You are on page 1of 53

Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik pada

Kantor Kemenag (Kementerian Agama) di Kabupaten Landak (Studi


tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Kementerian
Agama di Kabupaten Landak) Berdasarkan Peraturan Menteri Agama
(PMA) Nomor: 13 Tahun: 2012
(Main Tasks and Functions of Catholic Religious Affairs at the Ministry of Religion
(Ministry of Religion) in Landak District (Study of Organization and Work Procedure of
Vertical Institutions of the Ministry of Religion in Landak District) Based on Minister of
Religion Regulation Number: 13 Years: 2012)

Denny Charollus
----------------------------------------

ABSTRAC
T

This research I do to know the Implementation Organization and Work Flow of Vertical Ministry of Religious Affairs in Landak In
Task
Guidance Society Catholic (Guidance Catholic) in the Office Kemenag Landak (PMA: Regulation of the Minister of Religion,
Number:
13 Year: 2012, Article: 497 verse: 3). In addition, to determine how the relationship a research focus on the successful
implementation of a public policy on Guidance (Guidance Society) Catholic at MORA Office (Ministry of Religious) in Landak.
Many problems / many short comings encountered Guidance (Guidance society) Catholic in office MORA (MORA) Landak is
divided into three functions. The problems are divided into three functions, among others:
a. Administration functions:
1) Lack of acceptance CPNS formation (candidate for Civil Servants) to the ranks Guidance (Guidance society) Catholic.
2) The lack of a representative office.
3) Lack of HR (Human Resources).
4) Lack of infrastructure /
facilities. b. Function of Religious
Affairs:
1) The lack of allocation of funds for the functioning of religious life maid.
2) Geographical wide enough (there are 22 Districts in the whole territory of Landak).
3) There are still many church buildings are not air-IMB (Building Permit).
4) Lack of operational support religious
institutions. c. The function of Catholic Religious
Education (PAK)
1) The limited number of Teachers PAK (Catholic Religious Education).
2) Lack of implementation of operational funds and Supervisory Teacher certification PAK (Catholic Religious Education).
3) Low public understanding of the PP. No. 55, Year. 2007.
4) The absence of the allocation of special funds for poor students (specifically a religious / menggereja in Catholic).
5) Lack of educational facilities (PAK: Catholic Religious Education) in the Landak.
The aim of this study is to describe and analyze the implementation of the policy at the Catholic Community Guidance Office
MORA (MORA), Landak. Therefore, research that I would do this with regard to the problems within the Guidance (Guidance
society) Catholic Office Kemenag Landak this, it aims to increase the participation of Guidance (Guidance Society) Catholic in
national development through the activities of religious support and counseling development through religious language, as well as
the provision of information and the implementation of cooperation with Agencies / Institutions non-Catholic. In the Task Catholic
Community Guidance (Guidance Catholic) in Landak Kemenag Office (PMA: Regulation of the Minister of Religion, Number: 13
Year: 2012, Article: 497, Verse: 3). This type of research used in this research is a descriptive study, using a qualitative approach.
As for the technique of collecting data using interview techniques / interviews, observation, documentation, and library/library
research. Results of research planning and budgeting is an integrated series of activities. Program to be implemented by the
Government shall be set out in an action plan. The provisions of this planning regulated in the Act (the Act), No. 25, Year: 2004,
About the National Development Planning System in Catholic Religious Guidance Office MORA (MORA) Landak. Furthermore, the
obstacle is the lack of personnel, facilities and infrastructure for operational insufficient, the need to improve the Human Resources
(HR) in understanding the task, the principal, and the function (Auth).

Keywords: Implementation, Tasks, Principles and Functions (Auth), as well as the vision and mission of the Catholic Mass Guidance
for
Public Policy
Charollus: Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik

RINGKASAN

Penelitian ini saya lakukan untuk mengetahui Implementasi Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Kementerian Agama
di Kabupaten Landak Pada Bidang Tugas Bimbingan Masyarakat Katholik (Bimas Katholik) di Kantor Kemenag Kabupaten
Landak (PMA: Peraturan Menteri Agama, Nomor: 13 Tahun: 2012, pasal: 497, ayat: 3). Di samping itu, untuk mengetahui
bagaimana hubungan suatu fokus penelitian terhadap keberhasilan implementasi suatu kebijakan publik pada Bimas (Bimbingan
Masyarakat) Katholik pada Kantor Kemenag (Kementerian Agama) di Kabupaten Landak. Banyaknya permasalahan/ setiap
kekurangan yang dihadapi Bimas (Bimbingan masyarakat) Katholik di Kantor Kemenag (Kementerian Agama) Kabupaten Landak
ini dibagi menjadi 3 fungsi. Permasalahan yang dibagi menjadi 3 fungsi ini, antara lain:
a. Fungsi Administrasi:
1) Terbatasnya formasi penerimaan CPNS (Calon Pegawai Negeri Sipil) untuk jajaran Bimas (Bimbingan masyarakat)
Katholik.
2) Kurang tersedianya ruang kerja yang representative.
3) Kurangnya SDM (Sumber Daya Manusia).
4) Kurang tersedianya sarana prasarana/
fasilitas. b. Fungsi Urusan Agama:
1) Kurangnya alokasi dana untuk fungsi pelayan hidup beragama.
2) Letak Geografis yang cukup luas (ada 22 Kecamatan di seluruh wilayah Kabupaten Landak).
3) Masih banyaknya bangunan Gereja yang belum ber-IMB (Izin Mendirikan Bangunan).
4) Kurangnya bantuan operasional lembaga
keagamaan. c. Fungsi Pendidikan Agama Katholik (PAK)
1) Terbatasnya jumlah Guru PAK (Pendidikan Agama Katholik).
2) Belum tersedianya dana operasional penyelenggaraan sertifikasi Guru dan Pengawas PAK (Pendidikan Agama Katholik).
3) Rendahnya pemahaman publik tentang PP. No. 55, Tahun. 2007.
4) Belum adanya alokasi dana khusus bagi siswa miskin (khusus yang beragama/menggereja di Katholik).
5) Kurangnya sarana dan prasarana pendidikan (PAK: Pendidikan Agama Katholik) di lingkungan Kabupaten Landak.
Tujuan Penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menganalisis implementasi kebijakan pada Bimas Katholik di Kantor
Kemenag (Kementerian Agama), Kabupaten Landak. Maka dari itu, penelitian yang akan saya lakukan ini yang berkaitan dengan
permasalahan di dalam lingkungan Bimas (Bimbingan masyarakat) Katholik di Kantor Kemenag Kabupaten Landak ini, bertujuan
untuk meningkatkan peran serta Bimas (Bimbingan Masyarakat) Katholik dalam pembangunan nasional melalui kegiatan
bimbingan keagamaan dan penyuluhan pembangunan melalui bahasa agama, serta pemberian informasi dan pelaksanaan kerja
sama dengan Instansi/ Lembaga non-Katholik. Pada Bidang Tugas Bimbingan Masyarakat Katholik (Bimas Katholik) di Kantor
Kemenag Kabupaten Landak (PMA: Peraturan Menteri Agama, Nomor: 13 Tahun: 2012, Pasal: 497, Ayat: 3). Jenis penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif, dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Sedangkan untuk
tehnik pengumpulan data menggunakan tehnik wawancara/ interview, observasi, dokumentasi, dan kepustakaan/library research.
Hasil penelitian Perencanaan dan penganggaran merupakan suatu rangkaian kegiatan yang terintegrasi. Program yang akan
dilaksanakan oleh Pemerintah wajib dituangkan dalam suatu rencana kerja. Ketentuan tentang perencanaan ini diatur dalam
Undang-Undang (UU), Nomor: 25 Tahun: 2004, Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional pada Bimas Agama Katholik
di Kantor Kemenag (Kementerian Agama) Kabupaten Landak. Selanjutnya yang menjadi hambatan adalah kurangnya personel,
sarana dan prasarana untuk operasional kurang memadai, perlunya peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam memahami
Tugas, pokok, dan fungsi (Tupoksi).

Kata kunci: Implementasi, Tugas, Pokok, dan Fungsi (Tupoksi), serta Visi dan Misi Kebijakan Publik Bimas Katholik

PENDAHULUAN Fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat itu


Latar Belakang Masalah terjadinya suatu pelayanan publik yang tidak memuaskan
Sebagai ujung tombak pembangunan bidang agama, dan terutama di bidang keagamaan yang masih terjadinya
khususnya pembangunan Masyarakat/Umat Katholik di “diskriminatif” dan adanya Perda (Peraturan Daerah) yang
seluruh Indonesia, kita memiliki peranan yang sangat dinilai kurang toleransi terhadap pemeluk agama lain
penting dan tidak tergantikan. Di pundak kita, ataupun kepercayaan lain. Contoh dari Perda (Peraturan
pembangunan Masyarakat/Umat Katholik menjadi Daerah) yang kurang toleransi itu, seperti Pelarangan
tanggung jawab dari pelaksanaan tugas dan fungsi kita Pemeluk Ahmadiyah untuk melaksanakan ajaran
sebagai aparatur di Bimas (Bimbingan masyarakat) keagamaannya dan dilarang untuk membangun rumah
Agama Katholik, Kantor Kementerian Agama (Kemenag), Ibadahnya sendiri. Termasuk adanya pelayanan
Kabupaten Landak. Hasil dari kerja kita, diharapkan pendidikan yang menguntungkan pihak agama lain, tetapi
bahkan diharuskan untuk memberikan manfaat bagi cenderung mendiskreditkan penganut agama lain.
masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Katholik Termasuk adanya campur tangan pihak Politikus di
yang menjadi subyek layanan kita. Landak, tentang aturan untuk mengikuti Sertifikasi
Agama dan
Charollus: Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik

Kampanye Partai Politik (ParPol) di Tempat Ibadah ungkapan yang menyatakan bahwa kekuatan ilmu terletak
masing- masing untuk semua penduduk di Landak. Yang di mana ia berbagi. Semakin Anda
berujung pada Politisasi Keagamaan di Landak.
Permasalahan dan persoalan pelayanan publik
merupakan sebuah isu yang senantiasa aktual untuk dikaji
lebih lanjut. Hal tersebut dikarenakan pelayanan publik
sendiri merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan
oleh pemerintah berkaitan dengan peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Artinya untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat pemerintah harus
meningkatkan kualitas pelayanan publik terlebih dahulu.
Termasuk adanya Politisasi Agama dan Politisasi Gereja
yang menyebabkan ketidakjelasan hukum dan administrasi
di dalam negara maupun agama, contohnya pada kasus
Jemaat Ahmadiyah dan GKI (Gereja Kristen Injili)
Yasmin di Bekasi dan Bogor, Provinsi Jawa Barat itu,
yang dilarang untuk memiliki dan menempati bangunan
Rumah Ibadahnya oleh Pemerintah Daerah dan
Organisasi Politik daerah setempat. Termasuk kasusnya
SMAK (Sekolah Menengah Atas Katholik) St. Loyola
Ngabang, Kota Landak yang akan disegel oleh Kemenag
Kota Landak, MUI (Majelis Ulama Indonesia) Kota
Landak, dan juga PemKot Landak (Pemerintah Kota
Landak) pada tahun: 2013 kemarin, yang sarat dengan
muatan Politis (Politisasi Pendidikan Agama). Selain itu,
di dalam Pemerintahan kita, baik di Pusat maupun di
Daerah itu, selalu tidak adanya batasan-batasan yang jelas
antara kepentingan agama maupun negara/politik
bernegara.
Pemisahan secara tegas antara Agama dengan Negara
hampir tidak dikenal dimana pun di seantero dunia, karena
agama selalu hadir dalam negara dan negara
berkepentingan dengan agama. dalam suatu masyarakat
politik dimana pun tidak ada pembatasan yang jelas antara
agama dan negara, wacana publik bukannya menuntut
adanya dominasi politik terhadap agama atau sebaliknya,
melainkan menekankan peranan pemerintahan untuk
mewujudkan hubungan dan tanggung jawab yang
mengikuti tuntutan nilai-nilai yang berlandaskan
kehidupan spiritual. Makalah ini bertujuan untuk
memenuhi Tugas, Pokok dan Fungsi (Tupoksi) Bimas
(Bimbingan Masyarakat) Katholik di Kantor
Kemenag, Kabupaten Landak dan untuk lebih
memahami tentang hubungan agama, politik dan
negara. Kami berharap setelah pembaca membaca
makalah ini, pembaca dapat menambah pengetahuan
yang baru, dan dapat menerapkannya di dalam
kehidupan bermasyarakat yang majemuk ini..
Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian kita
bersama adalah sebagai berikut: Ikuti seluruh proses
Bimbingan Teknis Penyusunan Program dan Anggaran
dari awal hingga akhir; Berperan serta secara aktif dalam
kegiatan, jadikanlah seluruh Peserta, Panitia, Narasumber
dan Pendamping sebagai rekan belajar, jangan segan
untuk bertanya untuk memperkaya khasanah ilmu
pengetahuan. Terapkan ilmu yang didapatkan dan selalu
meng-update informasi untuk meningkatkan kemampuan
yang telah dimiliki; Bagikan ilmu yang diperoleh di
tempat ini kepada rekan kerja kita di daerah, karena ada
Charollus: Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik

membagikan ilmu yang dimiliki maka Anda akan semakin


menguasai ilmu tersebut.
Maka dari itu, pelayanan publik bagi Masyarakat/
Umat Katholik tentunya tidak bisa dilepaskan dari proses
perencanaan yang matang. Undang-Undang Nomor 25
tahun
2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
menyebutkan bahwa Perencanaan adalah suatu proses
untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat,
melalui urutan pilihan dengan memperhitungkan
sumber daya yang tersedia. Dalam kaitan dengan
Program Bimbingan Masyarakat (Bimas) Katholik,
perencanaan anggaran yang baik mutlak diperlukan di
dalam mengelola Sumber Daya Manusia (SDM) yang
tersedia terutama berasal dari APBN untuk memberikan
pelayanan yang terbaik bagi Masyarakat/ Umat Katholik.
Kaitannya dengan penganggaran, sejak tahun 2010
telah diterapkan sistem dan Penganggaran yang Berbasis
Kinerja (Performance Based Budgeting). Hal ini ditandai
dengan pemberlakuan Restrukturisasi Program dan
Kegiatan yang dikelola dan menjadi tanggung jawab Unit
Eselon I dan selanjutnya diimplementasikan di lingkup
daerah melalui Para Kabid/Pembimas dan
Kasi/Penyelenggara Katholik secara berjenjang. Hal ini
mengandung konsekuensi bahwa kita menjadi perencana
Program Bimbingan Masyarakat Katholik pada wilayah
masing-masing, karena hanya Bimas (Bimbingan
masyarakat) Katholik di Kantor Kemenag (Kementerian
Agama) Kabupaten Landak yang paling mengerti seluk-
beluk kebutuhan masyarakat Katholik di tempat kita
bertugas.
Kodrat bangsa Indonesia memang berbeda-beda dalam
kesatuan. Hal tersebut dirumuskan dengan sangat bijak dan
tepat oleh bangsa Indonesia, yakni “Bhineka Tunggal Ika”
yang berarti beranekaragam namun satu. Kenyataannya
keberadaan bangsa Indonesia memang berbeda-beda
namun tetap satu bangsa. Bangsa yang utuh dan bersatu
serta yang berbeda-beda itu adalah saudara sebangsa dan
setanah air.
Selanjutnya, ada dua hal yang harus disadari bersama
secara terus menerus oleh seluruh bangsa Indonesia, yakni :
a. Kesatuan tidak sama dengan keseragaman
Dalam sejarah bangsa kita terdapat gejala-gejala
dari rezim tertentu (OrBa: Orde Baru, pada mulai
dari tahun:1966–1998) yang mencoba menekan
keanekaragaman bangsa ini dan mencoba menggiring
bangsa kita kepada keseragaman demi stabilitas.
b. Kebhinekatunggalikaan itu bukan hal yang sudah
selesai, tuntas sempurna, dan statis, tetapi perlu terus
menerus dipertahankan, diperjuangkan, diisi, dan
diwujudkan terus menerus. Menjaga Kebhinekaan,
keutuhan, kesatuan dan keharmonisan kehidupan
merupakan panggilan tugas bangsa Indonesia.
Keberagaman adalah kekayaan, sedang kesatuan
persaudaraan sejati adalah semangat dasar.
Kehidupan yang berbeda-beda itu harus saling
menyumbang dalam kebersamaan dan kesejahteraan
bersama.
Charollus: Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik

Berdasarkan Konstitusi Negara kita Republik Indonesia menjadi 3 fungsi. Masalah-masalah yang dibagi menjadi 3
ini adalah di dalam UUD 45, pasal: 29, ayat: 1 dan 2 fungsi ini, antara lain:
ditulis: a. Fungsi Administrasi:
a. Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa 1) Terbatasnya formasi penerimaan CPNS (Calon
b. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk Pegawai Negeri Sipil) untuk jajaran Bimas
untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk (Bimbingan masyarakat) Katholik.
beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. 2) Ku r a ng t e r s e d i a nya r u a ng ke r ja ya
Dengan ayat-ayat itu ingin dikatakan : ng
a. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang representative.
beragama karena didasarkan atas Ketuhanan Yang 3) Kurangnya SDM (Sumber Daya Manusia).
Maha Esa. Oleh karena itu, orang harus beragama 4) Kurang tersedianya sarana prasarana/
atau berkepercayaan. fasilitas. e. Fungsi Urusan Agama:
b. Setiap warga Negara bebas memeluk dan menjalankan 1) Kurangnya alokasi dana untuk fungsi pelayan
ibadat sesuai dengan agama masing-masing. hidup beragama.
c. Setiap umat beragama wajib menghormati dan 2) Letak Geografis yang cukup luas (ada 22
member kebebasan pihak lain untuk melaksanakan kecamatan).
ibadatnya. 3) Masih banyaknya bangunan Gereja yang belum
d. Setiap agama dilarang memaksa seseorang atau ber- IMB (Izin Mendirikan Bangunan).
sekelompok untuk menganut agamanya. 4) Kurangnya ba nt ua n operasiona l lembaga
keagamaan.
Peningkatan mutu keberagamaan Katholik serta f. Fungsi Pendidikan Agama Katholik
pengembangan wawasan dan semangat kebangsaan (PAK)
yang kuat diharapkan menjadi sumbangan, bagian dari 1) Terbatasnya jumlah Guru PAK (Pendidikan Agama
upaya mewujudkan masyarakat Indonesia baru yang adil, Katholik).
makmur, cerdas, bersatu, dan bermartabat. Upaya tersebut 2) Belum tersedianya dana operasional
searah dengan kebijakan Pastoral Keagamaan Katholik di penyelenggaraan sertifikasi Guru dan Pengawas
Indonesia, mewujudkan Umat/Masyarakat Katholik yang PAK (Pendidikan Agama Katholik).
sepenuh-penuhnya beriman Katholik dan seutuh-utuhnya 3) Rendahnya pemahaman publik tentang PP. No. 55
berjiwa Indonesia (PGKI No. 16), melalui pengembangan Thn. 2007.
Kelompok Basis yang terbuka, berdialog, menuju 4) Belum adanya alokasi dana khusus bagi siswa
Indonesia Baru (SAGKI 2000), dalam upaya membangun miskin
habitus baru bangsa Indonesia (SAGKl 2005). Melalui (khusus yang beragama/ menggereja di
program dan kegiatan di bidang Urusan Agama Katholik. Katholik).
Diharapkan dapat tercipta Umat/ Masyarakat Katholik 5) Kurangnya sarana dan prasarana pendidikan
yang “seratus persen (100%) Katholik dan seratus persen (PAK: Pendidikan Agama/ Katholik) di
(100%) warga Negara Kesatuan Republik Indonesia lingkungan Kabupaten Landak.
(NKRI) yang Pancasilais dalam wadah negara Kesatuan
yang Ber-Bhineka Tunggal Ika” (Visi Ditjen Bimas Maka dari itu, penelitian yang akan saya lakukan ini
Katholik), menuju Indonesia yang maju, bersaudara, dan yang berkaitan dengan permasalahan di dalam lingkungan
bermartabat. Bimas (Bimbingan masyarakat) Katholik di Kantor
Perencanaan dan penganggaran merupakan suatu Kemenag Kabupaten Landak ini, bertujuan untuk
rangkaian kegiatan yang terintegrasi. Program yang akan meningkatkan peran serta Bimas (Bimbingan
dilaksanakan oleh Pemerintah wajib dituangkan dalam Masyarakat) Katholik dalam pembangunan nasional
suatu rencana kerja. Ketentuan tentang perencanaan ini melalui kegiatan bimbingan keagamaan dan penyuluhan
diatur dalam Undang-Undang (UU), Nomor: 25, Tahun: pembangunan melalui bahasa agama, serta pemberian
2004, Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan informasi dan pelaksanaan kerjasama dengan instansi/
Nasional pada Bimas Agama Katholik di Kantor Kemenag lembaga non-Katholik. Pada Bidang Tugas Bimbingan
(Kementerian Agama) Kabupaten Landak. Masyarakat Katholik (Bimas Katholik) di Kantor Kemenag
Pemberdayaan Umat Katholik diarahkan pada Kabupaten Landak (PMA: Peraturan Menteri Agama,
peningkatan peran Umat Katholik dalam kegiatan Nomor: 13 Tahun: 2012, pasal: 497, ayat: 3).
kemasyarakatan sebagai ungkapan dan perwujudan iman Maka Tugas, Pokok dan Fungsi (Tupoksi),
Katholik. Tetapi disetiap pelayanan juga terjadinya Penyelenggara Katholik adalah melakukan pelayanan dan
kekurangan di sana-sini/di setiap lini lembaga/organisasi bimbingan teknis, pembinaan serta pengelolaan data dan
yang berlindung di bawah Bimas (Bimbingan informasi di bidang Bimbingan masyarakat Katholik
masyarakat) Katholik, Kemenag Kabupaten Landak. (Bimas Katholik). Dari Tugas dan Pokok tersebut
Banyaknya permasalahan/ setiap kekurangan yang Penyelenggara Katholik melaksanakan 3
dihadapi Bimas (Bimbingan masyarakat) Katholik di Fungsi: Fungsi Kesekretariatan/ Administrasi, Fungsi
Kantor Kemenag (Kementerian Agama) Kabupaten Urusan Agama Katholik dan Fungsi Pendidikan Agama
Landak ini dibagi Katholik (PAK). Dari tupoksi diatas Penyelenggara
Katholik juga melaksanakan:
Charollus: Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik

a. Perumusan Visi dan Misi kebijakan teknis di bidang Katholik di Kantor Kemenag (Kementerian Agama)
Bimbingan Masyarakat (Bimas) Katholik. Kabupaten Landak.
b. Perencanaan program serta pengendalian dan
pengamanan teknis operasional di bidang Bimbingan Kegunaan Penelitian
masyarakat (Bimas) Katholik. a. Bagi (Bimas Katholik di Kantor Kemenag, Kabupaten
c. Pembinaan yang meliputi pemberian bimbingan, Landa
pelayanan, perijinan dan penyajian informasi yang k)
menyangkut data, serta pelaksanaan tugas. 1) Dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam
meningkatkan kualitas pelayanan publik melalui
Sesuai dengan Peraturan Presiden RI. Nomor 24 Tahun
Peraturan Menteri Agama (PMA), Nomor: 13,
2010 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan
Tahun 2012, Tentang Organisasi dan Tata Kerja
Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Kementerian
Instansi Vertikal Kementerian Agama (Kemenag)
Negara serta susunan organisasi tugas dan fungsi Eselon I
bagi masyarakat di Kabupaten Landak.
Kementerian Negara.dan Peraturan Menteri Agama (PMA)
2) Dapat digunakan sebagai tambahan masukan
No. 13 Tahun:
mengidentifikasi masalah serta alternatif-alternatif
2012, Tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi
pemecahan masalah dari hambatan dalam proses
Vertikal
penerapan Peraturan Menteri Agama (PMA),
Kementerian Agama. (Pasal:
397). Nomor:
Implementasi suatu program pada dasarnya adalah 13, Tahun: 2012, Tentang Organisasi dan Tata
untuk mengetahui bagaimana sebenarnya suatu kebijakan Kerja Instansi Vertikal Kementerian Agama
dioperasionalkan dan mempermasalahkan faktor-faktor (Kemenag) di Kabupaten Landak.
yang memengaruhi keberhasilan atau kegagalan kebijakan b. Bagi para pembuat kebijakan, pemerhati dan praktisi,
dalam mencapai tujuan dan sasaran. Di samping itu, untuk penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
mengetahui bagaimana hubungan suatu variabel tertentu pertimbangan dan masukan yang berkenaan dengan
terhadap keberhasilan implementasi suatu kebijakan. pelayanan publik.
Dari tupoksi (Tugas, Pokok dan Fungsi) Bimbingan c. Bagi masyarakat khususnya penggunaan layanan,
masyarat (Bimas) Katholik diatas, Penyelenggara Katholik penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana
di lingkungan Kantor Kemenag (Kementerian Agama), informasi mengenai Peraturan Menteri Agama
Kabupaten Landak ini juga melaksanakan: (PMA), Nomor:
a. Perumusan Visi dan Misi kebijakan teknis di bidang 13, Tahun 2012, Tentang Organisasi dan Tata Kerja
Bimbingan Masyarakat (Bimas) Katholik. Instansi Vertikal Kementerian Agama (Kemenag)
b. Perencanaan program serta pengendalian dan bagi Masyarakat/Umat Katholik di seluruh wilayah
pengamanan teknis operasional di bidang Bimbingan Kabupaten Landak itu.
Masyarakat (Bimas) Katholik. d. Manfaatnya: Studi Implementasi mengenai Peraturan
c. Pembinaan yang meliputi pemberian bimbingan, Menteri Agama (PMA), Nomor :13, Tahun 2012,
pelayanan, perizinan dan penyajian informasi yang Tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal
menyangkut data, serta pelaksanaan tugas. Kementerian Agama di lapangan bagi pengguna
layanan dan penyedia layanan adalah:
Rumusan Masalah 1) Dapat mengkritisi pelayanan publik yang
dilakukan oleh Kantor Kemenag (Kementerian
a. Bagaimana implementasi kebijakan Tugas, Pokok dan
Agama) tentang Bimbingan Masyarakat Katholik
Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik pada
(Bimas Katholik) di lingkungan Kabupaten Landak
Kantor Kemenag (Kementerian Agama) di Kabupaten
itu, dengan menggunakan teori-teori pada disiplin
Landak. Berdasarkan/ menurut (PMA: Peraturan
ilmu yang telah dipelajari.
Menteri Agama, Nomor 13 Tahun: 2012, pasal: 497
2) Dapat digunakan sebagai bahan pemikiran dan
ayat: 3)?
referensi bagi kegiatan penelitian selanjutnya yang
b. Faktor-faktor apa saja yang menjadi pendorong dan
berkenaan dengan pelayanan publik.
penghambat implementasi kebijakan dalam
e. Bagi para pembuat kebijakan, pemerhati dan praktisi,
pelaksanaan Tugas, Pokok dan Fungsi (Tupoksi)
penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
pada Bimas (Bimbingan Masyarakat) Katholik di
pertimbangan dan masukan yang berkenaan dengan
Kantor Kemenag (Kementerian Agama) Kabupaten
pelayanan publik.
Landak?
f. Bagi masyarakat khususnya penggunaan layanan,
Tujuan Penelitian penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana
informasi mengenai Studi Implementasi mengenai
a. Mendeskripsikan dan menganalisis implementasi
Peraturan Menteri Agama (PMA), Nomor: 13,
kebijakan pada Bimas Katholik di Kantor Kemenag
Tahun: 2012, Tentang Organisasi dan Tata Kerja
(Kementerian Agama), Kabupaten Landak.
Instansi Vertikal Kementerian Agama masyarakat di
b. Mendeskripsikan dan menganalisis hal apa saja yang
Kabupaten Landak.
menjadi pendorong implementasi kebijakan pada
Bimas
Charollus: Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik

g. Bagaimana implementasi Studi Implementasi sebagai pihak yang dilayani dan kepuasan atas kebijakan
mengenai tersebut
Peraturan Menteri Agama (PMA), Nomor :13,
Tahun:
2012, Tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi
Vertikal
Kementerian Agama di lapangan:
1) Untuk memberikan kepastian pelayanan yang
meliputi waktu, biaya, prosedur, dan cara
pelayanan;
2) Untuk memberikan informasi mengenai hak dan
kewajiban pengguna layanan, penyedia pelayanan,
dan stakeholders lainnya dalam keseluruhan
proses penyelenggaraan pelayanan;
3) Untuk mempermudah pengguna layanan, warga,
dan stakeholders lainnya mengontrol praktik
penyelenggaraan pelayanan;
4) Untuk mempermudah manajemen pelayanan
memperbaiki kinerja penyelenggaraan pelayanan;
5) Unt u k memba nt u ma najemen pelaya na n
mengidentifikasi kebutuhan, harapan, dan aspirasi
pengguna layanan dan stakeholders lainnya.

TINJAUAN
PUSTAKA

Kebijakan Publik
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai pelayanan
publik maka perlu adanya batasan antara privat dan publik.
Di dalam Teori Dozenman sebagaimana dikutip
Soeprapto (2002:
15) berpendapat bahwa semua organisasi bersifat sampai
pada suatu tingkat, yakni terbatas pada aktivitas ekonomi.
Selebihnya merupakan aktivitas publik karena otoritas
politik memengaruhi perilaku dan proses yang dijalankan
organisasi perusahaan.
Governance and Decentralization System (GDS) 2002,
salah satu institusi yang mengkaji implementasi pelayanan
publik keagamaan menemukan tiga masalah penting dalam
penyelenggaraan pelayan publik yaitu besarnya
diskriminasi pelayanan, tidak adanya kepastian pelayanan,
serta rendahnya tingkat kepuasan masyarakat terhadap
pelayanan publik. Penyelenggaraan pelayanan publik
sangat dipengaruhi oleh hubungan pertemanan, kesamaan
afiliasi politik, etnis dan agama.
Permasalahan pelayanan publik merupakan sebuah isu
yang senantiasa aktual untuk dikaji lebih lanjut. Hal
tersebut dikarenakan pelayanan publik sendiri
merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh
pemerintah berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Artinya untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat pemerintah harus meningkatkan kualitas
pelayanan publik terlebih dahulu.

Prinsip-Prinsip Kebijakan Publik


Kebijakan publik yang berorientasi pada kepentingan
orang banyak haruslah sesuai dengan tata cara yang sebaik
mungkin sesuai dengan peraturan formal yang berlaku. Hal
ini penting karena menyangkut kepuasan masyarakat
Charollus: Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik

merupakan kontribusi yang berarti bagi kelangsungan


instansi publik yang bersangkutan.
Sehubungan dengan hal tersebut, ada prinsip-prinsip
kebijakan publik yang harus diterapkan oleh aparatur
pemerintah sebagai pelayan publik sehingga diperoleh
suatu pelayanan yang memuaskan. Menurut Islamy (2000
: 5) dilihat dari aspek internal organisasi ada beberapa
prinsip pokok dalam memberikan kebijakan. Prinsip-
prinsip kebijakan publik tersebut antar lain:
a. Prinsip aksesibilitas, yaitu bahwa pada hakekatnya
setiap jenis pelayanan harus dapat dijangkau oleh
setiap pengguna pelayanan. Tempat, jarak, dan sistem
pelayanan harus sedapat mungkin dekat dan mudah
dijangkau oleh pengguna pelayanan.
b. Prinsip kontinuitas, yaitu bahwa setiap jenis
pelayanan harus secara terus- menerus tersedia bagi
masyarakat dengan kepastian dan kejelasan ketentuan
yang berlaku bagi proses pelayanan tersebut.
c. Prinsip teknikalitas, yaitu bahwa setiap jenis
pelayanan proses pelayanannya harus ditangani oleh
tenaga yang benar-benar memahami secara teknis
pelayanan tersebut berdasarkan kejelasan, ketepatan
dan kemantapan sistem, prosedur dan instrumen
pelayanan.
d. Prinsip profitabilitas, yaitu bahwa proses pelayanan
pada akhirnya harus dapat dilaksanakan secara
efektif dan efisien serta memberikan keuntungan
ekonomi dan sosial baik bagi pemerintah maupun
masyarakat luas.
e. Prinsip akuntabilitas, yaitu bahwa proses, produk
dan mutu pelayanan yang telah diberikan harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat, karena
aparat pemerintah itu pada hakekatnya mempunyai
tugas memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya
kepada masyarakat.

Agar masyarakat dapat merasakan kepuasan atas


pelayanan publik yang diberikan perlu terus diupayakan
peningkatan mutu pelayanan tersebut, menurut Kotler
dalam Zauhar (2001:9) upaya untuk meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat tersebut harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Tempat: Penataan fisik dalam organisasi harus
menurut pada pelayanan yang cepat dan efisien. Tata
letak meja dan arus keluar masuk pegawai harus ditata
rapi, antrean nasabah hendaknya tidak terlalu panjang.
b. Pegawai: Pegawai harus sibuk, mempunyai sikap
ramah dan cekatan dalam melayani masyarakat.
c. Peralatan: Peralatan yang digunakan hendaknya
merupakan peralatan canggih untuk menunjang
pelayanan yang lebih cepat dan efisien.
d. Bahan komunikasi: Bahan komunikasi harus ditata
dengan efisien.
e. Lambang: Suatu organisasi harus memiliki nama dan
lambang bagi pelayanannya.
f. Harga atau biaya: Hendaknya biaya pelayanan
disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.
Charollus: Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik

Menurut Moenir (2002: 47) pelayanan publik yang politik berkenaan dengan tujuan yang telah dipilih beserta
secara umum didambakan adalah: cara-cara untuk mencapainya dalam suatu situasi di mana
a. Adanya kemudahan dalam pengurusan kepentingan keputusan-keputusan itu pada prinsipnya masih berada
dengan pelayanan yang cepat. dalam batas-batas kewenangan kekuasaan dari para aktor
b. Memperoleh pelayanan yang wajar tanpa gerutuan, tersebut (Jenkins dalam Abdul Wahab, 1990: 4)”.
sindiran atau dengan kata lain semacam itu yang Menurut pandangan Moenir (2002:197) agar pelayanan
nadanya mengarah pada permintaan sesuatu, baik tersebut dapat memuaskan orang atau sekelompok orang
untuk alasan dinas atau untuk kesejahteraan. yang dilayani, maka pelaku yang bertugas melayani harus
c. Mendapatkan perlakuan yang sama dalam pelayanan memenuhi kriteria antar lain: a) tingkah laku yang sopan,
terhadap kepentingan yang sama. b) cara penyampaian sesuatu berkaitan dengan apa yang
d. Pelayanan yang jujur dan terus seharusnya diterima oleh orang yang bersangkutan c)
terang. waktu penyampaian yang tepat dan, d). keramahtamahan.
Agar masyarakat dapat merasakan kepuasan atas
Makna Kebijakan Publik pelayanan publik yang diberikan perlu terus diupayakan
Kebijakan dapat diartikan sebagai arah tindakan yang peningkatan mutu pelayanan tersebut, menurut Kotler
mempunyai tujuan yang diambil oleh aktor atau sejumlah dalam Zauhar (2001:9) upaya untuk meningkatkan
aktor dalam mengatasi suatu masalah atau persoalan pelayanan kepada masyarakat tersebut harus
(Winarno, 2002: 31). Ada beberapa pendekatan dalam memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
studi kebijakan publik, dan salah satunya adalah a. Tempat: Penataan fisik dalam organisasi harus
pendekatan kelembagaan. Suatu kebijakan tidak menjadi menurut pada pelayanan yang cepat dan efisien. Tata
suatu kebijakan publik sebelum kebijakan itu ditetapkan letak meja dan arus keluar masuk pegawai harus ditata
dan dilaksanakan oleh suatu lembaga pemerintah. rapi, antrean nasabah hendaknya tidak terlalu panjang.
Lembaga-lembaga pemerintah memberi dua karakteristik b. Pegawai: Pegawai harus sibuk, mempunyai sikap
yang berbeda terhadap kebijakan publik (Winarno, 2002: ramah dan cekatan dalam melayani masyarakat.
42–43). c. Peralatan: Peralatan yang digunakan hendaknya
Pertama, pemerintah memberi legitimasi kepada merupakan peralatan canggih untuk menunjang
kebijakan-kebijakan. Kebijakan-kebijakan pemerintah pelayanan yang lebih cepat dan efisien.
secara umum dipandang sebagai kewajiban yang sah d. Bahan komunikasi. Bahan komunikasi harus ditata
yang menuntut loyalitas warga negara. Rakyat mungkin dengan efisien.
memandang kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh e. Lambang, suatu organisasi harus memiliki nama dan
kelompok-kelompok dan asosiasi-asosiasi lain dalam lambang bagi pelayanannya.
masyarakat. Tetapi hanya kebijakan-kebijakan pemerintah f. Harga atau biaya Hendaknya biaya pelayanan
sajalah yang membutuhkan kewajiban-kewajiban yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.
sah.
Kedua, kebijakan-kebijakan pemerintah memerlukan Implementasi Kebijakan Publik
formalitas/secara resmi Hanya kebijakan-kebijakan James P. Lester dan Joseph Stewart (dalam Winarno,
pemerintah yang menjangkau dan dapat menghukum 2002: 101) menjelaskan konsep implementasi kebijakan
secara sah orang-orang yang melanggar kebijakan tersebut. sebagai alat administrasi hukum di mana berbagai aktor,
Dengan demikian, kebijakan yang dilahirkan oleh organisasi, prosedur, dan teknik yang bekerja bersama-
pemerintah mempunyai kemampuan membuat sama untuk menjalankan kebijakan guna meraih dampak
kebijakan yang mengatur seluruh masyarakat dan atau tujuan yang diinginkan. Sementara itu, Van Meter dan
memonopoli penggunaan kekuatan secara sah yang Van Horn (dalam Winarno, 2002: 102) membatasi
mendorong individu-individu dan kelompok membentuk implementasi kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang
pilihan-pilihan mereka dalam kebijakan. Kebijakan yang dilakukan oleh individu-individu (atau kelompok)
lahir juga harus dianalisis, karena dengan melakukan itu, pemerintah ataupun swasta yang diarahkan untuk
maka para analisis kebijakan dapat memproduksi informasi mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam
mengenai nilai-nilai dan serangkaian tindakan yang dipilih keputusan kebijakan sebelumnya. Perlu ditekankan di sini
(Dunn, 2000: 97). adalah bahwa tahap implementasi kebijakan tidak akan
Kebijakan menurut Laswell dan Kaplan (dalam Islamy, dimulai sebelum tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran
1988: 17) adalah suatu program pencapaian tujuan, ditetapkan atau diidentifikasi oleh keputusan- keputusan
nilai-nilai dan praktek-praktek yang terarah. Akan tetapi kebijakan.
dewasa ini istilah kebijaksanaan lebih sering dan secara Implementasi suatu program pada dasarnya adalah
luas dipergunakan dalam kaitannya dengan tindakan- untuk mengetahui bagaimana sebenarnya suatu kebijakan
tindakan atau kegiatan-kegiatan pemerintah serta dioperasionalkan dan mempermasalahkan faktor-faktor
perilaku negara pada umumnya (Johnson dalam Abdul yang memengaruhi keberhasilan atau kegagalan kebijakan
Wahab, 1990: 13). Definisi lain menyebutkan bahwa:
“Kebijaksanaan negara adalah serangkaian keputusan
yang saling berkaitan yang diambil oleh seorang aktor
politik atau sekelompok aktor
Charollus: Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik

dalam mencapai tujuan dan sasaran. Di samping itu, untuk 2) Melaksanakan (application) program dengan
mengetahui bagaimana hubungan suatu fokus penelitian mendayagunakan struktur-struktur dan personalia,
terhadap keberhasilan implementasi suatu kebijakan. dana serta sumber-sumber lainnya, prosedur dan
Implementasi kebijakan publik itu sesungguhnya metode yang tepat.
bukanlah sekedar bersangkut paut dengan mekanisme 3) Membangun sistem penjadwalan, monitoring dan
penjabaran keputusan-keputusan politik ke dalam sarana-sarana pengawasan yang tepat guna serta
prosedur- prosedur rutin lewat saluran-saluran birokrasi, evaluasi (hasil) pelaksanaan kebijakan (Tachjan,
melainkan lebih dari itu, ia menyangkut masalah konflik, 2006:35) dikutip dari buku Teori Implementasi.
keputusan dan siapa yang memperoleh apa dari suatu
kebijaksanaan (Grindle dalam Abdul Wahab, 1990 : 59). Menurut Hukum Negara Republik Indonesia UUD
Grindle (dalam Wibawa, 22: 1990) berpendapat bahwa 1945 pasal 29 ayat 1 dan 2 Dalam UUD 45 pasal 29 ayat
keberhasilan implementasi dipengaruhi oleh dua hal, yaitu: 1 dan
content of policy dan contexts of policy. Content of policy 2 ditulis:
(kebijakan publik) berisi enam variabel, yaitu: 1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa
a. Kepentingan yang dipengaruhi oleh 2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk
kebijakan, b. Tipe keuntungan dan kebijakan, untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk
c. Tingkat perubahan yang beribadat menurut Agama-Nya dan Kepercayaan-Nya
diharapkan d. Kedudukan pembuatan itu.
kebijakan,
Dengan ayat-ayat itu ingin dikatakan :
e. Implementor
a. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang
program
beragama karena didasarkan atas Ketuhanan Yang
f. Sumber daya yang
Maha Esa. Oleh karena itu, orang harus beragama
dikerahkan.
atau berkepercayaan.
Kotler dalam Soeprapto (2002:18) memberikan b. Setiap Warga Negara Indonesia (WNI) bebas
pengertian jasa adalah “setiap tindakan atau kegiatan yang memeluk dan menjalankan ibadat sesuai dengan
ditawarkan oleh suatu pihak lain, pada dasarnya tidak agama masing- masing.
berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun c. Setiap umat beragama wajib menghormati dan
kebijakan publiknya”. member kebebasan pihak lain untuk melaksanakan
Ada beberapa pakar yang memberikan definisi ibadatnya.
mengenai kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan. d. Setiap agama dilarang memaksa seseorang atau
Oleh Engel (dalam Soeprapto, 2002: 33) menyatakan sekelompok untuk menganut agamanya.
bahwa kepuasan pelanggan merupakan evaluasi purnabeli
dimana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya sama Ajaran/Pandangan Gereja Katholik
atau melampaui harapan pelanggan. Sedangkan Dari Kitab Suci/Alkitab
ketidakpuasan akan timbul apabila hasil (outcomes) tidak
Dalam Kitab Suci/Alkitab, khususnya Kitab suci
memenuhi harapan. Kotler (dalam Soeprapto, 2002: 33)
Perjanjian Lama, diceritakan bahwa bangsa terpilih sering
menjelaskan bahwa kepuasan pelanggan adalah “the level
kali menghayati rasa satu bangsa, satu Tuhan, satu negeri,
of person’s state resulting from comparing a product’s
satu tempat ibadat, dan satu tata hokum (lihat. UI. 12).
perceived performance (or outcomes) in relation to the
Dari sejarahnya ternyata ketika mereka bersatu, mereka
person’s expectations”. Unsur utama dari kepuasan
menjadi kuat, sanggup mengalahkan musuh dan
pelanggan adalah kinerja yang dihasilkan oleh
menjadikan dirinya bangsa yang jaya. Tetapi, ketika
perusahaan dan harapan setiap pelanggan. Dengan
mereka tidak bersatu, mereka menjadi bangsa yang tak
demikian dalam kepuasan pelanggan terkandung pula
berdaya dan tiap kali secara gampang dikalahkan oleh
adanya evaluasi sebagaimana dinyatakan oleh Wilkie
musuh-musuh mereka.
(dalam Soeprapto,
Kitab Suci/Alkitab menceritakan bahwa ketika mereka
2002:33-34) bahwa kepuasan pelanggan sebagai suatu
dari Mesir memasuki tanah Kanaan di bawah pimpinan
tanggapan emosional pada evaluasi terhadap pengalaman
Yosua, mereka sungguh bersatu dan dapat merebut Tanah
konsumsi suatu produk atau jasa. Dengan demikian dapat
Terjanji itu. (lih. Yos 6: 1–15. 63). Ketika mereka sudah
disimpulkan bahwa kepuasan pelanggan pada dasarnya
menempati Tanah Terjanji dan membagi-baginya menurut
mencakup perbedaan antara harapan dan kerja atau yang
suku-suku keturunan Yakub, mereka lama kelamaan
dirasakan.
terpecah dan menjadi lemah. Pada saat-saat lemah itu,
Menurut Tachjan (2006: 26) dikutip dari buku Teori
mereka sudah untuk dikalahkan oleh musuh-musuhnya.
dan
Mereka pernah bersatu di bawah pimpinan raja Daud dan
Implementasi menjelaskan tentang unsur-unsurnya.
menjadi bangsa yang kuat dan jaya. Kemudian mereka
a. Program dalam konteks implementasi terdiri dari
terpecah lagi dan menjadi bangsa yang lemah.
beberapa tahap yaitu:
Pada saat Mesias/Tuhan Yesus Kristus datang, mereka
1) Merancang bangun (design) program beserta
bahkan sudah dijajah oleh bangsa Romawi, karena mereka
perincian tugas dan perumusan tujuan yang jelas,
lemah dan terpecah belah. Ketika Tuhan Yesus Kristus
penentuan ukuran prestasi yang jelas serta biaya
dan waktu.
Charollus: Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik

ingin mempersatukan mereka dalam suatu Kerajaan dan Imam/Romo/ Pastor Katholik merupakan
Bangsa yang baru yang bercorak rohani, Tuhan Yesus “penolong dan organ Para Uskup Diosesan/
Kristus mengeluh bahwa betapa sulit untuk Uskup Sufragan” (Lumen Gentium) Di dalam
mempersatukan bangsa ini. Mereka seperti anak-anak
ayam yang kehilangan induknya (lihat. Mat, 23: 37 38).
Tuhan Yesus Kristus sendiri, bahkan berusaha untuk
menyapa suku yang dianggap bukan Yahudi lagi seperti
orang-orang Samaria. Kita tentu masih ingat akan sapaan
dan dialog Tuhan Yesus Kristus dengan wanita Samaria di
sumur Yakub.

Dasar, Struktur, Fungsi dan Corak


Kepemimpinan
(Hierarki) dalam Gereja Katolik
a. Struktur Kepemerintahan Hierarki di dalam Gereja
Katholik di seluruh dunia:
1) Paus/ Patriarch Vatican
Konsili Vatikan II menegaskan: “Adapun dewan
atau badan para uskup hanyalah berwibawa, bila
bersatu dengan imam agung di Roma, pengganti
Petrus, sebagai kepalanya dan selama kekuasaan
primatnya terhadap semua baik para gembala
maupun kaum beriman, tetap berlaku seutuhnya.”
Sebab Bapak Gembala Tertinggi yang berpusat di
Negara-Gereja, Vatican berdasarkan tugasnya,
yakni sebagai wakil Tuhan Yesus Kristus sendiri
dan Pemimpin Tertinggi Gereja Katholik Se-
Dunia, mempunyai kuasa penuh, tertinggi dan
universal terhadap Gereja dan kuasa itu selalu
dapat dijalankan dengan bebas.
Tuhan Yesus Kristus sendiri yang telah
mengangkat Santo/ Rasul Petrus menjadi
pemimpin para rasul. Paus/ Patriarch pengganti
Petrus, adalah pemimpin para Uskup.
2) Uskup/ Episkopos (yang bergelar Monsignyor
atau
Diocessan
)
Konsili Vatikan II merumuskan dengan jelas:
“Masing-masing uskup menjadi asas dan dasar
kelihatan bagi kesatuan dalam Gerejanya”. Tugas
pokok, dan fungsi (Tupoksi) seorang Uskup
Diosesan/Uskup Sufragan adalah mempersatukan
dan mempertemukan umat. Tugas pemersatu itu
dibagi menjadi tiga khusus yakni: tugas
pewartaan, perayaan dan pelayanan. Tugas utama
para uskup adalah pewartaan Injil. Uskup yaitu
memimpin umat dalam kalangan pastoral
Keuskupan.
3) Pembantu Uskup: Imam/ Romo/ Pastor dan
Diakon/
Frate
r
a) Para Imam/ Romo/ Pastor adalah wakil Uskup
(yang bergelar Monsignyor/Diocessan) di
setiap jemaat setempat. Tugas konkret para
imam adalah pewartaan, perayaan dan
pelayanan umat. Para imam ditahbiskan untuk
mewartakan Injil dan menggembalakan umat
beriman.
Charollus: Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik

Gereja Katholik ada imam Diosesan (sebutan


yang sering dipakai imam praja/ Pr) dan imam
religius (ordo atau kongregasi). Imam/ Romo/
Pastor Diosis adalah Imam/ Romo/ Pastor
Keuskupan (Diosis) yang terikat dengan salah
satu keuskupan tertentu dan tidak termasuk
ordo atau kongregasi tertentu. Imam/ Romo/
Pastor religius (misalnya: SJ, MSF, OFM, dan
sebagainya) adalah imam yang tidak terikat
dengan keuskupan tertentu, melainkan lebih
terikat pada aturan ordo atau kongregasinya.
b) Para Diakon/Frater, tingkat hierarki yang
lebih rendah terdapat para diakon yang
ditumpangi tangan bukan untuk imamat,
melainkan untuk pelayanan. Diakon adalah
pembantu Uskup/ Episkopos dan Romo/
Pastor/ Imam dalam pelayanan terhadap
umat beriman. Mereka ditahbiskan untuk
mengambil bagian dalam imamat jabatan.
Karena tahbisannya ini, maka seorang diakon
masuk dalam kalangan hierarki. Di Gereja
Katholik ada 2 macam Diakon, yaitu:
1) mereka yang dipersiapkan untuk menerima
tahbisan Imam/ Romo/ Pastor. 2) mereka yang
menjadi Diakon untuk seumur hidupnya tanpa
menjadi Imam.
Catatan: “Kardinal”, Kardinal bukan jabaran
hierarkis dan tidak termasuk struktur hierarkis.
Kardinal adalah penasehat Paus/ Patriarch Vatican
dan membantu Paus/ Patriarch Vatican dalam tugas
reksa harian seluruh Gereja. Mereka membentuk
suatu dewan Kardinal. Jumlah dewan yang berhak
memilih Paus dibatasi 120 orang yang di bawah usia
80 tahun. Seorang Kardinal dipilih oleh Paus/
Patriarch Vatican secara bebas. Kardinal adalah
merupakan gelar kehormatan. Kata “kardinal”
berasal dari kata Bahasa Latin”cardo” yang berarti
“engsel”, dimana seorang Kardinal dipilih menjadi
asisten-asisten kunci dan penasehat dalam berbagai
urusan gereja. Kardinal dapat dipilih dari kalangan
Imam ataupun Uskup. Di Indonesia telah ada
2 orang Kardinal, yaitu Yustinus Kardinal
Darmojuwono
Pr (alm.) dan Julius Kardinal Darmaatmaja
SJ.
b. Fungsi Khusus Hierarki/ Struktural Gereja.
Fungsi khusus hierarki Gereja Katholik
adalah:
1) Menjalankan tugas gerejani yakni tugas-tugas
yang secara langsung dan eksplisit menyangkut
kehidupan beriman Gereja seperti melayani
sakramen-sakramen, mengajar agama dan
sebagainya.
2) Menjalankan tugas kepemimpinan dalam
komunikasi iman. Hierarkis mempersatukan umat
dalam iman dengan petunjuk, nasihat dan teladan.
c. Corak Kepemimpinan dalam Gereja
1) Kepemimpinan dalam Gereja merupakan suatu
panggilan khusus, dimana campur tangan Tuhan
merupakan unsur yang dominan. Oleh sebab itu,
kepemimpinan dalam Gereja tidak diangkat oleh
Charollus: Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik

manusia berdasarkan suatu bakat, kecakapan atau Tegasnya, dewan para Uskup / Episkopos
prestasi tertentu. Kepemimpinan dalam Gereja (Monsignyor) menggantikan dewan para rasul.
tidak diperoleh oleh kekuatan manusia sendiri. Yang menjadi pimpinan Gereja adalah dewan para
“Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah uskup. Seseorang diterima menjadi uskup karena
yang memilih kamu”. Kepemimpinan dalam diterima ke dalam dewan itu. Itulah Tahbisan
masyarakat dapat diperjuangkan oleh manusia, uskup, “Seorang menjadi anggota dewan para
tetapi di dalam Gereja tidaklah demikian. Uskup Diosesan dengan menerima tahbisan
2) Kepemimpinan dalam Gereja bersifat mengabdi sakramental dan berdasarkan persekutuan
dan melayani dalam arti semurni-murninya, hierarkis dengan kepada maupun para anggota
walaupun ia sungguh mempunyai wewenang dewan” (LG, No: 22). Sebagai sifat kolegial
yang berasal dari Kristus sendiri. Kepemimpinan (dalam bahasa Latin disebut dengan Colletive
gerejani adalah kepemimpinan untuk melayani, Colegial) ini, tahbisan uskup belalu dilakukan
bukan untuk dilayani. Kepemimpinan untuk oleh paling sedikit tiga uskup, sebab tahbisan
menjadi orang yang terakhir bukan yang pertama. uskup berarti bahwa seorang anggota baru
Kepemimpinan untuk mencuci kaki sesama diterima kedalam dewan para Uskup (LG: Lumen
saudara. Gentium).
3) Kepemimpinan hierarki berasal dari Tuhan, maka
Untuk itu Gereja Katholik memperjuangkan
tidak dapat dihapus oleh manusia.
pembaharuan politik dengan menekankan :
4) Hierarki di dalam Gereja Katholik, secara
a. Perubahan politik citra dan politik uang menjadi
Administrasi
Publik: politik kompetensi dan pengabdian.
Menurut Ajaran resmi Gereja struktur Hierarki b. Perubahan politik sektarian dan premordialis menjadi
termasuk hakikat kehidupan-nya juga. Perutusan politik yang terbuka dan pluralistik.
ilahi, yang dipercayakan Kristus kepada para rasul c. Perubahan dari “politik top down” menjadi “politik
itu, akan berlangsung sampai akhir zaman (lihat bottom up”.
Injil Matius 28:20). Sebab Injil, yang harus d. Perubahan dari politik struktural authoritatif menjadi
mereka wartakan, bagi Gereja merupakan asas politik konstitusional fungsional dan demokratis.
seluruh kehidupan untuk selamanya. Maka dari e. Peranan setiap komponen dalam Gereja
itu dalam himpunan yang tersusun secara Untuk mewujudkan perubahan tersebut di atas, setiap
hierarkis yaitu para Rasul telah berusaha anggota Gereja perlu berperan aktif sebagai “garam
mengangkat para pengganti mereka. Maka, dan terang dunia”, sesuai tugas serta tanggung jawab,
Konsili mengajarkan bahwa “atas penetapan situasi dan kemampuannya masing-masing, serta
ilahi para uskup menggantikan para rasul sesuai aturan yang berlaku. Dalam hal ini semua
sebagai gembala Gereja ”Kepada mereka itu para anggota Gereja Katholik dikelompokkan dalam tiga
Rasul berpesan, agar mereka menjaga seluruh komponen, yaitu: kaum Klerus (untuk para biarawan-
kawanan, tempat Roh Kudus mengangkat mereka biarawati) dan kaum awam/ Umat Katholik itu
untuk menggembalakan jemaat Allah Pengganti sendiri. Semua komponen dapat dan perlu
meraka yakni, para Uskup, dikehendaki-Nya memaiankan peranannya sesuai hak dan
menjadi gembala dalam Gereja-Nya hingga akhir kewajibannya sebagai warga masyarakat/negara dan
jaman (LG serentak warga Gereja. Selain itu secara khusus kaum
18). Klerus (untuk Para Biarawan dan Biarawati) berperan
Struktur Hierarkis Gereja yang sekarang terdiri secara formatif dan tak langsung, sebagai pembina,
dari dewan para Uskup dengan Paus/ Patriarch pengawal dan pengontrol, sedangkan kaum awam
sebagai kepalanya, dan para imam serta diakon berperan secara praktis dan langsung, sebagai politisi,
sebagai pembantu uskup. pemimpin eksekutif dan birokrat.
5) Dewan Para Uskup Agung/ Archbishop’s d. Tujuan Kebijakan Bimas (Bimbingan Masyarakat)
(Kardinal/ Metropolitan dari seluruh dunia Katholik di lingkungan Kantor Kemenag
yang berkedudukan di dalam Kuriae Romano): (Kementerian Agama), Kabupaten Landak
Pada akhir zaman Gereja perdana, sudah diterima Perumusan Visi - Misi, arah kebijakan, dan program
cukup umum bahwa para Uskup/ Episkopos di bidang Urusan Agama Katholik bertujuan :
adalah pengganti para rasul, seperti juga 1) Memberi gambaran komperehensif tentang
dinyatakan dalam Konsili Vatikan II. Tetapi hal penyelenggaraan urusan agama Katholik dalam
itu tidak berarti bahwa hanya ada dua belas uskup kerangka pelaksanaan tugas dan fungsinya sesuai
(karena duabelas rasul). Disini dimaksud bukan kebijakan Direktur Jenderal Bimbingan
rasul satu persatu diganti oleh orang lain, tetapi Masyarakat (Bimas) Katholik
kalangan para rasul sebagai pemimpin Gereja
diganti oleh kalangan para uskup. hal tersebut juga
di pertegas dalam Konsili Vatikan II.
Charollus: Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik

2) Sebagai acuan dalam perencanaan, pelaksanaan, yang beragama Katholik di seluruh wilayah
dan evaluasi program dan kegiatan di bidang Kabupaten
Urusan Agama Katholik di lingkungan Ditjen Landak
Bimas Katholik. sendiri).
3) Sebagai pedoman dalam mewujudkan kerjasama b. Kelompok Layanan Barang yaitu layanan yang
dengan mitra kerja Ditjen Bimas Katholik di menghasilkan berbagai bentuk / jenis yang digunakan
bidang Urusan Agama Katholik. oleh publik. Misalnya jaringan telepon, penyediaan
tenaga listrik, air bersih dan sebaginya. (Bagi yang
Menurut salah satu kajian yang dilakukan oleh Komisi beragama Katholik di seluruh wilayah Kabupaten
Hukum Nasional (KHN), pelayanan publik diartikan Landak sendiri).
sebagai: “suatu kewajiban yang diberikan oleh konstitusi c. Kelompok Layanan Jasa yaitu layanan yang
atau Undang– Undang (UU) kepada pemerintah untuk menghasilkan berbagai jasa yang dibutuhkan oleh
memenuhi hak–hak dasar warga Negara atau penduduk publik. Misalnya pendidikan, pemeliharaan
atas suatu layanan (publik/ Masyarakat Katholik)”. kesehatan, penyelenggaraan transportasi, pos dan
Pengertian menurut KHN ini secara tegas menekankan sebagainya. (Bagi yang beragama Katholik di seluruh
bahwa pelayanan publik merupakan kewajiban wilayah Kabupaten Landak sendiri).
pemerintah (Negara Republik Indonesia). Batasan ini
berbeda dengan batasan yang diberikan oleh Menpan R.B Dalam penyelenggaraannya, pelayanan publik dilandasi
(Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi dengan prinsip–prinsip yang tercantum dalam NPM (New
Birokrasi) yang mendefinisikan pelayanan publik hanya Public Management) dan NPS (New Public Service).
sebagai kegiatan instansi pemerintah. Prinsip– prinsip itu adalah :
Pada hakekatnya pelayanan publik merupakan amanat a. Memperoleh penanganan urusan–urusannya secara
dari rakyat kepada pemerintah. Oleh sebab itu pemahaman tidak memihak, adil dan dalam waktu yang wajar.
mengenai pelayanan publik haruslah dipahami secara b. Hak untuk didengar sebelum tindakan individual
benar. Pemahaman tersebut harus dijadikan sebagai dasar apapun yang akan merugikan dirinya diputuskan.
kegiatan guna meningkatkan akuntabilitas pelayanan. c. Hak atas akses untuk memperoleh berkas milik
Kebijakan pelayanan publik harus bersifat menghormati, pribadi dengan tetap menghormati kepentingannya
melindungi dan memenuhi hak–hak dasar manusia. yang sah atas kerahasiaan dan atas kerahasiaan
Menurut Jim St. George (2003:48), pengertian hak–hak profesionalitasnya.
dasar tersebut sebagai hak ekonomi, sosial dan budaya, d. Kewajiban pihak Aparatur Negara untuk memberikan
yakni hak–hak dasar yang harus dipenuhi oleh setiap alasan–alasan yang mendasari keputusannya.
individu untuk membebaskan dirinya dari kemiskinan, e. Memperoleh ganti rugi yang ditimbulkan oleh
keterasingan dan keterbelakangan. Termasuk di dalamnya lembaga atau aparatur pemerintah yang menjalankan
adalah hak untuk memperoleh makanan, pakaian, tugasnya.
pendidikan, kesehatan, perumahan dan pekerjaan. Selain prinsip, pelayanan publik juga memiliki
Penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak–hak beberapa asas yang perlu untuk diterapkan dalam
dasar itulah yang harus menjadi prioritas terpenting dari pemberian pelayanan. Adapun asas dari pelayanan publik
pemerintah dalam menetapkan anggaran publik sebagai tersebut adalah:
produk kebijakan. a. Transparansi
Permasalahan pelayanan publik ini juga tercantum Transparansi disini berarti pelayanan publik bersifat
dalam lampiran ke 3 Keputusan Menpan No. 63/Kep./M. terbuka yaitu mudah untuk diakses oleh semua orang
PAN/7/2003, paragraf 1 butir: c, tentang Pedoman Umum yang membutuhkan pelayanan.
Penyelenggaraan Pelayanan Publik. Pelayanan publik oleh b. Akuntabilitas
pemerintah tentang Kementerian Agama (Kemenag) dan Adanya pertanggung jawaban yang bersifat bottom
Aparatur Publik yang lainnya itu dibedakan menjadi tiga up. Artinya ada pertanggung jawaban dari penyedia
sebagai berikut: layanan kepada pengguna layanan yang dilaksanakan
a. Kelompok Layanan Administratif, yaitu layanan yang sesuai peraturan perundang–undangan.
menghasilkan bentuk dokumen resmi yang c. Kondisional
dibutuhkan oleh publik. Misalnya: status Sesuai dengan kemampuan dan kesanggupan pemberi
kewarganegaraan,sertifikat kompetensi, kepemilikan dan penerima layanan namun tetap berpegang
dan penguasaan terhadap suatu barang dan terhadap prinsip efisiensi dan efektifitas.
sebagainya. Dokumen-dokumen iniantara lain: d. Keseimbangan hak dan kewajiban
Kartu Tanda Penduduk (KTP), akte kelahiran, Artinya penyedia layanan dan pengguna layanan
keterangan kematian, Buku Kepemilikan kendaraan harus memiliki hak dan kewajiban masing–masing.
Bermotor (BPKB), Surat Ijin Mengemudi (SIM), e. Kesamaan hak
Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK), Ijin Tidak ada tindakan diskriminatif dalam pemberian
MendirikanBangunan (IMB),paspor,sertikat layanan. Artinya pemberian layanan tidak
kepemilikan/ penguasaan tanah dan sebagainya. membedakan agama, ras, suku bangsa dan golongan.
(Bagi f. Partisipatif
Charollus: Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik

Asas partisipatif mendorong peran masyarakat dalam


proses pelayanan publik. Dengan lebih
memperhatikan
Charollus: Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik

aspirasi, kebutuhan serta harapan masyarakat Fungsi Kesekretariatan/ Administrasi, Fungsi Urusan
terhadap perbaikan pelayanan. Agama
Untuk meningkatkan kualitas masyarakat maka Katholik dan Fungsi Pendidikan Agama Katholik
(PAK).
dibutuhkan sebuah tolls (alat pemerintahan negara) untuk
Dari tupoksi di atas Penyelenggara Katholik juga
mencapai hal tersebut. Adapun cara yang dapat dilakukan
melaksanakan :
untuk mewujudkan hal tersebut adalah dengan
a. Perumusan Visi dan Misi kebijakan teknis di bidang
melembagakan program Kementerian Agama (Kemenag).
Bimbingan Masyarakat (Bimas) Katholik.
Tugas, Pokok dan Fungsi (Tupoksi) Bimas (Bimbingan
Masyarakat) Katholik, di Kantor Kemenag (Kementerian b. Perencanaan program serta pengendalian dan
Agama) Kabupaten Landak. Dalam Peraturan Menteri pengamanan teknis operasional di bidang Bimbingan
Agama Rl (PMA), Nomor:10, Tahun: 2010 , tentang masyarakat (Bimas) Katholik.
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama RI, c. Pembinaan yang meliputi pemberian bimbingan,
ditegaskan bahwa Direktorat Urusan Agama Katholik pelayanan, perijinan dan penyajian informasi yang
(DITJENBIMAS Katholik) mempunyai tugas: menyangkut data, serta pelaksanaan tugas.
“melaksanakan perumusan kebijakan, pelaksanaan Pelayanan publik dan implementasi bagi Masyarakat/
kebijakan, standarisasi, pemberian bimbingan teknis dan Umat Katholik tentunya tidak bisa dilepaskan dari proses
evaluasi di bidang urusan agama Katholik” (Pasal 514). perencanaan yang matang. Undang-Undang (UU) Nomor:
Dalam melaksanakan tugas, tersebut, Direktorat Urusan 25, Tahun: 2004 tentang Sistem Perencanaan
Agama Katholik menyelenggarakan fungsinya Pembangunan Nasional menyebutkan bahwa Perencanaan
berdasarkan Tugas Bimas Katholik (Peraturan Menteri adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa
Agama (PMA), Nomor 13, Tahun: 2012, pasal: depan yang tepat, melalui urutan pilihan dengan
497, ayat: 3). memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dalam
Dari pandangan Bimas Katholik ini, menunjukkan kaitan dengan Program Bimbingan Masyarakat (Bimas)
bahwa penerapan implementasi organisasi dan tata kerja Katholik, perencanaan anggaran yang baik mutlak
intansi vertikal yang religius di Kantor Kementerian diperlukan di dalam mengelola sumber daya yang tersedia
Agama (Kemenag) di Kabupaten Landak, berdasarkan terutama berasal dari APBN (Anggaran Pendapatan dan
PMA (Peraturan Menteri Agama), Nomor: 13, Tahun: Belanja Negara) untuk memberikan pelayanan yang
2012 telah membawa banyak perubahan menyangkut tata terbaik bagi masyarakat/ Umat Katholik. Tetapi juga masih
cara dan prosedur pelayanan serta nilai dan etika ada kendala/ permasalahan yang terjadi di dalam Program
pelayanan. Dengan diterapkannya kontrol pelayanan Bimbingan Masyarakat (Bimas) Katholik dan apa solusinya,
menjadikan pelayanan prima sebagaimana tujuan yang berdasarkan Tugas Bimas Katholik (Peraturan Menteri
ingin dicapai dalam rangka memberikan kepuasan Agama (PMA), Nomor 13, Tahun: 2012,pasal: 497, ayat:
kepada masyarakat pengguna layanan. Citra pelayanan 3):
publik yang dilakukan oleh instansi pemerintah yang Tugas, Pokok dan Fungsi (Tupoksi) Bimas (Bimbingan
selama ini terkesan tidak transparan, tidak berkepastian Masyarakat) Katholik, di Kantor Kemenag (Kementerian
serta berbelit-belit berhasil diubah dengan menggunakan Agama) Kabupaten Landak. Dalam Peraturan Menten
pendekatan kekeluargaan dan religius. Dengan Agama Rl (PMA), Nomor:10, Tahun: 2010 ,tentang
memberikan kepastian, keramahan dan keterbukaan, Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama RI,
maka akan dapat memberikan kepuasan kepada ditegaskan bahwa Direktorat Urusan Agama Katholik
masyarakat pengguna layanan. Semakin tinggi tingkat (DITJENBIMAS Katholik) mempunyai tugas
kerohanian masyarakat Katholik di wilayah Kabupaten “melaksanakan perumusan kebijakan, pelaksanaan
Landak ini sebagai pengguna layanan maka, semakin kebijakan, standarisasi, pemberian bimbingan teknis dan
baik juga kualitas pelayanan yang diberikan oleh Bimas evaluasi di bidang urusan agama Katholik” (Pasal: 514).
(Bimbingan Masyarakat) Katholik, di Kantor Kemenag Dalam melaksanakan tugas, tersebut, Direktorat Urusan
(Kementerian Agama), Kabupaten Landak tersebut. Agama Katholik menyelenggarakan fungsinya antara
lain:
Pengkajian a. Perumusan kebijakan di bidang kelembagaan,
Teoritis penyuluhan dan pemberdayaan Umat/ Masyarakat
Bidang Tugas Bimas Katholik di lingkungan Kemenag Katholik;
Kabupaten Landak. Tugas Bimas Katholik (Peraturan b. Pelaksanaan kebijakan di bidang kelembagaan,
Menteri Agama (PMA), Nomor 13, Tahun: 2012, pasal: penyuluhan dan pemberdayaan Umat/ Masyarakat
497, ayat: Katholik;
3). Maka tugas pokok Penyelenggaraan KatHolik adalah c. Penyusunan norma, standar prosedur, dan kriteria di
melakukan pelayanan dan bimbingan teknis pembinaan, bidang kelembagaan, penyuluhan dan pemberdayaan
serta pengelolaan data dan informasi di bidang Bimbingan Umat/ Masyarakat Katholik;
masyarakat (Bimas) Katholik. Dari Tugas dan Pokok d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang
tersebut Penyelenggaraan Katholik melaksanakan tiga kelembagaan, penyuluhan, dan pemberdayaan Umat/
Fungsi: Masyarakat Katholik; dan
e. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga
Direktorat Urusan Agama Katholik.
Charollus: Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik

Tabel 1. Permasalah dan Solusi Penyelenggara Katolik Kantor Kementerian Agama Kabupaten Landak
PERMASALAHAN/ KEADAAN YANG PEMECAHAN PERMASALAHAN/ KEADAAN YANG DIINGINKAN
DIHADAPI
ADMINISTRASI
Terbatasnya formasi penerimaan CPNS Perlu peningkatan formasi CPNS (Pengangkatan Tenaga Administrasi, Penyuluh
untuk jajaran Bimas Katholik Agama Katholik dan Guru PAK)
Kurang tersedianya ruang kerja yang Perlu adanya penambahan ruang Penyelenggaraan Katholik yang representative
representative
Kurangnya Sumber Daya Manusia Penambahan dan peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) yang professional baik
penguasaan Teknology informasi maupun tenaga administrasi dan tenaga pendidik
(SDM)
dan kependidikan
Penyediaan Fasilitas penunjang tupoksi, sarana penunjang kegiatan Administrasi
Kurang tersedianya sarana prasarana dalam hal ini penunjang alat pengolah data (Laptop), transportasi (kendaraan roda
dua)
URUSAN AGAMA
Kurangnya alokasi dana untuk fungsi Perlu peningkatan alokasi dana
pelayan hidup beragama
Letak Geografis yang cukup luas (ada Perlu adanya pengalokasian dana dan sarana yang memadai untuk peningkatan
22 Kecamatan) pelayanan Penyelenggara Katholik.
Masih banyaknya bangunan Gereja Perlu adanya komunikasi yang baik dengan pengurus Gereja (BGKP) untuk segera
yang belum ber-IMB mengurus pendirian Rumah Ibadah (gedung Gereja).
Kurangnya bantuan operasional Perlu adanya peningkatan bantuan operasional lembaga keagamaan
lembaga keagamaan
PENDIDIKAN AGAMA KATHOLIK
(PAK)
Terbatasnya jumlah Guru Pendidikan Perlu adanya pengangkatan guru Pendidikan Agama Katholik (PAK)
Agama Katholik (PAK)
Belum tersedianya dana operasional Perlu adanya pengalokasian dana untuk penyelenggaraan sertifikasi Guru dan
penyelenggaraan sertifikasi Guru dan Pengawas PAK untuk menghindari adanya pungutan-pungutan dari peserta sertifikasi
Pengawas PAK di daerah guru
Rendahnya pemahaman Publik tentang Perlu disosialisasikan PP NO.55 th 2007 kelembaga pendidikan Katholik
PP No. 55 th 2007

Belum adanya alokasi dana khusus Bantuan beasiswa bagi siswa miskin (Katholik)
bagi siswa miskin (Katholik)

Kurangnya sarana dan prasarana Perlu penyediaan sarana prasarana pendidikan yang memadai
pendidikan
(Sumber: Buku Pedoman Bimbingan Masyarakat (Bimas) Katholik dan Buku Profil Bimas Katholik pada Kantor Kemenag
(Kementerian
Agama), Kabupaten Landak).

METODE PENELITIAN Maka Tugas, pokok dan fungsi/ Tupoksi (Peraturan


Dalam bagian ini diuraikan tentang metode penelitian Menteri Agama (PMA), Nomor 13, Tahun: 2012, pasal
untuk fenomena-fenomena penelitiannya. Misalnya: 497, ayat 3) Penyelenggaraan Katholik adalah melakukan
Survei, Eksperimen dan sebagainya atau menjelaskan pelayanan dan bimbingan teknis, pembinaan serta
perspektif pendekatan penelitian yang akan dilakukan. pengelolaan data dan informasi di bidang Bimbingan
Penelitian kualitatif, data yang ada berbentuk kata, kalimat, masyarakat (Bimas) Katholik. Dari Tugas Pokok tersebut
skema dan gambar (Sugiyono; 2002:7). Dengan demikian Penyelenggara Katholik melaksanakan tiga Fungsi: Fungsi
penelitian ini berupaya mendeskripsikan, menguraikan, Kesekretariatan/ Administrasi, Fungsi Urusan Agama
dan menginterprestasikan permasalahan serta kemudian Katholik dan Fungsi Pendidikan Agama Katholik (PAK).
mengambil kesimpulan dari permasalahan tersebut yang
disajikan dalam bentuk tulisan secara sistematis tentang Ruang Lingkup
upaya peningkatan mutu pelayanan Bimas Katholik kepada Mengutarakan secara singkat tentang pembatasan
Masyarakat/ Umat Katholik di wilayah Kabupaten keluasan dan kedalaman cakupan penelitian. Fenomena
Landak. Sebagaimana dalam Peraturan Menteri Agama penelitian adalah suatu gejala yang mendasar atau suatu
(PMA), No.
13, Thn. 2012.
Charollus: Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik

kejadian, peristiwa tentang perilaku-perilaku yang penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan
diamati, atau proses aksi interaksi yang saling berkaitan. selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-
lainnya.
Fokus Penelitian a. Data primer dalam penelitian ini merupakan data yang
Fokus penelitian adalah unsur-unsur yang membatasi diperoleh penulis dari pengamatan (observasi) langsung
keluaran dan kedalaman data yang diteliti. Fokus di lapangan atau rekaman wawancara yang penulis
Penelitian juga merupakan pemusatan konsentrasi lakukan secara langsung. Data ini diperoleh dari
terhadap tujuan penelitian yang sedang dilakukan. Fokus responden antara lain Banyaknya permasalahan/ setiap
penelitian harus diungkapkan secara eksplisit untuk kekurangan yang dihadapi Bimas (Bimbingan
mempermudah peneliti sebelum melaksanakan observasi. masyarakat) Katholik di Kantor Kemenag
Fokus penelitian adalah garis besar dari penelitian, jadi (Kementerian Agama) Kabupaten Landak ini dibagi
observasi serta analisa hasil penelitian akan lebih terarah. menjadi 3 fungsi. Permasalahan dibagi menjadi 3
Dalam penelitian dengan menggunakan pendekatan fungsi ini, antara lain:
kualitatif dapat diperoleh gambaran yang mendalam 1) Fungsi Administrasi/ Kesekretariatan:
mengenai suatu permasalahan. Akan tetapi, menurut a) Terbatasnya formasi penerimaan CPNS (Calon
Moelong (2000: Pegawai Negeri Sipil) untuk jajaran Bimas
62), fokus penelitian tetap diperlukan dengan tujuan: (Bimbingan masyarakat) Katholik.
1. Fokus penelitian akan membatasi studi; b) Kuran g t ersedi a nya ruan g kerj a yan g
2. Menentukan kriteria masukan-masukan suatu informasi representative.
yang diperoleh di lapangan. c) Kurangnya SDM (Sumber Daya Manusia).
d) Kurang tersedianya sarana prasarana/ fasilitas.
Permasalah dan fokus penelitian merupakan dua hal 2) Fungsi Urusan Agama:
terkait, sehingga permasalahan dalam penelitian dijadikan a) Kurangnya alokasi dana untuk fungsi pelayan
sebagai acuan dalam penelitian fokus walaupun pada hidup beragama.
akhirnya fokus dapat berubah dan berkembang di lapangan b) Letak Geografis yang cukup luas (ada 22
sesuai dengan perkembangan permasalahan yang Kecamatan di seluruh wilayah Kabupaten
ditemukan di lapangan. Landak).
Tugas, Pokok dan Fungsi (Tupoksi) Bimas (Bimbingan c) Masih banyaknya bangunan Gereja yang
Masyarakat) Katholik, di Kantor Kemenag (Kementerian belum ber-IMB (Izin Mendirikan Bangunan).
Agama) Kabupaten Landak. Dalam Peraturan Menteri d) Kurangnya bantuan operasional lembaga
Agama Rl (PMA), Nomor:10, Tahun: 2010, Tentang keagamaan.
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama RI, 3) Fungsi Pendidikan Agama Katholik (PAK)
ditegaskan bahwa Direktorat Urusan Agama Katholik, a) Terbatasnya jumlah Guru PAK (Pendidikan
(DITJENBIMAS Katholik) mempunyai tugas Agama Katholik).
“melaksanakan perumusan kebijakan, pelaksanaan b) B e l u m t e r s e d i a ny a d a n a o p e r a s i o n a l
kebijakan, standarisasi, pemberian bimbingan teknis dan penyelenggaraan sertifikasi Guru dan Pengawas
evaluasi di bidang Urusan Agama Katholik” (Pasal: 514). PAK (Pendidikan Agama Katholik).
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Urusan c) Rendahnya pemahaman publik tentang PP. No.
Agama Katholik menyelenggarakan fungsinya antara 55 Thn. 2007.
lain: d) Belum adanya alokasi dana khusus bagi siswa
a. Perumusan kebijakan di bidang kelembagaan, miskin (khusus yang beragama/ menggereja di
penyuluhan dan pemberdayaan Umat/ Masyarakat Katholik).
Katholik; e) Kurangnya sarana dan prasarana pendidikan
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang kelembagaan, (PAK: Pendidikan Agama Katholik) di
penyuluhan dan pemberdayaan Umat/ Masyarakat lingkungan Kabupaten Landak.
Katholik; b. Data Sekunder dalam penelitian ini merupakan
c. Penyusunan norma, standar prosedur, dan kriteria di dokumen- dokumen resmi, buku dan majalah ilmiah
bidang kelembagaan, penyuluhan dan pemberdayaan dan arsip. Data tersebut diambil dari Buku Pedoman
Umat/ Masyarakat Katholik; Bimas Katholik di Kemenag, Kabupaten Landak,
d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang Buku Profil Bimas (Bimbingan Masyarakat) Katholik
kelembagaan, penyuluhan, dan pemberdayaan Umat/ di Kantor Kemenag, Kabupaten Landak, dan buku-
Masyarakat Katholik; dan buku tentang Manajemen di dalam Gereja Katholik
e. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga yang lainnya.
Direktorat Urusan Agama Katholik.
Instrumen Penelitian
Jenis data yang digunakan dalam analisis data dan dari
Pada bagian ini berisi penjelasan tentang spesifikasi
mana data diperoleh beserta alasannya. Menurut Lofland
alat yang digunakan dalam pengumpulan data (misalnya:
(dalam Moelong, 2000:112) sumber data utama dalam
kuesioner). Apabila perlu disertai tentang reliabilitas dan
Charollus: Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik

validitas dari alat ukur yang digunakan. Pada dasarnya langsung di lapangan atau rekaman wawancara
keberhasilan pengumpulan data adalah tergantung pada yang penulis
instrumen penelitian itu sendiri. Menurut Moelong
(2000:167) menyatakan bahwa salah satu ciri utama
penelitian kualitatif, yaitu manusia sangat berperan dalam
keseluruhan proses penelitian, termasuk dalam
pengumpulan data, bahkan itulah instrumennya. Dalam
hal ini peneliti merupakan instrumen utama. Di samping
instrumen utama digunakan pula instrumen pembantu
seperti tape recorder, handycam, alat pencatat (buku,
pensil, pulpen) dalam pengumpulan data, sehingga data
yang didapatkan dapat dianalisis.

TINJAUAN PUSTAKA DAN


PEMBAHASAN

Tinjauan Pustaka
Permasalah dan tinjauan pustaka merupakan dua hal
terkait, sehingga permasalahan dalam penelitian dijadikan
sebagai acuan dalam penelitian fokus walaupun pada
akhirnya fokus dapat berubah dan berkembang di lapangan
sesuai dengan perkembangan permasalahan yang
ditemukan di lapangan.
Tugas, Pokok dan Fungsi (Tupoksi) Bimas (Bimbingan
Masyarakat) Katholik, di Kantor Kemenag (Kementerian
Agama) Kabupaten Landak. Dalam Peraturan Menteri
Agama Rl (PMA), Nomor:10, Tahun: 2010, Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama RI,
ditegaskan bahwa Direktorat Urusan Agama Katholik,
(DITJENBIMAS Katholik) mempunyai tugas
“melaksanakan perumusan kebijakan, pelaksanaan
kebijakan, standarisasi, pemberian bimbingan teknis dan
evaluasi di bidang Urusan Agama Katholik” (Pasal: 514).
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Urusan
Agama Katholik menyelenggarakan fungsinya antara
lain:
a. Perumusan kebijakan di bidang kelembagaan,
penyuluhan dan pemberdayaan Umat/ Masyarakat
Katholik;
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang kelembagaan,
penyuluhan dan pemberdayaan Umat/ Masyarakat
Katholik;
c. Penyusunan norma, standar prosedur, dan kriteria di
bidang kelembagaan, penyuluhan dan pemberdayaan
Umat/ Masyarakat Katholik;
d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang
kelembagaan, penyuluhan, dan pemberdayaan Umat/
Masyarakat Katholik; dan
e. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga
Direktorat Urusan Agama Katholik.

Jenis data yang digunakan dalam analisis data dan dari


mana data diperoleh beserta alasannya. Menurut Lofland
(dalam Moelong, 2000:112) sumber data utama dalam
penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan
lain-lainnya.
a. Data primer dalam penelitian ini merupakan data
yang diperoleh penulis dari pengamatan (observasi)
Charollus: Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik

lakukan secara langsung. Data ini diperoleh dari Koordinator: Antonius Boyni
reponden antara lain Banyaknya permasalahan/ setiap Sekretaris: Catharina Sartiyah
kekurangan yang dihadapi Bimas (Bimbingan Bidang Formatio
masyarakat) Katholik di Kantor Kemenag
(Kementerian Agama) Kabupaten Landak ini dibagi
menjadi 3 fungsi. Permasalahan dibagi menjadi 3
fungsi ini, antara lain:
1) Fungsi Administrasi/
Kesekretariatan:
a) Terbatasnya formasi penerimaan CPNS (Calon
Pegawai Negeri Sipil) untuk jajaran Bimas
(Bimbingan masyarakat) Katholik.
b) Kuran g t ersedi a nya ruan g kerj a yan g
representative
.
c) Kurangnya SDM (Sumber Daya Manusia).
d) Kurang tersedianya sarana prasarana/ fasilitas.
2) Fungsi Urusan
Agama:
a) Kurangnya alokasi dana untuk fungsi pelayan
hidup beragama.
b) Letak Geografis yang cukup luas (ada 22
Kecamatan di seluruh wilayah Kabupaten
Landa
k).
c) Masih banyaknya bangunan Gereja yang
belum ber-IMB (Izin Mendirikan Bangunan).
d) Kurangnya bantuan operasional lembaga
keagamaan.
3) Fungsi Pendidikan Agama Katholik
(PAK)
a) Terbatasnya jumlah Guru PAK (Pendidikan
Agama Katholik).
b) B e l u m t e r s e d i a ny a d a n a o p e r a s i o n a l
penyelenggaraan sertifikasi Guru dan
Pengawas PAK (Pendidikan Agama Katholik).
c) Rendahnya pemahaman publik tentang PP. No.
55 Thn. 2007.
d) Belum adanya alokasi dana khusus bagi siswa
miskin (khusus yang beragama/menggereja di
Katholik).
e) Kurangnya sarana dan prasarana pendidikan
(PAK: Pendidikan Agama Katholik) di
lingkungan Kabupaten Landak.

b. Data Sekunder dalam penelitian ini merupakan


dokumen- dokumen resmi, buku dan majalah ilmiah
dan arsip. Data tersebut diambil dari Buku Pedoman
Bimas Katholik di Kemenag, Kabupaten Landak,
Buku Profil Bimas (Bimbingan Masyarakat)
Katholik di Kantor Kemenag, Kabupaten Landak, dan
buku-buku tentang Manajemen di dalam Gereja
Katholik yang lainnya.
1) Tim Pingkal
Landak
(Kesepakatan Rapat Se-Kevikepan Landak
Raya, Jum’at, 14 Nopember 2014)
Masa tugas Tim Pingkal 3 tahun terhitung sejak 14
Nopember 2014 sampai dengan 13 Nopember
2017.
a) Devisi DPP
Charollus: Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik

1. Y.Lulus Widada H. 2) Pengurus Kevikepan Se-Landak Raya


(Lulus) (II) Pengurus Inti:
2. Endro Sujatmiko (Endro) Vikaris Episkopalis : RP. Antonius Sapta
3. Odelia Larasati (Melan) Widada, CM
Bidang Sumber Sekretaris : RP. Mistrianto, CM
1. Katarina Sartiyah (Katrin) Bendahara : RD. Suryandoko,
2. Antonius V. Harsono (Sony) CM
3. J. Eddy Purwanto (resapombo)
Bidang Kerasulan Khusus Bidang Pastoral
1. Yohanes Supriyo (Pri) Bidang Formatio:
2. Antonius Boyni (Boy) 1. Bina Iman anak : RD. Herman Wisanjaya, Pr
3. Markus Subakir (Resapombo) 2. Remaja Katolik : RP. Mistrianto, CM
Bidang Kerasulan Umum 3. Orang Muda Kat. : RD. Sabas Kusnugroho, Pr
1. Fx. Sumadi (Madi) 4. Keluarga : RD. Petrus Katiran, Pr
2. Petrus Irenius Supariyanto (Totok) Bidang Sumber:
3. B. Kasimin (Kasimin) 1. Katekese : RP. Belo Lino, SDB + RD.
b) Devisi BGKP, untuk urusan-urusan : 1. A. Puri Anggoro, CM
Administrasi dan kepegawaian, 2. Asset dan 2. Liturgi : RD. Boedi Prasetyo, Pr +
Hukum, 3. Rumah Tangga, 4. Usaha dan RP. Antok, SDB
dana. Koordinator : Ag us t i n u s Kuk u h 3. Kitab Suci (KKS) : RD. Antonius Yanuardy
A nd r i Hendro Wibowo, Pr
Suprianto (Kukuh). Bidang Kerasulan Khusus:
Sekretaris : Ta r s i s i u s A g u s S u s e n o 1. Komsos : RD. Hans Kurniawan, CM
(Agus) + RD. Agustinus Eka, Pr
Anggota : SP. 2. Pendidikan : RD. M. Suwarno, Pr + RD.
Suryadi Satriyo, Pr
IC. Endang Purwo J. 3. Misioner : RP. Kurniawan, Pr
Soenarwoko Angelina
Asri Wardani Bidang Kerasulan Umum:
(081234539316) 1. PSE + APP : RD. Eustachius Kusdiyanto
Yulius Suwarno Tana, Pr + RD. Herman
Yahya Cucuk P Wisanjaya, Pr
YB. Sunarto 2. Hak + Kerawam : RP. Djoko Pranoto, SDB +
Anastasia Dwi Ratnawati RD. Eustachius Kusdiyanto
(087755261655) Tana, Pr.
Fransisca Endang Sjahantini Kategorial
(08125914480) 1. Biarawan/ Biarawati
c) Devisi Animasi dan Kesekretariatan (Kaum Klerus) : RD. Boedi Prasetyo, Pr.
Koordinator : Kristo 2. PDPKK Santa
Anggota : Andre Saktiyanto Maria Landak : RP. Antonius Sapto
Theodorus Erwin Nirwana Widodo, CM
Nadia Keterangan: Susunan nama-nama Petugas/ PNS
Vero (Pegawai Negeri Sipil), Para Guru-Guru Agama/ Gereja
Katholik, dan Para Romo/ Pastor Katholik, serta Para
d) Kesepakatan Acara ke Depan Pengurus Yayasan Katholik Santo Yohanes Gabriel ini.
1. Pendampingan Tim Pingkal kepada DPP Yang bertugas di seluruh wilayah Kabupaten Landak,
dan sudah tercantum dan diimplementasikan di dalam PMA
BGKP Paroki, 1 tahun 2 kali atau 6 bulan (Peraturan Menteri Agama), Nomor: 13, Tahun: 2012,
1 kali. Untuk 6 Paroki wilayah Kevikepan Tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal
Landak. Kementerian Agama (Kemenag) di seluruh wilayah
2. Pembekalan perdana pada DPP dan BGKP Bimas (Bimbingan Masyarakat) Katholik, Kabupaten
Paroki Santo Yusup, bulan antara Januari– Landak dan sesuai dengan KHK (Kitab Hukum
Pebruari 2015. Kanonik) tentang hubungan antara Hierarki (Tokoh dan
3. Persiapan bersama, di Paroki Santa Maria, Susunan Agamawan) di dalam Gereja Katholik Romawi
(Katholik) dengan Pejabat Publik di negara ini
Jum’at, 12 Desember 2014. PK. 17.00.
(Republik Indonesia), khususnya Kemenag
undangan lewat SMS.
(Kementerian Agama) di Kabupaten Landak sendiri.
4. Saat pertemuan Desember tiap Paroki
harus membawa hasil inventaris kebutuhan
dan masalah perjalanan kinerja DPP dan
BGKP.
Charollus: Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik

Sumber: Buku Pedoman dan Buku Profil Bimas Kementerian Agama Kabupaten Landak adalah
(Bimbingan Masyarakat) Katholik, di Kantor Kemenag Penyelenggara Katolik yang mempunyai tugas
(Kementerian Agama), Kabupaten Landak. Tahun:
menyelenggarakan pimbinaan bimbingan kepada
2013-
2015.
masyarakat Katolik secara khusus di Kabupaten
Landak.
3) Visi dan Misi Bimas Katholik, Kabupaten Landak: Sejak adanya unit Kerja Bimas Katolik di Kantor
a) Visi Kementerian Agama Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten
Terwujudnya masyarakat Indonesia yang taat Landak, sesuai dengan Peraturan Menteri Agama
beragama, rukun, cerdas. Mandiri dan No. 13 tahun 2012. Sampai saat ini sudah silih
sejahtrera lahir dan batin. berganti para Pejabat Bimas Katolik yang
b) Misi Kementerian Agama menjabat sebagai Penyelenggara Katolik di
1. M e n i n g k a t k a n k u a l i t a s k e h i d u p a n
Kantor Kementerian Agama Kabupaten Landak,
beragama.
antara lain :
2. Meningkatkan kualitas kerukunan umat
a) Takrip Birowo (almarhum) menjabat Urusan
beragama.
Agama Katolik pada Kantor Departemen Agama
3. Meningkatkan kualitas raudhatul sthfai,
Kabupaten Landak s.d. 1964.
madrasah, pergurua n tinggi agama,
b) Yohanes Sukardi (almarhum) menjabat Urusan
pe nd i d i k a n a ga m a da n pe nd i d i k a n
Agama Katolik pada Kantor Departemen
keagamaan
Agama Kabupaten Landak 1965 s.d. 1967.
4. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan
c) Urusan Agama Katolik pada Kantor
haji.
Departemen
5. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang
Agama Kabupaten Landak kosong 1968
bersih dan berwibawa. Menghormati. s.d.
c) Visi Bimas Katholik, Kabupaten Landak: 1972.
Terwujudnya masyarakat Katolik yang 100% d) Bpk. Jauku Pilipus Nerius Simbolon, menjabat
Katholik dan 100% Pancasilais dalam negara Penyelenggara Bimas Katolik dari tahun 1973
ber-Bhineka Tunggal Ika. Misi tersebut s.d. 1985
terwujud dalam: e) Ibu Agustina Maria Jatini menjabat Plh.
1. Terwujudnya masyarakat/ umat Katholik Penyelenggara Bimas Katolik tahun 1986 s.d.
yang beriman dan bertagwa 1988
2. Terwujudnya kerukunan hidup beragama f) Ibu AM. Jatini menjabat PJ. Penyelenggara
masyarakat Katolik dalam bingkai
Bimas Katolik tahun 1989 s.d. 1990
persatuan dan kesatuan
g) Ibu AM. Jatini menjabat Penyelenggara Bimas
3. Tertatanya pranata-pranata keagamaan
Katolik tahun 1991 s.d. 2007
Katholik
h) Bpk. Theodorus Endro Sujadmiko S.Ag,
4. Terkristalnya semangat kemandirian umat
menjabat Penyelenggara Bimas Katolik dari
Katolik dan kesetiakawanan sosial atas
Tahun 2008 sampai dengan April 2013.
dasar persaudaraan sejati
i) Bpk. Theodorus Endro Sujadmiko S.Ag,
5. Terwujudnya pemahaman, penghayatan
menjabat Penyelenggara Katholik dari bulan
dan pengamalan agama Katolik secara
April 2013 sampai dengan sekarang.
dewasa
5) Bidang Tugas Bimas Katolik Kabupaten Landak
6. Terwujudnya pemahaman, penghayatan
Tugas Bimas Katholik (PMA nomor 13 tahun
dan pelaksanaan hak dan kewajiban sebagai
2012 pasal 497 ayat 3) di Kantor Kemenag
warga negara. (Terutama hak dan
(Kementerian Agama), Kabupaten Landak.
kewajiban asasi yang secara eksplisit diatur
dalam UUD Maka, Tugas, pokok dan fungsi (Tupoksi)
1945 yang diamandemen) Penyelenggara Katholik adalah melakukan
d) Misi Bimas Katholik, Kabupaten Landak: pelayanan dan bimbingan teknis, pembinaan serta
Mengajak masyarakat Katholik untuk berperan pengelolaan data dan informasi di bidang
serta secara aktif dan dinamis dalam mencapai bimbingan masyarakat Katholik. Dari Tugas,
tujuan pembangunan bangsanya. pokok, dan fungsi (Tupoksi) tersebut
1. Mewujudkan masyarakat Katolik yang Penyelenggara Katholik melaksanakan tiga
beriman dan bertagwa Fungsi: Fungsi Kesekretariatan, Fungsi Urusan
2. Mewujudkan kerukunan hidup beragama Agama Katholik dan Fungsi Pendidikan Agama
masyarakat Katolik dalam bingkai Katholik Dari tupoksi diatas Penyelenggara
persatuan dan kesatuan Katholik juga melaksanakan:
a) Perumusan Visi dan Misi kebijakan teknis di
4) Sejarah Bimas Katholik, Kabupaten Landak
bidang Bimbingan Masyarakat Katholik (Bimas
Salah satu unit kerja di lingkungan Kantor
Katholik).
Charollus: Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik

Tabel 1.1 Penjabaran Tugas Penyelenggara Katholik di lingkungan Kemenag (Kementerian Agama), Kabupaten Landak
No Bidang Tugas Program Kegiatan Sasaran
1 Bidang Organisasi dan SDM: Memberikan bimbingan dan pelayanan di bidang organisasi dan a. Seluruh pegawai Bimas
S u m b e r D a y a M a n u s i a pengembangan SDM pegawai. Katholik baik tenaga
(Layanan Perkantoran) a. Menerima, mencatat dan meneruskan surat keluar masuk fungsional serta Guru
b. Pembinaan penyuluh agama Katolik Non PNS dan Juru Pendidikan Agama
penerang Agama Katolik Non PNS b. Instansi terkait
c. Mengadakan Retret dan rekoleksi kepada Guru Pendidikan
Agama Katolik yang dilaksanakan 3 tahun sekali
d. Mengirim pegawai pada diklat-diklat (kalau ada permintaan
dari Kanwil / Kemenag RI)
e. Memproses mutasi dan kenaikan pangkat pegawai.
f. Mengadakan pendataan secara terkait tenaga Guru
Pendidikan
Agama/ Gereja Katholik (PAK).
g. Melaksanakan kerjasama dalam pendataan keagamaan
dengan
Paroki.
h. Melaksanakan kerjasama dengan Seksi-seksi yang ada di
Paroki dalam kegiatan-kegiatan keagamaan.
i. Melakukan koordinasi dan konsultasi dengan Dinas
Pendidikan Kabupaten Landak sehubungan dengan Insentif
Tokoh Umat Katolik.
j. Melakukan koordinasi dan konsultasi dengan bidang-bidang
lain dalam lingkup Kanmenag maupun dengan Kantor Dinas
2 Urusan Agama dan di Pemda Kabupeten Landak. a. Masyarakat Katolik
Keagamaan b. Lembaga-lembaga
Katolik (Administrasi) a. Memberikan bimbingan dan pelayanan kepada masyarakat keagamaan Katolik
dalam bidang urusan agama katolik: c. Paroki dan Stasi
b. Pendataan tentang perkembangan jumlah umat, Gereja dan d. Tokoh Agama Katolik
tenaga keagamaan Katolik. dan Umat Katolik
c. Pendataan organisasi sosial keagamaan Katolik e. Gereja (Paroki dan
d. Pendataan organisasi ke masyarakat Katolik Lingkungan/ Stasi)
e. Memberikan rekomendasi bantuan keagamaan Gereja. f. Pemuka-pemuka Agama
f. Mengadakan pertemuan dengan Romo/ Pastor Se-Kevikepan
Landak Raya dan Paroki secara berkala
g. Melaksanakan pertemuan dengan tokoh-tokoh agama
Katolik.
h. Melaksanakan bimbingan dan penyuluhan keagamaan
melalui media elektronik.
i. Memberikan bimbingan dan pembinaan seksi-seksi yang ada
dalam gereja Katholik.
j. Menyalurkan Kitab Suci dan buku-buku referensi
keagamaan.
k. Melaksanakan pertemuan dialogis dengan tokoh-tokoh
agama melalui FKAUB (Forum Kerukunan Antar Umat
Beragama) dan BAMAG (Badan Musyawarah Antar Gereja)
di wilayah Kabupaten Landak.
l. Memelopori dan melaksanakan Ibadat Ekumene/Oikumene
(Persekutuan Umat Kristen Protestan dan Katholik)
m. Mendorong masyarakat/ Umat Katholik untuk berperan serta
dalam kegiatan musyawarah, dialog antar umat beragama,
n. Mendorong masyarakat/ umat Katholik untuk pro-aktif
mengadakan kerjasama yang baik dengan masyarakat /
kelompok umat beragama lain di bidang sosial
kemasyarakatan, sosial, ekonomi dan budaya,
o. Mendorong pemuka agama/gereja Katholik Romawi
(Katholik) untuk saling silaturahmi dengan pemuka
agama/umat lainnya pada hari-hari besar keagamaan.
p. Memelopori kegiatan Natal bersama PNS, TNI-POLRI
(ABRI)
dan masyarakat
q. Memelopori kegiatan Paskah bersama PNS, TNI-POLRI
(ABRI).
Charollus: Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik

3 Urusan Pendidikan Agama a. Memberikan bimbingan dan pelayanan di bidang pendidikan a. Guru Agama katolik, baik
Katolik agama katolik. PNS (NIP 15,13, Pemda)
b. Pendataan sekolah-sekolah, guru agama katolik (Guru PAK maupun Non-PNS.
Kanmenag, Pemda dan Non-PNS) b. Pengawas Pendidikan
c. Mengadakan pertemuan (Rakor) dengan Sekolah Katolik/ Agama Katolik
Yayasan Katolik. c. Ya y a s a n P e n d i d i k a n
d. Pendataan dan penempatan Guru Pendidikan Agama Katolik
Katholik menurut formasi yang tersedia.
e. Mengadakan pembinaan dan bimbingan pada Guru
Pendidikan Agama Katolik, secara rutin melalui KKG
(Kelompok Kerja Guru)
f. Bekerjasama dengan Guru PAK menyusun Prota (Program
Tahunan) dan Promes untuk Sekolah.
g. Melakukan monitoring dan kepengawasan pelaksanaan PAK.
h. Menyalurkan buku-buku Pendidikan Agama Katolik, baik
untuk guru maupun siswa.
i. Bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Landak
menyusun soal-soal Ulangan Umum Bersama Tingkat Dasar
dan Menengah
(Sumber: Buku Pedoman dan Buku Profil Bimas (Bimbingan Masyarakat) Katholik, di Kantor Kemenag (Kementerian Agama),
Kabupaten Landak)

b) Perencanaan program serta pengendalian dan (Kantor Wilayah) Bimas (Bimbingan Masyarakat)
pengamanan teknis operasional di bidang Katholik di Propinsi Jawa Timur ini, akhir-akhir ini
Bimbingan Masyarakat Katholik (Bimas menilai bahwa para klerus perlu ikut berperan dalam
Katholik). bidang politik dan pemerintahan, bukan sebagai politisi
c) Pembinaan yang meliputi pemberian atau penguasa eksekutif, tetapi sebagai pembina, pengarah
bimbingan, pelayanan, perijinan dan penyajian dan pengontrol.
informasi yang menyangkut data, serta Misalnya memberi pendidikan politik, memberi
pelaksanaan tugas pencerahan dan arahan kepada umat dan masyarakat untuk
6) Data Tempat Ziarah memilih calon yang tepat menurut penilaian Keuskupan
Tempat ziarah sebagai sarana rekreasi iman yang atau sesuai dengan kriteria yang digariskan Keuskupan.
bertujuan untuk memupuk dan menguatkan iman Menurut Peraturan KWI (Konferensi Wali Gereja
umat kepada Bunda Maria yang berpuncak pada Indonesia) Pada tanggal 13 Maret 2009 yang telah
kecintaannya terhadap Yesus Kristus yang disampaikan oleh Pembina sekaligus Kakanwil (Kepala
merupakan pusat iman Kristiani. Tempat Ziarah Kantor Wilayah) Bimas Katholikdi Jawa Timur oleh
yang ada antara lain Goa Maria Lourdes, Sendang Bapak Robertus Angkowo adalah: “dalam suatu
Rejo Ngadirejo di Gereja Katholik Romawi, pertemuan di Langgur dengan para Karyawan/ Karyawati
Paroki Santa Maria Landak, Kabupaten Landak dan tokoh-tokoh awam Katholik (PNS: Pegawai Negeri
7) Data Rumah Doa Sipil yang beragama Katholik), harus bisa melayani
Rumah doa yang dimanfaatkan oleh umat masyarakat Katholik secara sungguh-sungguh dan tetap
Katholik sebagai tempat menguatkan imannya religius.
yaitu: Rumah Doa Adorasi Abadi ”Griya Sementara itu, menurut Uskup Diocesan/ Sufragan
Palereman ” di Gereja Katholik Romawi, Paroki Surabaya Msgr Vincentius Sutikno Wisaksono, Pr:
Santo Yusup Landak, Kabupaten Landak. menegaskan bahwa para Romo/ Pastor/ Imam harus
menjadi Kemitraan dan sebagai Pembina Bimas
Pembahasan
(Bimbingan Masyrakat) Katholik yang baik, disiplin, dan
Bagian ini menjelaskan semua hasil penelitian yang tulus dalam melayani masyarakat, khusunya umat Katholik
relevan dengan masalah, tujuan hipotesis penelitiannya di lingkungan Kabupaten Landak sendiri (wawancara ini
secara deskriptif pada saat penelitian maupun keadaan saya lakukan pada tanggal 20 Juli 2015)”. Penegasan ini
masa lalu yang menyangkut obyek penelitian. Penyajian hendaknya dipahami secara tepat, diterima dengan ihklas,
dapat disertai tabel, grafik, foto atau penyajian data yang dan dilaksanakan secara bijak dalam konteks tugas
lain dengan tata cara penyajian sesuai dengan ketentuan. tanggungjawab para romo/ pastor/ imam Dalam
Bila kita cermati dengan teliti dan mendalam bunyi kesatuannya dengan Uskup sebagai “raja” (pemimpin/
kanon tersebut, maka bukan semata-mata soal boleh atau pelayan masyarakat), “imam” (pengudus) dan “nabi”
tidak boleh yang jadi fokus perhatian tetapi Soal perlu atau (pengajar) dari Gereja”.
tidak perlu. Otoritas Gereja Keuskupan Diossesan Menurut Uskup Diocesan/ Sufragan Surabaya (63
Surabaya dan Kanwil tahun): “Sebagai pemimpin Gereja, pengajar, pejuang dan
penjaga nilai-nilai kemanusiaan dan tatanan kehidupan
manusia, sesuai iman Gereja, Uskup Diocesan/ Sufragan
Surabaya,
Charollus: Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik

dibantu oleh para Romo/ Pastor/ Imam (Kaum Klerus), Politisasi Keagamaan. Kita bersyukur bahwa: ASG (Ajaran
mempunyai kewenangan dan kewajiban untuk menilai dan Sosial Gereja) sebetulnya berusaha untuk menyadarkan
mengatakan siapa yang layak dan siapa yang tidak layak kita lagi akan peranan masing-masing pribadi untuk terlibat
untuk dipilih sebagai pemimpin legislatif maupun dalam pergumulan bangsa dan benar-benar memperhatikan
eksekutif, yang tak lain adalah pelayanan publik, pengabdi Kesejahteraan Umum (bonum commune) serta
atau pejuang kebaikan umum (khususnya kepada semua mengorbankan egoisme pribadi demi keberadaan Gereja.
masyarakat/ umat Katholik di seluruh wilayah Kabupaten Mungkin saatnya kita hidupkan lagi sistem pengaderan
Landak sendiri). yang dulu pernah ada dan memberi pengaruh yang cukup
Sementara itu, menurut Bapak Andreas Sugiarto, S.Ag signifikan di dalam hidup perpolitikan di tanah air kita. di
selaku Penyuluh Pendidikan Agama Katholik (PAK) di sisi lain, kiranya Gereja, khususnya Hierarki, perlu
Kantor Kemenag Kabupaten Landak mengatakan bahwa: mendorong umatnya agar mereka melibatkan diri di dalam
birokrasi kenegaraan sama sekali tidak memiliki maksud kehidupan sosial. Semakin awamnya aktif menurut hemat
untuk menyingkirkan dari Gereja atau persekutuan Umat saya semakin Gereja Katholik Romawi (Katholik) itu
Allah mereka yang tidak layak dipilih dan melayani hidup.
keagamaannya (khususnya kepada semua masyarakat/ Menurut Romo Djoko, SDB selaku Kemitraan Bimas
umat Katholik di seluruh wilayah Kabupaten Landak Katholik dari Gereja Katholik, Paroki Santo Yusup
sendiri). Begitu pula sebaliknya Uskup dan para Romo/ Landak yang juga sebagai Pengamat Bimas Katholik ini
Pastor/ Imam tidak bermaksud untuk menjunjung tinggi mengatakan: “sistem di dalam Bimas (Bimbingan
atau mengistimewakan mereka yang dianggap layak Masyarakat) Katholik pada Kantor Kemenag, Kabupaten
untuk dipilih dan melayani masyarakatnya. Apa yang Landak dan juga Gereja Katholik Romawi (Katholik)
dilaksanakan adalah “semata- mata sebagai perwujudan semuanya adalah peninggalan pemerintahan massa/ rezim
dari tugas kenabian dalam bidang politik dan pemerintahan Orde Baru (tahun: 1966–1998). Bahkan ada yang
demi kebaikan umum/ kepentingan seluruh Umat Katholik menyatakan bahwa Gereja Katholik dan juga Bimas
di Indonesia”. (Bimbingan Masyarakat) Katholik di Kantor Kemenag
Analisis data penelitian ini memakai penelitian (Kementerian Agama) pada umumnya dilihat sebagai
Deskriptif- Kualitatif. Peneliti menginterprestasikan data. cabang dari pusat/ ibukota rohani Gereja Katholik
Menurut H. Hadawi (1992:108) adalah: “yaitu melakukan Romawi seluruh dunia yaitu: Negara-Gereja, di Vatikan
kegiatan atau proses menjaring informasi dari kondisi (Roma). Malah ada sebutan “sistem organisasi keagamaan
sewajarnya dalam kehidupan suatu obyek dihubungkan peninggalan pemerintahan zaman penjajahan Kolonial
dengan pemecahan suatu masalah, baik sudut pandang Hindia Belanda/ Nederlandsche’ Indie” yang sarat dan
teoritis maupun praktis” Teknik Analisis Data dapat pula banyak berhubungan dengan kepentingan Kampanye
diartikan sebagai bahwa Gereja tidak secara langsung Politik atau yang populer disebut dengan Politisasi
terjun ke dalam politik praktis maupun birokrasi Keagamaan. Kita bersyukur bahwa awam-awam Katolik
kenegaraan, seperti pendapat Rasul Paulus di atas. cukup berperan dalam hidup bermasyarakat. Keterlibatan
Tetapi Gereja hanya Bermitra Kerja sama dengan Partai itu tentu saja akan membawa pengaruh yang sangat besar
Politik (ParPol) manapun dan juga Birokrasi kenegaraan dalam menanamkan keberadaan Gereja di Indonesia
(PNS, temasuk Kemenag). Bahkan Gereja terlalu ikut sehingga pelan-pelan Gereja Katolik Romawi (Katholik)
campur di dalam suatu bentuk atau sistem politik dan dikenal dan diterima baik oleh masyarakat Indonesia”.
birokrasi kenegaraan (PNS) yang tepat untuk masyarakat Seperti yang saya teliti dan saya bicarakan bersama
luas. Namun Gereja mendorong kaum awam/ Umat dengan Romo/ Pastor Y. Eko Budi Susilo, Pr. Perwakilan
Katholik untuk terjun dalam berpolitik praktis maupun Keuskupan Surabaya tentang HAK (Hubungan Antar
birokrasi kenegaraan (PNS maupun Kemenag). Kaum Agama dan Kepercayaan). Sementara di tingkat Kepausan
awam harus mampu menyuarakan visi hidup sendiri terdapat Ponitificium Consiliüm Pro Dialogo inter
bermasyarakat dan bermartabat berdasarkan iman Religiones (yang dalam bahasa Latin diartikan: Dewan
Katholik yang benar. Yang berpolitik dan menjadi Kepausan Antar Umat Beragama). Di tingkat KWI
seorang Birokrat/ Aparatur Negara (PNS) ini adalah (Konferensi Wali Gereja Indonesia), Keuskupan, dan
anggota/ aktifis Gerejanya, yakni: awamnya/ umat Katholik Kevikepan disebut Komisi Hubungan Antar Umat
sendiri. Merekalah yang membawa iman itu secara tegas Beragama dan Kepercayaan, sedangkan di tingkat Paroki
ke dalam “pasar kehidupan”. Seksi Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan (Seksi
Dalam konteks Indonesia, peranan ASG (Ajaran Sosial HAK KWI: Konferensi Wali Gereja Indonesia).
Gereja) sangat mendorong Umat Katolik Indonesia untuk Menurut Romo Y. Eko Budi Susilo menyatakan
mempromosikan diri sebagai Umat Katolik Indonesia dan bahwa: “Komisi HAK adalah salah satu wadah /lembaga
bukan Umat Katolik di Indonesia. Keberadaan Gereja yang dibentuk oleh Para Romo/ Pastor/ Imam setempat
Katholik Romawi (Katholik) yang semula membonceng yang menjadi perpanjangan tangan Bapak Uskup
pada Pemerintahan Kolonial Hindia Belanda Diosesan Surabaya, Msgr. Vincentius Sutikno
(Nederlandsche’ Indie) membawa “luka” sejarah tersendiri Wisaksono, Pr. untuk menjalankan tugas pastoral didalam
bagi Umat Katolik/ Kristiani, terutama di zaman Orde Baru menjalin kerjasamadan meningkatkan semangat
(1966-19998), yaitu yang sarat dan banyak berhubungan persaudaraan sejati dengan agama
dengan kepentingan Kampanye Politik atau yang
populer disebut dengan
Charollus: Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik

dan kepercayaan lain”. (wawancara ini saya lakukan pada Agama (PMA), Nomor: 13, Tahun: 2012 ini. Harus tetap
tanggal 13 Juli 2015) Selain itu, menurut beliau Komisi bepatokan kepada pandangan pelayanan prima diantaranya:
HAK ( bertanggung Jawab kepada: di tingkat Keuskupan a. Standar pelayanan.
kepada bapak Uskup Surabaya sendiri, di tingkat Se- Standar pelayanan adalah ukuran yang disepakati oleh
Kevikepan Landak Raya kepada Romo/ Pastor Vikep, penyedia layanan, pengguna layanan dan stakeholders
sedangkan di tingkat Paroki Seksi HAK bertanggungjawab lainnya mengenai berbagai aspek pelayanan, misalnya
kepada Romo Kepala Paroki. Hubungan Komisi HAK waktu, biaya, cara, dan pelayanan. Standar pelayanan
dengan seksi HAK Paroki adalah Hubungan Koordinatif. meliputi :
Berdasarkan pendapat dan pernyataan dari Romo/ 1) Sikap penyedia layanan terhadap pengguna
Pastor Y. Eko Budi Susilo, Pr selaku Perwakilan layanan dalam praktik pemberian pelayanan,
Keuskupan Surabaya tentang HAK (Hubungan Antar misalnya menyapa dengan ramah dan sopan.
Agama dan Kepercayaan). Tujuan diadakan Komisi HAK 2) Persyaratan pelayanan dan hak-hak yang dimiliki
(Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan) itu adalah: oleh pengguna layanan harus dipenuhi.
a. Agar umat siap mengadakan hubungan kerjasama 3) Biaya pelayanan yang harus dibayarkan oleh
dengan penganut agama/ kepercayaan lain, dengan pengguna layanan untuk memperoleh pelayanan.
memberi kemampuan, ketegasan, dan pengetahuan 4) Waktu pelayanan yang diperlukan untuk
agama yang tangguh. memperoleh pelayanan.
b. Agar hubungan kerjasama dengan penganut agama/ 5) Mekanisme untuk menyampaikan keluhan atas
kepercayaan lain berjalan sehat sehingga tercipta ketidakpuasan terhadap praktik penyelenggaraan
persaudaraan, dan umat tetap teguh pada iman pelayanan.
katholiknya. 6) Tersedia informasi pelayanan yang dapat diakses
c. Agar kerjasama, dialog dengan penganut agama/ oleh pengguna layanan dan stakeholders lainnya.
kepercayaan lain terkoordinir dan terarah. b. Informasi dan
keterbukaan.
Sementara itu di lingkungan Bimas Katholik
Informasi yang akurat dan lengkap mengenai
(Bimbingan Masyarakat) Katholik, Kabupaten Landak
bagaimana pelayanan publik dilakukan, berapa
sendiri. Juga memiliki Komisi/ Seksi Hubungan Antar
biayanya, seberapa baik mereka akan melakukannya,
Agama dan Kepercayaan (HAK). Tugas dari Komisi ini
dan siapa yang bertanggung jawab, tersedia dalam
menurut Bapak Teodorus Endro Sudjatmiko, S.Ag. selaku
bahasa yang sederhana.
Kepala Bimas Katholik di Kantor Kemenag, Kabupaten
c. Pilihan dan
Landak adalah: konsultasi.
a. Memberikan pendampingan/arah kepada umat dalam Sektor pemerintah harus menyediakan pilihan yang
mengadakan kerjasama dengan penganut agama/ praktis. Harus ada konsultasi yang teratur dan
kepercayaan lainnya. sistematis dengan pengguna jasa. Pandangan
b. M e n g u s a h a k a n timbul dan pengguna mengenai jasa, dan menjadi prioritas untuk
berkeseimbangnya kesadaran berdialog pada umat perbaikannya, harus dipertimbangkan dalam
sehingga memungkinkan hidupnya hubungan baik keputusan final mengenai standar.
dengan penganut agama dan kepercayaan lain. Dialog d. Ketulusan dan
tersebut bisa lewat dialog kehidupan, dialog ilmiah, keramahan.
dan dialog pengalaman rohani. Pelayanan yang tulus dan ramah dari pegawai negeri/
c. Mengadakan hubungan kerja sama persaudaraan penyedia layanan yang biasanya menggunakan tanda
dengan umat Kristen lain secara sehat (Ekumene/ nama. Pelayanan yang ramah dan tulus harus tersedia
Persekutuan Ibadat Rohani) bagi siapa saja yang datang kepadanya.
d. Mempersiapkan umat agar mampu mengadakan e. Meletakkan secara
hubungan baik dengan penganut agama/ kepercayaan tepat.
lain, dengan memberi kemampuan Agama/ Gereja Jika ada sesuatu yang salah, perlu ada permintaan
Katholik Romawi (Katholik) yang memadai. maaf, penjelasan yang lengkap dan ketangkasan
e. Mengusahakan hubungan kerjasama persaudaraan serta pemulihan yang efektif. Prosedur keluhan yang
dengan umat beragama / kepercayaan lain non- dipublikasikan dengan jelas serta mudah diikuti
Kristen/ Kristiani. dengan kajian dari orang independen atau berdiri
Dalam pelayanan yang berkaitan tentang Tugas, Pokok, sendiri/ perseorangan, apabila mungkin.
dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik Pada f. Nilai untuk
Kantor Kemenag (Kementerian Agama) di Kabupaten uang.
Landak (Studi Implementasi Organisasi dan Tata Kerja Penyampaian pelayanan publik yang efisien dan
Instansi Vertikal Kementerian Agama yang berdasarkan ekonomis dalam batas-batas sumber daya yang bisa
Peraturan Menteri disediakan oleh negara. Perlu ada validasi kinerja
terhadap standar.

Permasalahan pelayanan publik ini juga tercantum


dalam lampiran ke 3 Keputusan Menpan No. 63/Kep./M.
Charollus: Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik

PAN/7/2003, paragraf 1 butir: c, tentang Pedoman


Umum
Charollus: Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik

Penyelenggaraan Pelayanan Publik. Pelayanan publik Adanya pertanggung jawaban yang bersifat bottom
oleh pemerintah tentang Kementerian Agama (Kemenag) up. Artinya ada pertanggung jawaban dari penyedia
dan Aparatur Publik yang lainnya itu dibedakan menjadi layanan kepada pengguna layanan yang dilaksanakan
tiga sebagai berikut: sesuai peraturan perundang–undangan.
a. Kelompok Layanan Administratif, yaitu layanan yang
menghasilkan bentuk dokumen resmi yang
dibutuhkan oleh publik. Misalnya: status
kewarganegaraan, sertifikat kompetensi, kepemilikan
dan penguasaan terhadap suatu barang dan
sebagainya. Dokumen-dokumen ini antara lain: Kartu
Tanda Penduduk (KTP), akte kelahiran, keterangan
kematian, Buku Kepemilikan kendaraan Bermotor
(BPKB), Surat Ijin Mengemudi (SIM), Surat Tanda
Nomor Kendaraan (STNK), Ijin Mendirikan
Bangunan (IMB), paspor, sertikat kepemilikan/
penguasaan tanah dan sebagainya (bagi yang
beragama Katholik di seluruh wilayah Kabupaten
Landak).
b. Kelompok Layanan Barang yaitu layanan yang
menghasilkan berbagai bentuk/ jenis yang digunakan
oleh publik. Misalnya jaringan telepon, penyediaan
tenaga listrik, air bersih dan sebagainya (bagi yang
beragama Katholik di seluruh wilayah Kabupaten
Landak).
c. Kelompok Layanan Jasa yaitu layanan yang
menghasilkan berbagai jasa yang dibutuhkan oleh
publik. Misalnya pendidikan, pemeliharaan
kesehatan, penyelenggaraan transportasi, pos dan
sebagainya (bagi yang beragama Katholik di seluruh
wilayah Kabupaten Landak).

Dalam penyelenggaraannya, pelayanan publik


dilandasi dengan prinsip–prinsip yang tercantum dalam
The Charter of Fundamental Right of the European
Union dalam pasal:
14. Prinsip–prinsip itu adalah
:
a. Memperoleh penanganan urusan–urusannya secara
tidak memihak, adil dan dalam waktu yang wajar.
b. Hak untuk didengar sebelum tindakan individual
apapun yang akan merugikan dirinya diputuskan.
c. Hak atas akses untuk memperoleh berkas milik
pribadi dengan tetap menghormati kepentingannya
yang sah atas kerahasiaan dan atas kerahasiaan
profesionalitasnya.
d. Kewajiban pihak Aparatur Negara untuk memberikan
alasan-alasan yang mendasari keputusannya.
e. Memperoleh ganti rugi yang ditimbulkan oleh
lembaga atau aparatur pemerintah yang menjalankan
tugasnya.

Selain prinsip, pelayanan publik juga memiliki


beberapa asas yang perlu untuk diterapkan dalam
pemberian pelayanan. Adapun asas dari pelayanan publik
tersebut adalah :
a.
Transparansi
Transparansi disini berarti pelayanan publik bersifat
terbuka yaitu mudah untuk diakses oleh semua orang
yang membutuhkan pelayanan.
b. Akuntabilitas
Charollus: Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik

c. Kondisional
Sesuai dengan kemampuan dan kesanggupan pemberi
dan penerima layanan namun tetap berpegang
terhadap prinsip efisiensi dan efektifitas.
d. Keseimbangan hak dan kewajiban
Artinya penyedia layanan dan pengguna layanan
harus memiliki hak dan kewajiban masing-masing.
e. Kesamaan hak
Tidak ada tindakan diskriminatif dalam pemberian
layanan. Artinya pemberian layanan tidak
membedakan agama, ras, suku bangsa dan golongan.
f. Partisipatif
Asas partisipatif mendorong peran masyarakat dalam
proses pelayanan publik. Dengan lebih
memperhatikan aspirasi, kebutuhan serta harapan
masyarakat terhadap perbaikan pelayanan.

Analisis Hasil Penelitian


Pada bagian ini menjelaskan hasil analisis,
menggunakan analisis statistik hanya dimuat tampilan
akhir yang menunjukkan hasilnya. Sedangkan
perhitungan statistik (manual atau software computer)
dimuat sebagai lampiran.
Analisis data penelitian ini memakai deskriptif-
kualitatif. Peneliti menginterprestasikan data. Menurut H.
Hadawi (1992:108) “yaitu melakukan kegiatan atau proses
menjaring informasi dari kondisi sewajarnya dalam
kehidupan suatu obyek dihubungkan dengan pemecahan
suatu masalah, baik sudut pandang teoritis maupun
praktis”. Tentang bagaimana implementasi kebijakan
Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama/
Gereja Katholik pada Kantor Kemenag (Kementerian
Agama) di Kabupaten Landak. Berdasarkan (PMA:
Peraturan Menteri Agama, Nomor 13 Tahun: 2012, pasal:
497 ayat: 3).
Permasalahan pelayanan publik merupakan sebuah isu
yang senantiasa aktual untuk dikaji lebih lanjut. Hal
tersebut dikarenakan pelayanan publik sendiri merupakan
salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pemerintah
berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Artinya, untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
pemerintah harus meningkatkan kualitas pelayanan publik
terlebih dahulu. Jika dilihat dari Ilmu Administrasi Negara/
Administrasi Publik, pelayanan publik dipahami sebagai
salah satu kegiatan layanan yang dilaksanakan oleh
instansi pemerintah sebagai upaya pemenuhan kebutuhan
orang, masyarakat, instansi, pemerintah dan badan hokum
sebagai pelaksanaan ketentuan peraturan perundang–
undangan. Dalam era globalisasi dengan kondisi
persaingan yang cukup ketat dan penuh tantangan,
Aparatur Publik pemerintah (khususnya para PNS
(Pegawai Negeri Sipil) dan Guru Pendidikan Agama/
Pengajar Katholik (PAK) di dalam lingkungan Bimas
Katholik di Kantor Kemenag, Kabupaten Landak sendiri).
Permasalahan pelayanan publik merupakan sebuah isu
yang senantiasa aktual untuk dikaji lebih lanjut. Hal
tersebut dikarenakan pelayanan publik sendiri merupakan
salah satu
Charollus: Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik

Tabel 1.2 Penjabaran Tugas Penyelenggara Katholik di lingkungan Kemenag (Kementerian Agama), Kabupaten Landak
No Bidang Tugas Program Kegiatan Sasaran
1 Bidang Organisasi dan Memberikan bimbingan dan pelayanan di bidang organisasi dan a. Seluru h pegawa i
SDM: Sumber Daya pengembangan SDM pegawai. Bimas Katholik baik
Manusia (Layanan a. Menerima, mencatat dan meneruskan surat keluar masuk tenaga fungsional
Perkantoran) b. Pembinaan penyuluh agama Katolik Non PNS dan Juru penerang serta Guru Pendidikan
Agama Katolik Non PNS Agama
c. Mengadakan Retret dan rekoleksi kepada Guru Pendidikan Agama b. Instansi terkait
Katolikyang dilaksanakan 3 tahun sekali
d. Mengirim pegawai pada diklat-diklat (kalau ada permintaan dari
Kanwil / Kemenag RI)
e. Memproses mutasi dan kenaikan pangkat pegawai.
f. Mengadakan pendataan secara terkait tenaga Guru Pendidikan Agama/
Gereja Katholik (PAK).
g. Melaksanakan kerjasama dalam pendataan keagamaan dengan Paroki.
h. Melaksanakan kerjasama dengan Seksi-seksi yang ada di Paroki dalam
kegiatan-kegiatan keagamaan.
i. Melakukan koordinasi dan konsultasi dengan Dinas Pendidikan
Kabupaten Landak sehubungan dengan Insentif Tokoh Umat
Katolik. j. Melakukan koordinasi dan konsultasi dengan bidang-
bidang lain
dalam lingkup Kanmenag maupun dengan Kantor Dinas di Pemda
Kabupeten Landak
2 Urusan Agama dan Memberikan bimbingan dan pelayanan kepada masyarakat dalam bidang a. Masyarakat Katolik
Keagamaan Katolik urusan agama katolik : b. Lembaga-lembaga
(Administrasi) a. Pendataan tentang perkembangan jumah umat, Gereja dan tenaga keagamaan Katolik
keagamaan Katolik. c. Paroki dan Stasi
b. Pendataan organisasi sosial keagamaan Katolik d. Tokoh Agama
c. Pendataan organisasi ke masyarakat Katolik Katolik dan Umat
d. Memberikan rekomendasi bantuan keagamaan Gereja. Katolik
e. Mengadakan pertemuan dengan Romo/ Pastor Se-Kevikepan Landak e. Gereja (Paroki dan
Raya dan Paroki secara berkala Lingkungan/ Stasi)
f. Melaksanakan pertemuan dengan tokoh-tokoh agama Katolik. f. Pemuka-pemuka
g. Melaksanakan bimbingan dan penyuluhan keagamaan melalui media Agama
elektronik.
h. Memberikan bimbingan dan pembinaan seksi-seksi yang ada dalam
gereja Katholik.
i. Menyalurkan Kitab Suci dan buku-buku referensi keagamaan.
j. Melaksanakan pertemuan dialogis dengan tokoh-tokoh agama melalui
FKAUB (Forum Kerukunan Antar Umat Beragama) dan BAMAG
(Badan Musyawarah Antar Gereja) di wilayah Kabupaten Landak.
k. Mempelopori dan melaksanakan Ibadat Ekumene/ Oikumene
(Persekutuan Umat Kristen Protestan dan Katholik)
l. Mendorong masyarakat/ Umat Katholik untuk berperan serta dalam
kegiatan musyawarah, dialog antar umat beragama,
m. Mendorong masyarakat/ umat Katholik untuk pro-aktif mengadakan
kerjasama yang baik dengan masyarakat/kelompok umat beragama lain
di bidang sosial kemasyarakatan, sosial, ekonomi dan budaya,
n. Mendorong pemuka agama/ gereja Katholik Romawi (Katholik) untuk
saling silaturahmi dengan pemuka agama/umat lainnya pada hari-hari
besar keagamaan.
o. Memelopori kegiatan Natal bersama PNS, TNI-POLRI (ABRI) dan
masyarakat
p. Memelopori kegiatan Paskah bersama PNS, TNI-POLRI (ABRI).
Charollus: Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik

3 Urusan Pendidikan Memberikan bimbingan dan pelayanan di bidang pendidikan agama a. Guru Agama katolik,
Agama Katolik katolik. baik PNS (NIP 15,13,
a. Pendataan sekolah-sekolah, guru agama katolik (Guru PAK Pemda) maupun
Kanmenag, Pemda dan Non-PNS) Non-PNS.
b. Mengadakan pertemuan (Rakor) dengan Sekolah Katolik/Yayasan b. Pengawas Pendidikan
Katolik. Agama Katolik
c. Pendataan dan penempatan Guru Pendidikan Agama Katholik menurut c. Yayasan Pendidikan
formasi yang tersedia. Katolik
d. Mengadakan pembinaan dan bimbingan pada Guru Pendidikan Agama
Katolik, secara rutin melalui KKG (Kelompok Kerja Guru)
e. Bekerjasama dengan Guru PAK menyusun Prota (Program Tahunan)
dan
Promes untuk Sekolah.
f. Melakukan monitoring dan kepengawasan pelaksanaan PAK.
g. Menyalurkan buku-buku Pendidikan Agama Katolik, baik untuk guru
maupun siswa.
h. Bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Landak
menyusun soal-soal Ulangan Umum Bersama Tingkat Dasar dan
Menengah
(Sumber: Buku Pedoman dan Buku Profil Bimas (Bimbingan Masyarakat) Katholik, di Kantor Kemenag (Kementerian Agama),
Kabupaten Landak. Tahun: 2013-2015).

cara yang dapat dilakukan oleh pemerintah berkaitan 3) Masih banyaknya bangunan Gereja yang belum
dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Artinya, ber- IMB (Izin Mendirikan Bangunan).
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pemerintah 4) Kurangnya bant uan operasiona l lembaga
harus meningkatkan kualitas pelayanan publik terlebih keagamaan.
dahulu. Jika dilihat dari Ilmu Administrasi Negara/ c. Fungsi Pendidikan Agama/ Gereja Katholik (PAK)
Administrasi Publik, pelayanan publik dipahami sebagai 1) Terbatasnya jumlah Guru PAK (Pendidikan
salah satu kegiatan layanan yang dilaksanakan oleh Agama/ Gereja Katholik).
instansi pemerintah sebagai upaya pemenuhan kebutuhan 2) Belum tersedianya dana operasional
orang, masyarakat, instansi, pemerintah dan badan hokum penyelenggaraan sertifikasi Guru dan Pengawas
sebagai pelaksanaan ketentuan peraturan perundang- PAK (Pendidikan Agama/ Gereja Katholik).
undangan. Dalam era globalisasi dengan kondisi persaingan 3) Rendahnya pemahaman publik tentang PP. No. 55
yang cukup ketat dan penuh tantangan, Aparatur Publik Thn. 2007.
pemerintah (khususnya para PNS (Pegawai Negeri Sipil) 4) Belum adanya alokasi dana khusus bagi siswa
dan Guru Pendidikan Agama/ Pengajar Katholik (PAK) miskin
di dalam lingkungan Bimas Katholik di Kantor Kemenag, (khusus yang beragama/ menggereja di
Kabupaten Landak sendiri) dituntut untuk bisa Katholik).
memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada 5) Kurangnya sarana dan prasarana pendidikan
masyarakat dan berorientasi kepada kebutuhan masyarakat. (PAK: Pendidikan Agama/ Gereja Katholik) di
Kualitas pelayanan kepada masyarakat ini menjadi salah lingkungan Kabupaten Landak.
satu indikator dari keberhasilan penyelenggaraan
pemerintahan. Banyaknya masalah-masalah/ setiap Dalam penelitian dengan menggunakan pendekatan
kekurangan yang dihadapi Bimas (Bimbingan masyarakat) kualitatif dapat diperoleh gambaran yang mendalam
Katholik di Kantor Kemenag (Kementerian Agama) mengenai suatu permasalahan. Akan tetapi, menurut
Kabupaten Landak ini dibagi menjadi 3 fungsi. Masalah- Moloeng (2000:
masalah yang dibagi menjadi 3 fungsi ini, antara lain: 62), penyajian data tetap diperlukan dengan tujuan:
a. Fungsi a. Tugas Fungsi Pendidikan Agama dan Keagamaan
Administrasi: Katholik:
1) Terbatasnya formasi penerimaan CPNS (Calon 1) Tugas Lembaga Pendidikan Agama dan
Pegawai Negeri Sipil) untuk jajaran Bimas Keagamaan/ Gereja Katholik
(Bimbingan masyarakat) Katholik. a) Penyelenggaraan pembinaan keimanan dan
2) Kurang tersedianya ruang kerja yang keesaan Gereja Katolik:
representative. 1. Menyusun rumusan dan rencana program
3) Kurangnya SDM (Sumber Daya Manusia). pembinaan keimanan dan keesaan Gereja
4) Kurang tersedianya sarana prasarana/ Katholik.
fasilitas. b. Fungsi Urusan Agama: 2. Menyelenggarakan program pembinaan
keimanan dan keesaan Gereja Katolik
1) Kurangnya alokasi dana untuk fungsi pelayan
3. Melakukan koordinasi dengan Gereja dan
hidup beragama.
instansi terkait
2) Letak Geografis yang cukup luas (22 kecamatan).
Charollus: Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik

4. Melaksanakan tugas lain yang diberikan 2) Bimbingan Masyarakat Katolik melalui


oleh Penyuluhan a) Menyusun rumusan dan
Pimpinan rencana program Bimbingan Masyarakat
5. Melaporkan hasil tugas kepada pimpinan Katolik Melalui
b) Penyelenggaraan Pendidikan dan Penyuluh Penyuluhan
Agama Katholik (PAK): b) Menyelenggarakan Program Bimbingan
1. Menyusun rumusan dan rencana program Masyarakat Katolik (Bimas) Katholik Melalui
Penyelenggaraan Pendidikan dan Penyuluhan
Penyuluhan Agama Katholik. c) Melakukan koordinasi dengan Gereja dan
2. Menyelenggarakan program pembinaan Instansi terkait
Penyelenggaraan Pendidikan dan d) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh
Penyuluhan Agama/ Gereja Katholik. Pimpinan
3. Melakukan koordinasi dengan Gereja dan e) Melaporkan hasil tugas kepada Pimpinan
Instansi terkait 3) Bimbingan Masyarakat Katolik melalui
4. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Pemberdayaan
oleh Umat
Pimpinan a) Menyusun rumusan dan rencana program
5. Melaporkan hasil tugas kepada Pimpinan Bimbingan Masyarakat Katholik (Bimas
c) Penyelenggaraan Bimbingan dan Pembinaan Katholik) Melalui Pemberdayaan Umat
bagi Pendidik Agama/ Guru Pendidikan b) Menyelenggarakan Program Bimbingan
Katholik (PAK): Masyarakat Katolik (Bimas Katholik) Melalui
1. Menyusun rumusan dan rencana program Pemberdayaan Umat
Penyelenggaraan Pendidikan dan c) Melakukan koordinasi dengan Gereja dan
Penyuluhan Agama/ Gereja Katolik. Instansi terkait
2. Menyelenggarakan program pembinaan d) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh
Penyelenggaraan Pendidikan dan Pimpinan
Penyuluhan Agama/ Gereja Katholik. e) Melaporkan hasil tugas kepada Pimpinan
3. Melakukan koordinasi dengan Gereja dan c. Tugas Kegiatan Administrasi Perkantoran (Proses
Instansi terkait TPP Guru dan Pengawas)
4. Melaksanakan tugas Lain yang diberikan 1) Proses TPP Guru dan Pengawas
oleh Pimpinan a) Menyusun rumusan dan rencana Preses TPP
5. Melaporkan hasil tugas kepada Pimpinan Guru dan Pengawas Pendidikan Agama/ Gereja
d) Penyelenggaraan pembinaan seni keagamaan Katholik
Katolik b) Menyelenggarakan Proses TPP Guru dan
1. Menyusun rumusan dan rencana program Pengawas Pendidikan Agama/ Gereja Katholik
Penyelenggaraan Pembinaan seni c) Melakukan koordinasi dengan instansi terkait
keagamaan Katholik. d) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh
2. Menyelenggarakan Program Pembinaan Pimpinan
Penyelenggaraan Pembinaan seni e) Melaporkan hasil tugas kepada Pimpinan
keagamaan Katholik. d. Tujuan Jabatan
3. Melakukan koordinasi dengan Gereja dan
1) Terlaksananya Visi dan Misi Kementerian Agama
Instansi terkait di
4. Melaksanakan tugas lain yang diberikan
Penyelenggara Bimas Katholik, Kabupaten Landak.
oleh
2) Terciptanya pelayanan yang
Pimpinan
prima e. Bahan Kerja
5. Melaporkan hasil tugas kepada Pimpinan
1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor:
b. Tugas Pengelolaan dan Pembinaan Urusan Agama
55
Katholik
Tahun 2007
1) Bimbingan Masyarakat Katolik melalui Lembaga
2) PMA, RI. (Peraturan Menteri Agama, Republik
Agama
Indonesia), Nomor 13 Tahun 2012, Tentang
a) Menyusun rumusan dan rencana program
Struktur Kementerian Agama
Bimbingan Masyarakat Katolik Melalui
3) KHK. (Kitab Hukum Kanonik) Konferensi Para
Lembaga Agama.
b) Menyelenggarakan Program Bimbingan Uskup Seluruh Indonesia yang dikenal dengan
Masyarakat Katolik Melalui Lembaga Agama nama KWI (Konferensi Wali Gereja Indonesia)
c) Melakukan koordinasi dengan Gereja dan f. Peralatan Kerja
Instansi terkait 1) Gedung /Ruang Penyelenggara Bimas Katolik dan
d) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Interiornya.
Pimpinan 2) Mebel, air, Computer/ Internet, ATK dan lain-
e) Melaporkan hasil tugas kepada Pimpinan lainnya
3) P3K
Charollus: Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik

g. Hasil Kerja Kinerja seseorang ditentukan oleh modal dasar yang


1) Terwujudnya Pelayanan dan Penyelenggaraan dimilikinya berupa kemampuan, yakni kemampuan fisik
Bimbingan Masyarakat Katolik (Bimas Katholik) (physical intelligence), kemampuan emosional (emotional
2) Terwujudnya Pelayanan intelligence), dan kemampuan spiritual.
Prima h. Wewenang Peningkatan mutu keberagamaan Katholik serta
1) Melakukan Pengawasan Pelaksanaan Tugas pengembangan wawasan dan semangat kebangsaan
Penyelenggara Bimas Katolik yang kuat diharapkan menjadi sumbangan, bagian dari
2) Melakukan evaluasi dan alibi kinerja upaya mewujudkan masyarakat Indonesia baru yang adil,
Penyelenggara makmur, cerdas, bersatu, dan bermartabat, Upaya tersebut
Bimas Katolik searah dengan kebijakan pastoral Gereja Katholik Indonesia,
i. Tanggung jawab mewujudkan umat Katholik yang sepenuh-penuhnya
1) Bertanggung jawab kepada atasan langsung berimam katolik dan seutuh-utuhnya berjiwa Indonesia
2) Berpedoman pada aturan perundangan yang (PGKI No. 16), melalui pengembangan Kelompok Basis
berlaku yang terbuka, berdialog, menuju Indonesia Baru
j. Dimensi Jabatan (SAGKI 2000), dalam upaya membangun habims baru
1) Finansial DIPA Penyelenggara Bimas bangsa (SAGKl 2005). Melalui program dan kegiatan di
Katolik k. Hubungan Kerja bidang urusan agama Katholik. Diharapkan dapat tercipta
1) Vertikal dengan eselon III (Kepala Kantor dan masyarakat Katholik yang“seratus persen Katholik dan
Pembimas Katolik) seratus persen warga negara Kesatuan Republik Indonesia
2) Horisontal dengan Pengawas Pendidikan Agama yang Pancasilais dalam wadah negara Kesatuan yang
Katolik Kankemenag (Kantor Kementerian berbhinneka tunggal ika” (Visi Ditjen Bimas Katholik),
Agama) menuju Indonesia yang maju, bersaudara, dan bermartabat.
3) Diagonal dengan Kepala Seksi dan Studi Implementasi mengenai Keputusan Menteri
Penyelenggaraan Asim (Asisten Imam Paroki) Agama (KMA), Nomor : 13, Tahun: 2012, Tentang
yang bertempat di Kantor Kementerian Agama Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Kementerian
Kabupaten Landak serta instansi terkait. Agama. Dasar Hukum dan sekaligus dasar kebijakan
l. Masalah dan Tantangan Jabatan publik di Bimas Katholik:
1) Anggaran terbatas, SDM kurang mendukung a. Peraturan Pemerintah Rl Nomor 20 Tahun 2004
2) Sarana yang kurang memadai tentang
3) Data yang kurang Rencana Kerja Pemerintah;
akurat. m. Risiko Bahaya b. Peraturan Presiden RI Nomor 5 Tahun 2010 tentang
1) Penyalahgunaan wewenang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
2) Tuntutan masyarakat yang terlalu tinggi (RPJMN) Tahun 2010-2014,
3) Masyarakat yang c. Keputusan Menkowasbangpan No. 54/Kep/MK.
heterogen. n. Isyarat Jabatan Waspan/9/1999 tanggal 30 september 1999 tentang
1) Pangkat /golongan Penata (III/C) jabatan fungsional penyuluhan agama dan angka
2) Pendidikan Formal Minimal S.1 Sarjana Agama kreditnya.
dan d. Keputusan Menteri Agama RI Nomor 168 Tahun
Teologi-filsafat 2000 tentang Pedoman Perbaikan Pelayanan
3) Pengalaman kerja minimal pernah menduduki Masyarakat di Lingkungan Departemen Agama;
tugas Pengawas Pendidikan Agama/ Gereja e. Peraturan Menteri Agama RI Nomor 10 Tahun 2010
Katholik (PAK) dan Penyuluh Agama / Gereja tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama
Katholik (PAK) di lingkungan Bimas (Bimbingan RI;
Masyarakat) Katholik di Kantor Kemenag f. Peraturan Bersama Menteri Agama (PMA) dan Menteri
(Kementerian Agama), Kabupaten Landak. Dalam Negeri Nomor 9 dan Nomor 8 Tahun 2006
4) Persyaratan Umum tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/
a) Minimal 35 Tahun Wakil Kepala Daerah dalam Pemeliharaan Kerukunan
b) Maksimal 55 Tahun Umat Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan
5) Persyaratan Kompetensi Umat Beragama, dan Pendirian Rumah Ibadat;
a) Attitude/ sikap, kepribadian yang dewasa, g. Keputusan Dirjen Bimas Katholik Nomor 109/2005
bermoral, beriman, berprinsip dan berwawasan tentang Visi dan Misi sebagai Arah Kebijakan
luas Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat (Bimas)
b) Pengetahuan dan kemampuan manajerial Katholik Departemen Agama.Rumusan Masalah:
c) Keahlian/memahami hukum Pemerintah dan Bagaimana implementasi kebijakan Tugas Pokok
Gereja dan Fungsi
Charollus: Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik

(Tupoksi) Urusan Agama Katholik pada Kantor a. Kelompok Layanan Administratif, yaitu layanan yang
Kemenag menghasilkan bentuk dokumen resmi yang dibutuhkan
(Kementerian Agama) di Kabupaten Landak. oleh publik. Misalnya: status kewarganegaraan,
1) Tujuan sertifikat kompetensi, kepemilikan dan penguasaan
Perumusan Visi - Misi, arah kebijakan, dan terhadap suatu barang dan sebagainya. Dokumen-
program di bidang Urusan Agama Katolik dokumen ini antara lain: Kartu Tanda Penduduk
bertujuan : (KTP), akte kelahiran, keterangan kematian, Buku
a) Memberi gambaran komperehensif tentang Kepemilikan kendaraan Bermotor (BPKB), Surat Ijin
penyelenggaraan urusan agama/ Gereja Mengemudi (SIM), Surat Tanda Nomor Kendaraan
Katholik Romawi (Katholik) dalam kerangka (STNK), Ijin Mendirikan Bangunan (IMB), paspor,
pelaksanaan tugas dan fungsinya sesuai sertikat kepemilikan/ penguasaan tanah dan
kebijakan Direktur Jenderal Bimbingan sebagainya (Bagi yang beragama Katholik di seluruh
Masyarakat (Bimas) Katholik wilayah Kabupaten Landak).
b) Sebagai acuan dalam perencanaan,
b. Kelompok Layanan Barang yaitu layanan yang
pelaksanaan, dan evaluasi program dan
menghasilkan berbagai bentuk/ jenis yang digunakan
kegiatan di bidang Urusan Agama/ Gereja
oleh publik. Misalnya jaringan telepon, penyediaan
Katholik Romawi di lingkungan Ditjen Bimas
tenaga listrik, air bersih dan sebagainya (Bagi yang
Katholik.
c_ Sebagai pedoman dalam mewujudkan beragama Katholik di seluruh wilayah Kabupaten
kerjasama dengan mitra kerja Ditjen Bimas Landak).
Katholik di bidang Urusan Agama/ Gereja c. Kelompok Layanan Jasa yaitu layanan yang
Katholik Romawi (Katholik). menghasilkan berbagai jasa yang dibutuhkan oleh
publik. Misalnya pendidikan, pemeliharaan kesehatan,
Menurut salah satu kajian yang dilakukan oleh Komisi penyelenggaraan transportasi, pos dan sebagainya
Hukum Nasional (KHN), pelayanan publik diartikan (Bagi yang beragama Katholik di seluruh wilayah
sebagai: “suatu kewajiban yang diberikan oleh Kabupaten Landak).
konstitusi atau Undang-undang (UU) kepada pemerintah
untuk memenuhi hak–hak dasar warga Negara atau Disini, Kantor Bimas (Bimbingan Masyarakat)
penduduk atas suatu layanan (publik/ masyarakat Katholik di Kantor Kemenag, Kabupaten Landak
Katholik)”. Pengertian menurut KHN ini secara tegas sendiri. Dapat menjadi penjembatan antara masyarakat
menekankan bahwa pelayanan publik merupakan kewajiban Katholik di seluruh Kabupaten Landak dengan Instansi
pemerintah (Negara Republik Indonesia). Batasan ini Pemerintah Daerah (Kantor milik Pemerintah/ Lembaga
berbeda dengan batasan yang diberikan oleh Menpan R.B Pemerintahan) di Kabupaten Landak yang lainnya. Dalam
(Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi penyelenggaraannya, pelayanan publik dilandasi dengan
Birokrasi) yang mendefinisikan pelayanan publik hanya prinsip–prinsip yang tercantum dalam The Charter of
sebagai kegiatan instansi pemerintah. Fundamental Right of the European Union dalam pasal:
Pada hakekatnya pelayanan publik merupakan amanat 14. Prinsip-prinsip itu adalah :
dari rakyat kepada pemerintah. Oleh sebab itu pemahaman 1) Memperoleh penanganan urusan–urusannya secara
mengenai pelayanan publik haruslah dipahami secara tidak memihak, adil dan dalam waktu yang wajar.
benar. Pemahaman tersebut harus dijadikan sebagai dasar 2) Hak untuk didengar sebelum tindakan individual
kegiatan guna meningkatkan akuntabilitas pelayanan. apapun yang akan merugikan dirinya diputuskan.
Kebijakan pelayanan publik harus bersifat menghormati, 3) Hak atas akses untuk memperoleh berkas milik pribadi
melindungi dan memenuhi hak–hak dasar manusia. dengan tetap menghormati kepentingannya yang sah
Menurut Jim St. George (2003:48), pengertian hak–hak atas kerahasiaan dan atas kerahasiaan
dasar tersebut sebagai hak ekonomi, sosial dan budaya, profesionalitasnya.
yakni hak–hak dasar yang harus dipenuhi oleh setiap 4) Kewajiban pihak Aparatur Negara untuk memberikan
individu untuk membebaskan dirinya dari kemiskinan, alasan–alasan yang mendasari keputusannya.
keterasingan dan keterbelakangan. Termasuk di dalamnya 5) Memperoleh ganti rugi yang ditimbulkan oleh lembaga
adalah hak untuk memperoleh makanan, pakaian, atau aparatur pemerintah yang menjalankan tugasnya.
pendidikan, kesehatan, perumahan dan pekerjaan. Selain prinsip, pelayanan publik juga memiliki
Penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak–hak beberapa asas yang perlu untuk diterapkan dalam
dasar itulah yang harus menjadi prioritas terpenting dari pemberian pelayanan. Adapun asas dari pelayanan publik
pemerintah dalam menetapkan anggaran publik sebagai tersebut adalah :
produk kebijakan. a. Transparansi
Permasalahan pelayanan publik ini juga tercantum Transparansi disini berarti pelayanan publik bersifat
dalam lampiran ke 3 Keputusan Menpan No. 63/Kep./M. terbuka yaitu mudah untuk diakses oleh semua orang
PAN/7/2003, paragraf 1 butir: c, tentang Pedoman Umum yang membutuhkan pelayanan.
Penyelenggaraan Pelayanan Publik. Pelayanan publik oleh b. Akuntabilitas
pemerintah tentang Kementerian Agama (Kemenag) dan Adanya pertanggung jawaban yang bersifat bottom
Aparatur Publik yang lainnya itu dibedakan menjadi tiga up. Artinya ada pertanggungjawaban dari penyedia
sebagai berikut:
Charollus: Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik

layanan kepada pengguna layanan yang dilaksanakan


sesuai peraturan perundang-undangan.
Charollus: Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik

c. Kondisional semakin baik juga kualitas pelayanan yang diberikan oleh


Sesuai dengan kemampuan dan kesanggupan pemberi Bimas (Bimbingan Masyarakat) Katholik, di Kantor
dan penerima layanan namun tetap berpegang Kemenag (Kementerian Agama), Kabupaten Landak
terhadap prinsip efisiensi dan efektivitas. tersebut.
d. Keseimbangan hak dan kewajiban Sebaiknya pelayanan publik di lingkungan Bimas
Artinya penyedia layanan dan pengguna layanan (Bimbingan Masyarakat) Penyelenggara Katholik yang
harus memiliki hak dan kewajiban masing-masing. secara umum didambakan dan menjadi acuan bagi
e. Kesamaan hak pelayanan yang lebih prima di Kantor Kemenag
Tidak ada tindakan diskriminatif dalam pemberian (Kementerian Agama) Kabupaten Landak itu, adalah :
layanan. Artinya pemberian layanan tidak a. Adanya kemudahan dalam pengurusan kepentingan
membedakan agama, ras, suku bangsa dan golongan. dengan pelayanan yang cepat.
f. Partisipatif b. Memperoleh pelayanan yang wajar tanpa gerutuan,
Asas partisipatif mendorong peran masyarakat dalam sindiran atau dengan kata lain semacam itu yang
proses pelayanan publik. Dengan lebih nadanya mengarah pada permintaan sesuatu, baik
memperhatikan aspirasi, kebutuhan serta harapan untuk alasan dinas atau untuk kesejahteraan.
masyarakat terhadap perbaikan pelayanan. c. Mendapatkan perlakuan yang sama dalam pelayanan
terhadap kepentingan yang sama.
Untuk meningkatkan kualitas masyarakat maka
d. Pelayanan yang jujur dan terus
dibutuhkan sebuah tolls untuk mencapai hal tersebut. terang.
Adapun cara yang dapat dilakukan untuk mewujudkan hal
tersebut adalah dengan melembagakan program Selain itu kontrol pelayanan rohani/ keagamaan yang
Kementerian Agama (Kemenag). Tugas, Pokok dan religius di dalam Bimas (Bimbingan Masyarakat) Katholik
Fungsi (Tupoksi) Bimas (Bimbingan Masyarakat) di lingkungan Kabupatan Landak dan juga di sekitar
Katholik, di Kantor Kemenag (Kementerian Agama) Kantor Instansi/ Lembaga milik PemKab (Pemerintah
Kabupaten Landak. Dalam Peraturan Menten Agama Rl Kabupaten) Landak itu, juga terdapatnya beberapa
(PMA), Nomor:10, Tahun: 2010 , tentang Organisasi dinamika. Dinamika itu antara lain:
dan Tata Kerja Kementerian Agama RI, ditegaskan
bahwa Direktorat Urusan Agama/ Gereja Katholik Dinamika Gereja
Romawi, DITJENBIMAS Katholik mempunyai tugas: Mencermati kondisi dan kebutuhan umat/ masyarakat
“melaksanakan perumusan kebijakan, pelaksanaan Katolik pada umumnya, maka dapat disebutkan beberapa
kebijakan, standarisasi, pemberian bimbingan teknis dan hal:
evaluasi di bidang urusan agama/ Gereja Katholik a. Umat atau masyarakat Katolik Indonesia sebagai
Romawi (Katholik)” (Pasal 514). Dalam melaksanakan bagian integral dari masyarakat Indonesia, tersebar di
tugas, tersebut, Direktorat Urusan Agama/ Gereja Katholik seluruh wilayah Nusantara dengan penyebaran yang
Romawi (Katholik) menyelenggarakan fungsinya tidak merata. Di beberapa Daerah masyarakat Katolik
berdasarkan Tugas Bimas Katholik yang berhubungan menjadi kelompok masyarakat dengan jumlah yang
dengan Peraturan Menteri Agama (PMA), Nomor 13, tergolong besar, namun di banyak Daerah,
Tahun: 2012, pasal: 497, ayat: masyarakat Katolik menjadi kelompok kecil di
3. tengah-tengah kelompok yang lebih besar. Kondisi ini
Hasil dari penelitian menunjukan bahwa penerapan merupakan tantangan tersendiri bagi pembinaan
implementasi organisasi dan tata kerja intansi vertikal masyarakat Katolik.
yang religius di Kantor Kementerian Agama (Kemenag) b. Berdasarkan dokumen-dokumen Gereja, para katekis/
di Kabupaten Landak, berdasarkan PMA (Peraturan tenaga pastoral awam mempunyai peranan yang
Menteri Agama), Nomor: 13, Tahun: 2012 telah sangat penting dalam Gereja, sebagai
membawa banyak perubahan menyangkut tata cara dan Pembina/pendamping umat. Tenaga-tenaga tersebut
prosedur pelayanan serta nilai dan etika pelayanan. adalah “orang-orang penting dalam Gereja Katolik”
Dengan diterapkannya kontr menjadikan pelayanan prima (Duta Vatikan dalam Pertemuan Nasional katekis
sebagaimana tujuan yang ingin dicapai dalam rangka 2010 di Sawangan - Bogor). Namun dalam kenyataan,
memberikan kepuasan kepada masyarakat pengguna jumlah tenaga Pastoral awam yang diangkat oleh
layanan. Citra pelayanan publik yang dilakukan oleh Gereja (Keuskupan/ Paroki) dalam beberapa tahun
instansi pemerintah yang selama ini terkesan tidak terakhir mengalami penurunan tajam. Hal tersebut
transparan, tidak berkepastian serta berbelit- belit berhasil tidak sebanding dengan pertumbuhan Gereja dan
diubah dengan menggunakan pendekatan kekeluargaan program pengembangan Komunitas Basis Gerejani
dan religius. Dengan memberikan kepastian, keramahan (KBG) yang dicanangkan oleh Organisasi Gereja
dan keterbukaan maka akan dapat memberikan kepuasan SAGKI tahun: 2005 dan 2010. Pada sisi lain, tenaga-
kepada masyarakat pengguna layanan. Semakin tinggi tenaga teknis keagamaan Katolik yang diangkat oleh
tingkat kerohanian masyarakat Katholik di wilayah Pemerintah seperti Penyuluh Agama Katholik
Kabupaten Landak ini sebagai pengguna layanan (PAK), Juru Penerang Agama Katolik dan Guru
maka, Agama Katolik, mengalami peningkatan. Dalam
kondisi seperti
Charollus: Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik

ini, peranan Penyuluh dan Juru Penerang Agama barang, jasa, informasi, manusia dengan gaya hidup dan
Katolik sangat penting. Tenaga-tenaga Pastoral PNS nilai
diharapkan dapat berperan penting dalam rangka
pengembangan Komunitas Basis, memberikan
bimbingan keagamaan dan penyuluhan pembangunan
melalui bahasa agama.
c. Keberagaman yang masih formalitas, belum
terimplementasikannya nilai-nilai dan ajaran agama
di tengah-tengah masyarakat, serta semakin
menurunnya kesadaran akan nilai persatuan dan
kesatuan bangsa dalam masyarakat Indonesia yang
sangat majemuk akhir- akhir ini, juga berdampak pada
masyarakat Katholik.
d. Pemahaman Gereja Katholik Romawi (Katholik)
tentang hubungan antara negara dengan agama ikut
memengaruhi pola kerjasama antara institusi
Pemerintahan dengan institusi Gereja. Dalam upaya
bersama untuk membangun umat/ masyarakat Katolik
Indonesia yang berkualitas, yang “seratus persen
Katolik dan seratus persen warga Negara yang
Pancasilais” (Visi Bimas Katolik), atau yang
“sepenuh-penuhnya beriman Katolik dan seutuh-
utuhnya berjiwa Indonesia” (PGKI No. 16)
dibutuhkan kerjasama yang erat dan sinergis antara
lembaga Agama dengan institusi Ditjen Bimas
Katolik, baik di Pusat maupun di Daerah. Sinergi
dalam membangun umat/masyarakat Katolik
dibangun dengan tetap memahami tugas dan fungsi
serta menghormati otonomi masing-masing pihak di
bidangnya.

Dinamika Masyarakat
Bagi bangsa Indonesia yang serba majemuk, persatuan
dan kesatuan merupakan nilai yang sangat penting bagi
tetap tegak dan berkembangnya Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). dalam kerangka persatuan dan
kesatuan bangsa tersebut, beberapa faktor yang perlu
diwaspadai seperti (1) Terjadinya pergeseran nilai
persatuan dan kesatuan bangsa, dengan menguatnya
kepentingan kelompok, (2) Formalisme agama, dimana
keberagaman lebih menonjolkan simbol-simbol keagamaan
dan struktur organisasi dari pada pengamalan nilai-nilai/
ajaran agama, (3) Implementasi hukum agama dalam
kehidupan bersama/ bermasyarakat melalui Peraturan
Daerah (PerDa) bernuansa syariat yang berbasiskan
agama Islam yang radikal. (4) Makin terabaikannya
Pancasila dan nilai-nilainya sebagai landasan hidup
bersama dalam masyarakat Indonesia yang majemuk, (5)
Kemerosotan moral dalam berbagai lapisan masyarakat,
dan lain-lainnya. Lembaga agama dan kelompok-
kelompok Kategorial Katholik (KK), serta tenaga teknis
keagamaan Katholik harus berperan positip dalam upaya
mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa,
keharmonisan hidup, serta memelihara moralitas
masyarakat.

Globalisasi
Globalisasi merupaka n suatu istilah untuk
menggambarkan “dunia tanpa batas” dalam hal arus modal,
Charollus: Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik

yang mendasarnya. Dunia global merupakan lingkungan


kehidupan yang diwarnai persaingan ketat dan kerjasama
kemitraan sekaligus. Dalam dunia global, hubungan dan
saling pengaruh antar bangsa dan antar kelompok
masyarakat merupakan keniscayaan dimana kualitas
pribadi/ kelompok dan kemampuan bekerja sama dengan
pihak lain dalam kemitraan menjadi kata kunci.

Pembahasan Hasil Penelitian


Bagian ini merupakan pembahasan hasil pengujian
penelitian kualitatif atau penjelasan pemecahan masalah
(pengujian kebenaran) yang merupakan bagian terpenting
Bab ini menunjukkan tingkat penguasaan peneliti terhadap
paradigma, konsep dan teori yang digunakan dan
dipadukan dengan hasil penelitian secara dan empirik
sehingga dapat menjelaskan rumusan masalah yang
diajukan serta pembahasan hasil penelitian yang dilakukan,
dan pengambil kebijakan pihak-pihak yang terkait dengan
penelitian.
Salah satu unit kerja di lingkungan Kantor Kementerian
Agama Kabupaten Landak adalah Penyelenggara Katolik
yang mempunyai tugas menyelenggarakan pembinaan
bimbingan kepada masyarakat (Bimas) Katholik secara
khusus di seluruh wilayah administratif Kabupaten
Landak. Sejak adanya unit Kerja Bimas Katolik di Kantor
Kementerian Agama (Kemenag), Kabupaten Landak,
sesuai dengan Peraturan Menteri Agama (PMA) No. 13
tahun 2012.
Dalam penelitian dengan menggunakan pendekatan
kualitatif dapat diperoleh gambaran yang mendalam
mengenai suatu permasalahan. Akan tetapi, menurut
Moloeng (2000:
62), penyajian data tetap diperlukan dengan tujuan:
a. Penyajian Data akan membatasi
studi;
b. Menentukan kriteria masukan-masukan suatu
informasi yang diperoleh di lapangan;
Tugas, Pokok dan Fungsi (Tupoksi) Bimas (Bimbingan
Masyarakat) Katholik, di Kantor Kemenag (Kementerian
Agama) Kabupaten Landak. Dalam Peraturan Menten
Agama Rl (PMA), Nomor:10, Tahun: 2010 ,tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama RI:
“ditegaskan bahwa Direktorat Urusan Agama/ Gereja
Katholik Romawi, DITJENBIMAS Katholik meinpunyai
tugas “melaksanakan perumusan kebijakan, pelaksanaan
kebijakan, standarisasi, pemberian bimbingan teknis dan
evaluasi di bidang urusan agama/ Gereja Katholik Romawi
(Katholik)” pada Pasal: 514. Dalam melaksanakan Tugas,
Pokok, dan Fungsi (Tupoksi) tersebut, Direktorat Urusan
Agama/ Gereja Katholik Romawi (Katholik)
menyelenggarakan fungsinya antara lain”:
a. Perumusan kebijakan di bidang kelembagaan,
penyuluhan dan pemberdayaan umat Katholik;
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang kelembagaan,
penyuluhan dan pemberdayaan umat Katholik;
c. Penyusunan norma, standar prosedur, dan kriteria di
bidang kelembagaan, penyuluhan dan pemberdayaan
umat Katholik;
Charollus: Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik

d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) untuk
kelembagaan, penyuluhan, dan pemberdayaan umat masa 5 tahun, mulai tahun 2015 kita akan memasuki
Katholik; dan RPJMN tahap ketiga (2015-2019), dan Rencana Kerja
e. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Pemerintah (RKP) untuk masa 1 tahun. Di tingkat
Direktorat Urusan Agama/Gereja Katholik Romawi Kementerian/ Lembaga untuk rencana jangka menengah
(Katholik). disebut Renstra Kementerian/Lembaga dan untuk rencana
kerja tahunan dituangkan dalam Rencana Kerja
Perencanaan dan penganggaran merupakan suatu
Kementerian/Lembaga (RKA-K/L)
rangkaian kegiatan yang terintegrasi. Program yang akan
Berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 17 tahun
dilaksanakan oleh Pemerintah wajib dituangkan dalam
2003, anggaran disusun berdasarkan rencana kerja. Dengan
suatu rencana kerja. Ketentuan tentang perencanaan ini
demikian, yang memperoleh alokasi anggaran adalah
diatur dalam Undang-Undang (UU) Nomor 25 Tahun 2004
program/kegiatan prioritas yang tertuang dalam rencana
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
kerja (RKA-K/L). Dengan mekanisme demikian,
(PPN). Rencana kerja terdiri dari Rencana Pembangunan
program/kegiatan Pemerintah yang direncanakan itulah
Jangka Panjang Nasional (RPJPN) untuk masa 20 tahun,
yang akan dilaksanakan. RKA-K/L selanjutnya
Rencana
disampaikan kepada Menteri Keuangan untuk

Tabel 1.3 Permasalahan/kendala dan solusi Penyelenggara Katolik Kantor Kementerian Agama Kab. Landak
No Permasalahan/Keadaan Yang Dihadapi Pemecahan Permasalahan/ Keadaan yang Diinginkan
I. ADMINISTRASI
Terbatasnya formasi penerimaan CPNS untuk jajaran Perlu peningkatan formasi CPNS (Pengangkatan Tenaga
1.
Bimas Katolik Administrasi, Penyuluh agama dan Guru PAK)
Perlu adanya penambahan ruang Penyelenggaraan Katolik
2. Kurang tersedianya ruang kerja yang representative yang representative
Penambahan dan peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM)
yang professional baik penguasaan Teknology informasi
3. Kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM)
maupun tenaga administrasi dan tenaga pendidik dan
kependidikan
Penyediaan Fasilitas penunjang tupoksi, sarana penunjang
4. Kurang tersedianya sarana prasarana kegiatan Administrasi dalam hal ini penunjang alat pengolah
data (Laptop), transportasi (kendaraan roda dua,)
II. URUSAN AGAMA
Kurangnya alokasi dana untuk fungsi pelayan hidup Perlu peningkatan alokasi dana
1. beragama
Perlu adanya pengalokasian dana dan sarana yang memadai
2. Letak Geografis yang cukup luas (22 Kecamatan) untuk peningkatan pelayanan penyelenggaraan Katholik.
Perlu adanya komunikasi yang baik dengan pengurus Gereja
3. Masih banyaknya bangunan Gereja yang belum ber-IMB
(BGKP) untuk segera mengurus pendirian rumah ibadah.
Perlu adanya peningkatan bantuan operasional lembaga
4. Kurangnya bantuan operasional lembaga keagamaan keagamaan
III. PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
Terbatasnya jumlah Guru Pendidikan Agama/Gereja Perlu adanya pengangkatan guru Pendidikan Agama/ Gereja
1.
Katholik Katholik
Perlu adanya pengalokasian dana untuk penyelenggaraan
Belum tersedianya dana operasional penyelenggaraan
2. sertifikasi Guru dan Pengawas PAK di daerah sertifikasi Guru dan Pengawas PAK untuk menghindari
adanya pungutan-pungutan dari peserta sertifikasi guru
Perlu disosialisasikan PP NO.55 th 2007 kelembagaan
3. Rendahnya pemahaman Publik tentang PP No. 55 th 2007
pendidikan Katholik
Belum adanya alokasi dana khusus bagi siswa miskin Bantuan beasiswa bagi siswa miskin (Katholik)
4. (Katholik)
5. Kurangnya sarana dan prasarana pendidikan Perlu penyediaan sarana prasarana pendidikan yang memadai
Keterangan: Permasalah/kendala dan cara mengatasinya yang berada di dalam Kantor Kemenag (Kementerian Agama), terutama
Bimas (Bimbingan Masyarakat) Katholik, Kabupaten Landak. Sistem ini merupakan cara instansi tersebut untuk mengatasi
permasalahan/ kendala di dalam Instansi tersebut. Dengan menggunakan cara yang berada di dalam Tabel di atas ini.
(Sumber: Buku Pedoman dan Buku Profil Bimas (Bimbingan Masyarakat) Katholik, di Kantor Kemenag (Kementerian Agama),
Kabupaten Landak. Tahun: 2013-2015).
Charollus: Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik

dihimpun menjadi RAPBN. Peraturan Pemerintah (PP), untuk membebaskan manusia dari bentuk penindasan dan
Nomor: 90, Tahun: 2010, tentang Penyusunan Rencana ketidak adilan, justru akan menjadi alat pemerintah yang
Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga menindas dan mengeksploitasi warganya dan membawa
menyebutkan bahwa RKA-K./L adalah dokumen kepada kesengsaraan. Sosial Politik (SosPol) tidak lagi
rencana keuangan tahunan Kementerian/Lembaga yang tunduk pada agama, bahkan sebaliknya agama dibuat
disusun menurut Bagian Anggaran Kementerian/Lembaga. tunduk tak berdaya melawan kekuatan politik. Di pihak
Pada saat ini, RKA-K/L Kementerian Agama Tahun lain, adalah kewajiban moral agama untuk mengarahkan
Anggaran 2015 termasuk di dalamnya untuk Program politik agar tidak berkembang menurut caranya sendiri
Bimbingan Masyarakat Katolik telah disampaikan ke yang membawa pada kerusakan. Disini agama tidak
Menteri Keuangan dan Menteri Agama Pusat RI. terlibat langsung kedalam politik praktis. Karena bila
PROGRAM PRIORITAS dari BIMAS KATHOLIK agama berada dalam kooptasi politik, maka agama sebagai
tentang Lintas Gereja dan Lintas Agama atau Kepercayaan kekuatan moral akan hilang dan tidak mampu lagi
maupun Lintas Organisasi di lingkungan Kabupaten mengarahkan politik. Maka disini agama dan politik harus
Landak: Hubungan PoliƟk dan Agama. diwaspadai, sehingga keduanya tidak berjalan pada posisi
Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah yang salah berkaitan dengan pemahaman Tradisional
sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga Agama maupun Konservatif.
disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan Pemakalah akan menjelaskan sedikit tentang agama
ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian tradisional, yaitu dimana dalam sebuah agama ini memiliki
dengan kepercayaan tersebut. Agama sendiri ada dua pandangan yang konservatif atau memposisikan ajarannya
katagori yaitu agama samawi yaitu agama yang diperoleh sebagai agama yang memiliki suatu doktrin dan ikatan-
melalui Wahyu Illahi antara lain Islam, Kristen dan ikatan tradisi lama atau kuno yang belum mau bersentuhan
Yahudi. Dan agama Wad’i atau agama lokal/ atau tercampur dengan wacana keilmuan yang selain dari
Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa (Allah agamanya, contohnya seperti kebanyakan pemikir tokoh
Y.M.E) yang juga sering disebut sebagai agama budaya islam. Dalam pandangan konservatif ini elemen-elemen
yang diperoleh berdasarkan kekuatan pikiran atau akal dasar sosial selain bersumber dari agamanya dianggap
budi manusia antara lain Hindu, Buddha, Tao, Khonghucu bagian yang senantiasa berlawanan bahkan dapat
dan berbagai aliran keagamaan lain atau kepercayaan. mengancam. Salah satu tanda dalam pandangan
Adapun politik dan birokrasi pemerintahan itu adalah konservatif ini adalah bahwa agama harus tetap
seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara disandingkan dengan negara, baik dalam bentuk undang-
konstitusional maupun nonkonstitusional. Namun disini undang, serta pemimpin suatu negara harus merupakan
politik juga dapat dipandang dari sisi yang berbeda orang yang mengetahui agama secara keseluruhan.
yaitu: 1) Usaha yang ditempuh warga negara untuk Karakteristik dari penganut agama tradisional ini
mewujudkan kebaikan bersama (teori klasik Aristoteles), adalah: pertama, jika berargumentasi harus jelas dan
2) hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan dalilnya harus berasaskan Kitab Suci/ Alkitab. Kedua,
pemerintahan dan negara, 3) merupakan kegiatan yang penggunaan rasio harus sesui dengan Alkitab rujukan yang
diarahkan untuk mendapatkan dan mempertahankan mereka yakini paling benar. ketiga, dalam konteks
kekuasaan di masyarakat, 4) segala sesuatu tentang proses keyakinan harus berdasarkan pada kitab yang diyakini
perumusan dan pelaksanaan kebijakan publik. paling benar . Penganut agama tradisional sumber rujukan
Di antara pengertian diatas, antara agama dan politik pertama adalah kitab sucinya saja, karena itu bersumber
terdapat perbedaan yang sangat mencolok yaitu agama dari tuhan secara langsung. Adapun rasio hanya sebagai
digunakan oleh manusia sebagai sarana untuk memurnikan pembenar, sebagai saksi, dan bukan sebagai penentu.
jiwa bahkan agama menjadi pedoman hidup yang kekal, Jadi, dalam pendekatan kaum tradisional, akal berada
sedangkan politik sejatinya digunakan untuk mengatur dibawah kitab yang diyakininya benar dan iya tidak dapat
pemerintahan yang tujuan akhirnya menyejahterahkan berdiri sendiri sebagai dalil, tetapi hanya sekedar untuk
kehidupan rakyatnya. Kadang kita bertanya dalam hati mendekatkan kepada Tuhan Yesus Kristus sendiri.
apakah ada hubungan antara agama dan politik. Pemakalah Untuk mewujudkan Arah kebijakan tersebut, beberapa
merasa bahwa setiap orang pasti bertanya akan hal ini. program ditetapkan sebagai program prioritas. Penetapan
Singkatnya dalam konteks kehidupan sosial bermasyarakat program prioritas tersebut didasarkan atas pertimbangan
dan bernegara, hubungan antara agama dan politik akan nilai strategisnya serta dampaknya terhadap program
memiliki suatu keterkaitan, namun keduanya harus tetap lainnya.
dibedakan. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang religius
Satu pihak, masyarakat agama memiliki kepentingan sebagaimana termuat dalam ideologi negara, Pancasila,
mendasar agar agama tidak terkontaminasi atau dikotori dan melembaga dalam keberadaan Kementerian Agama
kepentigan sosial politik (sospol), karena bila agama RI. Adanya Kementerian Agama RI sebagai salah satu
berada dalam dominasi politik, kita disini dapat berpikir Kementerian Negara yang didirikan tanggal 3 Januari 1946
dengan logis akan terjadi penyelewengan. Agama yang menunjukkan bahwa bagi bangsa Indonesia, agama
awalnya bertujuan menjadi
Charollus: Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik

bagian penting dan strategis dalam kehidupan berbangsa terbuka, berdialog, inennju Indonesia Baru (SAGKI 2000),
dan bernegara, Agama diharapkan menjadi sumber dalam upaya membangun habims baru bangsa (SAGKl
pembentukan etika dan moralitas bangsa. 2005)”. Melalui program dan kegiatan di bidang urusan
Undang-Undang Dasar Negara Republik (UUD) agama Katholik. diharapkan dapat menciptkan masyarakat/
Indonesia 1945 dalam Pembukaannya mengamanatkan umat Katholik yang“seratus persen Katholik dan seratus
bahwa salah satu tujuan negara Kesaluan Republik persen warga negara Kesatuan Republik Indonesia yang
Indonesia adalah mewujudkan kesejahteraan rakyat. Pancasilais dalam wadah negara Kesatuan yang
Pembangunan bidang agama sebagai upaya mewujudkan berbhineka tunggal ika” (Visi Ditjen Bimas Katholik),
kesejahteraan rakyat raempakan bagian, rangkaian upaya menuju Indonesia yang maju, bersaudara, dan bermartabat.
kunci peningkatan kualitas hidup masyarakat Indonesia Studi Implementasi mengenai Keputusan Menteri Agama
(bdk. RPJMN 2010 - (KMA), Nomor :13, Tahun : 2012, Tentang Organisasi
2014 Bab 11). Demi terwujudnya masyarakat Indonesia dan Tata Kerja Instansi Vertikal Kementerian Agama,
yang berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudáya dan khususnya di Kantor Kemenag, Bimas (Bimbingan
beradab. Pembangunan bidang agama merupakan sub Masyarakat) Katholik di Kabupaten Landak.
sistem pembangunan nasional untuk memperkuat nilai-nilai a) Arah Kebijakan dan Strategi.
moral bangsa; memupuk berkembangnya masyarakat 1. Arah Kebijakan
bangsa yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan a. Kelembagaan.
Yang Maha Esa (YME), rukun, saling menghargai antara Mengacu pada RPJMN 2010 - 2014, maka
sesama warga negara dalam masyarakat yang majemuk. pembinaan kelembagaan Agama/ Gereja
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang Katholik Romawi (Katholik) diarahkan
berdasarkan Pancasila dan berkementerian Agama, bukan pada peningkatan kapasitas lembaga agama/
negara Agama dan bukan negara Sekuler (Sekulerisasi). Gereja Katholik Romawi (Katholik) dalam
Negara memberi perhatian pada pembangunan bidang pelayanan dan pembinaan iman umat dengan
agama, tanpa mencampuri urusan intern agama tujuan: (1) Meningkatkan ketaatan dalam
menyangkut inti ajaran masing-masing agama. Dalam pelaksanaan ritual keagamaan/ Gereja
pembangunan bidang agama, pemerintah menjalankan Katholik, (2) Meningkatkan perwujudan
peran sebagai fasilitalor. Pemerintah memfasilitasi kesalehan sosial sejalan dengan kesalehan
peningkatan kehidupan beragama, memfasilitasi ritual (3) Meningkatkan Dialog dan
penyelenggaraan pendidikan agama dan pendidikan kerjasama intern dan antar umat beragama dan
keagamaan, serta membangun harmoni kehidupan antar Pemerintah, (4) Meningkatkan koordinasi antar
umat beragama, warga masyarakat bangsa yang serba lembaga agama/ Gereja Katholik Romawi
(Katholik) dan dengan instansi Pemerintah, (5)
majemuk.
Meningkatkan peran serta tokoh/ pimpinan
Sejarah menunjukkan bahwa masyarakat/ Umat
Agama/ Gereja Katholik Romawi (Katholik)
Katholik, Lembaga agama dan Kelompok Kategorial
dalam Dialog Lintas Agama maupun
(KK), serta orang-orang Katholik di seluruh wilayah
Kepercayaan dan masyarakat dunia
Kabupaten Landak pada umumnya telah ikut serta internasional, (6) Meningkatkan mutu
membangun masyarakat bangsa melalui aneka karya di pengelolaan dan fungsi tempat ibadat Katholik,
tengah-tengah masyarakat. Kepedulian tersebut bahkan (7) Meningkatkan jaringan dan sistem
telah diwujudkan sebelum Indonesia merdeka. Sejalan informasi lembaga agama dan lembaga
dengan perintah Undang- Undang (UU) bahwa keagamaan Katolik.
pembangunan merupakan tanggung jawab Pemerintah b. Pemberdayaan Umat.
dan masyarakat, Ditjen Bimas Katholik tenis berupaya, Pemberdayaan Umat Katholik diarahkan
mengajak dan memfasilitasi peningkatan peran serta pada peningkatan peran umat Katholik dalam
masyarakat Katholik melalui lembaga-lembaga agama/ kegiatan kemasyarakatan sebagai ungkapan
Gereja Katholik Romawi (Katholik), dan Kelompok dan perwujudan iman Katholik. Kelompok
Kategorial (KK) itu sendiri. Dalam upaya mewujudkan Kategorial diarahkan pada pemberdayaan
masyarakat/ Umat Katholik yang beriman tangguh, melalui pendampingan, pembinaan atau
inklusif, toleran, dan memiliki rasa kebangsaan yang memberdayakan masyarakat Katholik sebagai
kokoh. warga Negara dan warga Gereja Katholik
Peningkatan mutu keberagamaan Katholik serta Romawi universal. Kelompok Kategorial
pengembangan wawasan dan semangat kebangsaan yang diharapkan menjadi pilar pendukung tegak
kuat diharapkan menjadi sumbangan, bagian dari upaya dan kokohnya Negara Kesatuan Republik
mewujudkan masyarakat Indonesia baru yang adil, Indonesia (NKRI) yang maju dan sejahtera. Hal
makmur, cerdas, bersatu, dan bermartabat, Upaya tersebut dilaksanakan melalui (1) Peningkatan
tersebut searah dengan kebijakan pastoral Gereja Katholik wawasan kebangsaan, hak asasi manusia dan
Indonesia adalah: “mewujudkan umat Katholik yang kesetaraan gender serta kebhinnekaan, (2)
sepenuh-penuhnya berimcm katolik don seutuh-utuhnya
berjiwa Indonesia (PGKI No. 16), melalui pengembangan
Kelompok Basis yang
Charollus: Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik

Peningkatan wawasan kemasyarakatan, (3) Kategorial (KK) dengan memperhatikan


Pengembangan pusat kajian keagamaan potensi dan arah pastoral masing-masing
Katholik dan sumber belajar masyarakat wilayah Gerejawi/ Keuskupan, serta visi dan
Katholik, (4) Penguatan peran Kelompok misi masing-masing Kelompok. Pusat kajian
Kategorial dalam pembenrukan karakter dan diharapkan dapat mcndorong munculnya
peradaban bangsa (5) Penguatan kapasitas tenaga- tenaga penggerak, kader yang
Kelompok Kategorial dalam menyampaikan berwawasan luas, berketerampilan, serta
dan mengartikulasikan aspirasi Katholik bermotivasi tinggi.
melalui cara damai, (6) Peningkatan kerjasama c. Optimalisasi Sumber Daya Manusia (SDM)
intern, antar lembaga keagamaan Katholik, Optimalisasi sumber daya mengandalkan
dan dengan Pemerintah/Pemerintah Daerah adanya pemenuhan kebutuhan pihak yang
dalam pengembangan kerjasama dan dilayani. Dalam memberikan pelayanan di
persatuan bangsa. bidang umsan agama/ Gereja Katholik
c. Penyuluhan Romawi (Katholik), diusahakan semaksimal
Penyuluhan agama/ Gereja Katholik Romawi mungkin untuk menyerap aspirasi/
(Katholik) diarahkan pada peningkatan kepentingan masyarakat Katholik. Dalam
mutu penyuluh dan tenaga teknis agama/ rangka pelayanan prima, program-
Gereja Katholik Romawi (Katholik). Hal program diprioritaskan pada program/ kegiatan
tersebut dilaksanakan melalui (1) Peningkatan yang bernilai strategis, berdampak luas, dan
kemampuan memanfaatkan sumber informasi berdaya ungkit besar.Dengan demikian, maka
melalui media massa dan teknologi informasi, sumberdaya yang tersedia dapat didayagunakan
(2) Peningkatan keterampilan menggunakan secara maksimal, efektif dan efisien.
metode dan sarana pembelajaran yang sesuai Ketiga strategi tersebut di atas dijabarkan
(3) Pengembangan wawasan multi kultural, dalam:
(4) Peningkatan pemahaman dan pengamalan 1) Peningkatan profesionalisme Penyuluh
nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran iman agama/ Gereja Katolik Romawi (Katholik).
dan moral Katolik, (5) Peningkatan wawasan 2) Peningkatan Mutu Juru Penerangan
keagamaan dan wawasan kebangsaan, (6) dan Tenaga Teknis Keagamaan/ Gereja
Peningkatan ketahanan terhadap ekses negatif Katholik
ideologi yang tidak sesuai dengan nilai luhur 3) Optimalisasi dukungan dan pelayanan
bangsa, terhadap Lembaga Agama/ Gereja Katholik
2. Strategi Romawi (Katholik) dan Kelompok
a. Pola Kemitraan Kategorial (KK).
Dalam mewujudkan program di bidang Urusan 4) Pengembangan jaringan komunikasi dan
Agama/ Gereja Katholik Romawi (Katholik), koordinasi antar Lembaga Agama dan
Direktorat Urusan Agama/ Gereja Katholik Kelompok Kategorial (KK).
Romawi (Katholik) membangun kerjasama 5) Pengembangan Kader penggerak
dalam pola kemitraan dengan Lembaga Agama Kelompok Basis Gerejani (KBG),
dan Kelompok Kategorial. Hal ini didasarkan khususnya melalui kelompok-kelompok/
atas pertimbangan bahwa pembinaan umat wadah pengkaderan..
Katolik dalam hal yang menyangkut ajaran 6) Penyediaan sarana/ prasarana penunjang.
iman dan moral merupakan tugas dan 7) Penyelenggaraan penerangan Agama/
kewenangan Gereja , sedangka n Direktora t Gereja Katholik Romawi (Katholik) yang
Jenderal Bimbingan masyarakat (Bimas) terbuka dan merata dengan mengupayakan
Katholik berfungsi sebagai fasilitator. Pola bantuan honorarium bagi juru penerang
kerjasama kemitraan dikembangkan melalui agama/ Gereja Katholik Romawi
Perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi (Katholik) dan tenaga teknis keagamaan/
Program/ kegiatan, baik pada tingkat Nasional, Gereja Katolik lainnya di lingkungan
Regional, maupun lokal, dengan tetap Gereja (Keuskupan, Paroki, Wilayah,
menghormati otonomitas masing-masing. Lingkungan, dan Stasi).
b. Pengembangan Pusat Kajian 8) Peningkatan peran serta umat/ masyarakat
Mengingat bahwa baik Lembaga Agama/ Katholik di seluruh wilayah Kabupaten
Gereja Katholik Romawi (Katholik) maupun Landak itu, di dalam mewujudkan
Kelompok Kategorial (KK) memiliki kerukunan hidup umat beragama.
kewenangan otonomi masing-masing, maka 9) Meningkatkan kerjasama antar Lembaga
dalam meningkatkan mutu pembinaan umat Agama maupun Kepercayaan yang lain dan
Katholik, dikembangkan sinergi melalui Kelompok Kategorial (KK).
pengembangan pusat kajian di lingkungan
lembaga agama dan Kelompok Maka tugas, pokok, dan fungsi (tupoksi)
Penyelenggaraan Katholik adalah melakukan
pelayanan dan bimbingan teknis, pembinaan
Charollus: Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik

serta pengelolaan data dan informasi di bidang berdialog dengan umat beragama/kepercayaan
bimbingan masyarakat yang berada di dalam lain adalah: “Bukan hanya berdiskusi tapi juga
Gereja Katholik Romawi (Katholik). Dari meliputi semua hubungan antar agama/ kepercayaan
Tugas, pokok, dan fungsi (Tupoksi) tersebut yang positif dan konstruktif dengan pribadi lepas
Penyelenggara, Bimas Katholik (Bimbingan pribadi dan jemaat-jemaat dari agama/ kepercayaan
Masyarakat) melaksanakan tiga Fungsi : (keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa) yang
Fungsi Kesekretariatan, Fungsi Urusan Agama/ lainnya, yang diarahkan untuk saling memahami
Gereja Katholik dan Fungsi Pendidikan dan saling memperkaya”. Yang dialog bukan
Agama/ Gereja Katholik.
agama/ kepercayaan yang satu dengan
3. Sikap Umat Kristiani (penganut Kristen/ Nasrani,
agama/kepercayaan yang lai, tetapi manusia atau
khususnya bagi Umat yang beragama Katholik di
orang-orang penganut agama-agama/ kepercayaan-
wilayah Kabupaten Landak sendiri)
kepercayaan tadi, maka lebih baik dipakai istilah
Sikap Yesus harus menjadi sikap setiap orang
Ada berbagai bentuk dialog yang dapat kita
Kristiani (umat/ masyarakat Katholik), maka perlu
kembangkan dengan saudara-saudari umat Islam,
diusahakan, antara lain :
Hindu, Budha, Kristen, Konghucu, Aliran
a. S i ka p- s i k a p ya n g B er si fa t
Kepercayaan dan agama asli (BAKORPAKEM:
M en ce ga h
Perpecahan Badan Koordinasi Penghayat Aliran Kepercayaan
Upaya-upaya konkret untuk membangun Terhadap/ Kepada Tuhan/ Allah Yang Maha Esa).
kehidupan bersama harus dikembangkan Berdasarkan dokumen gereja yang paling baru ada
dengan menghapus semangat primodial dan empat bentuk dialog antar umat beragama antara
semangat sectarian dengan menghapus lain:
sekat-sekat dan pengkotak-kotakan a. Dialog Kehidupan: yaitu cara hidup, yang
masyarakat menurut kelompok-kelompok ditemui adanya saling menghargai, kerjasama,
agama, etnis, dan lain- lainnya. dan hidup rukun bertetangga, meskipun
b. Sikap-sikap yang Positif/ Aktif penganut agama/ kepercayaan yang berbeda-
Dalam masyarakat majemuk, setiap orang beda.
harus berani menerima perbedaan sebagai suatu b. Dialog Karya: ini terjadi bila umat yang
rahmat. Perbedaan keanekaragaman adalah berbeda-beda agama ataupun kepercayaannya
keindahan dan merupakan factor yang menjalankan suatu karya bersama, misalnya
memperkaya. Adanya perbedaan itu member koperasi, kerja sama bidang kesenian, politik,
kesempatan untuk berpartisipasi kemanusiaan dan lain-lainnya.
menyumbangkan keunikan dan c. Dialog para Ahli: yaitu kerjasama antar
kekhususannya demi kesejahteraan bersama. para ahli dari bermacam-macam agama/
Perlu dikembangkan sikap saling menghargai, kepercayaan yang membicarakan suatu masalah
toleransi, menahan diri, rendah hati, dan rasa berdasarkan visi teologis atau pandangan
solidaritas demi kehidupan yang tentram, agama ataupun kepercayaannya, dan
harmonis dan dinamis. bagaimana menghayati hidup beragam
Setiap orang bahu-membahu menata masa mereka dalam hal doa, kontemplasi, iman,
depan yang lebih cerah, lebih adil, makmur, dan bagaimana berbhakti kepada Tuhan Yang
dan sejahtera. Mana Esa, dan lain-lainnya.
Mengusahakan tata kehidupan yang adil
Sementara itu, dalam pelayanan masyarakat/ umat yang
dan beradab. Mengusahakan kegiatan dan
berkaitan tentang Tugas, Pokok, dan Fungsi (Tupoksi)
komunikasi lintas suku, agama, dan ras.
Urusan Agama Katholik Pada Kantor Kemenag
4. Usaha-usaha untuk Membangun Persaudaraan
(Kementerian Agama) di Kabupaten Landak (Studi
Sejati antar Pemeluk Agama
Implementasi Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal
a. Usaha-usaha untuk menghindari Kerusuhan
1) Kita berusaha agar agama tidak diperalat Kementerian Agama yang berdasarkan Peraturan Menteri
demi kepentingan politik dan ekonomi. Agama (PMA), Nomor: 13, Tahun: 2012.
2) Kita mengambil sikap untuk menjauhkan Hasil dari pembahasan tentang penelitian saya ini di
diri dari setiap provokasi yang muncul dari Bimas (Bimbingan Masyarakat) Penyelenggara Katholik,
fanatisme buta. Kantor Kemenag (Kementerian Agama) di wilayah
3) Kita menjaga agar tidak terjadi pencemaran Kabupaten Landak ini menunjukkan bahwa penerapan
terhadap symbol-simbol agama mana pun. implementasi organisasi dan tata kerja intansi vertikal
Usaha-usaha positif mengadakan Berbagai yang religius di Kantor Kementerian Agama (Kemenag)
Bentuk Dialog dan Kerja Sama. Dialog adalah di Kabupaten Landak, berdasarkan PMA (Peraturan
suatu kata yang berasal dari bahasa Yunani yaitu Menteri Agama), Nomor: 13, Tahun: 2012 telah membawa
Dialogue yang berarti bercakap-cakap atau banyak perubahan menyangkut tata cara dan prosedur
berbicara. Sedangkan pelayanan
Charollus: Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik

serta nilai dan etika pelayanan. Dengan diterapkannya dan semangat kebangsaan yang kuat diharapkan menjadi
kontr menjadikan pelayanan prima sebagaimana tujuan sumbangan, bagian dari upaya mewujudkan Masyarakat/
yang ingin dicapai dalam rangka memberikan kepuasan Umat Katholik Indonesia baru, khususnya di seluruh
kepada masyarakat pengguna layanan. Citra pelayanan wilayah Kabupaten Landak yang adil, makmur, cerdas,
publik yang dilakukan oleh instansi pemerintah yang bersatu, dan bermartabat. Maka dari penelitian saya di
selama ini terkesan tidak transparan, tidak berkepastian Kantor Kemenag (Kementerian Agama), Bimas
serta berbelit- belit berhasil diubah dengan menggunakan (Bimbingan Masyarakat) Katholik di Kabupaten Landak
pendekatan kekeluargaan dan religius. Dengan itu, maka dari Tesis saya ini dapat diperoleh beberapa
memberikan kepastian, keramahan dan keterbukaan maka kesimpulan sebagai berikut:
akan dapat memberikan kepuasan kepada masyarakat 1. Upaya tersebut searah dengan Kebijakan Pastoral
pengguna layanan. Semakin tinggi tingkat kerohanian Katholik di Indonesia, mewujudkan Umat/
masyarakat Katholik di wilayah Kabupaten Landak ini Masyarakat Katholik yang sepenuh-penuhnya
sebagai pengguna layanan maka, semakin baik juga beriman Katholik dan seutuh-utuhnya berjiwa
kualitas pelayanan yang diberikan oleh Bimas Indonesia (Nasionalisme), melalui pengembangan
(Bimbingan Masyarakat) Katholik, di Kantor Kemenag Kelompok Basis Gerejani (KBG) yang terbuka,
(Kementerian Agama), Kabupaten Landak tersebut. berdialog, menuju Indonesia Baru (SAGKI
Pelayanan yang tulus-ikhlas, ramah, dan tetap religius dari 2000), dalam upaya membangun habitus (kehidupan)
Para Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau penyedia layanan baru bangsa Indonesia (SAGKl 2005). Melalui
yang biasanya menggunakan tanda nama di lingkungan program dan kegiatan di Bidang Urusan Agama
Bimas Katholik, Kantor Kemenag di Kabupaten Landak. Katholik. Diharapkan dapat tercipta Masyarakat/
Pelayanan yang ramah dan tulus harus tersedia bagi siapa Umat Katholik yang “100% Katholik dan 100% warga
saja yang datang kepadanya Bimas (Bimbingan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang
Masyarakat) Katholik, di Kantor Kemenag (Kementerian Pancasilais dalam wadah negara Kesatuan yang Ber-
Agama), Kabupaten Landak ini. Bhineka Tunggal Ika” (Visi Ditjen Bimas Katholik),
Prosedur, alat-alat, dan bahan yang digunakan dalam menuju Indonesia yang maju, bersaudara, dan
penelitian yang bersifat khas dan khusus untuk penelitian bermartabat.
yang dirancang. Sehingga apabila metode ini dilakukan 2. Perencanaan dan penganggaran merupakan suatu
sekali lagi oleh peneliti yang berbeda, maka akan rangkaian kegiatan yang terintegrasi. Program yang
diperoleh hasil yang sama dengan peneliti sebelumnya. Ini akan dilaksanakan oleh Pemerintah wajib dituangkan
sesuai dengan prinsip objektivitas dalam pandangan dalam suatu rencana kerja. Ketentuan tentang
positivisme. perencanaan ini diatur dalam Undang-Undang (UU),
Apabila metode ini dapat digunakan juga oleh peneliti Nomor: 25, Tahun: 2004 tentang Sistem Perencanaan
lain untuk menyelesaikan masalah yang berbeda (bukan Pembangunan Nasional pada Bimas Agama Katholik
objek atau fokus yang berbeda) sehingga kemudian di Kantor Kemenag (Kementerian Agama), Kabupaten
menghasilkan sesuatu yang berbeda pula, maka metode Landak.
tersebut tidak tepat, terlalu umum, tidak khas, dan tidak 3. Pemberdayaan Umat/ Masyarakat Katholik diarahkan
khusus. Metode penelitian disusun dengan mengacu pada pada peningkatan peran Umat/ Masyarakat Katholik
kerangka pemikiran atau kerangka teori yang telah dalam kegiatan kemasyarakatan sebagai ungkapan
dibentuk. Alat, bahan, dan prosedur yang dilakukan dalam dan perwujudan iman Katholik. Tetapi di setiap
penelitian perlu dicantumkan dengan jelas dan rinci. pelayanan juga terjadinya kekurangan disana-sini (di
Demikian pula model, variabel, construct, definisi setiap lini lembaga/ organisasi yang berlindung) di
operasional, teknik pengumpulan data, teknik analisis, bawah Bimas (Bimbingan masyarakat) Katholik,
cara penafsiran, dan penyimpulan hasil penelitian harus Kantor Kemenag (Kementerian Agama) di wilayah
khas untuk penelitian tersebut. Hal ini dapat diperoleh bila Kabupaten Landak.
peneliti secara konsisten mengikuti kerangka pemikiran 4. Banyaknya permasalahan/ setiap kekurangan yang
atau kerangka teori yang telah diperoleh, yang memiliki dihadapi Bimas (Bimbingan masyarakat) Katholik di
benang merah dengan landasan teori, tujuan, masalah, dan Kantor Kemenag (Kementerian Agama) Kabupaten
latar belakang penelitian. Landak ini dibagi menjadi 3 fungsi. Permasalahan
yang dibagi menjadi 3 fungsi ini, antara lain:
a. Fungsi Kesekretariatan/
KESIMPULAN DAN Administrasi:
SARAN
1) Terbatasnya formasi penerimaan CPNS (Calon
Kesimpulan Pegawai Negeri Sipil) untuk jajaran Bimas
Berisi ringkasan; simpulan yang merupakan (Bimbingan masyarakat) Katholik.
generalisasi dari pembahasan atas hasil penelitian kualitatif 2) Kuran g t ersedi a nya ruan g kerj a yan g
yang mencakup antara lain: jawaban terhadap terhadap representative.
3) Kurangnya SDM (Sumber Daya Manusia).
rumusan masalah, dan hal baru yang ditemukan, serta
4) Kurang tersedianya sarana prasarana/ fasilitas.
prospeknya. Peningkatan mutu Keberagamaan Katholik
b. Fungsi Urusan Agama:
serta pengembangan wawasan
1) Kurangnya alokasi dana untuk fungsi pelayan
Charollus: Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik

hidup beragama.
Charollus: Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik

2) Letak Geografis yang cukup luas (ada 22 dalam lingkungan Kantor Kemenag (Kementerian
Kecamatan di seluruh wilayah Kabupaten Agama) Bimas (Bimbingan Masyarakat) Katholik, di
Landak). lingkungan Kabupaten Landak sendiri.
3) Masih banyaknya bangunan Gereja yang 2. Memperoleh pelayanan yang wajar tanpa gerutuan,
belum ber-IMB (Izin Mendirikan Bangunan). sindiran atau dengan kata lain semacam itu yang
4) Kurangnya bantuan operasional lembaga nadanya mengarah pada permintaan sesuatu, baik
keagamaan. untuk alasan dinas atau untuk kesejahteraan.
c. Fungsi Pendidikan Agama Katholik (PAK) 3. Mendapatkan perlakuan yang sama (egaliter) dalam
1) Terbatasnya jumlah Guru PAK (Pendidikan pelayanan terhadap kepentingan dan kebutuhan rohani
Agama Katholik). yang sama juga.
2) B e l u m t e r s e d i a ny a d a n a o p e r a s i o n a l
4. Pelayanan yang tetap jujur dan terus terang atau lebih
penyelenggaraan sertifikasi Guru dan
terbuka lagi.
Pengawas PAK (Pendidikan Agama Katholik).
5. Dilengkapinya perpustakaan dan ruang arsip yang
3) Rendahnya pemahaman publik tentang PP. No.
memadahi di lingkungan Bimas Katholik, Kantor
55 Thn. 2007.
4) Belum adanya alokasi dana khusus bagi siswa Kemenag, Kabupaten Landak. Supaya para peneliti
miskin (khusus yang beragama/menggereja di selanjutnya, dapat lebih mudah memperoleh data
Katholik). tentang Bimas Katholik, terutama berkaitan tentang
5. Maka Tugas, Pokok dan Fungsi (Tupoksi), Kemenag (Kementerian Agama) di Kabupaten Landak
Penyelenggara Katholik adalah melakukan pelayanan itu.
dan bimbingan teknis, pembinaan serta pengelolaan 6. Semakin akrabnya hubungan antara Bimas Katholik,
data dan informasi di bidang Bimbingan masyarakat Kabupaten Landak itu sendiri, dengan masyarakat/
Katholik (Bimas Katholik). Dari Tugas dan Pokok umat Katholik di seluruh wilayah Kabupaten Landak
tersebut Penyelenggara Katholik melaksanakan 3 secara merata dan lebih adil.
Fungsi: Fungsi Kesekretariatan/ Administrasi, Fungsi 7. Penyelenggara Bimas (Bimbingan Masyarakat)
Urusan Agama Katolik dan Fungsi Pendidikan Agama Katholik di Kantor Kemenag (Kementerian Agama),
Katholik (PAK). Dari tupoksi diatas Penyelenggara Kabupaten Landak ini. Perlu melakukan langkah
Katholik juga melaksanakan : penyegaran ilmu pengetahuan dan pemahaman
a. Perumusan Visi dan Misi kebijakan teknis di aturan rohani secara mendalam bagi anggotanya demi
bidang meningkatkan keahlian agar bisa mengenali fenomena
Bimbingan Masyarakat (Bimas) Katholik. yang ada di masyarakat.
b. Perencanaan program serta pengendalian dan 8. Penyelenggara Bimas (Bimbingan Masyarakat)
pengamanan teknis operasional di bidang Katholik di Kantor Kemenag (Kementerian Agama),
Bimbingan masyarakat (Bimas) Katholik. Kabupaten Landak ini Perlu meningkatkan fungsi
c. Pembinaan yang meliputi pemberian bimbingan, responsif dengan jalan berdialog dengan masyarakat
pelayanan, perijinan dan penyajian informasi yang tentang masalah apa yang mendesak untuk
menyangkut data, serta pelaksanaan tugas. mendapatkan penyelesaiannya sehingga produk
kebijakan yang dihasilkan bersifat internal saja.
Saran-saran 9. Bahwa ternyata fungsi kepemimpinan Penyelenggara
Berisi saran-saran yang diusulkan berdasarkan hasil Bimas (Bimbingan Masyarakat) Katholik di Kantor
temuan yang diperoleh peneliti dalam penelitiannya, atau Kemenag (Kementerian Agama), Kabupaten Landak
implikasi hasil penelitian terhadap perkembangan ilmu ini. Mempunyai peranan yang sangat penting di dalam
pengetahuan dan penggunaan praktis.Saran juga ditujukan rangka pembinaan Aparatur Publik melalui
kepada peneliti selanjutnya, sebagai hasil pemikiran pendidikan dan pelatihan struktural, pendidikan
peneliti atau keterbatasan penelitian yang telah formal yang harus disesuaikan dengan kondisi dan
dilakukan, dan pengambilan kebijakan, atau pihak-pihak kebutuhan pegawai dan khususnya untuk Pendidikan
yang terkait dengan penelitian. dan Pelatihan Jabatan (Struktural), agar muatan untuk
Menurutsaya sebagai saran dan keinginan pribadi, materi yang berkenaan dengan pengembangan dan
sebaiknya pelayanan publik di lingkungan Bimas peningkatan kinerja pegawainya (PNS).Di Era
(Bimbingan Masyarakat) Penyelenggara Katholik yang Reformasi Birokrasi dan Aparatur Publik saat ini.
secara umum didambakan dan menjadi acuan bagi Pembinaan Aparatur Negara yang berhasil kepada
pelayanan yang lebih prima di Kantor Kemenag kompetensi, perlu adanya format penilaian yang lebih
(Kementerian Agama) Kabupaten Landak itu, adalah : obyektif. Karena itu, standart penilaian kinerja
1. Adanya kemudahan dalam pengurusan kepentingan pegawai (PNS) Penyelenggara Bimas (Bimbingan
dengan pelayanan yang lebih cepat, tepat, dan efisien. Masyarakat) Katholik di Kantor Kemenag
Khususnya bagi Para PNS (Pegawai Negeri Sipil) di (Kementerian Agama), Kabupaten Landak itu, perlu
disempurnakan lagi.
Charollus: Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik

Pembahasan Penelitian yang Relevan Nomor :13, Tahun: 2012, Tentang Organisasi dan Tata
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang religius Kerja
sebagaimana termuat dalam ideologi negara, Pancasila, Instansi Vertikal Kementerian Agama.
dan melembaga dalam keberadaan Kementerian Agama RI Sementara yang selama ini dipakai sebagai aturan
(Kemenag). Adanya Kementerian Agama sebagai salah hukum di dalam menjalankan kinerja di dalam Bimas
satu Kementerian Negara yang didirikan tanggal: 3 Januari Katholik (Bimbingan Masyarakat) menurut Juklak dan
1946 menunjukkan bahwa bagi bangsa Indonesia, agama Juknisnya itu, di Kantor Kemenag (Kementerian
menjadi bagian penting dan strategis dalam kehidupan Agama), wilayah Kabupaten Landak ini dan arti kata dari
berbangsa dan bernegara, Agama diharapkan menjadi Juklak dan Juknis itu adalah:
sumber pembentukan etika dan moralitas bangsa. a. Juklak: adalah tulisan dinas pengaturan yang
Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik memuat cara pelaksanaan kegiatan, termasuk urutan
Indonesia pelaksanaannya.
1945 dalam Pembukaannya mengamanatkan bahwa salah b. Juknis: adalah tulisan dinas pengaturan yang memuat
satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) hal-hal yang berkaitan dengan teknis kegiatan, tidak
adalah mewujudkan kesejahteraan rakyat. Pembangunan menyangkut wewenang dan prosedur
bidang agama sebagai upaya mewujudkan kesejahteraan c. Dasar Hukum dan sekaligus dasar kebijakan publik di
rakyat raempakan bagian, rangkaian upaya kunci Bimas Katholik:
peningkatan kualitas hidup masyarakat Indonesia (bdk. 1) Peraturan Pemerintah Rl Nomor: 20, Tahun: 2004
RPJMN 2010 - 2014 Bab 11), demi terwujudnya tentang Rencana Kerja Pemerintah;
masyarakat Indonesia yang berakhlak mulia, bermoral, 2) Peraturan Presiden RI Nomor: 5, Tahun: 2010
beretika, berbudaya dan beradab. Pembangunan bidang tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
agama merupakan sub sistem pembangunan nasional untuk Nasional (RPJMN), Tahun: 2010-2014,
memperkuat nilai-nilai moral bangsa; memupuk 3) Keputusan Menkowasbangpan No. 54/Kep/MK.
berkembangnya masyarakat bangsa yang beriman dan Waspan/9/1999 tanggal: 30 September 1999
bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, rukun, saling tentang jabatan fungsional penyuluhan agama dan
menghargai antara sesama warga negara dalam masyarakat angka kreditnya.
yang majemuk. 4) Keputusan Menteri Agama RI (KMA) Nomor 168
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang Tahun 2000 tentang Pedoman Perbaikan
berdasarkan Pancasila dan berkementerian Agama, bukan Pelayanan
negara Agama dan bukan negara Sekuler (Sekulerisasi). Masyarakat di Lingkungan Departemen
Negara memberi perhatian pada pembangunan bidang Agama;
agama, tanpa mencampuri urusan intern agama 5) Peraturan Menteri Agama RI (PMA) Nomo:r 10
menyangkut inti ajaran masing-masing agama. Dalam Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
pembangunan bidang agama, pemerintah menjalankan peran Kementerian Agama RI;
sebagai fasilitator. Pemerintah memfasilitasi peningkatan 6) Peraturan Bersama Menteri Agama (PMA) dan
kehidupan beragama, memfasilitasi penyelenggaraan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 dan Nomor 8
pendidikan agama dan pendidikan keagamaan, serta Tahun
membangun hannoni kehidupan antar umat beragama, 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala
warga masyarakat bangsa yang serba majemuk. Daerah/Wakil Kepala Daerah dalam Pemeliharaan
Peningkatan mutu Keberagamaan Katholik serta Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan
pengembangan wawasan dan semangat kebangsaan yang Forum Kerukunan Umat Beragama, dan Pendirian
kuat diharapkan menjadi sumbangan, bagian dariupaya Rumah Ibadat;
mewujudkan masyarakat Indonesia baru yang adil, 7) Keputusan Dirjen Bimas Katholik Nomor:
makmur, cerdas, bersatu, dan bermartabat. Upaya tersebut 109/2005 tentang Visi dan Misi sebagai Arah
searah dengan kebijakan pastoral Gereja Katholik Indonesia, Kebijakan Direktorat Jenderal Bimbingan
mewujudkan Umat/ Masyarakat Katholik yang sepenuh- Masyarakat (Bimas) Katholik Departemen
penuhnya berimcm Katholik don seutuh-utuhnya berjiwa Agama.Rumusan Masalah: Bagaimana
Indonesia (PGKI No. 16), melalui pengembangan implementasi kebijakan Tugas Pokok dan Fungsi
Kelompok Basis yang terbuka, berdialog, menuju (Tupoksi) Urusan Agama Katholik pada Kantor
Indonesia Baru (SAGKI 2000), dalam upaya membangun Kemenag (Kementerian Agama) di Kabupaten
habitus baru bangsa (SAGKl 2005). Melalui program dan Landak.
kegiatan di bidang urusan agama Katholik. diharapkan d. Tujuan
dapat menciptakan Masyarakat/ Umat Katholik yang “100% Perumusan Visi-Misi, Arah Kebijakan, dan Program
Katholik dan 100% warga Negara Kesatuan Republik di bidang Urusan Agama Katolik bertujuan:
Indonesia (NKRI) yang Pancasilais dalam wadah Negara 1) Memberi gambaran komperehensif tentang
Kesatuan yang Berbhineka Tunggal Ika” (Visi Ditjen penyelenggaraan urusan agama Katholik dalam
Bimas Katholik), menuju Indonesia yang maju, bersaudara, kerangka pelaksanaan tugas dan fungsinya sesuai
dan bermartabat. Studi Implementasi mengenai Keputusan kebijakan Direktur Jenderal Bimbingan
Menteri Agama (KMA), Masyarakat (Bimas) Katholik
Charollus: Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik

2) Sebagai acuan dalam perencanaan, pelaksanaan, ini, RKA-K/L Kementerian Agama Tahun Anggaran 2015
dan evaluasi program dan kegiatan di bidang termasuk di dalamnya untuk Program Bimbingan
Urusan Agama Katholik di lingkungan Ditjen Masyarakat Katolik telah disampaikan ke Menteri
Bimas Katholik Keuangan dan Menteri Agama Pusat RI.
3) Sebagai pedoman dalam mewujudkan kerjasama PROGRAM PRIORITAS dari BIMAS KATHOLIK
dengan Kemitraan/ Mitra Kerja Ditjen Bimas tentang Lintas Gereja dan Lintas Agama atau Kepercayaan
Katholik di bidang Urusan Agama Katholik. maupun Lintas Organisasi di lingkungan Kabupaten
Landak : Hubungan Politik dan Agama.
Tugas, Pokok dan Fungsi (Tupoksi) Bimas (Bimbingan
Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
Masyarakat) Katholik, di Kantor Kemenag (Kementerian
sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga
Agama) Kabupaten Landak. Dalam Peraturan Menteri
disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan
Agama Rl (PMA), Nomor:10, Tahun: 2010 , Tentang
ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama RI,
dengan kepercayaan tersebut. Agama sendiri ada dua
ditegaskan bahwa Direktorat Urusan Agama Katholik,
katagori yaitu agama Samawi yaitu agama yang diperoleh
(DITJENBIMAS Katholik) mempunyai tugas
melalui Wahyu Illahi antara lain Islam, Kristen/ Nasrani
“melaksanakan perumusan kebijakan, pelaksanaan
(untuk Gereja Katholik) dan Yahudi. Dan agama Wad’i
kebijakan, standarisasi, pemberian bimbingan teknis dan
atau agama bumi yang juga sering disebut sebagai agama
evaluasi di bidang Urusan Agama Katholik” (Pasal: 514).
budaya yang diperoleh berdasarkan kekuatan pikiran atau
Dalam melaksanakan tugas, tersebut, Direktorat Urusan
akal budi manusia antara lain Hindu, Buddha, Tao, Khong
Agama Katholik menyelenggarakan fungsinya
Hu Chu dan berbagai aliran keagamaan lain atau
berdasarkan Tugas Bimas Katholik (Peraturan Menteri
Kepercayaan Lokal Terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Agama (PMA), Nomor: 13, Tahun: 2012, pasal:
Untuk mewujudkan Arah kebijakan tersebut, beberapa
497, ayat: 3). Antara lain:
program ditetapkan sebagai program prioritas. Penetapan
Sumber: Buku Pedoman Bimbingan Masyarakat (Bimas) program prioritas tersebut didasarkan atas pertimbangan
Katholik dan Buku Profil Bimas Katholik pada Kantor akan nilai strategisnya serta dampaknya terhadap program
Kemenag (Kementerian Agama), Kabupaten Landak.
lainnya. Implementasi Bimas (Bimbingan Masyarakat)
Katholik di seluruh wilayah Kabupaten Landak ini.
Perencanaan dan penganggaran merupakan suatu
Tetapi juga masih ada kendala/ permasalahan yang terjadi
rangkaian kegiatan yang terintegrasi. Program yang akan
di dalam Program Bimbingan Masyarakat (Bimas)
dilaksanakan oleh Pemerintah wajib dituangkan dalam
Katholik dan apa solusinya, berdasarkan Tugas Bimas
suatu rencana kerja. Ketentuan tentang perencanaan ini
Katholik (Peraturan Menteri Agama (PMA), Nomor 13,
diatur dalam Undang-Undang (UU) Nomor 25 Tahun 2004
Tahun: 2012, pasal:
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
497, ayat: 3). Sehingga terjadilah hubungan kerja sama dan
(PPN).
saling koordinatif antara wilayah Kerja Kantor Kemenag
Rencana kerja terdiri dari Rencana Pembangunan
(Kementerian Agama), Penyelenggara Katholik/ Bimas
Jangka Panjang Nasional (RPJPN) untuk masa 20 tahun,
(Bimbingan Masyarakat) Katholik di Kabupaten Landak
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
dengan seluruh Gereja Katholik/ Paroki maupun Stasi
(RPJMN) untuk masa 5 tahun, mulai tahun 2015 kita akan
(yang masuk di dalam Pengurus Kevikepan Se-Landak
memasuki RPJMN tahap ketiga (2015-2019), dan Rencana
Raya) di seluruh wilayah Kabupaten Landak ini.
Kerja Pemerintah (RKP) untuk masa 1 tahun. Di tingkat
Hubungan itu terjalin dalam suatu implementasi kebijakan
Kementerian/ Lembaga untuk rencana jangka menengah
publik dan diwujudkan dalam :
disebut Renstra Kementerian/Lembaga dan untuk rencana
a. Pembinaan Orang Muda Katholik (OMK) dan ASIM
kerja tahunan dituangkan dalam Rencana Kerja
(Asisten Imam).
Kementerian/Lembaga (RKA-K/L)
Sejarah telah menunjukkan bahwa orang muda
Berdasarkan Undang-Undang (UU), Nomor: 17,
mempunyai peranan strategis dalam perjalanan bangsa
Tahun:
dan Gereja. Orang muda tidak hanya menjadi
2003, anggaran disusun berdasarkan rencana kerja. Dengan
“harapan masa depan”, tetapi telah terbukti juga
demikian, yang memperoleh alokasi anggaran adalah
menjadi motor penggerak perubahan masyarakat.
program/kegiatan prioritas yang tertuang dalam rencana
Peran kaum muda tersebut didorong oleh
kerja (RKA-K/L). Dengan mekanisme demikian, program/
karakteristik mereka, antara lain memiliki semangat
kegiatan Pemerintah yang direncanakan itulah yang akan
kejuangan, sikap kritis, idealis, inovatif, progresif,
dilaksanakan. RKA-K/L selanjutnya disampaikan ke
dinamis, reformis dan futuristik (RPJMN Bab II).
Menteri Keuangan untuk dihimpun menjadi RAPBN.
Sidang Agung Gereja Katholik di Indonesia (SAGKI
Peraturan Pemerintah, Nomor: 90, Tahun: 2010 Tentang
Tahun: 2005) merekomendasikan pengembangan
Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian
habitus baru bangsa melalui Komunitas Basis
Negara/Lembaga menyebutkan bahwa RKA-K./L adalah
Gerejani (KBG) dengan kaum muda sebagai
dokumen rencana keuangan tahunan
penggerak utama. Pembinaan Orang Muda Katholik
Kementerian/Lembaga yang disusun menurut Bagian
Anggaran Kementerian/Lembaga. Pada saat
Charollus: Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik

(OMK) dan ASIM (Asisten Imam) memberi tekanan 2) Penyiapan Pedoman Pelaksanaan Tugas Penyuluh
pada aspek produktivitas, kreativitas, inovasi, dan Juru Penerang Agama Katholik,
kewirausahaan, dan kemandirian, yang dijiwai iman,
cinta kasih, kebebasan dan keteladanan. Program ini
diwujudkan melalui:
1) Pelatihan keterampilan hidup dan jiwa
kewirausahaan
OMK dan ASIM,
2) Latinan Kepemimpinan bagi penggerak OMK
(Orang
Muda Katholik) dan ASIM (Asisten Imam),
3) Peningkatan koordinasi dan kemitraan antar
Organisasi Kepemudaan
Katholik. b. Pembinaan Keluarga
Keluarga merupakan pendidik pertama dan utama
dalam kehidupan. Mutu kehidupan keluarga akan
menentukan mutu kehidupan masing-masing
anggotanya, dan mutu generasi yang akan datang.
Melalui keluarga, nilai-nilai iman dan moral, nilai
persatuan dan kesatuan, serta nilai-nilai kemanusiaan
universal mulai ditanamkan dan dialami. Program ini
dilaksanakan melalui:
a. Penyiapan kurikulum dan bahan ajar untuk
Kursus
Persiapan Perkawinan,
b. Pembinaan para Pembina Pasangan Suami Istri
(Pasutri),
c. Pengembangan Manajemen Rumah Tangga
(Pengembangan relasi dan komunikasi, pelatihan
pengelolaan Ekonomi Rumah tangga).
c. Pembinaan Kerukunan.
Kerukunan hidup intern dan antar umat beragama
merupakan faktor yang sangat penting dalam
mewujudkan nilai-nilai iman dan moral, serta nilai-
nilai kebangsaan dalam upaya mempertahankan tetap
tegak dan kokohnya Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI). Pembinaan Kerukunan diarahkan
pada pengembangan sikap saling menghormati,
toleransi, menghargai kemajemukan, saling
memahami, mengutamakan musyawarah mufakat
dalam menghadapi perbedaan pandangan. Program ini
dilaksanakan melalui
1) Dialog dan
kerukunan,
2) Pendampingan terhadap anggota FKAUB (Forum
Kerukunan Antar Umat Beragama) dan BAMAG
(Badan Musyawarah Antar Gereja),
3) Kunjungan
persahabatan.
d. Pembinaan Penyuluh dan Juru Penerang Agama
Katholik.
Penyuluh dan juru penerang agama Katholik
mempunyai posisi dan peranan yang sangat penting,
baik dalam pembinaan/ pendampingan umat scbagai
warga Gereja, maupun dalam pemberian informasi
mengenai pembangunan dan kehidupan berbangsa
dan bernegara. Program ini dilakukan melalui:
1) Pembinaan Penyuluh dan Juru Penerang Agama
Katholik
Charollus: Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik

3) Penyiapan ba han da n sa rana / prasa ra na


penyuluhan,
4) Pengembangan dan penguatan jaringan dan Pusat
Informasi Keagamaan
Katholik.
e. Pengembangan Kerja sama Lintas Lembaga dan
Kelompok.
Program ini penting dalam mewujudkan
kerjasama kemitraan dan mengembangkan sinergi
antar Lembaga/ Kelompok dalam mewujudkan
tujuan yang sama. Program ini dilaksanakan melalui
1) Pengembangan ruang kerjasama antar Komisi/
Lembaga Gereja, Forum Konsultatif Masyarakat
Kaitannya dengan penganggaran, sejak Tahun:
2010 telah diterapkan sistem dan Penganggaran
yang Berbasis Kinerja (Performance Based
Budgeting). Hal ini ditandai dengan pemberlakuan
Restrukturisasi Program dan Kegiatan yang
dikelola dan menjadi tanggung jawab Unit
Eselon I dan selanjutnya diimplemantasikan di
lingkup daerah melalui para Kabid/Pembimas dan
Kasi/ Penyelenggara secara berjenjang. Hal ini
mengandung konsekuensi bahwa kita menjadi
perencana Program Bimbingan Masyarakat
(Bimas) Katholik pada wilayah masing- masing,
karena Bapak dan Ibu yang paling mengerti seluk
beluk kebutuhan Masyarakat/ Umat Katholik di
tempat kita bertugas.
Perkembangan teknologi yang semakin cepat,
menuntut responsibilitas dan fleksibilitas kita
sebagai pengguna dari teknologi tersebut. Dalam
hal pengelolaan APBN, tuntutan perkembangan
jaman mengharuskan kita untuk mengoptimalkan
penggunaan teknologi yang kita sebut sebagai
Sistem Aplikasi RKA-K/L DIPA. Penggunaan
teknologi informasi tersebut diharapkan semakin
mempermudah kita di dalam menyusun
perencanaan pengelolaan anggaran. Namun
perkembangan teknologi tersebut seringkali
menjadi pisau bermata dua. Teknologi dalam hal
ini Aplikasi RKA-K/L DIPA bisa mempermudah
namun bisa menjadi masalah tersendiri apabila
kita belum dapat menguasainya dengan baik.
Untuk itulah kita mengikuti Bimbingan Teknis
Penyusunan Program dan Anggaran. Kita akan
belajar bersama untuk menyusun program dan
anggaran berbasis kinerja dengan instrumen
Sistem Aplikasi RKA-K/L DIPA. Dengan
bimbingan teknis ini diharapkan Bapak dan Ibu
sekalian dapat semakin mengenal instrumen
kerja kita di dalam menyusun program dan
anggaran yang pada akhirnya dapat
meningkatkan kualitas RKA- K/L Program
Bimbingan Masyarakat/ Umat Katholik. Hasil
yang diharapkan dari pertemuan ini adalah
tercapainya pemahaman konsep dan teknis
bagaimana mengoperasikan Aplikasi RKA-K/L
Charollus: Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik

secara efektif untuk Tahun Anggaran 2015. antar dan intern umat beragama baik secara individu
Setelah selesai Bimbingan Teknis ini, kita dapat maupun kelompok dan adanya implementasi kerjasama
semakin mengenal aplikasi untuk menghasilkan yang harmonis dalam lintas sektoral kehidupan. Bangunan
RKA-K/L yang berkualitas. yang akan kita tegakkan adalah membangun kesadaran
Tujuan dibentuknya Forum Kerukunan Umat bersama berlandaskan pada kekuatan hati nurani, bukan
Beragama (FKUB) adalah demi kelangsungan sebaliknya mengedepankan ego dan rasio semata. Kita
hidup Pancasila, untuk mengagungkan Tuhan harus membangun kesejatian dan bukan kepura-puraan
Yang Esa, untuk meluhurkan umat manusia, dalam kehidupan beragama, bermasyarakat, berbangsa
persatuan dalam perbedaan dan untuk menghadapi dan bernegara di bumi pertiwi yang dilandasi ke-
tantangan jaman. Tujuan tersebut sebagai Bhinekaan ini. Untuk membangun kesejatian dan
antisipasi bahwa perbedaan pengalaman, menghindari kenyataan yang semu. Kita harus membangun
pemahaman dan perumusan menyebabkan keterbukaan. Keberagaman atau pluralisme tersebut
perbedaan antara agama. Allah yang pada harus ditata dan dikelola sedemikian rupa agar terbangun
realitasnya hanya satu itu dipahami secara paradigma baru kesadaran kerukunan antar umat beragama.
berbeda-beda, tidak hanya menurut perbedaan pluralisme bukan menganggap semua agama itu sama,
agamanya tetapi juga terjadi di dalam intern Katolik beda dengan Islam, Kristen, Budha. Hindu dan
agama. Perjumpaan dengan saudara-saudari yang aliran-aliran kepercayaan lainnya. Tidak bisa disamakan
beragama lain akan memperkaya kehidupan yang beda biar berbeda dan kita harus menghargai itu
beriman dan beragama. Perbedaan agama bisa semua. Itulah manajemen keberagaman.
menjadi sumber konflik apabila di antara yang
beda tersebut saling mengklaim kebenaran dan
tidak mempunyai wawasan yang luas dan dalam, KESIMPULAN DAN
serta tanpa mempertimbangkan aspek sosial dan SARAN
kemanusiaan. Selama ini konflik yang terjadi Kesimpulan
diantara bangsa Indonesia bukan semata karena
Pertemuan kita ini memang momentum yang pas dan
perbedaan doktrin agama, akan tetapi lebih
strategis, mengingat kondisi masyarakat kita saat ini dan
disebabkan oleh faktor di luar agama, seperti:
tahun-tahun mendatang, yang senantiasa bergerak dalam
politik, ekonomi, individu maupun golongan
sebuah “dinamika menjadi” (to be).
tertentu, yang dikaitkan dengan agama sebagai
Pertemuan Nasional Komisi Hubungan Antar Agama
sektor yang paling gampang disalahgunakan.
dan Kepercayaan yang dihadiri oleh perwakilan dari
Kerukunan Umat Beragama memiliki dasar dari
seluruh keuskupan di Tanah Air, saya kira untuk
pandangan Agama Katolik, antara lain:
menjawab pertanyaan berikut: Apakah Gereja Indonesia
a) Kitab Suci,
selama ini telah tampil dengan postur “Gereja yang ramah,
1. tentang kasih (Yoh, 13;34-39, Luk 6;27,
berbelarasa dan dialogis”? Atau baru menuju? Benarkah?
Luk
Dalam bedah tema selama beberapa hari oleh semua
10;27, Kis 2:41-47).
2. kesamaan martabat (Gal 3;24-29, Ef 4:46, utusan dan panduan-panduan dari narasumber, kita
Ikon 12:1) harapkan akan terkonstruksi : “Gereja selama ini seperti
apa”?
b) Tradisi Para Rasul
Supaya dengan konstruksi itu, kita “menuju” ke
Doa Aku Percaya, dimana Gereja Katolik
harapan sebagaimana tercantum dalam tema pertemuan ini,
memiliki sifat satu, kudus, katolik dan
apostolik. “Menjadi Gereja yang RAMAH, BERBELA RASA dan
c) Dogma DIALOGIS.” Sinyalemen saya, ada begitu banyak produk
1. Lumen Gentium (LG) art. I Gereja Gereja selama ini: Refleksi Sidang Tahunan maupun
merupakan sakramen yakni tanda dan alat SAGKI. (995,2000,2005). Banyak produk yang dihasilkan.
kesatuan mesra dengan Allah dan Namun dalam implementasi di lapangan belum memadai,
persatuan umat manusia. terutama kepada kelompok-kelompok basis, kelompok
2. Gaudium et Spes (GS) art. 42 bahwa doa, maupun mimbar kotbah.
sakramentalis gereja dihubungkan dengan Gereja lokal Indonesia berkiprah di dalam wilayah
kesatuannya terhadap dunia. NKRI. Artinya, warga Gereja Indonesia dalam diri orang
yang sama adalah Warga Negara Indonesia. Di sinilah,
Kerukunan umat beragama adalah kondisi dimana antar hemat saya, yang menjadi entry point pintu masuk dalam
pemeluk agama dapat menjalankan ibadah agamanya perbincangan kita beberapa hari ini.
secara saling menghormati, toleransi. menjaga ketertiban Sebagai warga negara, warga gereja harus setia dan
dalam tata kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan taat terhadap peraturan dan perundang-undangan yang
bernegara. Kondisi tersebut mengandaikan sudah adanya; mengatur warganya. Juga sebagai warga Gereja, setiap
pemahaman yang lúas terhadap ajaran agamanya masing- orang Katolik harus taat dan setia pada peraturan dan
masing, komunikasi ketentuan-ketentuan
Charollus: Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik

Gereja Katolik. Informasi terhadap keduanya harus Kepercayaan (HAK), dalam upaya membangun Gereja
dimiliki secara seimbang. yan;í ramah, berbelarasa dan dialogis itu. Sebuah produk
Tugas para pejabat Gereja dan fungsionaris Gereja Surat Keputusan Bersama (SKB) juga perlu dipelajari dan
harus mengajarkan, menyampaikan keseimbangan ini. dipahami, seperti SKB 2 (dua) Menteri tentang Pendirian
Pertanyaan kita: Apakah hal ini sudah dilaksanakan oleh Rumah Ibadah, pada Tahun: 2006 itu. Produk-produk
Gereja? demokrasi tersebut harus disosialisasikan, sampai ke desa
Menurut pengamatan saya sepintas, hal inilah yang dan kelurahan.
belum menjadi kepedulian sungguh-sungguh Gereja Kesimpulan: Orang Katolik Indonesia (para pejabat,
Katolik. Sudah saatnya, dengan semangat “habitus baru”, fungsionaris-fungsionarisnya dan seluruh Umat Katholik),
Gereja Katolik “menuju” upaya menjaga keseimbangan kiranya harus memiliki referensi tentang paham negara/
paham negara dan paham Gereja kepada warga Katolik pemerintah yang melaksanakan politik bangsa, dan paham
Indonesia. tentang Gereja (termasuk memiliki buku-buku) dalam
Ibu dan Bapak, para Romo sekalian, NKRI sebagai perpustakaan pribadi, untuk memperoleh wawasan dan
sebuah institusi dilengkapi oleh berbagai lembaga negara khasanah bangsa, juga membantu dalam berbagai bentuk
(DPR, BPK, dan sebagainya) dan memiliki konstitusi interaksi sosial dengan sesama anak bangsa dalam
sebagai regulasi yang mengatur dan menyelenggarakan masyarakat bangsa.
perikehidupan warganya (termasuk didalamnya warga Dalam nuansa Kebangkitan Nasional ke-100, mari kita
yang beragama Katolik). pekikkan lagi: “Bangkit dan Bergeraklah!” Sekian dan
Idealnya para pejabat Gereja bersama seluruh warga terima kasih.
Gereja harus memahami dengan baik hak dan kewajiban
dari setiap warga negara, yang diatur secara normatif Saran
dalam regulasi-regulasi itu. Berisi saran-saran yang diusulkan berdasarkan hasil
Negara kita memiliki konstitusi dasar (UUD 1945) dan temuan yang diperoleh peneliti dalam penelitiannya, atau
peraturan perundang-undangan lainnya sebagai penjabaran implikasi hasil penelitian terhadap perkembangan ilmu
lanjutan konstitusi dasar itu. Disana dicantumkan hak dan pengetahuan dan penggunaan praktis. Saran juga ditujukan
kewajiban pokok setiap warga negara. Misalnya, dalam kepada peneliti selanjutnya, sebagai hasil pemikiran
naskah UUD 1945 yang mengatur banyak hal, termasuk peneliti atau keterbatasan penelitian yang telah
hak dan kewajiban serta HAM, seperti: hak beragama, hak dilakukan, dan pengambilan kebijakan, atau pihak-pihak
beribadat, hak memperoleh pekerjaan, hak menyatakan yang terkait dengan penelitian.
pendapat, hak hidup yang layak. Kewajiban membela Menurut saya sebagai saran dan keinginan pribadi,
negara, kewajiban taat pada peraturan yang dihasilkan sebaiknya pelayanan publik di lingkungan Bimas
bersama, kewajiban menyejahterakan kehidupan bersama, (Bimbingan Masyarakat) Penyelenggara Katholik yang
kewajiban saling menolong, dan lain-lain. UUD 1945 secara umum didambakan dan menjadi acuan bagi
menurut saya perlu dibaca, dipelajari, dan dipahami pelayanan yang lebih prima di Kantor Kemenag
kandungan isinya. NKRI adalah rumah kita bersama; (Kementerian Agama) Kabupaten Landak itu, adalah:
arena interaksi sosial. Kesenjangan informasi, atau a. Adanya kemudahan dalam pengurusan kepentingan
minimnya informasi tentang kebijaksanaan haluan negara dengan pelayanan yang lebih cepat, tepat, dan efisien.
yang diperoleh para pejabat Gereja bersama umat Khususnya bagi Para PNS (Pegawai Negeri Sipil) di
Katolik, terkadang membuat kita kurang bisa dalam lingkungan Kantor Kemenag (Kementerian
memberikan kontribusi positif dalam berkiprah di tengah Agama) Bimas (Bimbingan Masyarakat) Katholik, di
masyarakat bangsa dan daerah. lingkungan Kabupaten Landak sendiri.
Pejabat dan warga Gereja Katolik mestinya paham b. Memperoleh pelayanan yang wajar tanpa gerutuan,
tentang proses pembentukan dari sebuah UU (RUU) dan sindiran atau dengan kata lain semacam itu yang
Rancangan Peraturan Daerah (RPD/Raperda). Tahap- nadanya mengarah pada permintaan sesuatu, baik
tahapnya harus kita ikuti dan jangan cuek dan masa bodoh, untuk alasan dinas atau untuk kesejahteraan.
setelah jadi UU/Perda baru “berteriak (kebakaran jenggot). c. Mendapatkan perlakuan yang sama (egaliter) dalam
Terlambat! Maka tidak ada pendapat yang bisa masuk lagi. pelayanan terhadap kepentingan dan kebutuhan rohani
RUU berjalan, pendapat publik tidak terlalu banyak yang sama juga.
melakukan koreksi. Tanggapilah proses dan tahap-tahap d. Pelayanan yang tetap jujur dan terus terang atau lebih
tersebut melalui media massa , lobi, dan lain-lain. terbuka lagi.
Karena “fungsi imperatif’ dari sebuah UU adalah : UU e. Dilengkapinya perpustakaan dan ruang arsip yang
yang telah disahkan wajib dilaksanakan oleh warga negara memadahi di lingkungan Bimas Katholik, Kantor
walaupun kurang sesuai dengan kondisi kita. Sebab UU Kemenag, Kabupaten Landak. Supaya para peneliti
merupakan produk demokrasi, kesepakatan rakyat. Produk selanjutnya, dapat lebih mudah memperoleh data
demokrasi: UUD, UU dan PP itulah rujukan kita sebagai tentang
warga negara mengadakan komunikasi dengan sesama
warga negara yang lain, juga dalam Hubungan Antar-
agama dan
Charollus: Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik

Bimas Katholik, terutama berkaitan tentang Kemenag DAFTAR PUSTAKA


(Kementerian Agama) di Kabupaten Landak itu.
1. Buku Penerapan, dari Bimas Katholik di Kantor Kemenag
f. Semakin akrabnya hubungan antara Bimas Katholik, (Kementerian Agama) Pemerintah Kabupaten Landak (PemKab.
Kabupaten Landak itu sendiri, dengan masyarakat/ Landak) di Provinsi Jawa Timur.
umat Katholik di seluruh wilayah Kabupaten Landak 2. Buku Profil Bimas (Bimbingan Masyarakat) tentang Agama
Katholik di Kemenag (Kementerian Agama), Pemerintah
secara merata dan lebih adil. Kabupaten Landak (PemKab. Landak) Tahun. 2012
g. Penyelenggara Bimas (Bimbingan Masyarakat) 3. Mulyana, Deddy. 2003.Metodologi Penelitian Kualitatif Dan Ilmu
Katholik di Kantor Kemenag (Kementerian Agama), Sosial Lainnya, Cetakan Ketiga. Bandung: Remaja Rosdakarya.
4. Moeloeng, J. Lexy, 2000.MetodePenelitian Kualitatif. Bandung :
Kabupaten Landak ini. Perlu melakukan langkah PT.
penyegaran ilmu pengetahuan dan pemahaman Remaja Rosdakarya.
aturan rohani secara mendalam bagi anggotanya 5. Narbuko, Cholid. dan Achmadi, A, 2009. Metodologi Penelitian.
Penerbit PT Bumi Aksara, Jakarta.
demi meningkatkan keahlian agar bisa mengenali 6. Nazir. Mohammad2001, dalam bukunya Metodologi Penelitian.
fenomena yang ada di masyarakat. Jakarta: Ghalia Indonesia.
h. Penyelenggara Bimas (Bimbingan Masyarakat) 7. Soeprapto, Riyadi, 2002. Manajemen Pelayanan Publik. Universitas
Katholik di Kantor Kemenag (Kementerian Agama), Brawijaya Malang.
8. Sholahuddin, Agus, 2005. Hand Out Kuliah Metodologi Penelitian
Kabupaten Landak ini Perlu meningkatkan fungsi Sosial I dan II. Magister Administrasi Publik Pasca Sarjana UnMer
responsif dengan jalan berdialog dengan masyarakat Malang (tidak dipublikasikan).
tentang masalah apa yang mendesak untuk 9. Van Meter dan Van Horn oleh Winarto, Budi2006. dalam buku
Implementasi dan Kebijakan Publik, Penerbit PT Bumi Aksara,
mendapatkan penyelesaiannya sehingga produk Jakarta.
kebijakan yang dihasilkan bersifat internal saja. 10. Tachman 2006, tentang Metodologi Penelitian, diterbitkan oleh PT
i. Bahwa ternyata fungsi kepemimpinan Penyelenggara Bumi Aksara, Jakarta.
11. Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Iman Katolik, Kanisius,
Bimas (Bimbingan Masyarakat) Katholik di Kantor Yogjakarta, 1996
Kemenag (Kementerian Agama), Kabupaten Landak 12. A. Heuken SJ, Ensiklopedi Gereja. Cipta Loka Caraka: Jakarta,
ini. Mempunyai peranan yang sangat penting di 1991
dalam rangka pembinaan Aparatur Publik melalui 13. Alex Lanur. Pancasila sebagai Idiologi Terbuka, Kanisius,
Yogjakarta,
pendidikan dan pelatihan struktural, pendidikan 1996
formal yang harus disesuaikan dengan kondisi dan 14. Tim Penulis. “Umat Katholik Indonesia dan wawasan kebangsaan.
kebutuhan pegawai dan khususnya untuk Pendidikan ”Dalam Orientasi Baru. Pustaka Filsafat dan teologi No. 9 Tahun
1995 Kanisius, Yogjakarta, 1995
dan Pelatihan Jabatan (Struktural), agar muatan untuk 15. De. P. Hardono Hadi. Hakikat dan Muatan Filsafat Pancasila,
materi yang berkenaan dengan pengembangan dan Kanisius, Yogjakarta, 1994
peningkatan kinerja pegawainya (PNS). 16. Kitab Suci Agama Katholik/ Alkitab beserta seluruh isinya, mulai
dari Bab Kejadian sampai dengan Bab Wahyu (Penyingkapan).
j. Di Era Reformasi Birokrasi dan Aparatur Publik saat 17. Anthony Giddens; (The Third Wayiter), Gramedia, Jakarta, 2000
ini. Pembinaan Aparatur Negara yang berhasil kepada 18. Edciy Kristiyanto OFM; Sakramen Politik
kompetensi, perlu adanya format penilaian yang lebih (Mempertanggungjawabkan
Memoria), Lamaiera, Joyjakarta, 2008
obyektif. Karena itu, standart penilaian kinerja 19. Dr. Haryatmoko; Etika Politik dan Kekuasaan, Kompas, Jakarta,
pegawai (PNS) Penyelenggara Bimas (Bimbingan 2003
Masyarakat) Katholik di Kantor Kemenag 20. I.J.B. Soedarmanta; Pater Beek, SJ-Larut tetapi tidak hanyut
(Biografi
(Kementerian Agama), Kabupaten Landak itu, perlu
1917-1983), Obor, Jakarta, 2008
disempurnakan lagi. 21. J. Komisi Kerasulan Awam KWI; Panggilan dan dasar-dasar
Keterlibatan Awam di Bidang Politik (Seri Pembelajaran Politik
Umat 2), 2009
22. Y.B.Mangunwijaya (In memoriam); Manusia Pasca Modern,
Semesta dan Tuhan (Renungan filsafat Hidup manusia Modern),
Kanisius, Jogjakarta, 1999
23. Paulinus Yan Olla MSF; Dipanggil Menjadi Saksi Kasih, Kanisius,
Jogjakarta, 2008

You might also like