You are on page 1of 2

Indah Putriana Rizki 9E

Bahasa Inggris : Narrative Text


“ Malin Kundang “

Once upon a time, there lived a fisherman with his family in the coastal area of West Sumatra. That little family consist of the
fisherman, his wife and his son. The name of his son was Malin Kundang. They have lived in poverty for a long time. One day
the fisherman decided to sail to a new world hoping that he will find his fortune and change the life of his family. Months
passed by but there was no news from the fisherman and after more than a year the fisherman was still not returning to his
hometown. With the help of Malin Kundang, his mother started to work in order to fulfill their daily need. Luckily, Malin
Kundang was a smart and diligent boy so he always try to lighten the burden of his mother. But he was also a bit naughty. There
was once a day where Malin was chasing a chicken and he accidentally stumbled on a rock and he injured his right arm leaving
a permanent scratch mark on it.
When he was older, he decided to be a ship's crew so that he can sail to a new place and find his fortune so he can make her
mother happy with his wealth that he earned from his trip. He got this idea when he saw a ship captain that was once a poor man
now had became a very wealthy man after he came back from his trip. When he had made up his mind, he told his mother about
his plan. His mother disagree with his idea, but Malin kept forcing his mother to allow him to go. Finally his mother gave him
her permission. The next day, after preparing for some supplies, Malin and his mother went to the pier where the ship was
waiting for him. He said good bye to his mother and his mother told him to never forget her and to return when he had became a
successful man. She let Malin go with tears in her eyes. They waved their hand to each other as the ship moved away from the
pier until it couldn't be seen anymore.
Malin Kundang spent his time on the ship learning about sailorship from some senior ship's crew. Unfortunately, the ship was
attacked by pirates in the middle of the sea. All merchandise on the ship was raided by the pirates. The pirates also killed most
of the ship's crew. Malin Kundang was safe because during the attack, he hid in a small secret chamber of the ship. When the
pirates had acquired all valuable stuff from the ship, they went away and left the ship to sink. The ship was drifted to the shore.
Malin Kundang was the only survivor from the ship. He was so tired but he forced himself to walk and search for the nearest
village. When he arrived at the nearest village, the villagers helped him and give him some food and water. After that, Malin
Kundang told them the story about the ship and the pirates. The villagers took pity on him so they helped him to start a live in
their village. The soil in the village was very fertile so Malin Kundang decided to start his own farm. He worked diligently on
his farm every day. Day by day he became even more wealthy. With knowledge that he acquired during his time on his old ship,
he started to buy some ship and build his own fleet with more than 100 employee. As soon as he became a rich man, he wedded
a very beautiful girl in the village. The story of Malin Kundang who had became a wealthy man spread across the ocean until it
was heard by his mother in his hometown. His mother was so happy and grateful to hear the news that her son had became a
successful man. Ever since she heard the news, Malin Kundang's mother went to the pier every day hoping that she can see it
right away when Malin Kundang returned to the village. But, Malin Kundang was never showed up.
Years have passed since the first time the news reach Malin Kundang's hometown. One day, Malin and his wife decided to go
on a sea voyage with their large and beautiful ship. One of the place that they visited was Malin's hometown. Malin Kundang's
mother who kept showing up at the pier every day quickly recognized her son who was standing on the ship's deck with a
beautiful woman. She became even more certain that it was Malin Kundang when she saw the scratch mark on his right arm.
Malin Kundang's mother run toward Malin Kundang and hug him. "Malin Kundang, my son, I miss you so much, why didn't
you sent any news all this time? I've been waiting for you" she said. Instead of hugging his mother, Malin Kundang pushed the
old woman backward until she fell to the ground. "Who are you?" said Malin Kundang pretending that he didn't recognize his
mother, "I don't know you!" he yelled at her. "I'm your mother Malin, have you forgotten me, son?" asked his mother. "Is this
really your mother Malin?" asked his wife. "No, absolutely not. She was just a beggar who pretended to be my mother so she
can get my treasure" he said. Malin Kundang's mother was very angry to hear what he said, she raised her hand and pray to God,
"Oh god, my heart was so hurt, if he really is my son, i cursed him into a stone" she said. Not long after that, a storm came and
destroyed Malin's ship, after that Malin Kundang's body slowly turned into coral.

Terjemahan “ Malin Kundang “

Dahulu kala, hiduplah seorang nelayan bersama dengan keluarganya di daerah pesisir Sumatera Barat. Keluarga kecil itu
terdiri dari si nelayan, istrinya dan anak laki-lakinya. Nama anak laki-laki itu adalah Malin Kundang. Mereka telah lama hidup
dalam kemiskinan. Suatu hari si nelayan memutuskan untuk berlayar ke dunia baru berharap dia akan menemukan
keberuntungannya dan merubah kehidupan keluarganya. Bulan-bulan telah berlalu namun tidak ada berita dari si nelayan dan
setelah lebih dari satu tahun si nelayan belum juga kembali ke kampung halamannya. Dengan bantuan Malin Kundang, ibunya
mulai bekerja demi memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Untungnya, Malin Kundang adalah seorang anak yang pandai dan
rajin sehingga dia selalu berusaha untuk meringankan beban ibunya. Namun dia juga sedikit nakal. Pernah suatu hari dimana
Malin sedang mengejar seekor ayam dan dia secara tidak sengaja tersandung batu dan dia melukai lengan kanannya dan
meninggalkan bekas luka yang permanen di sana.
Ketika dia telah tumbuh dewasa, dia memutuskan untuk menjadi awak kapal sehingga dia bisa berlayar ke tempat yang baru
dan menemukan keberuntungannya agar dia bisa membahagiakan ibunya dengan kekayaan yang dia peroleh dari perjalanannya
itu. Dia mendapatkan ide ini ketika dia melihat seorang kapten kapal yang dulunya adalah seorang pria miskin sekarang telah
menjadi orang yang sangat kaya setelah dia kembali dari perjalanannya. Ketika dia telah yakin dengan keputusannya, dia
mengatakan rencananya kepada ibunya. Ibunya tidak setuju dengan ide itu, namun Malin tetap memaksa ibunya untuk
mengizinkannya pergi. Akhirnya ibunya memberikan izin kepadanya. Keesokan harinya, setelah menyiapkan beberapa bekal,
Malin dan ibunya pergi ke dermaga dimana sebuah kapal telah menunggunya. Dia mengucapkan selamat tinggal pada ibunya
dan ibunya berpesan kepadanya untuk tidak pernah melupakannya dan memintanya kembali ketika dia telah menjadi orang yang
sukses. Dia melepaskan kepergian Malin dengan air mata di matanya. Mereka saling melambaikan tangan disaat kapal mulai
bergerak menjauh dari dermaga hingga itu tidak dapat dilihat lagi.
Malin Kundang menghabiskan waktunya di atas kapal dengan belajar tentang pelayaran pada beberapa awak kapal yang lebih
berpengalaman. Sungguh sial, kapal itu diserang oleh bajak laut di tengah laut. Semua barang dagangan di atas kapal di rampas
oleh bajak laut itu. Bajak laut itu juga membunuh sebagian besar awak kapal. Malin Kundang selamat karena selama
penyerangan itu, dia bersembunyi di dalam sebuah ruangan rahasia kecil di kapal itu. Ketika si bajak laut telah mendapatkan
semua barang berharga dari kapal itu, mereka pergi dan meninggalkan kapal itu begitu saja. Kapal itu hanyut ke pantai. Malin
Kundang adalah satu-satunya orang yang selamat dari kapal itu. Dia sangat kelelahan namun dia memaksakan dirinya untuk
berjalan dan mencari desa terdekat. Ketika dia sampai di desa terdekat, penduduk desa membantunya dan memberinya sedikit
makanan dan air. Setelah itu, Malin Kundang menceritakan pada mereka cerita tentang kapal dan bajak laut itu. Penduduk desa
merasa kasihan kepadanya sehingga mereka membantunya untuk memulai kehidupan di desa mereka. Tanah di desa tersebut
sangat subur sehingga Malin Kundang memutuskan untuk memulai pertaniannya sendiri. Dia bekerja dengan rajin di kebunnya
setiap hari. Hari demi hari dia menjadi semakin kaya. Dengan pengetahuan yang dia dapat selama dia berada di kapal lamanya,
dia mulai membeli beberapa kapal dan membangun armadanya sendiri dengan lebih dari 100 pekerja. Segera setelah dia
menjadi pria kaya, dia menikahi seorang gadis yang sangat cantik di desanya. Cerita tentang Malin Kundang yang telah menjadi
pria kaya menyebar melintasi samudera hingga itu terdengar oleh ibunya di kampung. Ibunya sangat gembira dan bersyukur
mendengar berita bahwa anak laki-lakinya telah menjadi seorang yang sukses. Semenjak dia mendengar berita itu, ibu Malin
Kundang pergi ke dermaga setiap hari berharap bahwa dia akan bisa langsung melihatnya ketika Malin Kundang kembali ke
kampung halaman. Namun, Malin Kundang tidak pernah muncul.
Tahun-tahun telah berlalu sejak berita itu pertama kali sampai ke kampung halaman Malin Kundang. Suatu hari, Malin dan
istrinya memutuskan untuk pergi dalam sebuah pelayaran laut dengan kapal mereka yang besar dan cantik. Salah satu tempat
yang mereka kunjungi adalah kampung halaman Malin. Ibu Malin Kundang yang terus datang ke dermaga setiap hari dengan
segera mengenali anaknya yang sedang berdiri di geladak kapal bersama seorang wanita cantik. Dia menjadi semakin yakin
bahwa itu adalah Malin Kundang ketika dia melihat tanda bekas luka di lengan kanannya. Ibu Malin Kundang berlari kearah
Malin Kundang dan memeluknya “Malin Kundang, anakku, aku sangat merindukanmu, mengapa kau tidak mengirim berita
selama ini? Aku telah menunggumu” katanya. Bukannya memeluk ibunya, Malin Kundang mendorong wanita tua itu ke
belakang hingga dia jatuh ketanah “ siapa kau?” kata Malin Kundang berpura pura bahwa dia tidak mengenali ibunya, "Aku tak
mengenalmu!" dia berteriak padanya. "Aku ibumu Malin, apakah kau telah melupakanku, Nak?” tanya ibunya. “Apakah ini
benar-benar ibumu Malin?” tanya istrinya. “ Tidak, tentu saja tidak. Dia hanyalah seorang pengemis yang berpura-pura menjadi
ibuku agar dia bisa mendapatkan hartaku” katanya. Ibu Malin Kundang sangat marah mendengar yang dia katakan, dia pun
mengangkat tangannya dan berdoa pada Tuhan, "Oh Tuhan, hatiku sangat sakit, jika dia benar adalah anakku, aku kutuk dia
menjadi batu" katanya. Tak lama setelah itu, badai datang dan menghancurkan kapal milik Malin, setelah itu tubuh Malin
Kundang perlahan berubah menjadi batu karang.

You might also like