You are on page 1of 16

Jurnal Ilmiah Ekonomi, Manajemen dan Agribisnis : Vol. 8 No.

1, Juli 2020

ISSN 2085 – 5788


Vol 8 No. 1

ANALISIS RISIKO PRODUKSI USAHATANI PADI DI DAERAH


ALIRAN SUNGAI

Risk Analysis Of Rice Business Production In River Flow Areas

Nelly Rakhmawati, Endang Yektiningsih, Sudiyarto


Program Studi Magister Agribisnis, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur
Jl. Rungkut Madya No. 1 Gunung Anyar, Kecamatan Gunung Anyar, Surabaya
E-mail : nellyr78@gmail.com

ABSTRACT
This study aims to identify the source of risk and level of it to formulate the best strategy to
restrain the main of production risk of the rice cultivation in the watershed in Gresik
district. This study uses descriptive by analyzing the main and secondary data. The
identification of the source of production risk uses Fish Bone Diagram. To know the level
of couse uses Failure Mode Effect and Analysis (FMEA). To decide the main source of the
production risk uses Pareto Diagram.The result of this shows that the main sources of the
production risk results the success of the rice cultivation in the watershed in Gresik district
are : a) high rainfall, b) handling of pests and diseases is carried out only when attacked,
c) fertilizer is difficult to obtain, d) labor is difficult to obtain, e) lack of agricultural
machinery, f) pest attacks, g) unbalanced fertilizer and h) spacing that is not yet technically
appropriate. To solve the souces of theproduction risk of the rice cultivation in the
watershed in Gresik district, the strategy used are empowering farmer institutions,
strengthening agricultural extension services and systems and government facilitation
Keyword: Risk, Cultivation, Rice, Watershed

INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sumber risiko dan besarnya risiko untuk
merumuskan strategi terbaik dalam mengendalikan risiko utama produksi pada budidaya
padi di DAS Kabupaten Gresik. Penelitian ini menggunakan deskriptif dengan
menganalisis data utama dan data sekunder. Identifikasi sumber risiko produksi
menggunakan Fish Bone Diagram. Untuk mengetahui level couse digunakan Failure Mode
Effect and Analysis (FMEA). Penentuan sumber utama risiko produksi menggunakan
Diagram Pareto. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber utama risiko produksi hasil
keberhasilan budidaya padi di DAS Kabupaten Gresik adalah: a) curah hujan tinggi, b)
penanganan Hama dan penyakit hanya terjadi pada saat terserang, c) pupuk sulit didapat,
d) tenaga kerja sulit didapat, e) mesin pertanian kurang, f) serangan hama, g) pupuk tidak
seimbang dan h) jarak tanam yang belum sesuai secara teknis. Untuk mengatasi sumber-
sumber risiko produksi usahatani padi di DAS Kabupaten Gresik, strategi yang digunakan
adalah pemberdayaan kelembagaan petani, penguatan sistem dan pelayanan penyuluhan
pertanian serta fasilitasi pemerintah.
Kata Kunci: Risiko, Budidaya, Padi, DAS

PENDAHULUAN
Padi merupakan komoditas pertanian yang sangat banyak diproduksi oleh masyarakat
Indonesia, Padi merupakan makanan pokok bagi masyarakat di Indonesia. Jawa Timur
merupakan salah satu provinsi yang menyumbang produk pertanian cukup tinggi, salah

Nelly Rakhmawati, Endang Yektiningsih, Sudiyarto, Analisi Risiko Produksi Usahatani … 55


Jurnal Ilmiah Ekonomi, Manajemen dan Agribisnis : Vol. 8 No.1, Juli 2020

satunya adalah padi. Kabupaten Gresik merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur
yang memberikan kontribusi terhadap peningkatan produksi pertanian terutama padi.
Kabupaten Gresik merupakan daerah penghasil padi bagian utara pulau Jawa (Jawa Timur)
dengan produksi pada tahun 2016 mencapai 421.670,21 ton Gabah Kering Giling atau
63,51 Kw/Ha, produksi ini meningkat dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2015 dengan
produksi sebesar 402.471,73 ton atau 65,85 Kw/Ha.
Tabel 1 Produksi Padi dari Tahun 2012 – 2016 di Kabupaten Gresik
Tahun Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Rata – Rata Produktivitas
2012 60.210 386.799,81 65,32
2013 61.227 376.535,22 61,5
2014 62.125 395.594,25 63,68
2015 61.136 402.471,73 65,85
2016 66.395 421.670,49 63,51
Sumber : BPS dalam Gresik Dalam Angka, 2012 - 2016
Daerah di Kabupaten Gresik yang banyak melakukan usahatani tanaman pangan,
dalam hal ini adalah padi, salah satunya adalah Kecamatan Bungah sebagai salah satu
daerah yang petaninya berusahatani padi di Kawasan Gresik Utara. Luas panen dan
produksi padi sawah di Kabupaten Gresik, Kecamatan Bungah merupakan yang cukup luas
yaitu 2.326 Ha dan dengan tingkat produksi yaitu 15.010,12 ton. Kecamatan Bungah
mempunyai luas panen dan jumlah produksi cukup rendah dibanding kecamatan lain,
namun rata-rata produktivitasnya masih cukup tinggi dari kecamatan lain di kawasan
Gresik Utara
Sebagai tanaman pertanian, kondisi alam sangat mempengaruhi keberlangsungan
proses produksi padi. Kondisi alam yang tidak dapat diprediksi, mudah berubah, sulit untuk
diramalkan, dan tidak dapat dikendalikan menjadi suatu risiko bagi pelaku usaha dibidang
pertanian. Faktor alam seperti perubahan suhu dan fluktuasi iklim atau cuaca merupakan
suatu ketidakpastian yang menjadi variabel penyebab terjadinya risiko dalam usaha
pertanian, dan risiko tersebut dapat terjadi juga pada kegiatan usahatani padi di Kecamatan
Bungah.
Tabel 2 Produksi Padi dari Tahun 2012 – 2016 di Kecamatan Bungah
Tahun Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Rata – Rata Produktivitas
2012 2.048 13.473,92 65,81
2013 1675 11.101,17 65,66
2014 2.375 15.504,44 65,27
2015 2.177 14.125,31 64,87
2016 2.327 15.010,12 64,52
Sumber : BPS dalam Gresik Dalam Angka, 2012 - 2016
Dengan luas panen 2.327 Ha (3,5 % dari luas areal panen Kabupaten Gresik) di tahun
2016, Kecamatan Bungah dapat memperoleh hasil produksi sebesar 15.010,12 ton (6,3 %

Nelly Rakhmawati, Endang Yektiningsih, Sudiyarto, Analisi Risiko Produksi Usahatani … 56


Jurnal Ilmiah Ekonomi, Manajemen dan Agribisnis : Vol. 8 No.1, Juli 2020

peningkatan dari tahun 2015). Produksi tersebut sesungguhnya masih dapat ditingkatkan
hingga mendekati potensinya, namun berbagai permasalahan muncul seiring dengan
munculnya berbagai kepentingan dan kodisi perubahan sumberdaya dan hal ini
mengkontribusi risiko dalam usahatani padi. Permasalahan yang dihadapi petani
Kecamatan Bungah dalam usaha tani padi cukup kompleks, baik masalah yang sifatnya
internal maupun eksternal. Produktivitas hasil pertanian sangat ditentukan oleh jumlah
kombinasi faktor-faktor produksi yang digunakan, salah satunya yaitu lahan. Lahan atau
tanah merupakan faktor produksi yang penting karena lahan merupakan tempat tumbuhnya
tanaman, ternak dan usaha tani keseluruhannya (Suratiyah, 2006).
Di Kecamatan Bungah, kegiatan usahatani padi dilakukan sebagian besar pada tipe
lahan daerah aliran sungai. Besarnya risiko yang diterima petani dengan penggunaan lahan
tipe daerah aliran sungai perlu diketahui, karena risiko akan mempengaruhi hasil yang akan
diterima oleh petani. Apabila biaya produksi usaha tani dapat diketahui maka besarnya
peluang risiko yang akan dihadapi petani untuk usahatani padi pada tipe lahan tersebut akan
dapat diperkirakan. Secara konseptual petani yang mampu mereduksi risiko produksi
maupun risiko harga dengan cara memperbaiki produktivitasnya, penggunaan diversifikasi,
penggunaan pola tanam yang tepat, penguatan kelembagaan petani, dan posisi tawar petani
akan dapat produksi dan pendapatan petani. Beberapa risiko yang sering dihadapi oleh
petani Kecamatan Bungah antara lain serangan hama dan penyakit, banjir, terbatasnya
ketersediaan pupuk, terbatasnya modal yang dimiliki petani. Bagi petani keberadaan risiko
tersebut dapat menjadi kendala untuk mewujudkan ketahanan pangan rumahtangga,
sehingga mereka dituntut untuk dapat memanajemen dan mereduksi risiko yang ada dalam
kegiatan usahataninya.
Berfluktuasinya produksi padi di Kabupaten Gresik termasuk Kecamatan Bungah,
mengindikasikan adanya faktor risiko pada kegiatan usahatani padi. Kemampuan petani
dalam mengolah risiko itu menarik untuk dipelajari lebih lanjut agar dapat menggambarkan
risiko-risiko apa saja yang sesungguhnya yang dihadapi dalam usahatani padi, seberapa
besar dampak risiko yang dihadapi dan bagaimana strategi petani Kecamatan Bungah padi
terhadap risiko-risiko yang ada pada lahan daerah aliran sungai. Adapun tujuan penelitian
ini adalah mengidentifikasi sumber risiko produksi yang dihadapi petani padi di daerah
aliran sungai, menganalisa dampak keparahan yang diakibatkan dari sumber risiko
produksi, menentukan sumber utama risiko produksi usahatani padi di daerah aliran sungai,
serta menyusun strategi yang dapat diterapkan untuk mengendalikan sumber-sumber risiko

Nelly Rakhmawati, Endang Yektiningsih, Sudiyarto, Analisi Risiko Produksi Usahatani … 57


Jurnal Ilmiah Ekonomi, Manajemen dan Agribisnis : Vol. 8 No.1, Juli 2020

produksi yang paling menentukan dalam usahatani padi di daerah aliran sungai di
Kecamatan Bungah.

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive sampling dengan pertimbangan
bahwa lokasi penelitian merupakan desa yang menghasilkan produksi kedelai tertinggi
pada satu kabupaten. Adapun kecamatan yang dipilih adalah Kecamatan Karang Penang
yang berada di Kabupaten Sampang. Waktu penelitian ini dilaksanakan mulai bulan
Pebruari sampai bulan Juni 2018.
Metode Pengambilan Populasi dan Sampel
Populasi didalam penelitian ini adalah petani padi yang ada di wilayah penelitian yaitu
yang berada di daerah alisan sungai (DAS) di Kecamatan Bungah. Pemilihan lokasi
penelitian menggunakan purposive sampling. Teknik sampling yang digunakan adalah
proportional purposive sampling.
Analisis Data
Risiko Produksi Usahatani Padi
Tujuan penelitian yang pertama diidentikasi dengan dengan menggunakan diagram tulang
ikan (Fishbone Diagram). Fishbone diagram digunakan ketika kita ingin mengidentifikasi
kemungkinan penyebab masalah dan terutama ketika sebuah team cenderung jatuh berpikir
pada rutinitas dan salah satu metode / tool di dalam meningkatkan kualitas, sering juga
diagram ini disebut dengan diagram Sebab-Akibat atau cause effect diagram. (Tague, 2005;
Poerwanto H, 2012). Diagram tulang ikan dibuat untuk mengidentifikasi faktor yang
menjadi sumber penyebab risiko produksi usahatani padi di Daerah Aliran Sungai (DAS)
di Kecamatan Bungah. Ada 4 (empat) faktor yang akan diidentifikasi sumber risiko pada
risiko produksi yaitu input, sumber daya, lingkungan dan teknis. Yang termasuk dalam
faktor input yaitu benih, pupuk dan pestisida, faktor sumber daya yaitu lahan dan manusia,
faktor lingkungan yaitu iklim dan cuaca sedangkan faktor teknis yaitu penerapan teknis
dalam budidaya padi.

Input Sumber Daya

Risiko
Produksi

Lingkungan Teknis

Gambar 1. Kurva Faktor Input

Nelly Rakhmawati, Endang Yektiningsih, Sudiyarto, Analisi Risiko Produksi Usahatani … 58


Jurnal Ilmiah Ekonomi, Manajemen dan Agribisnis : Vol. 8 No.1, Juli 2020

Tujuan penelitian yang kedua yaitu seberapa besar keparahan dampak dari masing-masing
sumber risiko hasil identifikasi dengan diagram tulang ikan, dianalisis dengan
menggunakan metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA). Sasaran penggunaan
FMEA pada intinya adalah mencegah terjadinya kegagalan dan dampaknya sebelum
terjadi.
Setiap sumber risiko ditentukan nilai tingkat keparahan (Severity) adalah dampak yang
timbul apabila suatu kesalahan (failure) terjadi, dinilai pada skala 1 sampai 10. Semakin
serius akibat yang ditimbulkan oleh sumber risiko tersebut semakin tinggi nilai
Severitynya. Tingkat kemungkinan kejadian (occurance) adalah kemungkinan atau
probabilitas atau frekuensi terjadinya kesalahan atau risiko ditunjukkan dalam 10 level
(1,2,...,10) dari yang hampir tidak pernah terjadi (1) sampai yang paling mungkin terjadi
atau sulit dihindari (10). Tingkat kemungkinan pengendalian risiko (detection) adalah
kemungkinan untuk mendeteksi suatu kesalahan akan terjadi atau sebelum dampak
kesalahan tersebut terjadi yang ditunjukkan dalam 10 level, dimana angka 1 menunjukkan
kemungkinan untuk dapat dikontrol/ dikendalikan sangat besar, dan 10 menunjukkan
kemungkinan dapat dikendalikan sangat kecil.
Berdasarkan nilai yang diperoleh dari masing kriteria dalam analisis FMEA, kemudian
dihitung Risk Priority Number (RPN) yaitu hasil perkalian bobot dari Severity, Occurance
dan Detection.
RPN = S x O x D
Keterangan:
RPN = Risk Priority Number (Tingkat Prioritas Risiko)
S = Severity
O = Occurrence
D = Detection

RPN dihitung untuk mengetahui nilai prioritas risiko yang harus segera ditangani. Risiko
yang memiliki nilai RPN paling tinggi merupakan penyebab yang paling berpengaruh
dalam risiko usaha tani padi.
Tujuan penelitian yang ketiga yaitu menentukan sumber risiko utama pada usahatani padi
di Daerah Aliran Sungai di Kecamatan Bungah, Kabupaten Gresik, yang merupakan kunci
dari penyelesaian masalah pada masing-masing risiko dianalisis dengan menggunakan
Diagram Pareto. Diagram Pareto digunakan untuk memperbandingkan berbagai kategori
kejadian yang disusun menurut ukurannya, dari yang paling besar di sebelah kiri ke yang
paling kecil disebelah kanan. Susunan tersebut akan membantu untuk menentukan

Nelly Rakhmawati, Endang Yektiningsih, Sudiyarto, Analisi Risiko Produksi Usahatani … 59


Jurnal Ilmiah Ekonomi, Manajemen dan Agribisnis : Vol. 8 No.1, Juli 2020

pentingnya atau prioritas kategori kejadian-kejadian atau sebab-sebab kejadian yang dikaji.
Prinsip Diagram Pareto dikenal sebagai aturan 80/20, artinya dengan melakukan 20% dari
pekerjaan bias menghasilkan 80% manfaat dari pekerjaan itu atau sebaliknya dengan
melihat 80 % akibat dari suatu permasalahan dapat mengetahui 20 % penyebab utamanya.
Tujuan penelitian yang keempat yaitu menyusun strategi yang dapat diterapkan untuk
mengendalikan sumber-sumber risiko produksi yang paling menentukan dalam usahatani
padi pada Daerah Aliran Sungai di Kecamatan Bungah, Kabupaten Gresik sesuai prioritas
dampak yang dihasilkan dari analisis diagram Pareto, didasarkan pada studi literatur
dengan mempertimbangkan kondisi dan kemampuan dari daerah penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Identifikasi Sumber Risiko Produksi Usahatani Padi
Berdasarkan hasil identifikasi sumber risiko pada empat faktor risiko produksi yakni
input produksi, sumber daya, lingkungan, dan teknis dapat dilihat pada gambar di bawah
ini: Penggunaan pupuk masih campur
dengan subsidi krn masih ada sisa dari
Input Sumber Daya musim tanam sebelumnya/distribusi
pupuk non subsidi telat jadi petani beli
Kondisi Lahan Kurang pupuk sendiri yg subsidi sehingga
Tenaga Kerja Sulit Subur
Pupuk sulit di dapat anjuran dosis juga perkiraan sendiri
Benih yg sesuai sulit
Minimnya Alsin
di dapat
Pertanian
Risiko
Produksi
Curah Hujan Tinggi Penanganan OPT
Serangan Hama
Kurang Air Penyakit Pupuk Belum Berimbang
Jarak Tanam tdk
Air asin saat Erosi Lahan Sesuai Teknis
Bengawan Solo Surut Jenis & dosis pestisida Tenaga kerja untuk penyemprotan
Perkiraan Sendiri pestisida sesuai anjuran di sore hari
sulit karena banyak yg ga mau krn
Lingkungan Teknis sudah bukan jam kerja, dll ->baca2
lap. magang
Gambar 2. Sumber Risiko Produksi Usahatani Padi
Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa untuk faktor input teridentifikasi benih
berpotensi menjadi penyebab kegagalan produksi. Benih yang digunakan petani di daerah
penelitian adalah sebagian besar menggunakan benih varietas unggul dan bersertifikat.
Namun beberapa responden yang menggunakan benih produksi sendiri. Benih tersebut
memiliki kelemahan diantaranya produktivitas rendah dan kualitas padi yang dihasilkan
ukurannya beragam. Selain itu ketersediaan pupuk yang kurang juga terindetifikasi sebagai
sumber risiko.
Faktor sumber daya yang diidentifikasi yaitu sumber daya lahan, sumber daya manusia
/ tenaga kerja. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa sulitnya ketersediaan tenaga kerja

Nelly Rakhmawati, Endang Yektiningsih, Sudiyarto, Analisi Risiko Produksi Usahatani … 60


Jurnal Ilmiah Ekonomi, Manajemen dan Agribisnis : Vol. 8 No.1, Juli 2020

pada usahatani Padi di lokasi penelitian menjadi sumber risiko, karena bersaing dengan
penyediaan tenaga kerja pada tanaman yang lain. Demikian pula kondisi lahan yang kurang
subur di lokasi penelitian, teridentifikasi menjadi sumber risiko pada risiko produksi
usahatani padi. Begitu pula dengan minimnya penggunaan alat dan mesin pertanian dalam
proses budidaya padi teridentifikasi menjadi sumber risiko dari risiko sumberdaya
usahatani padi di lokasi penelitian. Lingkungan berupa iklim dan cuaca yang tidak sesuai
dengan kebutuhan tumbuh padi seperti curah hujan yang tinggi yang bisa menyebabkan
banjir dan kekeringan, serta hama dan penyakit yang menyerang tanaman padi. Risiko
produksi padi yang dialami oleh petani adalah terganggunya pertumbuhan padi sehingga
kualitas dan kuantitas menurun bahkan yang paling buruk adalah gagal panen. Risiko erosi
lahan pertanian karena arus air Bengawan Solo dan risiko terganggunya pertumbuhan
tanaman padi disebabkan oleh salinitas air pengairan yang berasal dari Bengawan Solo,
dimana air akan asin saat Bengawan Solo surut.
Risiko teknis sangat dipengaruhi oleh sistem budidaya yang dilakukan petani
responden yang tidak sesuai dengan anjuran teknis. Jarak tanam yang belum sesuai teknis,
pemupukan yang belum berimbang, penanggulangan Organisme Pengganggu Tanaman
(OPT) yang dilakukan setelah terjadi serangan, jenis dan dosis pestisida yang digunakan
berdasarkan perkiraan sendiri.
2. Menghitung Dampak Risiko Usahatani Padi
Tabel 3. Skor Keparahan (S), Peluang Kejadian (O) dan Pengendalian (D) Risiko Usahatani
Padi di Lokasi Penelitian
SKOR
SUMBER RISIKO USAHATANI PADI
S O D RPN
Input Produksi a1 Benih Sulit didapat 3 4 4 46
a2 Pupuk Sulit didapat 5 7 4 139
Lingkungan b1 Serangan Hama Penyakit 6 7 2 104
b2 Curah Hujan Tinggi 6 7 6 253
b3 Kekeringan/ Kurang Air 3 4 3 47
b4 Lahan Pertanian Kena Erosi 4 4 5 75
b5 Air Asin Jika Bengawan Solo Surut 2 2 2 7
Sumber Daya c1 Kondisi Lahan kurang Subur 4 5 3 57
c2 Tenaga Kerja Sulit didapat 5 6 5 131
c3 Minimnya Alsintan yang dimiliki 5 5 4 110
Teknis Budidaya d1 Jarak Tanam Belum sesuai teknis 4 5 4 89
d2 Pupuk belum berimbang 5 5 4 95
d3 Jenis dan dosis pestisida tidak sesuai 5 3 5 78
d4 Dilakukan hanya saat terserang 5 5 5 139
Sumber : Data Diolah

Untuk menghitung seberapa besar risiko yang dihadapi dalam usahatani padi di daerah
aliran sungai di Kecamatan Bungah, maka masing-masing sumber risiko hasil identifikasi

Nelly Rakhmawati, Endang Yektiningsih, Sudiyarto, Analisi Risiko Produksi Usahatani … 61


Jurnal Ilmiah Ekonomi, Manajemen dan Agribisnis : Vol. 8 No.1, Juli 2020

dengan diagram tulang ikan, dianalisis dengan menggunakan metode Failure Mode and
Effect Analysis (FMEA).
Berdasarkan nilai yang diperoleh dari masing kriteria dalam analisis FMEA, kemudian
dihitung Risk Priority Number (RPN) yaitu hasil perkalian bobot dari Severity, occurance
dan detection, untuk mengetahui nilai prioritas risiko yang harus segera ditangani. Risiko
yang memiliki nilai RPN paling tinggi merupakan penyebab yang paling berpengaruh
dalam risiko usaha tani Padi. Adapun hasil skor keparahan, peluang kejadian, pengendalian
dan RPN sumber risiko produksi dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat nilai RPN dari masing-masing sumber risiko. Nilai
RPN yang dimiliki oleh setiap sumber risiko, menunjukkan tingkat penanganan dari
sumber risiko tersebut. RPN yang nilainya tinggi berarti menjadi sumber risiko yang
memiliki prioritas penanganan yang juga tinggi sehingga petani tidak mengalami
kegagalan berusahatani padi.
Pada risiko produksi, nilai RPN tertinggi yaitu 253 dimiliki oleh sumber risiko
lingkungan yaitu curah hujan tinggi, dimana tingkat keparahan berefek budidaya gagal
dengan kerusakan menengah, dan tingkat kejadian agak tinggi serta kemampuan
mengontrol risiko sangat rendah. Dengan meninjau hal ini, maka perlu penanganan
prioritas yang tinggi pada sumber risiko curah hujan yang tinggi, karena akan
mengakibatkan banjir yang bisa menggangu usaha tani yang menyebabkan kerusakan pada
pertanaman. Sedangkan nilai RPN terendah sebesar 7 pada risiko produksi yaitu dari
sumber risiko lingkungan yaitu air asin saat Bengawan Solo surut, dimana tingkat
keparahan tidak berfek pada budidaya usahatani padi, dan jarang terjadi serta kemampuan
mengontrol risiko sangat tinggi. Melihat hal tersebut, dengan kemampuan pengendalian
yang tinggi bisa mengatasi risiko tersebut yaitu dengan melakukan pemompaan pada sumur
bor yang ada jika air Bengawan Solo surut, yang sudah biasa dilakukan oleh petani lokasi
penelitian.
3. Sumber Risiko Produksi Utama
Empat belas sumber risiko produksi yang teridentifikasi dan dihitung nilai RPNnya,
analisis Diagram Paretonya dapat dilihat pada gambar 3. Berdasarkan analisis diagram
Pareto diatas, 80 % kumulatif dari nilai RPN, yaitu disebabkan oleh sumber risiko b2, d4,
a2, c2, c3, b1, d2 dan d1. Sumber-sumber risiko tersebut menjadi kunci penentu
keberhasilan produksi padi di Kecamatan Bungah yang perlu penanganan secara prioritas
dibandingkan dengan sumber-sumber risiko produksi lainnya.Adapun rincian sumber
risiko tersebut adalah b2: curah hujan tinggi; d4: penanganan hama dan penyakit dilakukan

Nelly Rakhmawati, Endang Yektiningsih, Sudiyarto, Analisi Risiko Produksi Usahatani … 62


Jurnal Ilmiah Ekonomi, Manajemen dan Agribisnis : Vol. 8 No.1, Juli 2020

hanya saat terserang; a2: Pupuk sulit didapat; c2 : tenaga kerja sulit didapat ; c3 : minimnya
alsintan yang dimiliki; b1 : serangan hama penyakit; d2: pupuk belum berimbang dan d1 :
jarak tanam yang belum sesuai teknis.

Gambar 3. Diagram Pareto RPN

Kondisi alam seperti cuaca dan iklim menjadi suatu ketidakpastian (uncertainty),
karena merupakan bagian risiko yang harus dihadapi oleh petani yang tidak dapat diukur.
Perubahan cuaca semakin sulit diprediksi, karena siklus cuaca tidak sesuai lagi dengan
siklus normalnya. Dari hasil wawancara dengan petani, 74 % petani responden menanam
padi pada musim penghujan dengan tujuan agar kebutuhan air bagi tanaman dapat
tercukupi. Namun dengan jika terjadi curah hujan tinggi akan menimbulkan luapan air
Bengawan Solo dan menyebabkan banjir di areal pertanian di Daerah Aliran Sungai (DAS).
Dan ini sangat merugikan petani. Risiko banjir bisa terjadi saat padi sudah tanam bahkan
sampai padi akan panen. Hal ini yang menyebabkan kualitas gabah yang dihasilkan rendah
sehingga bisa menyebabkan tingkat harga dan penerimaan petani dari hasil usaha taninya.
Penanganan hama dan penyakit seharusnya dilakukan sejak dini dengan pengamatan
yang periodik. Namun oleh 58% petani responden dianggap hal ini membuang banyak
waktu, sehingga jika ada serangan saja baru disemprot, bahkan disemprot berkali-kali tanpa
melihat ambang serangan. Hal inilah yang menyebabkan biaya sarana produksi untuk
kebutuhan pestisida cukup tinggi. Pupuk sulit didapatkan petani disebabkan alokasi pupuk
bersubsidi yang kurang dari kebutuhan petani per hektarnya serta mahalnya pupuk non
subsidi. Alokasi pupuk bersubsidi untuk sub sektor tanaman pangan Tahun 2018
Kabupaten Gresik hanya dipenuhi 85% urea, 48 % SP36, 58 % ZA, 61 % pupuk NPK dan
77 % pupuk organik. Sementara itu tanaman pangan tidak saja oadi, tapi juga jagung,
kedelai, aneka kacang dan umbi serta dan tanaman pangan lain. Menurut petani responden,

Nelly Rakhmawati, Endang Yektiningsih, Sudiyarto, Analisi Risiko Produksi Usahatani … 63


Jurnal Ilmiah Ekonomi, Manajemen dan Agribisnis : Vol. 8 No.1, Juli 2020

terkadang ketersediaan pupuk tidak sesuai dengan waktu dibutuhkannya pupuk tersebut.
Hal inilah yang juga berimbas pada pemupukan yang kurang berimbang oleh petani
responden.
Sebanyak 93 % petani responden menyatakan sulit mendapatakan tenaga kerja
terutama tenaga tanam sulit didapat di lokasi penelitian. Hal ini dikarenakan musim tanam
serempak pada lahan yang berbeda, dan sebagian kondisi minat generasi muda pada
pertanian cukup rendah dan lebih tertarik pada sektor lain seperti diantaranya industri,
perdagangan dan lain-lain. Pada lokasi penelitian, secara akumulatif hanya ada 25 orang
tenaga yang tersedia dan kurang jumlahnya apabila ada tanam serempak d 5 desa tersebut.
Untuk mengatasi hal tersebut, petani memanfaatkan tenaga kerja upahan dari luar desa
yang biayanya tidak sedikit. Minimnya alat mesin pertanian (alsintan) yang dimiliki petani
menyebabkan budidaya padi yang dilakukan petani kurang optimal yang menyebabkan
produksi yang dihasilkan juga rendah. Kondisi ketersediaan alsintan di Kecamatan Bungah
dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4 menggambarkan kebutuhan alsintan dengan jumlah yang dimiliki stidak
seimbang. Keadaan ini menunjukkan, kemampuan petani untuk mengakses teknologi,
seperti alat dan mesin pertanian (alsintan) seperti traktor, pompa air, dan alat pertanian
lainnya, masih terbatas. Di sisi lain, tuntutan penggunaan alsintan juga dibutuhkan di
tengah kekurangan tenaga kerja pedesaan, yang kini makin banyak meninggalkan dunia
pertanian. Hal ini menyebabkan biaya produksi yang dikeluarkan petani tinggi karena dari
hasil survey lapang 59 % responden menyatakan ongkos tenaga kerja tinggi. Teknologi
tentu membutuhkan biaya, sementara petani tidak mampu menjangkau dengan harga yang
mahal. Jangankan alsintan, sarana-sarana yang paling mendasar (pupuk, benih, insektisida,
dan lain-lain) pun petani masih berpikir untuk menggunakannya.
Tabel 4. Inventarisasi Alat Mesin Pertanian Kecamatan Bungah
Jumlah Jumlah Lahan Kebutuhan
No Nama Alsintan Alsintan yang yang diolah tiap Alsintan Tiap
dimiliki musim tanam Musim Tanam
1 Traktor Roda Dua 70 Unit 630 Ha 136 Unit
2 Pompa Air 90 Unit 260,1 Ha 424 Unit
3 Rice Transplanter 2 Unit 330 Ha 7 Unit
4 Combine Harvester 2 Unit 72 Ha 34 Unit
Sumber : BPP Kecamatan Bungah, Data diolah
Hama maupun penyakit merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil
produksi padi. Keberadaan hama dan penyakit yang menyerang padi ini membuat
produktivitas padi berfluktuasi, bahkan sering sekali menyebabkan kerugian. Adapun hama
dan penyakit yang sering menyerang tanaman padi petani di lokasi penelitian yaitu

Nelly Rakhmawati, Endang Yektiningsih, Sudiyarto, Analisi Risiko Produksi Usahatani … 64


Jurnal Ilmiah Ekonomi, Manajemen dan Agribisnis : Vol. 8 No.1, Juli 2020

penggerek batang,phyricularia, tikus, wereng batang coklat dan xanthomonas Dari


berbagai macam hama penyakit yang menyerang padi, serangan hama tikus yang paling
sering terjadi.
Tikus termasuk ordo Rodentia, famili Muridae dan sub-famli Murinae. Pada
umumnya, tikus sawah (Rattus orgentiventer) tinggal di pesawahan dan sekitarnya,
perkembangbiakan tikus sangatlah cepat. Perkembangan tikus banyak dipengaruhi faktor
lingkungan, termasuk ketersediaan sumber makanan dan populasi tikus akan meningkat
berkaitan dengan puncak pada masa generatif. Tikus dapat merusak terhadap tanaman padi
sehingga produksi menurun, sehingga perlu untuk diatasi yakni dengan sanitasi lahan
pertanian, pembasmian secara fisik, dan jika populasi berlebihan bisa dilakukan
pembasmian dengan rodentisida. Dalam penelitian ini yang dimaksud penggunaan pupuk
berimbang adalah perimbangan takaran penggunaan pupuk anorganik atau pupuk kimia
(Urea, SP36, Phonska) dan pupuk organik. Sebanyak 41 % petani responden menyatakan
dosis pupuk sesuai perkiraan tanpa melihat kondisi lahan dan kandungan unsur hara dalam
lahan. Adopsi takaran penggunaan urea, SP36, Phonska dan pupuk organik tidak sesuai
rekomendasi teknis pemupukan berimbang. Hal inilah mengakibatkan kebutuhan pupuk
yang berlebihan.
Sebanyak 69 % petani responden masih menggunakan sistim tanam tegel (jarak tanam
sempit yaitu 25 x 25 cm atau 20 cm x 20 cm). Petani responden sangat kesulitan dalam
penerapan tanam jarak lebar (tanam jajar legowo) karena menganggap pelaksanannya
cukup rumit. Pada umumnya, varietas padi pada kondisi jarak tanam sempit akan
mengalami penurunan kualitas pertumbuhan, seperti jumlah anakan dan malai yang lebih
sedikit, panjang malai yang lebih pendek dan tentunya jumlah gabah per malai berkurang
jika dibandingkan dengan kondisi jarak tanam lebar. Fakta di lapang membuktikan bahwa
penampilan individu tanaman padi pada jarak tanam lebar lebih bagus jika dibandingkan
dengan jarak tanam yang rapat (Abdulrachman, et. al. 2013)..
4. Menyusun Strategi Penanganan Risiko
Dalam rangka menanggulangi sumber-sumber risiko usahatani padi diatas, diperlukan
suatu strategi penanggulangan yang dapat diterapkan yaitu:
a. Curah hujan yang tinggi
informasi dari pak Curah hujan yang tinggi pada Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo, terutama di
zaini yaitu
daerah pedes ini Kecamatan Bunggah yang merupakan bagian hilir DAS Bengawan Solo, menimbulkan
rawan banjir
sehingga hanya luapan air Bengawan Solo dan menyebabkan banjir di areal pertanian di Daerah Aliran
menanam ... kali

Nelly Rakhmawati, Endang Yektiningsih, Sudiyarto, Analisi Risiko Produksi Usahatani … 65


Jurnal Ilmiah Ekonomi, Manajemen dan Agribisnis : Vol. 8 No.1, Juli 2020

Sungai (DAS). Hal ini menyebabkan penurunan secara nyata hasil padi, produksi padi dan
pendapatan petani.
Program Makmur Asuransi Usahatani Padi (AUTP) juga bisa menjadi solusi untuk penanganan kerugian
ini sudah
difasilitasi asuransi karena banjir sebagai akibat dari curah hujan yang sangat tinggi. Risiko produksi dapat
pertanian namun
tidak sedikit petani
dilindungi dengan asuransi jika risiko sedikit berhubungan dengan individu yang telah
yang enggan terlindungi oleh asuransi dan jika petani dengan perusahaan asuransi membangun
untuk ikut asuransi
karena dirasa informasi yang simetri (Suci, dkk., 2014).
preminya yang
cukup besar b. Penanganan hama dan penyakit dilakukan hanya saat terserang
Jika penanganan hama dan penyakit dilakukan hanya saat terserang, hal ini
sebenarnya ada memungkinkan petani menggunakan pestisida kimiawi tanpa melihat dosis dan berlebihan.
pestisida yg sifatnya
prefentif? mencega
Ini bisa berakibat buruk pada kesehatan lahan pertanaman dan mempengaruhi pertumbuhan
sebelum terkena tanaman padi, hal ini sangat berisiko. Disamping itu, bisa mempengaruhi keberadaan
hama penyakit dan
biasanya disemprot di predator alami di sawah. Pengendalian dengan prinsip tindakan preventif yang sudah
awal tanam
bersamaan dengan dilakukan oleh petani responden sudah cukup untuk menangani risiko tersebut.
pemupukan Penggunaan pestisida alami dengan prinsip Pengendalian Hama Terpadu adalah salah satu
cara pencegahan. Namun jika serangan hama sudah melebihi ambang serangan maka
penyemprotan di penggunaan pestisida kimiawi diperbolehkan asal sesuai dengan dosis. Pendekatan
waktu yg salah yaitu
ketika malai sedang pertanian berkelanjutan untuk pengelolaan hama, yang meliputi kombinasi pengendalian
berfotosintesis dari
jam 9 pagi berakibat
hayati, kultur teknis dan pemakaian bahan kimia secara bijaksana, merupakan alat dalam
terganggunya proses merintis pertanian ekonomis, pelestarian lingkungan dan menekan risiko kesehatan.
tsb dan hasilnya
produksi berkurang Pengendalian Hama Terpadu (PHT) , Good Agrucultural Practices (GAP) dan pertanian
berkelanjutan mengarah kepada keselarasan lingkungan, secara ekonomi memungkinkan
dipraktekkan, serta memperhatikan keadilan masyarakat (socially equitable) (Effendi,
2009). Hal inilah yang perlu diintensifkan dalam penyuluhan oleh petugas pertanian di
lapangan. Penyuluhan tidak saja edukasi tapi juga harus bisa mengevaluasi dan memonitor
hasil penyuluhan ke kelompok petani.
c. Pupuk sulit didapat
Petani di lokasi penelitian mengalami kesulitan pupuk diakibatkan ketergantungan
penggunaan terhadap pupuk kimia, melakukan pemupukan tidak berimbang dan ketersediaan pupuk di
biodekomposer bisa
mengurangi biaya kios tidak ada saat diperlukan. Kudrati, dkk. (2010) menyatakan bahwa faktor-faktor yang
pemupukan berperan dalam kelangkaan pupuk bersubsidi adalah ketergantungan petani pada pupuk
(27/07/21)-Cilebar
anorganik, pemupukan yang tidak berimbang, penambahan luas areal lahan dan petani yang
tidak bertanggung jawab. Salah satu solusi penanganannya adalah penggunaan bahan
organik / pupuk organik pada pertanaman padi. Menurut Saraswati (2012), keuntungan

Nelly Rakhmawati, Endang Yektiningsih, Sudiyarto, Analisi Risiko Produksi Usahatani … 66


Jurnal Ilmiah Ekonomi, Manajemen dan Agribisnis : Vol. 8 No.1, Juli 2020

penggunaan pupuk ramah lingkungan, seperti pupuk hayati, adalah dapat meningkatkan
efisiensi pemupukan, hasil dan berkelanjutan, kesuburan dan kesehatan tanah, serta
meningkatkan kesehatan tanaman. Dan Siswanto (2014) menyatakan aplikasi pupuk
organik dapat meningkatkan efisiensi pemupukan N, P, dan K anorganik.
d. Tenaga kerja sulit didapat
tenaga kerja untuk Salah satu usaha petani dalam menghadapi risiko tenaga kerja sulit didapat adalah
menyemprot
pestisida di sore hari dengan memanfaatkan tenaga kerja dalam keluarga semaksimal mungkin dan mencari
sulit karena banyak tenaga kerja upahan dari luar desa/daerah. Hal ini dapat pula diantisipasi dengan aplikasi
yg gamau
alat mesin pertanian yang mendukung pada tahap pengolahan lahan dengan mesin traktor,
tahap penanaman dengan Rice Transplanter dan pada tahap panen dengan Combine
Harvester.
e. Minimnya alat mesin pertanian dalam proses budidaya
lahan pertanian yg Minimnya alat dan mesin yang dimiliki petani terutama alat pengolah lahan, pompa
selalu tergenang air
membuat air dan alat pemanenan menyebabkan budidaya padi yang dilakukan petani kurang optimal.
penggunaan alsintan
seperti combine Keadaan ini menunjukkan, kemampuan petani untuk mengakses teknologi, seperti alat dan
harvester tidak dapat
mesin pertanian (alsintan) seperti traktor, pompa air, dan alat pertanian lainnya, masih
digunakan jadi
kurang efisien tenaga terbatas. Pengadaan alat mesin pertanian dapat dilakukan dengan menyewa dan
kerja dan waktu.
combain harvester mengkoordinir secara berkelompok kepada penyewa jasa alsintan di luar daerah.
bisa digunakan di
lahan kering Disamping pemenuhan alsintan dari bantuan pemerintah. Solusi lain adalah peminjaman
modal pengadaan alsintan dari lembaga usaha desa atau seksi usaha yang sudah ada di
Gapoktan. Ramadhani (2012) menyatakan salah satu solusi masalah tingginya biaya
usahatani padi adalah membangun kelembagaan non formal dari kelompok yang sudah ada
dengan kesepakatan atau sebagai dasar untuk mengikat para petani untuk andil dalam
pengembangan modal usaha.
f. Serangan hama penyakit
Serangan hama maupun penyakit merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
hasil produksi padi. Di Kabupaten Gresik penanaman padi yang biasa dilakukan pada
musim penghujan menyebabkan tanaman tersebut banyak terserang hama dan penyakit,
sehingga mengurangi produksi padi yang dihasilkan petani. Penanggulangan hama dan
penyakit dapat dilakukan secara preventif yaitu dengan melakukan budidaya tanaman
sehat. Namun jika tanaman tersebut tetap terserang, maka perlu dilakukan pengendalian
OPT secara bijak dengan mempertimbangkan lingkungan dan berkonsultasi kepada
petugas yang membidanginya.

Nelly Rakhmawati, Endang Yektiningsih, Sudiyarto, Analisi Risiko Produksi Usahatani … 67


Jurnal Ilmiah Ekonomi, Manajemen dan Agribisnis : Vol. 8 No.1, Juli 2020

distribusi pupuk terhambat menyebabkan petani menggunakan pupuk apa saja yang ada misal harusnya pupuk non subsidi tpi krn
blm ada jdi petani memilih beli pupuk subsidi yg kandungannya jelas berbeda
g. Pupuk belum berimbang
Pemupukan yang belum berimbang akan berimbas pada penggunaan pupuk yang
berlebihan terutama pupuk anorganik. Sementara di sisi lain, sering terjadi pupuk sulit
diperoleh. Mengingat ketersediaan pupuk kimia pada saat sekarang ini semakin sulit, dan
harganya semakin mahal, akibat adanya pengurangan subsidi oleh pemerintah maka
penggunaannya harus berimbang dan harus diusahakan seefisien mungkin. Hal inilah yang
perlu disampaikan secara intensif dan rutin oleh petugas pertanian di lapangan kepada
petani dengan sistem penyuluhan dan percontohan yang mudah dipahami oleh petani.
Menurut Andayani, dkk (2015), penerapan salah satu teknologi Pengolahan Tanaman
Terpadu (PTT) yaitu pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status unsur hara
tanah serta pemberian bahan organik menunjukkan adanya peningkatan pendapatan oetani
padi sawah per luasan lahan responden.
h. Jarak tanam yang belum sesuai teknis
Begitu pula dengan penerapan jarak tanam, penyuluhan oleh petugas secara intensif
kepada petani tidak saja sekedar teori, tapi diharapkan ada percontohan / demplot. Karena
dengan percontohan maka petani pasti akan bisa melihat sendiri penerapan jarak tanam
yang sesuai teknis dan membedakan hasilnya dengan bertanam tanpa jarak yang beraturan.
Adapun jarak tanam padi yang direkomendasikan adalah penerapan jarak tanam lebar,
yaitu Tanam jajar legowo. Tanam jajar legowo merupakan salah satu komponen
pengolahan tanaman terpadu (PTT) padi dengan beberapa barisan tanaman kemudian
diselingi oleh 1 baris kosong dimana jarak tanam pada barisan pinggir setengah kali jarak
tanam tanaman pada baris tengah. Adapun manfaat sistem ini adalah dapat meningkatkan
produksi dan populasi tanaman padi, memudahkan dalam perawatan baik dalam
pemupukan dan pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT), dan dapat
memperbaiki kuaitas gabah dengan semakin banyaknya tanaman pinggir (BPTP, 2013).
Dengan pengaturan jarak tanam yang tepat dan teknik yang benar dalam hal ini adalah
sistem tanam jajar legowo akan diperoleh efisiensi dan efektifitas pertanaman serta
memudahkan untuk tindakan selanjutnya, misalnya dalam pemeliharaan tanaman (Saeroji,
2013).
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa strategi prioritas yang
merupakan kunci keberhasilan usahatani padi di Kabupaten Gresik adalah dengan strategi
dengan Pemberdayaan Kelembagaan Petani dan Pemantapan Sistem dan Pelayanan
Penyuluhan Pertanian serta Fasilitasi Pemerintah.

Nelly Rakhmawati, Endang Yektiningsih, Sudiyarto, Analisi Risiko Produksi Usahatani … 68


Jurnal Ilmiah Ekonomi, Manajemen dan Agribisnis : Vol. 8 No.1, Juli 2020

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Hasil perhitungan keparahan dampak dari masing-masing sumber risiko usahatani
padi di Kabupaten Gresik berdasarkan nilai Risk Priority Number (RPN) yaitu curah hujan
tinggi mempunyai nilai RPN tertinggi dengan nilai sebesar 253. Sumber sumber risiko
produksi utama yang menjadi kunci penentu keberhasilan usahatani padi di Kabupaten
Gresik berturut turut yaitu 1) curah hujan tinggi, 2) penanganan hama dan penyakit
dilakukan hanya saat terserang, 3) pupuk sulit didapat, 4) tenaga kerja sulit didapat, 5)
minimnya alat mesin pertanian, 6) serangan hama penyakit, 7) pupuk belum berimbang dan
8) jarak tanam yang belum sesuai teknis. Dalam rangka menanggulangi sumber-sumber
risiko produksi usahatani padi di Kabupaten Gresik, maka strategi yang diterapkan yaitu
Pemberdayaan Kelembagaan Petani, Pemantapan Sistem dan Pelayanan Penyuluhan dan
Fasilitasi Pemerintah

Saran
Disarankan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan petani padi dan keberlanjutan
usahatani tani padi di daerah aliran sungai di Kabupaten Gresik perlu dilakukan
peningkatan SDM, rekayasa pemberdayaan kelembagaan petani yang efektif dan efisien,
terutama kelompok tani, peningkatan pelaksanaan pelayanan penyuluhan pertanian, serta
lembaga enyediaan sarana produksi dan pemasaran hasil. Disamping itu petani padi perlu
lebih fokus dalam merencanakan tanam dan mengatur pola tanam yang baik, menerapkan
prinsip Pengelolaan Tanaman Terpadu budidaya padi serta bergabung dan aktif dalam
kelembagaan petani (poktan/ gapoktan/ asosiasi).

DAFTAR PUSTAKA
Abdulrachman, S., Mejaya, MJ., Agustiani, N., Gunawan, I., Sasmita, P., dan Guswara, A.
(2013). Sistem Tanaman Legowo, Balai Pengkajian dan Pengembangan Pertanian.
Andayani, S.A. dan Sanira. (2015). Pendapatan Usahatani Padi Sawah Berdasarkan
Penerapan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu. Jurnal Ilmu Pertanian
dan Peternakan, Volume 3 Nomor 2 Desember 2015.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Gresik. (2016). Gresik Dalam Angka Tahun 2016.
Kabupaten Gresik: Badan Pusat Statistik.
BPTP, (2013). Teknologi Tanaman Padi Jajar Legowo di Lahan Sawah. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian. Banjar Baru.
Calkin, P.H. and D.D. Dipietre. (1983). Farm Business Management Successful Decisions
in a Changing Environment. NewYork: Macmillan Publishing Co. Inc

Nelly Rakhmawati, Endang Yektiningsih, Sudiyarto, Analisi Risiko Produksi Usahatani … 69


Jurnal Ilmiah Ekonomi, Manajemen dan Agribisnis : Vol. 8 No.1, Juli 2020

Debertin, David L. (1986). Agricultural Production Economics. Macmillan


Fadholi, Hermanto. (1981). Bahan Bacaan Pengantar Ekonomi Pertanian. Bogor:
Pendidikan Guru Kejuruan Pertanian Fakultas Politeknik Pertanian Bogor.
Fleisher, B. (1990). Agricultural Risk Management. London: Lynne Riener Publishers, Inc.
Harwood, J et all. (1999). Managing Risk in Farming: Concepts, Research, and Analysis.
U.S: Economic Research Service.
Kudrati, D.L. dan Kusmiati, A. (2010). Faktor-faktor yang Berperan Dalam Kelangkaan
Pupuk Bersubsidi. J-SEP. Vol 4 No. 1 Maret 2010.
Lamusa, A. (2010). Risiko Usahatani padi Sawah Rumah Tangga di Daerah Impenso
Provinsi Sulawesi Tengah.. J-Agroland (17.3). Desember 2010: 226 – 232.
Makarim, A.K. dan Ikhwani. (2011). Inovasi dan Strategi Untuk Mengurangi Pengaruh
Banjir Pada Usahatani Padi. Jurnal Tanah Lingkungan, 13 (1) April 2011: 35 – 41.
McConnell, D.J. and J.L. Dillon. (1997). Farm Management for Asia: a system approach.
Food and Agricultural Organization, Roma.

Poerwanto, H.(2012). Diagram Fishbone: Pengertian, Konsep, Manfaat, Cara Membuat


dan Contoh Diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan Akibat)/
Ishikawa http://karyailm.blogspot.com/2012/11/diagram-fishbone-pengertian-
konsep.html. Diakses pada tanggal 28 Mei 2018.
Saeroji. (2013). Sistem Jajar Legowo Dapat Meningkatkan Produktivitas Padi. Balai Besar
Pelatihan Pertanian. Malang
Saraswati, R. (2012). Teknologi Pupuk Hayati Untuk Efisiensi Pemupukan Dan
Keberlanjutan Sistem Produksi Pertanian. Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.
Shinta, Agustina. (2011). Ilmu Usahatani. Malang: Universitas Brawijaya Press (UB
Press).
Siswanto, T. (2014). Peran Pupuk Organik Dalam Peningkatan Efisiensi Pupuk Anorganik
Pada Padi (Oryza sativa L.). Tesis : Institut Pertanian Bogor. Bogor
Soekartawi. (2002). Analisis Usahatani. Jakarta: Universitas Indonesia.
Suci, W. dan Agus, W. (2014). Manajemen Resiko Dalam Pengembangan Pertanian
Organik di Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Pertanian Organi. Bogor.
Suratiyah, Ken. 2006. Ilmu Usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya.
Surmaini, E. Dan Haris Syahbuddin. (2016). Kriteria Awal Musim Tanam : Tinjuan
Prediksi Waktu Tanam Padi di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian. Vol. 35. No. 2.
Juni 2016 : 47 -56

Nelly Rakhmawati, Endang Yektiningsih, Sudiyarto, Analisi Risiko Produksi Usahatani … 70

You might also like