You are on page 1of 21

ISSN 2549-3922 EISSN 2549-3930 Journal of Regional and Rural Development Planning

(Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)


Juni 2022, 6 (2): 102-122
DOI: http://dx.doi.org/10.29244/jp2wd.2022.6.2.102-122

Pengembangan Kelembagaan dan Pembiayaan Geopark di Indonesia:


Tantangan dan Strategi
Geopark Institutional Development and Financing in Indonesia:
Challenges and Strategies

Forina Lestari1* & Ira Indrayati1


1
Program Studi Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Indonesia, Jalan Puspitek, Setu,
Kecamatan Serpong, Kota Tangerang Selatan, Banten 15314, Indonesia; *Penulis korespondensi.
e-mail: forinalestari@iti.ac.id
(Diterima: 8 September 2021; Disetujui: 17 Januari 2022)

ABSTRACT

Geopark development is one of the national priority programs currently being intensified by
the government at both the central and regional levels. There are three pillars of geopark
development, namely conservation, economy (tourism), and education, that form the basis for
sustainable regional development. This research focuses on institutional development and financing
with case studies in Indonesia. Methods used in this research include literature study, online surveys
to the Geopark Management Agency in Indonesia, and focus group discussions with experts and the
central and regional governments. A content analysis was carried out with a descriptive approach
to formulate alternative strategies for institutional development and financing in Indonesia. Results
of this research show that institutions are the key to achieving independent, professional, and
sustainable governance. In terms of financing, the Geopark management agency needs to be
proactive in increasing alternative sources of financing such as innovation in geoproducts and
geoservices, opportunities for collaboration with the private sector and the community, grant and
loan, geo-sites assets management and others.
Keywords: financing, geopark, governance, Indonesia, management

ABSTRAK

Pengembangan Geopark merupakan salah satu program prioritas nasional yang saat ini
digencarkan oleh pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah. Terdapat tiga pilar pengembangan
geopark yang meliputi konservasi, ekonomi (pariwisata), dan edukasi. Ketiga pilar ini menjadi dasar
dalam pengembangan wilayah yang berkelanjutan. Riset ini fokus pada pengembangan kelembagaan
dan pembiayaan dengan studi kasus di Indonesia. Metode yang dilakukan dalam riset ini antara lain
studi literatur, survei daring pada Badan Pengelola Geopark di Indonesia dan focus group discussion
dengan pakar dan pemerintah baik di pusat dan di daerah. Analisis konten dengan pendekatan
deskriptif dilakukan untuk dapat merumuskan alternatif strategi pengembangan kelembagaan dan
pembiayaan di Indonesia. Hasil riset ini menunjukkan bahwa kelembagaan merupakan kunci dalam
mewujudkan tata kelola yang mandiri, profesional, dan berkelanjutan. Dari sisi pembiayaan, badan
pengelola perlu proaktif dalam meningkatkan sumber pembiayaan alternatif seperti inovasi dalam
geoproduk dan geoservis, hibah dan pinjaman, manajemen aset situs geografis, peluang kerja sama
baik dengan swasta dan masyarakat, dan lain sebagainya.
Kata kunci: geopark, Indonesia, kelembagaan, pembiayaan, pengelolaan

102
Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Juni 2022, 6 (2): 102-122

PENDAHULUAN geopark yang lebih adil di seluruh bumi ini (Du


& Girault, 2018).
Geopark merupakan salah satu contoh Oleh karena itu, dalam mewujudkan tata
konsep manajemen pengembangan ekonomi kelola Geopark yang profesional, kesesuaian
kawasan yang dikelola secara berkelanjutan (Du bentuk kelembagaan yang berjalan tentu perlu
& Girault, 2018). Didukung oleh kekayaan dan dipersiapkan melalui kajian dan kesepakatan
kekhasan geologi, keberagaman hayati dan bersama, serta dievaluasi secara kontinu dan
budaya, Indonesia memiliki banyak potensi konsisten dalam memastikan proses dapat
Geopark yang dapat dikembangkan menjadi berjalan optimal dan mampu menghadapi
kawasan yang memiliki nilai ekonomi tanpa berbagai tantangan yang muncul. Terdapat
mengurangi upaya konservasi. Pengembangan beberapa contoh yang dapat dipertimbangkan
Geopark dilakukan melalui integrasi konsep dalam membentuk pengelolaan yang tepat
perlindungan, pendidikan dan pembangunan antara lain (Management, 2020) :
ekonomi lokal secara holistik. Sebagai contoh, a. Dikelola melalui struktur yang telah ada
melalui geowisata, perlindungan terhadap misalnya bersatu dengan pengelolaan taman
sumberdaya geologi akan tercipta kegiatan nasional yang ada di daerah tersebut
usaha lokal yang inovatif, pekerjaan baru, dan (Pengelolaan melalui Taman Nasional di
pelatihan berkualitas tinggi yang merangsang Itali)
tumbuhnya sumber-sumber pendapatan baru b. Dikelola di bawah kewenangan pemerintah
(Farsani et al., 2011). Geopark juga dapat daerah misalnya Bappeda atau Dinas
memberdayakan masyarakat setempat melalui tertentu yang paling terkait (Pengelolaan
kegiatan kemitraan yang sifatnya kohesif. Oleh melalui Pemerintah Daerah di Polandia)
karenanya, Geopark ditetapkan melalui proses c. Dikelola oleh pihak ketiga baik di bawah
“bottom-up” dengan melibatkan semua pihak pemerintah maupun non pemerintah
yang terkait baik dari lokal maupun regional (Pengelolaan Geopark melalui struktur
(Dowling & Newsome, 2017). Proses ini juga berbasis komunitas di Republik Irlandia)
tentu membutuhkan komitmen dari masyarakat d. Dikelola bersama antara pemerintah dan
setempat, kemitraan yang kuat, dukungan non pemerintah atau juga oleh pihak swasta
politik, serta strategi yang komprehensif dalam atau masyarakat namun tetap di bawah
mendukung pengembangan Geopark (Farsani et pengawasan pemerintah. (Pengelolaan
al., 2014). Geopark di Inggris).
Perkembangan Geopark diawali dengan
terbentuknya suatu organisasi non- Pengembangan Geopark di berbagai
pemerintahan yang bertujuan melindungi negara di dunia sangat pesat terlihat dari total
warisan geologi di negara-negara Eropa 136 UGG (UNESCO Global Geopark) di 36
bernama European Geopark Network (EGN) negara, yang sebagian besar berlokasi di Eropa
pada tahun 2001. Selanjutnya UNESCO dan Cina. Untuk mencapai tujuannya, sebuah
memfasilitasi dan membentuk organisasi yang Geopark memiliki tiga kegiatan penting, yaitu
mampu menampung lebih banyak lagi negara- konservasi, pendidikan, dan ekonomi
negara anggota, sehingga terbentuklah Global (geowisata) (Wang et al., 2015). Sebelum diakui
Geopark Network (GGN) pada tahun 2004. oleh UNESCO untuk menjadi anggota jaringan
Tahap kedua (tahun 2004 hingga 2010) Geopark dunia (GGN), sebuah daerah dapat
perkembangan telah mulai terlihat pada jaringan diusulkan untuk ditetapkan menjadi Geopark
geopark di Eropa dan Asia. Pada tahap ketiga nasional di negaranya. Misalnya, China
(tahun 2011 hingga 2015), UNESCO akhirnya memiliki sekitar 129 Geopark nasional dengan
mendapatkan label Global Geopark Network 27 di antaranya merupakan UGG (Saputra,
(GGN), dan saat ini berupaya menuju distribusi 2016).

103 Pengembangan Kelembagaan dan Pembiayaan…


Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Juni 2022, 6 (2): 102-122

Cepatnya pertumbuhan geopark ini sangat bergantung pada perangkat pemerintah


tentunya tidak lepas dari berbagai faktor di daerah. Sebagai contoh, seringkali staf Badan
antaranya kerja sama. Sebagai contoh kerja Pengelola didominasi oleh para birokrat
sama Jerman dan Eropa yang luas antara Aparatur Sipil Negara (ASN) di daerah.
geosains dan pariwisata telah membuahkan hasil Demikian juga dalam hal operasional,
positif dalam penerapannya. Perubahan, pengelolaannya berasal dari Anggaran
pergerakan, inovasi berkelanjutan, dan Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) dan
komunikasi dengan aktor lain menjadi sangat Anggaran Penerimaan dan Belanja Daerah
penting. Di samping itu, dalam pengembangan (APBD) yang sangat terbatas. Padahal, Badan
Geopark juga perlu didukung oleh manajemen Pengelola ini idealnya bersifat mandiri dan
rencana dan pengelolaan yang baik, meliputi profesional yang secara inovatif dapat menarik
preservasi dan promosi baik untuk belajar investasi dalam pengembangan pengelolaan
maupun berwisata (Wang & Ap, 2013). Karena Geopark yang lebih berkelanjutan.
kekayaan Geopark tidak hanya tentang rupa Bagaimanapun juga, Indonesia terus
bumi yang memiliki keunikan namun juga berupaya meningkatkan kualitas dan kuantitas
budaya dan keunikan lokal yang berbeda di geopark di Indonesia untuk dapat menjadi
setiap tempat (Burlando et al., 2011). UNESCO Global Geopark. Namun kendala
Keberlanjutan pengembangan geopark yang dihadapi saat ini, yaitu dalam
bergantung pada dukungan dan komitmen pengembangan Geopark yang mengakibatkan
semua pihak yang terkait (Fauzi & Misni, akselerasinya tidak secepat negara lain karena,
2016). Ini memerlukan proses kolaborasi yang pertama, pengembangan Geopark saat ini
transparan dan melibatkan semua pemangku dilakukan secara sporadis atau kurang
kepentingan baik industri pariwisata, terkoordinasi. Pembangunan Geopark yang
pemerintah dan masyarakat. Pendekatan berkualitas internasional memerlukan amenitas,
kolaboratif dan kemitraan ini telah sering visibilitas dan pengelolaan yang memenuhi
dibahas termasuk dalam analisis pariwisata standar internasional. Pembangunan tersebut
dalam beberapa tahun terakhir (Canesin et al., tidak bisa hanya dijalankan oleh Badan
2020). Di sini, istilah “kolaborasi” digunakan Pengelola atau Pemerintah Daerah, tetapi
untuk merujuk pada mekanisme yang membutuhkan dukungan lintas Kementerian dan
melibatkan semua pemangku kepentingan yang Pemangku Kepentingan. Kedua, UNESCO
relevan dalam struktur dialog dan jaringan mewajibkan negara yang memiliki kawasan
informasi untuk menegosiasikan pembangunan Geopark nasional maupun internasional
masa depan suatu daerah melalui kesepakatan memiliki sebuah lembaga profesional sebagai
bersama tentang tujuan bersama (Azman et al., penjamin keberlangsungan Geopark (Pásková &
2010; Burlando et al., 2011). Ini dianggap Zelenka, 2018). Oleh karena itu, penelitian ini
sebagai alat yang penting dan kuat untuk bertujuan untuk mengkaji strategi
keberlanjutan secara umum dan oleh karena itu pengembangan kelembagaan dan pembiayaan
juga untuk pengembangan geopark yang geopark di Indonesia.
berkontribusi pada geokonservasi (Larwood et
al., 2013) dan pembangunan daerah yang METODOLOGI
berkelanjutan (Fassoulas et al., 2012). Semua
penjelasan di atas juga merupakan upaya untuk Kajian ini menggunakan pendekatan
mengembangkan pengelolaan geopark yang deskriptif kualitatif. Dalam kajian ini dilakukan
profesional dari sisi kelembagaan, manajemen, pengumpulan data melalui survei daring yang
pembiayaan, dan lain lain (Larwood et al., dilakukan selama setahun, yaitu pada tahun
2013). 2021 dan ditujukan pada dua puluh empat Badan
Namun demikian pengelolaan Geopark di Pengelola di Indonesia. Survei ini bertujuan
beberapa daerah pada tataran pelaksanaan masih untuk memetakan karakteristik tata kelola

F. Lestari & I. Indrayati 104


Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Juni 2022, 6 (2): 102-122

Badan Pengelola di antaranya SDM (Sumber Analisis dalam kajian ini dilakukan
Daya Manusia) pengelola, mekanisme kerja melalui analisis konten (gap analysis) dengan
sama, karakteristik pemasukan dan pengeluaran. literatur yang telah dikumpulkan baik di dalam
Selain itu, pengumpulan data juga dan luar negeri terkait tata kelola geopark.
dilakukan melalui focus group discussion Kemudian dikaitkan dengan hasil FGD dan
(FGD) yang dilakukan sebanyak dua kali survei daring, sehingga dapat dirumuskan
dengan mengundang beberapa pakar dan Badan strategi alternatif bentuk kelembagaan dan
Pengelola Geopark di seluruh Indonesia. FGD pembiayaan geopark di Indonesia.
pertama bertujuan untuk memetakan isu dan Analisis gap menurut Ahmadi et al.
tantangan terkait kelembagaan geopark di (2020) merupakan sebuah upaya dalam
Indonesia dengan narasumber antara lain Badan mengevaluasi efektivitas sebuah rangkaian
Pengelola (BP) Geopark Merangin dan Batur. proses, jaringan, atau desain, sehingga dapat
Sedangkan FGD kedua fokus pada tantangan meningkatkan kualitasnya di masa mendatang.
dan strategi pembiayaan dalam pengelolaan Dalam analisis gap ini dapat dilihat kondisi
Geopark Belitung, Rinjani dan Langkawi. kelembagaan saat ini yang ada di Indonesia
Focus Group Discussion ini merupakan sebuah dengan kelembagaan yang diterapkan di negara
pendekatan dalam pengumpulan data yang lain. Tabel 1 memberikan gambaran tentang
banyak digunakan dalam analisis kualitatif perubahan dalam pendekatan pengembangan
dengan tujuan untuk menggali informasi dari Geopark klasik berubah menjadi pendekatan
beberapa partisipan dalam satu waktu (Moser & baru yang perlu diakomodir dalam
Korstjens, 2018; O. Nyumba et al., 2018). pengembangan Geopark ke depan.

Tabel 1. Perubahan pendekatan dalam pengelolaan geopark


Variabel Pendekatan Klasik Pendekatan Baru
Tujuan Hanya fokus di tujuan konservasi Telah terintegrasi dengan tujuan ekonomi dan sosial
Kelembagaan Dijalankan dominan oleh Dijalankan oleh banyak pihak dan melibatkan
pemerintah daerah banyak pihak terkait
Masyarakat Kurang melibatkan masyarakat Dijalankan dengan melibatkan masyarakat lokal dan
Lokal Lokal memberi manfaat bagi kehidupan mereka
Konteks Dikembangkan secara parsial Dikembangkan sebagai sebuah jaringan yang
terintegrasi (antara wilayah terbangun dan wilayah
konservasi)
Persepsi Dilihat sebagai aset pemerintah Dilihat sebagai aset lokal dan komunitas
Manajemen Cenderung pada pengelolaan Dikembangkan dengan pendekatan jangka panjang
jangka pendek
Keuangan Anggaran pemasukan yang Anggaran pemasukan dengan alternatif sumber yang
terbatas variatif
Sumber : Larwood et al. (2013).

HASIL DAN PEMBAHASAN Geopark). Indonesia juga memiliki kurang lebih


110 lokasi yang berpotensi untuk dikembangkan
Karakteristik Kelembagaan Geopark menjadi Geopark.
Indonesia memiliki potensi besar dalam Pengembangan geopark di Indonesia pun
pengembangan Geopark, namun Indonesia telah didorong melalui kerangka regulasi, di
masih tertinggal dari sisi jumlah dibandingkan antaranya Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun
dengan negara-negara lain. Pada tahun 2020, 2019 tentang Pengembangan Taman Bumi
Indonesia telah memiliki 5 UNESCO Global (Geopark), Peraturan Menteri ESDM Nomor 1
Geopark/UGG (UGG Batur, UGG Gunung Tahun 2020 tentang Pedoman Penetapan
Sewu, UGG Ciletuh-Palabuhanratu, dan UGG Warisan Geologi (Geoheritage), Peraturan
Rinjani), 15 Geopark Nasional/GN yang Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala
diupayakan menjadi UNESCO Global Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor

105 Pengembangan Kelembagaan dan Pembiayaan…


Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Juni 2022, 6 (2): 102-122

2 Tahun 2020 tentang Pedoman Pengembangan Gubernur, dan Bupati/Wali Kota dalam
Geopark sebagai Destinasi Pariwisata dan melaksanakan pembinaan dan pengawasan
Peraturan Menteri PPN/Kepala Bappenas pengembangan Geopark. Pembinaan
Nomor 15 Tahun 2020 tentang Rencana Aksi dilaksanakan melalui sosialisasi, advokasi,
Nasional Pengembangan Geopark dengan bimbingan teknis, pelatihan, promosi, dan
mengintegrasikan SDGs/TPB. penguatan jejaring Geopark. Pengawasan
Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2019 dilaksanakan melalui pemantauan dan evaluasi
juga telah mengamanatkan pembentukan terhadap pengembangan Geopark.
Komite Nasional Geopark Indonesia (KNGI) Dalam rangka pengembangan Geopark,
sebagai penyempurnaan kerangka kelembagaan Pemerintah Daerah perlu menetapkan Pengelola
di pusat dengan susunan organisasi terdiri atas: Geopark yang penetapannya dilakukan oleh
Dewan Pengarah; Dewan Pakar; dan Tim Bupati/Wali Kota, apabila kawasan Geopark
Pelaksana. Dewan Pengarah KNGI diketuai oleh berada di satu wilayah kabupaten/kota; atau
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Gubernur, apabila kawasan Geopark berada di
Investasi, dan Menteri PPN/ Kepala Bappenas wilayah lintas kabupaten/kota dalam 1 (satu)
sebagai Sekretaris Dewan Pengarah [Gambar 1]. provinsi. Dalam hal kawasan Geopark berada di
Sedangkan di daerah dibentuk Badan Pengelola wilayah lintas provinsi, Pengelola Geopark
Geopark. ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara
Komite Nasional Geopark Indonesia Gubernur terkait.
membantu menteri/kepala lembaga terkait,

Gambar 1. Struktur Komite Nasional Geopark Indonesia (KNGI)


Sumber : Bappenas, 2020.

Terkait tata kelola Geopark saat ini telah dalam geopark, diperlukan SDM yang memiliki
dilakukan survei daring dalam mengetahui kemampuan jangkauan pandang yang luas,
karakteristik pengelolaan geopark di daerah sehingga program-program dan rencana aksi
antara lain meliputi SDM, pengelolaan geopark dapat bersinergi dan memberikan
anggaran, kemitraan. Ketersediaan SDM dampak yang optimal. Sedangkan pada fungsi
merupakan salah satu syarat utama agar yang sifatnya lebih lokal pada situs geografis,
percepatan pengembangan geopark dapat diperlukan SDM yang memiliki pengalaman,
terlaksana. Kriteria SDM ini disesuaikan dengan kemampuan, dan pengetahuan akan
kebutuhan dan karakteristik dari fungsi yang karakteristik dari situs geografis (geosite)
ditempati. Pada fungsi perencanaan yang tersebut. Hal ini dimaksudkan agar
sifatnya mengoordinasikan dan implementasi program dan identifikasi
mengintegrasikan seluruh kegiatan yang ada di kebutuhan berjalan secara tepat sasaran.

F. Lestari & I. Indrayati 106


Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Juni 2022, 6 (2): 102-122

Bagian ini akan memaparkan kondisi diperlukannya sistem pengelolaan yang jelas
kelembagaan saat ini di antaranya, Pertama, atau aturan jabatan yang bukan berbasis
SDM untuk Badan Pengelola Geopark sukarela, mengingat sukarelawan daerah tidak
mayoritas ASN, sedangkan pada pengelola menjamin terwujudnya manajemen yang
geosite (situs geografis) mayoritas pengelola profesional pada level Badan Pengelola,
yang sukarelawan berasal dari masyarakat sedangkan pada pengelola geosite tentunya
[Gambar 2]. Hasil FGD 1 menunjukkan keterlibatan masyarakat ini jelas diperlukan.

Gambar 2. Mayoritas komposisi profesi anggota Badan Pengelola Geopark dan Geosite
Sumber : Hasil Analisis, 2021.

Kedua, profesionalitas BP Geopark juga belum optimal. Hal ini menunjukkan pentingnya
dapat terlihat dari masih minimnya kelengkapan pengelolaan yang profesional baik dari sisi
administrasi yang dapat dipenuhi oleh BP manajemen, pelibatan masyarakat lokal dan
Geopark. Gambar 3 menunjukkan bahwa kelembagaan (Ahmadi et al., 2020) dalam
meskipun sebagian besar BP Geopark telah mendorong percepatan pengembangan Geopark
memiliki rencana kerja tahunan, namun di daerah.
kelengkapan yang lain seperti laporan capaian
berkala dan target perjanjian kinerja masih

Gambar 3. Perencanaan dan ukuran kinerja badan pengelola Geopark


Sumber : Hasil Analisis, 2021.

Faktor SDM (Sumber Daya Manusia) Lembaga di bawah Kabupaten atau Provinsi.
tidak akan terlepas dari tata kelola yang Beberapa contoh pengelolaan Pokdarwis di
profesional. Dilihat dari bentuk organisasi antaranya situs geografis Gunung Apipurba
pengelola ada dua bentuk yang dominan, yaitu Nglanggeran, Geopark Meratus, Nam Salu
Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) dan Geosite, dan Belitung. Sedangkan pengelolaan

107 Pengembangan Kelembagaan dan Pembiayaan…


Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Juni 2022, 6 (2): 102-122

yang berada di bawah pengawasan pemerintah pun perlu ditetapkan pada kerangka tata kelola
daerah di antaranya Geopark Natuna, Geopark yang berkelanjutan, mengingat saat ini masih
Nasional Ranah Minang Silokek, Geopark banyak SDM atau staf yang bekerja secara
Nasional Tambora NTB, Geopark Raja Ampat, sukarela, sehingga diragukan keberlanjutannya.
dan lain lain. Berbagai bentuk organisasi ini Meskipun banyak program yang berhasil
perlu dipastikan tetap berada di bawah dijalankan dengan motivasi kepedulian namun
pengawasan pemerintah daerah terkait. banyak pihak meragukan program tersebut
Meskipun bentuk pengelolaan dapat beragam dapat berlangsung pada jangka panjang karena
dan kasuistik, namun tetap diperlukan pengelola tidak adanya insentif yang jelas seperti gaji atau
yang profesional dan kredibel serta memiliki jabatan yang tetap (Hasil FGD 1, 2021).
kapasitas yang mumpuni. Beberapa tantangan lain yang juga
Ketiga, kemitraan lintas sektor dimana dihadapi dalam proses kemitraan ini di
untuk kemitraan dengan non pemerintah, yaitu antaranya, yaitu : lahan yang masih menjadi
badan usaha, ada sekitar satu hingga tiga milik masyarakat dan tidak berkenan untuk
kegiatan per tahun di antaranya, yaitu Bank dihibahkan guna pembangunan beberapa
Indonesia dalam event Festival Rinjani, PT. fasilitas umum; kewenangan dalam pengelolaan
Amman Mineral dalam peringatan hari aset; proses birokrasi terutama dalam menjalin
kebencanaan internasional, PT TOBA TENUN MoU (Memorandum of Understanding) dan
dalam revitalisasi pewarnaan alami Ulos sebagai PKS (Perjanjian Kerja Sama) sebelum
unsur culture diversity Toba Caldera UGG, pelaksanaan kerja sama kemitraan; dan
SKK-K3S Migas dalam bantuan fasilitas umum kesadaran masyarakat tentang keberadaan
di situs-situs geografis, PT. Gag Nikel dalam kawasan Geopark belum terlalu dirasakan.
pembuatan Buku Geopark Raja Ampat, PT Selain itu kondisi medan yang cukup sulit dan
Timah Tbk. dalam dukungan untuk kurang memadainya akses menuju kawasan
pengembangan sekolah alam, PT MCM dalam tersebut masih menjadi tantangan tersendiri.
pelatihan reklamasi pasca tambang. Bentuk Ditambah lagi potensi tumpang tindih yang
kemitraan tersebut sebagian besar adalah cukup besar dalam hal pengelolaan 3A (Atraksi,
tanggung jawab sosial perusahaan atau Amenitas dan Aksesibilitas), wilayah operasi
Corporate Social Responsibility (CSR) yang dan pembiayaan serta regulasi.
bersifat jangka pendek, belum bersifat kerja Keempat, lemahnya pembiayaan dapat
sama jangka panjang dengan program yang mengakibatkan pengelolaan Geopark tidak
lebih besar (Apriliani et al., 2019; Bangun & dapat berjalan optimal. Sumber pemasukan saat
Junita, 2020; Ginting & Sasmita, 2018; ini sebagian besar bersumber dari APBD, APBN
Nasution, 2019). dan CSR dengan rata-rata pemasukan mayoritas
Sedangkan kemitraan dengan masyarakat seratus juta rupiah per tahun (Hasil survei
paling banyak dilakukan dengan Pokdarwis, daring, 2021). Minimnya anggaran ini
Karang Taruna dan Koperasi dengan kegiatan menyebabkan sulitnya pengelolaan dilakukan,
seperti UMKM Sri Coffee tentang karena tidak adanya pos anggaran pemasukan
pengembangan geoproduk, Pokdarwis Jagaranta rutin bagi pengelolaan Geopark saat ini. Oleh
tentang pengembangan geowisata, Koperasi karena itu, sebagian besar pengelola berusaha
Lingkar Rinjani tentang pengembangan mencari dana CSR melalui berbagai perusahaan
Geoproduct Bee Farm (kerja sama budidaya dan bank seperti PT Toba Tenun, Pelindo, PT
ternak madu trigona), The International Nature Timah, Pertamina, Bank Indonesia, dan lain
Loving Association (INLA) (kerja sama lain.
pelestarian lingkungan hidup), Kelompok Sadar Hasil survei daring juga menunjukkan,
Wisata Huta Tinggi untuk Pengelolaan Home dalam hal pengeluaran, rata-rata pada kisaran
Stay di situs geografis Huta Tinggi Sidihoni, dan kurang dari 1 milyar per tahun untuk kegiatan
lain sebagainya. Kemitraan dengan masyarakat promosi, sosialisasi, pelatihan dan

F. Lestari & I. Indrayati 108


Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Juni 2022, 6 (2): 102-122

pembangunan fasilitas. Namun, dengan diterapkan dalam pemberdayaan Program


anggaran yang terbatas terlihat alokasi pengrajin Batik Pakidulan di Desa Purwasedar,
pengeluaran sebagian besar bersifat non fisik. Kabupaten Sukabumi melalui penggunaan
Sedangkan dalam pembangunan geopark, yang pewarna dengan Nano-Technology dan Instalasi
utama adalah pembangunan aksesibilitas dan Pengolahan Air Limbah (IPAL). Dampaknya
fasilitas yang memadai. Sehingga diperlukan terhadap kehidupan masyarakat adalah
anggaran yang jelas dan rencana sesuai peta meminimalkan sampah mengalir ke Sungai
jalan (roadmap) yang telah disepakati. Sejauh Cikarang, sehingga sungai bisa lebih bersih dan
ini upaya yang dilakukan daerah untuk dapat dimanfaatkan secara optimal bagi
mengelola anggaran adalah melakukan kehidupan masyarakat sekitar. Pada tahun 2014
koordinasi intensif dengan para pihak dan hingga 2016, PT BFI terus mendorong CSR di
mensinergikan kegiatan-kegiatan tersebut, Ciletuh dengan berbagai program seperti
mendistribusikan pembiayaan ke dinas teknis peningkatan kapasitas masyarakat lokal,
terkait, perencanaan dan pembelanjaan tepat sosialisasi dan penyadaran masyarakat tentang
sasaran, melakukan refocusing secara mandiri pentingnya Geopark, pelatihan bagi pemandu
terhadap kegiatan yang akan dilakukan, dan wisata dan pemilik homestay, membangun
melibatkan penyedia untuk penyediaan sarana saluran air bersih, mengembangkan batik
prasarana. Dalam pengembangan Geopark di Pakidulan, serta program preservasi habitat asli
Indonesia saat ini terlihat kolaborasi lintas serta peningkatan kualitas kesehatan masyarakat
sektor telah mulai diinisiasi, baik yang sifatnya (Andriany et al., 2016; Darsiharjo, 2016)
lintas wilayah, lintas kewenangan, hingga lintas Dalam pengelolaan saat ini, tata kelola
sektor. Beberapa contoh kolaborasi dapat dilihat kawasan Geopark telah bersinergi, khususnya
pada beberapa Geopark berikut ini. terkait kebijakan lintas sektor. Contohnya dalam
mengkolaborasikan berbagai kebijakan, regulasi
1. Geopark Ciletuh dan kewenangan terkait, seperti dalam hal
Kolaborasi terlihat dalam upaya Geopark penyediaan aksesibilitas, amenitas dan atraksi
Ciletuh, Pelabuhan Ratu dengan PT Bio Farma wisata. Namun berbagai upaya telah mulai
Indonesia melalui program CSR. Berbagai diinisiasi dengan berbagai sektor [Gambar 4],
upaya yang dilakukan antara lain, dalam mulai dari pemerintah, swasta, lembaga
mendorong praktik Industri Hijau yang pendidikan dan penelitian, komunitas serta
media (Apriliani et al., 2019).

Gambar 4. Mitra kerja lintas stakeholder di Geopark Ciletuh


Sumber : Hasil Analisis, 2021.

109 Pengembangan Kelembagaan dan Pembiayaan…


Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Juni 2022, 6 (2): 102-122

2. Geopark Belitung pengelolaannya tidak terlepas dari kerja sama


Geopark Belitung berada pada dua pemerintah pusat, pemerintah daerah, swasta
Kabupaten, yaitu Belitung dan Belitung Timur, hingga komunitas masyarakat setempat seperti
sehingga dikelola bersama dalam Wisata Pulau Karang Taruna, Pokdarwis, Masyarakat Adat,
Belitung. Pengembangan Geowisata juga Kelompok Pengelola Hutan Adat, Kelompok
dilakukan dengan mensinergikan Geologi, Pengelola Perhutanan Sosial, dan lain lain.
Budaya dan Biologi dengan konsep konservasi, Namun, disadari berbagai tantangan yang
edukasi dan pemberdayaan ekonomi. Salah satu dihadapi hingga saat ini, yaitu sistem
strategi yang dijalankan di setiap situs geografis, pengelolaan yang belum optimal berdampak
yaitu dengan memperkaya “Tema, Narasi dan pada pendanaan yang sangat minim serta sarana
Literasi” juga penelitian yang bekerja sama dan prasarana masih bergantung kepada
dengan universitas dan lembaga terkait lainnya. pemerintah daerah. Lemahnya pengelolaan ini
Selain itu, juga meningkatkan kerja sama dan juga disebabkan karena ketersediaan Sumber
partisipasi berbagai pihak dan memberi otonomi Daya Manusia (SDM) penggerak masih
kepada komunitas pengelola Geosite (situs terbatas, pemahaman tentang Geopark masih
geografis). Serta yang terpenting adalah rendah (terbatas pada kegiatan berwisata), serta
menjamin keberlanjutan melalui monitoring peran serta masyarakat lokal belum terlihat,
secara berkala sebagai bagian dari revalidasi tetapi mereka hidup dari lingkungan tersebut.
oleh UNESCO (Pásková & Zelenka, 2018). Sehingga sistem tata kelola yang handal sangat
Dari sisi kelembagaan, dilihat dari dibutuhkan dalam membangun kemitraan dan
struktur Badan Pengelola, terdapat beberapa memberi dampak langsung dalam
divisi, yaitu perencanaan, konservasi, pengembangan Geopark.
pemberdayaan masyarakat, promosi dan event, Sedangkan beberapa prioritas kegiatan
edukasi, infrastruktur, dan geowisata. Selain itu, yang perlu diintervensi meliputi : Pembangunan
juga ada manajemen Geopark sekolah dan pusat dan pengembangan amenitas serta infrastruktur
penelitian dan inovasi. pendukung; Penataan dan Perawatan TIC (Pusat
Gambar 5 menunjukkan contoh hasil Informasi dan Museum); Operasional Badan
kolaborasi Badan Pengelola Geopark dengan Pengelola Geopark Nasional, Pendanaan Event
para mitra dalam upaya mewujudkan fasilitas yang berskala Internasional dan Nasional;
yang nyaman di kawasan wisata di situs Pelatihan dan Sertifikasi oleh Badan Nasional
geografis. Sertifikasi Profesi (BNSP); Pengembangan
pemasaran Produk Unggulan (Kopi, Kentang
dan Kayu Manis) dan Geoproduk lainnya;
Fasilitasi Investasi di Kawasan Geopark,
Fasilitasi Kegiatan Konservasi dan Mitigasi
Bencana; Fasilitasi provider seluler.
Banyaknya prioritas kegiatan tersebut
tentunya perlu membuka peluang alternatif
sumber pendanaan lain, seperti Optimalisasi
CSR, Baznas, Dana Desa, Donasi Personal,
Kelompok serta Pelaku Ekonomi/Pengusaha
Gambar 5. Contoh hasil kerja sama lintas Pariwisata. Dari sisi pembiayaan, sumber
stakeholder di Geopark Belitung pemasukan antara lain dari APBN, APBD
Provinsi Jambi dan APBD Kabupaten
3. Geopark Merangin
Merangin, dan CSR meskipun masih terbatas.
Geopark Merangin yang terletak di
Tantangan utama dalam pendanaan ini adalah
Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi, dalam
belum tersedianya anggaran operasional yang

F. Lestari & I. Indrayati 110


Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Juni 2022, 6 (2): 102-122

baku bagi pengelolaan Geopark. Selain itu, (Canesin et al., 2020) dimana masyarakat lokal
keefektifan pengelolaan tentu tidak terlepas dari memiliki, mengelola dan mengendalikan secara
struktur pengelolaan yang berjalan. Saat ini substansial kegiatan pariwisata dan proporsi
struktur yang ada dinilai masih kurang efektif keuntungan yang besar tetap ada di masyarakat
sehingga perlu dikaji struktur badan pengelola (Hindersah et al., 2017).
yang lebih simpel serta SOP mekanisme kerja Kelembagaan pengelolaan Geopark di
yang jelas dan terukur. beberapa daerah pada tataran pelaksanaan masih
sangat bergantung pada perangkat pemerintah
4. Geopark Batur daerah. Sebagai contoh, seringkali staf Badan
Saat ini Geopark Batur berupaya Pengelola didominasi oleh para birokrat ASN di
mengembangkan strategi kemitraan yang lebih daerah. Demikian juga dalam hal operasional
jelas dengan para mitra melalui pembuatan pengelolaannya berasal dari dana APBD yang
kriteria yang diperlukan untuk menjadi mitra sangat terbatas. Padahal, Badan Pengelola ini
dan perjanjian formal dengan Geopark. Ini dapat idealnya bersifat mandiri dan profesional yang
diberlakukan dan tidak hanya terbatas pada para secara inovatif dapat menarik investasi dalam
penyedia jasa akomodasi dan katering, penyedia pengembangan pengelolaan Geopark lebih
jasa transportasi, kegiatan, dan produsen produk lanjut. Ini sejalan dengan kajian Larwood et al.
lokal yang penyedia jasa. Di samping itu, upaya (2013), bahwa pengelolaan Geopark dengan
branding dan promosi juga dilakukan, pendekatan baru mengedepankan pentingnya
contohnya melalui merek yang jelas pada kolaborasi multi pihak terutama juga
produk-produk Geopark, sehingga selain masyarakat lokal. Di samping itu, kendala
diperoleh nilai tambah yang diperlukan juga lainnya, yaitu hingga saat ini saluran
visibilitas yang lebih nyata bagi Geopark secara komunikasi yang terjalin masih belum optimal.
keseluruhan. Akibatnya masih banyak permasalahan yang
Selain itu, penting untuk meningkatkan dihadapi seperti akses menuju lokasi yang masih
visibilitas dengan menggunakan logo Geopark terbatas, tidak adanya akses internet, homestay
dan merek secara konsisten di semua tempat, yang tidak terstandar, MCK yang masih terbatas
termasuk memperbaiki situs jaringan, petunjuk pada area sungai dan lain sebagainya (Wibowo
arah, melakukan promosi di bandara, serta et al., 2019).
menekankan hubungan antara geologi dan aspek Kolaborasi lintas sektor menjadi salah
warisan lainnya. Kolaborasi juga perlu satu kunci dalam pengembangan Geopark,
dilakukan antara lintas wilayah, lintas karena melalui kolaborasi dengan berbagai
organisasi/kewenangan serta lintas sektor. mitra maka pembagian peran dapat dilakukan
untuk mencapai tujuan bersama. Selain itu,
Kemitraan dan Kolaborasi dalam pelibatan masyarakat lokal dalam konservasi
Pengembangan Geopark geopark juga merupakan faktor kunci dalam
pengelolaan pengetahuan dan pelestarian
Pada saat ini, kolaborasi menjadi bagian
geopark sebagai tempat wisata baru (Farsani et
yang sangat penting, karena melalui kolaborasi
al., 2014).
para pemangku kepentingan dapat duduk
Namun selain kolaborasi lintas sektor
bersama membangun kesepahaman dan
antara pemerintah dan non pemerintah seperti
komitmen bersama, serta memiliki rasa
swasta dan masyarakat, juga penting
tanggung jawab (sense of responsibility) dalam
diperhatikan koordinasi lintas instansi
kelangsungan pembangunan wilayah (Bakti et
pemerintah. Sebagai contoh, pengembangan
al, 2018). Melalui paradigma pembangunan
destinasi pariwisata prioritas Labuan Bajo dapat
inklusif, dapat mendorong tercapainya bentuk-
dilakukan melalui sinergi berbagai
bentuk kerja sama dalam proses pembangunan
kelembagaan. Kawasan Labuan Bajo memiliki
melalui upaya pelibatan masyarakat seutuhnya
tiga klaster utama destinasi pariwisata, yaitu:

111 Pengembangan Kelembagaan dan Pembiayaan…


Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Juni 2022, 6 (2): 102-122

Taman Nasional Perairan (TNP) Laut Sawu (KKP). Di kawasan Taman Nasional Komodo,
yang memiliki potensi wisata bahari, Taman pengelolaan dilakukan di bawah pengawasan
Nasional Komodo dan Taman Nasional (TN) Balai Taman Nasional Komodo, sebuah UPT di
Kalimutu (sedang diusulkan juga menjadi bawah Kementerian Lingkungan Hidup dan
Geopark Nasional) sebagai kawasan ekowisata Kehutanan (KLHK). Selanjutnya, Kementerian
dan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Pariwisata membentuk suatu Satuan Kerja
(KSPN) Komodo dan KSPN Ende-Kalimutu. (Satker) khusus untuk mengkoordinasikan
Pengelolaan masing-masing kawasan dilakukan pengembangan sektor pariwisata di kawasan
oleh masing-masing lembaga pengampu yang tersebut, yaitu Badan Otorita Labuan Bajo.
ditugaskan melalui peraturan perundangan. TNP Instansi-instansi tersebut mewakili 2 pilar
Laut Sawu dikelola secara khusus di bawah geopark, yaitu konservasi dan pengembangan
pengawasan Balai Kawasan Konservasi pariwisata (ekonomi). Ini menunjukkan
Perairan Nasional (BKKPN) Kupang yang tantangan geopark untuk dapat
merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) di mengkoordinasikan kegiatan dengan sektor lain
bawah Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang yang terkait.
Laut, Kementerian Kelautan dan Perikanan

Gambar 6. Geopark menjadi unsur pembentuk destinasi pariwisata prioritas dalam mendukung prioritas
nasional ketahanan ekonomi
Sumber: Bappenas, 2020.

Oleh karena itu, pengelolaan Geopark Pada Peraturan Pemerintah Republik


berpotensi bersinggungan dengan kewenangan Indonesia Nomor 36 Tahun 2010 tentang
lain seperti Taman Nasional (Peraturan Pengusahaan Pariwisata Alam di Suaka
Pemerintah Nomor 36 Tahun 2010) dan Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan
Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Raya, dan Taman Wisata Alam, menunjukkan
(Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011), bahwa dalam kewenangan Balai Taman
sehingga perlu dipertegas mekanisme, tupoksi Nasional dapat beririsan dengan kewenangan
dan jalur koordinasinya. Gambar 6 Geopark dari sisi konservasi serta
menunjukkan titik-titik lokasi geopark yang pengembangan Geowisata. Contohnya Taman
mungkin sama, beririsan atau berdekatan Nasional Gunung Rinjani telah menerapkan
dengan fungsi lainnya seperti Taman Nasional, beberapa aturan dalam membangun sistem
dan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional. pengelolaan pendakian yang berkelanjutan dan
berkelas dunia, di antaranya Pemberlakuan

F. Lestari & I. Indrayati 112


Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Juni 2022, 6 (2): 102-122

kuota pendakian berdasarkan daya dukung dan Badan Pengelola Geopark juga perlu bekerja
daya tampung untuk mencegah kerusakan sama dengan Pengelola Pariwisata yang
sumber daya alam; Menjaga kualitas mungkin telah ada di kawasan tersebut seperti
pengalaman pengunjung untuk menikmati Badan Otorita Pariwisata. Dengan adanya
keindahan gunung dengan tenang; peluang ini, akan semakin mempermudah peran
Pemberlakuan Booking Online, One Stop Badan Pengelola Geopark dengan cara
Ticketing; Kerja sama dengan pemerintah memaksimalkan potensi regulasi dan
daerah; Penutupan kawasan dari pendakian pada kewenangan yang telah ada sebelumnya.
musim tertentu (untuk keamanan pengunjung,
memberikan kesempatan bagi ekosistem dan 1. Usulan Kelembagaan Geopark di
TSL (Tumbuhan dan Satwa Liar) tertentu untuk Indonesia
berkembang biak/recovery); Pemasaran Dalam pengelolaan Geopark,
terintegrasi dengan destinasi di satu jalur (peran kelembagaan dan struktur manajemen yang kuat
para tour operator dan asosiasi); Revitalisasi dan profesional sangat diperlukan dalam
Peran Asosiasi untuk membuat standarisasi melaksanakan berbagai program. Fungsi tata
SDM dalam layanan pendakian maupun kelola perlu didukung oleh payung hukum yang
kelayakan kawasan; Pengecekan bekal dan jelas baik di tingkat pusat maupun daerah searah
peralatan pendaki (memastikan tidak membawa dengan aturan yang telah digariskan dalam
alat vandalisme dan penyulut kebakaran hutan; panduan UNESCO (Pásková & Zelenka, 2018).
Tidak membuang sampah sembarangan Selain itu, faktor pembiayaan harus
(Cheung et al., 2014). Sehingga perlu menunjukkan sumber pemasukan, alokasi
pendekatan kolaborasi dengan pembagian peran pengeluaran dan pengelolaan anggaran yang
yang jelas dan kerja sama antara BP Geopark jelas dan terukur. Namun kondisi di beberapa
dan Balai Taman Nasional. Pada contoh TNGR negara juga ada yang menunjukkan pengelolaan
(Taman Nasional Gunung Rinjani) telah cukup pariwisata di kawasan lindung dipengaruhi oleh
maju dalam pengelolaan kawasan konservasi lemahnya sistem tata kelola masyarakat yang
dapat menjadi peluang bagi geopark untuk terlihat dalam hal kerja sama dan koordinasi
mengkoordinasikannya, sehingga fungsi yang buruk antara pemangku kepentingan
konservasi dapat dijalankan dengan Balai (misalnya, pemerintah, swasta dan LSM; lokal,
Taman Nasional dengan beberapa penyesuaian, regional, nasional dan internasional serta konflik
seperti masuknya lokasi situs geografis, atas penggunaan sumber daya (Eklund et al.,
membuat program yang terintegrasi, dan lain 2011). Untuk Indonesia, sesuai dengan
sebagainya. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2019
Selain itu, dalam regulasi terkait tentang Pengembangan Taman Bumi
Pembangunan Kepariwisataan Nasional (Geopark), mekanisme dan pembentukan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia kelembagaan pengelola di kawasan Geopark
Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk diputuskan diserahkan sepenuhnya kepada
Pembangunan Kepariwisataan Nasional tahun daerah (Provinsi atau Kabupaten/Kota) sesuai
2010 hingga tahun 2025, bahwa pengelolaan kewenangannya. Dengan ketentuan tersebut,
pariwisata mulai dari pengembangan destinasi bentuk dan mekanisme penataan kelembagaan
wisata, pemasaran hingga pembangunan pengelola Geopark seyogyanya mengikuti juga
fasilitas infrastruktur telah diatur di bawah praktik yang lazim dilakukan pada penataan
payung hukum ini. Ini menunjukkan bahwa kelembagaan di daerah. Tentunya dengan tetap
apabila lokasi Geopark beririsan dengan mengacu berbagai ketentuan terkait
Kawasan Strategis Pariwisata Nasional, maka pemerintahan daerah seperti UPTD (Unit
pengembangan pariwisata yang merupakan Pelaksana Teknis Daerah), BLUD (Badan
salah satu pilar Geopark telah dapat Layanan Umum Daerah), BUMD (Badan Usaha
terakomodasi melalui kebijakan ini. Artinya Milik Daerah), dan Lembaga Non Struktural

113 Pengembangan Kelembagaan dan Pembiayaan…


Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Juni 2022, 6 (2): 102-122

Daerah (LNSD) dengan konsekuensi kelebihan pemilihan bentuk kelembagaan yang sesuai,
dan kekurangan masing-masing. sangat tergantung dari beberapa faktor.
Sistem tata kelola yang jelas dan terukur Sedangkan bentuknya akan dibahas dengan
dapat menjadi panduan bagi Badan Pengelola lebih rinci pada bahasan Gambar 7 beserta
Geopark dalam mengembangkan kawasan. Saat kelebihan dan kekurangannya. Eksplorasi
ini belum optimalnya sistem tata kelola mengenai perbandingan antara UPT, BLUD,
berdampak pada berbagai hal seperti dan BUMD untuk melihat kelebihan dan
pengelolaan anggaran, SDM dan program yang kekurangan serta hal-hal lain yang menjadi
dijalankan. Oleh karena itu, pada bagian ini akan pertimbangan dalam memilih bentuk
dijelaskan beberapa bentuk sistem kelembagaan kelembagaan dan pengelolaan pembiayaan
yang dapat dijalankan oleh Badan Pengelola Badan Pengelola Geopark. Secara fungsi
Geopark, berdasarkan karakteristik yang struktur organisasi maka dapat dibandingkan
dimiliki oleh setiap Badan Pengelola tersebut. sebagaimana pada Gambar 7.
Bentuk kelembagaan menjadi kunci
dalam tata kelola yang optimal. Namun dalam

Gambar 7. Kelebihan dan kekurangan alternatif bentuk kelembagaan bagi pengembangan geopark
Sumber : Hasil Analisis, 2021.

Ketiga pilihan tersebut memberikan alternatif dalam bentuk Lembaga Non Struktural
konsekuensi-konsekuensi yang nantinya (LNS) yang merupakan lembaga yang dibentuk
menjadi pilihan bagi Pemerintah Daerah dalam melalui peraturan perundang-undangan tertentu
menentukan bentuk Badan Pengelola Geopark, guna menunjang pelaksanaan fungsi negara dan
sebagaimana tertulis pada matrik tersebut. pemerintah. Adapun fungsinya antara lain untuk
Selain ketiga bentuk di atas, terdapat pula efisiensi pelayanan, pemusatan (konsentrasi/

F. Lestari & I. Indrayati 114


Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Juni 2022, 6 (2): 102-122

integrasi) fungsional, independensi dari (PPK)-BLUD dan di tahun ketiga menjadi


intervensi politik dan mencegah konflik BLUD. Diharapkan dengan bentuk BLUD,
kepentingan, prinsip pembagian fungsi-fungsi maka fleksibilitas dalam pengambilan
kekuasaan negara dan pemerintahan, sehingga keputusan, pengelolaan anggaran serta
tidak ada yang tumpang tindih. Lembaga ini pengembangan kerja sama dan kemitraan dapat
dapat melibatkan unsur-unsur pemerintah, lebih mudah dilakukan. Tentunya bentuk
swasta dan masyarakat sipil. Dalam hal kelembagaan ini juga berpengaruh pada
operasional, lembaga ini dibiayai oleh anggaran pengelolaan anggaran dimana BLUD
negara atau APBN dan sumber anggaran merupakan bentuk yang potensial terhadap
lainnya. Karakteristik susunan organisasinya berbagai jenis pemasukan.
ditandai dengan adanya badan yang didukung
oleh sekretariat. b) Profesional namun tetap di bawah
Dalam penyelenggaraan negara dan pengawasan Pemerintah Daerah
pemerintahan terdapat tugas dan fungsi lain Kelembagaan yang profesional
yang tidak dicakup oleh Kementerian/Lembaga, merupakan salah satu arahan UNESCO untuk
sehingga dinilai harus diselenggarakan suatu mewujudkan pengembangan Geopark yang
lembaga independen. LNS tidak diatur dalam berkelanjutan (Pásková & Zelenka, 2018).
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Sehingga bentuk Badan Pengelola Geopark
Kementerian Negara. Karena definisi dari LNS perlu memperhatikan profesionalitas
termasuk sulit untuk disamakan antara pengelolaan. Artinya apa pun bentuk
Kementerian/Lembaga, maka istilah UBL (Unit kelembagaannya tetap perlu berada di bawah
Badan Lainnya) diciptakan untuk meregulasi pengawasan pemerintah daerah dalam
definisi dan juga pelaporan keuangan dari LNS. menjamin keseimbangan dan keberlanjutan
Hanya saja yang perlu diperhatikan adalah tidak dalam jangka panjang.
semua LNS diresmikan menjadi UBL lewat Dalam hal komposisi SDM, pengelolaan
Keputusan Dirjen Perbendaharaan. BP Geopark didominasi oleh ASN sedangkan
Adapun beberapa alternatif strategi dalam pengelola situs geografis (Geosite) didominasi
penguatan kelembagaan Geopark antara lain oleh masyarakat. Berdasarkan Gambar 7,
meliputi: terlihat bahwa pengelolaan BP Geopark perlu
diarahkan pada bentuk pengelolaan yang
a) Bentuk yang didorong minimal Badan profesional dan menghindari adanya “rangkap
Layanan Umum Daerah (BLUD) jabatan”, sehingga staf pengelola dapat
Berdasarkan serangkaian kegiatan menjalankan tupoksi yang diamanatkan oleh BP
pengumpulan data, analisis literatur dan focus geopark dengan maksimal. Sedangkan
group discussion, bentuk yang didorong adalah pengelola situs geografis dapat melibatkan
BLUD dengan beberapa pertimbangan, yaitu masyarakat setempat dengan tetap memberi
fleksibilitas dalam pengelolaan anggaran, panduan dalam pengelolaan situs geografis agar
kemandirian dalam pengambilan keputusan dan tetap menjaga konservasi kawasan sekitarnya.
kemudahan dalam kerja sama dan kemitraan. Artinya pendekatan volunterisme dapat tetap
Kekurangannya dibandingkan dengan BUMD dijalankan pada level pengelolaan di situs
adalah daya tariknya yang kurang bagi investor. geografis. Ini sesuai dengan kajian Dowling &
Namun bentuk BLUD ini dapat digunakan Newsome (2017) bahwa pendekatan bottom up
apabila telah ada keseimbangan antara perlu terus didorong. Sedangkan manajemen inti
pemasukan dan pengeluaran. Apabila belum pada level BP Geopark tetap dilakukan dengan
ada, maka bentuk UPTD/ Satuan kerja pada profesional dan kapabilitas staf yang mumpuni.
awal pembentukan dapat digunakan namun
didorong agar dalam waktu setahun dapat
meningkat menjadi Pola Pengelolaan Keuangan

115 Pengembangan Kelembagaan dan Pembiayaan…


Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Juni 2022, 6 (2): 102-122

c) Penguatan Peran KNGI dengan kewenangan lain seperti Balai Taman


Komite Nasional Geopark Indonesia Nasional atau Badan Otoritas Pariwisata.
(KNGI) bukan hanya berperan dalam mengawal
pengelolaan BP Geopark di daerah, namun juga 2. Sumber Pembiayaan Alternatif
dalam hal pembiayaan. Dalam hal pembiayaan, Setiap negara memiliki pendekatan yang
peran KNGI ini juga perlu diperkuat dalam berbeda-beda dalam mengelola pembiayaan,
mendorong Geopark Fund yang berperan sebagai contoh, Afrika memiliki strategi
sebagai penghimpun, pemupuk dan penyalur memungut iuran dari anggota sebagai
anggaran bagi Badan Pengelola Geopark. pemasukan. Kemudian hasil pemasukan
Melalui KNGI, kerja sama dengan mitra tersebut digunakan untuk subsidi silang
internasional juga dapat dilakukan. Selain itu membiayai anggota yang memiliki pemasukan
dalam hal pembiayaan ini juga, KNGI perlu yang minim. Kemandirian penganggaran sangat
meningkatkan kapabilitas BP Geopark dalam dipengaruhi oleh kemampuan membangun
menyiapkan berbagai proses administrasi yang sumber pemasukan alternatif. Sehingga
diperlukan dalam membangun kerja sama kemandirian dan keberlanjutan pembiayaan
dengan pihak lain baik swasta, maupun perlu memperhatikan keseimbangan
masyarakat di dalam dan di luar negeri. pengeluaran yang tidak melebihi pemasukan,
Selain itu, peran KNGI antara lain perlu biaya operasional rutin dipenuhi dari sumber
meliputi: pemasukan tetap tahunan seperti dana dari
 Memberikan panduan tata kelola bagi pemerintah, sedangkan anggaran donor atau
Badan Pengelola secara kontinyu dan hibah tidak dapat diperhitungkan sebagai dana
terpadu. tetap. Sehingga dana yang tidak tetap dapat
 Memberikan pembinaan dan diarahkan untuk investasi pada pembangunan
pendampingan dalam pengelolaan BP infrastruktur, fasilitas dan projek pembangunan
melalui training, pelatihan, workshop, atau program lain yang terkait.
sharing knowledge, dan lain lain. Oleh karena itu, dalam pengembangan
 Melakukan monitoring dan evaluasi rutin Geopark perlu dipertimbangkan sumber
per periode waktu untuk menjamin proses pembiayaan alternatifnya, khususnya yang
implementasi program BP sesuai standar berasal dari Non APBN/D. Adapun alternatif ini
yang ditetapkan UGG dan siap direvalidasi nantinya juga akan dipengaruhi oleh bentuk
setiap tahun. Adapun kriteria evaluasi dapat kelembagaan yang dijalankan. Berikut akan
meliputi : kinerja pegawai dalam melayani dibahas beberapa bentuk sumber pendanaan
masyarakat, operasional pelayanan, alternatif tersebut, yaitu :
rencana kerja dan penyelenggaraan
pelayanan, indeks kepuasan masyarakat, a) Geoproduk dan Geoservis
Standar Pelayanan Minimal (SPM), Geoproduk merupakan hasil produk dari
laporan keuangan. Ini sesuai dengan saran Geopark yang dapat dijual. Produk dapat berasal
(Fassoulas et al., 2012) yang mengatakan dari alam atau diasosiasikan erat dengan
bahwa penilaian dan monitoring perlu terus lokalitas geopark. Produk dapat dihasilkan oleh
dilakukan dalam menjamin keberlanjutan. pengelola maupun bekerja sama dengan
Di samping itu, KNGI juga perlu masyarakat dan pihak lainnya. Tentunya
memastikan tupoksi BP Geopark tidak komoditi lokal yang dikembangkan ini akan
berpotensi menimbulkan konflik, sehingga perlu sangat bermanfaat bagi pengembangan ekonomi
ada aturan yang jelas mengenai mekanisme wilayah terutama di perdesaan (Shekhar et al.,
pembagian tugas dan kewenangan dengan 2019).
sektor lain yang terkait. Mengingat lokasi dan Geoproduk merupakan salah satu sumber
delineasi kawasan Geopark mungkin beririsan daya yang dapat dikomersialisasi dan menjadi
sumber pemasukan bagi daerah, khususnya

F. Lestari & I. Indrayati 116


Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Juni 2022, 6 (2): 102-122

dalam pengelolaan Geopark. Selain itu juga sifatnya pinjaman jangka menengah dan jangka
geoproduk juga dapat menjadi citra kawasan, panjang maka memerlukan persetujuan DPRD.
yang mana ini penting untuk mempromosikan Sedangkan obligasi daerah merupakan
geopark tersebut (Van Geert & Parks, 2019). pinjaman jangka panjang yang berasal dari
Menurut kajian Doucek & Zelenka (2018), masyarakat untuk membiayai proyek
inovasi dalam pengembangan geoproduk perlu infrastruktur publik yang menghasilkan
terus didorong, termasuk kolaborasi dengan penerimaan bagi APBD; dan/atau memberikan
kawasan sekitar. Pemasukan dari Geoproduk manfaat bagi masyarakat. Namun pada tataran
dan Geoservis ini merupakan penerimaan dari teknis masih diperlukan regulasi yang mampu
pemanfaatan sumber daya alam dan hasil memayungi mekanisme pemberian pinjaman
pengolahannya yang termasuk dalam PNBP dari pemerintah provinsi kepada pemerintah
(Penerimaan Negara Bukan Pajak). kab/kota atau sebaliknya; antara pemerintah
Selain geoproduk, geoservis juga dapat daerah; pinjaman pemerintah daerah kepada
menjadi alternatif misalnya jalur trekking BUMD; dan penerbitan Obligasi Daerah
dimana pendapatan dikumpulkan melalui Syariah.
penjualan tiket. Selain itu kombinasi geoproduk Pada konteks di Indonesia, salah satu
dan geoservis seperti Geogastronomy di contoh pinjaman juga dapat dilaksanakan
Geopark Waitaki Whitestone (Selandia Baru). melalui peran PT SMI (Sarana Multi
Tentunya dalam mengelola pemasukan dari Infrastruktur), dengan mekanisme yang telah
Geoproduk dan Geoservis ini bentuk ditetapkan. Pendirian PT Sarana Multi
kelembagaan yang paling sesuai adalah BLUD, Infrastruktur pada tanggal 26 Februari 2009 di
mengingat pemasukan dapat dikelola untuk bawah koordinasi Kementerian Keuangan
pembangunan Geopark tersebut. Sedangkan dengan mandat menjadi katalis pembangunan
dalam bentuk UPTD seluruh pemasukan akan infrastruktur Indonesia. Dalam rangka
masuk otomatis ke kas daerah, sehingga sulit mewujudkan visi dan misinya, PT SMI telah
untuk mengelola anggaran dalam mendefinisikan enam butir fungsi dalam
pengembangan Geopark. pelaksanaan mandat, yaitu menciptakan produk
pembiayaan yang inovatif, melaksanakan
b) Pinjaman program akselerasi infrastruktur daerah,
Pinjaman Daerah adalah semua transaksi optimalisasi kerja sama strategis, optimalisasi
yang mengakibatkan daerah menerima penghimpunan dana, menjadi enabler
sejumlah uang atau menerima manfaat yang percepatan infrastruktur dan manajemen risiko
bernilai uang dari pihak lain, sehingga daerah yang terukur. Butir-butir pelaksanaan mandat
tersebut dibebani kewajiban untuk membayar PT SMI tersebut bermuara pada dukungan
kembali. Pada sebuah contoh di Hungaria, terhadap SDGs, upaya untuk merespon
pemerintah mengembangkan sistem pinjaman perubahan iklim (adaptasi dan mitigasi) serta
dari pusat ke daerah yang bertujuan untuk optimalisasi manfaat sosial dan ekonomi.
mendanai daerah yang perlu dibantu untuk Dalam hal ini, geopark dapat memperoleh
didanai pembangunannya, misalnya dalam akses dalam hal pembiayaan infrastruktur,
pembangunan infrastruktur. Pembiayaan khususnya dalam percepatan pembangunan
pembangunan infrastruktur layanan publik ini kawasan geopark di Indonesia mengingat
bersumber dari Pemerintah Pusat, Pemerintah banyak lokasi situs geografis yang belum
Daerah Lain, Lembaga Keuangan Bank, memiliki akses yang memadai. Gambar 8
Lembaga Keuangan Bukan Bank. Oleh karena menunjukkan mekanisme pinjaman daerah yang
dapat dilakukan untuk pengembangan geopark.

117 Pengembangan Kelembagaan dan Pembiayaan…


Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Juni 2022, 6 (2): 102-122

Gambar 8. Kerangka pinjaman daerah


Sumber : Bappenas, 2020.

c) Hibah kepemilikan aset disebut Beneficiary (penerima


Alternatif sumber pemasukan dalam manfaat).
pengembangan Geopark ini juga dapat Dalam implementasinya, konsep trust
dilakukan melalui pembentukan Geopark Fund (dual ownership) di dalam sistem Common Law
sesuai amanat Peraturan Menteri PPN/Kepala ternyata tidak bisa sepenuhnya diaplikasikan di
Bappenas Nomor 15 Tahun 2020 tentang Indonesia yang menganut sistem Civil Law,
Rencana Aksi Nasional Geopark 2021-2025. ditambah lagi belum adanya Undang Undang
Adapun pendekatan yang dapat dilakukan, yang berkaitan dengan konsep Trust tersebut di
berpedoman dari contoh Indonesia Climate Indonesia. Sistem Civil Law tidak mengakui
Change Trust Fund (ICCTF), yaitu Trust Fund dual ownership, dengan demikian kepemilikan
yang dikelola sendiri oleh Pemerintah Indonesia aset yang telah dipercayakan kepada Trustee
dengan tujuan mengkoordinasikan dan masih berada di tangan Settlor. Tidak
menyalurkan dana untuk membantu kegiatan berpindahnya kepemilikan secara hukum ini
mitigasi dan adaptasi perubahan iklim yang membuat fungsi Trustee di Indonesia, tidak
sedang dan/atau akan dilakukan oleh seperti fungsi Trustee di luar negeri dalam hal
Kementerian Negara/Lembaga, Pemerintah pengelolaan aset trust tersebut.
Daerah, Universitas, Organisasi Non Selain itu, pada praktiknya, selain ada
Pemerintah, maupun Pihak Swasta. perbedaan sistem hukum dan belum tersedianya
Trust fund adalah konsep pengelolaan dana peraturan setingkat Undang-Undang di
yang hanya dapat digunakan untuk tujuan Indonesia, faktor mendasar yang menjadi
spesifik. Dana ini disimpan di tempat yang hambatan sebuah organisasi Trust Fund,
terpisah dari sumber pendanaan lainnya khususnya pada kasus ICCTF, adalah perlakuan
(misalnya anggaran pemerintah), dan dikelola hibah langsung ke Pemerintah Indonesia yang
oleh sebuah dewan yang independen (Gerlagh & dianggap sebagai implementasi dari konsep
van der Zwaan, 2001). Adapun pihak yang trust, padahal hibah langsung memiliki konsep
mentransfer aset disebut Settlor. Pihak yang yang berbeda dengan trust.
diberi kepercayaan untuk memegang dan Contoh hibah lainnya juga telah banyak
mengelola aset disebut Trustee. Pihak yang akan diaplikasikan pada kawasan konservasi,
menerima keuntungan dari proses perpindahan umumnya diberikan dalam bentuk kegiatan.

F. Lestari & I. Indrayati 118


Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Juni 2022, 6 (2): 102-122

Kegiatan-kegiatan tersebut diimplementasikan Keterbatasan APBN dalam pembiayaan


oleh lembaga non pemerintah sebagai pelaksana pembangunan menyebabkan adanya selisih
kegiatan dalam bentuk kerja sama yang pendanaan (funding gap) yang harus dipenuhi.
mengacu pada Peraturan Menteri Lingkungan Untuk mengatasi itu, perlu dikembangkan
Hidup dan Kehutanan Nomor P. 44 Tahun 2017 beberapa alternatif pendanaan, salah satunya
tentang Tata Cara Kemitraan Kawasan Suaka menggunakan skema kerja sama pembangunan
Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam yang melibatkan pihak swasta atau dikenal
(KPA). Selain itu ada juga bentuk Sukuk sebagai Public Private Partnership (PPP). Tidak
Hijau/Sukuk Syariah yang merupakan investasi ada definisi resmi mengenai PPP, namun dapat
syariah yang diterbitkan untuk membiayai disimpulkan bahwa PPP merupakan bentuk
proyek atau investasi energi bersih dan perjanjian antara sektor publik (Pemerintah)
terbarukan guna menjaga aset lingkungan atau dengan sektor privat (Swasta) untuk
sumber daya alam yang dimiliki. Landasan mengadakan sarana layanan publik yang diikat
hukum untuk obligasi hijau (green bond) sudah dengan perjanjian, terbagi menjadi beberapa
ada, yaitu berupa Peraturan Otoritas Jasa bentuk tergantung kontrak dan pembagian
Keuangan Nomor 60/POJK.04/2017 tentang risiko.
Penerbitan dan Persyaratan Efek Bersifat Utang Di Indonesia, PPP dikenal sebagai Kerja
Berwawasan Lingkungan. sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU),
KPBU didefinisikan sebagai kerja sama antara
d) Transfer fiskal berbasis ekologis Pemerintah dan Badan Usaha contohnya dalam
(Ecological Fiscal Transfer/EFT) penyediaan infrastruktur yang bertujuan untuk
Transfer Anggaran Provinsi berbasis kepentingan umum dengan mengacu pada
Ekologi (TAPE) adalah transfer dana dari spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya
pemerintah provinsi ke kabupaten/kota dan oleh Menteri/Kepala Lembaga/Kepala
Transfer Anggaran Kabupaten berbasis Ekologi Daerah/BUMN/BUMD, yang sebagian atau
(TAKE) adalah transfer dana dari seluruhnya menggunakan sumber daya badan
kabupaten/kota ke kecamatan berbasis pada usaha dengan memperhatikan pembagian risiko
kinerja dalam menjaga lingkungan. TAPE dan di antara para pihak.
TAKE merupakan skema untuk mengurangi Adanya Kerja sama antara Pemerintah
emisi melalui upaya sendiri. Daerah dengan Badan Usaha (KPDBU) dalam
Dua skenario yang ditawarkan dalam penyediaan infrastruktur diharapkan mampu
skema transfer fiskal ini adalah: (1) alokasi dasar menjadi alternatif sumber pendanaan bagi
dan insentif-disinsentif. Kabupaten/kota akan daerah selain dari Anggaran Pendapatan dan
mendapat alokasi dasar ditambah dengan Belanja Daerah (APBD) dan alokasi dari
insentif jika daerah berhasil mempertahankan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
wilayah hutannya, dan disinsentif jika kawasan (APBN). Sebab, berdasarkan keterangan yang
hutannya berkurang; (2) indeks tutupan hutan disampaikan oleh menteri keuangan, pemerintah
kabupaten/kota relatif terhadap daerah lainnya. daerah masih memiliki tingkat ketergantungan
Daerah yang mengalami tingkat deforestasi yang tinggi terhadap bantuan pendanaan oleh
lebih besar dari deforestasi maksimum tidak pemerintah pusat, yakni melalui alokasi
mendapatkan dana insentif. Transfer Ke Daerah dan Dana Desa (TKDD).
Bentuk ini dapat dilakukan juga pada Oleh karena itu, kehadiran KPDBU sebagai
Geopark, sehingga alokasi anggaran pemerintah alternatif pendanaan diharapkan mampu
perlu dilakukan berbasis insentif sesuai target mempercepat pembangunan infrastruktur yang
kinerja BP Geopark yang telah disepakati. berkualitas, efektif, efisien, tepat sasaran dan
tepat waktu.
e) Kerja sama antara daerah, maupun Oleh karena itu, penting bagi BP Geopark
dengan masyarakat & entitas bisnis dalam memetakan potensi kerja sama dengan

119 Pengembangan Kelembagaan dan Pembiayaan…


Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Juni 2022, 6 (2): 102-122

pihak swasta contohnya dalam pengembangan KESIMPULAN


kawasan wisata di lokasi geopark. Dalam
pengembangan geopark, potensi kerja sama Pengembangan Geopark di Indonesia saat
pemerintah dan swasta cukup tinggi mengingat ini masih menghadapi beberapa tantangan, di
potensi geowisata yang dapat dikembangkan di antaranya belum kuatnya faktor kelembagaan
wilayah geopark (Koh et al., 2014). dan pembiayaan Geopark yang dapat
berimplikasi pada percepatan pengembangan
f) Manajemen Aset Situs Geografis Geopark di Indonesia. Beberapa strategi yang
Aset merupakan sumberdaya yang diusulkan pada kajian ini, yaitu Pertama, usulan
penting bagi pemerintah daerah. Dengan bentuk struktur badan pengelola sesuai
mengelola aset daerah secara benar dan karakteristik Geopark, regulasi daerah,
memadai, pemerintah daerah akan mendapatkan dukungan masyarakat. Kedua, penguatan peran
sumber dana untuk pembiayaan pembangunan KNGI untuk menjadi pintu gerbang kerja sama
di daerah. Dalam mengelola aset daerah, internasional, menarik peluang pendanaan,
pemerintah daerah harus memperhatikan memastikan mekanisme kerja sama lintas sektor
perencanaan kebutuhan dan penganggaran, berjalan optimal dan saling menguntungkan.
pengadaan, penerimaan, penyimpanan dan Selain itu, Badan Pengelola Geopark didorong
penyaluran, penggunaan, penatausahaan, agar mampu menjalankan pengelolaan yang
pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, profesional, mandiri dan berkelanjutan dengan
penilaian, penghapusan, pemindahtanganan, memegang ketiga pilar, yakni edukasi,
pembinaan, pengawasan dan pengendalian, konservasi dan pemberdayaan ekonomi
pembiayaan dan tuntutan ganti rugi. masyarakat. Badan Pengelola Geopark perlu
Keseluruhan kegiatan tersebut merupakan terus melakukan pembinaan kepada pengelola
aspek-aspek penting yang terdapat dalam geosites (situs geografis) untuk menerapkan
manajemen aset daerah. Dengan melakukan SOP dan standar-standar pengelolaan berkelas
perencanaan kebutuhan aset, pemerintah daerah internasional
akan memperoleh gambaran dan pedoman Sedangkan dari sisi pembiayaan,
terkait kebutuhan aset bagi pemerintah daerah. pengelolaan yang profesional ini perlu lebih
Dalam hal pengembangan geopark, proaktif dalam mencari sumber pemasukan
potensi situs geografis merupakan aset yang alternatif selain anggaran pemerintah.
bernilai apabila dapat dikembangkan dengan Contohnya melalui optimalisasi pengelolaan
tepat dan berkelanjutan. Manajemen aset situs geoproduk dan geoservis, kerja sama dengan
geografis juga merupakan salah satu sumber badan usaha dan masyarakat, manajemen aset
alternatif pembiayaan melalui pemetaan aset situs geografis, pengelolaan hibah dan pinjaman
(lokasi & kondisi) yang dimiliki beserta serta berbagai alternatif pembiayaan lainnya.
kewajibannya (operating, monitoring, dan/atau Bagaimanapun juga, dalam
maintaining) hingga strategi pemanfaatan aset. pengembangan kelembagaan dan pembiayaan
Perubahan paradigma baru pengelolaan geopark, perlu disesuaikan dengan karakteristik
barang milik negara/aset negara telah di setiap negara yang berbeda-beda. Oleh karena
memunculkan optimisme baru, best itu, kajian ini berupaya memberikan alternatif
practices dalam penataan dan pengelolaan aset strategi penguatan kelembagaan dan
negara yang lebih tertib, akuntabel, dan pembiayaan agar terwujud pengelolaan geopark
transparan ke depannya. Pengelolaan aset yang mampu menjalankan ketiga pilar, yaitu
negara yang profesional dan modern dengan konservasi lingkungan, pemberdayaan
mengedepankan good governance di satu sisi masyarakat (edukasi) serta pengembangan
diharapkan akan mampu meningkatkan ekonomi (pariwisata).
kepercayaan pengelolaan keuangan negara dari
masyarakat/stakeholder.

F. Lestari & I. Indrayati 120


Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Juni 2022, 6 (2): 102-122

UCAPAN TERIMA KASIH perspectives in the Beigua Geopark (Italy).


Geoheritage, 3(2), 63-72.
Penelitian ini didukung oleh Bappenas Canesin, T. S., Brilha, J., & Díaz-Martínez, E.
(2020). Best Practices and Constraints in
dan Institut Teknologi Indonesia.
Geopark Management: Comparative Analysis
of Two Spanish UNESCO Global Geoparks.
DAFTAR PUSTAKA Geoheritage, 12(1), 14. doi:10.1007/s12371-
020-00435-w
Ahmadi, M., Farhadinia, M. S., Cushman, S. A., Cheung, L. T., Fok, L., & Fang, W. (2014).
Hemami, M.-R., Nezami Balouchi, B., Understanding geopark visitors' preferences
Jowkar, H., & Macdonald, D. W. (2020). and willingness to pay for global geopark
Species and space: a combined gap analysis to management and conservation. Journal of
guide management planning of conservation Ecotourism, 13(1), 35-51.
areas. Landscape Ecology, 35(7), 1505-1517. Darsiharjo, D. (2016). Pengembangan Geopark
doi:10.1007/s10980-020-01033-5 Ciletuh berbasis partisipasi masyarakat
Andriany, S. S., Fatimah, M. R., & Hardiyono, A. sebagai kawasan geowisata di kabupaten
(2016). Geowisata Geopark Ciletuh: Geotrek Sukabumi. Jurnal Manajemen Resort dan
Mengelilingi Keindahan Mega Amfiteater Leisure, 13(1).
Ciletuh (The Magical of Ciletuh Doucek, J., & Zelenka, J. (2018). New Trends in
Amphitheater). Bulletin of Scientific Geoproducts Development: Železné Hory
Contribution: GEOLOGY, 14(1), 75-88. National Geopark Case Study. Czech Journal
Apriliani, A., Rahmawati, R., & Azahari, R. (2019). of Tourism, 7(2), 179-195.
Kemitraan Pemerintah dan Swasta dalam Dowling, R. K., & Newsome, D. (2017). Geotourism
pengembangan wisata Geopark Ciletuh- destinations-visitor impacts and site
Palabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi. management considerations. Czech Journal of
Administratie Jurnal Administrasi Publik, Tourism, 6(2), 111-129.
1(1). Du, Y., & Girault, Y. (2018). A genealogy of
Azman, N., Halim, S. A., Liu, O. P., Saidin, S., & UNESCO global geopark: Emergence and
Komoo, I. (2010). Public education in evolution. International Journal of
heritage conservation for geopark Geoheritage Parks, 6(2), 1-17.
community. Procedia-Social Behavioral Eklund, J., Arponen, A., Visconti, P., & Cabeza, M.
Sciences, 7, 504-511. (2011). Governance factors in the
Bakti, I., Sumartias, S., Damayanti, T., & Nugraha, identification of global conservation priorities
A. R. (2018). Pengembangan model for mammals. Philosophical Transactions of
komunikasi pariwisata berbasis kearifan lokal the Royal Society B: Biological Sciences,
di kawasan geopark Pangandaran. Jurnal 366(1578), 2661-2669.
Kajian Komunikasi, 6(2), 217-230. Farsani, N. T., Coelho, C., & Costa, C. (2011).
Bangun, M., & Junita, D. (2020). Strategi Geotourism and geoparks as novel strategies
Pengembangan Kawasan Geosite Kaldera for socio‐economic development in rural
Toba Pasca Penetapan Sebagai UNESCO areas. International Journal of Tourism
Global Geopark. Jurnal Social Opinion: Research, 13(1), 68-81.
Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi, 5(2), 213- Farsani, N. T., Coelho, C. O. A., Costa, C. M. M., &
225. Amrikazemi, A. (2014). Geo-knowledge
Bappenas. (2020). Peraturan Menteri Perencanaan Management and Geoconservation via
Pembangunan Nasional/Kepala Badan Geoparks and Geotourism. Geoheritage, 6(3),
Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 185-192. doi:10.1007/s12371-014-0099-7
15 Tahun 2020 Tentang Rencana Aksi Fassoulas, C., Mouriki, D., Dimitriou-Nikolakis, P.,
Nasional Pengembangan Taman Bumi & Iliopoulos, G. (2012). Quantitative
(Geopark) Indonesia Tahun 2021-2025. Assessment of Geotopes as an Effective Tool
Indonesia for Geoheritage Management. Geoheritage,
Burlando, M., Firpo, M., Queirolo, C., Rovere, A., & 4(3), 177-193. doi:10.1007/s12371-011-
Vacchi, M. (2011). From geoheritage to 0046-9
sustainable development: strategies and

121 Pengembangan Kelembagaan dan Pembiayaan…


Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Juni 2022, 6 (2): 102-122

Fauzi, N. S. M., & Misni, A. (2016). Geoheritage Pásková, M., & Zelenka, J. (2018). Sustainability
Conservation: Indicators affecting the management of unesco global geoparks.
condition and sustainability of Geopark–a Sustain. Geosci. Geotourism, 2, 44-64.
conceptual review. Procedia-Social Saputra, I. G. G. (2016). Respon Wisatawan
Behavioral Sciences, 222, 676-684. Terhadap Pengembangan Batur Global
Gerlagh, R., & van der Zwaan, B. C. (2001). The Geopark Bali. Jurnal Master Pariwisata.
effects of ageing and an environmental trust Sekretariat Kabinet Republik Indonesia. (2019).
fund in an overlapping generations model on Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2019
carbon emission reductions. Ecological Tentang Pengembangan Taman Bumi
Economics, 36(2), 311-326. (Geopark). Jakarta, Indonesia: Sekretariat
Ginting, N., & Sasmita, A. (2018). Developing Kabinet.
tourism facilities based on geotourism in Sekretariat Negara Republik Indonesia. (2010).
Silalahi Village, Geopark Toba Caldera. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2010
Paper presented at the IOP Conference Series: Tentang Pengusahaan Pariwisata Alam Di
Earth and Environmental Science. Suaka Margasatwa Taman Nasional Taman
Hindersah, H., Asyiawati, Y., Akliyah, L. S., & Hutan Raya Dan Taman Wisata Alam.
Ramadhan, T. A. (2017). Tantangan Jakarta, Indonesia: Sekretariat Negara.
Pembangunan Pariwisata Inklusif Geopark Sekretariat Negara Republik Indonesia. (2011).
Ciletuh, Desa Ciwaru Kabupaten Sukabumi– Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011
Provinsi Jawa Barat. Paper presented at the Tentang Rencana Induk Pembangunan
Prosiding-Seminar-Nasional-Perencanaan- Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025.
Pembangunan-Inklusif-Desa-Kota. Jakarta, Indonesia: Sekretariat Negara.
Koh, Y.-K., Oh, K.-H., Youn, S.-T., & Kim, H.-G. Shekhar, S., Kumar, P., Chauhan, G., & Thakkar, M.
(2014). Geodiversity and geotourism (2019). Conservation and sustainable
utilization of islands: Gwanmae Island of development of geoheritage, geopark, and
South Korea. Journal of Marine Island geotourism: a case study of Cenozoic
Cultures, 3(2), 106-112. successions of Western Kutch, India.
Larwood, J. G., Badman, T., & McKeever, P. J. Geoheritage, 11(4), 1475-1488.
(2013). The progress and future of Van Geert, F., & Parks. (2019). The uses and
geoconservation at a global level. challenges of the geopark label as a place
Proceedings of the Geologists' Association, branding tool. The case of the Geopark of the
124(4), 720-730. Tremp Basin-Montsec (Catalonia-Spain).
doi:https://doi.org/10.1016/j.pgeola.2013.04. International Journal of Geoheritage, 7(2),
001 72-84.
Management, G. (2020). Governance & Wang, D., & Ap, J. (2013). Factors affecting tourism
Management. Retrieved from policy implementation: A conceptual
https://www.geoparktoolkit.org/ framework and a case study in China. Tourism
Moser, A., & Korstjens, I. (2018). Series: Practical Management, 36, 221-233.
guidance to qualitative research. Part 3: doi:https://doi.org/10.1016/j.tourman.2012.1
Sampling, data collection and analysis. 1.021
European Journal of General Practice, 24(1), Wang, L., Tian, M., & Wang, L. (2015).
9-18. Geodiversity, geoconservation and
Nasution, I. (2019). Persepsi Publik Tentang geotourism in Hong Kong Global Geopark of
Destinasi Pariwisata Danau Toba Sebagai China. Proceedings of the Geologists'
Global Geopark Kaldera UNESCO. Association, 126(3), 426-437.
Publikauma: Jurnal Administrasi Publik doi:https://doi.org/10.1016/j.pgeola.2015.02.
Universitas Medan Area, 7(2), 88-102. 006
O. Nyumba, T., Wilson, K., Derrick, C. J., & Wibowo, Y. G., Zahar, W., Syarifuddin, H., &
Mukherjee, N. (2018). The use of focus group Ananda, R. (2019). Pengembangan Eco-
discussion methodology: Insights from two Geotourism Geopark Merangin Jambi.
decades of application in conservation. IJEEM-Indonesian Journal of Environmental
Methods in Ecology evolution, 9(1), 20-32. Education Management, 4(1), 23-43.

F. Lestari & I. Indrayati 122

You might also like