kecil yang menjadikan tingkat kepadatan semakin tinggi
dan tidak merata. Kondisi Provinsi Maluku tampaknya masih belum terdukung dengan
ketersediaan infrastruktur transportasi dan komunikasi yang baik.
Dalam suatu wilayah dibutuhkan suatu pelayanan kesehatan yang mumpuni untuk
terjaganya kesehatan penduduk. Pelayanan kesehatan tersebut harus tetap dikeembangkan
dan dijaga sesuai kebutuhan penduduk dengan melakukan pembangunan kesehatan.
Pembangunan kesehatan adalah upaya untuk memenuhi hak dasar rakyat dalam
mengakses fasilitas pelayanan kesehatan karena kesehatan tersebut merupakan hak asasi
manusia (Sulistyorini dkk, 2011).
II. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh rasio posyandu terhadap
penduduk, balita yang ditolong oleh kesehatan, besaran rumah tangga yang menggunakan
air minum layak, rumah tangga dengan akses terhadap sanitasi yang layak, dan APBD
untuk kesehatan terhadap pembangunan kesehatan.
METODE
Persentase balita yang ditolong oleh tenaga kesehatan saat dilahirkan adalah
perbandingan jumlah bayi yang kelahirannya ditolong tenaga kesehatan dengan jumlah bayi
yang lahir secara keseluruhan. Tenaga kesehatan yang dimaksud adalah dokter, bidan,
mantri kesehatan, dll. Tenaga non kesehatan diantaranya dengan cara tradisional, dukun
bayi, paraji, dll. Perhitungan persentase dilakukan dengan rumus :
Persentase rumah tangga dengan akses terhadap sanitasi yang layak merupakan
perbandingan antara jumlah rumah tangga yang memiliki akses terhadap layanan sanitasi
layak terhadap jumlah rumah tangga yang dinyatakan dalam persen. Data yang digunakan
berasal dari data BPS. Rumus yang digunakan dalam menghitung persentase rumah tangga
dengan akses terhadap sanitasi yang layak yaitu:
(Sumber: BPS 2020)
Persentase APBD untuk pendidikan didapatkan dari data BPS. Data tersebut diubah
kedalam persentase pada alokasi bidang kesehatan. Analisis yang dilakukan dengan
metode kualitatif yang didukung dengan literatur.
Indeks Kesehatan
Tabel 1. Rasio posyandu terhadap penduduk dan jumlah rumah sakit umum di Maluku
tahun 2019
Rasio posyandu terhadap penduduk tertinggi berada di Maluku Barat Daya yaitu
sebesar 0.0037 dengan nilai indeks 0.59. Tingginya rasio ini menandakan masih banyaknya
daerah yang tidak terjangkau oleh rumah sakit sehingga memerlukan adanya posyandu.
Kondisi topografi yang berbukit mengakibatkan perlunya posyandu di daerah ini untuk
menyediakan layanan kesehatan dan menjamin kesehatan masyarakat.
Tabel 3. Persentase penduduk menurut ijazah tertinggi yang dimiliki di Provinsi Maluku
tahun 2019
Persentase persalinan dibantu tenaga kesehatan paling tinggi berada di Tual yaitu
sebesar 86.23 persen dengan nilai indeks 0.86. Tingginya persentase ini dapat dicapai
karena adanya kesadaran penduduk terhadap pentingnya pertolongan oleh tenaga
kesehatan. Kesadaran ini didukung dari tingkat pendidikan penduduk yang relatif tinggi
dimana penduduk dengan ijazah diploma dan sarjana sebesar 15.86 persen. Hal ini
menunjukkan pentingnya tingkat pendidikan penduduk untuk mendukung pengetahuan
kesehatan yang lebih baik.
Persentase rumah tangga yang menggunakan air minum layak di Provinsi Maluku
masih tergolong cukup rendah jika dibandingkan dengan provinsi lain. Provinsi Maluku
sendiri memiliki permasalahan terhadap angka persentase rumah tangga yang
menggunakan air minum layak yaitu akses rumah tangga terhadap air minum yang layak
belum merata di seluruh wilayah Provinsi Maluku. Tabel 4 menunjukkan adanya
ketimpangan persentase rumah tangga yang menggunakan air minum layak, yaitu Kota
Ambon sebesar 88 persen dan Kabupaten Seram Bagian Barat sebesar 61 persen, yang
artinya dari 100 rumah tangga di Indonesia, ada 61 rumah tangga yang memiliki sanitasi
layak, sedangkan 39 rumah tangga masih belum memiliki fasilitas sanitasi yang layak.
Tabel 4. Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan Air Minum Layak
Sumber : BPS,
Tabel 4 menunjukan bahwa Kota Ambon memiliki indeks rumah tangga yang
menggunakan air minum layak tertinggi, sebesar 0,88. Tingginya angka tersebut
dikarenakan di daerah perkotaan penyediaan air bersih sudah dilakukan oleh Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM) dibawah pengawasan masing-masing pemerintah daerah. Air
PDAM ini bersumber dari mata air atau sungai dimana air tersebut harus memenuhi
spesifikasi untuk dialirkan ke rumah tangga di wilayah tersebut. PDAM ini memiliki seluruh
database pelanggan sehingga memiliki manajemen yang baik dibandingkan wilayah
pedesaan yang sebagian operatornya masih organisasi masyarakat setempat.
Kabupaten Seram Bagian Barat memiliki indeks rumah tangga yang menggunakan
air minum layak terendah. Hal ini dikarenakan wilayah tersebut memiliki pengetahuan dan
kesadaran masyarakat akan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) rendah. Menurut Jurnal
Nasional Ilmu Kesehatan Volume 1 Edisi 3 Tahun 2019, masyarakat Kabupaten Seram
Bagian Barat terbiasa untuk tidak memasak air sebelum dijadikan air minum, hal ini tentu
menyebabkan air minum tersebut tidak layak. Selain itu, banyak warga yang menggunakan
air sungai sebagai air minum, dimana syarat untuk memenuhi air minum yang layak berasal
dari mata air. Pengetahuan akan pentingnya air minum yang layak bagi masyarakat
sangatlah penting untuk menjaga kesehatan, karena jika masalah tersebut disepelekan
dapat menimbulkan berbagai penyakit salah satunya diare.
Tabel 5. Persentase Rumah Tangga dengan Akses terhadap Sanitasi yang Layak di
Provinsi Maluku Tahun 2019
Angka persentase rumah tangga dengan akses terhadap sanitasi yang layak
merupakan salah satu indikator dalam menggambarkan kondisi kesehatan di suatu daerah.
Angka persentase rumah tangga dengan akses terhadap sanitasi yang layak di Maluku
dengan nilai indeks paling tinggi berada di Ambon sebesar 86 persen. Tingginya persentase
rumah tangga dengan akses terhadap sanitasi yang layak di Ambon dikarenakan daerah
tersebut merupakan daerah perkotaan dimana aksesibilitas masyarakat terhadap sarana
sanitasi tergolong baik. Selain itu, tingkat kesadaran masyarakat di perkotaan cukup tinggi
dikarenakan pengetahuan mereka secara keseluruhan yang lebih baik dibanding mereka
yang tinggal di daerah terpencil.
Angka persentase rumah tangga dengan akses terhadap sanitasi yang layak di
Kabupaten Kepulauan Aru merupakan persentase terendah di Provinsi Maluku, yaitu
sebesar 33 persen. Rendahnya angka tersebut dikarenakan Kepulauan Aru ini jauh dari kota
dan tergolong cukup terpencil, sehingga sulit untuk dijangkau. Dikarenakan sulitnya dalam
penjangkauan, menyebabkan rendahnya pengetahuan akan pentingnya sanitasi bagi
kesehatan mereka. Rendahnya pengetahuan dan tingkat kesadaran menyebabkan
pelayanan sarana sanitasi yang sudah terbangun banyak yang tidak berkelanjutan
dikarenakan adanya fasilitas yang tidak digunakan sebaiknya bahkan terabaikan. Sanitasi
akan berdampak pada kesehatan masyarakat, sebab berbagai persoalan kesehatan seperti
timbulnya penyakit dapat menurunkan derajat kesehatan masyarakat di daerah tersebut.
Banyaknya pencemaran di berbagai tempat dapat menimbulkan permasalahan serius.
Kota Ambon menjadi daerah dengan persentase APBD untuk kesehatan yang paling
rendah, yaitu 7,12 persen. Kota Ambon merupakan Ibukota Provinsi Maluku sehingga
memiliki infrastruktur pelayanan kesehatan yang lebih lengkap dibandingkan dengan
kabupaten lainnya. Menurut BPS (2019), Kota Ambon menjadi daerah dengan jumlah rumah
sakit terbanyak di Provinsi Maluku. Dinas Kesehatan Kota Ambon mendapatkan
penghargaan memiliki pelayanan publik terbaik dari Ombudsman tahun 2019. Hal tersebut
menandakan pelayanan kesehatan Kota Ambon sudah baik sehingga anggaran
pengeluaran pemerintah untuk sektor kesehatan relatif rendah.
Sumber: BPS, 2019 (diolah)
Indeks kesehatan terendah berada di Kabupaten Buru Selatan dengan nilai indeks
sebesar 0,37. Rendahnya nilai indeks dipengaruhi oleh persentase balita yang ditolong oleh
tenaga kesehatan saat dilahirkan, yaitu sebesar 18,23 persen. Angka tersebut mengartikan
bahwa kelahiran di Buru Selatan sebagian besar tidak dilakukan dalam pengawasan tenaga
kesehatan. Kondisi yang demikian dapat meningkatkan angka kematian ibu, mengingat
bahwa salah satu penyebab tingginya angka kematian ibu adalah pertolongan persalinan
yang tidak dilakukan oleh petugas kesehatan terlatih.
Indeks kesehatan pada setiap kabupaten/kota di Provinsi Maluku memiliki nilai yang
bervariasi, secara spasial ditunjukkan pada gambar 1. Berdasarkan gambar tersebut
menunjukkan bahwa aspek keruangan tidak memberikan pengaruh terhadap indeks
kesehatan di provinsi Maluku. Seperti yang terlihat pada Kabupaten Buru dan Kabupaten
Buru Selatan, kedua wilayah tersebut terletak dalam satu pulau akan tetapi nilai indeks
kesehatan keduanya mengalami ketimpangan.
Pemerintah Provinsi Maluku perlu melakukan evaluasi terhadap kebijakan yang telah
ditentukan sebelumnya sehingga kualitas kesehatan di provinsi ini belum merata.
Karakteristik Provinsi Maluku yang berbentuk kepulauan menjadi tantangan tersendiri untuk
dapat mewujudkan pemerataan pembangunan di seluruh kabupaten/kota. Salah satu upaya
yang dapat dilakukan adalah dengan menciptakan interaksi yang cukup intensif antara
kabupaten/kota satu dengan yang lain tujuannya agar daerah-daerah terpencil dapat
memperoleh layanan kesehatan. Kesehatan merupakan salah satu investasi yang
menjanjikan dalam mewujudkan sumberdaya manusia yang berkualitas. Dengan adanya
pemerataan kualitas kesehatan harapannya dapat mendorong tercapainya pembangunan di
Provinsi Maluku.
KESIMPULAN
Rasio posyandu terendah berada di Ambon dengan nilai indeks 0.09 sedangkan
yang tertinggi berada di Maluku Barat Daya. Rasio posyandu ini bergantung pada kondisi
wilayah dan ketersediaan fasilitas kesehatan lainnya seperti rumah sakit. Persentase
persalinan dengan tenaga kesehatan terendah berada di Buru Selatan dengan nilai indeks
0.17 sedangkan yang tertinggi ada pada Kota Tual dengan indeks 0.86. Faktor yang
mempengaruhi persentase tersebut adalah kondisi wilayah dan tingkat pendidikan yang
berbeda di setiap daerah.
Persentase rumah tangga dengan akses terhadap sanitasi yang layak tertinggi
berada di Ambon dengan indeks 0,87. Hal ini dikarenakan infrastruktur sanitasi layak dan
kesadaran masyarakat tergolong baik, sedangkan persentase rumah tangga dengan akses
terhadap sanitasi yang layak terendah dimiliki Kepulauan Aru dengan nilai indeks sebesar
0,33 hal ini dikarenakan wilayahnya yang cukup terpencil sehingga susah untuk dijangkau.
Hal ini juga menyebabkan pengetahuan masyarakat akan pentingnya sanitasi menjadi
rendah.
Persentase rumah tangga yang menggunakan air minum layak tertinggi berada di
Ambon dengan indeks 0,88. Hal ini dikarenakan penyediaan air bersih di daerah perkotaan
sudah dilakukan oleh PDAM, dimana manajemennya lebih baik dibanding daerah pedesaan
yang masih menggunakan organisasi masyarakat setempat, sedangkan persentase rumah
tangga yang menggunakan air minum layak terendah dimiliki Kabupaten Seram Bagian
Barat dengan nilai indeks sebesar 0,61 hal ini dikarenakan rendahnya pengetahuan dan
kesadaran masyarakat akan pentingnya sanitasi.
Persentase APBD untuk kesehatan tertinggi berada di Kepulauan Aru dengan nilai
sebesar 16,8 persen dan terendah berada di Kota Ambon dengan nilai sebesar 7,12 persen.
Faktor yang mempengaruhi yaitu Kepulauan Aru merupakan salah satu kabupaten dengan
angka stunting yang sangat tinggi sehingga besarnya persentase APBD digunakan untuk
memberikan bantuan makanan tambahan untuk anak dan balita, meningkatkan fasilitas
pelayanan kesehatan, dan biaya operasional lainnya.
Indeks kesehatan tertinggi berada di Kepulauan Tanimbar yaitu sebesar 0,62 dan
indeks terendah berada di Kabupaten Buru Selatan dengan nilai indeks sebesar 0,37. Faktor
yang mempengaruhi kedua wilayah tersebut memiliki nilai yang sangat timpang yaitu
indikator persentase balita yang ditolong oleh tenaga kesehatan saat dilahirkan. Pertolongan
persalinan yang tidak dilakukan oleh petugas kesehatan terlatih berisiko menyebabkan
kematian ibu.
View publication stats
DAFTAR PUSTAKA
Hermawan, A. 2017. Gambaran Pilihan Persalinan Oleh Tenaga Non Kesehatan/ Tanpa
Pertolongan di Indonesia. Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol.8(1) Hal.89-102
Huliselan, Johan. 2019. Kondisi Sanitasi Rumah dan Kejadian Diare Masyarakat Pesisir di
Desa Paru. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas
Hasanuddin. Vol. 1 Edisi 3.
Sulistyorini. 2011. Menyiapkan Kesuksesan Anak Anda. Jakarta : Gramedia Pusaka Utama
Widodo, A., Waridin, dan Kodoatie, J. M. 2011. Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah
Di Sektor Pendidikan Dan Kesehatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan Melalui
Peningkatan Pembangunan Manusia di Jawa Tengah. Jurnal Dinamika Ekonomi
Pembangunan.Vol. 1, No 1. Hal 25-42