You are on page 1of 12

POTENSI PERTUMBUHAN MERANTI DI AREAL BEKAS TEBANGAN

DENGAN SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM JALUR (TPTJ)


DI PT. SUKA JAYA MAKMUR KABUPATEN KETAPANG KALIMANTAN
BARAT
The Potential of Meranti growth in the logged area through the use of silvicultural
system of selective cutting and line planting (TPTJ) in PT. Jaya Suka Makmur
Ketapang Regency West Kalimantan

Dewi Kartika Sari, Iskandar AM,Gusti Hardiansyah


Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura. Jln Imam Bonjol Pontianak 78124
dewie_imoet05@yahoo.com

ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the increments of the diameter and height of the
annual average of Red Meranti trees at different age intervals through the use of silvicultural
Selective Cutting and Line Planting (TPTJ) carried out in the logged area of PT . Suka Jaya
Makmur in Ketapang Regency of West Kalimantan. The research method applied was a single-
plot method that is a method with a sampling plot representing every logged age by measuring
the plants’ diameters and heights in the lane of the logged area of TPTJ line, and the sampling
applied was purporsive sampling. The increments of the average diameter growth of Shorea
johorensis species in planting forests were smaller than Shorea leprosula and Shorea Shorea
parvifolia. Whereas there was no decline or incline in the diameter of that species in the natural
forest that was staying in the same value at 0.59 cm/year. The average increments of the
diameters of Shorea leprosula, Shorea johorensis, and Shorea parvifolia were 2.23 cm/year,
1.79 cm/year and 1.81 m/year respectively. Moreover, the height average increments of Shorea
leprosula in the planting forest was 2,39 m/year and 0,53/year in the natural forest. The
average increase in height of Shorea johorensis in planting forest was 1,93 m/year and 0,50
m/year in the natural forest, while for Shorea parvifolia species, there was an average
increment of height of 1,92 m/year in planting forest and 0,58 m/year in the natural forest.

Keywords: S. johorensis, S. leprosula, S. parvifolia, diameter increment and height increment

PENDAHULUAN digulirkan sebagai alternatif


Keputusan Menteri Kehutanan pembangunan hutan tanaman industri
Nomor 485/Kpts-II/1989 tentang (HTI), dimana sistem TPTJ menyisakan
pengelolaan hutan alam produksi di hutan alam diantara jalur tanam. Sistem
Indonesia yang menyatakan bahwa pemanenannya adalah tebang pilih
untuk meningkatkan ketertiban dan dimana pohon yang ditebang adalah
memudahkan pengawasan mengenai pohon komersil dengan limit diameter ≥
kewajiban pelaksanaan permudaan 40 cm (Suparna dan Purnomo, 2004).
secara alami maupun buatan dengan Sistem silvikultur Tebang Pilih
pemeliharaannya oleh pemegang Tanam Jalur (TPTJ) sebagai salah satu
IUPHHK, perlu diterapkan sistem contoh selective sistem atau selective
silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur logging merupakan sistem pengelolaan
(TPTJ) dalam pengelolaan hutan hutan alam produksi yang
produksi alam. diperkenalkan oleh Departemen
Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) Kehutanan dan sudah berlangsung ± 8
adalah sistem silvikultur yang tahun di dua HPH, diantaranya PT.
417
Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat kerangka pengelolaan areal bekas
melalui penanaman beberapa jenis tebangan berdasarkan faktor
tanaman meranti dengan sistem jalur. lingkungan.
Sistem silvikultur TPTJ ini METODOLOGI PENELITIAN
memiliki metode menjaga kelestarian Penelitian ini dilaksanakan di
hutan yang lebih efektif seperti: areal bekas tebangan hutan tanaman dan
pembentukan satuan pengamanan hutan, hutan alam (jalur antara) di PT. Suka
pembuatan jalur antara, pengkayaan Jaya Makmur Kabupaten Ketapang
anakan, dan lain-lain. Salah satu Kalimantan Barat. Alat yang digunakan
indikator keberhasilan penanaman untuk penelitian adalah Peta lokasi PT.
dalam upaya perwujudan kelestarian Suka Jaya Makmur, kompas, kaliper
fungsi produksi adalah mengetahui dan phiband, hargameter, tally sheet,
besarnya tingkat pertumbuhan tanaman, kamera, alat tulis, buku identifikasi
yang bisa diperoleh dengan adanya tumbuhan dan objeknya yaitu jenis
informasi mengenai produktifitas tanaman meranti merah dengan interval
tanaman. Produktifitas tanaman dapat umur 1 (satu) tahun sampai 7 (tujuh)
diukur, salah satunya adalah melalui tahun pada hutan tanaman dan hutan
pertumbuhan diameter. Pertumbuhan alam (jalur antara).
diameter ini dapat digunakan untuk Metode yang digunakan dalam
menjelaskan produktifitas tanaman, penelitian adalah metode plot tunggal
(Pamoengkas dan Prayogi, 2011). yaitu metode hanya dengan satu plot
Adapun tujuan penelitian adalah sampling yang mewakili setiap umur
untuk mengetahui riap diameter dan riap bekas tebangan dengan cara pengukuran
tinggi rata-rata tahunan (Mean Annual diameter dan tinggi tumbuhan meranti
Increament/MAI) meranti merah pada di dalam jalur TPTJ areal bekas
interval umur berbeda dengan sistem tebangan. Pemilihan plot pengambilan
silvikultur Tebang Pilih dan Tanam Jalur sampel dilakukan secara purposive yaitu
(TPTJ) yang dilaksanakan di areal bekas dengan memperhatikan umur tanaman
tebangan PT. Suka Jaya Makmur dan keterjangkauan petak penanaman.
Kabupaten Ketapang. Manfaat Pada masing-masing umur tanaman
penelitian diharapkan dapat dibuat satu plot contoh berukuran 100 m
memberikan informasi mengenai nilai x 100 m, jadi dalam satu plot ada 5 jalur
potensi pertumbuhan meranti di areal pengamatan. Dalam satu plot tersebut
bekas tebangan PT. Suka Jaya Makmur terdapat jalur tanam dan jalur hutan
dengan sistem Silvikultur Tebang Pilih alam yang dijadikan jalur pengamatan
Tanam Jalur (TPTJ) dengan umur terhadap diameter dan tinggi tegakan.
tebangan yang berbeda-beda. Serta Adapun hasil pengamatan yang didapat
sebagai bahan dasar untuk menjadi selanjutnya akan dimasukan ke dalam
masukan dan pertimbangan dalam tally sheet.

418
B C B C B C B C B
A × × × × × × A
× × × × × ×
× × × × × ×
× × × × × ×
× × × × × ×
× × × × × ×
× × × × × ×
× × × × × ×
× × × × × ×
× × × × × ×
× × × × × ×
× × × × × ×
× × × × × ×
× × × × × ×
× × × × × ×
× × × × × ×
× × × × × ×
× × × × × ×
× × × × × ×
× × × × × × 1 00 m
× × × × × ×
× × × × × ×
× × × × × ×
× × × × × ×
× × × × × ×
× × × × × ×
× × × × × ×
× × × × × ×
× × × × × ×
× × × × × ×
× × × × × ×
× × × × × ×
× × × × × ×
× × × × × ×
× × × × × ×
20 m × × × × × ×
× × × D × × ×
× × × × × ×
A × × × × × × A
× × × × × ×
C C C C
B B B B B

1 0 0 m

Keterangan :
A. Jarak tanam meranti dalam jalur 2,5 m
B. Jalur antara / Hutan Alam 17 m
C. Jalur tanam / Hutan Tanaman 3 m
D. Jarak antar jalur 20 m
E. Plot contoh berukuran 100 m x 100 m

Gambar 1. Plot contoh metode pengukuran diameter dan tinggi di hutan alam dan hutan
tanaman areal bekas tebangan dengan sistem TPTJ (Plot sample diameter
and height measurement method in the natural forest and plantation forest
areas logged by the system TPTJ)

Analisis data, data yang diperoleh Perhitungan riap diameter rata-rata


dari hasil pengamatan dilapangan (MAI) didasarkan pada rumus:
dihitung dengan menggunakan rumus- di
I di = (cm/ tahun)
rumus sebagai berikut : (Abdurachman,
ti
Amiril Saridan, dan Ida Lanniari. 2009) dimana:
1. Diameter pohon diperoleh dari Idi = Riap diameter rata-rata tahunan
dalam plot contoh ke-i (cm/thn)
konversi keliling sebagai berikut : di = Rata –rata diameter tanaman dalam
plot contoh ke-i(cm)
D = K /π ti = Umur tanaman dalam plot contoh ke-
di mana: i (thn).
D = diameter pohon (cm)
K = keliling pohon (cm)
π = konstanta phi = 3,1415 Data dari hasil pengukuran
2. Bidang dasar diperoleh dari selanjutnya diolah dalam bentuk
persamaan luas lingkaran sebagai perhitungan berdasarkan Sudjana
berikut : (1992) sebagai berikut:
G = ¼. π .d2
di mana:
1. Nilai rata-rata (x)
G = bidang dasar pohon (cm2) X X / n
d = diameter pohon
π = konstanta phi = 3,1415 2. Nilai simpangan baku (sd) dan
ragam (S2)

419
n = ukuran sampel pangamatan

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Riap Diameter
Pertumbuhan tanaman
penelitian ini adalah pertumbuhan
diameter dan tinggi 3 jenis tanaman
3. Nilai galat baku (Se) meranti, yaitu S. johorensis, S.
leprosula dan S. parvifolia pada hutan
tanaman dan hutan alam di areal hutan
bekas tebangan.
di mana:
xi = nilai pengamatan individu ke- i

Tabel 1. Rata-rata pertumbuhan diameter Shorea johorensis di Areal Hutan Bekas


Tebangan Hutan Tanaman dan Hutan Alam (Average diameter growth in the
area Shorea johorensis Felling Forests Plantation and Natural Forest)
RKT Diameter Hutan Diameter Riap (MAI) Riap (MAI)
Tanaman Hutan Alam Hutan Tanaman Hutan Alam
2005 5,45 28,9 0,78 0,59
2007 - - - -
2009 - 49,36 - 0,59
2011 2,8 47,7 2,8 0,59
Rata-rata 1,79 0,59

Tabel 2. Rata-rata pertumbuhan diameter Shorea parvifolia di Areal Hutan Bekas


Tebangan Hutan Tanaman dan Hutan Alam (Average diameter growth in the
area Shorea parvifolia Felling Forests Plantation and Natural Forest)
RKT Diameter Hutan Diameter Riap (MAI) Riap (MAI)
Tanaman Hutan Alam Hutan Tanaman Hutan Alam
2005 12,8 19,89 1,83 0,59
2007 - 12,88 - 0,59
2009 4,02 18,1 1,34 0,59
2011 2,26 15 2,26 0,59
Rata-rata 1,81 0,59

420
Tabel 3.Rata-rata pertumbuhan diameter Shorea leprosula di Areal Hutan Bekas
Tebangan Hutan Tanaman dan Hutan Alam (Average diameter growth in the
area Shorea leprosula Felling Forests Plantation and Natural Forest)
RKT Diameter Hutan Diameter Riap (MAI) Riap (MAI)
Tanaman Hutan Alam Hutan Tanaman Hutan Alam
2005 11,4 38,89 1,63 0,59
2007 10,41 27,44 3,47 0,59
2009 4,63 41,88 1,54 0,59
2011 2,29 32,81 2,29 0,59
Rata-rata 2,23 0,59

Rekapitulasi hasil pengukuran Hal ini menunjukkan bahwa jenis


memperlihatkan bahwa tanaman Shorea tanaman Shorea johorensis dan Shorea
leprosula yang ditanam dengan sistem parvifolia pertumbuhannya lebih rendah
TPTJ menunjukkan perkembangan yang dibandingkan Shorea leprosula pada
bisa dikatakan sangat cepat. masa pertumbuhan awal-awalnya.
Berdasarkan hasil penelitian, terlihat Tingginya pertumbuhan diameter
bahwa jenis tanaman meranti Shorea tanaman jenis Shorea leprosula terlihat
johorensis, Shorea parvifolia dan jelas juga pada penelitian Hardiansyah
Shorea leprosula memiliki (2011), di PT. Sari Bumi Kusuma
kecenderungan peningkatan diameter Nanga Nuak yaitu diameter umur
rata-rata setiap tahunnya. Rata-rata tanaman 5 tahun adalah 12,77 cm,
pertumbuhan diameter jenis tanaman dengan riap 2,79 cm/tahun. Perbedaan
Shorea johorensis pada hutan tanaman pertumbuhan meranti di PT. Suka Jaya
lebih kecil dibandingkan jenis Shorea Makmur dan PT. Sari Bumi Kusuma,
leprosula dan Shorea parvifolia terlihat dipengaruhi oleh faktor lingkungan
jelas pada RKT 2005 Shorea johorensis yaitu tempat tumbuh di PT. Sari Bumi
diameter rata-ratanya 5,45 cm sangat Kusuma lebih baik.
jauh berbeda dengan Shorea leprosula Menurut Soekotjo (2007),
dan Shorea parvifolia yang diameter khususnya Shorea parvifolia pada
rata-ratanya pada RKT 2005 yaitu 11,4 umumnya awal pertumbuhan sampai
cm dan 12,8 cm. Semakin kecil dengan umur 10 tahun lebih rendah dari
diameter rata-rata yang dihasilkan maka Shorea leprosula, tetapi setelah itu
riap rata-ratanya juga kecil, sebaliknya pertumbuhan Shorea parvifolia akan
jika diameter rata-ratanya besar maka melampahui pertumbuhan Shorea
riap rata-rata yang dihasilkan juga leprosula. Shorea johorensis setelah
besar. Jika dibandingkan dengan berumur 9 tahun juga tumbuh lebih
penelitian Widiyatno di PT. Suka Jaya cepat dari pada Shorea leprosula.
Makmur (2011), umur tanaman 5 tahun Kesalahan atau pegeseran
hasil pengukuran diameter rata-rata pengukuran diameter dan riap diameter
tanaman jenis Shorea johorensis, dari perhitungan Standar errornya, pada
Shorea leprosula dan Shorea parvifolia hutan tanaman jenis tanaman Shorea
adalah 7,93 cm, 9,71 cm dan 7,89 cm. johorensis ± 0,65 cm, dan jenis Shorea
421
leprosula dan Shorea parvifolia adalah Menurut Kramer dan Kozlowski
± 0,21 cm dan ± 0,25 cm. Sedangkan (1960), pertumbuhan pohon
pergeseran pengukurannya pada hutan dipengaruhi oleh faktor internal dan
alam jenis tanaman Shorea johorensis ± faktor eksternal. Faktor internal yang
5.19 cm, dan jenis Shorea leprosula dan mempengaruhi pertumbuhan pohon
Shorea parvifolia adalah ± 2,57 dan ± adalah zat pertumbuhan, keseimbangan
1,62 cm. air dan interaksi antara berbagai organ
Kondisi fisik serasah berkisar pohon. Selanjutnya faktor eksternal
antara 18,91-94,74 %, kadar air adalah cahaya, suhu, kelembaban tanah,
tertinggi serasah diperoleh hasil dan praktek silvikultur yang diterapkan.
94,74% yaitu pada hutan tanaman umur Pada hutan alam, umur tanaman
3 tahun. Kadar air serasah relatif tinggi. dihitung dengan cara diameter tanaman
Tingginya kadar air dipengaruhi oleh dibagi dengan riap diameter rata-rata
kondisi areal pada saat musim hujan. hutan bekas tebangan jenis pohon
Kondisi fisik serasah berbeda tiap komersil yaitu 0,59 cm/tahun
tahunnya disebabkan potensi air serasah (Sumarna,dkk, 2002). Riap rata-rata
yang ada telah menguap, hal ini hutan alam lebih kecil dibandingkan
dipengaruhi faktor suhu dan sinar hutan tanaman. Hal ini disebabkan
matahari. Kondisi ini menyebabkan karena umur tanaman pada hutan
kandungan air serasah menjadi lebih tanaman lebih muda, maka
sedikit. pertumbuhannya masih cepat.
Dari hasil analisis air dan kadar air Sedangkan hutan alam umur tanamanya
tanah menunjukan tingkat kemampuan rata-rata sudah 30 tahun, maka
air yang dapat menunjang pertumbuhan pertumbuhannya lambat.
pohon. Kemampuan kadar air pada Menurut Wahyudi (2011)
lokasi penelitian berkisar antara 2,44- pertumbuhan diameter akan mengalami
3,58 %. Kadar air tanah tertinggi peningkatan hingga titik tertinggi yaitu
terdapat pada hutan tanaman umur 5 pada saat mencapai diameter 30 cm
tahun yaitu 3,58 % dan terendah umur 1 sampai 40 cm dan selanjutnya akan
tahun. Kemampuan kadar air ini menurun kembali secara bertahap. Hal
termasuk kedalam kategori sedang dan ini sangat telihat nyata semakin besar
cukup menunjang pertumbuhan diameter dan umur tanaman meranti
tanaman. Karena air tersedia untuk maka riap diameternya semakin kecil.
pohon melalui sistem akar, dimana Umumnya riap diameter hutan alam
peran tanah dalam penyediaan air bekas tebangan mempunyai
sangat penting. Penyerapan air oleh pertumbuhan yang lambat. Marsono
perakaran tergantung pada persediaan (1990) menyatakan rata-rata riap
kelembaban dalam tanah, ketersediaan tegakan tinggal jenis dipterocarp yang
kelembaban tanah tergantung pada tidak dipelihara untuk kelas diameter
potensial air yang dapat mendukung 10-19 cm sebesar 0,64 cm. Ada
perkembangan mikoriza pada akar. beberapa faktor menghambat
pertumbuhan yaitu jenis beragam,
422
faktor genetik, kerapatan tidak teratur, baik sebagai indikator pertumbuhan
intensitas cahaya tidak merata, maupun sebagai parameter yang
persaingan hara dan faktor lingkungan digunakan untuk mengukur pengaruh
sekitar seperti suhu, dan kelembaban. lingkungan atau perlakuan yang
2. Riap Tinggi diterapkan (Sitompul,1995).
Tinggi tanaman merupakan
ukuran tanaman yang sering diamati

Tabel 4.Rata-rata pertumbuhan tinggi Shorea johorensis di Areal Hutan Bekas


Tebangan Hutan Tanaman dan Hutan Alam (Average high growth area Shorea
johorensis in Felling Forests Plantation and Natural Forest)
RKT Tinggi Hutan Tinggi Hutan Riap (MAI) Riap (MAI)
Tanaman Alam Hutan Tanaman Hutan Alam
2005 6 23,8 0,86 0,49
2007 - - - -
2009 - 40,08 - 0,49
2011 3 40,8 3 0,51
Rata-rata 1,93 0,50

Tabel 5.Rata-rata pertumbuhan tinggi Shorea parvifolia di Areal Hutan Bekas


Tebangan Hutan Tanaman dan Hutan Alam (Average high growth area Shorea
parvifolia in Felling Forests Plantation and Natural Forest)
RKT Tinggi Hutan Tinggi Riap (MAI) Riap (MAI)
Tanaman Hutan Alam Hutan Tanaman Hutan Alam
2005 13,18 18,8 1,88 0,57
2007 - 13 - 0,6
2009 4,56 16,95 1,52 0,56
2011 2,35 15,27 2,35 0,6
Rata-rata 1,92 0,58

Tabel 6.Rata-rata pertumbuhan tinggi Shorea leprosula di Areal Hutan Bekas


Tebangan Hutan Tanaman dan Hutan Alam (Average high growth area Shorea
leprosula in Felling Forests Plantation and Natural Forest)
RKT Tinggi Hutan Tinggi Hutan Riap (MAI) Riap (MAI)
Tanaman Alam Hutan Tanaman Hutan Alam
2005 11,76 33,44 1,68 0,51
2007 11,35 22,86 3,78 0,55
2009 5,56 38,75 1,68 0,54
2011 2,43 29,17 2,43 0,53
Rata-rata 2,39 0,53

423
Rata-rata pertumbuhan tinggi jenis ini disebabkan karena tempat tumbuh di
tanaman Shorea johorensis pada hutan PT. Sari Bumi Kusuma lebih baik
tanaman lebih kecil dibandingkan jenis dibandingkan PT. Suka Jaya Makmur.
Shorea leprosula dan Shorea parvifolia, Sebagai parameter pengukur
pada RKT 2005 Shorea johorensis pengaruh lingkungan, tinggi tanaman
tinggi rata-ratanya 6 m sangat jauh sensitif terhadap faktor lingkungan
berbeda dengan Shorea leprosula dan seperti cahaya. Berdasarkan pada
Shorea parvifolia yang tinggi rata- Strugnell (1936) dalam Appanah &
ratanya pada RKT 11,76 m dan 13,18 Weinland (1993), Shorea parvifolia
m. Jika dibandingkan dengan penelitian sedikit lebih toleran terhadap cahaya
Widiyatno (2011), umur tanaman 5 dan agak lebih rendah pertumbuhannya
tahun hasil pengukuran tinggi rata-rata dibandingkan Shorea leprosula. Dari
tanaman jenis Shorea johorensis, hasil penelitian, riap tinggi terbesar
Shorea leprosula dan Shorea parvifolia adalah jenis Shorea leprosula pada
adalah 7,2 m, 8,6 m dan 8,2 m. Hal ini hutan tanaman yaitu 3,78 m/tahun.
menunjukkan bahwa jenis tanaman Sedangkan pada hutan alam riap tinggi
Shorea johorensis dan Shorea yang terbesar adalah jenis Shorea
parvifolia pertumbuhannya lebih rendah parvifolia yaitu 0,6 m/tahun.
dibandingkan Shorea leprosula pada 3. Perbandingan Pertumbuhan
masa awal-awal pertumbuhannya. Diameter dan Tinggi
Pertumbuhan tinggi tanaman jenis Perbandingan pertumbuhan riap
Shorea leprosula pada penelitian rata-rata tahunan diameter dan riap rata-
Hardiansyah (2011), di SBK Nanga rata tahunan tinggi Shorea johorensis,
Nuak yaitu tinggi tanaman sangat Shorea leprosula dan Shorea parvifolia
terlihat jelas pertumbuhannya, pada pada masing-masing RKT pada hutan
umur tanaman 5 tahun tingginya adalah tanaman dan hutan alam dapat dilihat
11,18 m, dengan riap 2,41 m/tahun. Hal pada Gambar 2 dan Gambar 3.

(a) (b)

424
(c) (d)
Gambar 2. Riap rata-rata tahunan diameter Shorea johorensis, Shorea leprosula dan
Shorea parvifolia RKT berbeda pada hutan tanaman dan hutan alam,
Keterangan : (a) RKT 2005, (b) RKT 2007, (c) RKT 2009, dan RKT 2011
(The average annual increment in diameter johorensis Shorea, Shorea
Shorea parvifolia leprosula and different RKT in plantations and natural
forests, Remarks: (a) RKT 2005, (b) RKT 2007, (c) RKT 2009 and RKT
2011)

(a) (b)

(c) (d)
Gambar 3. Riap rata-rata tahunan tinggi Shorea johorensis, Shorea leprosula dan
Shorea parvifolia RKT berbeda pada hutan tanaman dan hutan alam,
Keterangan : (a) RKT 2005, (b) RKT 2007, (c) RKT 2009, dan RKT 2011
(The average annual increment of height johorensis Shorea, Shorea Shorea
parvifolia leprosula and different RKT in plantations and natural forests,
Remarks: (a) RKT 2005, (b) RKT 2007, (c) RKT 2009, and RKT 2011)
425
Dari Gambar 2 terlihat jelas 2007 dan 2011 yaitu 0,6 m/tahun dan
perbandingan riap rata-rata tahunan jenis Shorea leprosula pada RKT 2007
diameter pada hutan tanaman dan hutan yaitu 0,55 m/tahun.
alam, Riap rata-rata tahunan diameter Kecilnya nilai riap rata-rata
hutan tanaman jenis Shorea johorensis tahunan tinggi pada hutan alam
dan Shorea parvifolia tertinggi terlihat dibandingkan riap rata-rata tahunan
pada RKT 2011 yaitu 2,8 cm/tahun dan pada hutan tanaman faktor penyebabnya
2,26 cm/tahun pada pertumbuhan awal. sama seperti pada riap rata-rata tahunan
Sedangkan jenis Shorea leprosula pada diameter yaitu semakin tua umur
RKT 2007 yaitu 3,47 cm/tahun, hal ini tegakan dan melambat proses
disebabkan pada RKT 2007 didominasi pertumbuhan maka riap yang dihasilkan
jenis tanaman Shorea leprosula. Riap kecil.
rata-rata tahunan diameter pada hutan
alam terlihat dari grafik nilai riapnya KESIMPULAN DAN SARAN
setara hal ini disebabkan karena umur Kesimpulan
tegakan pada hutan alam rata-rata di Berdasarkan penelitian yang telah
atas 30, maka pertumbuhan riap dilakukan dapat disimpulkan beberapa
tanamannya lambat. Penurunan hal sebagai berikut :
pertumbuhan seiring bertambahnya 1. Sistem Silvikultur Tebang Pilih
umur tanam diduga karena ukuran Tanam Jalur dapat meningkatkan
tanaman yang semakin besar juga riap pertumbuhan tinggi dan
semakin memerlukan energi hasil diameter tanaman meranti Shorea
fotosintesis untuk menunjang proses- johorensis, Shorea leprosula dan
proses metabolisme (respirasi, Shorea parvifolia pada hutan
translokasi, dan penyerapan air dan hara tanaman maupun hutan alam RKT
mineral), sehingga energi yang tersisa 2005, 2007, 2009 dan 2011.
untuk pertumbuhan tidak sebanyak 2. Tanaman jenis Shorea leprosula
sebelumya. pertumbuhannya lebih baik
Dari Gambar 3 terlihat jelas dibandingkan jenis meranti merah
perbandingan riap rata-rata tahunan lainnya.
tinggi pada hutan tanaman dan hutan 3. Riap pertumbuhan diameter rata-
alam. Riap rata-rata tahunan tinggi rata jenis tanaman Shorea
hutan tanaman jenis Shorea johorensis johorensis pada hutan tanaman lebih
dan Shorea parvifolia tertinggi terlihat kecil dibandingkan jenis Shorea
pada RKT 2011 yaitu 3 m/tahun dan leprosula dan Shorea parvifolia.
2,35 m/tahun pada pertumbuhan awal 4. Pada hutan alam riap diameternya
dan jenis Shorea leprosula pada RKT tidak terjadi penurunan dan
2007 yaitu 3,78 m/tahun. Riap rata-rata peningkatan yaitu nilainya sama
tahunan tinggi pada hutan alam jenis 0,59 cm/tahun. Riap pertumbuhan
Shorea johorensis tertinggi yaitu 0,51 tinggi rata-rata jenis tanaman
m/tahun pada RKT 2011, jenis Shorea Shorea johorensis pada hutan
parvifolia tertinggi terlihat pada RKT tanaman dan hutan alam (jalur
426
antara) merupakan riap rata-rata Disertasi S3, Institut Pertanian
terendah dibandingkan jenis Shorea Bogor. Bogor.
parvifolia dan Shorea leprosula
Marsono, D., Sastrosumarto, S., &
yaitu 0,86 m/tahun hutan tanaman
Soewarno, H. B. (1990). Riap
dan 0,49 m/tahun hutan alam. dan sebaran diameter pohon
Saran pada tegakan tinggal TPI setelah
Sebaiknya dilakukan penanaman pemeliharaan di PT STUD
jenis Shorea leprosula di PT. Suka Jaya Jambi. Buletin Penelitian
Makmur lebih banyak dibandingkan Kehutanan, 6(1), 37-48.
dengan jenis meranti yang lain, karena
Prijanto Pamoengkas dan Juniar
jenis Shorea leprosula pertumbuhannya
Prayogi. 2011. Pertumbuhan
sangat cepat. diperlukan penelitian Meranti Merah (Shorea leplusula
lanjut mengenai faktor lingkungan Miq) Dalam Sistem Silvikultur
(fisik) yaitu kelerengan dan kandungan Tebang Pilih Tanam Jalur (tudi
kimia tanah yang dapat mempengaruhi Kasus di Areal IUPHHK/HA
pertumbuhan riap diameter dan tinggi PT. Sari Kusuma Provinsi
jenis tanaman Shorea johorensis, Kalimantan Tengah).
Shorea leprosula dan Shorea parvifolia
Sitompul M S dan Bambang Guritno.
pada jalur tanam dengan sistem TPTJ. 1995. Analisis Pertumbuhan
Tanaman. Fakultas Pertanian
DAFTAR PUSTAKA Universitas Brawijaya. UGM
Press.
Abdurachman, Amiril Saridan, dan Ida
Lanniari. 2009. Potensi dan Riap Sudjana. 1992. Metoda Statistika.
Diameter Jenis Aquilaria Bandung : Tarsito.
malaccensis LAMK di Hutan
Alam Produksi Labanan, Soekotjo. 2007. Pengalaman dari Uji
Kabupaten Berau, Kalimantan Jenis Dipterokarpa Umur 4,5
Timur. Tahun di PT SARI BUMI
KUSUMA Kal-Teng. Prosiding
Appanah, S and G. Weinland. 1993. Seminar Pengembangan Hutan
Planting quality timber trees in Tanaman Dipterokarpa dan
peninsular Malaysia. Forest Ekspose TPTII/Silin, tanggal 4-5
Research Institute Malaysia. September 2007 di Samarinda.
Kepong. Malayan Forest Record Balai Besar Penelitian
No. 38. Dipterokarpa: Samarinda.

Hardiansyah, G. 2011. Potensi Sumarna, Wahjono dan Krisnawati.


Pemanfaatan Sistem TPTII 2002. Proyeksi Potensi Hutan
Untuk Mendukung Upaya Alam Produksi Bekas Tebang
Penurunan Emisi Dari Pilih dan Konsep Perhitungan
Deforestasi dan Degradasi Hutan Jatah Produksi Kayu Tahunan.
(REDD) (Studi Kasus Areal Lokakarya pengaturan Hasil:
IUPHHK PT. Sari Bumi Kebijakan Pemeritah dalam
Kusuma di Kalimantan Tengah). Pengurangan AAC secara
427
Bertahap. Badan Litbang Dephut Widiyatno, Soekotjo, Moh Naiem,
dan DFID – FRP ( The Suryo Hardiwinoto dan Susilo
University of Edinburgh). Purnomo. 2011. Pertumbuhan
Meranti (Shorea spp.) pada
Suparna N dan Purnomo S. 2004. Sistem Tebang Pilih Tanam
Pengalaman Membangun Hutan Jalur dengan Teknik Silvikultur
Meranti Di PT. Sari Bumi Intensif (TPTJ-SILIN).
Kusuma, Kalimantan Tengah. Yokyakarta.
Jakarta: PT. Alas Kusuma.

428

You might also like