You are on page 1of 13

e-ISSN 2528-7109

p-ISSN 1978-3000

Strategi Pemasaran Madu Berdasarkan Karakteristik Konsumen di Kota


Bengkulu

Marketing Strategy of Honey Based on the Consumer Characterictics in the City of Bengkulu

D. Suherman, S. Kadarsih, dan M. G. Gusmantoro


Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu
Jalan W.R. Supratman Kandang Limun Bengkulu 38371A
Email: gusmantorog@gmail.com

ABSTRACT
This study aims to formulate a strategy marketing of honey in Bengkulu city and analyze the market
segmentation of honey in the city of Bengkulu. The study was conducted from October to Desember 2016 with 8
honey outlets in Bengkulu city. The data analysis was using descriptive analysis of the validity and reabilitas
from atributes of the marketing as well as a marketing test by using SWOT analysis. SWOT analysis on the
marketing of honey in the city of Bengkulu on charateristics that consumers get value (X= 3.4537 ; Y= 0.8260)
which is located in quadran I, wich is supporting the aggresive policies (growth-oriented strategy) or use a
strategy strength-oppurtunity(strategy-so). Based on the choice of strategy (strategic choice) in marketing. The
marketing strategy in increasing sales volume of honey products, maximize the promotion of superior products,
especially local honey, a more active approach the market segments and potential customers, and work hard to
maintain and sustain consumer confidence. The marketing strategy in the future, among other ; Increased product
sales and promotional activites and marketing distribution, making consumer services (customer care), and add
the product variance.

Key words: SWOT, consumer characteristics, growth oriented strategy

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan strategi pemasaran madu di dan menganalisis segmentasi pasar
madu.Penelitian dilakukan pada bulan Oktober sampai bulan Desember 2016 di beberapa outlet madu di Kota
Bengkulu. Hasil analisis SWOT padapemasaran madu di Kota Bengkulu berdasarkan karakteristik konsumen
mendapatkannilai (X= 3,4537; Y= 0,8260) yang terletak pada kuadran I, yaitu mendukung kebijakan yang
agresif (growth oriented strategy) atau menggunakan strategi strength – opportunity (strategi – so). Berdasarkan
pilihan strategi (strategic choice) dalam pemasaran maka dirumuskan;strategi pemasaran dalam meningkatkan
volume penjualan produk madu, memaksimal promosi produk unggulanterutama madu lokal,lebih aktif
mendekati segmen pasar dan calon pembeli potensial, dan kerja keras menjaga serta mempertahankan
kepercayaan konsumen.Strategi pemasaran di masa akan datang antara lain;meningkatkan penjualan produk dan
kegiatan promosi serta distribusi pemasaran,membuat layanan konsumen (customer care), danmenambahvarians
produk.

Kata kunci: SWOT, Karakteristik Konsumen, Kebijakan Agresif

PENDAHULUAN Inggris, dan Perancis mencapai 700-1500


g/kapita/tahun, untuk Indonesia kurang
Berbagai kekayaan alam di
dari 20 g/kapita/tahun. Produksi madu di
Indonesia, salah satunya adalah madu.
Provinsi Bengkulu didominasi oleh madu
Data Badan Pusat Statistik (BPS), madu
hutan (Madu Sialang) dan madu Budidaya
yang dihasilkan di Indonesia pada tahun
A. Cerana (Saepudin, 2013).
2012 sebanyak 67.606 liter dan pada tahun
Usaha penjualan madu bertujuan
2013 mencapai 29.000 liter (BPS,
untuk memperoleh peningkatan
2013).Tingkat konsumsi madu di negara-
pendapatan rumah tangga.Untuk
negara maju seperti Jerman, Jepang,

Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol. 12 No. 2 April-Juni 2017 | 171


e-ISSN 2528-7109
p-ISSN 1978-3000

mengetahui adanya kontribusi pendapatan produsen madu mengenai serapan


dari usaha lebah madu tersebut digunakan teknologi pengolahan dan pemasaran
pendekatan menggunakan analisis SWOT, produk yang merupakan salah satu faktor
dengan tehnik pengambilan sampel melalui pemicu terjadinya permasalahan dalam
kuesioner pada konsumen madu dari setiap pemasaran madu.
outlet yang dipilih. Analisis tersebut, Dalam hal pemasaran, kondisi yang
bertujuan untuk mengetahui besarnya paling sulit adalah mempertahankan
tingkat pembelian madu di Kota Bengkulu. konsumen untuk selalu menggunakan
Konsumen akan memilih produk produk unggulannya, dengan menciptakan
yang memiliki kualitas baik, mengingat loyalitas bagi pelanggan dan menjaga
belum adanya jaminan dan kualitas madu ketersediaan serta konsistensi kualitas
yang banyak dijual di pasaran, sehingga produk madu. Penerapan strategi
membuat masyarakat menjadi ragu dan pemasaran yang tepat dibutuhkan untuk
kurang percaya untuk membeli madu, meningkatkan penjualan produk di pasar.
terutama dalam menentukan keaslian
sebuah produk madu. Pada awalnya MATERI DAN METODE
konsumen lebih menekankan pada kualitas
Lokasi penelitian ini dilakukan
yang berhubungan langsung dengan
pada 8 outlet-otlet madu di Kota Bengkulu.
produk madu, karena produk yang dibuat
Pemilihan lokasi dilakukan menggunakan
harus dapat memenuhi kepuasan konsumen
metode purposive (sengaja) dengan
(Suranto, 2005).
ketentuan outlet tersebut memiliki pangsa
Madu memiliki pangsa pasar yang
pasar yang luas dan memiliki persediaan
luas dan prospek yang baik, sehingga
madu continue, jumlah dan jenis madu
banyak peternak lebah madu berkompetisi
yang dijual pada outlet-outlet dan
dalam persaingan di bidang usaha ternak
supermarket lebih dari 5 jenis madu,
lebah madu. Produk hasil lebah sangat
dengan jenis madu lokal maupun madu
menjanjikan jika digunakan sebagai
impor. Penelitian ini dilakukan selama dua
peluang usaha,sehinggamasih banyak
bulan pada bulan Oktober sampai bulan
peternak lebah madu yang menjual
Desember 2016. Metode yang digunakan
madunya tanpa memikirkan kualitasnya
pada penelitian ini adalah survey, yaitu
yang membuat posisi petani lebah menjadi
dengan melakukan pengamatan serta
lemah. Pemasaran madu yang sering
pemberian kuesioner kepada responden
dilakukan peternak di Bengkulu adalah
pada masing- masing outlet, kemudian data
menjual produknya secara langsung
yang diambil berupa analisis segmentasi
kepada konsumen. Madu tersebut dijual
konsumen madu menggunakan analisis
secara curah/botolan yang tidak
deskriptif dengan uji validitas dan
menggunakan merek dengan bentuk dan
reabilitas pada atribut bauran pemasaran,
ukuran kemasan tertentu. Hal ini
serta uji pemasaran dengan menggunakan
disebabkan kurangnya pengetahuan

172 | Strategi Pemasaran Madu Berdasarkan Karakteristik Konsumen (Suherman et al., 2017)
e-ISSN 2528-7109
p-ISSN 1978-3000

analisis SWOT. Analisis SWOT terdiri dari peluang (Opportunity) dan


ditunjukan untuk mengembangkan dan ancaman (Threat) (Rangkuti, 2009).
memandu usaha penjualan madu menuju
masa depan. SWOT merupakan analisis HASIL DAN PEMBAHASAN
atas keadaan internal usaha, meliputi
Uji Validitas
kekuatan (strength) dan kelemahan Secara umum dapat dikatakan
(weakness), keadaan eksternal yang bahwa pasar madu di Kota Bengkulu
meliputi peluang (opportunity) dan merupakan salah satu peluang usaha yang
ancaman (threath). Sistem penilaian yang sangat baik dan menjanjikan,
dilakukan adalah memberikan penilaian pengembangan dan potensi pasar memiliki
dalam bentuk matrik kepada dua kelompok posisi strategis dalam pemenuhan
besar, yaitu faktor internal (IFAS/ Internal permintaan konsumen. Hal ini dapat dilihat
Faktor Analisis Summary) yang terdiri dari dari permintaan konsumen yang sangat
kekuatan (Strength) dan kelemahan signifikan terhadap produk madu yang
(weakness), serta faktor eksternal (EFAS/ beredar di pasar Kota Bengkulu.
Eksternal Faktor Analisis Summary) yang

Tabel 1. Uji validitas


No Pertanyaan R Hitung
1 0,717
2 0,592
3 0,701
4 0,591
5 0,659
6 0,629
7 0,557
8 0,515
9 0,717
10 0,592
11 0,701
12 0,591
13 0,659
14 0,545
15 0,629
16 0,557
17 0,515
18 0,717
19 0,592
20 0,701
21 0,591
22 0,659
23 0,545
24 0,629
25 1
Rata- Rata = 0,6360
R Tabel = 0,3061
Sumber: Data Penelitian Terolah 2016

Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol. 12 No. 2 April-Juni 2017 | 173


e-ISSN 2528-7109
p-ISSN 1978-3000

Instrumen yang valid harus memperoleh hasil yang ditunjukkan pada


mempunyai validitas internal dan Tabel 1.
eksternal. Instrumen yang memiliki Tabel 1 menyimpulkan bahwa
validitas internal atau rasional, bila kriteria instrumen yang valid harus mempunyai
yang ada dalam instrumen secara rasional validitas internal dan eksternal. Instrumen
(teoritis) telah mencerminkan yang diukur. validitas diatas yang memiliki validitas
Jadi kriterianya ada di dalam instrument internal atau rasional, kriteria yang ada
itu. Instrument yang mempunyai validitas dalam instrumen secara rasional (teoritis)
eksternal bila kriteria di dalam instrumen telah mencerminkan yang diukur.
disusun berdasarkan fakta-fakta empiris. Instrumen yang mempunyai validitas
Koefisien validitas dianggap valid jika r eksternal bila kriteria di dalam instrumen
hitung > r tabel α=0.05 (Santoso, 2004; disusun berdasarkan fakta-fakta empiris,
Suherman, 2007). koefisien validitas dianggap valid jika r
Hasil penelitian yang valid terdapat hitung > r tabel α=0.05 (Santoso, 2004;
kesamaan antara data yang terkumpul Suherman et al., 2013).
dengan data yang sesungguhnya terjadi
pada objek yang diteliti. Instrumen yang Uji Reabilitas
valid berarti alat ukur yang digunakan Kriteria pengambilan keputusan
untuk mendapatkan data itu valid. Valid untuk uji reabilitas adalah dengan
berarti instrumen tersebut dapat digunakan membandingkan koefisien alpha (⍶)
untuk mengukur yang seharusnya diukur hitung dengan nilai r tabel, variabel dengan
(Eureka, 2015). nilai ⍶ lebih besar dari nilai r tabel
Hasil perhitungan uji validitas memiliki reliabilitas tinggi, jika ⍶> r table,
menggunakan aplikasi SPSS diperoleh sehingga variabel tersebut reliabel
hasil bahwa total pertanyaan 25, jumlah (Santoso, 2004). Hasil uji validitas
responden uji coba 30 orang dan menggunakan aplikasi SPSS ditunjukkan
pada Tebel 2.
Tabel 2. Uji reabilitas

Reabilitas N %
Cases Valid 30 100,0
Excluded 0 0
Total 30 100,0
Cronbach’s Alpha R Tabel
0,929 0,3061
Sumber : Data Penelitian Terolah 2016
terletak pada Tabel 2 sesuai dengan kriteria
Tabel 2 menunjukkan variabel data yang dikatakan reliabel, variabel
memiliki reliabilitas tinggi, yaitu (⍶ > r memiliki reliabilitas tinggi, jika ⍶> 0,50
tabel) = (0,929> 0,3061) sehingga variabel sehingga variabel tersebut reliabel
tersebut reliabel. Hasil perhitungan yang (Santoso, 2004).

174 | Strategi Pemasaran Madu Berdasarkan Karakteristik Konsumen (Suherman et al., 2017)
e-ISSN 2528-7109
p-ISSN 1978-3000

saat ini. Strategi saat ini sesuai dengan


Pembobotan kemampuan yang ada, serta mengantisipasi
Dalam penentuan nilai dari masing- persoalan yang kemungkinan dapat muncul
masing pertanyaan perlu adanya pada masa yang akan datang. Untuk
pembobotan. Didalam penelitian ini merumuskan alternatif strategi pemasaran
pembobotan dari pertanyaan- pertanyaan madu di Kota Bengkulu yang terkandung
dibantu langsung oleh ahli madu, dengan didalamnya, maka dilakukan pendekatan
menentukan pertanyaan- pertanyaan yang melalui analisis SWOT.
sesuai dan memiliki kapasitas bobot untuk Hal terpenting yang terlebih dahulu
penilaian masing- masing outlet, dengan dilakukan dalam analisis SWOT adalah
penyebaran kuesioner kepada konsumen menentukan besarnya bobot masing-
madu pada masing- masing outlet. masing item pertanyaan. Besarnya bobot
Banyaknya pertanyaan ditentukan dari uji ditetapkan berdasarkan tingkat
validitas dan reabilitas untuk melihat valid kepentingan masing- masing item
atau tidaknya pertanyaan yang akan pertanyaan untuk setiap variabel faktor
diberikan nantinya. Hasil pada uji validitas penentu dalam lingkungan strategis yang
dan reabilitas didapatkan 25 pertanyaan ada, dengan melihat kekuatan, kelemahan,
untuk kuesioner, dari 25 pertanyan itu peluang, dan ancaman. Semakin besar
diberi poin yang nantinya akan dihitung
kekuatan dan peluangnya, maka nilai
kembali dengan cara kali silang antara 1- rating-nya akan semakin tinggi, sehingga
25 pertanyaan. Perkalian ini akan semakin kecil kekuatannya dan peluangnya
menghasilkan jumlah total dari 25 akan semakin rendah rating-nya.
pertanyaan, selanjutnya data dibagi per Besarnya nilai rating diukur
masing- masig jumlah total, yang hasilnya berdasarkan hasil penilaian yang dilakukan
akan digunakan untuk memberi bobot dari
oleh ahli yang dianggap berkompeten
pertanyaan 1- 25. dibidangnya, melalui daftar pertanyaan
yang telah disusun untuk masing- masing
Analisis SWOT Strategi Pemasaran
Madu faktor lingkungan strateginya, baik internal
Faktor-faktor internal (kekuatan (kekuatan dan kelemahan) maupun
dan kelemahan) serta faktor eksternal eksternal (peluang dan ancaman). Hasil
(peluang dan ancaman) dalam hal strategi perkalian antara bobot dengan nilai rating-
pemasaran madu di Kota Bengkulu, dapat nya akan menghasilkan nilai tertimbang.
dilakukan identifikasi dan evaluasi untuk Nilai tertimbang tersebut, dapat
mengetahui kemampuan internal yang diinformasikan kedalam diagram SWOT
dimiliki guna menentukan strategi dan yang didapatkan dalam sumbu horizontal
memanfaatkan peluang yang ada,sehingga (X) dan sumbu vertikal (Y). Untuk itu,
secara bersamaan menghindari ancaman. hasil identifikasi faktor- faktor lingkungan
Analisis tersebut, berguna untuk internal dan eksternal pemasaran madu di
mengetahui posisi dan kesesuaian strategi

Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol. 12 No. 2 April-Juni 2017 | 175


e-ISSN 2528-7109
p-ISSN 1978-3000

Kota Bengkulu berdasarkan penilaian dagang agar lebih mudah dalam memilih
bobot dan rating serta nilai tertimbangnya. varian madu, dan tidak bergantung pada
Dalam menentukan jumlah nilai merek madu yang sudah dijual komersil di
terbesar untuk setiap pertanyaan maka Bengkulu. Banyak sekali produk madu
perlu adanya penjumlahan dari semua yang tidak mencantumkan informasi secara
outlet, setelah itu didapatkan hasil dari lengkap padalabel kemasannya, seperti
besarnya nilai pertanyaan, yang nantinya tidak mencantumkan izin dari departemen
akan digunakan untuk memberi nilai pada kesehatan, tidak mencantukan logo halal,
tabel IFAS dan EFAS yang dapat dilihat dan komposisi madu. Hal ini sangat
pada Tabel 3. merugikan konsumen yang umumnya
Tabel 3 pada poin kekuatan masih awam dengan kualitas madu yang
menunjukkan bahwa nilai total pertanyaan baik (Firmansyah, 2006).
paling tinggi sebesar 66,891 yang terdapat Tabel 3 pada poin kelemahan
pada pertanyaan no 3. Hal ini konsumen memiliki nilai tertinggi dan terendah dari 8
madu di Kota Bengkulu menghendaki pertanyaan, nilai tertinggi terdapat pada no
madu asli, serta menghendaki disetiap 1 sebesar 23,507, hal ini dapat disimpulkan
pembelian madu agar menyediakan madu bahwa konsumen madu di Bengkulu
asli, sehingga konsumen akan percaya dan memiliki pandangan yang sama, bahwa
memiliki loyalitas tinggi dalam membeli gaya hidup sehat dapat dimulai dari
atau mengkonsumsi madu setiap harinya. mengkonsumsi madu setiap harinya,
Penolakan terjadi karena mutu madu yang dimulai dari melihat konsumen madu yang
dinilai tidak baik, seperti masih adanya lainnya. Pengaruh konsumen sebagai
kaki lebah dan kotoran sarang lebah. individu dalam pengambilankeputusan,
Namun menurut ukuran industri mutunya meliputi kebutuhan konsumen, persepsi
tidak memenuhi standar, penawaran konsumen terhadap karakteristikyang
harganya lebih rendah dibanding penjualan terdapat pada produk, faktor demografi,
langsung kekonsumen lokal (Sri, 2015; gaya hidup, dan karakter pribadikonsumen.
Suherman, 2006). Pengaruh lingkungan meliputi kebudayaan
Nilai total terendah untuk faktor (norma sosial, norma agama,dan kelompok
kekuatan terdapat pada no 12 sebesar etnik), kelas sosial, dankekerabatan
31,617. Kecilnya poin dari pertanyaan (Assael, 1992; Suherman, 2002).
tersebut disebabkan di Bengkulu banyak Nilai total terendah untuk faktor
memiliki varian madu yang tidak berlebel, kelemahan terdapat pada pertanyaan no 8
sedangkan madu lokal kalah bersaing dengan nilai total 12,079. Konsumen madu
dalam hal promosi, sehingga konsumen menginginkan bahwa kemasan yang biasa
hanya mengetahui bahwa varian madu dari petani lebih dipercaya keasliannya,
yang beredar di Bengkulu merupakan tetapi hanya kurang memiliki label dagang,
madu yang bermerek dagang. Konsumen sehingga konsumen menginginkan
menginginkan madu lokal memiliki lebel kemasan yang baik dari petani atau

176 | Strategi Pemasaran Madu Berdasarkan Karakteristik Konsumen (Suherman et al., 2017)
e-ISSN 2528-7109
p-ISSN 1978-3000

produsen madu. Sebagian besar konsumen Kelengkapan informasi pada label


menginginkan pada label kemasan produk kemasan dapat meningkatkan kepercayaan
madu tercantum khasiat madu, izin dari konsumen terhadap produk, sehingga
Departemen Kesehatan, tanggal kadaluarsa, orang tertarik untuk membeli. Selain itu
logo halal dengan sertifikasi dari LPPOM label kemasan dibuat semenarik
MUI, kode SNI, aturan mungkinsehingga disukai konsumen
pemakaian,komposisi madu, nilai gizi (Firmansyah, 2006 ; Sopiyana, 2006).
madu, merek dagang, dan nama produsen.

Tabel 3. Total pertanyaan terbesar faktor internal dan eksternal

Kekuatan outlet
No Pertanyaan 1 2 3 4 5 6 7 8 Total
Adanya manfaat kesehatan dari
1 produk membuat konsumen tertarik 8,012 7,692 8,333 7,853 8,493 7,988 8,284 8,728 65,385
untuk membeli madu
Merek dan kualitasnya baik
2 mempengaruhi loyalitas konsumen 7,846 7,669 7,692 7,692 8,153 7,243 7,526 7,385 61,207
terhadap madu
3 Madu asli merupakan pilihan utama 7,666 8,438 8,109 8,699 8,256 8,574 8,437 8,711 66,891
Kelemahan outlet
No Pertanyaan 1 2 3 4 5 6 7 8 Total
Melihat orang lain membeli dan
1 gaya hidup membuat konsumen 4,567 2,539 4,416 2,333 3,333 1,923 2,615 1,846 23,507
tertarik untuk membeli madu
Pengaruh orang lain dan harga
2 mempengaruhi loyalitas konsumen 3,846 2,343 4,076 2,231 3,461 1,917 2,627 1,775 22,278
terhadap madu
Harga terjangkau adalah salah satu
3 pilihan dibandingkan dengan produk 3,333 2,604 3,076 2,564 2,820 2,604 2,958 3,018 22,978
bermerek
Peluang outlet
No Pertanyaan 1 2 3 4 5 6 7 8 Total
Gaya hidup sehatakan meningkatkan
1 1,826 1,627 1,794 1,506 1,794 1,598 1,508 1,657 13,314
konsumsi madu
Beralihnya penggunaan obat- obatan
2 kimia ke obat- obatan alami dan 1,359 1,254 1,282 1,256 1,256 1,183 1,230 1,162 9,982
herbal termasuk madu
3 Akses pasar makin mudah dijangkau 1,057 0,817 0,942 0,808 0,942 0,728 0,763 0,746 6,803
Ancaman outlet
No Pertanyaan 1 2 3 4 5 6 7 8 Total
1 Harga madu di pasar fluktuatif 0,692 0,556 0,666 0,551 0,653 0,497 0,508 0,509 4,635
Sulitnya mencari madu asli karena
tidak ada produsen yang
2 0,185 0,291 0,179 0,244 0,243 0,254 0,278 0,249 1,923
membudidayakan lebah madu/
mencari ke hutan
Sumber : Data Penelitian Terolah 2016
Tabel 3 pada poin peluang Masyarakat Indonesia menggunakan madu
menunjukan nilai total tertinggi terdapat sebagai campuran pada jamu tradisional
pada no 1 dengan nilai total 13,314. untuk meningkatkan khasiat penyembuhan
Konsumen percaya bahwa dengan penyakit, seperti infeksi pada saluran cerna
mengkonsumsi madu setiap harinya akan dan pernafasan, serta meningkatkan
meningkatkan kesehatan dan memberikan kebugaran tubuh, madu juga memiliki
efek yang baik bagi tubuh konsumen. kemampuan untuk meningkatkan

Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol. 12 No. 2 April-Juni 2017 | 177


e-ISSN 2528-7109
p-ISSN 1978-3000

kecepatan pertumbuhan jaringan baru tingkat konsumsi madu di Indonesia,


(Wineri, et al., 2014). sehingga konsumen dapat mengkonsumsi
Tabel 3 pada poin ancaman madu secara teratur sebagai makanan dan
menunjukkan nilai total tertinggi terdapat obat tanpa perlu menunggu sakit. Dalam
pada no 1 dengan nilai total 4,635. Harga aspek harga, produk madu masih dirasakan
sangat diperhatikan didalam pembelian mahal oleh sebagian besar masyarakat,
produk madu, baik peternak maupun terutama yang tergolong ekonomi
penjual tidak memiliki patokan harga, menengah kebawah. Ketersediaan madu di
sehingga menyebabkan harga madu pasar untuk memenuhi kebutuhan
fluktuatif. Madu yang memiliki merek konsumen masih kurang, karena produksi
dagang telah memiliki label harga yang madu tergantung dengan musim
sudah ditetapkan. Jika diklasifikasikan pembungaan (Firmansyah, 2006).
secara umum, inflasi dapat dilihat dari Harga madu ditingkat peternak
berbagai sudut pandang berdasarkan faktor sangat bervariasi dan tidak ada
penyebabnya, inflasi dapat berasal dari sisi kesepakatanharga dasar madu, sehingga
permintaan, inflasi yang berasal dari sisi harga dapat dimainkan oleh pengumpul
penawaran atau kombinasi dari keduanya. yangdapat merugikan petani madu. Madu
Inflasi yang terkendali akan menciptakan berkualitas baik terkadang dihargai sama
kestabilan, sehingga dapat memberikan dengan madu yang berkualitas buruk
kontribusi positif bagi perekonomian (Fahrudin, 2016).
(Sutawijaya et al., 2012 ; Suherman, 2006). Analisis lingkungan internal dan
Pengembangan produk dalam eksternal digunakan untuk
pemasaran madu mencakup kesesuaian mengidentifikasi kekuatan, kelemahan,
harga, ukuran, kemasan madu, dan kualitas peluang, dan ancaman, yang dimiliki
madu. Adanya produk madudengan dalam rangka pemasaran madu di Kota
kemasan ekonomis dapat meningkatkan Bengkulu dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah nilai tertimbang faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dari delapan
outlet di Kota Bengkulu

NO FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL NILAI TERTIMBANG


(Strength/Kekuatan)
1 Outlet Madu dan Herbal Salsabila 6,4348
2 Apotek Paten 5,4443
3 Outlet Madu dan Herbal Center Rawamakmur 6,4663
4 Outlet Madu dan Herbal Al Fatih Lingkar Timur 5,4647
5 Outlet Madu Mujtahid 6,2977
6 Madu Giant (megamall) 5,5942
7 Hypermart (Bengkulu Indah Mall) 5,5942
8 Mini Market 88 5,4679
Sub Total Rerata 5,8301
(Weakeness/ Kelemahan)
1 Outlet Madu dan Herbal Salsabila 3,0633
2 Apotek Paten 2,1361

178 | Strategi Pemasaran Madu Berdasarkan Karakteristik Konsumen (Suherman et al., 2017)
e-ISSN 2528-7109
p-ISSN 1978-3000

3 Outlet Madu dan Herbal Center Rawamakmur 3,0024


4 Outlet Madu dan Herbal Al Fatih Lingkar Timur 2,0096
5 Outlet Madu Mujtahid 2,6739
6 Madu Giant (megamall) 1,9578
7 Hypermart (Bengkulu Indah Mall) 2,2996
8 Mini Market 88 1,8683
Sub Total Rerata 2,3764
(Opportunity/ Peluang)
1 Outlet Madu dan Herbal Salsabila 1,4145
2 Apotek Paten 1,2327
3 Outlet Madu dan Herbal Center Rawamakmur 1,3379
4 Outlet Madu dan Herbal Al Fatih Lingkar Timur 1,1902
5 Outlet Madu Mujtahid 1,3312
6 Madu Giant (megamall) 1,1696
7 Hypermart (Bengkulu Indah Mall) 1,1677
8 Mini Market 88 1,1874
Sub Total Rerata 1,2359
(Threats/ Ancaman)
1 Outlet Madu dan Herbal Salsabila 0,4391
2 Apotek Paten 0,4231
3 Outlet Madu dan Herbal Center Rawamakmur 0,4231
4 Outlet Madu dan Herbal Al Fatih Lingkar Timur 0,3974
5 Outlet Madu Mujtahid 0,4487
6 Madu Giant (megamall) 0,3757
7 Hypermart (Bengkulu Indah Mall) 0,3935
8 Mini Market 88 0,3787
Sub Total Rerata 0,4099
Ket. Rating: 1= sangat lemah; 2= lemah; 3= sedang; 4= kuat; 5- <5= sangat kuat
Sumber : Data Penelitian Terolah 2016

Tabel 4 menunjukkan bahwa hasil


perhitungan matrik IFAS dan EFAS data
delapan outlet di Kota Bengkulu terhadap
faktor internal (strength dan weaknes) dan Y= Peluang – Ancaman
= 1,2359– 0,4099
faktor eksternal (opportunity dan threat), = 0,8260
dapat diketahui pada kuadran SWOT.
Hasil X dan Y akan diolah lagi
Sumbu x merupakan selisih nilai
menjadi grafik yang akan menentukan kuadran
tertimbang faktor internal kekuatan dan
pemasaran madu di Kota Bengkulu,
kelemahan, sumbu y merupakan selisih selanjutnya akan muncul strategi yang sesuai
tertimbang dari faktor eksternal peluang untuk pemasaran madu di Kota Bengkulu.
dan ancaman. Penentuan sumbu x dan Berikut merupakan gambaran kuadran SWOT
sumbu y pada kuadran SWOT dapat yang menunjukkan posisi kuadran pada
ditunjukkan sebagai berikut: delapan outlet di Kota Bengkulu berdasarkan
sumbu X dan sumbu Y, dari hasil perhitungan
X = Kekuatan – Kelemahan faktor- faktor yang termasuk dalam matrik
= 5,8301– 2,3764
= 3,4537 IFAS dan EFAS.

Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol. 12 No. 2 April-Juni 2017 | 179


e-ISSN 2528-7109
p-ISSN 1978-3000

Berada Pada Kuadran I


EXPANSION
Agresif (growth oriented
strategy)
X= 3,4537
Y= 0,8260

Gambar 1. Posisi kuadran dari delapan outlet di Kota Bengkulu


oriented strategy)atau menggunakan strategi
Berdasarkan Gambar 1.menunjukkan Strength – Opportunity (Strategi SO).
bahwa posisi pemasaran madu di Kota Kuadran Imerupakan situasi yang
Bengkulu terletak pada kuadran I dengan nilai sangat menguntungkan. Sektor dan sub sektor
sumbu X= 3,4537 mewakili faktor internal tersebut, memiliki peluang dan kekuatan,
yang termasuk dalam matrik IFAS, sedangkan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang
nilai sumbu Y= 0,8260 mewakili faktor ada. Strategi yang harus diterapakan dalam
eksternal yang termasuk dalam matrik kondisi ini adalah mendukung kebijakan
EFAS.Hal ini berarti memberikan indikasi pertumbuhan yang agresif (growth oriented
peluang pemasaran berada pada keadaan strategy) (Rangkuti, 2009).
menguntungkan karena memiliki peluang dan Dengan menggunakan indikator faktor
kekuatan yang lebih besar.Artinya startegi internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor
pemasaran tersebut, dapat memanfaatkan eksternal (peluang dan ancaman), yang
peluang yang ada dengan memaksimalkan dilakukan dengan menggunakan matrik SWOT
kekuatan yang dimiliki.Untuk itu, strategi yang IFAS – EFAS yang bertujuan untuk
harus dilakukan dalam rangka usaha mengetahui alternatif strategi usaha outlet
pemasaran madu di Kota Bengkulu, yaitu madu di Kota Bengkulu. Alternatif strategi
mendukung kebijakan yang agresif (growth tersebut, berdasarkan matrik SWOT IFAS –
EFAS tertera pada Tabel 5.

Tabel 5. Matrik SWOT IFAS – EFAS serta strategi yang harus dilakukan untuk pemasaran madu di
Kota Bengkulu.

IFAS Kekuatan (Strength)

1. Madu asli merupakan pilihan utama


2. Adanya manfaat kesehatan dari produk membuat konsumen
tertarik untuk membeli madu
3. Merek dan kualitasnya baik mempengaruhi loyalitas
konsumen terhadap madu
EFAS

180 | Strategi Pemasaran Madu Berdasarkan Karakteristik Konsumen (Suherman et al., 2017)
e-ISSN 2528-7109
p-ISSN 1978-3000

Peluang (Opportunity) Strategi – SO

1. Gaya hidup sehatakan meningkatkan 1. Perlunya pengetahuan sejak dini mengenai madu sebagai
konsumsi madu obat tradisyonal yang masih banyak digunakan
2. Beralihnya penggunaan obat- obatan 2. Petani harapnya membuat lisensi lebel merek dagang dan
kimia ke obat- obatan alami dan herbal dipatenkan untuk memberikan ruang pasar yang luas
termasuk madu 3. Pedangang seharusnya lebih banyak mempromosikan madu
3. Akses pasar makin mudah dijangkau lokal karena keasliannya, diharapkan agar konsumen
banyak membeli produk lokal

Hasil pada Tabel 5 merupakan banyak mempromosikan madu lokal


strategi yang akan digunakan untuk faktor karena keasliannya diharapkan agar
internal dan eksternal dalam strategi konsumen banyak membeli produk local.
pemasaran madu di Kota Bengkulu Ketiga starategi tersebut,
berdasarkan karakteristik konsumen. diharapkan bisa menjadi strategi dalam
Adapun nilai IFAS untuk faktor kekuatan pemasaran madu di Kota Bengkulu,
didapatkan tiga kriteria pertanyaan, yang sehingga kedepan akan lebih baik dan
diambil melalui tahap penjumlahan total memiliki pasar yang luas atau dapat
dari faktor pertanyaan kekuatan.Adapun bersaing dengan madu yang memiliki
pertanyaan yang diambil dari pertanyaan kemasan modern.
1- 3 dengan tujuan dari pertanyaan ini akan
mewakili semua pertanyaan yang ada KESIMPULAN
didalam faktor kekuatan. Poin pertanyaan
Berdasarkan hasil pembahasan dan
dari matrik EFAS tersebut, diambil dari
analisis SWOT pada pemasaran madu di
jumlah total faktor peluang dengan
Kota Bengkulu berdasarkan karakteristik
karakteristik poin tertinggi dan diambil
konsumen mendapatkan nilai (X= 3,4537 ;
hanya 1- 3 pertanyaan dengan tujuan dari
Y= 0,8260) yang terletak pada kuadran I,
pertanyaan ini akan mewakili semua
menunjukkan bahwa posisi pemasaran
pertanyaan yang ada didalam faktor
madu di Kota Bengkulu terletak pada
peluang.
kuadran I dengan nilai sumbu X= 3,4537
Strategi Strength – Opportunity
mewakili faktor internal, serta nilai sumbu
(Strategi SO) untuk pemasaran madu di
Y= 0,8260 mewakili faktor eksternal.yaitu
Kota Bengkulu diambil dari semua aspek
mendukung kebijakan yang agresif
yang mendukung. Strategi pemasaran
(growth oriented strategy) atau
madu yang harus diterapkan antara lain;
menggunakan strategi strength –
Perlunya pengetahuan sejak dini mengenai
opportunity (strategi – so). Berdasarkan
madu sebagai obat tradisional yang masih
pilihan strategi (strategic choice) dalam
banyak digunakan, petani harapnya
pemasaran maka dirumuskan; Strategi
membuat lisensi lebel merek dagang dan
pemasaran dalam meningkatkan volume
dipatenkan untuk memberikan ruang pasar
penjualan produk madu, memaksimal
yang luas, dan pedangang seharusnya lebih

Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol. 12 No. 2 April-Juni 2017 | 181


e-ISSN 2528-7109
p-ISSN 1978-3000

promosi produk unggulan, terutama madu dan Produk Pesaingnya


lokal, lebih aktif mendekati segmen pasar SertaImplikasinya Bagi Strategi
dan calon pembeli potensial, serta kerja Pemasaran. Fakultas Teknologi
keras menjaga dan mempertahankan Pertanian. Institut Pertanian
kepercayaan konsumen.Strategi pemasaran Bogor.
di masa akan datang, antara lain
Rangkuti, F. 2009. Analisis SWOT Teknik
meningkatkan penjualan produk dan
Membedah Kasus Bisnis:
kegiatan promosi serta distribusi
Reorientasi Konsep Perencanaan
pemasaran, membuat layanan konsumen
Stategis Untuk Menghadapi Abad
(customer care), dan menambah varians
21. PT Gramedia Pustaka Utama.
produk.
Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Saepudin, R. 2013.Analisis Keberlanjutan
Model Integrasi Lebah Dengan
Assael, H. 1992. Consumer Behaviour and
Kebun Kopi (Sinkolema) Dalam
Marketing Action. Fourth Edition.
Rangka Peningkatan Produksi
PWSKentPublishing Company,
Madu dan Biji Kopi. Jurnal Sain
Boston.
Peternakan Indonesia. 8(1): 1 –
Badan Pusat Statistik (BPS). 2013. Sensus 15.
Pertanian Provinsi Bengkulu.
Santoso, S. 2004. Buku Latihan SPSS
http://st2013.bps.go.id/dev2/index
Statistik Paramertik.PT Elex
.php/site/tabel?tid=64&wid=1700
Media Komputindo. Kelompok
000000.Diakses tanggal 13
Gramedia. Jakarta.
Desember 2016.
Sopiyana, D. 2006. Analisis penerapan
Eureka. 2015. Disalin dan Dipublikasikan
aspek tehnis peternakan pada
melalui Eureka
berbagai skala usaha peternakan
Pendidikan.http://www.eurekapen
sapi perah di Kabupaten Garut
didikan.com/2015/10/pengertian-
Jawa Barat. Jurnal Produksi
uji-validitas-dan-reliabilitas-
Ternak 8 (3): 216 – 225.
empirik-teoritik.html. Diakses
Pada 13 Desember 2016. Suherman, D. 2002 Pengaruh kombinasi
rumput lapangan dan konsentrat
Fahrudin.A, 2016.Potensi dan Pemasaran
dalam ransum terhadap efisiensi
Madu. Magister Agribisnis.
produksi susu sapi perah Holland.
Universitas Bengkulu.
Jurnal Peternakan dan
Firmansyah, 2006.Analisis Perilaku dan Lingkungan. 8 (3): 52 – 55.
Preferensi
KonsumenTerhadapAtribut Madu

182 | Strategi Pemasaran Madu Berdasarkan Karakteristik Konsumen (Suherman et al., 2017)
e-ISSN 2528-7109
p-ISSN 1978-3000

Suherman, D. 2006. Pendapatan dan Internasional, AliansiOrganis


pencurahan tenaga kerja keluarga Indonesia, Bogor.
pada berbagai skala usaha
Suranto, A.2005. Khasiat dan Manfaat
peternakan sapi potong rakyat di
Madu Herbal. Agromedia
Kecamatan Sukaraja Kabupaten
Pustaka, Tangerang 2 : 34-43.
Bengkulu Selatan. JSPI 1 (2): 26
– 31. Sutawijaya, A., Zulfahmi. 2012. Pengaruh
faktor- faktor ekonomi terhadap
Suherman, D. 2007. Korelasi genetik dan
inflasi di Indonesia. Jurnal
fenotifik antara produksi susu
Organisasi dan Manajemen.
laktasi pertama dengan daya
Fakultas Ekonomi. Universitas
produksi susu pada sapi perah
Terbuka. 8: 5 – 12.
Fries Holland. JSPI 2 (1): 26 – 31
Wineri, E., R. Rasyid., Y. Alioes.2014.
Suherman, D., B. P. Purwanto, W. Manalu,
Perbandingan Daya Hambat
I.G. Permana. 2013. Simulasi
Madu Alami dengan Madu
Artifisial Neural Network untuk
Kemasan secara In Vitro terhadap
menentukan suhu kritis pada sapi
Streptococcus beta hemoliticus
Fries Holland berdasarkan respon
Group A sebagai Penyebab
fisiologis. Jurnal Ilmu Ternak dan
Faringitis.Jurnal Kesehatan
Veteriner. 18 (1): 70 – 80.
Andalas. Andalas.
Sri, N. 2015. Status dan Pasar Madu
Organis Nasional dan

Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol. 12 No. 2 April-Juni 2017 | 183

You might also like