You are on page 1of 10

40

THE CORRELATION BETWEEN THE LEVEL OF YOUTH


UNDERSTANDING AND THE MANNER OF PREVENTING HIV/AIDS IN
SMK PARE KEDIRI

Nikson Tkela
Sekolah Timggi Ilmu Kesehatan Husada Jombang
Abstrak

Background:Human Immunodeficiency Virus or HIV is a retrovirus which attacks


the white blood cell or human’s immunity system and the main components of body
immunity system, and destroying or intruding the function. The infection of this
virus causes the continuous decreasing of immunity system that will make the body
lacks of immunity. Nowadays, the youth are becoming the HIV/AIDS pandemic.
The death caused by AIDS in the youth that ranging from 0-19 year old is increasing
50% from 71.000 to 110.000 victims during 2005 until 2012. Thus,the
comprehension in understanding the problem of HIV/AIDS is required. The youth
will have a good manner in preventing the HIV/AIDS if they comprehend about
how to prevent it. Consequently, their manner and attitude will be positive.
Objective: This research aims to measure the correlation level between the level of
youth understanding and the manner of preventing HIV/AIDS in SMK Bopkri 2
Yogyakarta.
Methods: This is a non-experiment based research that considering the analytic
survey construction and using cross sectional approach during May-June 2016. The
population of this research is the students of SMK Pare Kediri. The sampling
technique is using total sampling, and 48 respondents were acquired. The data
analysis is using chi square to measure the level of youth understanding and the
manner of preventing HIV/AIDS in SMK Pare Kediri.
Results: The research results that the youth or students of SMK Pare Kediri are
having the understanding and the manner of preventing HIV/AIDS, by considering
the chi square score result 11,215 or P>0,05.
Conclusion: Base on the data analysis score, the research results that the youth or
students of SMK Pare Kediri are having the understanding and the manner of
preventing HIV/AIDS.

Key words: Understanding, Manner, Youth, HIV/AIDS

Media Komunikasi Kesehatan Husada | Volume 1 Nomor I :Agustus 2020


41

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP


PENCEGAHAN TENTANG HAIV/AIDS PADA REMAJA DI SMK PARE
KEDIRI
Latar belakang: Human Immunideficiency Virus atau HIV merupakan retrovirus
yang meyerang sel-sel darah putih atau sistem kekebalan tubuh manusia
dankomponen-komponen utama sistem kekebalan tubuh, dan menghancurkan atau
mengganggu fungsinya, infeksi virus ini mengakibatkan terjadinya penurunan
sistem kekebalan yang terus menerus, yang akan mengakibatkan defesiansi
kekebalan tubuh. Remaja saat ini telah menjadi bagian dari pandemik HIV/AIDS
kematian akibat AIDS di kalangan remaja umur 10-19 tahun meningkat 50% dari
71.000 kasus menjadi 110.000 kasus pada kurun 2005 sampai 2012. Oleh karena
itu diperlukan pengetahuan yang komprehensif tentang kesehatan khususnya
HIV/AIDS Semakin baik tingkat pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS semakin
baik pula remaja tersebut dalam sikap pencegahannya, sehingga remaja tersebut
akan mengarah ke sikap dan perilaku yang positif.
Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan Untukmengetahui hubungan tingkat
pengetahuan remaja dengan sikap pencegahan tentang HIV/AIDS di SMK Bopkri
2 Yogyakarta
Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimen dengan
rancangan survey analitik dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan pada
bulan Mei-Juni2016. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMK
BOPKRI Yogyakarta. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan total
sampling, didapat 48 responden. Analisa data yang digunakan adalah chi square
untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan remaja dengan sikap pencegahan
tentang HIV/AIDS di SMK Bopkri 2 Yogyakarta
Hasil Penelitian : Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat hubungan
antara tingkat pengetahuan remaja dengan sikap pencegahan tentang HIV/AIDS di
SMK Bopkri 2 Yogyakarta, dengan nilai dari chi square 11,215 atau P>0,05.
Kesimpulan:Terdapat hubungan tingkat pengetahuan remaja dengan sikap
pencegahan tentang HIV/AIDS di SMK Bopkri 2 Yogyakarta
Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Remaja, HIV/AIDS

A. LatarBelakang HIV dan AIDS yang tertuang pada


Human Immuno deficiency Sustainable development goals
Virus/Acquired Immuno Deficiency (SDG’s) keenammemiliki target
Syndrome (HIV/AIDS) Masih untuk mengendalikan penyebaran
merupakan masalah kesehatan utama HIV/AIDS dan menurunkan jumlah
pada masyarakat dunia. Kesepakatan kasus baru pada tahun 2015
global dalam upaya pengendalian

Media Komunikasi Kesehatan Husada | Volume 1 Nomor I :Agustus 2020


42

Dengan cara meningkatkan 24 tahun yang hidup dengan HIV


penggunaan kondom pada hunbungan pada tahun 2012.
seks beresiko tinggi dan memberikan Daerah istimewa Yogyakarta saat
pengetahuan komprehensif tentang ini menempatkan peringkat ke 8 dari
HIV/AIDS padapenduduk berusia 15- 12 provinsi dengan prevelensi AIDS
24 tahun. Penyakit infeksi ini telah terbesar di Indonesia sebesar 26,49%
menjadi perhatian serius bagi setiap dan kasus HIV menempati peringkat
negara di dunia. Tidak ada satupun ke 14 dengan jumlah kasus sebanyak
negara yang Dapat mengklaim negara 2.661.
bebas dari HIV/AIDS. Menurut data Peningkatan kasus HIV/AIDS dari
dari World Health Organization tahun 2012 hingga 2014 sebesar 6%
(WHO) tahun 2014 dengan jumlah kasus 916 (Ditjen PP
mengatakanbahwa 37,2 juta orang dan PL (Ditjen PP dan PL, 2014).
yang hidup dengan HIV/AIDS di Direktorat Jenderal Pemberantasan
seluruh dunia dan 2,4 juta orang yang Penyakit Menular dan Penyehatan
baru terinfeksi HIV dan 1,7 juta orang Lingkungan
meninggal karena AIDS. Jumlahkasusbaru HIV/AIDS di
Angka insidensi infeksi HIV, di Provinsi Daerah Istimewa
Indonesia sejak tahun 2005 hingga Yogyakarta periode 1993-2015
tahun adalah 2.481 kasusdengan 1.529
2013 meningkat sebesar 47% kasus HIV dan 952 kasus AIDS.
(UNAIDS,2013) sementara Jumlahkasus HIV/AIDS
berdasarkan data dari Direktorat tertinggisebesar 831 yaitu di Kota
jenderal pemberantasan penyakit Yogyakarta, diikutiKabupatenSleman
menular dan penyehatan lingkungan 717 sertaKabupatenBantul 617,
(Ditjen PP dan PL) GunungKidul 174,
KementerianKesehatan RI tahun KabupatenKulonProgo, 142 (KPA
2014 menunjukan jumlah kasus HIV Provinsi D.I Yogyakarta, 2015).
sebesar 150.296 orang, kasus AIDS Kota Yogyakarta memiliki 81
sebesar 53.187 orang dan kematian sekolah menengah atas dan kejuruan
akibat AIDS sebesar 9.079 untuk 33 yang terdiri dari SMK/SMA Negeri
provinsi dan SMA/SMK swasta. SMK Bopkri
Remaja saat ini telah menjadi 2 Yogyakarta merupakan salah satu
bagian dari pandemik HIV/AIDS SMK yang ada di Kota Yogyakarta
berdasarkan data dari UNICEF (2012) yang masih jarang mengadakan
Menyebutkan bahwa kematian akibat penyuluhan tentang kesehatan dan
AIDS di kalangan remaja umur 10-19 belum memasukan mata pelajaran
tahun meningkat 50% dari 71.000 kesehatan reproduksi remaja di
kasus menjadi 110.000 kasus pada kurikulum pelajaran. Sehingga
kurun 2005 sampai 2012. remaja kurang mendapatkan
Diperkirakan ada 2,1 juta remaja 15- pengetahuan komprehensif tentang
kesehatan khususnya HIV/AIDS

Media Komunikasi Kesehatan Husada | Volume 1 Nomor I :Agustus 2020


43

Merupakan persyaratan penting untuk kelamin perempuanadalah31 orang


mengurangi terjadinya infeksi HIV di (64,6%) dan yang
golongan usia 15-24 tahun, (KPA berjeniskelaminlakilakiadalah17
Provinsi D.I Yogyakarta, 2015). orang (35,4%).

B. Metode Penelitian Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi


Jenis penelitian yang digunakan Karekteristik Berdasarkan Usia
dalam penelitian ini adalah Pada Remaja diSMK Bopkri 2
kuantitatif, dengan menggunakan Yogyakarta Tahun 2016
Usia Frekuensi Prosentasi
metode survei analitik yaitu
15 tahun 8 16,66%
merupakan suatu penelitian yang
16 tahun 25 52,08%
mencoba mengetahui mengapa
17tahun 13 27,08%
fenomena kesehatan tersebut bisa 18 tahun 2 4,16%
terjadi, kemudian melakukan analisis Total 48 100%
hubungan antara, faktor resiko (faktor Berdasarkan pada tabel 4.2
yang mempengaruhi efek) dengan diketahui bahawa siswa SMK Bopkri
faktor efek (faktor yang di pengaruhi 2 Yogyakarta yang berusia 15 tahun
oleh resiko) dengan pendekatan cross sebanyak 8 orang (16,66%), 16 tahun
sectional yaitu dalam pelaksanaan sebanyak 25 orang (52,08%), 17
penelitian antara variabel independen tahun sebanyak 13 orang (27,08), dan
dan variabel dependen dilakukan 18 tahun sebanyak 2 orang (4,16%).
secara bersama dan pada saat yang
sama (Notoatmodjo, 2012).
Populasi dalam penelitian ini
berjumlah 48 orang dan sampel
digunakan diambil dengan teknik
total sampling.

C. Hasil Penelitian
1. Analisaunivariat Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Karekteristik
Berdasarkan Jenis kelamin Siswa
SMK Bopkri 2 Yogyakarta Tahun
2016
Jenis kelamin Frekuensi Prosentasi
Laki-laki 17 35,4%
Perempuan 31 64,6%
Total 48 100%
Berdasarkan pada tabel 4.1
diketahui bahwajumlahsiswa SMK
Bopkri 2 Yogyakartayang berjenis

Media Komunikasi Kesehatan Husada | Volume 1 Nomor I :Agustus 2020


44

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi 3. Analisa Bivariat pengetahuan siswa SMK


Bopkri 2
Yogyakarta Tahun 2016 Tabel 4.6 Tabel Korelasi Chi
Square Pengetahuan Siswa SMK
Pengetahuan Frekuensi Proporsi Bopkri 2 Yogyakarta Dengan Sikap
Kurang 8 16,7% Pencegahan HIV/AIDS Tahun 2016
Cukup 19 39,6%
Baik 21 43,8%
Total 48 100%
Berdasarkan pada tabel 4.3 0,05. Hasil ini menunjukan bahwa Ho
diketahui siswa SMK Bopkri 2 di tolak, sehingga hipotesis penelitian
yogyakarta sebagian besarmemiliki ini menyatakan bahwa ada hubungan
pengetahuan baik sebanyak 21 yang signifikan antara tingkat
orang (43,8%) pengetahuan remaja dengan sikap
danpengetahuancukup 19 orang pencegahan HIV/AIDS di SMK
(39,6%) dan hanya terdapat 8 orang Bopkri 2 Yogyakarta. Nilai keofisien
(16,7%) pengetahuan kurang. korelasi yang positif mempunyai arti
bahwa semakin baik pengetahuan
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi siswa semakin baik pula dalam sikap
Sikap pencegahan HIV/AIDS siswa pencegahanHIV/AIDS begitupun
SMK Bopkri 2 Yogyakarta Tahun sebaliknya.
2016
B. Pembahasan 1. Tingkat
Sikap Frekuen Proporsi
pengetahuan
pencegahan si
Positif 35 72,92% Hasil penelitian pengetahuan
Negattif 13 27.08% pada tingkat siswi remaja SMK
Total 48 100% Bopkri dua Yogyakarta sebagian
besarmemiliki pengetahuan baik
sebanyak 21 orang
Berdasarkan pada tabel 4.4
(43,8%), 19 orang (39,6%)
diketahui siswa SMK Bopkri 2
pengetahuan cukup dan hanya
yogyakartasebagian besarmemiliki
terdapat delapan orang (16,7%)
sikap positif sebanyak 35 orang
pengetahuan kurang. Hal ini sejalan
(72,92%) dan 13 orang (27,08%)
dengan penelitian yang dilakukan
yang bersikap negatif.
oleh Putrie, (2012), hasil penelitian
ini menunjukan bahwa sebanyak 53
Variabel Chi Sig- Hasil responden (63,85%) memiliki
Square (p) pengetahuan baik kemudian 24
Pengetahuan- 11,215 0,004 Ho responden (28,91%) memiliki
Sikap Ditolak
Pencegahan
pengetahuan cukup, dan 6 responden
Tabel 4.6 menunjukan korelasi ( 7.22%) memiliki pengetahuan
Chi square sebesar 11,215 dengan kurang.
tingkatsignifikan p value 0,004 <α =

Media Komunikasi Kesehatan Husada | Volume 1 Nomor I :Agustus 2020


45

Menurut peneliti hal ini bisa tersebut dalam sikap pencegahannya,


disebabkan oleh beberapa faktor sehingga remaja tersebut akan
antara lain Jenis kelamin, umur, dan mengarah ke sikap dan perilaku yang
tingkat pendidikan. Menurut Huclok baik seperti menghindari dari
(2010), bahwa semakin cukup umur, perbuatan atau tingkah laku yang
tingkat kematangan dan kekuatan tidak baik, namun sebaliknya jika
seseorang akan lebih matang dalam remaja mempunyai pengetahuan yang
berfikir dan bekerja ,siswi remaja kurang maka remaja tersebut akan
SMK Bopkri 2 Yogyakarta sebagian mudah terjerumus ke sikap dan
besar berusia 1617 tahun sebanyak 38 perilaku yang menyimpang, sehingga
orang (79,16%). Teori ini di dukung dampaknya bagi remaja adalah
oleh hasil penelitian yang dilakukan mengarah ke sikap yang negatif yaitu
oleh (Singale, 2013) dimana jumlah dengan melakukan seks bebas,
responden adalah usia 14-16 tahun. penggunaan narkoba sampai menuju
Menurut Notoatmodjo, (2007) bahwa kearah HIV/AIDS
usia mempengaruhi terhadap daya (Notoatmodjo, 2010).
tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakin bertambah usia akan Hasil penelitian ini menunjukan
semakin berkembang pula daya bahwa sebagian besar siswa SMK
tangkap pola pikirnya, sehingga Bopkri 2 Yogyakarta memiliki
pengetahuan yang diperoleh semakin pengetahuan yang baik sebanyak 21
membaik. (43,8%). Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Selain faktor usia pengetahuan Wahyuningrum, (2011), hasil
juga di pengaruhi oleh pendidikan penelitian ini menunjukan bahwa
dimana dengan pendidikan siswa sebagian siswa kelas X SMA Negeri
memperoleh pengetahuan baru 4 Yogyakarta mempunyai tingkat
termasuk informasi kesehatan, pengetahuan tentang HIV/AIDS pada
semakin tinggi pengetahuan kategori baik yakni sebesar (84,3%).
seseorang semakin baik dalam upaya
pencegahan penyakit begitupun 2. Sikap pencegahan
sebaliknya. Pentingnya remaja untuk Hasil penelitian yang telah
mengetahui tentang penyakit dilakukan menunjukan bahwa siswa
HIV/AIDS sangat diperlukan karena SMK Bopkri 2 yogyakarta sebagian
angka kejadian di kalangan remaja besarmemiliki sikap positif sebanyak
umur 10-19 tahun meningkat 35 orang (72,92%) dan hanya 13
50%.Kurangnya pengetahuan remaja orang (27,08%) menggunakan sikap
mengenai hal ini juga merupakan negatif, hal ini sejalan dengan
salah satu penyebab tetap tingginya penelitian Singale, (2013) yang
kasus HIV/AIDS di menunjukan bahwa sikap responden
indonesia.Semakin baik tingkat terhadap HIV/AIDS sebesar (37,7%)
pengetahuan remaja tentang responden bersikap positif dan
HIV/AIDS semakin baik pula remaja

Media Komunikasi Kesehatan Husada | Volume 1 Nomor I :Agustus 2020


46

(26,3%) responden bersikap negatif, HIV/AIDS sangat diperlukan.


dan menurut Azwar, (2010) yang Menurut pusat promosi kesehatan
menunjukan bahwa sikap dapat kemenkes kesehatan RI, (2012) ada
tebentuk oleh beberapa faktor media cara pencegahan HIV yakni
informasi yang didapatkan sehingga pencegahan penularan melalui
dapat dijadikan pengetahuan bagi hubungan seksual, pencegahan
remaja sendiri. Adanya informasi penularan melalui darah,
baru mengenai suatu hal memberikan pencegahan penularan dari ibu
landasan kognitif baru bagi kepada anak.
terbentuknya sikap bagi hal tersebut.
Pesan-pesan sugestif yang dibawa Menurut asumsi peneliti bahwa
oleh informasi tersebut, apabila kuat pengetahuan yang baik akan
akan memberi dasar afektif dalam mempengaruhi sikap yang baik dalam
menilai hal sehingga terbentuk sikap upaya pencegahan penyakit
tertentu. HIV/AIDS, dimana jika seorang
remaja memiliki pengetahuan yang
Penyakit HIV mudah mati di baik akan cenderung bersikap positif
luar tubuh manusia, maka HIV tidak namun jika pengetahuan yang kurang
dapat di tularkan melalui kontak akan cenderung menggunakan sikap
sosial sehari-hari seperti yang negatif, hal ini sejalan dengan
bersenggolan atau bersentuhan penelitian yang dilakukan oleh
dengan pengidap HIV dan atau Wahyuningrum, (2011) Hasil
penderita AIDS : berjabatan tangan penelitian ini menunjukkan bahwa
dengan pengidap HIV dan atau sebagian siswa kelas X SMA Negeri
penderita AIDS : bersentuhan 4 Yogyakarta mempunyai tingkat
dengan pakaian atau barang-barang pengetahuan tentang HIV/AIDS pada
lain yang di pakai atau bekas dipakai kategori baik yakni sebesar (84,3%),
pengidap HIV dan atau penderita serta memiliki sikap yang baik.
AIDS : berenang bersama pengidap
HIV dan atau penderita AIDS 3. Hubungan tingkat
menggunakan toelet yang sama pengetahuan remaja
dengan pengidap dan atau AIDS : dengan sikap pencegahan
tinggal serumah dengan pengidap HIV/AIDS pada siswa di
HIV dan atau penderita AIDS SMK Bopkri 2 Yogyakarta.
menggunakan piring/alat makan Berdasarkan hasil analisa data
yang sama dengan penderita HIV bivariat menunjukan bahwa 21
dan atau AIDS, gigitan nyamuk atau (43,8%) siswa memiliki pengetahuan
serangga yang sama : HIV tidak baik dan cenderung menggunakan
terdapat pada air liur, ludah, air seni sikap positif sebanyak 17 orang
dan tinja (pusat promosi Kesehatan (35,4%) dan 4 orang siswa (8,3%)
Kemenkes RI, (2012), oleh karena cenderung menggunakan sikap
itu pentingnya remaja dalam negatif. Untuk 19 orang siswa
melakukan pencegahan penyakit

Media Komunikasi Kesehatan Husada | Volume 1 Nomor I :Agustus 2020


47

(39,6%) mempunyai pengetahuan di sekolah ataupun dari orang terdekat


cukup dan sebanyak 16 orang siswa atau keluarga.
(33,3%) menggunakan sikap positif
dan hanya 3 orang (6,2%) Penelitian ini hampir sama
menggunakan sikap negatif dengan penelitian yag dilakukan oleh
sedangkan delapan orang siswa Wahyuningrum, (2011). Hasil
(16,7%) memiliki pengetahuan penelitian ini menunjukkan bahwa
kurang dan enam orang (12,5%) pengetahuan memiliki hububungan
menggunakan sikap yang negatif dan yang bermakna terhadap sikap
hanya 2 orang (4,2%) menggunakan pencegahan HIV/AIDS dengan p
sikap positif. value 0,004. Ini berarti bahwa Ha di
terima dan Ho di tolak, maka terdapat
Hasil analisa bivarit menunjukan hubungan antara pengetahuan dengan
nilai korelasi Chi square sebesar sikap pencegahan
11,215 dengan signifikansi p value
0,004<α = 0,05. Hasil ini menunjukan Sikap seseorang terhadap suatu
bahwa Ho di tolak, sehingga hipotesis obyek menunjukan pengetahuan
penelitian ini menyatakan bahwa ada orang tersebut terhadap obyek yang
hubungan yang signifikan antara bersangkuatan. Seperti pula yang
tingkat pengetahuan dengan sikap diungkapkan oleh Handayani (2010)
pencegahan HIV/AIDS pada siswa di dalam penelitian ini, bahwa adanya
SMK Bopkri 2 Yogyakarta. Nilai pengetahuan tentang manfaat sesuatu
keofisien korelasi yang positif hal yang dapat mempengaruhi niat
mempunyai arti bahwa semakin baik untuk ikut dalam suatu kegiatan.
pengetahuan siswi semakin baik pula pengetahuan akan segi manfaat dan
dalam sikap pencegahan HIV/AIDS akibat buruk sesuatu hal akan
begitupun sebaliknya. membentuk sikap, kemudian dari
sikap itu akan muncul niat. Niat yang
Berdasarkan hasil uji chi square selanjutnya akan menetukan apakah
tersebut maka penelitian ini kegiatan akan di lakuan atau tidak.
menunjukan Ha diterima dan Ho Hal ini tersebut menyebabkan
ditolak. Hal tersebut menunjukan semakin baik pengetahuan responden
bahwa terdapat hubungan yang mengenai HIV/AIDS maka semakin
signifikan antara pengetahuan dengan positif pula sikap responden terhadap
sikap. Hasil penelitian ini seksual pranikah, (Endarto, dkk 2006)
menunjukan bahwa semakin baik
tingkat pengetahuan remaja maka Hasil penelitian ini juga sesuai
akan semakin baik juga dalam sikap dengan penelitian Zelnik dan klim
remaja dalam pencegahan HIV/AIDS. (Sarwono, 2010) yang menyatakan
Hal ini dikarenakan responden yang bahwa remaja yang cenderung
memiliki tingkat pengetahuan yang melaukan lebih banyak hubungan
baik yang mendaptakan pengetahuan seksual pranikah dikarenakan para
remaja kurang mendapat pengetahuan

Media Komunikasi Kesehatan Husada | Volume 1 Nomor I :Agustus 2020


48

tentang kesehatan reproduksi, meletakan dasar prilaku untuk


termasuk HIV/AIDS dan pendidikan kehidupan selanjutnya, termasuk
tentang seksual. Dalam penelitian ini prilaku kesehatan.
menyatakan bahwa pengetahuan
responden mengenai penyakit Menurut Azwar (2011), lembaga
HIV/AIDS akan membentuk sikap pendidikan dan lembaga
responden tersebut sehingga agamamempunyai pengaruh dalam
mememunculkan untuk tidak pembentukan sikapdikarenakan
melakukan prilaku seksual beresiko. keduanya meletakan dasar pengertian
dan kosep diri individual. Sehingga
Dalam penelitian ini juga promosi kesehatan di sekolah
menunjukan membuktikan bahwa merupakan langkah yang strategis
pengetahuan yang baik mengenai dalam upaya peningkatan kesehatan
HIV/AIDS bukanlah satu-satunya siswa, karena promosi kesehatan
faktor yang membentuk sikap komunitas sekolah ternyata paling
terhadap efektif diantara upaya kesehatan
HIV/AIDS karena berdasarkan masyarakat yang lain, khusunya
penelitian diketahui bahwa terdapat dalam pengembangan prilaku hidup
2,8% yang memiliki pengetahuan sehat.
baik tentang HIV/AIDS namun tetap
memiliki sikap negatif. Menurut Kesimpulan
Azwar (2011) fakoto-faktor lain yang Penelitian yang bertujuan untuk
mempengaruhui sikap antara lain, mengetahui hubungan pemgetahuan
pengalaman pribadi, kebudayaan, remaja dengan sikap pencegahan
pengaruh orang lain dianggap HIV/AIDS menghasilkan kesimpulan
penting, media massa, lembaga sebagai berikut:
pendidikan dan lembaga agama, serta
faktor emosi dalam diri individu. 1. Pengetahuan siswa remaja
Kurangnya pengawasan orang tua dan SMK Bopkri 2 Yogyakarta
rendahnya pengawasan lingkungan memiliki pengetahuan baik
adalah beberapa hal yang dapat sebanyak 21 orang (43,8%), 19
menjadi faktor resiko terjadinya orang (39,6%) pengetahuan
aktivitas seksual remaja. Adapun cukup dan hanya terdapat 8 orang
faktor lainnya yang juga (16,7%) pengetahuan kurang.
mempengaruhui prilaku seksual 2. Sikap pencegahan siswa SMK
yaitu.sikap permisif dari remaja Bopkri 2 Yogyakarta sebagian
sendiri. besar memiliki sikap positif
Adanya siswa yang sebanyak 35 orang (72,92%)
berpengetahuan kurang dan sikap danhanya 13 orang (27,08%)
negatif tentang HIV/AIDS hendaknya menggunakan sikap negatif.
perlu mendapat perhatian dari guru. 3. Ada hubungan antara
sekolah adalah sebagian pengetahuan dengan sikap
perpanjangan keluarga dalam pencegahan HIV/AIDS pada

Media Komunikasi Kesehatan Husada | Volume 1 Nomor I :Agustus 2020


49

remaja SMK Bopkri 2 Manado, Skripsi. FKM Univesitas


Yogyakarta yang Ditunjukan Sam Ratulangi Manado
dengan nilai dari nilai kore lasi Faturochman. 2012. Sikap dan Prilaku
Chi square sebesar 11,215 Seksual Remaja di Bali. Jurnal
dengan signifikansi p value Psikologi 2012, No 1, 12-17
0,004<α =0,05. Handayani, 2010. Pengetahuan, Sikap
Daftar Pustaka dan praktek Tugas kesehatan
Mengenai pemberian Penyuluhan
Arikunto, Suharsimi. Kesehatan di Wilayah Kerja
2010.Prosedur Penelitian Puskesmas MaasCilacap. Skripsi.
Suatu Pendekatan Fakultas kesehatan Masyarakat
PraktikJakarta : Rineka Cipta. Universitas Diponerogo Semarang
Hasanudin, 2008. Hubungan
Arikunto, Suharsimi. 2009. pengetahuan, Sikap dan keluarga
Prosedur Penelitian Suatu Dengan Upaya Pencegahan
Pendekatan PraktikJakarta : HIV/AIDS pada Siswa SMAN 5
Rineka Cipt Palu dalam Jurnal Ilmu Kesehatan
Vol.1.No.4, Mei 2008. Sulawesi.
Arikunto,
Suharsimi.2006.Prosedur Liana, 2014.Pengaruh Pendidkan
penelitian suatu Dengan Media audia Visual
pendekatan Terhadap pengetahuan dan
praktik, Rineka Cipta, Jakarta sikap remaja terhadap
HIV/AIDSdi SMK Negeri 1
Azwar, Syaifudin.2011. Sikap Masnusia Bantul, Skripsi, STIKes Aisyiah
Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Setiawati, H. N. 2012.Hubungan antara
Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta. 2014. Pengawasan Orang Tua dengan
Profil Kesehatan Kota Prilaku SeksualPra Nikah Pada
Yogyakarta. Remaja.Yogyakarta: Skripsi
UMY
Yogyakarta: Dinas kesehatan pusdatin/infodatin%2520A1D
Kota Yogyakarta.
Sugiyono, 2012. Metode Penelitian pdf
Ditjen PP & PL. Kementrian Kesehatan diakses tanggal 12 februari
RI, 2014.InfoDatin: Situasi dan Kuantitatif, Kualitatif R&D.
analisi HIV/AIDShttp://www. 2015. Alfabeta. Bandung.
depkes.go.id/resourehes/downlo Data kasus HIV& AIDS D. J Yogyakarta
ad/komisi penanggulangan Walgito, B. 2005
AIDS (KPA) Kota Yogyakarta psikologi suatu (priode
1993-2015) Yogyakarta
Depkes RI. 2010. Kesehatan pengantar, Yogyakart:Yayasan
Remaja.Salemba medika.jakarta Penerbit Fakultas Psikologi
UGM
Endarto, dkk. 2006. Hubungan Antara
Tingkat Pengetahuan Tentang
HIV/AIDS dengan Sikap Terhadap
HIV/AIDS di SMK
Negeri 4

Media Komunikasi Kesehatan Husada | Volume 1 Nomor I :Agustus 2020

You might also like