You are on page 1of 10

HUBUNGAN MEDIA SOSIAL DENGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG

INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS)


DI SMK YPT PRINGSEWU
TAHUN 2022

Oleh
ANGGI YOHANA
NIM. 142012018049

Manuskrip

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
FAKULTAS KESEHATANPROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
2022
HALAMAN PERSETUJUAN

Judul : HUBUNGAN MEDIA SOSIAL DENGAN PENGETAHUAN


REMAJA TENTANG INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) DI
SMK YPT PRINGSEWU TAHUN 2022
Nama Mahasiswa : ANGGI YOHANA
NIM : 142012018049
Prodi : S1 Ilmu Keperawatan
Fakultas : Fakultas Kesehatan

Mengetahui
Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Desi Kurniawati, M.Kep.Sp.Kep.An Sumi Anggraeni, M.Keb


NIDN. 0211128503 NIDN. 0404068102

Kepala LPPM Ketua Program Studi 

Prof. Dr. Juhri Am, M.Pd. Ns.Rita Sari,M.Kep.


NIP 19530703 198501 1 001 NIDN0220077403
HUBUNGAN MEDIA SOSIAL DENGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG INFEKSI MENULAR
SEKSUAL DI SMK YPT PRINGSEWU TAHUN 2022
SOCIAL MEDIA RELATIONSHIP WITH ADOLESCENT KNOWLEDGE ABOUT SEXUALLY
TRANSMITTED INFECTIONS AT YPT PRINGSEWU VOCATIONAL SCHOOL IN 2022
Anggi Yohana1, Desi Kurniawati2, Sumi Anggraeni³
Bachelor Of Nursing Faculty Of Health University of Muhammadiyah Pringsewu Lampung
E-mail: hanna13.ay69@gmail.com

ABSTRACT
Sexually transmitted infection is one of the Reproductive Tract Infections (ISR) which is transmitted through sexual
intercourse. Reproductive tract infection is an infection caused by the entry and proliferation of germs that cause
infection into the reproductive tract. The germ that causes the infection can be a fungus. The purpose of this study
was to determine the relationship between social media and adolescent knowledge about sexually transmitted
infections at SMK YPT Pringsewu in 2022.

The research design that will be used is descriptive analytic with a cross sectional approach. The number of
samples used in this study amounted to 120 people using total sampling technique. The instrument used is a
questionnaire. This study uses univariate and bivariate analysis with hypothesis testing using the chi-square test.

The results showed that there was a relationship between social media and knowledge of sexually transmitted
infections in SMK YPT Pringsewu, as evidenced by the p-value = 0.003 < = 0.05. There is a relationship between
social media and adolescent knowledge about sexually transmitted infections at SMK YPT Pringsewu. It is
recommended for schools or research sites so that the use of social media among teenagers can be monitored and
used as a communication tool and for a good source of knowledge for vocational or high school students.
Keywords: social media, knowledge, adolescents, sexually transmitted infections

ABSTRAK
Infeksi menular seksual salah satu Infeksi Saluran Repoduksi (ISR) yang ditularkan melalui hubungan kelamin.
Infeksi saluran repoduksi merupakan infeksi yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya kuman
penyebab infeksi kedalam saluran repoduksi. Kuman penyebab infeksi tersebut dapat berupa jamur, Tujuan
penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan media sosial dengan pengetahuan remaja tentang penyakit
infeksi menular seksual di SMK YPT Pringsewu tahun 2022.
Desain penelitian yang akan digunakan deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel yang
digunakan dalam penelitian ini berjumlah 120 orang dengan menggunakan tehnik total sampling. Instrument yang
digunakan yaitu kuesioner. Penelitian ini menggunakan analisis univariat dan bivariat dengan pengujian hipotesis
menggunakan uji chi-square.
Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan media sosial terhadap pengetahuan infeksi menular seksual di
SMK YPT Pringsewu, dibuktikan dengan nilai p-value = 0,003 < α = 0,05. Terdapat hubungan antara media sosial
dengan pengetahuan remaja tentang infeksi menular seksual di SMK YPT Pringsewu. Disarankan untuk pihak
sekolah atau tempat penelitian agar penggunaan media sosial di kalangan remaja bisa di pantau dan digunakan
sebagai alat komunikasi dan untuk sumber pengetahuan yang baik untuk siswa siswi SMK YPT Pringsewu.
Kata Kunci : media sosial, pengetahuan, remaja, Infeksi menular seksual

PENDAHULUAN dan koginitif terjadi saat pubertas dan


Remaja (10-19 tahun) merupakan berakhir pada saat menjadi dewasa. Remaja
masa peralihan dari anak-anak menuju tidak dapat dikatakan sebagai anakyang
dewasa. MenurutWorld Health menjelang dewasa maupun dewasa muda
OrganizationWHO (2020), remaja juga karena pada masa remaja banyak terjadi
merupakan masa perkembangan fisik emosi perubahan sehingga tidak dapat dimasukkan
pada kedua kategori tersebut (Achsan, ODHA, yang hanya mencapai sekitar 77
2020).Remaja digambarkan sebagai masa persen dari total (Kristi, 2021).
kehidupan seseorang yang bukan lagi anak- Menurut data dan informasi profil
anak tetapi belum dewasa. Pertumbuhan dan kesehatan Indonesia tahun 2018, jumlah
perkembangan fisik remaja disertai dengan penduduk diIndonesia adalah 265.015.313
pematangan seksual dan sering kali jiwa dan di antaranya terdapat
mengarah ke hubungan intim. Perilaku 45.121.553remaja, dengan rentang umur 10-
seksual pranikah pada usia remaja 14 tahun sebanyak 22.878.687 jiwa dan
merupakan faktor risiko tinggi terhadap umur15-19 tahun sebanyak 22.242.866 jiwa
infeksi menular seksual (IMS) (Lanes et al., (Kemenkes, 2019).
2021). Menurut hasil penelitian rodiah 2021 di
Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah sebuah sekolah menengah atas di euthopia pada
salah satu Infeksi Saluran Repoduksi (ISR) yang usia 15 – 19 tahun remaja mulai melakukan
ditularkan melalu hubungan kelamin. Infeksi hubungan seksual pertama kali sebelum pra
saluran repoduksi merupakan infeksi yang nikah dan terjadi padausia 17 tahun dan
disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya merupakan persentase tertinggi. Hubungan
kuman penyebab infeksi kedalam saluran seksual pertama kali dengan alasan saling
repoduksi. Kuman penyebab infeksi tersebut mencintai. Siswa perempuan yang aktif secara
dapat berupa jamur, virus, dan parasit (Yulrina seksual telah hamil sebelum adanya penelitian
Ardhiyanti 2015). Infeksi menular seksual sejumlah 30%, 50% melaporkan riwayat aborsi,
tentunya memberikan dampak terhadap dan 20% juga hamil setidaknya sekali sebelum
kesehatan organ reproduksi seperti kematian penilaian, maka pada usia remaja sangat penting
janin dan neonatal pada sifilis yang terjadi saat untuk diperhatian aktifitasnya, informasi tentang
kehamilan sehingga dapat menyebabkan 305 IMS bisa didapatkan dari internet/media sosial.
ribu kematian janin dan neonatal dan 215 bayi (Rodiah et al., 2021)
beresiko lebih tinggi meninggal akibat prematur, Hampir setiap aktivitas remaja
berat badan lahir rendah atau penyakit bawaan. dipengaruhi oleh internet mulai dari
Infertilitas juga menjadi salah satu dampak penggunaan jejaring sosial, hingga
dariIMS seperti gonore dan klamidia yang tidak pendidikan mereka. Internet menyediakan
diobati. Risiko terkena HIV karena IMS seperti beragam informasi mulai dari menyediakan
sifilis dan infeksi Herpes simplex 2
informasi-informasi yang dapat dijadikan
meningkatkan kemungkinan tertular infeksi HIV
tiga kali lipat atau lebih (Muh Urip Syahrul.,
referensi untuk mengerjakan tugas-tugas
2021). sekolah, sebagai sumber pengetahuan
Menurut WHO, 2019 menyatakan alternative. Dikalangan remaja,
lebih dari 1.000.000 orang di dunia menggunakan teknologi komunikasi, seperti
didiagnosis menderita penyakit infeksi handphone dan internet sebagai alat
menular seksual (IMS) setiap harinya. multifungsi. Karena multifungsinya tersebut
Penyakit menular seksual yang menyerang para remaja dapat menggunakan teknologi
organ seksual itu meliputi klamidia, gonore, ini secara positif ataupun negatif tergantung
trikomoniasis, dan sifilis. WHO juga setiap individu. Hal ini dikarenakan remaja
menemukan satu dari setiap 25 orang di memiliki karakteristik yang berbeda-beda
dunia memiliki setidaknya satu dari penyakit dan keingintahuan yang tinggi. Contoh
infeksi menular tersebut (Loho et al., 2021). positif dari penggunaan teknologi
Berdasarkan data kementerian kesehatan RI, komunikasi adalah memanfaatkan teknologi
pada tahun 2021 diestimasi terdapat 543.100 ini untuk membantu mereka dalam proses
ODHA di Indonesia, Namun, penemuannya pembelajaran dari penggunaan jejaring
hanya mencapai sekitar angka 427.201 sosial, hingga pendidikan mereka. Namun,
ada beberapa hal yang perlu dikhawatirkan
dalam pemanfaatan teknologi komunikasi penulismerasa tertarik untuk melakukan
oleh para remaja juga sangat berisiko penelitian mengenai “hubungan media sosial
mengakses informasi yang tidak benar. dengan pengetahuan remaja tentang infeksi
Masalah di atas dapat berdampak melakukan menular seksual di SMK YPT Pringsewu tahun
2022”.
hubungan pranikah yang tidak diinginkan.
Akhirnya, resiko kehamilan yang tidak METODE
dinginkan akan berdampak pada remaja itu
Desain yang digunakan pada penelitian ini
sendiri dengan cara melakukan aborsi.
menggunakan metode deskriptif. Jenis
Perilaku seksual berisiko menyebabkan
penelitian yang akan digunakan deskriptif
ancaman HIV/AIDS dan Kesehatan
analitik dengan pendekatancross sectional.
Reproduksi Remaja. Diperkirakan 20-25%
Populasi yang digunakan dalam penelitian
dari semua infeksi HIV didunia terjadi pada
ini adalah siswa-siswi jurusan TKJ kelas XI
remaja. Demikian pula halnya dengan
SMK YPT Pringsewu yang berjumlah 120
kejadian IMS yang tertinggi pada remaja,
orang. Tehknik sampling merupakan tehnik
khususnya remaja perempuan (Muqliaroh et
pengambilan sampel untuk menentukan
al., 2021).
sampel dalam penelitian, tehnik
Menurut hasil penelitian (Tuty Yanuarty
2020) yang telah dilakukan di SMA diketahui pengambilan sample dalam penelitian ini
bahwa dari 50 responden yang berpengetahuan menggunakan tehnik total sampling.Total
tentang infeksi menular seksual, didapatkan samplingMenurut Sugiyono 2017 didalam
bahwa yang terbanyak adalah responden yang Fitria 2017 menjelaskan pengertian total
berpengetahuan rendah yaitu 20 responden sampling. Total Sampling adalah teknik
(40,0%) dan paling sedikit adalah responden penentuan sampel bila semua anggota
yang berpengetahuan tinggi yaitu 11 responden populasi digunakan sebagai sampel (Fitria,
(22,0%). Kurangnya pengetahuan remaja 2017).
tentang infeksi menular seksual dikarenakan
kurangnya penyuluhan dan pelayanan konseling HASIL
dari tenaga kesehatan kepada remaja tentang 1. Analisis Univariat
kesehatan reproduksi khususnya tentang infeksi
Analisa univariat pada penelitian ini
menular seksual (Yanuarti & Idealistiana, 2021).
Berdasarkan data yang didapat dari bertujuan untuk mengetahui distribusi
prasurvey di SMK YPT pringsewu berjumlah 10 frekuensi responden berdasarkan usia,
orang siswa siswi dengan 5 orang laki laki dan 5 dan jenis kelamin responden terhadap
orang perempuan, terdapat 6 orang penggunaan media sosial dengan
berpengetahuan rendah dan 4 orang yang pengetahuan remaja tentang infeksi
berpengetahuan tinggi. Berdasarkan latar menular seksual di SMK YPT
belakang dan fenomena diatas maka Pringsewu tahun 2022.
a. Karakteristik berdasarkan usia dan jenis kelamin
Tabel 4.1
Karakteristik responden berdasarkan usia dan jenis kelamin remaja
Karakteristik Frequency Percent
Usia
- 15 tahun 1 0,8%
- 16 tahun 33 27,5%
- 17 tahun 86 71,7%
Total 120 100%
Jenis kelamin
- Laki-laki 69 57,5%
- Perempuan 51 42,5%

Total 120 100%

Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa sebagian besar responden dengan (17
tahun) sebanyak 86 orang (71,7%). Dengan berjenis kelamin laki-laki sebanyak 69
responden (57,5%).

b. Distribusi frekuensi berdasarkan media sosial


Tabel 4.2
Karakteristik responden berdasarkan media penggunaan media sosial
Karakteristik Frequency Percent
Media sosial
- Tinggi 41 34,2%
- Rendah 79 65,8%

Total 120 100%

BerdasarkanTabel4.2diketahui bsahwa sebagian besar responden dengan


penggunaan media sosial tinggi sebanyak 41 orang (34,2%).
c. Distribusi frekuensi berdasakan pengetahuan remaja tetang IMS
Tabel 4.3
Karakteristik responden berdasarkan pengetahuan remaja tentang IMS
Karakteristik Frequency Percent
Pengetahuan
- Baik 7 5,8%
- Cukup 28 23,3%
- Kurang 85 70,8%

Total 120 100%


Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa sebagian besar responden dengan
pengetahuan kurang sebanyak 85 orang (70,8%).
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat bertujuan untuk menguji hubungan media sosial dengan pengethauan
remaja tentang infeksi menular seksual di SMK YPT Pringsewu tahun 2022 dengan
menggunakan uji chisquare (X2). Hasil yang dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.4
Hubungan media sosial dengan pengetahuan remaja tentang infeksi menular seksual di
SMK YPT Pringsewu tahun 2022
Media Pengetahuan Total p-value
sosial tentang IMS

Baik Cukup Kurang

N % N % N % N %

Tinggi 21,67% 1714,17% 22 18,3% 41 34,2% 0.003


Rendah 54,17% 119,17% 6352,5% 79 65,8%

Total 7 5,8% 28 23,3% 85 70,8% 120 100%


Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa Sejalan dengan hasil penelitian
responden yang memiliki penggunaan media Utomo hasil penelitian ini menunjukan
sosial rendah maka pengetahuan tentang usia responden terbanyak berada pada
infeksi menular seksual juga kurang yaitu usia 16 tahun yaitu sebanyak 113
sebesar 70,8%, di bandingkan dengan responden (38.6%). Usia 16 tahun
penggunaan media sosial tinggi maka baik termasuk dalam kategori masa remaja
juga pengetahuan tentang infeksi menular akhir. Berdasarkan penelitian yang
seksual yaitu sebesar 5,8%. Hasil uji statistic dilakukan oleh Linda didalam utomo
menggunakan chi-square didapatkan ada tentang Gambaran Pengetahuan dan
hubungan yang signifikan antara Sikap Remaja SMA Wiyata Dharma
penggunaan media sosial dengan infeksi Medan Terhadap Infeksi Menular
menular seksual di SMK YPT Pringsewu Seksual didapatkan hasil bahwa usia
tahun 2022, dengan nilai p-value = 0.003 < terbanyak pada penelitiannya usia 16
0,05 artinya nilai koefisien korelasi dalam tahun yaitu 38 responden (45.2%).
penelitian ini mnunjukan kearah yang positif Selain itu berdasarkan penelitian yang
dan memiliki hubungan yang kuat. dilakukan oleh Sriyatin didalam utomo
tentang Gambaran Tingkat
Pembahasan Pengetahuan Remaja tentang Infeksi
Menular Seksual di SMK Mandiri
1. Analisis Univariat Cirebon didapatkan hasil bahwa usia
a. Karakteristik responden pada penelitiannya berada pada
berdasarkan usia rentang usia 16-17 tahun dengan
Diketahui hasil penelitian bahwa 120 persentase 84,7%(Utomo,
responden, karakteristik responden daryaswanti, 2021).
berdasarkan usia lebih dari sebagian
besar berusia 17 tahun (71,7%). Menurut peneliti, masa remaja
Menurut Nur Triningtyas dari 132 merupakan masa rawan karena masa
sampel responden diketahui sebagian transisi dari masa anak-anak ke
besar usia responden > 16 tahun dewasa. Disebut sebagai masa rawan
sebanyak 94 responden (71.3%). karena pada masa ini sering ditemukan
Kelompok remaja ini berada pada masalah khususnya yang berhubungan
masa remaja akhir. Minat karir dan dengan kesehatan reproduksi. Masalah
pacaran lebih menojol di masa remaja tersebut terjadi dikarenakan pada masa
akhir dibandingkan dengan masa remaja, perkembangan hormon dan
remaja awal. Perkembangan jaman pertumbuhan organ reproduksi baik
saat ini ikut mempengaruhi perilaku primer maupun sekunder terjadi
seksual dalam berpacaran remaja. Hal dengan cepat sehingga secara mental
ini dapat dilihat bahwa hal-hal yang kadang ditemukan remaja belum siap
ditabukan oleh remaja pada berapa dengan hal tersebut.
tahun yang lalu seperti melakukan
hubungan seksual pra-nikah kini telah b. Karakteristik responden bersarkan
dibenarkan oleh remaja sekarang jenis kelamin
(Putri, 2015). Diketahui hasil penelitian bahwa 120
responden, karakteristik responden
berdasarkan jenis kelamin laki-laki 0,05 maka dapat disimpulkan adanya
lebih besar yaitu 69 responden hubungan sikap seks pranikah remaja
(57,5%). Berdasarkan studi yang dengan perilaku seksual
dilakukan Kusyogo dan Prapto dalam remaja.Sebagian besar perilaku
Nur Triningtyas kebutuhan remaja seksual pranikah berat dilakukan oleh
mengenai informasi yang benar responden berjenis kelamin laki-laki
tentang kesehatan reproduksi sangat yang memiliki pendidikan SMA.
besar karena pada masa remaja Sedangkan pada responden dengan
memasuki usia reproduksi pada perilaku seksual pranikah ringan
hakekatnya remaja mengalami suatu sebagian besar berjenis kelamin
masa kritis, jika dimasa kritis itu tidak perempuan (Kunaryanti et al., 2019).
mendapatkan informasi dan
pengetahuan yang cukup tentang 2. Analisis Bivariat
kesehatan reproduksi bisa membuat Hubungan media sosial dengan
remaja salah dalam mengambil pengetahuan remaja tentang infeksi
keputusan ketika mendapatkan menular seksual di SMK YPT
informasi (Putri, 2015). Pringsewu tahun 2022

Sejalan dengan hasil penelitian Hasil uji statistik dengan chi square
muqliaroh hasil penelitian dari 66 (X ) dieroleh p-value = 0,003<α = 0,05.
2

responden remaja terdiri dari 33 laki- Hal ini menyatakan bahwa Ha diterima
laki dan 33 perempuan, yang dan H0 ditolak, yang artinya ada
penggunaan media sosial di SMK Bit hubungan media sosial dengan
Bina Aulia. Pada remaja laki-laki pengetahuan remaja tentang infeksi
penggunaanmedia sosial kategori berat menular seksual di SMK YPT Pringsewu
sebanyak 10 responden (30,3%), tahun 2022, yang berarti lebih rendah
sedangkan pengguna sedang sebanyak penggunaan media sosial semakin rendah
15 responden (45,5%), dan ringan 8 pula pengetahuan remaja tentang infeksi
responden (24,2%). Sedangkan pada menular seksual.
remaja perempuan kategori berat 16
responden (48,5%), sedangn 11 Lembaga riset dari Polandia
responden (33,3%), dan ringan 6 Napoleon Cat, menyatakan bahwa
responden ( 18,2% ). Berdasarkan konsumen penggunaan media sosial di
pengunaan media sosial remaja laki- Indonesia 37,3% adalah remajayang
laki kategori sedang dan kategori berat memiliki rentang usia 18-24 tahun.
pada remaja perempuan, hal ini Didukung oleh statistik yang dihasilkan
disesuaikan dengan teori bahwa Media AsosiasiPenyelenggara Jasa Internet
sosial dan komunitas online telah Indonesia (APJII) di tahun 2018,
menjadi saluran komunikasi yang konsumen internet terbanyak di Indonesia
penting bagi remaja di era saat berkisar antara 15 hingga 19 tahun dan
ini(Muqliaroh et al., 2021). diikuti oleh umur 20 sampai 24 tahun di
urutan kedua. Remaja sendiri merupakan
Sejalan dengan hasil penelitian periode peralihan yang berlangsung di
Kunaryanti Rosida, Siti Rofiatun antara masa anak-anak dan masa dewasa
Nazidah, dan Galuh Ulin dengan hasil yang mengalami ciri-ciri seks sekunder,
peneltian nilai p-value 0.002 < terjadinya masa subur, serta adanya
transformasi psikologis maupun kognitif. dan mudahnya remaja untuk
Pada masa remaja, terjadi perubahan mendapatkan informasi melalui media
hormon serta dorongan stimulan seksual sosial menjadi salah satu pilihan utama
pada tubuh remaja yang membuat remaja remaja untuk mendapatkan informasi
menjadi rawan terhadap persoalan tentang kesehatan reproduksi dan
kesehatan reproduksi, seperti hubungan seksualitas. Penyebaran informasi melalui
seks pranikah, aborsi, dan Infeksi media sosial saat ini sangat cepat dan
Menular Seksual (Rajasa et al., 2020). mudah. Jenis media sosial yang
digunakan meliputi whatsapp, youtube,
Hasil ini sejalan dengan penelitian facebook, instagram, line, dll. Penyebaran
yang dilakukan Eka Ristin Tarigan, dari informasi melalui media dengan berbagai
hasil penelitian pada tingkatkepercayaan jenisnya dengan bermodalkan koneksi
95% dengan α = 0,05 diperoleh p value (α internet. Penyebaran informasi tersebut
= 0,000 α < 0,05), Hasil ini berarti ada menjadi peluang untuk meningkatkan
hubungan sumber informasi dengan pengetahuan, salah satunya tentang
pengetahuan remaja tentang penyakit kesehatan reproduksi. Namun, dibalik
menular seksual di SMA Swasta Masehi mudahnya informasi tersebut tersebar,
GBKP Berastagi. Sumber informasi diperlukan kejelian sehingga
merupakan sekumpulan informasi yang mendapatkan informasi yang
telah dikelompokan berdasarkan masing- akurat.Tidak tersedianya informasi akurat
masing ketegori yang berupa tentang seks dan kesehatan reproduksi
perpustakaan, majalah, surat kabar dan dapat mendorong remaja untuk
website yang bermanfaat untuk melakukan pencarian sendiri melalui
memenuhi kebutuhan akan informasi atau media sosial.
berita untuk masyarakat luas. Sumber
informasi bermanfaat sebagai media atau
tempat penyebaran segala informasi dan Kesimpulan
juga merupakan sumber penggali sebuah
Berdasarkan hasil penelitian dan
berita atau informasi (Tarigan, 2019).
pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
Sebagian besar responden dengan
Dengan semakin mudahnya
penggunaan media sosial rendah sebanyak
informasi yang dapat diakses oleh remaja
79 responden (65,8%), dan sebagian besar
tentang seks dan seksualitas, diantaranya
responden dengan pengetahuan kurang
melalui media massa, elektronik, dan
sebanyak 85 responden (70,8%). Ada
media sosial. Selain itu, teman sebaya
hubungan media sosial dengan pengetahuan
memiliki pengaruh cukup tinggi dalam
remaja tentang infeksi menular seksual di
kehidupan remaja, tak terkecuali dalam
SMK YPT Pringsewu tahun
memberikan informasi tentang kesehatan
2022,dibukktikan nilaip-value = 0,003<α =
reproduksi. Remaja lebih dekat dan
0,05.
terbuka terutama berhubungan dengan
Saran pada hasil penelitian ini dapat
masalah kesehatan reproduksi dengan
dijadikan informasi dan pengetahuan bagi
temannya dibandingkan dengan orang tua
mahasiswa/mahasiswi Fakultas Kesehatan
atau guru (Chotimah et al., 2022).
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
Lampung agar mengetahui dan memperkaya
Menurut peneliti, dengan terus
ilmu pengetahuan fenomena infeksi menular
berkembangnya teknologi dan informasi
seksual dalam penggunaan media sosial agar intensitas pemanfaatan konten
tidak berlebihan dalam sehari-hari. kesehatan reproduksi pada media sosial
instagram terhadap tingkat pengetahuan
DAFTAR PUSTAKA remaja pulau Jawa (relationship of
Achsan, I. C. (2020). Hubungan Antara intensity reproductive health content
Pengetahuan Tentang Infeksi Menular usage on instagram with adolescents
Seksual Dengan Perilaku Berpacaran level of knowledge in java). Jurnal
Remaja Di SMA Surabaya. 1–7. Kesehatan Masyarakat, 8(5), 694–699.
Chotimah, H., Notoatmodjo, S., & Agustina, Rodiah, Mulyaningsih, E. A., & Novian, I.
S. (2022). Determinan Perilaku Seksual (2021). Jurnal Keperawatan
Remaja di SMKK Prima Indonesia - Muhammadiyah. 6(4), 141–146.
Bekasi. Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan, Syahrul, muh. urip. (2021). Karakteristik
12(1), 71–82. pasien infeksi menular seksual di rsud
Fitria. (2017). Pengaruh Orientasi batara guru kabupaten luwu periode
Kewirausahaan dan Penggunaan E- januari 2018-desember 2020.
Commerce Terhadap Kinerja Usaha. Tarigan, E. R. (2019). Hubungan Sumber
Journal of Chemical Information and Informasi Dengan Pengetahuan Remaja
Modeling, 53(9), 1689–1699. Tentang Penyakit Menular Seksual Di
Kemenkes, 2019. (2019). profil kesehatan Sma Swasta Masehi Gbkp Berastagi.
indonesia 2018. In Science as Culture Indonesian Trust Health Journal, 1(2),
(Vol. 1, Issue 4). 107–112.
Kristi, G. (2021). Penemuan Kasus Penyakit Utomo, daryaswanti, pendet. (2021).
Menular di Indonesia Selama 2020- pengetahuan remaja tentang infeksi
2021: Kajian Literatur. Fakultas menular seksual di sma negeri 1
Kesehatan Masyarakat Universitas singaraja. 07(02), 124–134.
Indonesia, December, 1–9. Yanuarti, T., & Idealistiana, L. (2021).
Lanes, E. J., Mongan, S. P., & Wantania, J. Pengetahuan Remaja Tentang Infeksi
J. E. (2021). Perbedaan Pengetahuan Menular Seksual Di SMK Jaya
dan Sikap Remaja tentang Infeksi Cimuning Bekasi Tahun 2020. 27–32.
Menular Seksual di SMA/SMK
Perkotaan dan Pedesaan. E-CliniC,
9(1), 51–59.
Muqliaroh, F., Wijayanti, I., & Ananda, S.
(2021). Hubungan Penggunaan Media
Sosial Dengan Tingkat Pengetahuan
Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi
Pada Masa Pandemi Covid-19 SMK
BIT Bina Aulia Bojong Kulur Periode
Februari 2021.
Putri, N. T. (2015). Tingkat pengetahuan
remaja tentang infeksi menular seksual
di sma al-asiyah cibinong bogor tahun
2015.
Rajasa, F. I., Widjanarko, B., Husodo, B. T.,
Masyarakat, F. K., Diponegoro, U., &
Diponegoro, U. (2020). Hubungan

You might also like