You are on page 1of 8

Jurnal Media Analis Kesehatan ISSN : 2621-9557 (Print)

ISSN : 2087-1333 (Online)

METODE SEDERHANA UNTUK MENDETEKSI KERACUNAN ALKOHOL


DALAM SALIVA

Simple Methods To Detect Alcohol Poisoning In Saliva

Nur Qadri Rasyid1, Muawanah2, Suardi3


1,2,3
Teknologi Laboratorium Medis Politeknik Kesehatan Muhammadiyah Makassar

Koresponden : nqadrir@gmail.com

ABSTRACT

Alcohol intoxication in the body can cause visual disturbances, neurological


disorders, acute renal failure, lung disorders, heart problems, metabolic acidosis, and
death. The definitive diagnosis of alcohol poisoning is generally based on the detection of
alcohol or its metabolites in the blood. Early diagnosis is very important, because initiating
appropriate treatment can significantly reduce morbidity and mortality. Currently the
detection of alcohol in body fluids is inferred from its measurement in blood. These
measurements are often performed by medical analysts in specialized laboratories using
expensive equipment, and there is a long delay between obtaining the specimen and
obtaining the result. In this study, a simple method will be carried out using potassium
dichromate as a reagent in alcohol in saliva on subjects suspected of saliva poisoning. The
results showed that the use of potassium bichromate reagent is a method that is practical,
fast, inexpensive and easy to interpret and can be used to predict the presence of alcohol
in blood through saliva. In all types of subjects suspected of alcohol poisoning, there were
8 saliva samples that were positive for alcohol from a color change that corresponded to
the positive control with a concentration of 0.02% green and 0.1% bluish green. This study
can be considered as an option to determine blood alcohol concentration at the crime scene
and also in postmortem cases for forensics.
Keywords : Alcohol, Saliva, K2Cr2O7

ABSTRAK

Intoksikasi alkohol dalam tubuh dapat menyebabkan gangguan visual, gangguan


neurologis, gagal ginjal akut, gangguan paru-paru, gangguan jantung, asidosis metabolik,
dan kematian. Diagnosis pasti dari keracunan alkohol umumnya didasarkan pada deteksi
alkohol atau metabolitnya dalam darah. Diagnosis dini sangat penting, karena memulai
pengobatan yang tepat dapat secara nyata mengurangi morbiditas dan mortalitasnya. Saat
ini deteksi alkohol dalam cairan tubuh disimpulkan dari pengukurannya dalam darah.
Pengukuran ini sering dilakukan oleh analis kesehatan di laboratorium khusus dengan
menggunakan peralatan mahal, dan penundaan yang lama antara mendapatkan spesimen
dan mendapatkan hasilnya. Pada penelitian ini, akan dilakukan metode sederhana dengan
menggunakan kalium dikromat sebagai pereaksi dalam alkohol dalam air liur pada subjek
yang diduga keracunan saliva. Hasilnya menunjukkan bahwa penggunaan pereaksi kalium
bikromat merupakan metode yang praktis, cepat, murah dan mudah diinterpretasikan dan
dapat digunakan untuk memprediksi adanya alkohol dalam darah melalui air liur. Pada
semua jenis subjek yang dicurigai keracunan alkohol terdapat 8 sampel saliva yang positif
mengandung alkohol dari perubahan warna yang sesuai dengan kontrol positif dengan
konsentrasi 0.02% warna hijau dan 0.1% warna hijau kebiruan. Penelitian ini dapat
86
Vol. 12 No. 2, November 2021
DOI: https://doi.org/10.32382/mak.v12i2.2395
Jurnal Media Analis Kesehatan ISSN : 2621-9557 (Print)
ISSN : 2087-1333 (Online)

dipertimbangkan sebagai pilihan untuk menentukan konsentrasi alkohol dalam darah di


tempat kejadian perkara dan juga dalam kasus postmortem untuk forensik.
Kata kunci : Alkohol, Saliva, K2Cr2O7

PENDAHULUAN orang penduduk Indonesia mengalami


Saat ini kecelakaan dan kekerasan gangguan karena penggunaan alkohol dan
akibat alkohol menjadi perhatian utama sebanyak 1.180.900 orang penduduk
karena alkohol merupakan faktor dalam Indonesia mengalami ketergantungan
banyak kategori kecelakaan. Setiap tahun alkohol (World Health Organisation,
sekitar 3,3 juta kematian dini di seluruh 2011). Sekitar 80% dari pengguna
dunia karena kecelakaan baik yang tidak alkohol mengonsumsi dalam bentuk
disengaja dan disengaja dan bertanggung minuman keras atau alkohol yang
jawab atas lebih dari sepertiga dari beban menunjukkan konsentrasi alkohol yang
penyakit yang disebabkan oleh konsumsi tinggi. Minuman keras bermerek
alkohol. Ini termasuk cedera akibat menyumbang sekitar 40% dari konsumsi
kecelakaan lalu lintas, luka bakar, alkohol, sedangkan sisanya dalam bentuk
keracunan, jatuh dan tenggelam serta minuman keras yang dibuat secara lokal.
kekerasan terhadap diri sendiri atau orang Usia rata-rata inisiasi penggunaan alkohol
lain. Dampak kecelakaan terkait alkohol telah menurun dari 23-36 tahun pada
mempengaruhi tidak hanya mereka yang 1950-1960 menjadi 18-45 tahun pada
mabuk pada saat terjadinya kecelakaan, 2010 (Prasad Reddy et al., 2015).
tetapi juga mereka yang menjadi korban Sebagai salah satu minuman yang
perilaku termasuk pejalan kaki atau mengandung alkohol, tuak juga menjadi
pengendara sepeda yang ditabrak oleh minuman favorit di berbagai daerah di
pengemudi mabuk atau wanita atau anak- Indonesia, terutama di daerah tempat
anak yang dipukuli oleh suami atau ayah tumbuhnya pohon lontar, getah pohon
yang mabuk (World Health Organisation, yang biasa disebut nira ini dapat diolah
2014). di Indonesia, wilayah konsumsi menjadi minuman yang kemudian dikenal
alkohol tertinggi pertama adalah Sulawesi dengan sebutan “Tuak”. Selain Tuban,
Utara 16%, diikuti oleh Nusa Tenggara daerah lain yang juga memiliki kebiasaan
Timur 15,6, kemudian Bali 14%, dan lama mengkonsumsi Batak, khususnya
untuk wilayah Gorontalo 11,3%. daerah Tapanuli Utara, Bali, Suku Toraja
Konsumsi alkohol terus meningkat di Sulawesi Selatan dan Madura. Tuak
negara-negara berkembang seperti adalah minuman beralkohol dengan kadar
Indonesia dan menurun di negara-negara alkohol paling rendah 4%. Berdasarkan
maju sejak 1980-an (Badan Litbang keputusan dan peraturan yang telah
Kesehatan, 2018). Berdasarkan Global ditetapkan, maka tuak dapat digolongkan
status report on alcohol and health 2014, sebagai salah satu jenis minuman keras
dari 241.000.000 orang penduduk golongan A yang memiliki kadar alkohol
Indonesia, Prevalensi gangguan karena lebih dari 5% (Ningsih & Sumiatin,
penggunaan alkohol adalah 0,8% dan 2020).
prevalensi ketergantungan alkohol adalah Konsumsi Alkohol dapat memicu
0,7% pada pria maupun wanita. Apabila berbagai gangguan penyakit, seperti
dilihat dari persentasenya, prevalensi memicu terjadinya penyakit utamanya
gangguan karena penggunaan alkohol dan TBC, mulut, nasofaring, kanker faring
prevalensi ketergantungan alkohol dan orofaring lainnya, kanker esofagus,
sangatlah kecil. Namun, apabila angka kanker usus besar dan rektum, kanker
tersebut dikalikan dengan jumlah hati, kanker payudara wanita, diabetes
penduduk Indonesia, sebanyak 1.928.000 mellitus, alkohol gangguan penggunaan,
87
Vol. 12 No. 2, November 2021
DOI: https://doi.org/10.32382/mak.v12i2.2395
Jurnal Media Analis Kesehatan ISSN : 2621-9557 (Print)
ISSN : 2087-1333 (Online)

gangguan depresi unipolar, epilepsi, memerlukan tenaga medis yang terlatih


penyakit jantung hipertensi, penyakit dan tidak memerlukan instruksi dan
jantung iskemik (IHD), stroke iskemik perhatian yang tepat terhadap
dan hemoragik, gangguan konduksi dan pengumpulan sampel, seorang individu
disritmia lainnya, infeksi saluran dapat mandiri mengumpulkan beberapa
pernapasan bawah (pneumonia), sirosis sampel saliva untuk keperluan klinis dan
hati, komplikasi kelahiran prematur, penelitian. Seperti halnya semua sampel
sindrom alkohol janin. Hubungan dosis- biologis, pengumpulan, penyimpanan,
respons dapat diukur untuk semua dan transportasi saliva harus dilakukan
kategori penyakit kecuali untuk gangguan dengan hati-hati untuk menjaga integritas
depresi, dengan risiko relatif meningkat sampel. Sehingga disarankan untuk
dengan meningkatnya tingkat konsumsi memilih metode pengumpulan air liur
alkohol untuk sebagian besar penyakit dengan hati-hati misalnya dengan cara
(Rehm et al., 2010) distimulasi atau tidak distimulasi dan
Diagnosis pasti dari konsumsi penggunaan hisap tergantung pada
alkohol beracun biasanya dilakukan analisis hilir yang diharapkan (Langie et
dengan mendeteksi alkohol induk atau al., 2017).
salah satu produk sampingnya dalam Kalium bikromat adalah garam
darah. Studi-studi ini sering kalium tidak stabil dalam bentuk bebas
menggunakan teknik laboratorium dan juga merupakan oksidator kuat,
canggih seperti kromatografi gas yang khususnya dalam larutan asam. Sehingga
padat karya dan relatif mahal. Karena dapat digunakan dalam identifikasi
biayanya, sehingga sering tidak tersedia alkohol dengan prinsip kerja yang
di banyak laboratorium klinis rumah dilakukan adalah reaksi oksidasi alkohol
sakit. Sebagai konsekuensinya, bahkan oleh kalium dikromat dalam suasana
ketika diagnosis salah satu konsumsi asam menjadi asam etanoat. Reaksi ini
alkohol beracun dicurigai, konfirmasi terjadi 2 tahap. Produk antara dalam
diagnosis dapat memakan waktu selama reaksi ini adalah etanal. Dalam suasana
48 jam, menempatkan pasien pada risiko asam, kemudian terjadi reaksi oksidasi
banyak komplikasi termasuk kematian lagi hingga menghasilkan produk akhir
(Thokala et al., 2014). berupa asam karboksilat. Dalam reaksi ini
Keterlambatan diagnosis ini terjadi perubahan warna, di mana ketika
penting, karena inisiasi awal pengobatan sampel ditambahkan dengan kalium
seperti hemodialisis untuk dikromat yang berwarna jingga maka
menghilangkan alkohol dan produk campuran akan berubah warna menjadi
sampingnya dan/atau pemberian inhibitor hijau. Kemudian dilakukan pemanasan
o
enzim dehidrogenase alkohol kritis untuk pada suhu 62,5 C untuk
mencegah pembentukan produk samping menyempurnakan reaksi. Semakin tinggi
toksiknya telah terbukti menjadi salah konsentrasi etanol maka warna hijau
satu faktor yang paling penting dalam campuran semakin pekat (Perdana, 2018).
menentukan hasil klinis (Kraut & Kurtz, Beberapa teknologi baru seperti
2008). Mengingat, potensi kematian yang kromatografi gas, tes napas/pengukur
tinggi dengan keracunan ini dan kesulitan napas, analisis urin, dan teknologi lainnya
dalam mengidentifikasi mereka, akan telah dikembangkan untuk
sangat berharga untuk memiliki tes memperkirakan konsentrasi alkohol
skrining yang mudah digunakan, relatif dalam darah. Konsentrasi alkohol dalam
murah, dan hasilnya dapat diperoleh darah mencerminkan jumlah alkohol
secara relatif cepat. Selain itu, dalam tubuh yang pada gilirannya
Penggunaan Sampel saliva tidak tergantung pada banyak faktor seperti
88
Vol. 12 No. 2, November 2021
DOI: https://doi.org/10.32382/mak.v12i2.2395
Jurnal Media Analis Kesehatan ISSN : 2621-9557 (Print)
ISSN : 2087-1333 (Online)

makanan, jenis dan jumlah minuman, Timbangan analitik, Erlenmeyer, Gelas


berat badan, jenis kelamin dan tingkat ukur, Batang pengaduk, Rak tabung, hot
eliminasi alkohol. Untuk menentukan plate. Bahan yang digunakan pada
konsentrasi alkohol dalam darah dengan penelitian ini yaitu Aquades, Saliva,
menggunakan metode tersebut tersebut di Kertas Saring, Etanol, kalium bikromat,
atas membutuhkan waktu yang relatif H2SO4 (l).
lama, harga yang mahal, reagen yang Prosedur Kerja
lebih banyak serta membutuhkan Prinsip Kerja
keterampilan laboratorium. Oleh karena Dalam kasus alkohol primer atau
itu, penelitian ini dilakukan untuk sekunder, larutan orange berubah menjadi
mencari metode yang lebih mudah, hijau setelah pemanasan karena reaksi
dengan reagen yang sedikit, valid, dan oksidasi antara alkohol dalam spesimen
non-invasif untuk memperkirakan saliva dengan kalium bikromat dalam
konsentrasi alkohol dalam darah secara suasana asam (Vogel, 1990). Sesuai
kuantitatif. Penelitian ini dilakukan untuk persamaan reaksi dibawah ini:
mencari teknik yang mudah untuk 3 C2H5OH + 2K2Cr2O7 + 8H2SO4 
memperkiraan konsentrasi alkohol dalam 3CH3COOH + 2Cr 2(SO4)3 + 11H2O + 2K2SO4
darah melalui sampel saliva. Hijau
Pemeriksaan Alkohol dalam Saliva
METODE (Modifikasi Rahayu dan Solihat, 2018)
Jenis Penelitian ini merupakan Dimasukkan 5 ml spesimen saliva
penelitian observasi laboratorik yang dalam tabung reaksi, lalu tutup, kemudian
mengidentifikasi alkohol dalam saliva menambahkan beberapa tetes K2Cr2O7
dengan menggunakan pereaksi yang yang telah diasamkan dengan H2SO4,
sederhana dengan pelarut K2Cr2O7 setelelah itu sumbat mulut tabung dengan
(Rahayu dan Solihat, 2018). Prosedur gabus dan panaskan pada penangas air
untuk penelitian ini dijelaskan kepada suhu 100o C selama 2 menit, kemudian
subjek dan telah dilakukan persetujuan amati perubahan warna.
verbal. Subjek dipilih secara acak di Interpretasi Hasil
daerah Kabupaten Gowa yang telah Negatif
mengonsumsi tuak maksimal selama 24 Tidak terjadi perubahan warna dengan
jam, jenis kelamin laki-laki berusia antara membandingkan dengan warna larutan
25 hingga 40 tahun. sebelum ditambahkan pereaksi K2Cr2O7
Semua subjek tidak mengonsumsi [Gambar 1a]. Hasil negatif menunjukkan
kopi, minuman ringan, produk tembakau bahwa konsentrasi alkohol dalam saliva
selama 15 menit sebelum pengambilan kurang dari 0,02%.
sampel saliva. Pengumpulan sampel Positif
saliva menggunakan metode peludahan Terjadi perubahan warna menjadi
(spiting method) dapat dilakukan secara berwarna hijau [Gambar 1b]. Hasil positif
sederhana dan paling banyak menunjukkan bahwa terdapat alkohol
menghasilkan saliva dibandingkan primer atau sekunder pada saliva dengan
metode lainnya. Lokasi penelitian konsentrasi adalah 0,02% atau lebih
dilaksanakan di Laboratorium tinggi.
Toksikologi Klinik, Poltekkes Invalid
Muhammadiyah Makassar Tes dianggap invalid jika terjadi
Alat dan Bahan perubahan warna selain hijau atau hanya
Alat yang digunakan pada terjadi perubahan warna pada bagian tepi
penelitian ini yaitu Gelas piala 100 ml, larutan yang mungkin dianggap berasal
Pipet tetes, Penangas air, Klem dan statif,
89
Vol. 12 No. 2, November 2021
DOI: https://doi.org/10.32382/mak.v12i2.2395
Jurnal Media Analis Kesehatan ISSN : 2621-9557 (Print)
ISSN : 2087-1333 (Online)

karena pengambilan sampel yang tidak positif yang ditandai dengan perubahan
memadai sehingga subjek diuji ulang. warna menjadi berwarna hijau. Kelima
sampel ini mengkonsumsi alkohol dalam
HASIL jumlah yang banyak dan dalam jangka
Hasil penelitian menunjukkan waktu yang dekat sehingga akumulasi
bahwa saliva yang mengandung alkohol dalam tubuhnya juga semakin
kosentrasi alkohol yang berbeda dapat banyak. Hal ini sejalan dengan penelitian
memberikan warna yang berbeda pula. yang dilakukan oleh (Prasad Reddy et al.,
Dalam penelitian ini, konsentrasi alkohol 2015) yang menyatakan bahwa Strip
dalam saliva sebesar 0,02% menunjukkan Alkohol Saliva dapat mendeteksi
warna hijau sedangkan konsentrasi keberadaan 0,02% konsentrasi Alkohol
alkohol dalam saliva 0.1% menunjukkan dalam darah atau lebih yang dapat
warna hijau kebiruan. membantu untuk berbagai keperluan
Dalam penelitian ini dari 10 subjek seperti forensik. Studi ini juga
yang diperoleh dari daerah kabupaten menunjukkan bahwa jumlah, jangka
gowa menunjukkan sampel positif waktu, konsentrasi dan kualitas asupan
terdapat alkohol dalam saliva dengan alkohol dapat mempengaruhi alkohol
perbedaan intensitas warna. Perbedaan dalam darah, yang dapat menjadi faktor
intensitas warna menghasilkan 5 sampel penyebab banyak kecelakaan, cedera dan
positif adanya alkohol dalam saliva kondisi medis.
dengan intensitas warna hijau yang Alkohol diserap dari lambung dan
berarti konsentrasi alkohol dalam saliva usus halus melalui difusi. Sebagian besar
sekitar 0,02% sedangkan 3 sampel penyerapan terjadi dari usus kecil karena
berwarna hijau kebiruan yang berarti luas permukaannya yang besar dan suplai
konsentrasi alkohol dalam saliva sekitar darah yang kaya. Tingkat penyerapan
0,1%. bervariasi dengan waktu pengosongan
lambung. Secara umum, semakin tinggi
PEMBAHASAN konsentrasi alkohol dalam minuman,
Perkiraan konsentrasi alkohol dalam semakin cepat tingkat penyerapannya.
darah dapat dilakukan pemeriksaan Namun, di atas konsentrasi tertentu,
dengan deteksi alkohol dalam saliva. tingkat penyerapan dapat menurun karena
Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa keterlambatan lewatnya alkohol dari
saliva yang mengandung konsentrasi lambung ke usus kecil. Tingkat
alkohol yang berbeda dapat memberikan penyerapan maksimum diperoleh dengan
warna yang berbeda pula. Dalam konsumsi minuman beralkohol yang
penelitian ini, kontrol positif digunakan mengandung sekitar 20-45%
dua konsentrasi yaitu konsentrasi alkohol (berdasarkan volume atau v/v) larutan
dalam saliva sebesar 0,02% menunjukkan alkohol pada waktu perut kosong dan
warna hijau sedangkan konsentrasi tingkat penyerapan yang rendah bila
alkohol dalam saliva 0.1% menunjukkan alkohol dikonsumsi dengan makanan atau
warna hijau kebiruan. ketika minuman bervolume
Penelitian ini menunjukkan bahwa tinggi/berkadar alkohol rendah seperti
dari 10 sampel terdapat 2 sampel yang pada tuak (Forensic Consulting Service,
menunjukkan hasil yang negatif. Hal ini 2013). Tuak mengandung alkohol dengan
kemungkinan disebabkan karena jumlah konsentrasi 4-5%. Tuak bisanya
tuak yang dikonsumsi sedikit sehingga dikonsumsi dalam jumlah yang banyak 3-
akumulasi alkohol dalam tubuh tidak 5 gelas perhari. Total waktu yang
dapat dideteksi dengan metode ini. dibutuhkan dalam mengkonsumsi alkohol
Selanjutnya, 5 sampel menunjukkan hasil juga dapat mempengaruhi distribusi
90
Vol. 12 No. 2, November 2021
DOI: https://doi.org/10.32382/mak.v12i2.2395
Jurnal Media Analis Kesehatan ISSN : 2621-9557 (Print)
ISSN : 2087-1333 (Online)

alkohol dalam air liur. Kebiasaan terbentuk dari setiap konsentrasi, Selain
masyarakat dalam mengkonsumsi tuak itu diperlukan pembanding secara
yang dikonsumsi dalam jangka waktu kuantitatif dengan menggunakan alat
lama memungkin daya serap yang spektrofotometer.
maksimal dan waktu singkat. Hal ini
memungkinkan tingkat penyerapan yang UCAPAN TERIMA KASIH
tinggi, waktu yang cukup untuk Penulis menyampaikan penghargaan
metabolisme alkohol oleh hati, sehingga yang setinggi-tingginya kepada
mencapai konsentrasi yang maksimal Politeknik Kesehatan Muhammadiyah
dalam saliva dan dalam darah. Makassar atas mendanai penelitian ini
Hasil penelitian ini menunjukkan melalui penelitian internal pendanaan
bahwa penggunaan pereaksi kalium tahun 2020.
dikromat lebih praktis digunakan untuk
mendeteksi alkohol dalam saliva. 10 DAFTAR PUSTAKA
sampel saliva dari 10 subjek yg berbeda Alcohol absorption, distribution and
dengan dugaan keracunan alkohol, elimination. Forcon Forensic
hasilnya menunjukkan bahwa 8 sampel Consulting. Available from:
saliva memiliki perubahan warna sesuai http://www.forcon.ca/learning/alcoh
dengan kontrol positif dan 2 sampel saliva ol. html [Last Accessed on
memiliki perubahan warna yang sesuai 08/01/2021].
dengan kontrol negatif. Penelitian ini Badan Litbang Kesehatan, K. K. R.
merekomendasikan penggunaan pereaksi (2018).
kalium dikromat untuk mendeteksi Laporan_Nasional_RKD2018_FIN
adanya alkohol dalam darah melalui AL.pdf. In Badan Penelitian dan
sampel air liur. Penelitian ini juga dapat Pengembangan Kesehatan (p. 198).
memberikan hasil semikuantitatif http://labdata.litbang.kemkes.go.id/i
langsung di tempat kejadian. Penentuan mages/download/laporan/RKD/201
ini memiliki beberapa keterbatasan, 8/Laporan_Nasional_RKD2018_FI
seperti: sampel air liur harus ditampung NAL.pdf
terlebih dahulu dan hanya memprediksi Kraut, J. A., & Kurtz, I. (2008). Toxic
kadar alkohol dari perubahan warna yang alcohol ingestions: Clinical
ada. features, Diagnosis, and
management. In Clinical Journal of
KESIMPULAN the American Society of
Pada semua jenis subjek yang Nephrology.
dicurigai keracunan alkohol terdapat 8 https://doi.org/10.2215/CJN.032208
sampel saliva yang positif mengandung 07
alkohol dari perubahan warna yang sesuai Langie, S. A. S., Moisse, M., Declerck,
dengan kontrol positif dengan konsentrasi K., Koppen, G., Godderis, L.,
0,02% warna hijau dan 0,1% warna hijau Vanden Berghe, W., Drury, S., &
kebiruan. De Boever, P. (2017). Salivary
DNA Methylation Profiling:
SARAN Aspects to Consider for Biomarker
Pada pembuatan kontrol peneliti Identification. Basic & Clinical
hanya menggunakan 2 konsentrasi. Pharmacology & Toxicology, 121,
Sehingga disarankan untuk penelitian 93–101.
selanjutnya untuk menggunakan 5 https://doi.org/10.1111/bcpt.12721
konsentrasi yang berbeda agar Ningsih, W. T., & Sumiatin, T. (2020).
mengetahui perbedaan warna yang Determinant Analysis of Factors
91
Vol. 12 No. 2, November 2021
DOI: https://doi.org/10.32382/mak.v12i2.2395
Jurnal Media Analis Kesehatan ISSN : 2621-9557 (Print)
ISSN : 2087-1333 (Online)

Influencing Tuak Consumption Klinik. Kemenkes RI. Indonesia


Culture on Guardian Earth Through Rao Thokala, M., Reddy Dorankula, S.
the Leininger Model Sunrise P., Muddana, K., & Reddy
Approach Theory. Medico-Legal Velidandla, S. (2014). Alcohol
Update, 20(4). saliva strip test. Journal of Clinical
https://doi.org/10.37506/mlu.v20i4. and Diagnostic Research.
2032 https://doi.org/10.7860/JCDR/2014/
Perdana, A. I. (2018). Optimasi Dan 8164.4177
Validasi Metode Analisis Kadar Rehm, J., Baliunas, D., Borges, G. L. G.,
Alkohol Pada Produk Pangan Graham, K., Kehoe, T., Parry, C.
Dengan. Persatuan Pranata D., Patra, J., Popova, S., Poznyak,
Laboratorium Pendidikan V., Roerecke, M., Room, R., &
Indonesia (PPLPI), 28–37. Samokhvalov, A. V. (2010).
Prasad Reddy, D., Ramani, P., Alcohol Consumption and Burden
Premkumar, P., Anuja, N., Sherlin, of Disease - an Overview.
H., & Rao, T. (2015). Detection of Addiction, 105(5), 817–843.
alcohol in saliva for blood alcohol https://doi.org/10.1111/j.1360-
concentration using alcohol saliva 0443.2010.02899.x.THE
strip test: A forensic aid. Journal of Vogel. 1990. Analisis Kualitatif Mikro
Dr. NTR University of Health dan Semimikro. Kalman Media
Sciences. Pusaka. Jakarta
https://doi.org/10.4103/2277- World Health Organisation. (2011).
8632.153310. Global status report on alcohol and
Rahayu Muji, Sholihat Firman. 2018. health. World Health Organization.
Bahan Ajar TLM Toksikologi

92
Vol. 12 No. 2, November 2021
DOI: https://doi.org/10.32382/mak.v12i2.2395
Jurnal Media Analis Kesehatan ISSN : 2621-9557 (Print)
ISSN : 2087-1333 (Online)

a b c

Gambar 1. (a) Kontrol negatif (b) Kontrol positif dengan konsentrasi alkohol dalam saliva
0,02% warna hijau (c) Kontrol positif dengan konsentrasi alkohol dalam saliva
0,1% warna hijau kebiruan (d) Hasil konversi warna kontrol

Gambar 2. Hasil penelitian yang menunjukkan intensitas warna yang berbeda antara
hasil positif dan negatif dengan pereaksi kalium dikromat

Tabel 1.
Hasil penelitian berdasarkan intensitas warna yang dihasilkan
dengan pereaksi Kalium Dikromat

Sampel Alkohol dalam saliva

Negatif warna Positif Hijau Hijau


Orange Kebiruan
10 2 5 3

93
Vol. 12 No. 2, November 2021
DOI: https://doi.org/10.32382/mak.v12i2.2395

You might also like