Professional Documents
Culture Documents
Article
Article
net/publication/339653482
CITATIONS READS
0 96
4 authors, including:
Nono Carsono
Universitas Padjadjaran
62 PUBLICATIONS 151 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
BOTTOM-UP EFFECT KOMPOS GULMA SIAM (Chromolaena odorata) DAN BUNGKIL MIMBA (Azadirachta indica) TERHADAP INTERAKSI MULTITROPIK ARTHROPODA DAN
ORGANISME LAINNYA SERTA PERTUMBUHAN TANAMAN PADA EKOSISTEM SAWAH PADI HITAM View project
All content following this page was uploaded by Whitea Yasmine Slamet on 09 February 2022.
Abstract. Medium amylose rice is a special type mengandung amilosa yang sedang (20-24%)
of rice that is highly demand by people in Asia berdasarkan marka molekuler dan fenotipik.
and the world. Purpose of this study is to obtain Kombinasi kedua pengujian ini akurat dalam
individual F7 progeny (came from a cross menyeleksi karakter fisikokimia padi.
between Sintanur x PTB33 and Pandanwangi x
PTB33) with medium amylose content. Materials Kata kunci: Padi ∙ Marka molekuler ∙
used were spectrophotometer with wave lenght Kandungan amilosa ∙ Spektrofotometer
625 nm, meanwhile molecular markers applied
were Wx. Results of this study showed that __________________________________________
SP73-3-1-7 had usually most use the plant with Pendahuluan
medium amylose content (20-24%) based on
molecular and phenotypic marker. The Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman
combination of both tests provides more penghasil beras yang menjadi pangan pokok
accurate in selecting physicochemical trait in sekitar 95% masyarakat Indonesia (Badan Pusat
rice. Statistik, 2018). Beras sebagai pangan pokok
mengandung nutrisi yang cukup tinggi.
Keywords: Rice ∙ Molecular marker ∙ Amylose Menurut Indriyani et al. (2013), pada 100 gram
content ∙ Spektrophotometer beras mengandung 78% karbohidrat, 6,7%
protein, 3,6% lemak, 1,4% glukosa, 0,4% serat.
Sari. Padi dengan kandungan amilosa sedang Kandungan glukosa pada beras dapat berisiko
sangat diminati oleh masyarakat Asia dan menimbulkan masalah diabetes yang ditandai
Dunia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk oleh kenaikan gula darah.
memperoleh individu keturunan F7 (yang Prevalensi penderita diabetes di Indonesia
berasal dari hasil persilangan Sintanur x PTB33 pada tahun 2016 berkisar 10 juta jiwa dan
dan Pandanwangi x PTB33) dengan kandungan diperkirakan pada tahun 2025 penderita
amilosa sedang. Alat yang digunakan untuk diabetes mencapai 12,4 juta jiwa. Diabetes
analisis kandungan amilosa yaitu spektro- merupakan sekelompok penyakit yang
fotometer dengan panjang gelombang 625 nm, mengakibatkan kadar gula dalam darah tinggi
sedangkan marka molekuler menggunakan (World Health Organization., 2016).
marka Wx. Hasil dari penelitian ini Permasalahan diabetes salah satunya dapat
menunjukkan bahwa SP73-3-1-7 memiliki diatasi dengan perakitan padi yang tidak mudah
jumlah tanaman paling banyak yang tergelatinisasi sehingga tidak drastis menaikan
kadar gula darah apabila dikonsumsi. Hal
Dikomunikasikan oleh Sosiawan Nusifera tersebut sangat dipengaruhi penyusun pati. Pati
Slamet, W.Y.1 ∙ , R.S.W. Anita2 ∙ S. Santika3 ∙ C, Nono4
1 Mahasiswa Program S2 Pemultan Universitas Padjadjaran
tersusun atas dua macam polisakarida yaitu
2 Mahasiswa Program S1 Pemultan Universitas Padjadjaran amilosa dan amilopektin. Amilosa merupakan
3,4 Dosen Departemen Budidaya Tanaman Fakultas polimer gula linear yang terdiri dari unit
Pertanian Universitas Padjadjaran monosakarida atau sering disebut dengan
Korespondensi: n.carsono@unpad.ac.id
Slamet, W.Y. dkk.: Seleksi karakter kandungan amilosa sedang pada populasi hasil persilangan
Sintanur x PTB33 dan Pandanwangi x PTB33 berdasarkan marka fenotipik dan molekuler SSR
Jurnal Kultivasi Vol. 17 (3) Desember 2018 733
Slamet, W.Y. dkk.: Seleksi karakter kandungan amilosa sedang pada populasi hasil persilangan
Sintanur x PTB33 dan Pandanwangi x PTB33 berdasarkan marka fenotipik dan molekuler SSR
734 Jurnal Kultivasi Vol. 17 (3) Desember 2018
fenotipik dan molekuler. Pembobotan dilakukan yang tertinggi yaitu 27%. Struktur amilosa yang
dengan memberi skor pada kriteria amilosa berbeda menyebabkan daya cerna dan respon
sedang glikemik yang berbeda. Kandungan amilosa
Analisis kandungan amilosa padi. sering digunakan untuk memprediksi tingkat
Dilakukan menggunakan spektrofotometer kecernaan pati dan indeks glikemik respon
dengan panjang gelombang 625 nm (IRRI, 2009). glukosa darah. Beras dengan kandungan ami-
Beras digerus hingga menjadi tepung, ditimbang losa tinggi akan sulit tergelatinisasi, sehingga
sebanyak 1 mg, dimasukan dalam mikrotube tidak secara drastis menaikan kadar gula darah
lalu ditambahkan 10 μl etanol 95% dan 90 μl tubuh, namun memiliki tekstur yang pera. Beras
larutan NaOH 1 N. Kemudian diinkubasi pada dengan kandungan amilosa sedang tidak mudah
suhu 95oC selama 10 menit lalu diencerkan tergelatinisasi dan memiliki rasa yang pulen
dengan aquades sampai volume 1 ml. Diambil sehingga beras dengan kandungan amilosa
sebanyak 50 μl larutan, kemudian dimasukkan sedang disukai oleh para penderita diabetes.
dalam microtube 2 ml, ditambahkan 20 μl iodine Beras dengan kandungan amilosa rendah akan
dan 10 μl asam asetat 1 N. Selanjutnya mudah tergelatinisasi sehingga drastis menaikan
diencerkan kembali dengan akuades sampai 1 kadar gula darah apabila dikonsumsi. Oleh
ml, larutan tersebut dikocok lalu didiamkan karena itu, seleksi beras dengan kandungan
selama 20 menit. Kemudian dianalisis amilosa sedang penting untuk dilakukan.
menggunakan spektrofotometer 625 nm. Berdasarkan pengamatan secara fenotipik
Ekstraksi DNA dan amplifikasi PCR. terdapat satu genotip yang memiliki individu
Ekstrasi DNA dari daun muda dilakukan dengan terbanyak dengan kandungan amilosa sedang
metode CTAB (Doyle dan Doyle, 1987). Kualitas yaitu genotip SP73-3-1-7.
DNA dianalisis dengan menggunakan elektro-
foresis. Elektroforesis kualitas DNA dilakukan Tabel 1. Persentase genotip padi yang memiliki
menggunakan 2% gel agarose yang dilarutkan kandungan amilosa sedang dengan pengujian
dalam 100 ml TBE 0,5x. Proses elektroforesis secara fenotipik (spektrofotometer).
dilakukan pada tegangan dan durasi tertentu
Genotip ∑Fenotipik (%) Ranking
sesuai dengan primer, kemudian direndam dalam
SP73-3-1-7 55 1
larutan EtBr (ethidium bromide) selama 30 menit
SP73-3-1-15 12,5 12
dan dalam air destilasi selama 10 menit. SP73-3-1-27 40 3
Identifikasi gen Wx dilakukan dengan PP48-3-1-6 40 5
menggunakan primer spesifik. PCR dilakukan SP73-3-1-8 37,5 6
dengan menggunakan 1 μl DNA genom 20 μl-1, SP73-3-1-5 12,5 13
5 μl KAPPA, 1 μl primer Wx pada volum total 10 SP73-3-1-33 47,5 7
μl. Produk PCR dianalisis menggunakan SP73-3-1-29 50 2
elektroforesis (ethidium bromide (0,5 ug mL-1), SP73-3-1-37 35 4
2.0% gel agaros dan 100 bp ladder). SP87-1-1-7 15 11
SP73-3-1-2 15 9
__________________________________________ SP73-1-1-17 5 14
Hasil dan Pembahasan SP46-4-1-44 25 8
SP87-24-1-28 17,5 10
Amilosa merupakan polimer glukosa dengan
ikatan α-(1-4) glukosidik. Berdasarkan kandungan Kandungan amilosa dikontrol oleh gen
amilosa, beras dapat dibedakan menjadi beras mayor waxy (Wx). Terdapat lima variasi alel
ketan (kadar amilosa 10-20%), beras beramilosa pada lokus Wx yakni Wxa, Wxin, Wxb, Wxop dan
sedang (kadar amilosa 20-25%) dan beras wx. Gen waxy mengkode granule bound starch
beramilosa tinggi (>25%) (Internasional Board for synthase (GBSS) yang terletak pada kromosom 6
Plant Genetic Resources, 1980). Data kandungan (Bao et al., 2006). GBSS terakumulasi selama
amilosa sedang yang diamati dalam penelitian ini proses pengisian gabah. Pada lokus Wx juga
dapat dilihat pada Tabel 1. Jumlah tanaman (n) terdapat dua alel fungsional yaitu wxa dan wxb
yang diamati per genotip ialah 40 tanaman. yang banyak ditemukan pada subspesies indica
Perhitungan dilakukan dalam bentuk persentase. dan japonica. Kandungan GBSS disintesis lebih
Pada penelitian ini, genotip uji memiliki banyak oleh alel wxa. Kedua alel memproduksi
kandungan amilosa terendah yaitu 15% dan Wx protein dengan tingkat yang berbeda pada
Slamet, W.Y. dkk.: Seleksi karakter kandungan amilosa sedang pada populasi hasil persilangan
Sintanur x PTB33 dan Pandanwangi x PTB33 berdasarkan marka fenotipik dan molekuler SSR
Jurnal Kultivasi Vol. 17 (3) Desember 2018 735
endosperm sehingga menyebabkan variasi pada Keterkaitan antara marka molekuler dan
kandungan amilosa (Crofts et al., 2012). marka fenotipik. Analisis korelasi dilakukan
Berdasarkan pengamatan secara marka untuk mengetahui keterkaitan dan kuat
molekuler, hasil visualisasi primer Wx terkait lemahnya hubungan antara marka molekuler
kandungan amilosa sedang, menunjukan yang digunakan dengan karakter terkait yang
adanya polimorfisme pada media 8% PAGE diamati secara fenotipik. Metode korelasi yang
(Gambar 1). digunakan pada penelitian ini ialah korelasi
Spearman rho pada software SPSS. Keterkaitan
yang sangat kuat dapat dilihat dari nilai r = 0.80-
1.00, keterkaitan kuat apabila r = 0.60-0.799,
keterkaitan sedang apabila r = 0.40-0.599,
keterkaitan rendah apabila r = 0.20-0.399 dan
0.00-0.199 keterkaitan sangat rendah (Santoso,
2002). Hasil analisis korelasi Spearman rho pada
marka molekuler dan fenotipik dapat dilihat
pada Tabel 2.
Slamet, W.Y. dkk.: Seleksi karakter kandungan amilosa sedang pada populasi hasil persilangan
Sintanur x PTB33 dan Pandanwangi x PTB33 berdasarkan marka fenotipik dan molekuler SSR
736 Jurnal Kultivasi Vol. 17 (3) Desember 2018
Slamet, W.Y. dkk.: Seleksi karakter kandungan amilosa sedang pada populasi hasil persilangan
Sintanur x PTB33 dan Pandanwangi x PTB33 berdasarkan marka fenotipik dan molekuler SSR
Jurnal Kultivasi Vol. 17 (3) Desember 2018 737
Slamet, W.Y. dkk.: Seleksi karakter kandungan amilosa sedang pada populasi hasil persilangan
Sintanur x PTB33 dan Pandanwangi x PTB33 berdasarkan marka fenotipik dan molekuler SSR