Professional Documents
Culture Documents
Abstract. Changes in land use from catchment areas to densely populated areas are the main factors
causing high runoff discharge values. This is because vegetation that serves to absorb water into
aquifers is not optimal. So that rainwater that falls to the surface of the land continues to wave into
lakes, rivers, and seas without entering and seeping into aquifers. As a result, the value of the runoff
until it reaches the sea becomes large. For this reason, a study needs to be carried out to determine the
volume of runoff discharge due to landuse changes such as what has been done in the Kuranji and
Batang Arau Watersheds of Padang City. This research was conducted in 2 watersheds in the Padang
City watershed and made into several subwatersheds to get more specific results. The data obtained
are secondary in the form of daily rainfall data in 8 active rainfall measuring stations in the city of
Padang for the past 10 years (2009-2018), planned discharge data in 2000, map data in the form of
shapefiles. Based on data processing using the Rational large discharge method for the 25 year return
period in the Kuranji watershed with a watershed area of 220,687 km 2 and a runoff coefficient of 0,64
amounted to 1315,70 m3/second. This discharge value has increased by 445 m 3/second compared to
the value of the existing discharge plan in 2000 of 870 m 3/second. In Batang Arau watershed, the
discharge value with an area of 177,1386 km 2 and a large runoff coefficient of 0,68 is 1192,57
m3/second. This debit value increased by 492,57 m 3/second from the planned discharge in 2000 of
700 m3/second.
178
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol. 5 , No. 1
Kuranji memiliki luas DAS 202,70 km2 dengan panjang b. Buku yang berkaitan
sungai utama 32,41 km serta panjang sungai utama dan c. Laporan-laporan
anak-anak sungai 274,75 km[4]. d. Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan DAS
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1 berikut. Kuranji dan DAS Batang Arau.
3.5.1. Menghitung Curah Hujan Menggunakan baik harga C mendekati 0 dan semakin rusak suatu DAS
Metode Poligon Thiessen maka nilai C mendekati 1[1][2][7].
Maka nilai koefisien limpasan dihitung dengan cara
Kota Padang memiliki 8 stasiun penakar curah hujan sebagai berikut[8] :
yang aktif. Menghitung nilai curah hujan dalam
penelitian ini penulis menggunakan Metode Poligon 𝛴𝐶𝑖 𝐴𝑖
Ctotal = (3)
Thiessen. Awalnya titik yang berbentuk koordinat diubah 𝐴𝑖
menjadi bentuk desimal seperti Tabel 1 di bawah ini.
Dimana Crata-rata adalah rata-rata koefisien
Tabel 1. Stasiun Pengukur Curah Hujan dan Koordinat
limpasan, Ci adalah nilai koefisien limpasan Sub DAS ke
STASIUN X Y
i dan Ai adalah luas tangkapan daerah (km2).
Koto Tuo 100,38 -0,846
Batu Busuk 100,454 -0,904 Nilai koefisien di masing-masing daerah dapat dilihat
Gunung Nago 100,434 -0,923 pada Tabel 2[3][4].
Limau Manih 100,435 -0,937 Tabel 2. Harga Koefisien Limpasan
Ladang Padi 100,518 -0,946 Jenis Tutupan Lahan C Jenis Tutupan Lahan C
Muaro Panjalinan 100,342 -0,861
Hutan 0,6 Pertahanan dan Keamanan 0,7
Khatib Sulaiman 100,351 -0,904
Hutan Bakau 0,6 Perumahan 0,95
Bungus 100,423 -1,016
Hutan Rawa 0,65 Peternakan 0,35
Industri 0,8 Rawa 0,75
3.5.2. Perhitungan Curah Hujan Rencana
Padang Rumput 0,6 Sarana Olah Raga 0,95
Pasir / Bukit Pasir Darat 0,7 Sarana Pelayanan Umum 0,95
3.5.3. Perhitungan Intensitas Hujan
Pemakaman Umum 0,6 Sawah Irigasi 0,56
Intensitas curah hujan disimbolkan dengan huruf I
Pelabuhan 0,95 Sawah Tadah Hujan 0,56
dengan satuan mm/jam. Untuk mengolah data curah
hujan menjadi intensitas hujan digunakan metode statistik Perdagangan dan Jasa 0,95 Semak Belukar / Alang Alang 0,5
dari data pengamatan curah hujan yang terjadi. Salah satu Pergudangan 0,8 Sungai 0,5
metode yang banyak dipakai adalah Metode Mononobe[6].
Intensitas hujan adalah tinggi curah hujan dalam periode Perkantoran 0,95 Tambak 0,5
tertentu yang dinyatakan dalam satuan mm/jam. Durasi Perkebunan / Kebun 0,8 Tanah Kosong / Gundul 0,8
adalah lamanya suatu kejadiaan hujan. Intensitas hujan
Pertambangan 0,95 Tegalan / Ladang 0,7
yang tinggi pada umumnya berlangsung dengan durasi
pendek dan meliputi daerah yang tidak sangat luas. Hujan
yang meliputi daerah yang luas, jarang sekali dengan 3.5.4. Perhitungan Debit Limpasan
intensitas yang tinggi, tetapi dapat berlangsung dengan
durasi cukup panjang. Kombinasi dari intensitas hujan Pada perhitungan debit limpasan menggunakan rumus
yang tinggi dengan durasi yang panjang jarang terjadi, rasional, parameter yang digunakan adalah intensitas
tetapi apabila terjadi berarti sejumlah besar volume air hujan, luas catchment area dan koefisien limpasan.
bagaikan ditumpahkan dari langit[2]. Persamaan yang Intensitas hujan dihitung menggunakan persamaan
digunakan adalah persamaan berikut. Mononobe. Hasil perhitungan curah hujan dalam
penelitian ini menggunakan periode ulang 25 tahun. Luas
catchment area didapatkan dari analisis software ArcGis
𝑋𝑡 24
I =( ) ( )2/3 (2) 10.3. Hasil perhitungan debit limpasan akan di bagi
24 𝑇𝑐
menjadi perhitungan sub das untuk mengetahui nilai debit
limpasan setiap Sub DAS Kuranji dan Sub DAS Batang
Dimana, I adalah intensitas curah hujan (mm/jam), Xt Arau.
adalah curah hujan rencana (mm/hari), Tc adalah waktu
tiba banjir/waktu kosentrasi (jam).
4. Hasil dan Pembahasan
3.5.4 Menentukan Koefisien Limpasan
4.1. Pehitungan Curah Hujan Maksimum
Koefisien limpasan (C) merupakan pengaruh penggunaan Menggunakan Metode Thiessen
tata guna lahan dalam aliran permukaan, yakni bilangan
yang yang menampilkan perbandingan antara besaran
aliran permukaan dan besarnya hujan. Nilai C berkisar 4.1.1 Perhitungan Koefisien Thiessen
antara 0-1. Nilai C=0 menunjukkan bahwa semua air Presipitasi adalah turunnya air dari atmosfer ke
hujan terinsepsi dan terinfiltrasi ke dalam tanah, permukaan bumi yang bisa berupa hujan, hujan salju,
sebaliknya untuk nilai C=1 menunjukkan bahwaair hujan kabut, embun, dan hujan es. Di daerah tropis, hujan
yang mengalir sebab aliran permukaan. Pada DAS yang
180
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol. 5 , No. 1
181
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol. 5 , No. 1
100 x (332204867)
=
9 X 8 X 7 x (63,229)4
= 63,229 10 x 0,00756281
=
Perhitungan koefisien Skewness (Cs) dapat 9 x 8 x ( 0,1341)3
ditentukan menggunakan persamaan berikut[11] :
= 0,4356
∑ 𝑛 ×(𝑋𝑖 −𝑋𝑟)3
Cs = (𝑛−1) (7)
× (𝑛−2) × 𝑆𝑥 3 Perhitungan koefisien kurtosis (Ck) dapat ditentukan
menggunakan persamaan berikut[11] :
10 x 2292865
=
9 x 8 x ( 63,229)3 1
∑ ×𝐿𝑜𝑔(𝑋𝑖 −𝑋𝑟)4
𝑛
Ck = (12)
𝑆𝑥 4
= 1,259
Perhitungan koefisien kurtosis (Ck) dapat ditentukan 100 𝑥 0,004663616
= 9 𝑥 8 𝑥 7 (0,1341)4
menggunakan persamaan berikut [11] :
1
∑ ×(𝑋𝑖 −𝑋𝑟 )4 = 2,8628
𝑛
Ck = (8)
𝑆𝑥 4
Perhitungan koefisien variasi dapat ditentukan
menggunakan persamaan berikut[11] :
182
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol. 5 , No. 1
𝐿𝑜𝑔𝑆𝑥 Period
Cv = (13) Xt (mm) Yt Yn Sn Kt S XT (mm)
𝐿𝑜𝑔𝑋𝑟 Ulang
0,1341 5 1,4999 1,0569 253,0121
= = 0,0590
2,2699 10 2,2502 1,8479 303,0262
Hasil perhitungan parameter dapat dilihat pada Tabel 8. 186,1854 0,4952 0,9497 63,229
20 2,9702 2,6060 350,9656
Tabel 8. Parameter Logaritma dan Parameter Statistik
PARAMETER LOGARITMA NILAI PARAMETER STATISTIK NILAI 25 3,1985 2,8464 366,1604
Xr 2.2699 Xr 186.1854
Sx 0.1341 Sx 63.229 Untuk nilai rekapitulasi perhitungan curah hujan
Cs 0.4356 Cs 1.259
distribusi frekuensi dapat dilihat pada Tabel 13 berikut.
Ck 2.8628 Ck 4.1239
Cv 0.059 Cv 0.3396
Tabel 13. Rekapitulasi Perhitungan Curah Hujan Dari
Beberapa Distribusi Frekuensi
Period
Xt (mm) Yt Yn Sn Kt S XT (mm)
Pada data curah hujan atau data debit untuk dapat Ulang
5 1,4999 1,0569 253,0121
memperoleh nilai hujan rancangan dan debit rencana 10 2,2502 1,8479 303,0262
maka digunakan analisis frekuensi distribusi probabilitas. 20
186,1854
2,9702
0,4952 0,9497
2,6060
63,229
350,9656
Distribusi probabilitas yang sering digunakan yaitu 25 3,1985 2,8464 366,1604
183
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol. 5 , No. 1
= 27,059 mm/jam
e. Rekapitulasi nilai X2 dan X2cr untuk 4 Distribusi
Probabilitas 2
Hasil rekapitulasi nilai X2 seperti pada Tabel 20 241,2681 24 3
I Kuranji = ( )( )
24 5,90
berikut.
Tabel 20. Rekapitulasi Nilai X2
Distribusi Probabilitas X2 terhitung X2cr Keterangan
= 25,5342 jam
Normal 6 5.991 Tidak Diterima
Log Normal 3 5.991 Diterima 4.3. Debit Air Limpasan
Gumbel 8 5.991 Tidak Diterima
Log Pearson III 9 5.991 Tidak Diterima
4.2.1. Koefisien Limpasan
2
7. Bandingkan nilai X terhadap X2cr
185
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol. 5 , No. 1
Analisis nilai koefisien limpasan total pada DAS Tabel 23. Perhitungan Nilai C Rata-Rata Pada DAS
Kuranji dapat ditentukan menggunakan persamaan Batang Arau
berikut [8] :
𝛴𝐶𝑖 𝐴𝑖
Crata-rata = (21)
𝐴𝑖
132,5559768
Ctotal =
206,0626474
Ctotal = 0,64
Q = 0,278 x C x I x A (23)
Gambar 3. Peta Tata Guna Lahan DAS Kuranji dan
DAS Batang Arau Kota Padang Q = 0,278 x 25,5324 x 0,64 x 220,678
Hasil perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada Tabel Q = 0,278 x 27,0593 x 177,1386
23. = 906,1153218 m3/detik
186
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol. 5 , No. 1
187
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol. 5 , No. 1
Untuk lebih jelasnya peta Sub DAS Batang Arau 5.2. Saran
dapat dilihat pada Gambar 5 di bawah ini.
Berdasarkan hasil penelitian, DAS Kuranji dan DAS
Batang Arau mengalami kenaikan debit run off yang
cukup pesat. Hal ini dikarenakan akibat tata guna
lahan yang terjadi di area resapan air. Sehingga
menyebabkan kemampuan tanah meresap air tidak
optimal. Kenaikan debit run off dapat diminimalisir
dengan melakukan kegiatan reboisasi dan
konservasi hutan secara berkala. Atau dengan
pengadaan sumur resapan dititik tertinggi DAS
Kuranji dan DAS Batang Arau. Agar pada saat
hujan terjadi air dapat teresapkan dengan baik di
akuifer tidak tertekan dan debit run off mengecil.
Daftar Pustaka
Gambar 5. Peta Sub DAS Batang Arau
[1] Kodotie, Robert J. 2012. Pengantar Hidrogeologi.
Yogyakarta. ANDI Yogyakarta.
[2] Verrina, G. P., Anugerah, D. D., & Haki, H. (2013).
5. Hasil dan Pembahasan Analisa runoff pada Sub DAS Lematang hulu.
Journal of Civil and Environmental Engineering,
5.1. Kesimpulan 1(1).Wibowo, Hari. 2010. Perkiraan Koefisien
Pengaliran pada bagian Hulu DAS Sekayam
1. Nilai curah hujan maksimum rata-rata menggunakan Berdasarkan Data Debit Aliran. Pontianak: Fakultas
Poligon Thiessen didapatkan sebesar 186,18549 Teknik Universitas Tanjungpura.
mm. [3] Rusli HAR dan Pancarani.2018.Kajian Laju
2. Nilai curah hujan rencana untuk periode ulang 25 Infiltrasi Akhir pada DAS Batang Kuranji, Kota
tahun menggunakan Metode Log Normal Padang ditinjau dari Kondisi Geologi (Litologi),
didapatkan sebesar 315,6537 mm. Jenis Tutupan Lahan, Tata Guna Lahan, Kemiringan
3. Nilai waktu konsentrasi (tc) menggunakan metode Lahan dan Sifat Fisik Tanah. Padang: Universitas
MC Demot di DAS Kuranji didapatkan 5,90 jam Negeri Padang.
dan di DAS Batang Arau didapatkan 5,4346 jam. [4] Rusli HAR dan Zulvi.2018. Kajian Laju Infiltrasi
4. Nilai Intensitas curah hujan periode ulang 25 tahun Akhir pada DAS Batang Kuranji, Kota Padang
menggunakan metode Mononobe untuk DAS ditinjau dari Kondisi Geologi (Litologi), Jenis
Kuranji didapatkan sebesar 33,5151 mm/jam dan di Tutupan Lahan, Tata Guna Lahan, Kemiringan
DAS Batang Arau didapatkan sebesar 35,401979 Lahan dan Sifat Fisik Tanah. Padang: Universitas
mm/jam. Negeri Padang.
5. Perhitungan koefisien limpasan (C) di DAS Kuranji [5] Prawaka, F., Zakaria, A., & Tugiono, S. (2016).
didapatkan sebesar 0,6 dan di DAS Batang Arau Analisis data curah hujan yang hilang dengan
sebesar 0,684068609. menggunakan metode normal ratio, inversed square
6. Perhitungan debit run off berdasarkan tata guna distance, dan rata-rata aljabar (Studi kasus curah
lahan pada DAS Kuranji periode ulang 25 tahun hujan beberapa staiun hujan daerah Bandar
menurut skema debit banjir sungai/kanal yang Lampung). Skripsi. Fakultas Teknik Universitas
direncanakan pada tahun 2000 yaitu sebesar 870 Lampung.
m3/detik dan pada tahun 2018 nilai debit banjir [6] Gautama, R. S., & Prahastini, S. D. (2012).
yang didapatkan yaitu sebesar 1315,70 m 3/detik. Perancangan Aplikasi Untuk Sistem Penyaliran
Sehingga ada peningkatan debit banjir akibat Tambang Terbuka. Journal of JTM, 19(03).
perubahan tata guna lahan yaitu sebesar 445,70 [7] Girsang, F. (2008). Analisis Curah Hujan Untuk
m3/detik. Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional
7. Perhitungan debit run off berdasarkan tata guna Pada Das Belawan Kabupaten Deli Serdang
lahan pada DAS Batang Arau periode ulang 25 [skripsi]. Sumatera Utara: Universitas Sumatera
tahun menurut skema debit banjir sungai/kanal yang Utara. Medan: Universitas Sumatera Utara
direncanakan pada tahun 2000 yaitu sebesar 700 [8] Kamiana, I. M. (2011). Teknik Perhitungan Debit
m3/detik dan pada tahun 2018 nilai debit banjir Rencana Bangunan Air. Graha Ilmu, Yogyakarta
yang didapatkan yaitu sebesar 1192,57 m 3/detik. [9] Soemarto, C. D. (1995). Ir., BIE, Dipl. HE.
Sehingga ada peningkatan debit banjir akibat Hidrologi Teknik
perubahan tata guna lahan yaitu sebesar 492,57 [10] Lashari. 2017. Analisa Distribusi Curah Hujan di
m3/detik. Area Merapi Menggunakan Metode Aritmatika dan
Poligon. Semarang. Universitas Negeri Semarang
188
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol. 5 , No. 1
189