Professional Documents
Culture Documents
2 : 9-17
ISSN 1412-4424
ABSTRACT
Ginger and beet root can be used as ingredients in functional drink. This research aimed to know the best
formulations of ginger and beet root for the quality of functional drink. Research method used Completely
Randomized Designed which consisted of five treatments and each treatment was repeated four times.
Treatments of ginger extract and beet root extract were 100%:0%, 90%: 10%, 80%:20%, 70%:30%, and
60%:40%. Data were statistically analyzed by using Analysis of Variance and continued with Duncan’s New
Multiple Range Test at 5% level. Results of analyzed showed that the ratio of ginger and beet root extract
significantly affected water content, ash content, reducing sugar content, antioxidant activity, color, aroma,
and flavour. Based on this research, the best treatment was the powder with ginger and beet root extract
70%:30% which had average of water content 2.54%, ash content 1.41%, and reducing sugar content
13.36%. Sensory assessment of functional drink by panelist showed that the drink had a red brick color, a
little ginger and beet root scented, and rather smooth.
Key words: Functional drink, ginger, beet root.
ABSTRAK
Jahe dan umbi bit dapat digunakan sebagai bahan baku dalam minuman fungsional. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui formulasi terbaik jahe dan umbi bit berdasarkan standar mutu minuman fungsional. Penelitian
ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap yang terdiri dari 5 perlakuan dan masing-masing perlakuan diulang
sebanyak 4 kali. Perlakuan ekstrak jahe dan ekstrak umbi bit terdiri dari 100%:0%, 90%:10%, 80%:20%, 70%:30%,
60%:40%. Data dianalisis secara statistik menggunakan analisis sidik ragam dan dilanjutkan dengan Duncan’s
New Multiple Range Test pada taraf 5%. Hasil analisis menunjukkan bahwa rasio ekstrak jahe dan ekstrak umbi
bit berpengaruh nyata terhadap kadar air, kadar abu, kadar gula reduksi, aktivitas antioksidan, warna, aroma,
dan rasa. Berdasarkan penelitian ini, perlakuan terbaik adalah serbuk dengan ekstrak jahe dan ekstrak umbi bit
70%:30% dengan kadar air 2,54%, kadar abu 1,41%, dan kadar gula reduksi 13,36%. Penilaian sensori minuman
fungsional oleh panelis menunjukkan bahwa minuman memiliki warna merah bata, agak beraroma jahe dengan
sedikit beraroma bit, dan agak halus.
tubuh. Salah satu bahan yang bisa dijadikan Umbi bit di Indonesia banyak ditanam di pulau
minuman fungsional adalah jahe. Jawa, terutama di Cipanas Bogor, Lembang,
Jahe merupakan tanaman dari suku Panggalengan, dan Batu. Jumlah produksi umbi
Zingiberaceae yang biasa digunakan dalam bit yang terdapat di Cisarua Lembang sebanyak
kehidupan masyarakat Indonesia. Menurut 80 ton per tahun (Ananti, 2008).
Badan Pusat Statistik pada tahun 2016 produksi Umbi bit juga merupakan salah satu
jahe di Indonesia mencapai 340.345.036 kg bahan pangan yang sangat bermanfaat karena
(BPS, 2016). Jumlah jahe yang melimpah ini mengandung asam folat yang dapat
justru menimbulkan permasalahan tersendiri yaitu menumbuhkan dan menggantikan sel-sel yang
jahe tidak termanfaatkan secara optimal. rusak, vitamin C untuk menumbuhkan jaringan
Masyarakat Indonesia umumnya telah dan menormalkan saluran darah, caumarin dapat
mengenal dan memanfaatkan jahe dalam mencegah tumor, dan betasianin untuk mencegah
kehidupan sehari-hari untuk berbagai kanker (Kelly, 2005). Umbi bit juga
kepentingan seperti sebagai bumbu masakan, dimanfaatkan sebagai pewarna alami dalam
bahan baku minuman, dan obat-obatan. Jahe pembuatan produk pangan, karena memiliki
secara tradisional biasa digunakan untuk pigmen betalain sebanyak 128,70 mg per 100 g
mencegah berbagai penyakit seperti mual, flu, bahan (USDA, 2013).
menyembuhkan luka, asma, penyakit jantung, dan Betalain merupakan pigmen yang terdiri dari
gangguan pencernaan. Jahe selain berperan betasianin, betasantin, dan betanin yang termasuk
dalam pencegahan penyakit juga memiliki antioksidan namun jarang digunakan dalam
kemampuan sebagai antioksidan. produk pangan, karena penyebarannya hanya
Antioksidan merupakan substansi yang dari tanaman umbi bit saja. Kandungan vitamin
diperlukan oleh tubuh untuk menetralisir radikal dan mineral yang ada dalam umbi bit adalah
bebas. Pentingnya peran antioksidan bagi tubuh vitamin C, kalsium, fosfor, gula, nitrat, dan zat
merupakan salah satu peluang untuk besi yang merupakan nilai lebih dari umbi bit.
meningkatkan nilai jual beli jahe yaitu dengan Umbi bit juga kaya akan karbohidrat yang mudah
membuat jahe menjadi jahe instan. diserap menjadi energi serta zat besi yang
Jahe instan merupakan produk makanan membantu darah mengangkut oksigen ke otak
yang berbentuk serbuk, terbuat dari ekstrak jahe (Naibaho et al., 2015).
yang ditambah gula atau rempah-rempah lain. Penelitian penggunaan umbit bit sebagai
Akan tetapi, jahe instan masih memiliki pewarna alami telah dilakukan oleh Pohan et al.
kekurangan yaitu warnanya yang kurang (2016) pada penambahan umbi bit (Beta
menarik. Rifkowaty dan Martanto (2016) telah vulgaris L.) sebagai pewarna alami terhadap
melakukan penelitian tentang minuman fungsional daya terima dan kandungan zat gizi kerupuk
serbuk instan jahe dengan variasi penambahan merah. Perlakuan terbaik penelitian ini diperoleh
ekstrak bawang mekah sebagai pewarna alami, pada perbandingan 50% sari umbi bit dan 50%
perlakuan terbaiknya adalah serbuk instan jahe tepung tapioka yang menghasilkan kerupuk
dengan penambahan ekstrak bawang mekah warna merah, beraroma khas kerupuk, berasa
sebanyak 20% dengan skor warna, rasa, dan gurih dan khas manis umbi bit, serta renyah.
tekstur masing-masing 3,15, 2,95, dan 3,35. Akan Berdasarkan latar belakang tersebut penulis
tetapi penelitian tersebut memiliki kekurangan melakukan penelitian tentang Minuman
dari segi bawang mekah yang susah didapatkan Fungsional Serbuk Instan Jahe (Zingiber
dan memiliki rasa yang pahit. Salah satu bahan officinale R.) dengan Penambahan Sari Umbi
lain yang berpotensi sebagai pewarna alami Bit (Beta vulgaris L.) sebagai Pewarna Alami.
seperti bawang mekah adalah umbi bit (Beta Tujuan penelitian ini untuk mengetahui formulasi
vulgaris L.). terbaik jahe dengan umbi bit terhadap standar
Umbi bit merupakan tanaman umbi mutu minuman fungsional serbuk dan
semusim berbentuk seperti rumput yang menghasilkan minuman instan yang disukai
termasuk ke dalam famili Chenopodiaceae. panelis.
sebesar 52,15% dan kadar air umbi bit sebesar Tingginya kadar abu pada suatu bahan
85,40%. Hal ini mengakibatkan semakin pangan menunjukkan bahwa tingginya kandungan
meningkatnya jumlah penambahan sari umbi bit mineral pada bahan tersebut (Sudarmadji et al.,
dan semakin menurunnya penambahan sari jahe 1997). Umbi bit mengandung mineral dalam
dalam pembuatan serbuk instan maka kadar air jumlah yang cukup baik untuk dimanfaatkan oleh
serbuk instan yang dihasilkan semakin meningkat. tubuh diantaranya kalsium 16 mg, besi 0,8 mg,
Persentase kadar air tertinggi terdapat pada magnesium 23 mg, fosfor 40 mg, sodium 78 mg,
serbuk instan jahe dengan penambahan sari umbi kalium 325 mg, natrium 78 mg, zinc 0,35 mg,
bit 40% karena penambahan sari umbi bit yang cuprum 0,075 mg, dan mangan 0,329 mg (Rini et
berupa cairan menyebabkan jumlah cairan dalam al., 2016) sedangkan jahe mengandung mineral
proses kokristalisasi lebih banyak, sehingga kadar berupa kalsium 16 mg, zat besi 0,60 mg,
air lebih tinggi (Rifkowaty dan Martanto, 2016). magnesium 43 mg, mangan 0,229 mg, fosfor 34
Hal ini sejalan dengan penelitian Rini et al. (2016) mg, dan seng 0,34 mg (USDA, 2013). Rata-
yang menyatakan bahwa semakin banyak rata kadar abu berkisar antara 0,08-1,66% dan
penambahan umbi bit dalam pembuatan fruit masih memenuhi standar mutu minuman serbuk
leather maka kadar air yang dihasilkan juga SNI 01-4320-1996 yaitu maksimal 1,5%.
semakin tinggi.
Kadar air juga berpengaruh terhadap Aktivitas Antioksidan
umur simpan produk. Produk yang mendapatkan Tabel 1 menunjukkan bahwa aktivitas
bahan tambahan berupa cairan akan antioksidan minuman instan semakin meningkat
mempengaruhi hasil akhir dan masa penyimpanan seiring dengan meningkatnya rasio penambahan
produk, serta produk yang memiliki kadar air yang sari umbi bit dan semakin menurunnya
tinggi cenderung memiliki masa simpan yang penambahan sari jahe. Rata-rata aktivitas
singkat (Rifkowaty dan Martanto, 2016). antioksidan minuman instan berkisar antara
Sugiarto et al. (2014) menyatakan bahwa pada 52,45-23,10 ppm yang berarti bahwa
kadar air 4-8% serbuk jahe merah relatif aman antioksidannya sangat kuat. Aktivitas antioksidan
terhadap kerusakan mikrobiologis dan yang semakin meningkat disebabkan oleh
penggumpalan sehingga umur simpannya pun kandungan betanin yang tinggi pada umbi bit. Hal
akan semakin lama. Rata-rata kadar air berkisar ini sejalan dengan Tagor et al. (2009) yang
1,36-2,93% dan masih memenuhi standar mutu menyatakan bahwa betanin yang terdapat pada
minuman serbuk SNI 01-4320-1996 yaitu umbi bit memiliki sifat radical scavenging yang
maksimal 5%. baik.
Aktivitas antioksidan yang dihasilkan
Kadar Abu pada minuman instan hanya berasal dari umbi
Tabel 1 menunjukkan bahwa kadar abu bit saja sedangkan antioksidan pada jahe sudah
serbuk instan semakin meningkat seiring dengan tidak aktif lagi. Berdasarkan hasil penelitian
meningkatnya rasio penambahan sari umbi bit aktivitas antioksidan jahe sebelum dan sesudah
dan semakin menurunnya penambahan sari jahe. dikeringkan adalah 15,48 ppm yang berarti sangat
Perbedaan kadar abu pada kelima perlakuan kuat dan 507,75 ppm atau tidak aktif lagi.
dipengaruhi oleh tingginya kandungan abu pada Kehilangan antioksidan pada jahe disebabkan
bahan baku yang digunakan. Kadar abu pada oleh suhu tinggi dan pemanasan yang lama.
umbi bit lebih tinggi dibandingkan dengan kadar Menurut Wu et al. (2004) pengeringan
abu pada jahe. Berdasarkan hasil analisis kadar merupakan salah satu faktor yang dapat
abu pada umbi bit adalah 1,30% dan kadar abu mendesktruksi senyawa antioksidan dalam bahan
pada jahe adalah 1,27%. Hal ini sejalan dengan yang dikeringkan. Kondisi tersebut akan
penelitian Naibaho et al. (2016) yang menyatakan mengurangi bahkan menghentikan laju
bahwa semakin banyak penambahan sari umbi antioksidan zat aktif pada bahan pangan karena
bit pada produk permen jeli akan mengakibatkan oksidasi. Sedangkan aktivitas antioksidan umbi
semakin tingginya kadar abu. bit sebelum dan sesudah dikeringkan adalah 33,11
ppm dan 42,31 ppm yang berarti tetap sangat karena tidak memiliki gugus OH- bebas reaktif,
kuat. Hal ini terjadi karena antioksidan umbi bit tetapi selama adanya pemanasan, maka sukrosa
mengandung senyawa flavonoid. Menurut akan terhidrolisis menjadi gula invert yaitu glukosa
Tensiska (2003), senyawa antioksidan polifenol dan fruktosa yang merupakan gula reduksi.
dan flavonoid memiliki sifat antioksidan yang kuat Sukrosa memiliki peranan penting dalam
dalam sistem pangan, serta relatif tahan terhadap bahan pangan, selain sebagai pemanis,
pemanasan. pembentuk tekstur, pembentuk citarasa, sebagai
Antioksidan bekerja dengan cara substrat bagi mikroba dalam proses fermentasi,
mendonorkan satu elektronnya kepada senyawa bahan pengisi dan pelarut, serta sebagai
yang bersifat oksidan sehingga aktivitas senyawa pengawet. Penambahan gula bertujuan untuk
oksidan tersebut dapat dihambat. Menurut mendorong kokristalisasi pada serbuk.
Meydani et al. (1995), keseimbangan oksidan Kokristalisasi adalah suatu proses pemisahan
dan antioksidan sangat penting karena berkaitan dengan cara pemekatan larutan sampai
dengan fungsinya sistem imunitas tubuh. konsentrasi bahan yang terlarut (solut) menjadi
Senyawa asam lemak tak jenuh merupakan lebih besar daripada pelarutnya pada suhu yang
komponen terbesar yang menyusun membran sama. Penurunan kadar gula reduksi pada
sel, yang diketahui sangat sensitif terhadap kelima perlakuan juga dipengaruhi oleh ekstrak
perubahan keseimbangan oksidan-antioksidan. yang ditambahkan berupa cairan, sehingga kadar
Sehingga, sel imun memerlukan antioksidan gula reduksi pada sampel semakin menurun
dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan akibat semakin banyak bertambahnya ekstrak
dengan sel lain. (pelarut) (Rifkowaty dan Martanto, 2016). Rata-
rata kadar gula reduksi berkisar antara 10,55-
Kadar Gula Reduksi 16,66%.
Tabel 1 menunjukan bahwa kadar gula
reduksi serbuk semakin menurun dengan Penilaian Sensori
meningkatnya penambahan sari umbi bit dan Penilaian sensori ini untuk melihat
semakin menurunnya penambahan sari jahe. Hal tanggapan panelis dalam mendeskripsikan dan
ini disebabkan karena inversi gula yang menyatakan tingkat kesukaan terhadap produk
diakibatkan oleh pemanasan sehingga sukrosa minuman fungsional yang dihasilkan. Data
akan terhidrolisis menjadi glukosa dan fruktosa. penilaian sensori minuman fungsional yang
Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan Winarno dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 2.
(2008) bahwa sukrosa bersifat non pereduksi
P1 P2 P3 P4 P5
maka rasa minuman instan yang dihasilkan akan Penilaian Hedonik Secara Keseluruhan
semakin pedas. Penambahan sari jahe yang lebih Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata
banyak dari pada umbi bit pada setiap perlakuan skor penilaian keseluruhan terhadap serbuk dan
menghasilkan minuman instan yang lebih berasa minuman yang dihasilkan berkisar antara 2,45-
pedas jahe dibandingkan berasa umbi bit. Hal 2,86 (suka hingga agak suka). Semakin banyak
ini sejalan dengan Paimin (1991) yang penambahan sari umbi bit dan semakin sedikit
menyatakan bahwa jahe mengandung oleoresin penambahan sari jahe dalam pembuatan
yang terdiri dari komponen zingerol, shogaol, minuman dan serbuk, maka akan semakin
dan resin yang menyebabkan rasa pedas dari disukai. Hal ini terbukti dari 80 orang panelis
jahe. rata-rata menyukai minuman dan serbuk yang
Berdasarkan hasil penelitian diketahui dihasilkan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
bahwa suhu dan lama pengeringan minuman dan serbuk yang dihasilkan dapat
mempengaruhi rasa minuman instan yang diterima oleh panelis baik dari segi warna, aroma,
dihasilkan. Hal ini diperkuat oleh Winarno (1997) rasa, dan kehalusan.
yang menyatakan bahwa rasa dipengaruhi oleh Secara hedonik panelis lebih menyukai
beberapa faktor yaitu senyawa kimia, suhu, perlakuan P4 dengan skor 2,21 dibandingkan
konsentrasi, dan interaksi dengan komponen rasa dengan perlakuan P 1, P 2, dan P 3 . Hal ini
yang lain. Kombinasi suhu tinggi dan waktu dikarenakan minuman dan serbuk perlakuan P4
pengeringan yang lama menyebabkan terjadinya memiliki rasa yang agak pedas dibandingkan
inversi sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa perlakuan lainnya. Berdasarkan uraian di atas
sehingga rasa manis minuman instan menjadi juga dapat diketahui bahwa sari jahe dengan
berkurang yang menyebabkan rasa pedas jahe penambahan 30% umbi bit dapat diterima oleh
menjadi dominan. Sementara rasa pedas panelis karena pada penambahan tersebut
minuman instan berasal dari senyawa kimia jahe memiliki warna cukup menarik, kehalusan yang
yaitu zingeron yang memiliki titik didih 187-188ºC merata, aroma harum, dan rasa khas jahe mampu
sehingga tidak terjadi penguapan selama proses mengurangi rasa langu dari sari umbi bit.
pengeringan pada suhu yang lebih rendah (Fitriani
et al., 2013). KESIMPULAN
Penambahan sari umbi bit berpengaruh
Kehalusan terhadap kadar air, kadar abu, aktivitas
Tabel 2 menunjukkan rata-rata penilaian antioksidan, warna, aroma, rasa, dan penilaian
panelis terhadap kehalusan serbuk berkisar serbuk secara keseluruhan, tetapi tidak
antara 2,73-3,20 (agak halus). Kehalusan serbuk berpengaruh terhadap kehalusan. Serbuk
yang dihasilkan dari kelima perlakuan berbeda perlakuan terpilih pada penelitian ini adalah serbuk
tidak nyata. Hal ini disebabkan karena pada saat instan dengan rasio sari jahe dan umbi bit (70:30)
pembuatan produk yakni saat penyaringan, yang memiliki kadar air 2,54%, kadar abu 1,41%,
saringan yang digunakan memiliki ukuran mesh dan kadar gula reduksi 13,36%. Perlakuan P4
yang sama yaitu 18 mesh. Menurut Henderson merupakan serbuk yang paling disukai oleh
dan Perry (1976) derajat kehalusan menunjukkan panelis dengan warna merah bata, agak
keseragaman hasil penggilingan atau penyebaran beraroma jahe dengan sedikit beraroma umbi bit,
fraksi kasar dan halus. Semakin halus serbuk dan agak halus.
maka akan cepat pula larut dalam air karena
permukaan serbuk yang bersentuhan langsung DAFTAR PUSTAKA
dengan pelarut semakin luas sedangkan semakin Amir, A. A. 2014. Pengaruh penambahan
kasar serbuk maka waktu yang dibutuhkan untuk jahe (Zingiber officinale R.) dengan level
larut lebih lama karena semakin banyak sel yang yang berbeda terhadap kualitas organoleptik
harus ditembus oleh pelarut. dan antioksidan susu pasteurisasi. Skripsi,
Universitas Hasanuddin, Makasar, (Tidak
dipublikasi).
Ananti, R. 2008. Kajian penyimpanan irisan bit response in aged persons: overview of
(Beta vulgaris L.) segar terolah minimal present evidence. American Journal of
dalam kemasan atmosfer termodifikasi. Clinical Nutrition. 62(6): 1462-1476.
Skripsi,Institut Pertanian Bogor, Bogor. Naibaho, L. T., I. Suhaidi dan S. Ginting. 2015.
(Tidak dipublikasi). Pengaruh suhu pengeringan dan konsentrasi
Bastanta, D., T. Karo-Karo dan H. Rusmarilin. dekstrin terhadap mutu minuman instan bit
2017. Pengaruh perbandingan sari sirsak merah. Jurnal Rekayasa Pangan dan
dengan sari bit dan konsentrasi gula Pertanian. 3(2): 178-184.
terhadap sirup sabit. Jurnal Rekayasa Naibaho, D. R. A., R. J. Nainggolan dan E.
Pangan dan Pertanian. 5(1): 102-108. Julianti. 2016. Pengaruh perbandingan sari
Badan Pusat Statistik. 2016. Data Produksi Jahe bit dengan sari buah nenas dan konsentrasi
di Indonesia tahun 2016. Berita Resmi gelatin terhadap karakteristik permen
Statistik. Jakarta. jeli.Jurnal Rekayasa Pangan dan Pertanian.
Castellar, R., J. M. Obon, M. Alacid and J. A. F. 4(2): 167-176.
Lopes. 2003. Color properties and stability Paimin, N. 1991. Budidaya Pengolahan dan
of betacyanin from opuntia fruits.Journal of Perdagangan Jahe. Swadaya, Jakarta.
Agricultural Food Chemistry. 56(2): 2772- Pohan, S. H. E., E. Y. Aritonang dan E.
2776. Sudaryati. 2016. Penambahan bit (Beta
Coultate, T. P. 1996. Food the Chemistry of Its vulgaris L.) sebagai pewarna alami
Components 3rd Edition.The Royal Society terhadap daya terima dan kandungan zat
and Chemistry Company, Cambridge. gizi kerupuk merah. Jurnal Gizi Kesehatan
Fitriani, S., A. Ali dan Widiastuti. 2013. Pengaruh Masyarakat. 1(1): 1-7.
suhu dan lama pengeringan terhadap mutu Reid, M., S. Jack, L. Paul, and R. E. Young.
manisan kering jahe (Zingiber officinale 1980. Effects of pH and ethephon on
R.) dan kandungan antioksidannya. Jurnal betacyanin leakage from beet root
Sagu.12(2): 1-8. discs.Journal of Plant Phisiology. 66(1):
Henderson, S. M and R. L. Perry. 1976. 1015-1016.
Agricultural Process Engineering. AVI Rifkowaty, E. E dan Martanto. 2016. Minuman
Publishing Company., Incorporate, fungsional serbuk instan jahe (Zingiber
Westport, Connecticut. officinale R.) dengan variasi penambahan
Hudaya, A. 2010. Uji antioksidan dan antibakteri ekstrak bawang mekah (Eleutherine
air bunga kecombrang (Etlingera elatior) americana M.) sebagai pewarna alami.
sebagai pangan fungsional terhadap Jurnal Teknik Pertanian. 4(4): 315-324.
Staphylococcus aureus dan Escherichia Rini, P. S., R. J. Nainggolan dan Ridwansyah.
coli. Skripsi, Universitas Islam Negeri 2016. Pengaruh perbandingan buah sirsak
Syarif Hidayatullah, Jakarta.(Tidak (Annona muricata L.) dengan bubur bit
dipublikasi). (Beta vulgaris L.) dan konsentrasi gum
Kelly, T. 2005. 50 Rahasia Alami arab terhadap mutu fruit leather. Jurnal
Detoks.Erlangga, Jakarta. Rekayasa Pangan dan Pertanian. 4(4): 508-
Ketaren, S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak 516.
Atsiri. Universitas Indonesia Press, Jakarta. Soekarto, S. T. 1990. Penilaian Organoleptik.
Mardini, N., N. Malahayati dan E. Arafah. 2007. Cipta Bharata Karya, Jakarta.
Sifat fisik, kimia, dan sensori sari buah nanas Sudarmadji, S., B. Haryono dan Suhardi. 1997.
dengan penambahan calsium citrat malat Prosedur Analisis untuk Bahan Makanan
(CCM) dan pektin. Seminar Nasional dan Pertanian. Liberty, Yogyakarta.
Teknologi Universitas Sriwijaya. ISSN: Sugiarto., I. Yuliasih dan Tedy. 2014. Pendugaan
1978-9777. Palembang. umur simpan bubuk jahe merah. Jurnal
Meydani, S. N., D. Wu, M. S. Santos and M. Teknologi Industri Pertanian. 17(1): 7-11.
Hayek. 1995. Antioxidants and immune
Tagor, M. S., A. H. Cahyana dan Yudista. 2009. Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. PT.
Studi aktivitas antioksidan cider bit (Beta Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
vulgaris L.). Jurnal Ilmu dan Teknologi Winarno, F. G. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. PT.
Pangan. 7(1): 1-20. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Tensiska. 2001. Aktivitas antioksidan ekstrak Wu, S., L. Gu, J. Holdedn, D. B. Haytowutz, S.
buah andaliman dalam beberapa sistem E. Gebhardt, G. Beccher and R. L. Prior.
pangan dan kestabilan aktivitasnya dalam 2004. Development of a database for total
suhu dan pH. Jurnal Teknologi dan Industri antioxidant capacity in foods: a preliminary
Pangan. 14(1): 29-39. study. Journal of Food Composition and
USDA. 2013. Nutrition Fact Raw Beet. http:// Analysis. 17(1): 407-422.
ndb.nal.usda.gov.
Widyaningrum, M. L dan Suhartiningsih. 2014.
Pengaruh penambahan puree bit (Beta
vulgaris L.) terhadap sifat organoleptik
kerupuk. Jurnal Boga. 3(1): 233-238.