Professional Documents
Culture Documents
ISSN: 2686-5645
Ansharullah
Magister Teknologi Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Jakarta
email: step_ansharullah@yahoo.com
Abstract
This research stems from a condition which was observed in Indonesian high school. In general the
schools do not implement the principles of multiple intelligences comprehensively. Conversely, it is still
impressed that the learning is still dominated by one intelligence based education, that is IQ which is
cause and effect oriented eductional program. In line with that the learning is filled in the domain of
cognition which is commonly oriented at the most basic level of mental development, in which the level of
memorization activity is fulfilled the learning process. So that the complex intelligences of the learners’ do
not develop optimally. This conditions produce that the Indonesian educational products are not optimal.
So to improve the quality of education, it is necessary to develop the implementation of learning system
which based on the impact of the findings of neuroscience into education, including the development of
multiple intelligences (multiple intelligences) in high school level. This research is a qualitative research
seeing from philosophical approach and perspective. Along with that, the method used is descriptive,
analysis and interpretive. Through philosophical approaches researcher tries to describe the essence of
the eight intelligences and their applications in the learning process. With the method of description and
interpretation, it is expected to be able to find an interpretation of the concept of multiple intelligences in
accordance with socio-religious background of students’. Then by using the analysis method, the
application of these findings can be adjusted to the needs and potentials which is available at high school
levelled education.
Abstrak
Penelitian ini bermula dari suatu kondisi yang diamati bahwa pembelajaran di sekolah-sekolah di
Indonesia belum menerapkan pendidikan yang berbasis pada pengembangan seluruh kecerdasan jamak.
Sebaliknya masih terkesan bahwa pembelajaaran masih didominasi oleh kegiatan yang berbasis pada satu
keceredasan saja yaitu kecerdasan IQ dengan orientsi sebab-akibat, sedang materi pembelajaran sudah
beragam. Disamping itu ranah pembelajaran yang selalu diisi adalah ranah kognisi pada tingkat
perkembangan mental paling dasar yaitu hafalan (memorization), sehingga potensi diri peserta didik tidak
berkembang secara maksimal. Kondisi demikian melahirkan produk pendidikan Indonesia tidak optimal.
Maka untuk memperbaiki mutu pendidikan tersebut, perlu dilakukan sebuah sistem pembelajaran yang
berbasis kepada dampak temuan dari neuroscience ke dalam dunia pendidikan, diantaranya adalah
pengembangan kecerdasan jamak (multiple intelligences) disekolah setingkat Sekolah Menengah Atas.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan filosofis. Seiring dengan itu, metode yang digunakian
adalah deskriptif, analisis dan interpretasi, Melalui pendekatan filosofis peneliti berusaha menjabarkan esensi
dari delapan kecerdasan tersebut serta aplikasinya dalam proses pembelajaran. Dengan metode deskripsi
dan interpretasi, diharapkan dapat ditemukan penafsiran atas konsep kecerdasan jamak sesuai dengan
latar belakang peserta didik yang berbasis pada sosio religius. Kemudian dengan menggunakan metode
analisis, penerapan temuan tersebut dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan potensi-potensi yang
tersedia pada pendidikan tingkat SMA.
untuk berkembangnya potensi peserta didik sesuatu yang untuk dijiwai (internalized)
agar menjadi manusia yang beriman dan yang terintegrasi dengan semua bidang
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, keilmuan. Sehingga hal demikian berdampak
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, pada potensi diri peserta didik yang tidak
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara dapat berkembang karena berada dalam
yang demokratis serta bertanggung jawab. ruang lingkup pengembangan kecerdasan
Para ahli pendidikan mengemukakan yang parsial dan kebebasan yang terbatas
bahwa antara peserta didik, pendidik, materi untuk melakukan inovasi. Islam merupakan
dan metodologi pembelajaran haruslah suatu perbendaharaan yang besar dan
memiliki kesesuaian. Kesesuaian dalam hal kompleks, sebagaimana Firman Tuhan
ini berarti bahwa materi dan metodologi dalam surat Al Maidah ayat 3, yang
harus sesuai dengan potensi peserta didik. berbunyi:“Pada hari ini telah Ku
Pembelajaran maksimalpun akan terjadi bila sempurnakan untuk kamu agamamu, dan
perlakuan pendidikan berada dalam satu telah Ku cukupkan ni’matKu kepadamu
wadah yang secara keseluruhan memiliki serta telah Ku redhai bagimu Islam itu
kesesuaian konteks dengan keyakinan yang sebagai agama”.
dimiliki peserta didik. Jika Islam itu telah disempurnakan
Penduduk Indonesia yang pada saat ini Tuhan, maka diyakini agama tersebut
berjumlah dua ratus tiga puluh satu juta mengandung kesempurnaan, yang
(231.000.000) lebih delapan puluh delapan memungkinkan dapat ditinjau dari aspek
persen lebih (88.20%) atau dua ratus tujuh yang berbeda baik secara kehidupan dunia
juta (207.000.105) dari jumlah tersebut maupun akhirat.
beragama Islam (Badan Pusat Statistik dan Sesuai dengan perintah Tuhan dalam
Pormadi). Persentase tersebut sekaligus ayat di atas, ummat manusialah yang harus
mencerminkan populasi pendidik dan menggali perbendaharaan wahyu tersebut
peserta didik di Indonesia yang terlibat di dan bahkan wajib hukumnya. Hal ini
dalamnya. Suatu jumlah yang sangat besar diperintahkan Tuhan dalam Surat Al ‘alaq
dan mendominasi di setiap kelas namun di ayat 1 – 3, sebagai wahyu pertama:
dalam pembelajaran yang berlangsung “Bacalah! dengan nama Tuhan engkau Yang
selama ini keyakinan agama yang mewarnai menciptakan. Dia telah menciptakan
kehidupan setiap hari peserta didik dan manusia dari segumpal darah. Bacalah! dan
pendidik terakomodir hanya secara parsial di Tuhan engkau itu maha pemurah” (96 : 1-
dalam pembelajaran tersebut. 3).
Di dalam penyelenggaraan pendidikan Wahyu pertama ini yang diturunkan
dan pembelajaran, yang mayoritas peserta pada Nabi Muhammad dalam ayat di atas
didiknya berada dalam konteks keIslaman, secara harfiah berarti “baca”, namun secara
namun materi dan metodologi pembelajaran makna mendalam adalah “belajar” dan
tidaklah sejalan dengan konteks keyakinan kewajiban “menuntut ilmu”. Oleh karena itu
peserta didik tersebut, sehingga antara dalam ajaran islam wajib hukumnya bagi
materi dengan peserta didik memiliki jarak setiap muslim baik laki maupun perempuan
yang mengakibatkan tidak menyatunya belajar dan menuntut ilmu .
metodologi dengan potensi diri . Untuk membentuk suatu kepribadian
Agama yang alokasi waktunya relative maka kegiatan pendidikan ditujukan untuk
sedikit dan terbatas. hanya dipelajari sebagai mengembangkan semua potensi belajar baik
suatu pengalaman dan bahkan hanya bersifat fisik maupun bersifat rohani. Dalam
sebagai suatu kegiatan hafalan, bukan hal pendidikan tertuju pada pengembangan
rohani tersebut maka, dalam pandangan
J u r n a l I n s t r u k s i o n a l , V o l u m e 1 , N o m o r 2 , A p r i l 2 0 2 0 | 184
ISSN: 2686-5645
islam pembicaraan itu berkisar kepada 1. Bagi pendidik sebagai pedoman tentang
potensi qalbu, hati dan jiwa yang di dalam bentuk konsep Islam yang
ranah ilmu pengetahuan disebut dengan memberdayakan kecerdasan jamak .
akal, jiwa dan emosi. Terkait dengan hal di 2. Bagi para perancang pendidikan untuk
atas, seperti adanya keragaman atau mengakomodasi metodologi dan materi
demokrasi dalam metodogi islam, adanya pendidikan yang bernuansa Islami bagi
potensi hati, jiwa dan qalbu, maka di dalam peserta didik yang memiliki latar
disertasi ini penulis berusaha mendalami belakang Islam.
konsep pendidikan Islam yang utuh atau 3. Bagi para pemerhati.pendidikan untuk
menyeluruh (holistic), artinya penulis menambah wawasan dan menjadi
berusaha mendalami semua potensi belajar masukan dalam membangun pendidikan
yang ada di dalam Islam baik qalbu, hati, berlandaskan kecerdasaan jamak dan
jiwa atau nafsu. Oleh karena itul penulisan agama Islam.
disertasi ini mengambil tema konsep 4. Sebagai bahan referensi ke ilmuan bahwa
pendidikan Islam yang ditinjau dari Islam mengakomodasi ilmu pendidikan
perspektif riset yang dilakukan Howard yang terkait dengan kecerdasan jamak.
Gardner tentang kecerdasan jamak (multiple
intelligences). 2. KAJIAN LITERATUR
Pendidikan Indonesia, khususnya Agama Islam
pendidikan Islam di Indonesia secara Islam berasal dari bahasa Arab yang
umum, belum menerapkan konsep akar katanya adalah aslama, yuslimu, yang
kecerdasan jamak (multiple intelligences). berarti berserah diri, patuh dan tunduk. Kata
Selama ini pengembangan kecerdasan aslama tersebut berasal dari kata salima,
hanya terarah pada pengembangan yang berarti selamat, sentosa dan damai.
kecerdasan logis matematis (logical Dari pengertian demikian secara harfiah
mathematic), linguistik dan sebagian Islam dapat diartikan patuh, tunduk,
kecerdasan ruang (spatial). Hal demikian berserah diri (kepada Allah) untuk mencapai
disebabkan karena konsep kecerdasan keselamatan di dunia dan akhirat. Di
jamak belum terakomodasi secara samping Al Quran sebagai alat penyampaian
komprehensif di dalam konsep pendidikan wahyu kepada ummat manusia, Nabi
Islam. Kecerdasan jamak yang dimaksud Muhammad juga menggunakan beberapa
dalam hal ini adalah kecerdasan jamak cara lain, di antaranya dengan berbicara,
dalam perspektif Howard Gardner yang bertindak, melarang atau bersikap. Semua
berkisar pada konsep, walaupun masih ucapan, tindak tanduk, sikap Nabi
memuat tentang kemungkinan penerapan Muhammad tersebut dikumpulkan, dan
(implementation) tapi hanya pada sebatas kemudian dinamakan Sunnah atau Hadis
gagasan. (Al-Hadith).
Rumusan masalah penelitian ini adalah: Perlu dipahami, untuk mengetahui Ayat
Bagaimana bentuk konsep pendidikan Islam Al Quran dan hadis secara rinci perlu
yang ditinjau dari kecerdasan jamak. Artinya dilakukan penafsiran (tafsir) terhadap ayat-
apakah di dalam tradisi Islam terdapat ayat tersebut, kegiatan tersebut dinamakan
konsep pendidikan yang sejalan dengan menafsirkan. Kata tafsir berasal dari bahasa
kecerdasan jamak? Penelitian ini bertujuan Arab (fassara, yufassiru) yang berarti
untuk menggali bagaimana bentuk konsep penjelasan, pemahaman dan perincian dan
pendidikan di dalam tradisi Islam yang lebih lanjut diartikan membuka atau
ditinjau dari kecerdasan jamak. Diharapkan menyingkap (Wehr, 1974, dalam Abuddin
penelitian ini bermanfaat: Nata 1999).
J u r n a l I n s t r u k s i o n a l , V o l u m e 1 , N o m o r 2 , A p r i l 2 0 2 0 | 185
ISSN: 2686-5645
Agama islam meyakini bahwa manusia beragam dalam pendidikan yang dimulai
terdiri dari dua unsur yaitu jasmani dan dengan bakat, minat dan kemampuan.
rohani, Rohani dilengkapi dengan empat Keempat aspek di atas mencerminkan
organ yaitu nafsu, akal, qalbu dan roh. bahwa ajaran Islam memiliki beberapa
Sudirman Tebba mengemukakan tentang cara atau pendekatan terhadap Tuhan yang
organ rohani yang disebutkan di atas. sangat berpengaruh kepada prilaku,
"Ketika jiwa mengorientasikan kepribadian dan cara berfikir setiap individu.
pandangannya ketempat asal, ia disebut ruh. Hal ini berarti bahwa Islam melibatkan
Ketika melakukan aktivitas berfikir rasional potensi manusia secara utuh yang berusaha
atau penalaran diskursif, ia disebut akal. mensinergikan rasio, emosi dan jiwa. Sekali
Ketika mendapatkan pencerahan dari Allah gus hal ini juga menunjukkan bahwa agama
ia disebut hati (qalbu). Ketika ia berhadapan Islam merupakan suatu kesatuan yang utuh
dengan tubuh ia disebut jiwa" (Tebba, 2008: (holistik) dan berprinsip pluralistik yang bisa
10). Menurut keterangan di atas bahwa menerima perbedaan, maka dari itu Islam
manusia terdiri dari dua unsur, yaitu jasmani merupakan agama yang rahmatan lilalamin.
dan rohani, Rohani dilengkapi dengan empat
organ yaitu roh, nafsu (jiwa), qalbu dan akal. Makna Pendidikan
Roh (ar-ruh) adalah hakikat dari Secara umum para ahli pendidikan
manusia yang dengannya manusia dapat memaknai pendidikan sebagai usaha sadar
hidup dan mengetahui segala sesuatu. Qalbu pendewasaan jasmani dan rohani untuk
(hati) adalah ketika jiwa mendapatkan membentuk suatu kepribadian yang
pencerahan dari Allah. Hati (qalb) memiliki mengandung nilai-nilai. Di Indonesia hal di
empat stasiun: dada, hati, hati-lebih-dalam atas diperkuat dengan Undang-undang RI
dan lubuk hati terdalam. Akal adalah daya No.20 Th.2003 tentang sistem pendidikan
berfikir yang ada dalam diri manusia dan Indonesia Bab I, Pasal 1, point 2, yang
merupakan salah satu daya dari jiwa serta berbunyi Pendidikan nasional didefinisikan
mengandung arti berfikir, memahami sebagai: “usaha sadar yang disengaja dan
(Tebba, 2008: 10). Oleh karena itu yang terencana untuk mewujudkan suasana
menjadi prinsip utama pendidikan dalam belajar dan pembelajaran agar peserta didik
pandangan islam adalah pelibatan secara secara aktif mengembangkan potensi dirinya
holistik seluruh potensi belajar yang ada untuk memiliki kekuatan spiritual
dalam diri seorang individu, apakah itu keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
rasio, emosi, spiritual maupun seluruh kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
unsur lingkungan yang berpengaruh dalam yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa
pendewasaan. Kompleksitas agama Islam, dan negara” (Undang-undang RI Nomor 20
memberikan kesempatan kepada manusia tahun 2003).
untuk membangun potensi dirinya sebagai Keterangan di atas menunjukkan bahwa
rahmat Tuhan padanya. pendidikan merupakan usaha sadar yang
Hal ini terkait dengan pendidikan Islam terencana untuk mengembangkan potensi
yang membebaskan umat manusia dari diri peserta didik agar memiliki kekuatan
keterbelengguan karena pandangan bahwa spiritual keagamaan pengendalian diri,
kecerdasan itu hanya tunggal belaka. Untuk kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
membebaskan umat manusia dari keterampilan. Perkembangan lebih jauh
keterbelengguan tersebut perlu tentang pendidikan yang ditinjau dari sudut
pengakomodasian potensi diri yang pandang Teknologi Pendidikan, Knezevich
dan Eye sebagaimana dikutip oleh Gentry,
(1991:5) menyatakan: “teknologi pendidikan
J u r n a l I n s t r u k s i o n a l , V o l u m e 1 , N o m o r 2 , A p r i l 2 0 2 0 | 186
ISSN: 2686-5645
semua organism yang membentuk potensi Jika materi hanya diarahkan untuk satu
belajar anak; otak, emosi, dan kecerdasan. fungsi otak saja, misalnya untuk belahan
Otak merupakan pusat berfikir, prilaku serta otak kiri, maka pendidikan tidak memiliki
emosi manusia yang mencerminkan seluruh produk dengan nilai-nilai kreatifitas, dan
diri seorang individu. Roger Wolcott Sperry jika untuk otak kanan saja maka produk
dalam Conny Semiawan, pada tahun 1940 pendidikan akan lebih terfokus pada
menemukan fungsi khusus belahan otak dan imaginasi saja tanpa sistematika.
masih bersifat stereotip laki-laki dan Kesinergian kedua belahan otak
perempuan. Laki-laki berfikir logis, rasional, memungkinkan fungsi kerja otak meningkat
agresif, strategis, kompetitif dan pembuat menuju kepada kondisi kreatif yang pada
keputusan, sedangkan perempuan lebih gilirannya membuahkan kreativitas yang
berfikir intuitif , emosional , spontan, tetap tanpa harus mengeluarkan energi besar.
submisif dan kooperatif, lebih banyak pula Siler Lebih lanjut menegaskan tentang
perempuan sebagai pengikut (Semiawan, kemampuan manusia: “We are all born with
1997: 55). the ability to create, explore, learn, discover
Pernyataan Sperry di atas menunjukan and invent that is, to metaphorm. According
bahwa belahan otak kiri lebih cenderung to him the word “metaphorming” is derived
kearah berfikir teratur, linear, matematis dan from the Greekwords, “meta” is
faktual, dan lebih memiliki daya untuk transcending, while “phora” is transference.
bersaing. Berfikir cara di atas lebih identik It refers to the act of changing something
dengan cara berfikir seorang laki-laki. from one state of matter and meaning to
sedangkan belahan otak kanan lebih another” (Siler, 1999: 8).
cenderung kepada cara berfikir imaginatif, Keterangan di atas diterjemahkan
emosional, pengikut, spontan, intuitif dan sebagai berikut, semua manusia lahir
kreatif. Hal ini lebih menunjukkan kepada dibekali dengan suatu kemampuan mencipta,
cara berfikir seorang perempuan. menggali, belajar, menemukan, dan
Kemudian Wittrock pada tahun (1980) mencipta temuan baru. Inilah yang disebut
menjelaskan tentang fungsi kerja kedua dengan metaphorming. Kata tersebut berasal
belahan otak. “The left brain is most dari Greek (Yunani) yang terdiri dari kata
responsible for linear, sequential, analytic, “meta” berarti besar (transcending),
rational thinking, reading, language, the sementara “phora” berarti transcending,
computational aspects of mathematics, the while “phora” adalah proses perpindahan
inquirer, and the critic are located in this (transference), keduanya berarti merobah
hemisphere. Thought of a methaporic, sesuatu menjadi yang lain.
spatial, holistic nature is the province of the Otak yang bekerja secara kreatif, akan
right hemisphere” (Clark, 1986: 24). merobah fungsi otak tersebut satu tingkat
Dalam perkembangan lebih lanjut lebih baik di atas rata-rata. Artinya bakat
Wittrock memperjelas bahwa fungsi dan pada mulanya merupakan sebuah potensi
cara kerja belahan otak kiri adalah linear, saja, namun kemudian dapat menjadi
teratur, analisi, berfikir rasional membaca, kecerdasan, pada tingkat yang lebih tinggi
berbahasa, matematis, mengeritik dan jika mendapatkan rangsangan dan latihan
kegiatan mencari jawaban yang tajam dan yang baik selama mengalami masa
mendalam. Sedangkan belahan otak kanan perkembangannya.
lebih cenderung kepada cara berpikir Pengembangan potensi diri sebaiknya
simbolik, imaginatif, ruang (spatial) berjalan seiring dengan lingkungan, hal ini
keseluruhan (holistic nature). dimaksudkan untuk membentuk kemampuan
intelektual seorang anak manusia yang
J u r n a l I n s t r u k s i o n a l , V o l u m e 1 , N o m o r 2 , A p r i l 2 0 2 0 | 188
ISSN: 2686-5645
berusaha memahami hakikat atau makna intelligences. Sumber penelitian ini adalah
dari ayat-ayat, hadis dan informasi yang Al Quran dan Hadis serta pemikiran para
berkaitan dengan hal itu, seperti pemikiran tokoh pendidikan Islam.
dan praktek para tokoh pendidikan Islam. Di dalam penelitian ini yang bertindak
Peneliti berupaya menelaah dan memahami sebagai key instrument adalah peneliti
pengertian yang dalam dari ayat-ayat yang sendiri, yang secara aktif terjun ke lapangan
terkandung dalam kitab suci dan Hadis serta dan ke perpustakaan untuk mengumpulkan
mengikuti perkembangan pemikiran para informasi dan data dari berbagai sumber.
tokoh Islam melalui karyanya. Penelitian Langkah yang dilakukan dalam penelitian ini
ini menampilkan implikasi dalam bentuk adalah:
gagasan penerapan di dalam pendidikan. 1. Membaca Al Qur’an dan hadis untuk
Metode penelitian ini adalah metode menemukan ayat-ayat yang diduga
komparatif yang membandingkan dua aliran mengandung pikiran pendidikan dan
yaitu Islam dan dampak temuan kecerdasan potensi kecerdasan. Sebagai langkah
jamak. Penelitian ini dimulai dengan awal peneliti menggunakan terjemahan
mengumpulkan data dan sumber dan tafsir Al Quran.
kepustakaan dengan membandingkan 2. Memberi tanda setiap ayat-ayat Al
pandangan para ahli tafsir Islam dengan qur’an dan hadis yang diduga
pendapat Howard Gardner tentang dampak mengandung pendidikan dan potensi
kecerdasan jamak. Kemudian ayat kecerdasan.
dikumpulkan sesuai tema (mawdhu’iy). Di 3. Kemudian mencatat nomor ayat serta
dalam penelitian ini yang dibandingkan nomor surat yang diduga terkait dengan
adalah “persamaan dalam satu perspektif”, ayat pendidikan dan potensi kecerdasan.
dengan tujuan mencari pemikiran yang 4. Menelaah kandungan ma’na ayat-ayat
lebih mantap dan definitif, sehinga yang telah ditandai tersebut baik secara
penelitian ini memberikan pengertian baru, ma’na tersurat dan maupun ma’na
dan memperjelas garis masing-masing tersirat.
pandangan. 5. Mengumpulkan dan menelaah
Persamaan yang dimaksud adalah pemikiran para tokoh pendidikan
potensi apa yang terdapat di dalam konsep Islam.
pendidikan Islam jika dilihat dari sudut
pandang kecerdasan jamak versi Howard Teknik Analisa Data
Gardner. Potensi diri meliputi bakat, 1. Setelah usaha penggalian terhadap ayat
kecerdasan jamak (multiple Intelligence), ayat yang terkait dengan pendidikan dan
Sedangkan potensi lingkungan mencakup potensi kecerdasan, maka data tersebut
unsur manusia seperti guru, teman dipaparkan dengan pendekatan
masyarakat dan unsur materi seperti media kategorisasi.
elektronik maupun cetak serta metodologi 2. Dalam kategorisasi, dilakukan dengan;
pembelajaran. pemisahan makna dari ayat-ayat yang
bernuansa pendidikan secara umum,
Objek, Sumber dan Langkah Penelitian pemisahan makna terhadap ayat-ayat
Obyek penelitian ini adalah bakat dan yang bernuansa kecerdasan manusia,
kecerdasan manusia, yang dikhususkan mengklasifikasikan makna ayat-ayat yang
kepada kecerdasan jamak (multiple bernuansa kecerdasan manusia. Lebih
intelligence), sedangkan kecerdasan emosi lanjut ayat-ayat tersebut dianalisa dengan
dan kecerdasan spiritual, disinggung mengacu kepada konsep ilmu pendidikan,
seperlunya jika terkait dengan multiple
J u r n a l I n s t r u k s i o n a l , V o l u m e 1 , N o m o r 2 , A p r i l 2 0 2 0 | 192
ISSN: 2686-5645
Hadits riwayat Bukhari Muslim berikut ini pendengaran, penglihatan, dan hati atau akal.
berbunyi: “Ayah dan Ibunyalah yang Menurut Muhammad Asad, “pendengaran”
menjadikan anak tersebut Yahudi, Nasrani dan penglihatan merupakan alat kecerdasan
ataupun Majusi” (Hadits riwayat Bukhari untuk pemerosesan informasi sebagai
Muslim). Hadis ini menunjukkan bahwa fungsi kerja otak. Kemudian hati berarti
fitrah merupakan suatu potensi yang bisa otak atau akal sebagai kecerdasan itu sendiri.
diarahkan, dibentuk dan dikembangkan Kedelapan kecerdasan tersebut
oleh lingkungan. Dalam hal ini “ayah dan digambarkannya sebagai berikut:
ibu” sebagai faktor lingkungan memiliki Pertama, kecerdasan berbahasa;
potensi mengarahkan. Jika fitrah kecerdasan linguistik terkait dengan
merupakan suatu potensi yang dibawa kemampuan menggunakan kata secara
semenjak lahir, sedangkan bakat juga efektif, baik secara lisan maupun tertulis.
merupakan suatu potensi yang dibawa dari Secara praktis dapat dikatakan bahwa
lahir maka antara fitrah dan bakat dalam kecerdasan linguistik merupakan
konteks di atas memiliki suatu pengertian kemampuan untuk menyampaikan pesan
yang sama. Pada kondisi yang sama, bakat pikiran melalui komunikasi lisan maupun
dan fitrah inilah yang dimaksud Howard tulisan. Gardner menyatakan bahwa
Gardner sama dengan kecerdasan. Howard kecerdasan berbahasa melibatkan kepekaan
Gardner memberi definisi kecerdasan yang (sensitivity) terhadap penguasaan bahasa
jamak itu, sebagai suatu kemampuan lisan dan tulisan dan kesanggupan untuk
mengatasi masalah dan melahirkan ide atau menggunakan bahasa tersebut dalam meraih
pemikiran baru yang tepat guna di dalam tujuan tertentu. (Linguistic Intelligence,
suatu struktur budaya. involves sensitivity to spoken and written
Dalam hal potensi yang dibawa language, the ability to learn languages,
semenjak lahir ada kesamaan antara bakat and the capacity to use language to
dengan kecerdasan jamak. Namun dalam hal accomplish certain goals).
pengertian yang bersumber dari definisi, Dalam penyampaian tersebut perlu
maka kecerdasan jamak lebih kompleks dan dilakukan pertimbangan yang terkait dengan
explicit. Bedanya adalah pengertian ketepatan penggunaan bahasa
kecerdasan jauh lebih luas jika dibandingkan (appropriateness). Hal ini dimaksudkan
dengan bakat yang hanya sekedar suatu penggunaan bahasa yang jelas secara bunyi
kemampuan tersembunyi yang melekat di dan memperhatikan kaidah tata bahasa serta
dalam diri seseorang semenjak lahir. Di mempertimbangkan dimana dan kapan
dalam Islam ditemukan tentang kecerdasan seseorang berada ketika mengungkapkan
melalui Firman Tuhan dalam Al Quran surat ujaran bahasa tersebut. Di dalam konsep
An Nahl ayat 78, yang berbunyi: “Dan sosiolinguistik ketepatan berbicara
Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dinyatakan dengan formula berikut: “siapa
dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun berbicara dengan siapa, tentang apa, dimana,
dan Dia memberi kamu pendengaran, dan kapan” (who speak to whom, about
penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur” what, where, and when).
(QS.16:78). “and God has brought you forth Di dalam agama Islam kecerdasan
from your mother’s womb knowing nothing , linguistik ini mendapat tempat yang sangat
but He has endowed you with hearing and penting, sebagaimana perintah Tuhan dalam
sight, and minds so that you might have Firman Nya Surat Al-Baqarah ayat 83:
cause to be grateful” (Asad, 2003). “Ucapkanlah kata-kata yang baik kepada
Ayat di atas menunjukkan bahwa Tuhan manusia” (QS. Al Baqarah (2): 83). Bahwa
memberikan manusia kecerdasan setiap manusia diperintahkan oleh Tuhan
J u r n a l I n s t r u k s i o n a l , V o l u m e 1 , N o m o r 2 , A p r i l 2 0 2 0 | 194
ISSN: 2686-5645
mengambil pelajaran”. (An Nahl ayat 13). Tuhan menyenangi akan keindahan. Hal ini
“Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan terbukti dari penghargaan yang terlihat pada
lautan (untukmu), agar kamu dapat irama ketika membaca Al Quran dan rima
memakan daripadanya daging yang segar ayat-ayat Al Quran yang banyak berbentuk
(ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan dan tersususn secara poetis, serta nyanyian
itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu dan alunan suara ketika melakukan azan
melihat bahtera berlayar padanya, dan sebagai pertanda bahwa waktu shalat telah
supaya kamu mencari (keuntungan) dari masuk.
karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur”. Kelima, kecerdasan raga (fisik): Di
(An Nahl ayat 14). Hal demikian juga dalam keterangan di atas Gardner
diperkuat Hadits yang diriwayatkan oleh menyatakan bahwa Kecerdasan raga (Bodily
Muslim: "Barangsiapa menempuh jalan Kinesthetic) melibatkan kesanggupan
untuk menuntut ilmu, niscaya Allah anggota badan untuk mengatasi masalah atau
membawanya ke suatu jalan menuju surga." tampil dihadapan publik dan memiliki
(H.R. Muslim). potensi untuk menggunakan fisik secara
Ketiga, kecerdasan ruang, Gardner keseluruhan. Bodily Kinesthetic Intelligence
menyatakan dalam keterangan di atas entails those parts of the body to solve
bahwa kecerdasan ruang (spatial) memiliki problems or fashion products. potential of
potensi untuk mengenal dan memanipulasi using one’s whole. Kemudian Hadits berikut
`pola ruang yang luas dan pola ruang yang terkait dengan kecerdasan kinestetik ini yang
kecil. (Spatial Intelligence features the berbunyi: “Ajarkanlah kepada putra putri
potential to recognize and manipulate the kalian berenang dan memanah.” (HR. Ibnu
patterns of wide space as well as as the Mandah). “Ajarkanlah kepada putera-putera
pattern of more confined area). kalian memanah, karena itu merupakan
Firman Tuhan dalam al Quran surat An kekuatan penolak musuh.” (HR. Dailami).
Nahl ayat 78, berbunyi: “Dan Allah Kedua Hadits di atas menunjukkan
mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam bahwa agama menyuruh ummatnya untuk
keadaan tidak mengetahui sesuatu pun dan mengajarkan anak-anaknya untuk bisa
Dia memberi kamu pendengaran, berenang dan memanah, menunggang kuda
penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur” karena hal itu merupakan kekuatan penolak
(QS.16:78). Ayat di atas menunjukkan musuh dan menghidupi diri dengan rezki
bahwa Tuhan memberikan manusia yang halal. Hal demikian merupakan
kecerdasan pendengaran, penglihatan, dan kemampuan fisik yang bersifat kinestetik.
hati. “Penglihatan” merupakan kecerdasan Oleh karena itu Hadits di atas terkait dengan
yang terkait dengan kecerdasan visual. kecerdasan kinestetik. Di samping nilai
Howard Gardner menyebutnya dengan afeksi Hadits berikut ini menunjukkan
kecerdasan visual spatial. bahwa ajaran Islam mewajibkan penguasaan
Keempat, kecerdasan musik: Gardner keterampilan fisik (psikomotorik). Memang
menyatakan dalam keterangan di atas dalam kedua Hadits tersebut di atas
bahwa Kecerdasan musik terkait dengan disebutkan kata-kata berenang dan memanah
kepiawaian dalam menampilkan, mengarang sebagai suatu hal yang sangat spesifik,
dan menyusun serta mengapresiasi pola namun pada hakikatnya kedua kompetensi
musik. (Musical Intelligence entails skills in tersebut merupakan keterampilan fisik
the performance, composition and (psikomotorik).
appreciation of musical patterns). Di dalam Keenam, kecerdasan sosial: Gardner
Islam apresiasi terhadap kecerdasan musik menyatakan bahwa kecerdasan hubungan
ini mendapat tempat yang baik, karena sosial (Interpersonal Intelligence) menunjuk
J u r n a l I n s t r u k s i o n a l , V o l u m e 1 , N o m o r 2 , A p r i l 2 0 2 0 | 196
ISSN: 2686-5645
kepada suatu kapasitas untuk memahami effective working model of oneself including
keinginan (intenstions) dan motivasi one’s own desires, fears, and capacities and
seseorang. Hal ini juga terkait dengan to use such information effectively in
kehendak atau keinginan orang lain serta regulating one’s own life).
bisa bekerja sama dengan pihak lain tersebut Nabi Muhammad menegaskan tujuan
(Interpersonal Intelligence denotes person’s kehadiran beliau sebagai utusan Tuhan di
capacity to understand the intentions, bumi ini tentang keutamaan akhlak atau budi
motivasions, and desires of other people pekerti. Hadits riwayat Ahmad berikut ini
and, consequently, to work effectively with menunjukkan pentingnya nilai-nilai afeksi
others). tersebut dalam hal pendidikan: “Aku diutus
Hadits berikut ini kecerdasan di muka bumi untuk menyempurnakan
interpersonal yang berbunyi “Sesungguhnya akhlak” (HR. Ahmad).
kamu manusia tidak dapat mempergauli para Kedelapan, kecerdasan naturalis:
manusia itu hanya dengan hartamu saja, kecerdasan ini terkait dengan kemampuan
maka pergaulilah mereka itu dengan wajah untuk mengenali, membedakan,
berseri-seri serta baiknya budi pekerti”. (HR. menggolongkan dan membuat kategori
Bazzar, Abu Ya’la dan Thabrani). Hadits di terhadap apa yang dijumpai; alam, flora dan
atas menunjukkan bahwa agama menyuruh fauna di lingkungan maupun di alam sejagad
manusia mempergauli mereka itu dengan ini. Inti dari kecerdasan ini adalah
wajah berseri-seri serta baiknya budi pekerti. kemampuan manusia untuk mengenali
Ayat di atas terkait dengan kecerdasan tanaman, hewan dan bagian lain dari alam
interpersonal. Kecerdasan ini terkait dengan semesta. (Natural Intelligence,denotes the
kemampuan membangun dalam capacity to demonstrate expertise in the
mempertahankan hubungan dengan orang recognition and classification of the
lain dengan memahami dan memperkirakan numerous species –the flora and the fauna –
perasaan, temperamen, suasana hati, maksud of his or her environment… … A naturalist
dan keinginan orang lain dan is a biologist who recognize and
menanggapinya secara layak, hal ini terkait categorized specimens … and extensive
dengan empati yaitu memahami perasaan knowledge of the living world).
orang lain dari sudut pandang orang tersebut. Di dalam keterangan di atas Gardner
Kecerdasan ini memungkinkan seseorang menyatakan bahwa Kecerdasan naturalis
untuk membangun kedekatan, pengaruh, (natural) melibatkan kapasitas untuk
kepemimpinan dan hubungan dengan mengklasifikasikan dan memahami
masyarakat. kehidupan dari makhluk hidup flora dan
Ketujuh, kecerdasan diri pribadi: fauna. Selanjutnya, Al Quran menyebut
Gardner menyatakan dalam keterangan di berkali-kali tentang kejadian bumi, langit
atas bahwa kecerdasan diri pribadi atau alam semesta seisinya dan tentang flora
(Intrapersonal intelligence) merupakan dan fauna, serta pemilharaan melarang
kemampuan untuk memahami diri sendiri membuat kerusakan di atas bumi, yang
yang terkait dengan kelebihan dan demikian itu terkait dengan kecerdasan
kekurangan, model dan cara kerja. Hal naturalis. Dalam Al Quran Surat Al Baqarah
demikian juga termasuk keinginan, ayat 205 dan Surat Al A’raaf:56 Tuhan
ketakutan serta kemampuan untuk berfirman bahwa: “Dan apa bila ia berpaling
memanfaatkan informasi secara efektif (dari kamu) ia berjalan dibumi untuk
dalam mengatur kehidupan sendiri. mengadakan kerusakan padanya, dan
(Intrapersonal intelligence involves the merusak tanam-tanaman dan binatang
capacity to understand oneself, to have an ternak, dan Allah tidak menyukai
J u r n a l I n s t r u k s i o n a l , V o l u m e 1 , N o m o r 2 , A p r i l 2 0 2 0 | 197
ISSN: 2686-5645
kebinasaan.” (QS. Al Baqarah: 205). formal atau diukur dengan indra sebatas
“Janganlah kalian berbuat kerusakan di penglihatan atau pendengaran yang bersifat
muka Bumi setelah Allah memperbaikinya” empiris. Agama menjamah ranah batin
(Al A’raaf: 56). Ketika Islam melarang manusia yang disebut dengan jiwa. Jiwa
perbuatan tersebut, maka itu adalah untuk merupakan esensi atau hakikat manusia yang
menjaga binatang dari pencemaran air, udara sesungguhnya.
dan tumbuhan. Ini adalah hak setiap Kedelapan kecerdasan tersebut dapat
makhluk. Dalam skala luas kecerdasan ini digolongkan bahwa manusia tidak terlepas
terkait dengan alam mikro dan makro dari hubungannya dengan: alam, flora,
kosmos. fauna, manusia dan masyarakat, Dari situ
Kesembilan, kecerdasan tasauf (sufi). dapat dianalogkan bahwa manusia juga
Ketika Islam berbicara tentang rohani, hal membutuhkan hubungannya dengan Tuhan.
ini bukan hanya berarti tingkah laku Membina hubungan antara manusia dengan
(behaviour) dan (attitude) melainkan terkait Tuhan merupakan penyatuan antara intuisi
dengan suatu ranah yang jauh melampaui atau qalbu (bukan fisik) manusia dengan
materi di dalam batin seseorang. Dalam hal Tuhan. Hal ini dapat merupakan juga
ini Islam berbicara tentang jiwa yang kemampuan yang hanya dapat dicapai
ranahnya meliputi rasio, emosi, dan qalbu. dengan kecerdasan. Penyatuan intuisi
Lebih dalam Philip H. Phenix menyatakan manusia dengan Tuhan baru dapat dicapai
bahwa ranah agama, tidak hanya sekedar setelah menempuh beberapa tingkatan
pada sikap atau ranah afeksi saja namun pengalaman dan pengetahuan yang bersifat
jauh lebih menjamah kedalam ranah batin. hirarkis. Jika tingkatan bawah belum lulus
Menurutnya”the personal God is believed to dilampaui maka tingkatan atas tidak akan
be the source and ground of created persons. dapat dicapai, sehingga penyatuan dengan
The traditional term of the person regarded Tuhan sebagai puncak kebahagian dan
from an ultimate perspective is the” soul” by kesenangan tidak akan tercapai.
which is meant to the real core of a person‘s Tujuan hidup tertinggi dari manusia
being, as contrasted with the empirical self adalah bertemu dengan Tuhan baik di dunia
whose characteristics can be described in maupun diakhirat kelak. Oleh karena itu
the categories of finitude. The soul is the hakekat dari penyatuan manusia dengan
mysterious depth in persons, in which are Tuhan adalah merupakan penanaman akhlak
hidden the inexhaustible possibilities of manusia yang tinggi, yaitu internalisasi nilai
being.” nilai afeksi dalam diri manusia itu sendiri.
Pendapat di atas menyatakan bahwa Cara demikian merupakan usaha
dilihat dari hakikat kehidupan, maka hakikat penanaman atau pembatinan nilai-nilai
manusia adalah jiwa, yang jauh di afeksi dalam tasauf. Sebagaimana diketahui
kedalaman batin, bukan pada yang tampak bahwa tasauf merupakan salah satu
oleh indra. Jiwa merupakan kekuatan batin pendekatan dari empat pendekatan terhadap
yang misterius (mysterious depth) di dalam Tuhan dalam agama Islam.
diri seorang individu.Tuhan adalah Sesuatu
yang Maha Kuasa, Maha Pencipta dan Gagasan Penerapan
sekaligus sebagai sumber dan sentra dari Bakat merupakan potensi tersembunyi
ciptaanNya. dibawa sejak lahir yang telah melekat
Dalam hal ini dapat ditarik sebuah dengan kepribadian seseorang, yang siap
pengertian dari Phenix bahwa ranah agama untuk diaktualisasikan dan akan berkembang
jauh sampai ke dalam batin seseorang yang lebih baik jika terjadi sinergi dengan
melebihi afeksi. Agama bukan sekedar ritual lingkungan yang mendukung disekitarnya.
J u r n a l I n s t r u k s i o n a l , V o l u m e 1 , N o m o r 2 , A p r i l 2 0 2 0 | 198
ISSN: 2686-5645
berpendapat bahwa “semakin banyak tugas dalam satu kelas dengan mengosongkan
yang dibebankan, semakin pintar peseta tempat di tengah-tengah untuk pendidik dan
didiknya”. Tanpa disadari jumlah materi peserta didik agar dapat berpindah tempat
yang berlebihan (over loaded) akan atau bergerak dengan bebas. Setiap
memperkecil peluang masa inkubasi ilmu kelompok terdiri dari empat sampai enam
sehingga memandulkan kreatifitas peserta orang.
didik. Untuk mempelajari materi baru
Dalam usaha pelacakan bakat dan kesiapan peserta didik haruslah menjadi
kecerdasan, setiap peserta didik secara utama, pengutamaan tersebut berupa
berkelanjutan harus dihadirkan dengan kesiapan mental dan intelektual.
pilihan-pilihan materi pembelajaran dan Pembelajaran dengan materi yang lompat,
pilihan yang diminatinya sehingga terhindar tanpa adanya kesiapan merupakan beban
dari campur tangan dan keinginan pendidik yang berat. Dalam hal ini Islam merespon
yang memaksakan kehendaknya. Hal ini dengan wahyu Tuhan dalam surat Al
merupakan ekspresi keinginan yang sesuai Baqarah ayat 286, “Allah tidak membebani
dengan panggilan bakat dan kemampuan seseorang melainkan sesuai dengan
yang dimiliki. Oleh karena itu penyajian kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari
materi dalam bentuk paket yang wajib kebajikan) yang diusahakannya dan ia
dipelajari oleh peserta didik tidak lagi cocok mendapat siksa (dari kejahatan) yang
dengan pelacakan bakat dan dilakukannya” (QS. 2 : 286).
pengembangannya. Moving class system, Ayat di atas menjelaskan bahwa,
yaitu pemilihan oleh peserta didik terhadap manusia memiliki kesanggupan, tapi
pendidik (guru) yang diinginkannya dalam kesanggupan itu memiliki batas. Oleh karena
suatu institusi harus difasilitasi, artinya itu terkait dengan kapasitas beban bagi
kalau dulu pada setiap satuan pendidikan seorang manusia, Tuhan memperingatkan
guru/pendidiklah yang masuk kedalam kelas bahwa beban tersebut jangan melebihi
murid, sebaliknya dalam kondisi yang kapasitasnya. Dalam pembelajaran, materi
diusulkan, muridlah yang masuk kedalam yang diberikan mestilah memiliki tujuan
kelas guru. yang jelas dan merupakan suatu kesatuan
Di samping itu perlu disiapkan suatu yang utuh (tidak terpencar atau parsial).
sistem pembelajaran silang (Travelling Oleh karena itu materi baru merupakan
Students) yang memungkinkan peserta didik pendalaman atau kelanjutan dari materi
dari suatu satuan pendidikan bisa ikut serta sebelumnya, sehingga materi baru bukanlah
mengambil beberapa mata pelajaran merupakan materi yang lompat tanpa ada
ditempat lain dalam wilayah geografis ( persiapan dan kesiapan, melainkan bersifat
dalam satu kelurahan atau kecamatan) yang berjenjang.
sama. Dalam halaqah sistem (U Style) yang Untuk memperkaya wawasan peserta
diperkenalkan oleh Nabi Muhammad, didik dalam mengembangkan
peserta didik disarankan untuk duduk kecerdasannya, lingkungan pendidikan yang
melingkar di sekitar guru bukan sebaliknya menunjang haruslah dihadirkan kepada
menjauhi guru dengan duduk berbanjar ke setiap peserta didik agar terjadi sinergi
belakang, sehingga peserta yang satu berada antara dua kekuatan yang berasal dari dalam
di belakang lainnya. Hal ini memungkinkan diri peserta didik berupa fungsi kerja otak,
terjadinya penghindaran kontak lansung bakat dan kecerdasan, sedangkan yang
dengan pendidik. Oleh karena itu peserta lainnya berasal dari luar diri peserta didik
didik bisa membentuk tempat duduk yaitu lingkungan pendidikan, yaitu suasana
berkelompok empat sampai enam kelompok belajar yang menyenangkan, fasilitas yang
J u r n a l I n s t r u k s i o n a l , V o l u m e 1 , N o m o r 2 , A p r i l 2 0 2 0 | 200
ISSN: 2686-5645
lengkap, metode pembelajaran yang sesuai, berakhir, Lebih lanjut dinyatakan bahwa
keterampilan interpersonal dan kualifikasi pendidikan akan berakhir pada saat
pendidik yang memadai. seseorang berhadapan dengan ajalnya.
Suasana belajar terkait dengan tempat Pengertian yang bermakna jelas bahwa
dan waktu yang sangat penting di pendidikan masih harus diberikan kepada
pertimbangkan. Tempat penyelenggaraan seseorang walaupun pada saat-saat
pendidikan harus bebas dari lingkungan menghadapi maut. Perlakuan tersebut
yang mudah mengganggu konsentrasi dan diajarkan dengan mengucapkan kalimat zikir
perhatian peserta didik, misalnya kebersihan yang berbunyi “tiada Tuhan melainkan
lingkungan, kebersihan diri sendiri. Jika Allah”
tempat dan lingkungan tidak terencana
dengan baik keduanya bukanlah merupakan 5. KESIMPULAN
faktor pendukung yang memotivasi. Howard Gardner, pada tahun 1983,
Pertama, kebersihan, di dalam Islam hal ini seorang ahli biopsikologi, menemukan
di tegaskan secara jelas dalam Hadits berikut bahwa di dalam diri manusia terdapat
ini “kebersihan adalah setengah iman potensi kecerdasan yang beragam, dan
(Hadits riwayat)”. Begitu pentingnya telah melekat semenjak dilahirkan. Secara
kebersihan di dalam agama Islam, sehingga empiris Howard Gardner membuktikan
kebersihan dikaitkan dengan keyakinan bahwa di dalam diri setiap individu terdapat
(iman) seseorang. Kedua, ruangan kelas setidaknya delapan kecerdasan. Inti dari
juga sangat menentukan, sirkulasi udara pemikiran terkait dengan pendidikan
yang bebas (airy) dan jarak ideal dari Howard Gardner adalah Multiple
keramaian atau suara ribut dan bunyi- intelligence sebagai approach, method dan
bunyian haruslah dirancang sedemikian classroom technique dalam perspektif M.
rupa. Pelataran halaman memberi kesan Anthony.
yang luas dan terhindar dari kondisi luapan Berikut ini digambarkan kedelapan
air, banjir atau genangan. Ketiga, untuk kecerdasan tersebut yang sekaligus
sebuah motivasi tinggi dan pembentukan jati dipandang dari sisi hubungannya dengan
diri agar lebih percaya diri dan rasa objek yang terkait. Pertama, kecerdasan
tanggung jawab, maka karya-karya peserta bahasa terkait dengan organ artikulasi dan
didik ditampilkan dan dipajang .disekitar pikiran. Kedua, kecerdasan logis-matematik
lingkungan sekolah. terkait dengan akal manusia. Ketiga
Begitu juga dengan waktu belajar, pada kecerdasan raga terkait dengan kepintaran
umumnya belajar optimal bisa diraih ketika fisik. Keempat kecerdasan interpersonal
suasana nyaman, tenang dan santai (relaxed) terkait dengan emosi diri sendiri dan dengan
serta ketersediaan waktu yang cukup untuk orang lain. Kelima kecerdasan intrapersonal
beristirahat, sungguhpun ada pendapat yang terkait dengan akal dan emosi di dalam diri
mengatakan bahwa kapan saja orang bisa sendiri. Keenam kecerdasan spatial dengan
belajar. ruang mikro dan makro. Ketujuh kecerdasan
Pendidikan tentang kesucian jiwa musik dengan emosi. Kedelapan kecerdasan
sebagai mana dinyatakan dalam pendapat naturalis dengan alam, flora dan fauna.
tasauf di atas harus dilakukan terhadap Kedelapan kecerdasan tersebut dapat
kedua orang tua bayi yang akan mewariskan dikatakan bahwa manusia tidak terlepas
sifat dan kepribadian kepada bayinya kelak. dari hubungannya dengan otak, logika,
Hal ini sangat logis karena secara bilogis emosi atau jiwa.. Disamping itu ada lagi
bayi berasal dari darah dan tubuh kedua hubungan khusus antara manusia dengan
orang tuanya. Tentang kapan pendidikan alam sekeliling seperti, flora, fauna, alam
J u r n a l I n s t r u k s i o n a l , V o l u m e 1 , N o m o r 2 , A p r i l 2 0 2 0 | 201
ISSN: 2686-5645
dan manusia atau masyarakat. Kalau qalbu atau intuisinya) merupakan kondisi
hubungan kecerdasan itu dengan objeknya puncak. Kondisi puncak demikian ini hanya
dianalisis maka dapat disimpulkan bahwa dapat dicapai setelah menempuh beberapa
kecerdasan tidak bisa tidak membutuhkan tingkatan pengalaman dan pengetahuan yang
hubungan dengan objeknya seperti besifat hirarkis. Jika tingkatan bawah belum
hubungannya dengan alam, hewan, lulus dilampaui maka tingkatan atas tidak
tumbuhan dan manusia termasuk jiwa, akan dapat tercapai, sehingga penyatuan
emosi dan rasio di dalam diri manusia, dengan Tuhan sebagai puncak kebahagian
Maka, oleh karena itu wajar saja jika ada dan kesenangan tidak akan tercapai.
satu hubungan lain yang seharusnya ada, Oleh karena itu kecerdasan tasauf,
yaitu hubungan yang mengatur antara merupakan pendekatan kepada Tuhan secara
manusia dengan Tuhan. intens melalui Qalbu (intuisi), dan produk
Kecerdasan yang mengatur hubungan tasauf tersebut telah membuktikan dirinya
antara manusia dengan Tuhan ini sebagai suatu dimensi kerohanian yang
berorientasi pada peningkatan jenjang mampu membawa manusia berprilaku baik
akhlak, mulai dari jenjang paling bawah dan terpuji. Berbeda dari spiritual
menuju jenjang paling atas sebagai usaha intelligence, kecerdasan tasauf (Sufism
mencari kebahagiaan di dunia dan sekali gus Intelligence) menggali hakikat yang
akhirat yaitu bersatu dengan Tuhan. Dalam bersumber pada Tuhan (Allah), yaitu Yang
hal hubungan manusia dengan Tuhan menciptakan alam jagad raya. Hakikat dari
tersebut penulis menamakannya kecerdasan suatu prilaku dalam pandangan tasauf
tasauf (Sufism Intelligences). merupakan kecintaan dan keikhlasan kepada
Walaupun Howard Gardner Sang Pencipta yaitu Tuhan Penguasa alam
mengemukan kecerdasan tentang moral, Semesta yang melebihi cinta terhadap
ada pada kecerdasan diri pribadi atau materi.
kecerdasan sosial, namun orientasinya Kedelapan kecerdasan yang bersifat
berbeda. Perbedaanya adalah pada tujuan, holistik seperti yang diuraikan di atas
kecerdasan tasauf mengatur hubungan dunia merupakan realisasi dari empat pendekatan
dan akhirat, sehingga menghasilkan model kepada Tuhan dalam Islam yaitu Syari’ah,
akhlak yang berbeda dengan Howard Filsafat, Tasauf dan Ilmu Kalam, yang
Gardner yang tidak melibatkan hubungan ke akhirnya keempat aliran itu bermuara pada
akhirat atau masa depan yang hakiki. Hal satu kesatuan yaitu hubungan kepada Tuhan
demikian seiring dengan hakikat manusia “Allah”. Oleh karena itu Pembelajaran
sebagai makhluk yaitu makhluk dalam tradisi islam bersifat holistik
“Homoreligious”. manusia tidak terlepas mencakup seluruh ranah potensi belajar, akal
dari kehidupan beragama. Homoreligious, (qalbu), emosi (jiwa, nafs). Dengan kata
memperkuat hubungan yang seharusnya ada lain pembelajaran dalam tradisi Islam
yaitu hubungan yang mengatur antara melibatkan seluruh potensi diri termasuk
manusia dengan Tuhan. Hubungan tersebut potensi tasauf, yang dalam pandangan
sangat berpotensi tinggi dalam membangun Howard Gardner disebutnya dengan istilah
dan mengembangkan akhlak manusia yang kecerdasan.
berorientasi pada peningkatan jenjang Hakikat pendidikan Islam yang dapat
akhlak, mulai dari jenjang paling bawah disimpulkan dari kecerdasan tasauf (Sufism
menuju jenjang paling atas. Intelligence) adalah pengenalan diri yang
Dalam tradisi tasauf (sufism sangat mendasar kedalam batin agar dapat
Intelligence) yaitu besatunya manusia mengabdikan diri kepada Tuhan. Mengenal
dengan Tuhan (bukan fisik melainkan diri diartikan sebagai mengenal sifat Tuhan,
J u r n a l I n s t r u k s i o n a l , V o l u m e 1 , N o m o r 2 , A p r i l 2 0 2 0 | 202
ISSN: 2686-5645
yang dalam satu aliran disebutkan berjumlah Setiap manusia memiliki kekhasan atau
Sembilan puluh Sembilan sifat. Manusia pun sifat dan kepribadian masing-masing, hal ini
penyayang, pengasih, pendamai, pemimpin, memberi arti bahwa peserta didik diberi
pencipta, dan lainya itu namun hal demikian kebebasan untuk memilih materi yang sesuai
merupakan satu kesatuan yang tidak dipisah- dengan potensi diri seperti kemampuan,
pisahkan. Keseluruhan sifat demikian adalah bakat, intelegensi, gaya belajar bahkan gaya
tauladan. Setiap manusia sebagai khalifah, berfikir dan akhlak (tasauf). Agar fokus
pendidik harus memberikan tauladan kepada pendidikan diarahkan untuk mencari dan
sesama ummat manusia. mengembangkan kecerdasan (bakat) yang
Kecerdasan jamak versi Howard dimulai dari sedini mungkin. Pemebelajaran
Gardner merupakan strategi (metodologi) pada TK, SD, lebih tertuju pada pencarian
pembelajaran yang memenuhi tiga dan penemuan kecerdasan sedangkan
persyaratan sebagaimana dikemukan oleh pembelajaran lebih lanjut tertuju pada
Edward M. Anthony. Baik sebagai sebuah pengembangan kecerdasan tersebut.
pendekatan (approach) yang bersifat Moving class system, yaitu pemilihan
aksiomatik (keyakinan), sebagai sebuah oleh peserta didik terhadap pendidik (guru)
metode yang bersifat prosedural maupun yang diinginkannya dalam suatu institusi
sebagai sebuah teknik aplikasi pembelajaran artinya kalau dulu pada setiap satuan
di dalam kelas. pendidikan guru/pendidiklah yang masuk
Landasan pendidikan Islam adalah kedalam kelas murid, sebaliknya dalam
pengabdian total kepada Tuhan karena kondisi yang diusulkan, muridlah yang
manusia diciptakan Tuhan untuk mengabdi masuk kedalam kelas guru. Disamping itu
kepadaNya, sejalan dengan landasan perlu disiapkan suatu sistem pembelajaran
pendidikan maka materi pendidikan bersifat silang (Travelling Students) yang
tauhid searah dengan keesaan Tuhan. Oleh memungkinkan peserta didik dari suatu
karena itu materi yang tidak layak dalam satuan pendidikan bisa ikut serta
kaca mata Islam harus ditinggalkan. Secara mengambil beberapa mata pelajaran
hakikat perbedaan utama antara pendidikan ditempat lain dalam wilayah geografis (
Barat dan pendidikan Islam terdapat pada dalam satu kelurahan atau kecamatan) yang
tujuan pendidikan. Pendidikan Barat sama. Materi pembelajaran yang diambil
bertujuan meraih kebahagian hidup di dunia telalu banyak jumlahnya, seperti di SMA
semata sedangkan pendidikan Islam antara 13 sampai 15 mata pelajaran. Jumlah
bertujuan untuk meraih kebahagiaan hidup materi demikian, menjadikan peserta didik
di dunia dan sekaligus di akhirat oleh karena kekurangan waktu atau peluang untuk
itu tujuan pendidikan Islam memiliki nuansa berkreasi yang memandulkan kreatifitas
futuristik. Maksudnya kehidupan manusia peserta didik.
didunia dikaitkan dengan kehidupan akhirat Howard Gardner Oleh karena itu
kelak dalam penanaman nilai-nilai akhlak. peserta didik disarankan membentuk tempat
Materi pendidikan dalam Islam bukan saja duduk berkelompok yang jumlahnya antara
ditujukan hanya untuk mencapai kebahagian empat sampai enam kelompok dalam satu
hidup di dunia, melainkan ada kelas dengan mengosongkan tempat di
keberimbangan antara dunia dan akhirat, tengah-tengah untuk pendidik. Hal demikian
maka integralisasi ilmu dan nilai-nilai dimaksudkan juga agar peserta didik dapat
spiritual di dalam pembelajaran menjadi dengan mudah berpindah tempat atau
utama. Oleh karena itu prinsip belajar bergerak dengan bebas. Setiap kelompok
sepanjang hayat merupakan keharusan terdiri dari empat sampai enam orang agar
dalam Islam. komuniskasi di antara sesama peserta didik
J u r n a l I n s t r u k s i o n a l , V o l u m e 1 , N o m o r 2 , A p r i l 2 0 2 0 | 203
ISSN: 2686-5645
lebih hidup dan mendapat giliran yang lebih Gardner, Howard, Changing Minds,
banyak, merata serta intens. Sehingga di Massachusetts,USA, Hardvard Business
dalam kelas terjadilah hubungan di antara School Press, , 2006.
peserta didik yang sangat bersifat sosial.
Gardner, Howard. Frames of Mind, The
6. REFERENSI Theory of Multiple Intelligences. Basic
Book, USA, The twentieth Anniversary
Anderson, Orin. W, et al. A Taxonomy for Edition 2004
Learning, Teaching, and Assesing. United
States: Longman, 2001 Gardner, Howard. Intelligence Reframed.
Basic Book, USA. 1999
Badan Pusat Statistik (BPS). BPPS Siapkan
Sensus Penduduk 2010. 2009. Gardner, Howard. The Unschooled mind.
(http://www.antaranews.com/view/?i=12440 Basic Book, USA. 2004
43378&c=EKB&s=MAK)
Goleman, Daniel. Emotional Intelligence.
Bryman, Alan. Social Research Methods. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,1996.
USA: Oxford University Press, 2001.
Good T, Brophy J. Educational Psychology,
Buzan, Tony. Brain Child. Jakarta: Longman Publishing Company, New York.
Gramedia Pustaka Utama, 2005. 1990
Richards, Jack C, Approach and Method in Siler, Todd, Think like a Genius, Bantam
Language Teaching, Cambridge University books, New York, 1999.
Press, Cambridge, 1986.
Soedijarto, Landasan dan Arah Pendidikan
Richey, Rita C dan Seels Barbara B. Nasional Kita, Jakarta PT kompas Media
Teknologi Pembelajaran. Jakarta: Unit Nusantara, 2008.
Percetakan Universitas Negeri Jakarta,
1994. Tebba, Sudirman, Ruh, Mistery Maha
Dahsyat,pustaka IrVan, Jakarta, 2008
Semiawan, Conny. R. Perspektif Pendidikan
Anak Berbakat. Jakarta: Rasindo, 1997.