You are on page 1of 8

Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.

1, Maret 2016

KUALITAS HIDUP PASIEN GAGAL JANTUNG KONGESTIF (GJK) BERDASARKAN


KARAKTERISTIK DEMOGRAFI

Arif Nur Akhmad1, Yanuar Primanda2, Yuni Permatasari Istanti3


1Master
Students, Graduated Institute of Nursing,
Central Taiwan University of Science and Technology.
2 3Dosen Keperawatan Medikal Bedah, Program Studi Ilmu Keperawatan,

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.


email: nersarif1992@yahoo.co.id

ABSTRACT
Patients of Congestive Heart Failure (CHF) basically have some symptoms, such as fatigue,
dyspnea, and high mortality contributing to affects on their quality of life. Various factors may
be related to quality of life, such as age, gender, education, occupation, and NYHA (New
York Heart Association) level. This research aims at identifying and explaining demography
factors related to quality of life on Congestive Heart Failure (CHF) patients. This research
uses descriptive correlation and cross sectional design with 62 patients of Dr. Sardjito
Hospital Yogyakarta as the sample. Data obtained by using demographic data questionnaire
and the SF-36 version of Indonesian. Data were analyzed with Spearman's test. The results
showed respondents with a median age 51.14 years (SD = 12.40). Most patients are male
(71%), unemployed (69%). and less educated (53%). Quality of life has correlation with
NYHA class (p value= 0,001), educational (p value= 0,001), and age (p value= 0,014). There
is no correlation between quality of life and gender and occupation. It can be concluded that
NYHA class, educational, and age are independent factors related to quality of life.
Keyword: Congestive Heart Failure (CHF), Quality of Life, demographic

ABSTRAK
Pasien gagal jantung kongestif (GJK) mengalami kelelahan dan dyspnea yang berkontribusi
memperburuk kualitas hidupnya. Berbagai faktor demografi yang berkaitan dengan kualitas
hidup diantaranya umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, dan derajat NYHA (New York
Heart Assosiation). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis
kualitas hidup berdasarkan data demografi pasien gagal jantung kongestif (GJK). Desain
penelitian adalah deskriptif korelasi secara cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak
62 responden yang diperoleh dengan cara purposive sampling. Data diperoleh dengan
menggunakan kuisioner data demografi dan SF-36 versi bahasa Indonesia. Data dianalisis
dengan uji Spearman. Hasil penelitian menunjukkan responden rata-rata berusia 51,14
tahun (SD= 12,40). Sebagian besar pasien berjenis kelamin laki-laki (71%), memiliki
pekerjaan (69%). dan berpendidikan rendah (53%). Kualitas hidup memiliki hubungan
dengan pendidikan (p = 0,001), umur (p = 0,014), sedangkan kualitas hidup memiliki
perbedaan dengan derajat menurut NYHA (p = 0,001). Tidak ditemukan hubungan antara
kualitas hidup dengan jenis kelamin, dan pekerjaan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa
derajat menurut NYHA, pendidikan, dan umur merupakan faktor independen yang berkaitan
dengan kualitas hidup.
Kata Kunci: demografi, Gagal Jantung Kongestif (GJK), Kualitas Hidup

27
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.1, Maret 2016

PENDAHULUAN Menurut NYHA, GJK dibagi


berdasarkan 4 derajat kemampuan fisik.
Gagal jantung menjadi penyakit yang
Derajat I menunjukkan seseorang bisa
umum diderita di dunia. Sekitar lima juta
beraktifitas secara normal, pada derajat II
orang di Amerika Serikat menderita gagal
pasien menunjukan gejala ringan saat
jantung kongestif (GJK), dimana jumlah
melakukan aktivitas sehingga pasien
tersebut didominasi oleh orang tua,
merasa lebih nyaman bila beristirahat,
dengan hampir 80% kasus terjadi pada
pada derajat III pasien sudah mulai
pasien di atas usia 65 tahun. Namun
menunjukan adanya keterbatasan fisik,
demikian, beberapa studi telah
dan pada derajat IV pasien sudah tidak
menemukan bahwa GJK dikaitkan
bisa melakukan aktivitas apapun tanpa
dengan angka kematian sekitar 45-50%
keluhan 2¶&RQQRU HW DO . Kondisi
selama kurun waktu dua tahun terakhir,
tersebut akan mempengaruhi sejauh
jumlah ini mendekati angka kematian
mana pasien mampu memaksimalkan
yang disebabkan oleh penyakit
fisiknya, sehingga mempengaruhi kualitas
keganasan (O¶&RQQRU HW DO
hidup pasien. Faktor tersebut juga
Prevalensi kasus gagal jantung dipengaruhi tingkat pendidikan dan
kongestif di Indonesia terutama di pengetahuan seseorang dalam mengenal
Yogyakarta sebanyak 3.459 orang pada masalahnya (Ose et al., 2014).
tahun 2012 dengan pasien rawat inap
Tingkat pendidikan dan
yang mengalami GJK sebanyak 401
pengetahuan merupakan faktor yang
orang. Berbagai terapi seperti terapi
farmakologi dan non farmakologi hanya berkaitan dengan kualitas hidup pasien
mampu mengurangi gejala pada gagal GJK (Rognerud & Zahl5 f cd, 2006).
jantung kongestif, sehingga akan Pasien yang memiliki tingkat pendidikan
mempengaruhi kualitas hidup pasien yang lebih tinggi akan mudah untuk
mendapatkan informasi terkait kondisi
(Raghu et al, 2010; Dimos et al, 2009).
yang sedang dialami, maupun
Kualitas hidup pasien dengan menganalisis masalah yang akan timbul,
GJK dipengaruhi oleh beberapa faktor serta bagaimana mengatasi masalah
yaitu umur, jenis kelamin, pekerjaan, tersebut (Nurchayati, 2011). Semakin
pendidikan, dan derajat NYHA (New York tinggi tingkat pengetahuan seseorang
Heart Assosiation). Umur dan jenis maka akan semakin baik dalam memilih
kelamin merupakan faktor yang sangat tindakan terapi yang tepat dalam
penting pada pasien GJK. Semakin pemulihan kondisinya sehigga kualitas
bertambah tua umur seseorang, maka hidup pasien juga akan meningkat (Van
penurunan fungsi tubuh akan terjadi baik Der et al, 2006).
secara psikologis maupun fisik
(Nurchayati, 2011). Begitu juga dengan Tujuan dari studi ini yaitu untuk
jenis kelamin, pria lebih cenderung mengidentifikasi dan menganalisis
memiliki kemampuan fungsi tubuh yang kualitas hidup berdasarkan data
lebih baik daripada wanita terutama fisik demografi pasien gagal jantung kongestif
(Juenger et al, 2002). Dampak dari (GJK) di RSUP Dr. Sardjito yogyakarta.
kemampuan fungsi fisik yang menurun METODE PENELITIAN
akan mempengaruhi derajat GJK
Metode penelitian yang digunakan dalam
seseorang.
penelitian ini adalah deskriptif korelasi

28
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.1, Maret 2016

dengan menggunakan pendekatan cross Tabel 1: Derajat GJK dan Kualitas Hidup
sectional study yang dilaksanakan di (N= 62)
poliklinik jantung RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta dengan waktu yang Variabel n (%)
digunakan selama 2 bulan yaitu Mei-Juli
2013. Tehnik pengambilan sampel Derajat GJK
menggunakan purposive sampling Derajat 1 28 (45,2)
Derajat 2 25 (40,3)
dengan jumlah sampel yang digunakan
Derajat 3 8 (12,9)
dalam penelitian ini yaitu sebesar 62
UHVSRQGHQ GHQJDQ NULWHULD XPXU • Derajat 4 1 (1,6)
tahun, dan terdiagnosis GJK berdasarkan
catatan medis pasien. Sebelum dilakukan Kualitas Mean (SD):
penelitian, peneliti sudah melakukan Hidup 56,91 (14,43);
ethical clearence di fakultas kedokteran Range:
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta 28 - 88
sehingga penelitian ini bisa dilaksanakan.
Derajat GJK menurut NYHA (New York
Instrument penelitian yang Heart Assosiation).
digunakan pada penelitian ini berupa
kuesioner data demografi, dan kuisioner Sebagian besar responden gagal jantung
kualitas hidup (SF-36) versi indonesia kongestif (GJK) adalah derajat 1 menurut
yang diterjemahkan oleh Saryono (2010). NYHA sebesar 28 responden (45,2%),
Statistik yang digunakan meliputi derajat 2 sebesar 25 responden (40,3%),
distribusi frekuensi untuk analisis data derajat 3 sebesar 8 responden (12,9), dan
demografi dan uji Spearman, uji ini derajat 4 sebesar 1 responen (1,6%)
digunakan untuk mengetahui hubungan dengan distribusi data tidak normal (p-
antara variabel independen dan value= 0,000).
dependen. Kualitas Hidup
HASIL Kualitas hidup responden rata-rata
Karakteristik Demografi (mean) sebesar 56,91 (SD= 14,43) yang
terdistribusi normal (p-value= 0,200).
Karakteristik demografi responden adalah Kualitas hidup terendah bernilai 28 dan
sebagai berikut: umur responden rata- kualitas hidup tertinggi bernilai 88.
rata (mean) sebesar 51,14 (SD= 12,40)
yang terdistribusi normal (p-value= Hubungan antara Umur dan Kualitas
0,200). Umur termuda adalah 30 tahun Hidup
dan umur tertua adalah 74 tahun. Terdapat hubungan yang signifikan
Sebagian besar responden berjenis antara umur dengan kualitas hidup (r= -
kelamin laki-laki yaitu 44 orang (71 %), 0,311, p-value = 0,014). Besaran
sedangkan sisanya yaitu 18 orang (29 %) koefisien determinan umur sebesar 0,096
berjenis kelamin perempuan. Responden (9,6%), berarti umur menentukan 9,6%
yang bekerja lebih banyak yaitu 43 orang kualitas hidup, sedangkan sisanya 90,4%
(69 %) dibandingkan dengan yang tidak ditentukan oleh faktor lain. Arah
bekerja yaitu 19 orang (31%). Tingkat hubungan bersifat negatif, artinya bahwa
pendidikan sebagian besar responden semakin bertambah umur maka kualitas
berpendidikan rendah 33 orang (53%).

29
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.1, Maret 2016

Tabel 2. Hubungan Karakteristik Tabel 3. Perbedaan Kualitas Hidup


Demografik Pasien dan Kualitas Hidup Berdasar Derajat GJK (N= 62)

Karakteristik KH p Derajat Mean SD SE F p


Pasien GJK
Umur -0,311* 0,014 1 2.265 495 93 6,561 0,001
Jenis Kelamin -0,194 0,131 2 1.979 549 109
3 1.488 341 120
Pendidikan 0,397* 0,001 4 1.015 - -
Pekerjaan 0,075 0,561
Perbedaan antara derajat GJK dan
hidup semakin menurun. Kualitas Hidup
Hubungan antara Jenis Kelamin dan Hasil analisis menggambarkan bahwa
Kualitas Hidup. rata-rata kualitas hidup yang paling
rendah adalah yang mempunyai derajat 4
Hasil uji statistik antara Jenis kelamin menurut NYHA (1,01%) dan yang paling
dengan kualitas hidup diperoleh nilai p- tinggi adalah derajat 1 menurut NYHA
value = 0,131 (r = -0,194) yang (2,26%). Analisis statistik
menunjukan bahwa hubungan antara menggambarkan bahwa terdapat
jenis kelamin dengan kualtas hidup perbedaan yang signifikan antara derajat
adalah tidak bermakna dengan arah NYHA dengan kualitas hidup (p-value=
hubungan bersifat negatif. .

Hubungan antara pendidikan dengan PEMBAHASAN


kualitas hidup. Kualitas hidup
Hasil uji statistik antara pendidikan World Health Organization (WHO)
dengan kualitas hidup diperoleh nilai p- mendefinisikan kualitas hidup sebagai
value =0,001 (r = 0,379) yang persepsi individu terhadap posisi mereka
menunjukan bahwa hubungan antara dalam kehidupan pada konteks budaya
pendidikan dengan kualtas hidup adalah dan nilai dimana mereka hidup dalam
bermakna. Arah hubungan bersifat positif hubunganya dengan tujuan hidup,
yang berarti semakin tinggi pendidikan harapan, standar, dan perhatian
maka semakin baik kualitas hidup pasien. (Dunderdale et al, 2005). Konsep yang
sangat luas ini mempengaruhi kesehatan
fisik seseorang, keadaan psikologi,
Hubungan antara Pekerjaan dan tingkat ketergantungan, hubungan sosial,
Kualitas Hidup keyakinan personal, dan keinginan di
Hasil uji statistik antara pendidikan masa yang akan datang terhadap
dengan kualitas hidup diperoleh nilai p- lingkungan sekitarnya (Isa & Baiyewu,
value =0,561 (r = 0,075) yang 2006).
menunjukan bahwa hubungan antara Penelitian ini didapatkan hasil
pekerjaan dengan kualtas hidup adalah bahwa rata-rata kualitas hidup pasien
tidak bermakna dengan arah hubungan sebesar 56,91. Pada responden dalam
bersifat positif. penelitian ini sebagian besar
mendapatkan biaya untuk berobat dari

30
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.1, Maret 2016

Askes atau Jamkesmas, ditinjau dari pola hasil bahwa umur memiliki hubungan
komunikasi dan presepsi diri sebagian dengan kualitas hidup (p value= 0,014).
besar baik dan tanpa keluhan yang Hal tersebut sesuai dengan teori yang
mengganggu. Dengan adanya dukungan mengatakan bahwa fungsi jantung akan
yang baik dari segi finansial, presepsi diri berubah bersamaan dengan
yang baik serta tanpa keluhan yang pertambahan usia. Pada lansia berumur
mengganggu dapat membantu 40 tahun keatas yang tidak aktif, jantung
mengurangi gangguan psikologis akibat kirinya mengalami pengecilan sebagai
penyakit gagal jantung kongestif (GJK) respon terhadap rendahnya beban kerja
ini, sehingga kualitas hidup responden yang dibutuhkan (Smeltzer et al, 2008).
meningkat. Terbukti bahwa pasien yang berumur
Berbeda halnya dengan rata-rata (mean) umur pasien lebih dari
penelitian yang telah dilakukan oleh Lee 51,14 tahun.
et al (2005) di rumah sakit umum di Hong Heo et al (2009) juga
Kong, China dengan jumlah sample (N) mengatakan bahwa penuaan dapat
sebesar 227 responden. Hasilnya mengakibatkan penurunan elastisitas dan
menunjukkan bahwa rata-rata (mean= pelebaran aorta, penebalan dan
16,78 ± 3,44) pasien gagal jantung kekakuan katup jantung, serta
kongestif memiliki kualitas hidup rendah, peningkatan jaringan ikat yang
dengan gangguan psikologis merupakan mengakibatkan terjadinya gagal jantung
faktor yang paling mempengaruhi kualitas pada manula.
hidup pasien (p value= 0,000). Hal
Penelitian terbaru yang dilakukan
tersebut menunjukkan bahwa gangguan
oleh Banerjee et al (2013) pada 423
psikologis yang meningkat dapat
pasien yang mengalami gagal jantung
memperburuk kualitas hidup pasien GJK
membuktikan bahwa faktor umur
di china.
berpengaruh secara signifikan (p value =
Perbedaan hasil penelitian ini 0,001) sebesar 54% terhadap kualitas
dengan yang dilakukan oleh peneliti yaitu hidup. Hal ini membuktikan bahwa faktor
terdapat pada kondisi derajat GJK umur mempengaruhi kualitas hidup
menurut NYHA. Menurut penelitian Lee et pasien.
al (2005) mengatakan bahwa dominan
Pendidikan. Berdasarkan
pasien GJK yang memiliki derajat II
pendidikan pasien, pasien yang memiliki
menurut NYHA sebesar 49, 8 % lebih
pendidikan rendah sebanyak 33 orang
tinggi jumlahnya dan tingkat derajatnya
(53%) dan berpendidikan tinggi sebanyak
dibandingkan yang dilakukan peneliti
29 orang (47%). Hasil penelitian ini
yaitu 45,2 % dengan dominan pasien
didukung dengan teori dimana
memiliki derajat I menurut NYHA. Dari
pengetahuan atau kognitif merupakan
perbandingan ini membuktikan bahwa
domain yang sangat penting untuk
derajat NYHA sangat berhubungan
terbentuknya suatu tindakan, perilaku
dengan kualitas hidup pasien.
yang didasari pengetahuan akan lebih
langgeng daripada yang tidak didasari
Faktor-Faktor yang Berkaitan dengan pengetahuan (Notoadmodjo, 2007).
Kualitas Hidup Azwar (2005) mengatakan bahwa
Umur. Pada penelitian ini didapatkan semakin tinggi tingkat pendidikan

31
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.1, Maret 2016

seseorang maka dia akan cenderung Dari hasil data distribusi


untuk berperilaku positif karena responden yang dilakukan oleh peneliti
pendidikan yang diperoleh dapat menjadi didapatkan bahwa derajat 1 lebih banyak
dasar pemahaman seseorang terhadap diderita oleh pasien di RSUP Dr. Sardjito
kebutuhan akan informasi terkait self Yogyakarta yaitu sebesar 45,2 %. Hal ini
management pasien dan perilaku mencari dikarenakan sebagian besar pasien
pelayanan kesehatan yang tepat. berobat dan treadmill secara rutin
Penelitian yang dilakukan secara sehingga kondisi fisik pasien tetap terjaga
randomized controlled trial (RCT) pada dan berfungsi secara makaimal yang
540 responden dengan gagal jantung membuat kualitas hidup pasien menjadi
membuktikan bahwa program edukasi lebih baik.
mengenai monitor gejala, aktifitas fisik,
dan penggunaan obat terbukti efektif KESIMPULAN
dalam self management pasien yang
sedang menjalankan rehabilitasi (Meng et Faktor-faktor yang berhubungan
al., 2013). dengan kualitas hidup adalah umur,
pendidikan dan derajat GJK. Umur
Derajat GJK menurut NYHA. memiliki hubungan negatif terhadap
Pasien yang mengalami gagal jantung kualitas hidup yang menyatakan bahwa
kongestif memiliki gejala seperti rasa
semakin bertambahnya umur seseorang
cepat lelah, sesak napas, takipnea dan
maka kualitas hidupnya akan menurun.
takikardi. Kondisi fisik ini sangat
Pendidikan memiliki hubungan positif
mempengaruhi kemampuan dan fungsi
terhadap kualitas hidup yang menyatakan
pasien sehingga akan sangat
bahwa semakin tinggi pendidikan pasien
mempengaruhi kualitas hidup pasien.
maka semakin baik kualitas hidup pasien.
(Arroll et al, 2010) Hal ini dibuktikan
Derajat menurut NYHA memiliki
dengan hasil penelitian ini yang
perbedaan yang signifikan terhadap
menyatakan secara signifikan (p-value=
kualitas hidup pasien gagal jantung
0,001) bahwa derajat gagal jantung
kongestif (GJK). Faktor yang tidak
kongestif menurut New York Heart
berhubungan dengan kualitas hidup
Assotiation (NYHA) mempengaruhi
adalah jenis kelamin, dan pekerjaan.
kualitas hidup pasien.
Hasil ini di dukung penelitian
UCAPAN TERIMA KASIH
yang dilakukan oleh Juenger et al (2002)
yang membuktikan secara signifikan Dengan selesainya penelitian ini penulis
(0,0001) bahwa kualitas hidup pasien mengucapkan terima kasih kepada RSUP
dipengaruhi oleh derajat gagal jantung Dr. Sardjito yang telah memfasilitasi
kongestif menurut NYHA pada 205 pasien terselenggaranya penelitian ini.
di Jerman. Pada pasien GJK, fungsi fisik
sangat berperan sebanyak 51 % terhadap DAFTAR PUSTAKA
derajat menurut NYHA, dikarenakan
apabila fungsi fisik tidak bisa digunakan Arroll, B., Doughty, R., and Andersen, V.
secara optimal ,maka secara otomatis (2010). Investigation and
aktivitas fisik akan berkurang yang management of congestive heart
menyebabkan menurunya kualitas hidup failure, BMJ, 341, pp.190-195.
pasien.

32
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.1, Maret 2016

Azwar, S. (2005). Sikap Manusia dan European Journal of Heart Failure,


Pengukurannya, Pustaka Setia, pp.419± 422.
Jakarta. Meng, K., Musekamp, G., Seekatz, B.,
Banerjee, T, Lee, K.S., Browning, S.R., Glatz, J., Karger, G., Kiwus, U., . . .
Hopenhayn, C., Westneat, S., et al. Faller, H. (2013). Evaluation of a self-
(2013). Limited Association Between management patient education
Perceived Control and Heald Related program for patients with chronic
Quality of Life in Patient With Heart heart failure undergoing inpatient
Failure, Journal of Cardiovascular cardiac rehabilitation: study protocol
Nursing, pp.1-5. of a cluster randomized controlled
Dimos, A.K., Stougiannos, P.N., trial. BMC Cardiovasc Disord, 13, 60.
Kakkavas, A.T., and Trikas, A.G. doi: 10.1186/1471-2261-13-60
(2009). Depression And Heart Notoadmodjo, S. (2007). Promosi
Failure. Hellenic J Cardiol, 50, Kesehatan dan Ilmu Perilaku,
pp.410-417. Jakarta, PT. Rineka Cipta.
Dunderdale, K., Thompson, D.R., Miles, Nurchayati, S. (2011). Analysis of
J.N.V., Beer, S.F., and Furze G. Factors Related to Quality of Life of
(2005). Quality-of-life measurement Patients With Chronic Kidney
in chronic heart failure: do we take Disease Undergroing Hemodialysis
account of the patient perspective?. at the Islamic Hospital Fatimah
The European Journal of Heart Cilacap and Banyumas District
Failure, pp.572± 582. General Hospital, Thesis Magister
Heo, S., Lennie, T. A., Okoli, C., & Keperawatan, Universitas Indonesia.
Moser, D. K. (2009). Quality of Life in 2¶&RQQRU, C.M., Whellan, D.J., Lee, K.L.,
Patients With Heart Failure: Ask the Keteyian, S.J., Cooper, L.S., et al.
Patients, Heart Lung, 38(2), pp.100± (2013). Efficacy and Safety of
108. Exercise Training in Patients With
Isa, B.A., and Baiyewu, O. (2006). Chronic Heart Failure: HF-ACTION
Quality Of Life Patient With Diabetes Randomized Controlled Trial, JAMA,
Mellitus In A Nigerian Teacihng 301 (14), pp.1439-1450.
Hospital, Hongkong Journal Ose, D., Rochon, J., Campbell, S. M.,
Psychiatry, 16, pp.27-33. Wensing, M., Freund, T., van
Juenger, J., Schellberg, D., Kraemer, S., Lieshout, J., . . . Ludt, S. (2014).
Haunstetter, A., Zugck, C., Herzog, Health-related quality of life and risk
W., and Haass, M. (2002). Health factor control: the importance of
Related Quality Of Life In Patients educational level in prevention of
With Congestive Heart Failure: cardiovascular diseases. Eur J Public
Comparison With Other Chronic Health, 24(4), 679-684. doi:
Diseases And Relation To Functional 10.1093/eurpub/ckt139
Variable, Heart Journal, 87, pp.235- Raghu, K.V., Srinivas. V, Kishore, B.A.V.,
241. Mohanta, G.P., and Uma, R.R.
Lee, D.T.F., Yu, D.S.F., Woo, J., and (2010). A Study on Quality of Life of
Thompson, D.R. (2005). Health- Patients with Congestive Cardiac
related quality of life in patients with Failure. Indian Journal of Pharmacy
congestive heart failure. The Practice, 3, pp.33-39.

33
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.1, Maret 2016

Rognerud, M.A., and Zahl, P.H. (2006). of medical- surgical nursing. 12th Ed,
Social inequalities in mortality: Wolter Kluwer, Lippincott William &
changes in the relative importance of Wilkins.
income, education and household Van der wal, M.H.L., Jaarsma, T., Moser,
size over a 27-year period. Eur J D.K., and Veeger, N.J.G.M., (2006).
Public Health,16:62±8. Compliance in heart failure patients:
Saryono. (2010), Kumpulan Instrumen the importance of knowlege and
Penelitian Kesehatan, Nulia Medika, beliefs, European Heart Journal, 27,
Yogyakarta. 434-440.
Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L.,
and Cheever, K.H., (2008). Textbook .

34

You might also like