You are on page 1of 104

MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PADA NY.

H DENGAN

DIAGNOSA NON HEMORAGIK STROKE DI RUANG ICU

RS IBNU SINA MAKASSAR

KARYA ILMIAH AKHIR

OLEH:

RAHMAWATI

NIM: 2004019

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

MAKASSAR

2022
MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PADA NY.H DENGAN

DIAGNOSA NON HEMORAGIK STROKE DI RUANG ICU

RS IBNU SINA MAKASSAR

KARYA ILMIAH AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada


STIKES Panakkukang Makassar Program Studi Profesi NERS

OLEH:

RAHMAWATI

NIM: 2004019

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

MAKASSAR

2022
ii
iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat-Nya, sehingga penulis

mampu untuk menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir di pendidikan program Studi

Profesi Ners STIKES Panakkukang Makassar dengan judul “Manajemen

Asuhan Keperawatan Kritis pada Ny.H dengan Diagnosa Non Hemoragik

Stroke di Ruang ICU RS Ibnu Sina Makassar”. Karya Ilmiah Akhir ini disusun

guna memenuhi syarat dalam menyelesaikan pendidikan program studi

Profesi Ners STIKES Panakkukang Makassar. Pada kesempatan ini penulis

menyampaikan terima kasih dan penghargaan dengan tulus kepada:

1. H,Sumardin Makka, SKM.,M.Kes., selaku Ketua Yayasan Perawat

Sulawesi Selatan

2. DR.Makkasau,S.kep.Ns,M.Kes,M.EDM.,selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Panakkukang Makassar

3. Ibu Ns. Suriani, M.Kep, selaku Ketua Prodi Profesi Ners STIKES

Panakkukang Makassar

4. Ibu Hasniaty AG, S.Kp., M.Kep, selaku pembimbing yang telah banyak

memberikan bimbingan, arahan serta motivasi hingga terselesaikannya

Karya Ilmiah Akhir ini.

5. Perawat di Ruang ICU RS Ibnu Sina yang yang telah membimbing serta

memberikan ilmu selama penulis melakukan praktek.

6. Ayah dan Ibu tercinta yang telah memberikan support dan kasih sayang

serta do’a yang tiada henti-hentinya.

iv
7. Teman-teman seperjuangan penulis mahasiswa Profesi Ners khususnya

angkatan 2020 yang tidak bisa disebutkan satu persatu, kebersamaan

dengan kalian semua adalah kenangan terindah dalam hidupku yang tak

pernah terlupakan, semoga kesuksesan menyertai kita semua.

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

memberikan bantuannya.

Dalam kerendahan hati penulis menyadari bahwa dalam melakukan

penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh

karena itu masukan yang berupa saran dan kritik yang membangun dari para

pembaca akan sangat membantu. Semoga Karya Ilmiah Akhir ini bisa

bermanfaat bagi kita semua dan pihak-pihak terkait terutama pembaca.

Makassar, Januari 2022

Penulis

Rahmawati

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... iii

KATA PENGANTAR ............................................................................ iv

DAFTAR ISI ......................................................................................... vi

DAFTAR TABEL .................................................................................. vii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................. viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1

B. Tujuan Umum ...................................................................... 4

C. Tujuan Khusus ..................................................................... 4

D. Manfaat Penulisan ............................................................... 5

E. Sistematika Penulisan.......................................................... 6

BAB II TINJAUAN ASUHAN KASUS KELOLAAN ............................

A. Tinjauan Teori ...................................................................... 8

1. Konsep Dasar Medis ...................................................... 8

1.1 Pengertian ................................................................ 8

1.2 Anatomi fisiologi ..................................................... 8

1.3 Etiologi...................................................................... 12

1.4 Manifestasi klinis ...................................................... 16

1.5 Patofisiologi .............................................................. 14

vi
1.6 Pemeriksaan penunjang ........................................... 19

1.7 Penatalaksanaan medik ........................................... 22

2. Konsep Asuhan Keperawatan Kritis

2.1. Pengkajian ............................................................... 23

2.2. Diagnosa keperawatan ............................................ 27

2.3. Intervensi keperawatan ........................................... 28

2.4. Implementasi keperawatan ...................................... 37

2.5. Evaluasi keperawatan ............................................. 37

B. Tinjauan Kasus .................................................................... 38

1. Pengkajian ...................................................................... 38

2. Klasifikasi Data ............................................................... 52

3. Analisa Data ................................................................... 54

4. Diagnosa Keperawatan .................................................. 58

5. Intervensi Keperawatan .................................................. 59

6. Implementasi Keperawatan ............................................ 66

7. Evaluasi Keperawatan .................................................... 66

BAB III PEMBAHASAN KASUS KELOLAAN

A. Pengkajian ........................................................................... 76

B. Diagnosa Keperawatan........................................................ 80

C. Intervensi keperawatan ........................................................ 81

D. Implementasi Keperawatan ................................................. 82

E. Evaluasi keperawatan .......................................................... 84

vii
BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................... 86

B. Saran ................................................................................... 87

DAFTAR PUSTAKA

viii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
Tabel 1.1 Pemeriksaan Penunjang ................................................ 50

Tabel 1.2 Terapi ............................................................................. 51

Tabel 1.3 Klasifikasi Data ............................................................... 52

Tabel 1.4 Analisa Data ................................................................... 54

Tabel 1.5 Diagnosa Keperawatan................................................... 58

Tabel 1.6 Intervensi Keperawatan .................................................. 59

Tabel 1.7 Implementasi Keperawatan ............................................ 66

Tabel 1.8 Evaluasi Keperawatan .................................................... 66

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
Gambar 1.1 Anatomi dan Fisiologi Otak ............................................. 10

x
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Lembar konsultasi bimbingan karya ilmiah akhir


LAMPIRAN 2 Riwayat hidup penulis

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keperawatan kritis merupakan salah satu spesialisasi dibidang

keperawatan yang secara khusus menangani respon manusia terhadap

masalah yang mengancam hidup. Keperawatan kritis juga dapat dipahami

sebagai upaya pelayanan kesehatan yang diberikan oleh perawat profesional

untuk mempertahankan hidup (maintaining life). Pasien kritis memiliki angka

kesakitan dan kematian yang tinggi, sehingga dengan mengenali ciri-cirinya

dengan cepat dengan penatalaksanaan dini yang sesuai pada pasien yang

berada dalam keadaan kritis dapat membantu mencegah perburukan lebih

lanjut dan memaksimalkan peluang untuk sembuh(Romli & Indrawati, 2018).

Ruang pelayanan kritisi di rumahsakit bermacam-macam diantaranya

ICU(Intensive Care Unit) yang merupakanbagian pelayanan khusus yang

ditujukanmerawat pasien kritis, serta mengalamiberbagai trauma yang harus

dirawat olehtenaga keperawatan yang mempunyaisklill khusus. Sarana dan

prasaranaruang perawatan kritis berbagai macamterdiri dari Ventilator, EKG

Monitor,Oksigen, Infus pump, Syringe Pump,Rontgen Portable dan berbagai

alatdiagnostik dan pertolongan pasiendengan kondisi kritis(Hammad et al.,

2018).

Stroke merupakan masalah kesehatan yang utama bagi masyarakat

modern. Dewasa ini, stroke semakin menjadi masalah serius yang dihadapi

1
2

hampir di seluruh dunia. Hal tersebut dikarenakan serangan stroke yang

mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental baik

pada usia produktif maupun usia lanjut (Cahyono et al., 2019).

Berdasarkan data World Health Organization (WHO), mengemukakan

bahwa sebanyak 17,9 juta orang meninggal karena penyakit kardiovaskuler

pada 2019. Dari kematian tersebut, 85% disebabkan oleh stroke. Lebih dari

tiga perempat kematian akibat penyakit stroke terjadi di negara-negara

berpenghasilan rendah dan menengah(WHO, 2021).

Dari Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS), menunjukkan

prevalensi Stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk

umur ≥15 tahun menurut provinsi pada tahun 2013 sebesar 7‰ meningkat

pada tahun 2018 sebanyak 10,9‰. Prevalensi Stroke yang terdiagnosis

tertinggi terdapat di Kalimantan Selatan sebesar 14,7‰ dan terendah

terdapat pada daerah Papua sebanyak 4,1‰ (Kemenkes RI, 2018)

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan tahun

2019 bahwa terdapat stroke penderita lama sebanyak 1.811 kasus dan

penderita baru sebanyak 3.512 kasus dengan 160 kematian(Dinkes Prov.

Sulawesi Selatan, 2020).

Berdasarkan dari RS Ibnu Sina Makassar menunjukkan bahwa jumlah

pasien stroke yang berkunjung pada tahun 2018 sebanyak 422 pasien,

meningkat pada tahun 2019 sebanyak 513 pasien dan meningkat kembali

pada tahun 2020 sebanyak 526 pasien (Data Sekunder RS Ibnu Sina

Makassar, 2021).
3

Stroke non hemoragik adalah suatu keadaan karena gangguan

peredaran darah di otak yang mengakibatkan kematian jaringan otak

sehingga menyebabkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian

(Purwanto, 2016). Stroke juga dapat diartikan sebagai penyakit

cerebrovaskuler yang berdampak pada fungsi syaraf yang terjadi secara tiba-

tiba yang menyebabkan kerusakan neurologis. Kerusakan neurologis dapat

disebabkan karena adanya sumbatan pembuluh darah sehingga

mengakibatkan aliran darah terhambat yang menyebabkan kerusakan

jaringan otak karena kurangnya pasokan oksigen dan nutrisi. Hambatan

aliran darah ke otak dapat terjadi akibat pecahnya pembuluh darah atau

sering disebut dengan stroke hemoragik dan tersumbatnya pembuluh darah

disebut juga sebagai stroke non hemoragik (Ikawati & Anurogo, 2018).

Penyebab terjadinya stroke non hemoragik karena adanya

penyumbatan pada pembuluh darah ke otak. Sumbatan ini disebabkan

karena adanya penebalan dinding pembuluh darah yang disebut dengan

Antheroscherosis dan tersumbatnya darah dalam otak oleh emboli yaitu

bekuan darah yang berasal dari Thrombus di jantung. Stroke non hemoragik

mengakibatkan beberapa masalah yang muncul, seperti gangguan menelan,

hambatan mobilitas fisik, hambatan komunikasi verbal, defisit perawatan diri,

ketidakseimbangan nutrisi, dan salah satunya yang menjadi masalah yang

menyebabkan kematian adalah ketidakefektifan perfusi jaringan serebral

(Khotimah et al., 2021).


4

Komplikasi strokeyang dialami adalah kelumpuhan wajah atau anggota

badan sebelah yang timbul secara mendadak,penurun kesadaran,bahkan

sampai kematian(Rahmadani & Rustandi, 2019).

Berdasarkan latar belakang dan pengalaman praktik yang ditemukan

di rumah sakit, maka dari itulah penulis tertarik untuk mengambil kasus

dengan judul “Manajemen Asuhan Keperawatan Kritis pada Ny.H dengan

Diagnosa Non Hemoragik Stroke di Ruang ICU RS Ibnu Sina Makassar”.

B. Tujuan penulisan

1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran

manajemen asuhan keperawatan kritis pada Ny.H dengan

diagnosa non hemoragik stroke di Ruang ICU RS Ibnu Sina

Makassar.

2. Tujuan Khusus

1. Untuk menjelaskan gambaran nyata dalam pengkajian

keperawatan pada Ny. H dengan diagnosa non hemoragik

stroke di Ruang ICU RS Ibnu Sina Makassar.

2. Untuk menjelaskan gambaran nyata dalam menyusun

diagnosa keperawatan pada Ny. H dengan diagnosa non

hemoragik stroke di Ruang ICU RS Ibnu Sina Makassar.

3. Untuk menjelaskan gambaran nyata dalam menyusun

rencana keperawatan pada Ny. H dengan diagnosa non

hemoragik stroke di Ruang ICU RS Ibnu Sina Makassar.


5

4. Untuk menjelaskan gambaran nyata dalam tindakan

keperawatan pada Ny. H dengan diagnosa non hemoragik

stroke di Ruang ICU RS Ibnu Sina Makassar.

5. Untuk menjelaskan gambaran nyata dalam evaluasi

keperawatan pada Ny. H dengan diagnosa non hemoragik

stroke di Ruang ICU RS Ibnu Sina Makassar.

C. Manfaat Penulisan

1. Bagi Institusi Pendidikan

Penulisan ini dapat digunakan sebagai sumber informasi dalam

upaya pengembangan pengetahuan khususnya tentang

pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa

non hemoragik stroke.

2. Bagi Institusi Rumah Sakit

Penulisan ini diharapkan memberi masukan bagi pelayanan

masyarakat untuk mengambil langkah-langkah dan kebijakan

dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan keperawatan

khususnya tentang pemberian asuhan keperawatan pada pasien

dengan diagnosa non hemoragik stroke.

3. Bagi Penulis

a. Memberikan manfaat melalui pengalaman bagi penulis untuk

mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh dari pendidikan

khususnya tentang pemberian asuhan keperawatan pada

pasien dengan diagnosa non hemoragik stroke.


6

b. Merupakan pengalaman yang sangat berguna untuk dapat

melakukan asuhan keperawatan pada kasus-kasus berikutnya.

D. Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan karya ilmiah ini dibagi menjadi empat

bab, yaitu:

1) BAB I Pendahuluan

Berisi tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan yang

terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus, dan sistematika.

2) BAB II Tinjauan Asuhan Keperawatan Kritis pada Ny.H dengan

Diagnosa Non Hemoragik Stroke

Tinjauan teori Mengemukakan teori dan konsep dari penyakit

berdasarkan masalah yang ditemukan pada klien dan konsep

dasar hukum asuhan keperawatan yang meliputi pengajian,

perencanaan, implementasi, dan eveluasi pada pasien stroke non

hemoragik. Tinjauan kasus berisi tentang laporan kasus klien yang

dirawat, sistematika dokumentasi proses keperawatan yang

dimulai dari pengkajian, perencanaan, implementasi, evaluasi dan

catatan perekembangan.

3) BAB III Pembahasan Kasus Kelolaan

Pembahasan kasus kelolaan merupakan pembahasan yang berisi

analisa terhadap kesenjangan antara konsep dasar dengan

pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah dilakukan.


7

4) BAB IV Penutup

Bagian ini berisi kesimpulan yang diambil penulis setelah

melakukan asuhan keperawatan serta mengemukakan saran dari

seluruh proses kegiatan keperawatan yang telah dilakukan.


BAB II

TINJAUAN KASUS KELOLAAN MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN

KRITIS PADA NON HEMORAGIK STROKE

A. Tinjauan Teori

1. Konsep Dasar Medis Asuhan Keperawatan Kritis Non Hemoragik Stroke

1.1 Definisi

Manajemen asuhan keperawatan merupakan suatu proses

keperawatan yang menggunakan konsep manajemen secara umum

di dalamnya seperti perencanaan,pengorganisasian,pengarahan dan

pengendalian atau evaluasi.

Manajemen keperawatan merupakan koordinasi danintegrasi dari

sumber- sumber keperawatan dengan menerapkan proses

manajemen untuk mencapai tujuan, obyektifitas asuhan

keperawatan dan pelayanan keperawatan. Manajemen keperawatan

terdiri dari manajemen asuhan keperawatan. Marquis,dkk.(2010).

Keperawatan kritis merupakan bidang keperawatan yang

memerlukan perawatan berkualitas tinggi dan koprehensif

(LauraEdall.1997).

American Association of Critical-Care Nurses (AACN)

mendefinisikan Keperawatan kritis adalah keahlian khusus di dalam

ilmu perawatan yang di hadapkan secara rinci dengan manusia

(pasien) dan bertanggung jawab atas masalah yang mengancam

8
9

jiwa seperti Non Hemoragik Stroke.

Strokenon hemoragik yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang

menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan

terhenti ( wijaya & putri 2013 )

Dan tanda klinis atau kerusakan jaringan otak yang disebabkan

kurangnya aliran darah ke otak sehingga mengganggu kebutuhan

darah dan oksigen di jaringan otak. ( wilson & price, 2016 )

Berdasarkan definisi di atas dapat di simpulkan stroke non

hemoragik merupakan terhentinya aliran darah ke otak baik kanan

maupun kiri karena penyumbatan oleh bekuan darah ataupun

aterosklerosis yang terjadi kurang lebih dua minggu.

1.2 Anatomi Fisiologi

Otak merupakan suatu alat tubuh yang sangat penting karena

merupakan pusat komputer dari semua alat yang di tubuh yang

mengatur semua kegatan dan aktivitas tubuh.Otak merupakan bagian

dari saraf sentral yang terletak di dalam rongga tenggkorak (kranium)

yang dibungkus oleh selaput otak yang kuat. Berat otak orang

dewasa kira-kira 1400 gram mencapai 2% dari keseluruhan berat

tubuh, mengkonsumsi 25% oksigen dan menerima 1,5% curah

jantung.Adapun secara garis besar anatomi dan fungsi adalah otak

dibagi menjadi 3 bagian yaitu(Setiadi, 2016):


10

Gambar 2.1 Anatomi dan Fisiologi Otak

1) Otak besar (hemisfer cerebral/cerebrum)

Otak besar terdiri dari dua belahan yang tidak sepenuhnya

dipisahkan. Berpasangan (kanan dan kiri) bagian atas dari otak

yang mengisi lebih dari setengah masa otak. Permukaannya

berasal dari bagian yang menonjol (gyri) dan lekukan (sulci).

Cerebrum dibagi dalam 4 lobus yaitu:

a) Lobus frontalis, menstimuli pergerakan otot, yang bertnggung

jawab untuk proses berfikir. pusat fungsi intelektual yang

lebih tinggi, seperti kemampuan berpikir abstrak dan nalar,

motorik bicara (areabroca di hemisfer kiri), pusat penghirup,

pusat pengontrolan gerakan volunter di gyrus presentralis

(area motorik primer).

b) Lobus parietalis, merupakan area sensoris dari otak yang

merupakan sensasi perabaan, tekanan, dan sedikit menerima

perubahan temperatur.
11

c) Lobus occipitallis, mengandung area visual yang menerima

sensasi dari mata. Berfungsi juga menginterpretasi dan

memproses rangsang penglihatan dari nervus optikus dan

mengasosiasikan rangsang ini dengan informasi saraf lain

dan memori.

d) Lobus temporalis, mengandung area auditori yang menerima

sensai dari telinga dan berperan dalam pembentukan dan

perkembangan emosi.

2) Batang otak (brain stem)

Batang otak terdiri dari otak tengah,pons, dan medula

oblongata. Otak tengah menghubungkan ponsdan otak kecil

dengan hemisper otak; itu terdiri dari jalur sensorikdan motorik

dan berfungsi sebagai pusat untuk refleks arteri danvisual. Saraf

kranial III dan IV berasal dari otak tengah. Ponsterletak di depan

serebelum antara otak tengah dan medula danmerupakan

jembatan antara dua bagian otak kecil, dan antaramedula dan

otak besar. Saraf kranial V hingga VIII terhubung keotak di pons.

Pons berisi jalur motorik dan sensorik. Porsi pons jugamengontrol

jantung, pernapasan, dan tekanan darah.

3) Otak kecil (cerebelum)

Otak kecil merupakan bagian otak yang terletak di bagian

belakang otak besar. Berfungsi sebagai pusat pengaturan

koordinasi gerakan yang disadari dan keseimbangan tubuh serta


12

posisi tubuh. Serebelum mempunyai dua hemisfer yang

dihubungkan oleh fermis. Berat serebelum lebih kurang 150 gram

(85-9%) dari berat otak seluruhnya. Fungsi serebelum

mengembalikan tonus otot diluar kesadaran yang merupakan

suatu mekanisme syaraf yang berpengaruh dalam pengaturan

dan pengendalian terhadap:

a) Perubahan ketegangan dalam otot untuk mempertahankan

keseimbangan dan sikap tubuh.

b) Terjadinya kontraksi dengan lancar dan teratur pada

pergerakan dibawah pengendalian kemauan dan mempunyai

aspek ketrampilan.

c) Serebelum juga berfungsi untuk mempertahankan postur.

Setiap pergerakan memerlukan koordinasi dalam kegiatan

sejumlah otot. Otot antagonis harus mengalami relaksasi secara

teratur dan otot sinergis berusaha memfiksasi sendi sesuai

dengan kebutuhan yang diperlukan oleh bermacam pergerakan.

1.3 Etiologi

Penyebab stroke non hemoragik yaitu :

1. Trombosis ( bekuan darah di dalam pembuluh darah otak)

2. Embolisme cerebral ( bekuan darah atau material lain yang

dibawah ke otak dari bagian tubuh yang lain )

3. Iskemia ( suplai darah ke jaringan berkurang).


13

Stroke non hemoragik terjadi karena tersumbatnya pembuluh

darah yang menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau

keseluruhan terhenti. akibat penutupan aliran darah ke sebagian otak

maka terjadi proses patologik pada daerah iskemik. Perubahan ini

dimulai dari tingkat seluler berupa perubahan fungsi dan bentuk sel

yang di ikuti dengan kerusakan fungsi dan integritas susunan sel

yang selanjutnya terjadi kematian neuron.

Penyebab Stroke non hemoragik di bagi lagi berdasarkan

lokasi penggumpalan, yaitu:

1) StrokeNon Hemoragik Embolik

Pada tipe ini embolik tidak terjadi pada pembuluh darah otak,

melainkan di tempat lain seperti di jantung dan sistem vaskuler

sistemik. Embolisasi kardiogenik dapat terjadi pada penyakit

jantung dengan shuntyang menghubungkan bagian kanan

dengan bagian kiri atrium atau ventrikel. Penyakit jantung

rheumatoid akut atau menahun yang meninggalkan gangguan

pada katup mitralis, fibrilasi atrium,infark kordis akut dan

embolus yang berasal dari vena pulmonalis. Kelainan pada

jantung ini menyebabkan curah jantung berkurang dan serangan

biasanya muncul di saat penderita tengah beraktivitas fisik

seperti berolahraga.

2) StrokeNon Hemoragik Trombus

Terjadi karena adanya penggumpalan pembuluh darah ke otak.


14

Dapat dibagi menjadi stroke pembuluh darah besar (termasuk

sistem arteri karotis) merupakan70% kasus stroke non

hemoragik trombus dan stroke pembuluh darah kecil (termasuk

sirkulus Willisi dan sirkulus posterior). Trombosis pembuluh

darah kecil terjadi ketika aliran darah terhalang, biasanya ini

terkait dengan hipertensi dan merupakan indikator penyakit

atherosklerosis.

1.4 Patofisiologi

Infark serbral adalah berkurangnya suplai darah ke area

tertentu di otak. Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti

lokasi dan besarnya pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi

kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh darah yang

tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lambat atau

cepat) pada gangguan lokal (thrombus, emboli, perdarahan dan

spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum (hipoksia

karena gangguan paru dan jantung).

Atherosklerotik sering/cenderung sebagai faktor penting

terhadap otak, thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik , atau

darah dapat beku pada area yang stenosis, dimana aliran darah akan

lambat atau terjadi turbulensi. Thrombus dapat pecah dari dinding

pembuluh darah terbawa sebagai emboli dalam aliran darah.

Thrombus mengakibatkan iskemia jaringan otak yang disuplai oleh


15

pembuluh darah yang bersangkutan, edema dan kongesti disekitar

area.

Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar

daripada area infark itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam

beberapa jam atau kadang-kadang sesudah beberapa hari. Dengan

berkurangnya edema pasien mulai menunjukan perbaikan, CVA.

Karena thrombosis biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi perdarahan

masif. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus

menyebabkan edema dan nekrosis diikuti thrombosis. Jika terjadi

septik infeksi akan meluas pada dinding pembuluh darah maka akan

terjadi abses atau ensefalitis, atau jika sisa infeksi berada pada

pembuluh darah yang tersumbat menyebabkan dilatasi aneurisma

pembuluh darah.

Hal ini akan menyebabkan perdarahan cerebral, jika

aneurisma pecah atau ruptur. Perdarahan pada otak lebih di

sebabkan oleh ruptur arteri osklerotik dan hipertensi pembuluh darah.

Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan menyebabkan

kematian dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebro vaskuler.

Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia

cerebral. Perubahan disebabkan oleh anoksia serebral dapat

reversibel untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan irreversibel bila

anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh


16

karena gangguan yang bervariasi salah satunya cardiac

arrest(Purwanto, 2016).

1.4 Manifestasi Klinis

Pada stroke iskemik terjadi akibat sumbatan atau penurunan aliran

darah otak. Berdasarkan perjalanan klinis, dikelompokkan menjadi :

a) TIA (Transient IschemicAttack)

Pada TIA gejala neurologis timbul dan menghilang kurang dari 24

jam. Disebabkan oleh gangguan akut fungsi fokalserebral, emboli

maupun trombosis.

b) RIND (Reversible IschemicNeurologic Deficit)

Gejala neurologis pada RIND menghilang lebih dari 24 jam

namun kurang dari 21 hari.

c) Stroke in Evolution

Stroke yang sedang berjalan dan semakin parah dari waktu ke

waktu.

d) Completed Stroke

Kelainan neurologisnya bersifat menetap dan tidak berkembang

lagi.

Adapun gejala klinis lainnya meliputi (Indrawati et al., 2016):

1) Kelumpuhan wajah atau anggota badan sebelah (hemiparise)

atau hemiplegia (paralisis) yang timbul secara mendadak.

Kelumpuhan terjadi akibat adanya kerusakan pada area motorik


17

di korteks bagian frontal,kerusakan ini bersifat kontralateral

artinya jika terjadi kerusakan pada hemisfer kanan maka

kelumpuhan otot pada sebelah kiri. Pasien juga akan kehilangan

kontrol otot vulenter dan sensorik sehingga pasien tidak dapat

melakukan ekstensi maupun fleksi.

2) Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan

Gangguan sensibilitas terjadi karena kerusakan system saraf

otonom dan gangguansaraf sensorik.

3) Penurunan kesadaran (konfusi, delirium, letargi, stupor, atau

koma),terjadi akibat kerusakan otak kemudian menekan batang

otak atau terjadinya gangguan metabolik otak akibat hipoksia.

4) Afasia adalah defisit kemampuan komunikasi bicara, termasuk

dalam membaca, menulis dan memahami bahasa. Afasia terjadi

jika terdapat kerusakan pada area pusat bicara primer yang

berada pada hemisfer kiri middle sebelah kiri. Afasia dibagi

menjadi 3 yaitu afasia motorik,sensorik dan afasia global. Afasia

motorik atau ekspresif terjadi jika area pada area Broca, yang

terletak pada lobus frontal otak. Pada afasia jenis ini pasien dapat

memahami lawan bicara tetapi pasien tidak dapat

mengungkapkan dan kesulitan dalam mengungkapkan bicara.

Afasiasensorik terjadi karena kerusakan pada area Wernicke,

yang terletak padalobus temporal. Pada afasia sensori pasien

tidak dapat menerima stimulasi pendengaran tetapi pasien


18

mampu mengungkapkan pembicaraan. Sehingga respon

pembicaraan pasien tidak nyambung atau koheren. Pada afasia

global pasien dapat merespon pembicaraan baik menerima

maupun mengungkapkan pembicaraan.

5) Disatria merupakan kesulitan bicara terutama dalam artikulasi

sehingga ucapannya menjadi tidak jelas. Namun demikian,

pasien dapat memahami pembicaraan, menulis, mendengarkan

maupun membaca. Disartria terjadi karena kerusakan nervus

cranial sehingga terjadi kelemahan dari otot bibir,lidah dan laring.

Pasien juga terdapat kesulitan dalam mengunyah dan menelan.

6) Gangguan penglihatan, diplopia, dimana pasien dapat kehilangan

penglihatan atau juga pandangan menjadi ganda,gangguan

lapang pandang pada salah satu sisi. Hal ini terjadi karena

kerusakan pada lobus temporal atau parietal yang dapat

menghambat seratsaraf optik pada korteks oksipital. Gangguan

penglihatan juga dapat disebabkan karena kerusakan pada saraf

cranial III, IV dan VI.

7) Disfagia atau kesulitan menelan terjadi karena kerusakan nervus

cranialIX. Selama menelan bolus didorong oleh lidah dan glottis

menutup kemudian makanan masuk ke esophagus

8) Inkontinensia baik bowel maupun badder sering terjadi karena

terganggunya saraf yang mensarafi bladder dan bowel.


19

9) Vertigo, mual, muntah, nyeri kepala, terjadi karena peningkatan

tekanan intrakranial, edema serebri.

1.5 Pemeriksaan Penunjang

Untuk menentukan perawatan yang paling tepat untuk stoke,

tim medis perlu mengevaluasi jenis stroke yang dialami pasien dan

area otak mana yang tekena stroke. Ada beberapa test yang perlu

dilakukan untuk menunjukkan bahwa seserang terkena stroke, antara

lain (Haryono & Utami, 2019):

1) Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui gejala apa yang

dialami, kapan gejala mulai dirasakan, dan reaksi pasien

terhadap gejala tersebut. Selain itu riwayat kesehatan, riwayat

konsumsi obatobatan, dan cidera juga perlu dikaji. Riwayat

penyakit terkait jantung, serangan iskemik transien, dan stroke

juga perlu mendapatkan perhatian khusus. Pemeriksaan fisik

meliputi tekanan darah dan denyut jantung, serta pemeriksaan

bruit diatas arteri leher (karotid) untuk memeriksa adanya

arterosklerosis. Pemeriksaan juga dapat melibatkan oftalmoskop

untuk memeriksa tanda-tanda Kristal kolesterol kecil atau

gumpalan dipembuluh darah dibagian belakang mata.

2) Tes darah

Pasien harus menjalani serangkaian tes darah agar tim

perawatan mengetahui seberapa cepat gumpalan darah


20

berkembang, apakah gula darah tinggi atau rendah secara

abnormal, apakah zat kimia darah tidak seimbang, atau apakah

pasien mengalami infeksi. Mengelola waktu pembekuan darah

dan kadar gula serta bahan kimia utama lainnya akan menjadi

bagian dari perawatan stroke.

3) Pemeriksaan CT scan

CT scan menggunakan serangkaian sinar x untuk

membuat gambar detail dari otak. CT scan dapat menunjukkan

perdarahan, tumor, stroke dan kondisi lain. Dokter mungkin

menyuntikkan pewarna ke pembuluh darah pasien untuk melihat

pembuluh darah di leher dan otak secara lebih detail.

4) Pencitraan resonansi magnetik (MRI)

MRI menggunakan gelombang radio dan magnet yang

kuat untuk menciptakan tampilan rinci otak. MRI dapat

mendeteksi jaringan otak yang rusak oleh perdarahan otak.

Dokter akan menyuntikkan pewarna ke pembuluh darah untuk

melihat arteri dan vena dan menyoroti aliran darah.

5) USG karotis

Dalam tes ini gelombang suara menciptakan gambar

terperinci dari bagian dalam arteri karotid di leher. Tes ini

menunjukkan penumpukan deposit lemak (plak) dan aliran darah

di arteri karotid.
21

6) Angiogram serebral

Dalam tes angiogram serebral, dokter memasukkan

tabung tipis (kateter) melalui sayatan kecil (biasanya di pangkal

paha), melalui arteri utama dank e arteri karotidatau vertebral.

Selanjutnya, dokter akan menyuntikkan pewarna ke pembuluh

darah untuk membuatnya terlihat dibawah X-ray, prosedur ini

memberikan gambaran rinci tentang arteri diotak dan leher.

7) Ekokardiogram

Ekokardiogram menggunakan gelombang suara untuk

membuat gambar detail dari jantung. Ekokardiogram dapat

menemukan sumber gumpalan dijantung yang mungkin telah

berpondah dari jantung ke otak dan menyebabkan stroke.

1.6 Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan Keperawatan

1. Mempertahankan kepatenan jalan nafas dengan melakukan

pengisapan lendir.

2. Pemberian oksigen

3. Mengendalikan tekanan darah klien dalam batas normal

4. Memperbaiki aritmia jantung

5. Perawatan kandung kemih

6. Memberikan kenyamanan pada klien dengan pemberian

posisi yang tepat dan lakukan perubahan posisi tiap 2 jam

7. Lakukan latihan gerak aktif maupun pasif


22

8. Kurangi asupan kolesterol dan lemak jenuh

9. Kontrol diabetes dan berat badan.

10. Koreksi adanya adanya kelainan gas darah

11. Perhatikan pemenuhan nutrisi (kalori) dan keseimbangan

cairan elektrolit.

12. Posisikan kepala dengan ditinggikan 30°

b. Penatalaksanaan Medis

1. Pemenuhan cairan dan elektrolit

2. Mencegah peningkatan Tekanan Intra Cranial (TIK):

3. Pemberian antihipertensi

4. Pemberian diuretika untuk menurunkan edema

5. Pemberian vasodilator perifer untuk meningkatkan aliran

darah serebral (ADS)

6. Pemberian antikoagulan untuk mencegah terjadinya atau

memberatnya trombus

7. Pemberian diazepam untuk kejang

8. Pemberian anti tukak

9. Pemberian manitol untuk mengurangi udema otak

10. Kortikosteroid untuk mengurangi pembengkakan dan

peningkatan tekanan dalam otak


23

2. Konsep Asuhan Keperawatan Kritis Non Hemoragik Stroke

2.1 Pengkajian

1. Identitas Klien

Meliputi nama, umur, jeniskelamin, pendidikan, alamat,

pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggaldan jam MRS, nomor

register, dan diagnosis medis.

2. Keluhan utama

Adapun keluhan utama yang sering dijumpai yaitu kelemahan

anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidakdapat

berkomunikasi, dan penurunan tingkat kesadaran.

3. Riwayat penyakit sekarang

Biasanya pada NHS bisa terjadigejala kelumpuhan separuh

badan atau gangguan fungsi otakyang lain serta adanya

penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran

disebabkanperubahan di dalam intrakranial. perubahan perilaku

jugaumum terjadi.

4. Riwayat penyakit dahulu

Adanyariwayathipertensi, riwayat stroke sebelumnya,

diabetesmelitus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma

kepala, kontrasepsioral yang lama, penggunaan obat-obat anti

koagulan, aspirin,dan kegemukan. Pengkajian riwayat ini dapat

mendukung pengkajiandari riwayat penyakit sekarang dan


24

merupakan data dasar untukmengkaji lebih jauh dan untuk

memberikan tindakan selanjutnya.

5. Riwayat penyakit keluarga

Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi,

diabetesmelitus, atau adanya riwayat stroke dari generasi

terdahulu.

6. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan mengacu pada pengkajian B1-B6 dengan

pengkajian fokus ditujukan pada gejala yang mungkin muncul

pada kasus Non hemoragik stroke.

a) B1 (Breathing)

Pada inspeksi di dapatkan peningkatan produksi

sputum,sesak napas, penggunaan otot bantu napas, dan

peningkatan frekuensi pernapasan. Auskultasi bunyi napas

tambahan seperti ronkhi pada klien dengan peningkatan

produksi sekret dan kemampuan batuk yang menurun yang

seringdidapatkan pada klien stroke dengan penurunan tingkat

kesadaran.

b) B2 (Blood/sirkulasi)

kaji adanya tanda – tanda peningkatan TIK yaitu peningkatan

tekanan darah yang sering terjadi pada klien stroke.


25

c) B3 (Brain/persarafan otak)

Kaji adanya keluhan nyeri kepala hebat, kaji status mental,

tingkah laku, gaya bicara, ekspresi wajah dan aktivitas

motorik. Kaji fungsi intelektual observasi adanya penurunan

dalam ingatan dan memori serta penurunan kemampuan

berhitung. Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologis,

bergantungpada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang

tersumbat), ukuranarea yang perfusinya tidak adekuat, dan

aliran darah kolateral(sekunder atau aksesori). Lesi otak yang

rusak tidak dapatmembaik sepenuhnya.

d) B4 (Bladder/perkemihan)

Kaji adanya tanda-tanda inkontenensia uri akibat

ketidakmampuan untuk mengendalikan kandung kemih.

e) B5 (Bowel/pencernaan)

Kaji adanya kesulitan menelan,nafsu makan menurun,serta

mual dan muntah.

f) B6 (Bone/tulang dan integumen)

Kaji adanya dekubitus,warna kulit dan turgor kulit Pada kulit,

jika klienkekurangan O2 kulit akan tampak pucat.

Kaji adanya kelumpuhan atau kelemahan. Adanya kesulitan

untuk beraktivitas karena kelemahan,kehilangan sensori

serta mudah lelahmenyebabkan masalah pada pola aktivitas

dan istirahat.
26

7. Pengkajian Tingkat Kesadaran

Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien stroke

biasanyaberkisar pada tingkat letargi, stupor, dan semikomatosa.

Jika kliensudah mengalami koma maka penilaian GCS sangat

penting untukmenilai tingkat kesadaran klien dan bahan evaluasi

untukpemantauan pemberian asuhan.

8. Pengkajian Fungsi Serebral

Pengkajianini meliputi status mental, fungsi intelektual,

kemampuan bahasa, lobus frontal, dan hemisfer.

a) Status Mental

Observasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara,

ekspresi wajah, dan aktivitas motorik klien. Pada klien stroke

tahap lanjut biasanya status mental klien mengalami

perubahan.

b) Fungsi Intelektual

Didapatkan penurunan dalam ingatan dan memori, baik

jangka pendek maupun jangka panjang. Penurunan

kemampuan berhitung dan kalkulasi. Pada beberapa kasus

klien mengalami brain damage yaitu kesulitan untuk

mengenal persamaan dan perbedaan yang tidak begitu

nyata.
27

c) Kemampuan Bahasa

Penurunan kemampuan bahasa tergantung daerah lesi yang

memengaruhi fungsi dari serebral. Lesi pada daerah hemisfer

yang dominan pada bagian posterior dari girus temporalis

superior (areaWernicke) didapatkan disfasia reseptif, yaitu

klien tidak dapat memahami bahasa lisan atau bahasa

tertulis. Sedangkan lesi padabagian posterior dari girus

frontalis inferior (area Broca)didapatkan disfagia ekspresif,

yaitu klien dapat mengerti, tetapi tidak dapat menjawab

dengan tepat dan bicaranya tidak lancar.Disartria (kesulitan

berbicara), ditunjukkan dengan bicara yang sulit dimengerti

yang disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung jawab

untuk menghasilkan bicara. Apraksia(ketidakmampuan untuk

melakukan tindakan yang dipelajari sebelumnya), seperti

terlihat ketika klien mengambil sisir dan berusaha untuk

menyisir rambutnya.

2.2 Diagnosa Keperawatan

Berikut merupakan beberapa diagnosa yang mungkin muncul

padapasien non hemoragik stroke(SDKI, 2017).

1) Resikoperfusi serebral tidak efektif b/d hipertensi

2) Pola napas tidak efektif b/d hambatan upaya napas

3) Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d sekresiyangtertahan.

4) Gangguan komunikasi verbal b/d gangguan neuromuskuler


28

5) Gangguan mobilitas fisik b/d gangguan neuromuskulerdan

kelemahan anggotagerak

2.3 Perencanaan Keperawatan

Berikut merupakan intervensi keperawatan berdasarkan

masalah keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan

kondisi klinis stroke berdasarkan (SIKI, 2018)

No Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Intervensi Keperawatan

Keperawatan Hasil

1. Resiko perfusi Setelah dilakukan ManajemenPeningkatanTekananIn

serebral tidak tindakan trakranial

efektif b/d Keperawatan Observasi

hipertensi 1x6 jamdiharapkan 1) Identikasi penyebab

perfusijaringan peningkatan TIK

serebral pasien 2) Monitor tanda/gejala

menjadi peningkatan TIK

efektifdengan kriteria 3) Monitor status pernapasan

hasil: 4) Monitor intakedan outputcairan

- Tingkat Terapeutik

kesadaran 1) Minimalkan stimulus dengan

meningkat menyediakan

- Gelisah menurun lingkunganyangtenang


29

- Tekanan 2) Berikan posisi semifowler

intrakranial 3) Pertahankan suhu tubuhnormal

menurun Kolaborasi

- Kesadaran 1) Kolaborasi pemberian

membaik sedasi dan antikonvulsan,

jikaperlu

2) Kolaborasi pemberian diuretik

osmosis

PemantauanNeurologis

Observasi :

1) Monitor ukuran, bentuk,

kesimetrisan, dan reaktifitas

pupil.

2) Monitor tingkat kesadaran

3) Monitor tanda-tandavital

4) Monitor kesimetrisan wajah

5) Monitor respons terhadap

pengobatan.

Terapeutik

1) Tingkatkan frekuensi

pemantauan neurologis, jika

perlu
30

2) Hindari aktivitas yang

dapat meningkatkan tekanan

intrakranial

Edukasi

1) Jelaskan tujuan dan prosedur

pemantauan

2. PolaNafastida Setelah dilakukan Manajemenjalan nafas

k tindakan asuhan Observasi

Efektifb/dham keperawatan 1x6 1) Monitorpolanapas(frekuensi,k

batanupaya jam diharapkan edalaman,usaha napas)

napas polanafasmenjadi 2) Monitorbunyi

efektifdengan kriteria napastambahan(mis:

hasil: wheezing)

- Frekuensi Terapeutik

napas 1) Posisikan semifowler atau

membaik fowler

- Kedalaman 2) Pertahankan kepatenan jalan

napas nafas dengan head- tiltdan

membaik chin-lift

- Ekskursi 3) Berikan minum hangat

dadamembaik 4) Lakukan fisioterapi dada


31

5) Lakukan penghisapan lendir

kurang dari 15 detik

6) Berikan oksigen

Edukasi

1) Ajarkan teknik batukefektif

Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian

bronkodilator,mukolitik.

DukunganVentilasi

Observasi

1) Identifikasi adanyakelelahan

ototbantu napas

2) Identifikasi efek perubahan

posisi terhadap status

pernapasan

3) Monitor status respirasi dan

oksigenasi ( frekuensi, dan

kedalaman napas,

penggunaan

ototbantunapas,bunyinapas

tambahan, saturasi oksigen)

Terapeutik
32

1) Pertahankan kepatenan jalan

napas

2) Berikan posisi semifowler

ataufowler

3) Fasilitasi mengubah posisi

senyaman mungkin

4) Berikan oksigenasi sesuai

kebutuhan

Edukasi

1) Ajarkan melakukan teknik

relaksasi napas dalam

2) Ajarkan mengubah posisi

secaramandiri

3) Ajarkan teknik batukefektif

Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian

bronkodilator,jikaperlu

3. Bersihanjalan Setelah dilakukan PemantauanRespirasi

nafastidakefek Tindakan asuhan Observasi

tifb/dsekresiya keperawatan 1) Monitor frekuensi, irama,

ngtertahan. 1x6jam kedalaman dan upaya napas.

diharapkan 2) Monitor pola napas


33

bersihanjalan napas 3) Monitor kemampuan batuk

tetap paten dengan efektif

Kriteria Hasil: 4) Monitor

- Produksi adanyaproduksisputum

sputummenurun 5) Monitor adanyasumbatan

- Frekuensi napas jalan napas

danpolanapas 6) Monitor saturasi oksigen

membaik Terapeutik

1) Aturinterval

pemantauanrespirasi sesuai

kondi pasien

Edukasi

1) Jelaskan tujuan dan prosedur

pemantauan

PenghisapanJalanNapas

Observasi

1) Identifikasi kebutuhan dilakukan

penghisapan

2) Monitordancatatwarna,jumlah

dankonsistensi sekret

Terapeutik

1) Gunakan tindakanaseptik
34

Edukasi.

1) Anjurkan melakukan teknik

napas

dalam,sebelummelakukan

penghisapan

2) Anjurkan bernapas dalam dan

pelan selama insersi kateter

suction

4. Gangguan Setelah dilakukan Dukunganmobilisasi

mobilitas fisik Tindakan asuhan Observasi

b/d gangguan keperawatan 1) Identifikasi adanya nyeri atau

neuromuskuler 1x6jam keluhan fisik lainnya

dan diharapkan 2) Identifikasi toleransi fisik

kelemahan mobilitas melakukan pergerakan

anggota gerak fisiktidakterganggud 3) Monitor frekuensi jantung dan

engan kriteria hasil: tekanan darah sebelummemulai

- Pergerakan mobilisasi

ekstremitas 4) Monitor kondisi umum selama

meningkat melakukan mobilisasi

- Kekuatan Terapeutik

ototmeningkat 1) Fasilitasiaktivitasmobilisasideng

- Rentanggerak( analatbantu( mis; duduk diatas


35

ROM)meningkat tempat tidur )

- Kelemahanfisik 2) Fasilitasi melakukan pergerakan

menurun 3) Libatkan keluarga untuk

membantu pasien dalam

meningkatkan pergerakan

Edukasi

1) Jelaskan tujuan dan prosedur

mobilisasi

2) Anjurkan melakukan mobilisasi

dini

3) Ajarkan mobilisasi sederhana

yang harus dilakukan

(mis:duduk diatas tempat tidur)

5. Gangguankom Setelah dilakukan Promosi komunikasi defisit bicara

unikasiverbalb tindakan asuhan Observasi

/dgangguan keperawata1 x6jam 1) Monitorfrustasi,marah,depresi,at

neuromuskuler diharapkan auhallainyangmengganggu

komunikasi verbal bicara

meningkat dengan 2) Identifikasiperilakuemosionaldanf

kriteria hasil: isiksebagai bentuk komunikasi

- Kemampuan Terapeutik

berbicarameningk 1) Gunakan metode komunikasi


36

at alternatif(mis: menulis,

- Kemampuan mataberkedip, isyarat tangan)

mendengarmenin 2) Berikan dukungan psikologis

gkat 3) Ulangiapayangdisampaikan

- Kesesuaian pasien

ekspresi wajah/ 4) Gunakan juru bicara

tubuh meningkat Edukasi

- Pelo menurun 1) Anjurkan berbicaraperlahan

- Pemahaman 2) Ajarkan pasien dan keluarga

komunikasi proses kognitif dengan

membaik kemampuan berbicara

Kolaborasi

1) Rujuk keahlipatologi bicara atau

terapis
37

2.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan tindakan yang

ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara

maksimal yang mencakup aspek peningkatan, pencegahan,

pemeliharaan serta pemulihan kesehatan dengan mengikut sertakan

pasien dan keluarganya (Maghfuri, 2015).

2.5 Evaluasi

Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistematis

dan berencana, yang memuat kriteria keberhasilan proses dan

keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat

dilihat dengan jalan membandingkan antara proses dengan

pedoman/ rencana proses tersebut. Keberhasilan tindakan dapat

dilihat dengan membandingkan antar tingkat kemandirian pasien

dalam kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan pasien

dengan tujuan yang telahdirumuskan sebelumnya (Maghfuri, 2015).


38

B. Tinjauan Kasus

1. Pengkajian

No RM : 225201

Tanggal masuk : 07 Desember 2021

Tanggal Pengkajian : 13 Desember 2021

Jam pengkajian : 14.00 Wita

a. Identitas

Nama/Inisial : Ny. H

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 59 Tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : IRT

Alamat : Jl. Mesjid Nurul Iman No.5

Suku/Bangsa : Bugis/Indonesia

Status Perkawinan : Menikah

b. Riwayat Sakit dan Kesehatan

1) Riwayat kesehatan saat ini

a) Keluhan utama saat masuk rumah sakit: Keluarga Pasien

mengatakan sebelumnya pasien mengeluh sakit kepala

hebat di pagi hari dan mengalami kelemahan anggota gerak,

dan tidak lama kemudian pasien terjadi penurunan kesadaran


39

kemudian keluarga membawa pasien ke Rumah Sakit Ibnu

Sina Makassar.

b) Keluhan utama saat pengkajian : KU lemah

c) Riwayat penyakit saat ini

Pasien mengalami kelemahan anggota gerak semua

kebutuhan pasien dibantu oleh perawat tampak pasien

bedrest total akral teraba dingin, CRT<2detik,terpasang O2

nasal kanul 4 l,terpasang infus NacL 28 tpm. dan penurunan

kesadaran dengan GCS 9 samnolen ( E3,M3,V3).

TTV : Tekanan drah : 90/70 mmHg

Frekuensi nadi : 102x/i

Suhu tubuh : 36oc

Respirasi : 28x/i

SpO2 : 98%

2) Riwayat penyakit dahulu

a) Riwayat Allergi: keluarga klien mengatakan pasien tidak ada

riwayat alergi

b) Riwayat pengobatan: keluarga pasien mengatakan pasien

tidak mengkonsumsi obat sebelum masuk Rumah sakit.

c) Riwayat penyakit sebelumnya: keluarga pasien mengatakan

pasien memiliki riwayat hipertensi, diabetes mellitus.


40

3) Riwayat penyakit keluarga

Keluarga pasien mengatakan dalam keluarga ada yang

mempunyai riwayat penyakit hipertensi, riwayat penyakit DM dan

riwayat stroke pada generasi sebelumnya.

c. Pengkajian Fokus

1) B1 Breathing

a) Jalan Nafas : Paten

b) Nafas : Spontan

c) Obstruksi : Tidak Ada

d) Gerakan dinding dada : Simetris

e) Irama Nafas : Cepat

f) Pola Nafas : Tidak Teratur

g) Jenis : Dispnoe

h) Sesak Nafas : Ada

i) Pernafasan Cuping hidung : Tidak Ada

j) Retraksi otot bantu nafas : Tidak Ada

k) Deviasi Trakea : Tidak Ada

l) Pernafasan : Dada

m) Batuk : Tidak ada

n) Sputum : Tidak

o) Emfisema S/C : Tidak Ada

p) Suara Nafas : Tidak ada

q) Oksigenasi : Nasal kanul


41

r) Penggunaan selang dada : Tidak Ada

s) Drainase :-

t) Trakeostomi : Tidak Ada

u) Kondisi trakeostomi :-

v) Lain-lain :-

Masalah Keperawatan: Pola Napas Tidak Efektif

2) B2 (Blood/sirkulasi)

a) Nadi : Teraba, N: 102x/mnt

b) Irama Jantung : normal

c) Tekanan : 90/70 mmHg

d) Pucat : Ya

e) Sianosis : Ya

f) CRT : <2 detik

g) Akral : Dingin

h) Pendarahan : Tidak

i) Turgor : Lambat

j) Diaphoresis : Tidak

k) Riwayat Kehilangan cairan : Muntah, Tidak

l) JVP :-

m) CVP :-

n) Suara jantung : reguler

o) IVFD : Ya

p) Lain-lain :-
42

Masalah Keperawatan: Perfusi Serebral Tidak Efektif

3) B3 (Brain/persarafan otak)

a) Kesadaran : Apatis

b) Pupil : Isokor

c) Refleks Cahaya : Ada

d) Refleks Muntah : Ada

e) Bicara : Lambat

f) Tidur malam : 2 jam

g) Tidur siang : 2 jam

h) Ansietas : Ada

i) Nyeri : Tidak ada

j) Lain-lain :-

Masalah Keperawatan: -

4) B4 (Bladder/Perkemihan)

a) Nyeri pinggang : Tidak

b) BAK : Tidak ada masalah

c) Nyeri BAK : Tidak ada

d) Frekuensi BAK : Tidak ada

e) Kateter : Ada

f) Lain-lain: …

Masalah Keperawatan: -

5) B5 (Bowel/Pencernaan)

a) Keluhan : Sulit menelan


43

b) TB : 160cm, 55BB : kg

c) Nafsu makan : Menurun

d) Makan : Frekuensi 2x/hr, ½-1 porsi

e) Minum : Frekuensi 2x/hr, ½ gelas/hr

f) NGT : terpasang NGT

g) Bising usus : 7x/menit

h) BAB : Teratur

i) Frekuensi BAB : 1x/hr

Konsistensi : lunak

Warna : kuning darah (-)/lendir(-)

j) Stoma :-

k) Lain-lain :-

Masalah Keperawatan: -

6) B6 (Bone/Tulang dan integumen)

a) Deformitas : Tidak

b) Contusio : Tidak

c) Abrasi : Tidak

d) Penetrasi : Tidak

e) Laserasi : Tidak

f) Edema : Ya, lokasi cerebral

g) Luka Bakar : Tidak

h) Jika ada luka/ vulnus, kaji : ya

Luas Luka :-
44

Warna dasar luka : granulasi

Kedalaman : -

i) Aktivitas dan latihan : Dibantu orang lain

j) Makan/minum : Dibantu orang lain

k) Mandi : Dibantu orang lain

l) Toileting : Dibantu orang lain

m) Berpakaian : Dibantu orang lain

n) Mobilisasi di tempat tidur : Dibantu orang lain dan alat

o) Berpindah : Dibantu orang lain dan alat

p) Ambulasi : Dibantu orang lain dan alat

q) Lain-lain :-

r) Kekuatan otot

4 3

4 3

Masalah Keperawatan: Hambatan Mobilitas Fisik

d. Head To Toe

1) Kepala : bentuk kepala lonjong, rambut beruban tampak

sedikit kotor, tidak ada luka atau jejas

2) Mata : simetris, konjungtiva tidak anemis, pupil isokor,

sklera tidak ikterus

3) Leher : tidak terdapat pembesaran kelenjar tyroid dan

limfe, tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak

ada kaku kuduk.


45

4) Hidung : terpasang NGT dan O2 Nasal canule

5) Telinga : simetris, tidak ada nyeri tekan dan benjolan, tidak

ada serumen

6) Mulut : mukosa bibir kering, mulut tampak simetris, tidak

ada stomatitis, gigi tampak kotor

7) Dada :

a) Paru-paru

Inspeksi : simetris, tidak ada lesi, terdapat retraksi dinding

dada, terdapat penggunaan otot bantu napas,

RR: 28 x/menit

Palpasi : Ekspansi dinding dada seimbang

b) Jantung

Inspeksi : tidak dikaji

Palpasi : tidak dikaji

Auskultasi : tidak dikaji

Perkusi : Pekak

8) Abdomen dan Pinggang:

Inspeksi : bentuk abdomen datar, tidak ada lesi dan tidak

ada bekas operasi

Palpasi : tidak ada distensi abdomen

Auskultasi : bising usus 7x/menit

Perkusi : timpani

9) Genitalia : terpasang kateter urine bag


46

10) Ekstremitas :

Atas : terpasang infus NaCl di tangan kiri,dengan

pemberian obat catapres melalui syring pump

Bawah : ada edema

Tonus otot :4 3

4 3

Masalah Keperawatan: Hambatan Mobilitas Fisik

e. Psiko Sosial Kultural

1) Pola Oksigenasi

a) Sebelum sakit : pasien dapat bernafas secara normal tanpa

alat bantu pernafasan

b) Saat dikaji : pasien tampak menggunakan nasal canul 4l

RR: 28x/menit

2) PolaNutrisi

a) Sebelum sakit : keluarga pasien mengatakan pasien sehari

makan bisa makan 3x menggunakan lauk

pauk dan sayur, minum air putih 6-8 gelas

per hari.

b) Saat dikaji : pasien terpasang NGT, mendapatkan diet

dari RS dengan jenis makanan bubur lunak

3) Pola Kebutuhan Istirahat Dan Tidur

a) Sebelum sakit : pasien dapat beristirahat dengan nyenyak,

tidur ± 5-6 jam


47

b) Saat dikaji : pasien berbaring lemas diatas tempat tidur

(kesadaran apatis)

4) Pola Eliminasi

a) Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan pasien BAB

dan BAK masih bisa dikontrol dan BAK BAB

di kamar mandi/WC

b) Saat dikaji : pasien BAB 1x sehari, terpasang kateter

Urin, buang 3 jam 400cc

5) PolaAktivitas

a) Sebelum sakit : pasien dapat beraktivitas tanpa bantuan

orang lain.

b) Saat dikaji : pasien hanya berbaring ditempat tidur dan

segala keperluan dibantu olehperawat dan

keluarganya.

6) Pola Berpakaian

a) Sebelum sakit : pasien dapat berpakaian secara mandiri

tanpa bantuan orang lain.

b) Saat dikaji : pasien dalam berpakaian dibantu

olehperawat.

7) Pola Menjaga Suhu Tubuh

a) Sebelum sakit : pasien jika merasa dingin menggunakan

selimut/pakaian tebal serta minum air

hangat, jika panas memakai pakaian tipis


48

b) Saat dikaji : pasien menggunakan pakaian dari ruang

ICU dan menggunakan selimut.

8) Pola Personal Hygiene

a) Sebelum sakit : pasien mandi 1-2x sehari dan menggosok

gigi 2x sehari secara mandiri

b) Saat dikaji : pasien hanya dimandikan 1x/hari pada pagi

hari menggunakan washlap

9) Pola Aman Dan Nyaman

a) Sebelum sakit : pasien merasa aman dan nyaman berada di

diantara keluarganya dan mampu

mengindari dari bahaya sekitar

b) Saat dikaji : pasien tampak berbaring lemah

10) Pola Komunikasi

a) Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan pasien masih

dapat berbicara dengan suara jelas

b) Saat dikaji : pasien dapat berbicara tapi sudah tidak

jelas, mengalami penurunan kesadaran

11) Pola Rekreasi

a) Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan pasien

senang berkumpul dengan keluarganya

untuk berekreasi, dan berjalan jalan ketika

pagi hari di sekitar rumah.


49

b) Saat dikaji : pasien hanya terbaring lemas ditempat tidur

,dan di temani oleh keluarganya ketika jam

besuk secara bergantian

12) Pola Kebutuhan Bekerja

a) Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan hanya

sebagai IRT

b) Saat dikaji : pasien mengalami stroke

13) Pola Kebutuhan Belajar

a) Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan sudah

mengetahui penyakit yang diderita klien tapi

belum terlalu paham.

b) Saat dikaji : Keluarga pasien mengatakan sudah

mengetahui penyakit tersebut dari dokter

dan perawat.

14) Pola Spiritual

a) Sebelum sakit : keluarga pasien mengatakan pasien dapat

beribadah seperti sholat 5 waktu

b) Saat dikaji : pasien hanya terbaring ditempat tidur,

mengalami penurunan kesadaran dan

keluarga hanya berdoa untuk

kesembuhannya.
50

f. Pemeriksaan Penunjang

Tabel 2.1
Pemeriksaan Penunjang pada Ny. H
Hari/ Jenis Inter-
Hasil Normal
Tgl/Jam Pemeriksaan prestasi

Senin, 13 Laboratorium

Desember • HGB 7,1 gr/dl 11.5-16.0 Rendah

2021 • HT 23,2 % 37.0-47.0 Rendah

• RBC 4.26 juta/ul 3.80-5.80 Normal

• WBC 14.7 rb/mmk 3,8-10,6 Normal

• Trombosit 84 rb/mmk 200-400 Rendah

• Kreatinin 1,9 mg/dl <1,5 Tinggi

• Albumin 3,6 mg/dl 3,8-5,1 Rendah

• Ureum 99 mg/dl 10-50 Tinggi

• Natrium 154 mEq/L 136-145 Tinggi

• Kalium 2,41mEq/L 3,5-5,1 Rendah

• Klorida 128 mEq/L, 94-110 Tingggi

• GDS 184 70-110 Tinggi

➢ Hasil CT Scan : CVA

Kesan :

- ICH ( Intracerebral hemmorrhage ) putamen sinistra ( slice 6-9,

ukuran L.K 2,1 X 3,8 cm, Hu 64,88)

- Tak tampak laterasi


51

- Penyempitan vertikel lateralis dan cornu enterior – posterior

sinistra )

- Tak tampak edema cerebri

- Suspect hematosinus sphenoidalis sinistra, DD : sinusitis

- Lain-lain tak tampak kelainan

g. Terapi
Tabel 2.2
Terapi pada Ny. H
Hari/Tgl/Jam Jenis terapi Dosis Rute

Senin 13 Sodium Clorida 0,09 ml IV/8 jam

Desember Citicoline 500 mg IV/8 jam

2021 Antikoagulan 0,05 ml IV/8 jam

Apidra 10 u IV/8 jam

Lantus 8u IV/24 jam

Ceftriaxone 2 gr IV/8 jam

Mecobalamin I amp IV/24 jam

Metronidazole 0,5 mg IV/8 jam

Tranfusi 1 bag IV/hari

Nasal canule 4l O2
52

2. Klasifikasi Data

Tabel 2.3

Klasifikasi Data pada Ny. H

Data Subjektif Data Objektif

DS: - DO :

➢ Terpasang O2 nasal canule 4 l

➢ Pengisian kapiler <2 detik

➢ Frekunsi Nadi : 102 x/mnt

➢ Frekuensi Napas : 28 x/m

➢ Tekanan darah : 90/70

mmHg

➢ Suhu tubuh : 36 0c

➢ SPO2 : 98%

➢ Penggunaan otot bantu

pernapasan

➢ Pola napas abnormal

➢ Akral teraba dingin

➢ Warna kulit tampak pucat

➢ Pasien nampak lemah

➢ Nampak kekuatan otot

menurun

➢ Nampak anggota tubuh sulit


53

digerakkan

➢ Turgor kulit pasien tampak

menurun

➢ Tampak pasien dibantu oleh

perawat dalam pemenuhan

ADL nya. Sedangkan kaki

kanan hanya abduksi dan

adduksi pada pergelangan kaki

➢ Pasien terdapat gangguan

pada anggota badan sebelah

kiri tangan kiri hanya bisa

melakukan fleksi esktensi .

Sedangkan kaki kanan hanya

abduksi dan adduksi pada

pergelangan kaki

➢ Pasien tampak mengalami

penurunan kesadaran

➢ Kesadaran samnolen dengan

GCS 9 ( E3,V3,M3)

➢ Kekuatan otot

4 3

4 3
54

3. Analisa Data

Tabel 2.4
Analisa Data pada Ny. H
Diagnosa
No Data Interpretasi
keperawatan

1. DS : - Gangguan

DO : neuromuskular Pola napas

➢ Tampak terpasang O2 tidak efektif

nasal canule 4l Kegagalan

➢ R : 28x/menit kardiovaskuler

➢ Tampak pernapasan dan pernapasan

abnormal

➢ SPO2 98 % Penekanan

➢ Penggunaan otot bantu saluran

pernapasan pernapasan

Pola napas

tidak efektif
55

2. DS:-

DO: Trombosis Perfusi

➢ Pengisian kapiler <2 detik serebral tidak

➢ Frekunsi Nadi: 102 x/mnt Adanya efektif

➢ Frekuensi Napas: 28 x/m penyumbatan

➢ Tekanan darah: 90/70 aliran darah ke

mmHg otak oleh

➢ Suhu tubuh : 36 0c trombus

➢ Akral teraba dingin berkembang

➢ Warna kulit tampak pucat menjadi

➢ Turgor kulit pasien tampak antherosklorosi

menurun s

➢ Kesadaran samnolen GCS

9 ( E3,V3,M3) Arteri tersumbat

➢ Bicara pelo

➢ Hasil CT Scan : CVA Berkurangnya

Kesan : darah ke area

- ICH ( Intracerebral thrombus

hemmorrhage )

putamen sinistra ( Terjadi iskemik

slice 6-9, ukuran L.K dan infark pada

2,1 X 3,8 cm, Hu jaringan


56

64,88)

- Tak tampak laterasi Stroke non

- Penyempitan vertikel hemoragik

lateralis dan cornu

enterior – posterior Proses

sinistra ) metabolisme

- Tak tampak edema Penuran suplai

cerebri darah dan O2

- Suspect

hematosinus Risiko Perfusi

sphenoidalis sinistra, serebral tidak

DD : sinusitis efektif

- Lain-lain tak tampak

kelainan

3. DS: - terjadi iskemik

DO: dan infark pada

➢ Pasien tampak lemah jaringan Gangguan

➢ tampak kekuatan otot Penurunan mobilitas fisik

menurun kekuatan otot

➢ tampak anggota tubuh sulit

digerakkan Kelemahan fisik


57

➢ tampak pasien dibantu oleh

perawat dalam pemenuhan Gangguan

ADL nya. mobilitas fisik

➢ Pasien terdapat gangguan

pada anggota badan

sebelah kiri , tangan kiri

hanya bisa melakukan

fleksi esktensi .

Sedangkan kaki kanan

hanya abduksi dan adduksi

pada pergelangan kaki

➢ Kekuatan otot

4 3

4 3
58

4. Diagnosa Keperawatan

Tabel 2.5

Diagnosa Keperawatan pada Ny. H

No Diagnosa keperawatan

1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya

napas

2. Resiko Perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan

embolisme

3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan

kekuatan otot
59

5. Perencanaan Keperawatan

Tabel 2.6

Rencana Keperawatan pada Ny. H

No Diagnosa Tujuan Dan Intervensi

Kriteria Hasil

1. Pola napas Setelah dilakukan Manajemenjalan nafas

tidak efektif tindakan Observasi

berhubungan keperawatan 3 x 24 1 Monitor pola

dengan jam diharapkan pola napas(frekuensi,kedala

hambatan napas membaik man,usaha napas)

upaya napas dengan kriteria 2 Monitor bunyi napas

hasil: tambahan(mis:

- Frekuensi wheezing)

napas Terapeutik

membaik 3 Posisikan semi fowler

- Kedalaman atau fowler

napas 4 Berikan oksigen

membaik Edukasi

- Ekskursi 5 Anjurkan asupan

dada cairan 2000 ml/hari jika

membaik tidak kontraindiksai


60

Kolaborasi

6 Kolaborasi pemberian

bronkodilator,mukolitik.

DukunganVentilasi

Observasi

1. Identifikasi

adanyakelelahan

ototbantu napas

2. Identifikasi efek

perubahan posisi

terhadap status

pernapasan

3. Monitor status

respirasi dan

oksigenasi ( frekuensi,

dan kedalaman

napas, penggunaan

otot bantu napas,bunyi

napas tambahan,

saturasi oksigen)

Terapeutik

4. Pertahankan
61

kepatenan jalan napas

5. Berikan posisi

semifowler ataufowler

6. Berikan oksigenasi

sesuai kebutuhan

Kolaborasi

7. Kolaborasi pemberian

brolator,jikaperlu

2. Resiko Setelah dilakukan ManajemenPeningkatan

Perfusi tindakan TekananIntrakranial

serebral tidak keperawatan 3 x 24 Observasi

efektif jam diharapkan 1) Identikasi penyebab

berhubungan perfusi jaringan peningkatan TIK

dengan serebral pasien 2) Monitor tanda/gejala

embolisme menjadi efektif peningkatan TIK

dengan kriteria 3) Monitor status

hasil: pernapasan

- Tingkat 4) Monitor intakedan

kesadaran outputcairan

meningkat Terapeutik

- Gelisah 5) Minimalkan stimulus

menurun dengan menyediakan


62

- Tekanan lingkunganyangtenang

intrakranial 6) Berikan posisi

menurun semifowler

- Kesadaran 7) Pertahankan suhu

membaik tubuhnormal

Kolaborasi

8) Kolaborasi

pemberian sedasi

dan antikonvulsan,

jikaperlu

9) Kolaborasi pemberian

diuretik osmosis

PemantauanNeurologis

Observasi :

10) Monitor ukuran,

bentuk, kesimetrisan,

dan reaktifitas pupil.

11) Monitor tingkat

kesadaran

12) Monitor tanda-

tandavital

13) Monitor kesimetrisan


63

wajah

14) Monitor respons

terhadap pengobatan.

Terapeutik

15) Tingkatkan frekuensi

pemantauan

neurologis, jika perlu

16) Hindari aktivitas

yang dapat

meningkatkan tekanan

intrakranial

Edukasi

17) Jelaskan tujuan dan

prosedur pemantauan

3. Gangguan Setelah dilakukan Dukunganmobilisasi

mobilitas fisik tindakan asuhan Observasi

berhubungan keperawatan 1) Identifikasi adanya

dengan selama 3 x 24 jam, nyeri atau keluhan fisik

penurunan diharapkan masalah lainnya

kekuatan otot dapat teratasi 2) Identifikasi toleransi

dengan kreteria fisik melakukan

hasil: pergerakan
64

1. Pergerakan 3) Monitor frekuensi

ektremitas jantung dan tekanan

meningkat darah

2. Kekuatan otot sebelummemulai

meningkat mobilisasi

3. Rentang gerak 4) Monitor kondisi

meningkat umum selama

4. Gerakan terbatas melakukan mobilisasi

menurun Terapeutik

5. Kelemahan fisik 5) Fasilitasiaktivitasmobili

menerun sasidenganalatbantu(

mis; duduk diatas

tempat tidur )

6) Fasilitasi melakukan

pergerakan

7) Libatkan keluarga

untuk membantu

pasien dalam

meningkatkan

pergerakan

Edukasi

8) Jelaskan tujuan dan


65

prosedur mobilisasi

9) Anjurkan melakukan

mobilisasi dini

10) Ajarkan mobilisasi

sederhana yang

harus dilakukan

(mis:duduk diatas

tempat tidur)
66

6. Implementasi Dan Evaluasi

Hari Pertama 13/12/21

No Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi


1. Pola napas Manajemenjalan nafas Jam : 21.00

tidak efektif 14.00 1) Memonitor pola S: -

berhubunga napas(frekuensi,ked O:

n dengan alaman,usaha ➢ Frekuensi napas

hambatan napas) 28 x/menit

upaya Hasil : pasien masih ➢ SPO2 98%

napas tampak sesak ➢ Masih tampak

frekuensi napas R : terpasang o2

28 x/i nasal kanul 4 l

14.15 2) Memonitor bunyi A:

napas ➢ Masalah Pola

tambahan(mis: napas tidak efektif

wheezing) belum teratasi

Hasil : tedapat bunyi P:

napas wheezing ➢ Lanjutkan

14.20 3) Memposisikan semi intervensi :

fowler atau fowler 1,2,3,4

Hasil : pasien 1) monitor pola

tampak diberikan napas(frekuensi,k


67

posisi semi fowler edalaman,usaha

dengan posisi tempat napas)

tidur ditinggikan 2) monitor bunyi

14.25 4) Memberikan oksigen napas

Hasil : diberikan O2 tambahan(mis:

nasal kanul 4l wheezing)

14.30 5) Menganjurkan 3) posisikan semi

asupan cairan 2000 fowler atau fowler

ml/hari jika tidak 4) berikan oksigen

kontraindikasi

Hasil : pasien

tampak diberikan

minum air putih

dengan bantuan

perawat atau

keluarga

2. Resiko PemantauanNeurologis Jam : 21.00

Perfusi 14.35 1) Memonitor ukuran, S: -

serebral bentuk, kesimetrisan, 0 :

tidak efektif dan reaktifitas pupil. ➢ Pasien masih

berhubunga Hasil : pupil ikterik tampak lemah

n dengan 14.40 2) Memonitor tingkat ➢ Tingkat kesdaran


68

embolisme kesadaran samnolen dengan

Hasil : tingkat GCS 9 TTD : TD

kesadaran samnolen 90/70 mmHg N :

dengan GCS 9 102x/i P : 28x/i

14.45 3) Memonitor tanda- SpO2 : 98%

tandavital A:

Hasil : TD : 90/70 N : ➢ masalah resiko

102x/i S : 36c P : 28x/i perfusi serebral

SpO2 : 100 % belum teratasi

14.50 4) Memonitor P:

kesimetrisan wajah ➢ Lanjutkan

Hasil : tampak wajah intervensi :

tidak simetris 1,2,3,4,5

14.59 5) Memonitor respons 1) monitor ukuran,

terhadap pengobatan. bentuk,

Hasil : pasien belum kesimetrisan, dan

mengalami perubahan reaktifitas pupil.

dalam proses 2) monitor tingkat

pengobatan kesadaran

3) monitor tanda-

tandavital

4) monitor
69

kesimetrisan wajah

5) monitor respons

terhadap

pengobatan.

3. Gangguan Dukunganmobilisasi Jam : 21.00

mobilitas 15.00 1) Mengidentifikasi S:-

fisik adanya nyeri atau O:

berhubunga keluhan fisik lainnya ➢ Klien masih

n dengan Hasil : klien susah tampak lemah

penurunan menggerakan ➢ Aktivitas klien

kekuatan sebagian anggota masih tampak

otot badannya dibantu oleh

15.20 2) Mengidentifikasi perawat dan

toleransi fisik keluarga

melakukan A:

pergerakan ➢ masalah mobilitas

Hasil : klien tampak fisik belum

dibantu oleh perawat teratasi

dan keluarga dalam P:

pemenuhan ADL nya ➢ lanjutkan

15.30 3) Memonitor frekuensi intervensi :


70

jantung dan tekanan 1,2,3,4

darah 1) identifikasi

sebelummemulai adanya nyeri atau

mobilisasi keluhan fisik

Hasil : TD : 90/70 lainnya

mmHg 2) identifikasi

15.40 4) Melibatkan keluarga toleransi fisik

untuk membantu melakukan

pasien dalam pergerakan

meningkatkan 3) monitor frekuensi

pergerakan jantung dan

Hasil : keluarga ikut tekanan darah

berpartisipasi atau sebelummemulai

ikut membantu dalam mobilisasi

pemenuhan ADL 4) libatkan keluarga

klien untuk membantu

pasien dalam

meningkatkan

pergerakan
71

Hari Kedua 14/12/21

No Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi


1. Pola napas Manajemenjalan nafas Jam : 14.00

tidak efektif 09.00 1) Memonitor pola S: -

berhubunga napas(frekuensi,kedala O:

n dengan man,usaha napas) ➢

hambatan Hasil : pasien sudah ➢ Frekuensi napas

upaya tidak terlalu sesak 23 x/menit

napas frekuensi napas R : ➢ SPO2 99%

23 x/i ➢ Masih tampak

09.15 2) Memonitor bunyi napas terpasang o2

tambahan(mis: nasal kanul 4 l

wheezing) A:

Hasil : tedapat bunyi ➢ Masalah belum

napas wheezing teratasi

09.20 3) Memposisikan semi P:

fowler atau fowler ➢ Lanjutkan

Hasil : pasien intervensi :

tampak diberikan 1,2,3,4

posisi semi fowler 1) monitor pola

dengan posisi tempat napas(frekuensi,k

tidur ditinggikan edalaman,usaha


72

09.30 4) Memberikan oksigen napas)

Hasil : diberikan O2 2) monitor bunyi

nasal kanul 4l napas

09.35 5) Menganjurkan asupan tambahan(mis:

cairan 2000 ml/hari jika wheezing)

tidak kontraindikasi 3) posisikan semi

Hasil : pasien fowler atau fowler

tampak diberikan 4) berikan oksigen

minum air putih

dengan bantuan

perawat atau

keluarga

2. Resiko PemantauanNeurologis Jam : 14.00

Perfusi 10.00 1) Memonitor ukuran, S: -

serebral bentuk, kesimetrisan, 0:

tidak efektif dan reaktifitas pupil. ➢ Pasien masih

berhubunga Hasil : pupil ikterik tampak lemah

n dengan 10.20 2) Memonitor tingkat ➢ Tingkat kesdaran

embolisme kesadaran samnolen dengan

Hasil : tingkat GCS 9 TTD : TD

kesadaran samnolen 90/70 mmHg N :

dengan GCS 9 102x/i P : 23x/i


73

10.30 3) Memonitor tanda- SpO2 : 99%

tandavital A:

Hasil : TD : 90/70 N : ➢ masalah resiko

102x/i S : 36c P : 23x/i perfusi serebral

SpO2 : 99 % belum teratasi

10.35 4) Memonitor P:

kesimetrisan wajah ➢ Lanjutkan

Hasil : tampak wajah intervensi

tidak simetris 1,2,3,4,5

10.40 5) Memonitor respons 1) monitor ukuran,

terhadap pengobatan. bentuk,

Hasil : pasien belum kesimetrisan, dan

mengalami perubahan reaktifitas pupil.

dalam proses 2) monitor tingkat

pengobatan kesadaran

3) monitor tanda-

tandavital

4) monitor

kesimetrisan

wajah

5) monitor respons

terhadap
74

pengobatan.

3. Gangguan Dukunganmobilisasi Jam : 14.00

mobilitas 11.00 1) Mengidentifikasi S:-

fisik adanya nyeri atau O:

berhubunga keluhan fisik lainnya ➢ Klien masih

n dengan Hasil : klien susah tampak lemah

penurunan menggerakan ➢ Aktivitas klien

kekuatan sebagian anggota masih tampak

otot badannya dibantu oleh

11.20 2) Mengidentifikasi perawat dan

toleransi fisik keluarga

melakukan pergerakan A:

Hasil : klien tampak ➢ masalah mobilitas

dibantu oleh perawat fisik belum

dan keluarga dalam teratasi

pemenuhan ADL nya P:

11.30 3) Memonitor frekuensi ➢ lanjutkan

jantung dan tekanan intervensi 1,2,3

darah sebelummemulai dan 4

mobilisasi 1) identifikasi

Hasil : TD : 90/70 adanya nyeri atau

mmHg keluhan fisik


75

11.35 4) Melibatkan keluarga lainnya

untuk membantu 2) identifikasi

pasien dalam toleransi fisik

meningkatkan melakukan

pergerakan pergerakan

Hasil : keluarga ikut 3) monitor frekuensi

berpartisipasi atau jantung dan

ikut membantu dalam tekanan darah

pemenuhan ADL sebelummemulai

klien mobilisasi

4) libatkan keluarga

untuk membantu

pasien dalam

meningkatkan

pergerakan.
BAB III

PEMBAHASAN KASUS KELOLAAN

Sebagaimana telah diuraikan pada bab-bab terdahulu, dałam karya

ilmiah ini dimana penulis telah menjabarkan berbagai hal tentang stroke, baik

teori medis maupun teori keperawatan yang termuat dalam tinjauan

kepustakaan melalui studi kepustakaan, sedangkan tinjauan kasus langsung

pada pasien diperoleh melalui manajemen asuhan keperawatan kritis pada

Ny.H dengan diagnosa non hemoragik stroke di Ruang ICU RS Ibnu Sina

Makassar.

Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan antara

landasan teori dengan asuhan keperawatan secara nyata dan untuk lebih

jelasnya penulis membahas sesuai dengan tahapan proses keperawatan

yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi.

A. Pengkajian

a) B1

Teori : Pada inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan

produksisputum, sesak napas, penggunaan otot bantu napas,

danpeningkatan frekuensi pernapasan. Auskultasi bunyi

napastambahan seperti ronkhi pada klien dengan peningkatan

produksisekret dan kemampuan batuk yang menurun yang

seringdidapatkan pada klien stroke dengan penurunan tingkat

76
77

kesadaran.Kasus :Pada kasus didapatkan data Jalan Nafas Paten,

Nafas Spontan, tidak ada obstruksi jalan nafas, gerakan dada

simetris, irama nafas cepat, terdapat sesak, tidak ada pernafasan

cuping hidung, terpasang oksigen Nasal kanul. Analisis :Dari hasil

pengkajian baik secara teori maupun kasus diatas dapat

disimpulkan bahwa adanya kesinambungan antara teori dan

kasus, dimana pada kasus Ny.H didapatkan data adanya sesak

nafas, penggunaan otot bantu nafas dan adanya penurunan

kesadaran. Artinya hasil analisis antara kasus dan teori tidak

ditemukan kesenjangan sesuai dengan teori yang dikemukakan

oleh (Padila,2012).

b) B2

Teori : adanya peningkatan TIK yaitu peningkatan tekanan darah

yang sering terjadi pada klien stroke. Kasus : pada kasus

didapatkan data , tekanan darah menurun dengan hasil 90/70

mmhg, pasien tampak pucat,crt < 2 detik dan mengalami penurunan

kesadaran dengan nilai GCS 9 ( samnonlen ).Analisis : dari hasil

pengkajian baik secara teori maupun kasus didapatkan adanya

kesenjangan antara teori dan kasus,dimana pada kasus ditemukan

data penurunan tekanan darah ( 90/70 ). Artinya hasil analisis

antara kasus dan teori ditemukan kesenjangan sesuai dengan teori

yang dikemukakan oleh (Padila,2012)


78

c) B3

Teori :

a. Kaji adanya keluhan nyeri kepala hebat, periksa adanya pupil

unilateral, observasi tingkat kesadaran.

b. Kaji status mental, tingkah laku, gaya bicara, ekspresi wajah dan

aktivitas motorik

c. Kaji fungsi intelektual, observasi adanya penurunan dalam

ingatan dan memori baik jangka pendek maupun jangka panjang

serta penurunan kemampuan berhitung dan kalkulasi.

d. Kaji kemampuan bahasa, kaji adanya disfasia baik secara

reseptif maupun ekspresif, disartria dan apraksia.

Kaji lobus frontal, kaji adanya kerusakan fungsi kognitif dan efek

psikologis seperti kesulitan dalam pemahanan, mudah lupa, kurang

motivasi, frustasi dan depresi.Kasus : Pada kasus ditemukan

adanya data pupil unilateral, status mental berubah, gaya bicara

pelo dan mengalami penurunan kesadaran. Analisis: Dari hasi

analisis penulis tidak menemukan adanya kesinambungan antara

teori dengan kasus yang terjadi. Saat dlakukan pengkajian pasien

mengalami penurunan kesadaran .Artinya hasil analisis antara

kasus dan teori ditemukan adanya kesinambungan sesuai dengan

teori yang dikemukakan oleh (Padila,2012).


79

d) B4

Teori :Kaji adanya tanda-tanda inkontenensia urin akibat

ketidakmampuan untuk mengendalikan kandung kemih.Kasus :

pada kasus ditemukan adanya data klien tampak terpasang kateter.

Analisis: Tidak bisa dinilai antara kesinambungan atau

kesenjangan pada teori dan fakta, dikarenakan Pasien mampu

berkemih dengan sendirinya walaupun saat dikaji nampak

terpasang kateter urine.Artinya hasil analisis tidak bisa dinilai antara

kasus dan teori yang dikemukakan oleh (Padila,2012).

e) B5

Teori : Kaji adanya kesulitan menelan,nafsu makan menurun,serta

mual dan muntah. Kasus : pada kasus didapatkan data klien

mengalami sulit menelan, tampak terpasang NGT, BB = 55 kg, TB =

160 cm, dan IMT = 21 .Analisis :terdapat adanya kesinambungan

antara teori dan kasus, dimana dikasus didapatkan data pasien

tampak sulit menelan, tampak porsi makan hanya ½ dihabiskan.

Artinya hasil analisis antara kasus dan teori tidak ditemukan

kesenjangan sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh

(Padila,2012).

f) B6

Teori : Kaji adanya kelumpuhan atau kelemahan, kaji adanya

dekubitus dan warna serta turgor kulit.

➢ Kasus : pada kasus didapatkan data adanya kelemahan pada


80

ekstermitas bagian bawah sebelah kiri , kebutuhan ADL sepenuhnya

dibantu oleh keluarga dan perawat.Kekuatan otot

4 3

4 3

Analisis : terdapat adanya kesinambungan antara teori dan

kasus,,dimana pada kasus didapatkan data ,seluruh kebutuhan ADL

pasien dibantu sepenuhnya oleh keluarga dan perawat, dan

kekuatan otot .Artinya hasil analisis antara kasus dan teori tidak

ditemukan kesenjangan sesuai dengan teori yang dikemukakan

oleh (Padila,2012).

B. Diagnosa Keperawatan

Berikut merupakan beberapa diagnosa yang mungkin muncul

padapasien non hemoragik stroke(SDKI, 2017).

1. Resikoperfusi serebral tidak efektif b/d hipertensi

2. Pola napas tidak efektif b/d hambatan upaya napas

3. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d sekresiyangtertahan.

4. Gangguan komunikasi verbal b/d gangguan neuromuskuler

5. Gangguan mobilitas fisik b/d gangguan neuromuskulerdan

kelemahan anggotagerak

Sedangkan diagnosa yang muncul pada pasien dengan NHS

yaitu :
81

1) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya

napas

2) Resiko Perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan

embolisme

3) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan

kekuatan otot

Analisis :terdapat adanya kesinambungan antara teori dan kasus,

dimana dalam teori didapatkan 5 diagnosa ,dan dikasus

didapatkan 4 diagnosa,dimana 3 diagnosa sejalan dengan

diagnosa yang ada diteori dan satu diagnosa tidak

termasuk dalam dignosa secara teori.

C. Intervensi

1) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya

napas.Dalam tinjauan kasus ini, tindakan yang diberikan pada

pasien adalahMonitor pola napas(frekuensi,kedalaman,usaha

napas), Monitor bunyi napas tambahan(mis: wheezing),

Posisikan semi fowler atau fowler, Berikan oksigen, Anjurkan

asupan cairan 2000 ml/hari jika tidak kontraindiksai, Kolaborasi

pemberian bronkodilator,mukolitik.

2) Resiko Perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan

embolisme Dalam tinjauan kasus ini, tindakan yang diberikan

pada pasien adalah Monitor ukuran, bentuk, kesimetrisan,


82

dan reaktifitas pupil,Monitor tingkat kesadaran, Monitor tanda-

tandavital, Monitor kesimetrisan wajah, Monitor respons

terhadap pengobatan.

3) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan

kekuatan ototDalam tinjauan kasus ini, tindakan yang diberikan

pada pasien adalah Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik

lainnya, Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan,

Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelummemulai

mobilisasi, Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam

meningkatkan pergerakan.

D. Implementasi

Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan yang

diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari

asuhan keperawatan yang dilakukan dan diselesaikan. Dalam

melakukan tindakan keperawatan ± 6 jam dari 4 diagnosa yang

dirumuskan penulis pada tahap perencanaan, semua intervensi dapat

dilaksanakan pada kasus. Adapun tindakan yang dilaksanakan oleh

penulis selama pelaksanaan kasus adalah sebagai berikut:

1) Pola napas tidak efektif

- Memonitor pola napas(frekuensi,kedalaman,usaha

napas)

Hasil : R : 24 x/i

- Memonitor bunyi napas tambahan(mis: wheezing)


83

Hasil : tedapat bunyi napas wheezing

- Memposisikan semi fowler atau fowler

Hasil : pasien tampak diberikan posisi semi fowler

dengan posisi tempat tidur ditinggikan

- Memberikan oksigen

Hasil : diberikan O2 nasal kanul 4lpm

- Menganjurkan asupan cairan 2000 ml/hari jika tidak

kontraindikasi

Hasil : pasien tampak diberikan minum air putih dengan

bantuan perawat atau keluarga

2) Resiko Perfusi serebral tidak efektif

- Memonitor ukuran, bentuk, kesimetrisan, dan

reaktifitas pupil.

Hasil : pupil ikterik

- Memonitor tingkat kesadaran

Hasil : tingkat kesadaran samnolen dengan GCS 9

- Memonitor tanda-tanda vital

Hasil : TD : 90/70 N : 102x/i S : 36c P : 28x/i SpO2 : 98 %

- Memonitor kesimetrisan wajah

Hasil : tampak wajah tidak simetris

- Memonitor respons terhadap pengobatan.

Hasil : pasien belum mengalami perubahan dalam

proses pengobatan
84

3) Gangguan mobilitas fisik

- Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya

Hasil : klien susah menggerakan sebagian anggota

badannya

- Mengidentifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan

Hasil : klien tampak dibantu oleh perawat dan keluarga

dalam pemenuhan ADL nya

- Memonitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum

memulai mobilisasi

Hasil : TD : 90/70 mmHg

- Melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam

meningkatkan pergerakan

Hasil : keluarga ikut berpartisipasi atau ikut membantu

dalam pemenuhan ADL klien

E. Evaluasi

Evaluasi keperawatan adalah tahapan akhir dari proses

keperawatan yang merupakan perbandingan yang sistematis dan

terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan kriteria hasil

yang dibuat pada tahap perencanaan. Adapun hasil evaluasi dari 4

diagnosa yang ditegakkan yaitu:

1) Pola napas tidak efektif belum teratasi ditandai dengan klien masih

terpasang Oksigen 4 liter dengan menggunakan nasal kanul.


85

2) Resiko Perfusi serebral tidak efektif belum teratasi ditandai dengan

klien masih mengalami penurunan kesadaran ( Samnolen ) dengan

nilai GCS 9 dan Tekanan darah pada klien semakin hari semakin

menurun.

3) Gangguan mobilitas fisik belum teratasi ditandai dengan data klien

masih tampak lemah, klien tampak terbaring lemah diatas tempat

tidur, kebutuhan ADL klien sepenuhnya masih dibantu oleh keluarga

dan perawat.
BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, penulis menyimpulkan sebagai

berikut:

1. Setelah melakukan pengkajian terhadap Ny. H, penulis memperoleh

hasil atau data yang mengarah pada masalah klien nampak gelisah,

kesadaran samnolen dengan nilai GCS 9, sesak, terpasang O2 nasal

canule 4 liter, pengisian kapiler <2 detik, TTV: frekunsi, nadi: 102

x/mnt, frekuensi, napas: 28 x/m, tekanan darah: 90/470 mmHg, suhu

tubuh: 36°C, SPO2: 98%, akral teraba dingin, warna kulit tampak

pucat, nampak lemah,kekuatan otot menurun, ektremitas bawah tidak

bisa digerakkan dan turgor kulit pasien tampak menurun. Pasien

terdapat gangguan pada anggota badan sebelah kiri tangan kiri hanya

bisa melakukan fleksi esktensi .Sedangkan kaki kanan hanya abduksi

dan adduksi pada pergelangan kaki. Kekuatan otot

4 3

4 3

2. Diangnosa keperawatan yang muncul pada Ny. H adalah pola napas tidak

efektif berhubungan dengan gangguan neuromuskular, perfusi perifer

tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin dan

86
87

gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot

dan reisko defisit nutrisi berhubungan dengan kesulitan menelan.

3. Intervensi yang dilakukan pada Ny. Hadalah manajemen jalan napas,

perawatan sirkulasi, dukungan mobilisasi dan manajemen nutrisi.

4. Implementasi atau tindakan keperawatan pada Ny. Hdijalankan selalu

berorientasi pada rencana yang telah dibuat, dengan mengantisipasi

seluruh tanda-tanda yang ada sehingga tujuan dapat dicapai.

5. Hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny. Hdengan diagnosa non

hemoragik stroke, mengevaluasi diagnosa yang didapatkan belum dapat

tercapai sesuai dengan hasil yang diharapkan.

B. Saran

1. Perlu adanya pengetahuan yang lebih baik lagi dalam mengatasi

diagnosa non hemoragik strokeini agar ini dapat tuntas sehinggadapat

teratasi.

2. Dalam penulisan perumusan diagnosa ini tidak bisa hanya berpedoman

pada teori, tetapi harus mempertimbangkan dan mengkaji langsung pada

pasien dengan non hemoragik stroke.

3. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan hendaknya dibuat secara

sistematis serta didokumentasi agar pelaksanaan tepat dan efesien. Juga

perlu mengembangkan komunikasi yang akrab dan terbuka sehingga

tercipta hubungan saling percaya antara perawat, dan pasien.

4. Hendaknya pasien dilengkapi dengan pendidikan kesehatan dan

pemulihan kondisi pasien. Alangkah baiknya bila rumah sakit lebih


88

meningkatkan sarana dan prasarana dalam peningkatan mutu pelayanan

dan perawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, S. D., Maghfirah, S., & Verawati, M. (2019). Gambaran kepatuhan


kontrol pada pasien stroke. Health Sciences Journal, 3(2), 14–22.
https://doi.org/10.24269/hsj.v3i2.261
Dinkes Prov. Sulawesi Selatan. (2020). Profil kesehatan Provinsi Sulawesi
Selatan tahun 2019. Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan.
http://dinkes.sulselprov.go.id
Hammad, Rizani, K., & Agisti, R. (2018). Tingkat kelelahan perawat di ruang
ICU. Dunia Keperawatan, 6(1), 27–33.
https://doi.org/10.20527/dk.v6i1.4957
Haryono, R., & Utami, M. P. S. (2019). Keperawatan medikal bedah 2.
Pustaka Baru Press.
Ikawati, Z., & Anurogo, D. (2018). Tata laksana terapi penyakit sistem syaraf
pusat. Bursa Ilmu.
Indrawati, L., Sari, W., & Dewi, C. S. (2016). Stroke: cegah dan obati sendiri.
Penebar Plus.
Kemenkes RI. (2018). Hasil utama RISKESDAS 2018. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan.
https://www.kemkes.go.id
Khotimah, N., Handayani, R. N., & Susanto, A. (2021). Asuhan keperawatan
hambatan mobilitas fisik pada Ny. S dengan stroke non hemoragik di
ruang anggrek RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.
Seminar Nasional Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat,
1462–1467.
https://prosiding.uhb.ac.id/index.php/SNPPKM/article/view/850
LeMone, P. (2016). Buku ajar keperawatan medikal bedah. EGC.
Maghfuri, A. (2015). Buku pintar keperawatan: konsep dan aplikasi. Trans
Info Media.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan
berdasarkan diagnosa medis dan nanda nic-noc. Mediaction.
Okwari, R., Utomo, W., & Woferst, R. (2017). Gambaran dukungan keluarga
pasien pasca stroke dalam menjalani rehabilitasi. Jurnal Online
Keperawatan Universitas Riau, 5, 372-377.
https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMPSIK/article/download/19101/
Purwanto, H. (2016). Keperawatan medikal bedah II. Kementerian Kesehatan
RI.
Rahmadani, E., & Rustandi, H. (2019). Peningkatan kekuatan otot pasien
stroke non hemoragik dengan hemiparese melalui latihan range of
motion (ROM) pasif. Journal of Telenursing, 1(2), 354–363.
https://doi.org/10.31539/joting.v1i2.985
Romli, L. Y., & Indrawati, U. (2018). Modul praktikum keperawatan kritis. Icme
Press.
SDKI. (2017). Standar diagnosis keperawatan Indonesia. Persatuan Perawat
Nasioanal Indonesia.
Setiadi. (2016). Dasar-dasar anatomi dan fisiologi manusia. Indomedia
Pustaka.
SIKI. (2018). Standar intervensi keperawatan Indonesia. Persatuan Perawat
Nasioanal Indonesia.
WHO. (2021). Cardiovascular diseases. World Health Organization.
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/cardiovascular-
diseases-(cvds)
LEMBAR BIMBINGAN KONSULTASI KARYA ILMIA AKKHIR (KIA)

Nama Mahasiswa : Rahmawati


Nim : 2004019
Nama Pembimbing : Hasniaty AG, S.Kp., M.Kep

No Materi Masukan Dari Pembimbing Tanda Tangan


Konsultasi Pembimbing
1. Judul Tambahkan kata kritis disamping judul.

2. BAB I Masukkan pengertian keperawatan kritis pada


bab 1

3. BAB I a. Ditujuan umum ganti menjadi


menggambarkan manajemen asuhan
keperawatan kritis pada pasien NHS
b. Ditujuan khusus ganti menggambarkan
menjadi menjelaskan.
c. Di maanfaat penulisan terdiri atas :
1. Bagi instansi pendidikan
2. Rumah sakit
3. Penulis
4. BAB II a. Ubah tinjauan kasus menjadi tinjauan
manajemen asuhan keperawatan kritis
NHS
b. Ubah konsep dasar medis menjadi konsep
keperawatan kritis
RIWAYAT HIDUP PENULIS

I. Identitas
Nama : Rahmawati, S.Kep
Tempat, tanggal lahir : Barana, 03 juni 1998
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status pernikahan : Belum Menikah
Alamat asal : Barana, Bt.Kassi
Alamat : Bt.cinde/pettarani
Alamat email : rahmaaawatiii327@gmail.com
No.Hp : 087842900097
Nama orang tua :
Ayah : Hasbi
Ibu : Nila
II. Pendidikan
❖ Tamat SD 58 Barana pada tahun 2004 - 2010.
❖ Tamat SMP Negeri 1 Bangkala barat 2010 - 2013
❖ Tamat SMA Negeri 1 Takalar pada tahun 2013 - 2016.
❖ Kuliah di Stikes Nusantara Jaya Makassar Program Studi S1
Keperawatan pada tahun 2016 - 2020.
❖ Kuliah d i STIKES Panakukkang Makassar Program Studi
Ners pada tahun 2020 - 2021.

You might also like