You are on page 1of 7

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/339653482

Seleksi Karakter Kandungan Amilosa Sedang pada Populasi Hasil Persilangan


Sintanur x PTB33 dan Pandanwangi x PTB33 berdasarkan Marka Fenotipik dan
Molekuler SSR

Article  in  Kultivasi · December 2018


DOI: 10.24198/kultivasi.v17i3.18508

CITATIONS READS

0 96

4 authors, including:

Whitea Yasmine Slamet Santika Sari


Ministry of environment and forestry, Indonesia Universitas Padjadjaran
7 PUBLICATIONS   15 CITATIONS    36 PUBLICATIONS   33 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Nono Carsono
Universitas Padjadjaran
62 PUBLICATIONS   151 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Genetic improvement of rice by particl bombardment View project

BOTTOM-UP EFFECT KOMPOS GULMA SIAM (Chromolaena odorata) DAN BUNGKIL MIMBA (Azadirachta indica) TERHADAP INTERAKSI MULTITROPIK ARTHROPODA DAN
ORGANISME LAINNYA SERTA PERTUMBUHAN TANAMAN PADA EKOSISTEM SAWAH PADI HITAM View project

All content following this page was uploaded by Whitea Yasmine Slamet on 09 February 2022.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


732 Jurnal Kultivasi Vol. 17 (3) Desember 2018

Slamet, W.Y. ∙ A.R.S. Wardani ∙ S. Sari ∙ N. Carsono

Seleksi karakter kandungan amilosa sedang pada populasi hasil


persilangan Sintanur x PTB33 dan Pandanwangi x PTB33 berdasarkan
marka fenotipik dan molekuler SSR

Selection medium amylose content character of population derived


from a cross between Sintanur x PTB33 and Pandanwangi x PTB33
based on phenotypic and SSR molecular marker
Diterima : 30 Agustus 2018/Disetujui : 14 Desember 2018 / Dipublikasikan : 31 Desember 2018
©Department of Crop Science, Padjadjaran University

Abstract. Medium amylose rice is a special type mengandung amilosa yang sedang (20-24%)
of rice that is highly demand by people in Asia berdasarkan marka molekuler dan fenotipik.
and the world. Purpose of this study is to obtain Kombinasi kedua pengujian ini akurat dalam
individual F7 progeny (came from a cross menyeleksi karakter fisikokimia padi.
between Sintanur x PTB33 and Pandanwangi x
PTB33) with medium amylose content. Materials Kata kunci: Padi ∙ Marka molekuler ∙
used were spectrophotometer with wave lenght Kandungan amilosa ∙ Spektrofotometer
625 nm, meanwhile molecular markers applied
were Wx. Results of this study showed that __________________________________________
SP73-3-1-7 had usually most use the plant with Pendahuluan
medium amylose content (20-24%) based on
molecular and phenotypic marker. The Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman
combination of both tests provides more penghasil beras yang menjadi pangan pokok
accurate in selecting physicochemical trait in sekitar 95% masyarakat Indonesia (Badan Pusat
rice. Statistik, 2018). Beras sebagai pangan pokok
mengandung nutrisi yang cukup tinggi.
Keywords: Rice ∙ Molecular marker ∙ Amylose Menurut Indriyani et al. (2013), pada 100 gram
content ∙ Spektrophotometer beras mengandung 78% karbohidrat, 6,7%
protein, 3,6% lemak, 1,4% glukosa, 0,4% serat.
Sari. Padi dengan kandungan amilosa sedang Kandungan glukosa pada beras dapat berisiko
sangat diminati oleh masyarakat Asia dan menimbulkan masalah diabetes yang ditandai
Dunia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk oleh kenaikan gula darah.
memperoleh individu keturunan F7 (yang Prevalensi penderita diabetes di Indonesia
berasal dari hasil persilangan Sintanur x PTB33 pada tahun 2016 berkisar 10 juta jiwa dan
dan Pandanwangi x PTB33) dengan kandungan diperkirakan pada tahun 2025 penderita
amilosa sedang. Alat yang digunakan untuk diabetes mencapai 12,4 juta jiwa. Diabetes
analisis kandungan amilosa yaitu spektro- merupakan sekelompok penyakit yang
fotometer dengan panjang gelombang 625 nm, mengakibatkan kadar gula dalam darah tinggi
sedangkan marka molekuler menggunakan (World Health Organization., 2016).
marka Wx. Hasil dari penelitian ini Permasalahan diabetes salah satunya dapat
menunjukkan bahwa SP73-3-1-7 memiliki diatasi dengan perakitan padi yang tidak mudah
jumlah tanaman paling banyak yang tergelatinisasi sehingga tidak drastis menaikan
kadar gula darah apabila dikonsumsi. Hal
Dikomunikasikan oleh Sosiawan Nusifera tersebut sangat dipengaruhi penyusun pati. Pati
Slamet, W.Y.1 ∙ , R.S.W. Anita2 ∙ S. Santika3 ∙ C, Nono4
1 Mahasiswa Program S2 Pemultan Universitas Padjadjaran
tersusun atas dua macam polisakarida yaitu
2 Mahasiswa Program S1 Pemultan Universitas Padjadjaran amilosa dan amilopektin. Amilosa merupakan
3,4 Dosen Departemen Budidaya Tanaman Fakultas polimer gula linear yang terdiri dari unit
Pertanian Universitas Padjadjaran monosakarida atau sering disebut dengan
Korespondensi: n.carsono@unpad.ac.id

Slamet, W.Y. dkk.: Seleksi karakter kandungan amilosa sedang pada populasi hasil persilangan
Sintanur x PTB33 dan Pandanwangi x PTB33 berdasarkan marka fenotipik dan molekuler SSR
Jurnal Kultivasi Vol. 17 (3) Desember 2018 733

polisakarida, sedangkan amilopektin meru- target, evaluasi kandungan amilosa sedang


pakan polimer glukosa dengan ikatan bercabang untuk pengujian F7 diperlukan melalui analisis
(Champagne, 2008). Semakin panjang rantai fenotipik menggunakan spektrofotometer
polisakarida maka semakin sulit dipecah dengan panjang gelombang 625 nm dan marka
melalui proses hidrolisis sehingga beras menjadi molekuler.
pera. Berbanding terbalik dengan amilopektin
yang terdiri dari cabang polisakarida, sehingga __________________________________________
mudah pecah melalui proses hidrolisis, struktur Bahan dan Metode
beras pun menjadi pulen (Shannon et al., 2009).
Berdasarkan kandungan amilosa, beras Empat belas genotip keturunan F6 hasil
dapat dibedakan menjadi beras ketan (kadar persilangan Sintanur x PTB-33(SP) dan Pandan-
amilosa 10-20%), beras beramilosa sedang wangi x PTB-33(PP) dievaluasi. Masing-masing
(kadar amilosa 20-25%) dan beras beramilosa genotip terdiri dari empat puluh tanaman,
tinggi (>25%) (Sekretariat Jenderal Kementerian sehingga jumlah total sampel 560 tanaman.
Pertanian, 2015). Beras dengan kandungan Sampel beras dikumpulkan untuk pengujian
amilosa sedang tidak terlalu sulit dicerna karena fenotipik, sedangkan marka molekuler
struktur tidak terikat terlalu kuat sehingga menggunakan sampel daun. Analisis data
memiliki rasa pulen. molekuler dilakukan dengan membandingkan
Menurut Hsu et al. (2014), kandungan pola pita DNA yang terbentuk dari setiap
amilosa dikendalikan secara kuantitatif dengan genotip uji dengan tetua persilangannya.
gen mayor Wx yang memiliki enzim aktif Skoring pita DNA yang terbentuk digunakan
memengaruhi produksi granule-bound starch sebagai nilai dalam analisis korelasi untuk
synthase (GBSS). Ekspres dari gen ini dapat mengetahui hubungan antara marka yang
diamati melalui analisis fenotipik dan marka digunakan beserta gen yang terkait dengan
molekuler. Kedua metode tersebut bisa karakter fisiologis yang muncul pada tetua
membedakan tingkat kandungan amilosa padi. persilangan. Skoring pita DNA yang
Kombinasi kedua pengujian tersebut dapat tervisualisasi, dibedakan berdasarkan (1) ada
memberikan informasi yang lebih akurat pita dan (0) jika tidak ada pita DNA. Analisis
mengenai kandungan amilosa padi. data fenotipik dilakukan dengan mengelom-
Kandungan amilosa padi dapat dianalisis pokkan data kedalam kriteria rendah, sedang
menggunakan marka fenotipik, sedangkan dan tinggi, sehingga dapat diambil kesimpulan
keberadaan gen Wx pengendali kandungan genotip mana yang memiliki jumlah individu
amilosa dapat dideteksi dengan marka paling banyak dengan kandungan amilosa
molekuler spesifik. Marka ini terkait erat dengan sedang. Analisis keterkaitan antara marka
gen Wx yang mengendalikan ekspresi karakter molekuler dan fenotipik dihitung menggunakan
amilosa. Gen Wx terletak pada kromosom 6 metode korelasi non-parametrik Spearman rho
(Hsu et al., 2014). Penelitian ini dilakukan pada software SPSS. Adanya korelasi menun-
dengan menggunakan keturunan F7 dari persi- jukkan bahwa marka molekuler dapat
langan Sintanur x PTB-33(SP) dan Pandanwangi digunakan sebagai acuan dalam mendeteksi
x PTB-33(PP). Sintanur dan Pandanwangi atau menyeleksi gen target. Keeratan hubungan
merupakan varietas lokal Indonesia dengan antar marka molekuler dan fenotipik
kandungan amilosa sedang (18-24%) (Balai Besar berdasarkan nilai r. Nilai r = 0,80-1,00
Penelitian Tanaman Padi, 2009). Sintanur juga menunjukkan adanya keterkaitan yang sangat
mudah beradaptasi dengan lingkungan (Indeks kuat; 0,60-0,799 keterkaitan kuat, 0,40-0,599
adapatasi relatif tinggi 1.16-1.29) (Ruminta et al., keterkaitan sedang; 0,20-0,399 keterkaitan
2016). PTB-33 merupakan varietas hasil rendah dan 0,00-0,199 keterkaitan sangat rendah
introduksi dari India yang memiliki kandungan (Santoso, 2002). Seluruh karakter pengamatan
amilosa tinggi dan tahan wereng coklat (Balai dilakukan skoring pembobotan untuk
Besar Penelitian Tanaman Padi, 2012). Tujuan mengetahui genotip yang memiliki penampilan
dari penelitian ini adalah menyeleksi genotip terbaik untuk karakter kandungan amilosa.
baru yang memiliki kandungan amilosa sedang. Nilai bobot terbesar yang dimiliki oleh genotip
Seleksi berbasis marka molekuler F7 untuk yang diuji nantinya akan mengindikasikan
kandungan amilosa sedang belum dilakukan. genotip yang diduga memiliki kandungan
Sebagai upaya yang efektif untuk mencapai amilosa sedang berdasarkan penilaian marka

Slamet, W.Y. dkk.: Seleksi karakter kandungan amilosa sedang pada populasi hasil persilangan
Sintanur x PTB33 dan Pandanwangi x PTB33 berdasarkan marka fenotipik dan molekuler SSR
734 Jurnal Kultivasi Vol. 17 (3) Desember 2018

fenotipik dan molekuler. Pembobotan dilakukan yang tertinggi yaitu 27%. Struktur amilosa yang
dengan memberi skor pada kriteria amilosa berbeda menyebabkan daya cerna dan respon
sedang glikemik yang berbeda. Kandungan amilosa
Analisis kandungan amilosa padi. sering digunakan untuk memprediksi tingkat
Dilakukan menggunakan spektrofotometer kecernaan pati dan indeks glikemik respon
dengan panjang gelombang 625 nm (IRRI, 2009). glukosa darah. Beras dengan kandungan ami-
Beras digerus hingga menjadi tepung, ditimbang losa tinggi akan sulit tergelatinisasi, sehingga
sebanyak 1 mg, dimasukan dalam mikrotube tidak secara drastis menaikan kadar gula darah
lalu ditambahkan 10 μl etanol 95% dan 90 μl tubuh, namun memiliki tekstur yang pera. Beras
larutan NaOH 1 N. Kemudian diinkubasi pada dengan kandungan amilosa sedang tidak mudah
suhu 95oC selama 10 menit lalu diencerkan tergelatinisasi dan memiliki rasa yang pulen
dengan aquades sampai volume 1 ml. Diambil sehingga beras dengan kandungan amilosa
sebanyak 50 μl larutan, kemudian dimasukkan sedang disukai oleh para penderita diabetes.
dalam microtube 2 ml, ditambahkan 20 μl iodine Beras dengan kandungan amilosa rendah akan
dan 10 μl asam asetat 1 N. Selanjutnya mudah tergelatinisasi sehingga drastis menaikan
diencerkan kembali dengan akuades sampai 1 kadar gula darah apabila dikonsumsi. Oleh
ml, larutan tersebut dikocok lalu didiamkan karena itu, seleksi beras dengan kandungan
selama 20 menit. Kemudian dianalisis amilosa sedang penting untuk dilakukan.
menggunakan spektrofotometer 625 nm. Berdasarkan pengamatan secara fenotipik
Ekstraksi DNA dan amplifikasi PCR. terdapat satu genotip yang memiliki individu
Ekstrasi DNA dari daun muda dilakukan dengan terbanyak dengan kandungan amilosa sedang
metode CTAB (Doyle dan Doyle, 1987). Kualitas yaitu genotip SP73-3-1-7.
DNA dianalisis dengan menggunakan elektro-
foresis. Elektroforesis kualitas DNA dilakukan Tabel 1. Persentase genotip padi yang memiliki
menggunakan 2% gel agarose yang dilarutkan kandungan amilosa sedang dengan pengujian
dalam 100 ml TBE 0,5x. Proses elektroforesis secara fenotipik (spektrofotometer).
dilakukan pada tegangan dan durasi tertentu
Genotip ∑Fenotipik (%) Ranking
sesuai dengan primer, kemudian direndam dalam
SP73-3-1-7 55 1
larutan EtBr (ethidium bromide) selama 30 menit
SP73-3-1-15 12,5 12
dan dalam air destilasi selama 10 menit. SP73-3-1-27 40 3
Identifikasi gen Wx dilakukan dengan PP48-3-1-6 40 5
menggunakan primer spesifik. PCR dilakukan SP73-3-1-8 37,5 6
dengan menggunakan 1 μl DNA genom 20 μl-1, SP73-3-1-5 12,5 13
5 μl KAPPA, 1 μl primer Wx pada volum total 10 SP73-3-1-33 47,5 7
μl. Produk PCR dianalisis menggunakan SP73-3-1-29 50 2
elektroforesis (ethidium bromide (0,5 ug mL-1), SP73-3-1-37 35 4
2.0% gel agaros dan 100 bp ladder). SP87-1-1-7 15 11
SP73-3-1-2 15 9
__________________________________________ SP73-1-1-17 5 14
Hasil dan Pembahasan SP46-4-1-44 25 8
SP87-24-1-28 17,5 10
Amilosa merupakan polimer glukosa dengan
ikatan α-(1-4) glukosidik. Berdasarkan kandungan Kandungan amilosa dikontrol oleh gen
amilosa, beras dapat dibedakan menjadi beras mayor waxy (Wx). Terdapat lima variasi alel
ketan (kadar amilosa 10-20%), beras beramilosa pada lokus Wx yakni Wxa, Wxin, Wxb, Wxop dan
sedang (kadar amilosa 20-25%) dan beras wx. Gen waxy mengkode granule bound starch
beramilosa tinggi (>25%) (Internasional Board for synthase (GBSS) yang terletak pada kromosom 6
Plant Genetic Resources, 1980). Data kandungan (Bao et al., 2006). GBSS terakumulasi selama
amilosa sedang yang diamati dalam penelitian ini proses pengisian gabah. Pada lokus Wx juga
dapat dilihat pada Tabel 1. Jumlah tanaman (n) terdapat dua alel fungsional yaitu wxa dan wxb
yang diamati per genotip ialah 40 tanaman. yang banyak ditemukan pada subspesies indica
Perhitungan dilakukan dalam bentuk persentase. dan japonica. Kandungan GBSS disintesis lebih
Pada penelitian ini, genotip uji memiliki banyak oleh alel wxa. Kedua alel memproduksi
kandungan amilosa terendah yaitu 15% dan Wx protein dengan tingkat yang berbeda pada

Slamet, W.Y. dkk.: Seleksi karakter kandungan amilosa sedang pada populasi hasil persilangan
Sintanur x PTB33 dan Pandanwangi x PTB33 berdasarkan marka fenotipik dan molekuler SSR
Jurnal Kultivasi Vol. 17 (3) Desember 2018 735

endosperm sehingga menyebabkan variasi pada Keterkaitan antara marka molekuler dan
kandungan amilosa (Crofts et al., 2012). marka fenotipik. Analisis korelasi dilakukan
Berdasarkan pengamatan secara marka untuk mengetahui keterkaitan dan kuat
molekuler, hasil visualisasi primer Wx terkait lemahnya hubungan antara marka molekuler
kandungan amilosa sedang, menunjukan yang digunakan dengan karakter terkait yang
adanya polimorfisme pada media 8% PAGE diamati secara fenotipik. Metode korelasi yang
(Gambar 1). digunakan pada penelitian ini ialah korelasi
Spearman rho pada software SPSS. Keterkaitan
yang sangat kuat dapat dilihat dari nilai r = 0.80-
1.00, keterkaitan kuat apabila r = 0.60-0.799,
keterkaitan sedang apabila r = 0.40-0.599,
keterkaitan rendah apabila r = 0.20-0.399 dan
0.00-0.199 keterkaitan sangat rendah (Santoso,
2002). Hasil analisis korelasi Spearman rho pada
marka molekuler dan fenotipik dapat dilihat
pada Tabel 2.

Tabel 2. Korelasi marka molekuler dan fenotipik


berdasarkan hasil korelasi Spearman rho.
Marka Marka
n P-value r(AB)
molekuler fenotipik
Wx Amilosa 560 0.000 0.645**
*= signifikan, **= sangat signifikan

Berdasarkan hasil analisis dapat dilihat


bahwa terdapat korelasi yang positif antara
marka Wx dengan kandungan amilosa yakni
sebesar 0.645**. Keterkaitan hubungan Wx
Gambar 1. Visualisasi gel elektroforesis untuk terhadap kandungan amilosa relatif kuat dan
karakter amilosa berdasarkan primer Wx. Ket : M= signifikan karena nilai P atau Sig. sebesar 0.000
ladder 100 bp; S = Sintanur; P = Pandanwangi;
atau lebih kecil dari tingkat kesalahan 0.05 (5%).
Genotip #6 = hasil persilangan Pandanwangi x
PTB33, #1-#5 dan #7- #14= Hasil persilangan
Hubungan kedua variabel yang sangat
Sintanur x PTB33; (+) = pola pita DNA sesuai signifikan dapat dilihat dari tanda bintang dua
dengan target yang diinginkan (kandungan amilosa **. Hal ini menunjukkan bahwa marka Wx dapat
rendah-sedang); (-) = pola pita DNA tidak sesuai digunakan sebagai marka penyeleksi karakter
dengan target yang diinginkan. kandungan amilosa.
Korelasi antara marka molekuler dengan
Terdapat dua pola pita yang terbentuk pada karakter target dapat digunakan sebagai alat
tetua dan genotip uji hasil visualisasi meng- untuk mempercepat evaluasi genotip uji (Khan,
gunakan primer Wx dengan media 8% 2009). Pada penelitian ini, marka yang
polyacrylamide gel (PAGE) yakni ukuran pita 128 digunakan memiliki hubungan yang kuat
bp dan 130 bp. Terdapat 11 genotip SP yang dengan karakter yang diuji.
memiliki kandungan amilosa rendah/sedang Berdasarkan data pengamatan marka
dengan ukuran pola pita yang sama dengan molekuler dan fenotipik juga dapat disajikan
Sintanur yaitu #1, #2, #3, #4, #7, #8, #10, #11, #12, tabel kompilasi data (Tabel 3) yang menam-
#13, #14, sedangkan genotip PP yang diuji tidak pilkan genotip-genotip uji yang telah teriden-
memiliki pola pita yang sama dengan tifikasi baik secaara marka molekuler dan
Pandanwangi. Menurut hasil penelitian Irmayanti fenotipik terkait karakter target yang
(2014), primer Wx dapat digunakan untuk diinginkan.
menyeleksi kandungan amilosa rendah-sedang. Hasil kompilasi data ini diharapkan
Kandungan amilosa dikendalikan oleh single gen nantinya dapat menentukan genotip mana yang
dengan major effect bersama dengan beberapa gen bisa direkomendasikan untuk dilanjutkan pada
minor dan atau modifikasinya (Kumar dan Khush, uji lanjutan penelitian tentang fisikokimia padi.
1986). Tabel 3 menunjukkan bahwa sepuluh genotip uji

Slamet, W.Y. dkk.: Seleksi karakter kandungan amilosa sedang pada populasi hasil persilangan
Sintanur x PTB33 dan Pandanwangi x PTB33 berdasarkan marka fenotipik dan molekuler SSR
736 Jurnal Kultivasi Vol. 17 (3) Desember 2018

teridentifikasi memiliki gen Wx terkait kan- Langkah selanjutnya dilakukan skoring


dungan amilosa berdasarkan marka molekuler pembobotan untuk mengetahui genotip yang
Wx. Hal ini didukung juga dengan hasil evaluasi memiliki penampilan terbaik untuk karakter
kandungan amilosa menggunakan Spektrofoto- kandungan amilosa sedang berdasarkan
meter dengan panjang gelombang 625 nm. Hasil fenotipik dan marka molekuler. Pada penelitian
pengamatan karakter kandungan amilosa ini, setiap genotip uji terdiri dari 40 tanaman
terdapat 12 genotip memiliki kandungan sehingga persentase dilakukan per 40 tanaman
amilosa dengan kategori sedang. Hal ini terjadi (Tabel 4). Nilai bobot terbesar yang dimiliki oleh
diduga karena adanya faktor pembatas seperti genotip yang diuji nantinya akan mengindi-
iklim seperti cahaya, suhu dan air, sehingga kasikan genotip yang diduga memiliki
beberapa genotip uji memiliki amilosa rendah. kandungan amilosa sedang berdasarkan marka
fenotipik dan molekuler. Pembobotan dilakukan
Tabel 3. Kompilasi hasil analisis marka dengan memberi skor pada kriteria amilosa
molekuler dan fenotipik pada 14 genotip uji. sedang.
Marka Berdasarkan nilai pembobotan dan ranking
Marka Fenotipik yang disusun berdasarkan karakter amilosa
Molekuler
Genotip sedang tersaji pada Tabel 4, terlihat bahwa
Wx
Amilosa genotip yang nilai bobotnya paling tinggi ialah
Wx
SP73-3-1-7 + S genotip SP73-3-1-7. Pada penelitian ini, SP73-3-
SP73-3-1-15 + S 1-7 terseleksi menggunakan spektrofotometer
SP73-3-1-27 + S dengan panjang gelombang 625 nm dan
PP48-3-1-6 + S berdasarkan marka molekuler memiliki jumlah
SP73-3-1-8 + S tanaman dengan kandungan amilosa sedang
SP73-3-1-5 - S terbanyak. Sehingga SP73-3-1-7 terseleksi
SP73-3-1-33 + S berdasarkan kedua pengujian tersebut.
SP73-3-1-29 + S Genotip SP73-3-1-7 merupakan genotip
SP73-3-1-37 - S hasil persilangan Sintanur x PTB33, yang
SP87-1-1-7 + S sebelumnya pada generasi F3 telah terseleksi
SP73-3-1-2 - R toleran wereng cokelat dan pada F4 dan F5
SP73-1-1-17 + S terseleksi memiliki daya hasil tinggi. Varietas
SP46-4-1-44 + S
Sintanur diketahui memiliki mutu beras tinggi
SP87-24-1-28 + R
dengan tekstur pulen, agak tahan wereng coklat
R = rendah, S = sedang
dan baik ditanam di lahan sawah irigasi dataran
rendah sampai 550 mdpl (Balai Besar Penelitian
Tanaman Padi, 2009). PTB33 memiliki karakter
Tabel 4. Perangkingan genotip padi yang
memiliki kandungan amilosa sedang terbanyak ketahanan terhadap wereng coklat, memiliki
dengan pengujian secara fenotipik tekstur pera dan ukuran tanaman yang tinggi.
(spektrofotometer) dan marka molekuler.
__________________________________________
∑Marka
Genotip
∑Fenotipik
moleku-
Pembo- Rank- Kesimpulan dan Saran
(%) botan (%) ing
ler (%)
SP73-3-1-7 55 77 66 1 Genotip SP73-3-1-7 memiliki paling banyak
SP73-3-1-15 12,5 29,5 21 12 individu tanaman dengan kandungan amilosa
SP73-3-1-27 40 66 53 3 sedang berdasarkan analisis menggunakan
PP48-3-1-6 40 60 50 5 spektrofotometer dan marka molekuler,
SP73-3-1-8 37,5 57,5 47,5 6 sehingga dapan direkomendasikan bagi
SP73-3-1-5 12,5 31,5 22 13 penderita diabetes karena tidak menaikan kadar
SP73-3-1-33 47,5 37,5 42,5 7
gula darah secara drastis dan memiliki rasa yang
SP73-3-1-29 50 80 65 2
pulen. Kandungan amilosa bersifat poligenik
SP73-3-1-37 35 69 52 4
SP87-1-1-7 15 29 22 11 sehingga kandungan amilosa pada genotip padi
SP73-3-1-2 15 45 30 9 F7 yang digunakan dalam penelitian ini masih
SP73-1-1-17 5 25 15 14 bersegregasi maka penanaman pada generasi
SP46-4-1-44 25 45 35 8 selanjutnya sebaiknya tidak menggunakan
SP87-24-1-28 17,5 36,5 27 10 rancangan.

Slamet, W.Y. dkk.: Seleksi karakter kandungan amilosa sedang pada populasi hasil persilangan
Sintanur x PTB33 dan Pandanwangi x PTB33 berdasarkan marka fenotipik dan molekuler SSR
Jurnal Kultivasi Vol. 17 (3) Desember 2018 737

__________________________________________ International Rice Research Institute and


Ucapan Terima Kasih International Board for Plant Genetic
Resources. Philippines. 21 p.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Indriyani F, Nurhidajah, Agus S. 2013.
Kemenristek Dikti atas pendanaan penelitian ini Karakteristik fisik, kimia dan sifat
melalui hibah PUPTN yang diberikan kepada organoleptik tepung beras merah
Nono Carsono. berdasarkan variasi lama pengeringan. J.
pangan dan gizi 4(8): 27-34.
__________________________________________ Irmayanti, L.N. 2014. Seleksi tanaman padi
Daftar Pustaka generasi F2 hasil persilangan IR-64 x
Pandanwangi untuk karakter aroma ber-
Badan Pusat Statistik. 2018. Sensus pertanian dasarkan marka molekuler dan pengujian
tanaman pangan padi. Melalui sensori. J. Fakultas Pertanian Vol.1(4)
http://st2013.bps.go.id/dev2/index.php IRRI. 2009. The Quality Characteristic of Milled
/site/topik?kid=2&kategori=Tanaman- Rice are Classified both Physically and
Pangan-(Padi-dan-Palawija) Chemically. http://www.knowledgebank.
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. 2009. irri.org/rkb/index.php/quality-
Deskripsi Varietas Padi. BB Padi, characteristics-of-milled-rice[24/04/2017].
Departemen Pertanian Khan, A.S., M. Imran and M. Ashfaq. 2009.
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. 2012. Estimation of genetic variability and
Melalui http://bbpadi.litbang.deptan.go.id/. correlation for grain yield components in
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. 2012. rice (Oryza sativa L.). American-Eurasian J.
Analisis Amilosa. Sukamandi Agric. Environ. Sci. 6 (5): 585-590.
Bao, J. S., H. Corke and M. Sun. 2006. Kumar, I. and G.S. Khush. 1986. Genetic of
Microsatellites, single nucleotide poly- amylose content in rice (Oryza sativa L.).
morphisms and a sequence tagged site in J. Genet 65: 1-11.
starch-synthesizing genes in relation to Ruminta, S. Rosniawaty, A. Wahyudin. 2016.
starch physicochemical properties in Pengujian sensitivitas kekeringan dan
nonwaxy rice (oryza sativa L.) Theor Appl daya adaptasi tujuh varietas padi di
Genet 113: 1185-1196. wilayah dataran medium Jatinangor.
Champagne, E. T. 2008. Rice aroma and flavor: a Jurnal Kultivasi Vol. 15(2).
literature review. Cereal Chem.85:445-454. Santoso, S. 2002. Buku Latihan SPSS. Elex Media
Crofts, N., K. Abe, S. Aihara, R. Itoh, Y. Komputindo. Jakarta. 342p.
Nakamura, K. Itoh, and N. Fujita. 2012. Sekretariat Jenderal Kementrian Pertanian. 2015.
Lack of starch synthase IIIa and high ex- Pengujian substantif (Uji Buss). Pvtpp.
pression of granule-bound starch synthase setjen.pertanian.go.id.
I synergistically increase the apparent Shannon J.K., D.L. Garwood and C.D. Boyer.
amylose content in rice endosperm. Plant 2009. Genetics and Physiology of Starch
Science 193-194 (2012) 62-69. Development. Starch: Chemistry and
Doyle, J.J., and J.L. Doyle. 1987. Isolation of plant Technology, Third Edition. ISBN: 978-0-
DNA from fresh tissues. Focus Vol.12: 13-15. 12-746275-2.
Hsu, Y.-C., M.-C. Tseng, Y.-P. Wu, M.-Y. Lin, F. Tian, Z., Q. Qian, Q. Liu, M. Yan, X. Liu, C. Yan,
Wei, K.-K. Hwu, Y. Hsing, and Y.-R. Lin. G. Liu, Z. Gao, S. Tang, D. Zeng, Y. Wan,
2014. Genetic factors responsible for J. Yu, M. Gu, J. Li. 2009. Allelic diversities
eating and cooking qualities of rice grains in rice starch biosynthesis lead to a
in a recombinant inbred population of an diverse array of rice eating and cooking
inter-subspecific cross. Mol. Breed. 34: qualities. www.pnas.org
655–673. World Health Organization. 2016. Diabetes fakta
IBPGRI-IRRI Rice Advisory Committee. 1980. dan angka. http://www.who.int /fact-
Descriptors for Rice (Oryza sativa L.). sheets/detail/diabetes

Slamet, W.Y. dkk.: Seleksi karakter kandungan amilosa sedang pada populasi hasil persilangan
Sintanur x PTB33 dan Pandanwangi x PTB33 berdasarkan marka fenotipik dan molekuler SSR

View publication stats

You might also like