Professional Documents
Culture Documents
Julian Dwi Saptadi, Machfudz Eko Arianto dan Muhammad Rafly Adha
Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, Indonesia
Email: julian.saptadi@ikm.uad.ac.id, machfudz.arianto@ikm.uad.ac.id dan aflyadha15@gmail.
com
ABSTRAK
Standar pelayanan K3RS di Wisma Arimbi dan Wisma Bima
masih belum optimal karena masih ada program K3RS yang
belum berjalan dengan maksimal seperti pemeriksaan
kesehatan yang belum merata. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui Penerapan Standar Pelayanan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja pada Perawat di Wisma Arimbi dan Wisma
Bima Rumah Sakit Jiwa Grhasia Daerah Istimewa
How to cite: Dwi Saptadi Julian, et. al (2021) Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Wisma Arimbi dan
Wisma Bima Rumah Sakit Jiwa Grhasia Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Health Sains 2(5).
https://doi.org/10.46799/jhs.v2i5.169
E-ISSN: 2723-6927
Published by: Ridwan Institute
Julian Dwi Saptadi, Machfudz Eko Arianto dan Muhammad Rafly Adha
(Penyakit Dalam, Saraf, Anak, Kulit kelamin, sekunder didapatkan dari jurnal mengenai
Gigi, Fisiotherapi), Rehabilitasi Mental. penerapan standar pelayanan K3RS dan juga
Berdasarkan studi pendahuluan awal penelitian terlebih dahulu. Selain itu peneliti
yang dilakukan peneliti dengan melakukan juga menggunakan standar-standar K3RS
wawancara terhadap dua orang Perawat di seperti dan Permenkes No 66 Tahun 2016
Wisma Arimbi dan Wisma Bima Rumah dan Keputusan Mentri No 1087 Tahun 2010
Sakit Jiwa Grhasia Pada tahun 2019 sampai tentang standar K3RS.
dengan bulan Agustus 2020 terjadi setidaknya
tiga kecelakaan di Wisma Arimbi dan Wisma Hasil dan Pembahasan
Bima karena menangani pasien dengan A. Hasil Penelitian
diagnosa gaduh gelisah. Penerapan standar Kebijakan K3 di Rumah Sakit Jiwa
pelayanan K3 di Wisma Arimbi dan Wisma Grhasia mengacu pada Permenkes No 66
Bima masih belum optimal karena masih ada Tahun 2016 tentang K3RS. Standar
program K3RS yang belum berjalan dengan Operasional Prosedur (SOP) K3RS
maksimal, seperti pemeriksaan berkala yang diberlakukan secara umum untuk seluruh
belum menyeluruh. Rumah Sakit, tidak hanya di Wisma
Arimbi dan Wisma Bima walaupun di
Metode Penelitian kedua wisma tersebut merupakan wisma
Jenis penelitian yang dilakukan untuk pelayanan pasien instensif. Hal ini
adalah penelitian kualitatif dengan dibuktikan dari kutipan wawancara
menggunakan pendekatan Studi kasus. berikut:
Penelitian kualitatif merupakan suatu metode “SOP terkait di K3 diberlakukan
penelitian yang dapat digunakan untuk secara umum di Rumah Sakit, tidak hanya
mendeskripsikan peristiwa, perilaku orang di Wisma Arimbi dan Wisma Bima mulai
atau suatu keadaan pada tempat tertentu dari pemakaian APD, interaksi dengan B3.
secara rinci dan mendalam dalam bentuk Ketika ada kecelakaan, ada form
narasi (Mulyatini & Yustini, 2021). Studi pelaporannya, kemudian dilakukan
kasus ialah suatu serangkaian kegiatan investigasi. SOP K3 diterakpakan secara
ilmiah yang dilakukan secara intensif, umum walaupun di Wisma Arimbi dan
terincidan mendalam tentang suatu program, Wisma Bima merupakan pelayanan untuk
peristiwa, dan aktivitas, baik pada tingkat pasien intensif.” (Informan A).
perorangan, sekelompok orang, lembaga, Berdasarkan hasil wawancara,
atau organisasi untuk memperoleh penerapan keselamatan dan keamanan
pengetahuan mendalam tentang peristiwa kerja di Wisma Arimbi dan Wisma Bima
tersebut (Lesmana & Ayu, 2019). Penelitian sudah cukup baik, karena sudah ada Tim
ini dilakukan pada bulan Desember - Januari K3RS yang pernah mengadakan kegiatan
2020-2021. K3 seperti test kebugaran, tersedianya
Subjek penelitian ini sebanyak 5 orang. APD, sarana proteksi kebakaran. Hal ini
penentuan subjek penelitian dilakukan dengan dibuktikan dengan kutipan wawancara
metode Purposive Sampling dengan berikut:
ditentukan berdasarkan kriteria tertentu oleh “Mungkin pendapat saya pribadi
peneliti itu sendiri (Lesmana & Ayu, 2019). kalau terkait dengan peran K3 berdasarkan
Adapun teknik pengumpulan data pengalaman memang ada satu dua yang
menggunakan data primer dan sekunder. Data tampak maksud saya ada petugas K3nya
primer didapat dari hasil wawancara ada kegiatan terkait K3 juga kalau terkait
mendalam dengan informan. Sedangkan data dengan kegiatan yang sifatnya K3 yang
tersentuh ke kami memang ada satu dua orang yang akan masuk ke ruangan, kalau
misalnya tes kebugaran itu pernah pasien krisis akan ditangani oleh 4 orang
dilakukan tapi belum semua baru kepala dan dibantu oleh sekuriti”. (Informan B)
wisma dan beberapa perawat”. (Informan Kecelakaan akibat kerja yang
D) pernah terjadi di Wisma Arimbi dan Bima
Hasil wawancara mengenai antara lain: dipukul, dicakar, terjatuh
pemeliharaan perlengkapan keselamatan sampai terjadi fraktur. Ketika perawat
kerja sudah dilaksanakan oleh pihak mengalami kejadian cidera akan dilakukan
Rumah Sakit. Wisma Arimbi dan Wisma pertolongan pertama ke UGD dan jika
Bima hanya menerapkan pelaksanaan tidak mampu maka akan dirujuk ke rumah
keselamatan kerja seperti tersedianya APD sakit lain. Kejadian ini dilaporkan kepada
level 2 berupa sarung tangan, masker tim K3 Rumah Sakit kemudian ditindak
medis atau face shield, kacamata google lanjut untuk diinvestigasi oleh tim K3.
dan gaun. Hal ini dibuktikan kutipan Berikut kutipan wawancaranya:
wawancara berikut: “Pertama dia lapor keatasan, nanti
“Disini selalu menggunakan APD melaporkan ke K3 berupa form kemudian
ya mas, APD level 2, pakai masker, gaun, kami dari tim K3 akan mencatat laporan
handscoon, faceshield dan kacamata tersebut kemudian akan diverifikasi ,
google. Ada tim IPSRS dan laundry yang misalkan pada laporan itu dia hanya butuh
merawat mas”. (Informan B) first aid maka diruangan saja dilakukan
Pemeliharaan APD seperti baju pertolongan dan kami akan
kerja atau gaun dilakukan oleh laundry mengcrosscheck apakah ada cidera serius,
rumah sakit dan sarana prasarana di tetapi kalau hanya kecelakaan kecil tidak
Wisma dipelihara oleh IPSRS (Instalasi harus dibawa ke RS. Pernah ada
Pemeliharaan Sarana & Prasarana Rumah kecelakaan fraktur dibawa ke rumah sakit
Sakit). Kondisi tempat dan lingkungan lain, tim K3 yang akan mengurus proses
kerja di Wisma Arimbi dan Wisma Bima asuransinya sampai dia sembuh”
sudah cukup baik. Berikut hasil (Informan A)
wawancaranya: Berdasarkan wawancara dengan
“Dari fasilitas sudah ada ruangan ketua Tim K3RS, tata letak di Wisma
yang sudah aman artinya ruangan sudah Arimbi sudah bagus, wisma tersebut
ada sel besinya yang kedua dilihat dari terletak didekat jalan utama sehingga
kelengkapan proteksi bahaya seperti memudahkan untuk pengevakuasian
APAR, table kortait, helm keselamatan, apabila terjadi bencana. Sedangkan untuk
telepon. Dan dipelihara oleh tim K3 dan wisma Bima terletak sedikit lebih jauh dari
IPSRS” (Informan A). jalan utama, karena harus memasuki gang.
Perawat yang memberi pelayanan Hal ini dapat dibuktikan dari hasil kutipan
kepada pasien minimal 2 orang perawat wawancara berikut:
dan jika ada pasien yang sedang krisis “Kalau di arimbi sudah bagus,
maka perlu 4 orang perawat dan dibantu disana dibedakan untuk gaduh gelisah dan
oleh sekuriti. Untuk pasien kondisi krisis ada ruangan isolasinya kemudian ada
akan ditempat di ruang isolasi tersendiri model fiksasi untuk pasien yang masih
agar keselamatan antara pasien dapat gaduh gelisah dan akan dikendorkan
terjaga. Berikut hasil wawancaranya: apabila terjadi cidera, itu SOP khusus yang
“Jadi kerjanya pertim, dimana setiap ada di Arimbi dan Bima. Wisma bima
melakukan tindakan ke pasien minimal 2 dibangun belakangan jadi letaknya tidak
terlalu ideal karna harus masuk ke gang rumah sakit adalah suatu upaya yang
gang dan jauh dari jalan utama.” dilakukan untuk mengetahui kelayakan
(Informan A) penggunaan prasaran rumah sakit sehingga
B. Pembahasan sumber daya manusia rumah sakit, pasien,
Keselamatan dan Keamanan Kerja pendamping pasien, dan lingkungan
merupakan upaya yang wajib dilakukan menjadi aman dan selamat (Arikhman,
oleh rumah sakit agar tidak menimbulkan 2020).
bahaya atau risiko fisik bagi SDM dan SDM Rumah Sakit sudah
terciptanya suasana kerja yang aman dan mendapatkan pelatihan tentang K3RS
nyaman (Hasibuan et al., 2020). Standar yang diadakan setiap setahun sekali
keselamatan dan keamanan di rumah sakit dimana dalam pelatihan itu terdapat materi
bertujuan untuk mencegah terjadinya yang mencakup dasar K3 tentang
kecelakaan dan cidera serta kebakaran, penggunaan APAR, B3, dan
mempertahankan kondisi yang aman bagi manajemen risiko. Pelatihan K3RS sangat
sumber daya manusia rumah sakit, pasien, penting dilakukan untuk setiap SDM
pendamping pasien, pengunjung maupun Rumah Sakit agar mengurangi terjadinya
lingkungan rumah sakit. kecelakaan, kerusakan dan segala bentuk
Secara keseluruhan perlengkapan kerugian baik terhadap manusia maupun
keselamatan kerja sudah dilaksanakan yang berhubungan dengan peralatan/
pemenuhan oleh pihak rumah sakit. tempat bekerja. Tim K3RS juga
Rumah sakit menerapkan pelaksanaan melakukan sosialisasi terkait pengkodean
keselamatan dan keamanan kerja seperti kunci ruang pasien. Hal ini bertujuan
tersedianya APD berupa sarung tangan, untuk mempermudah saat membuka
masker medis, face shield, kacamata ruangan pasien dan mengantisipasi jika
google, boots dan baju kerja atau gaun. terjadi keadaan darurat.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian di Program K3RS belum berjalan
RSUD Datoe Binangkang Kabupaten dengan optimal dikarenakan oleh
Bolaang Mongondow yang menyatakan kurangnya SDM K3RS dan anggaran yang
bahwa rumah sakit menyediakan APD dan terbatas. SDM di tim K3RS hanya terdapat
memasang rambu-rambu mengenai satu orang saja yang berkompetensi di
kewajiban menggunakan APD di tempat bidang K3RS sedangkan anggota lainnya
kerja. hanya merupakan part time atau
Kondisi lingkungan dan tempat merangkap jabatan.
kerja di Wisma Arimbi dan Wisma Bima Berdasarkan hasil penelitian secara
cukup baik hal ini dibuktikan dari sarana keseluruhan standar pelayanan
prasarana yang cukup memadai mulai dari keselamatan dan keamanan kerja yang ada
penyediaan APD yang cukup lengkap, di Permenkes Nomor 66 Tahun 2016
terdapat rambu bahaya (safety sign) di area sudah terlaksana dengan cukup baik. Hal
Wisma Arimbi dan Wisma Bima dan ini dapat dilihat dari tersedianya APD dan
ruangan pasien yang sudah diberikan sarana lain yang dipelihara oleh tim
teralis sehingga meningkatkan rasa aman IPSRS, adanya pelatihan K3RS dan
bagi perawat dan pasien lainnya. terdepatnya rambu bahaya (safety sign) di
Pengawasan dan pemeliharaan APD juga area Wisma Arimbi dan Wisma Bima.
sudah dilakukan secara rutin oleh tim
Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Kesimpulan
Sakit (IPSRS). Pengelolaan prasarana
Copyright holder:
Julian Dwi Saptadi, Machfudz Eko Arianto dan Muhammad Rafly Adha (2021)