You are on page 1of 7

Semesta Vol. 4 No.

2 (2021) Page 142-148

Science Education Journal


Departement of Science Education
Universitas Negeri Padang

Received June 2021 Accepted July 2021 Published December 2021

DEVELOPMENT OF E-MODULE BASED ON ETHNOSCIENCE


APPROACHES ON ADDITIVE AND ADDICTIVE SUBSTANCE FOR
JUNIOR HIGH SCHOOL

Syaifullah, R1 a), Dilirosta, S2


1,2
Department of Science Education, Universitas Negeri Padang
a)
E-mail : rahmat.syaifullah2804@gmail.com

ABSTRACT

The curriculum 2013 requires students to be more active and independent in learning so
that teachers must facilitate teaching materials that are able to make students learn
independently. Along with the development of technology, teachers are required to provide
innovation in teaching materials. In this situation, the current pandemic conditions require online
learning. The results of observations at SMP Negeri 7 Padang show that the teaching materials
used have not been able to help the learning process. Based on these problems, electronic
teaching materials are a solution to support the learning process, one of which is an electronic
module (e-module). This study aims to produce an integrated science e-module with an
ethnoscience approach to valid and practical. The type of research used is Research and
Development (R&D) with the ADDIE model consisting of five stages, namely analysis, design,
development, implementation and evaluation, but thisresearch is limited until development stage.
The research subjects were 3 lecturers of Science Education, FMIPA UNP, teachers and students
of SMP Negeri 7 Padang. The instruments used in this research were validity and practicality
questionnaires. The results of the validity test obtained an average kappa moment value (k) of
0.87 with a very high validity category. The results of the practicality test on the teacher obtained
an average kappa moment value (k) of 0.88 with a very high validity category and the results of
the practicality test on the students obtained an average kappa moment value (k) of 0.86 with a
very high validity category. Based on these results, it is concluded that the e-module with an
ethnoscience approach on additives and addictive substances is valid and practical.

© Department of Science Education, Universitas Negeri Padang

Keywords: E-module, Additive And Addictive Substance, Ethnoscience Approach

142
SEMESTA, Journal of Science Education and Teaching Vol.4 No. 2, p.142-148
Departmen of Science Education, Universitas Negeri Padang

INTRODUCTION literasi dan LKPD yang berbentuk cetak.


Sistem pendidikan di Inodnesia Dari hasil observasi pun didapatkan
membutuhkan rambu-rambu atau pedoman informasi bahwa bahan ajar yang tersedia
demi tercapainya tujuan pendidikan yang belum mampu memikat perhatian peserta
disebut kurikulum. Terhitung sejak tahun didik untuk menggunakannya. Proses
2013 Indonesia menggunakan kurikulum pembelajaran di masa covid-19 ini beralih
2013 yang salah satu tujuannya adalah guna menjadi pembelajaran jarak jauh sehingg
melahirkan generasi yang berkualitas menuntut semua proses pembelajaran
melalui pendidikan yang berakar pada termasuk penyampaian materi secara online
kebudayaan yang nantinya akan menjadi atau berbentuk elektronik. Sejalan dengan
pedoman dan dasar untuk menjalankan hal tersebut, guru menyampaikan bahwa
kehidupan nantinya, tujuan ini tertera pada bahan ajar cetak yang tersedia masih belum
Permendikbud RI nomor 69 tahun 2013. mampu membantu dalam pembelajaran,
Pada kurikulum 2013 pembelajaran IPA sehingga guru membutuhkan inovasi dalam
diajarkan secara terpadu, artinya materi penyampaian materi di masa pembelajaran
memadukan konsep yang sebelumnya jarak jauh ini.
diajarkan secara terpisah, tetapi dalam hal Untuk menyikapi permasalahan tersebut
ini tidak semua disiplin ilmu bisa di padukan perlu adanya inovasi untuk bahan ajar yang
pada suatu topik IPA (Kemendikbud, 2013). memanfaatkan perkembangan teknologi saat
Tuntutan pada peserta didik di kurikulum ini. Pemanfaatan teknologi dalam
2013 ini adalah menjadi lebih aktif, dan menyediakan bahan ajar dinilai mampu
mandiri, artinya peserta didik harus mampu untuk meningkatkan mutu pendidikan (Sari,
untuk memperoleh konsep pembelajaran 2014). Hal itu karena bahan ajar yang
secara mandiri (Ernica, 2019). dipadukan dengan teknologi mudah
Untuk memenuhi tuntutan pada kurikulum diperoleh, mudah untuk dimengerti dan
2013 tersebut, guru harus mahir dalam lebih menarik. Contoh bahan ajar yang
segala aspek pedagogik salah satunya dipadukan dengan teknologi adalah modul
memberikan inovasi dalam proses elektronik (e-modul). E-modul adalah modul
pembelajaran (Hendri, 2010). Guru harus yang disajikan dalam format digital. Modul
mampu memanfaatkan perkembangan merupakan bahan ajar yang di rancang untuk
teknologi saat ini untuk dipadukan dalam membantu peserta didik belajar secara
pembelajaran. mandiri (Syamsudin, 2005). Keunggulan e-
Berdasarkan observasi yang di lakukan di modul ialah mampu memuat multimedia
SMP Negeri 7 Kota Padang diperoleh yang mendukung pemahaman konsep pada
informasi bahwa sekolah menerapkan peserta didik. Media yang dapat dimuat
kurikulum 2013 dan metode pembelajaran dalam e-modul seperti teks, audio, video,
yang digunakan saat ini berupa gambar, animasi, serta kuis untuk evaluasi
pembelajaran secara online (dalam jaringan) sehingga lebih menarik untuk digunakan
dikarenakan kondisi covid-19 yang melanda (Hakim, 2008).
Indonesia saat ini. Pada materi Zat Aditif Inovasi lain yang bisa diterapkan untuk
dan Zat Adiktif metode pembelajaran berupa meningkatkan kualitas pembelajaran adalah
diskusi dan demonstrasi. Bahan ajar yang memadukan materi pembelajaran dengan
tersedia pada pembelajaran IPA adalah buku pengetahuan tentang kebudayaan lokal

143
SEMESTA, Journal of Science Education and Teaching Vol.4 No. 2, p.142-148
Departmen of Science Education, Universitas Negeri Padang

(Sudiana dan Surata, 2010). Pengetahuan Keterangan:


lokal yang dimiliki oleh masyarakat dikenal K = Moment kappa
dengan pengetahuan sains masyarakat Po = Proporsi yang terealisasi
(Sudarmin, 2014). Untuk itu, e-modul yang Pe = Proporsi yang tidak terealisasi
dikembangkan berbasis kearifan lokal
sekitar yaitu etnosains. Etnosains adalah Nilai momen kappa yang didapatkan akan
pengaitan sains/pengetahuan yang diinterpretasi sesuai dengan kategori
berkembang di masyarakat menjadi sains kevalidan berikut:
ilmiah (Rahayu dan Sudarmin, 2015). Oleh
sebab itu, e-modul dirancang dengan Tabel 1. Kategori Validitas Berdasarkan
pendekatan etnosains untuk materi Zat Momen Kappa (k)
Aditif dan Zat Adiktif. No. Interval Kategori
Tujuan dari penelitian ini ialah menentukan 1 0,81-1,00 Sangat Tinggi
2 0,61-0,80 Tinggi
tingkat kevalidan dan kepraktisan E-Modul 3 0,41-0,60 Sedang
IPA Terpadu Berbasis Etnosains pada 4 0,21-0,40 Rendah
Materi Zat Aditif dan Adiktif IPA SMP/MTs 5 0,01-0,20 Sangat Rendah
Kelas VIII. (Boslaugh, 2008)

METHOD RESULT AND DISCUSSION


Jenis penelitian yang dilakukan merupakan Pada hasil analisis kebutuhan diketahui
research and development (R&D) dengan bahwa pembelajaran di masa covid-19 ini
menggunakan model pengembangan terdapat banyak kendala, mulai dari siswa
ADDIE yang terdiri dari 5 tahapan, yaitu yang dituntut untuk belajar mandiri dirumah,
tahap analysis (analisis), tahap design aplikasi yang digunakan dalam
(desain), tahap development pembelajaran daring masih memiliki
(pengembangan), tahap implementation kelemahan dalam membantu proses belajar
(implementasi), dan tahap evaluation mandiri, materi yang di sampaikan berupa
(evaluasi). Tetapi penulis membatasi
teks sehingga tidak menarik perhatian siswa
penelitian sampai pada tahap development.
yang mengakibatkan kurangnya minat siswa
E-modul yang dikembangkan akan uji
untuk membacanya. Selain itu materi yang
tingkat kevalidan dan kepraktisannya.
disajikan belum pernah dikaitkan dengan
Subjek penelitian adalah dosen jurusan
Pendidikan IPA FMIPA UNP, guru IPA dan sisi kebudayaan. Pengaitan materi
peserta didik SMP Negeri 7 Padang. pembelajaran dengan sisi kebudayaan itu
Instrumen yang digunakan adalah kuesioner dikenal dengan istilah etnosaians.
validitas dan kuesioner praktikalitas. Data Pemahaman etnosains merupakan segala
yang didapatkan kemudian dilakukan aktivitas budaya masyarakat dan
analisis menggunakan formula kappa Cohen pengetahuan asli masyarakat yang
berikut. mengandung konsep Ilmiah (Sudarmin,
dkk, 2021). Pendekatan etnosains ini dipilih
Po−Pe karena dinilai mampu membekali peserta
Moment kappa (k) =
1−Pe didik dengan kompetensi dan kecakapan
hidup di era ini (Sudarmin, dkk, 2021). Pada

144
SEMESTA, Journal of Science Education and Teaching Vol.4 No. 2, p.142-148
Departmen of Science Education, Universitas Negeri Padang

kondisi ini bahan ajar yang dibutuhkan petunjuk penggunaan, KI dan KD, materi
adalah bahan ajar yang mampu untuk pembelajaran, video pembelajaran,
membantu dalam menyampaikan materi rangkuman, soal evaluasi, daftar pustaka dan
secara online dan mendukung proses belajar profil pengembang.
mandiri peserta didik. Menyikapi hal E-modul yang dihasilkan kemudian
tersebut, bentuk bahan ajar yang bisa melalui 2 pengujian yaitu uji validitas dan
dijadikan solusi berupa bahan ajar digital uji praktikalitas. Untuk uji pertama yaitu uji
seperti modul yang disajikan secara digital validitas e-modul dilakukan oleh 3 orang
yang dikenal dengan modul elektronik (e- dosen jurusan Pendidikan IPA FMIPA UNP.
modul). Tujuan validasi menurut Asyhar (2011)
Analisis selanjutnya merupakan analisis yakni untuk mendapatkan pengakuan
peserta didik. Pada hasil analisis diketahui kelayakan pada sebuah perangkat sesuai
bahwa kemampuan akademik peserta didik dengan kebutuhan sehingga bisa digunakan
beragam mulai dari tinggi, sedang dan pada kegiatan pembelajaran. Pada tahap ini
rendah. Pada masa pandemi ini terdapat beberapa saran perbaikan untuk e-
mengharuskan proses pembelajaran modul agar lebih baik lagi. Hasil penilaian
berlangsung secara daring sehingga peserta validasi yang diperoleh pada tahap ini
didik membutuhkan bahan ajar yang mampu diuraikan pada Tabel 2 berikut.
mendukung untuk memahami konsep
Tabel 2. Hasil Analisis Penilaian Validasi
pembelajaran secara mandiri. Dari hasil
E-Modul Pembelajaran
observasi ditemukan bahwa peserta didik
lebih tertarik untuk menggunakan bahan ajar No. Aspek yang Rata- Kategori
Dinilai Rata K Kevalidan
berbasis digital karena dinilai lebih menarik 1 Kelayakan Isi 0,88 Sangat Tinggi
dan praktis digunakan dimana saja. 2 Kebahasaan 0,83 Sangat Tinggi
Selanjutnya hasil analisis tugas untuk 3 Penyajian 0,90 Sangat Tinggi
4 Kegrafikan 0,88 Sangat Tinggi
materi zat aditif dan zat adiktif berada pada Rata-Rata Keseluruhan 0,87 Sangat Tinggi
KD 3.6 dan 4.6. Kompetensi dasar ini
kemudian diturunkan menjadi indikator Penilaian validitas dari segi kelayakan
pembelajaran yang terdiri atas 15 IPK. isi e-modul, didapatkan nilai 0,88 dengan
Analisis berikutnya adalah analisis konsep. kategori sangat tinggi artinya e-modul telah
Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa sesuai dari segi isi seperti kesesuaian dengan
konsep-konsep yang harus dipelajari antara KI, KD, kebenaran isi materi, kesesuaian
lain zat aditif, zat adiktif serta upaya soal dengan tujuan pembelajaran, serta telah
menjaga diri dari bahaya narkoba. mampu mengaitkan materi pembelajaran
Informasi yang diperoleh dari hasil dengan sisi budaya atau etnosains. Sesuai
analisis dijadikan sebagai pedoman untuk dengan pendapat Yerimadesi (2016), e-
merancang e-modul. E-modul dirancang modul menjadi salah satu bahan ajar yang
menggunakan aplikasi Articulate storyline 3, dapat meningkatkan pemahaman peserta
komponen yang terdapat dalam e-modul didik.
adalah cover, kata pengantar, menu e-modul,

145
SEMESTA, Journal of Science Education and Teaching Vol.4 No. 2, p.142-148
Departmen of Science Education, Universitas Negeri Padang

Penilaian selanjutnya dari segi aspek Berdasarkan uji validasi e-modul yang
kebahasaan didapatkan nilai 0.83 dengan dilakukan setiap komponen penilaian di
kategori sangat tinggi. Hal ini menujukan e- dalamnya, maka di dapatkan rata-rata secara
modul sudah menggunakan bahasa yang keseluruhan yaitu 0,87 dengan kategori ke
sesuai kaidah bahasa Indonesia yang benar, validan sangat tinggi. Hal ini menyatakan e-
kalimat yang digunakan sudah efektif dan modul IPA terpadu dengan pendekatan
ampuh memberikan informasi yang jelas, etnosains pada materi zat aditif dan adiktif
sehingga dapat memudahkan peserta didik sudah dalam kategori valid.
dalam memahami isi pada e-modul. Oleh Setelah melakukan tahap uji validitas
karena itu penggunaan bahasa pada modul maka e-modul akan diuji tingkat
harus mudah dipahami, menarik dan praktikalitasnya pada 5 orang guru dan 30
dilengkapi ilustrasi pendukung orang peserta didik kelas VIII SMP Negeri 7
(Depdiknas,2008) Padang. Hasil analisis kepraktisan e-modul
Penilaian dari segi aspek penyajian di berdasarkan tanggapan guru dan peserta
dapatkan nilai 0,90 dengan kategori sangat didik dapat dilihat pada Tabel 3 dan 4.
tinggi. Hal ini menujukan e-modul sudah
memiliki urutan penyajian sudah sesuai Tabel 3. Hasil Analisis Uji Praktikalitas E-
dengan indikator, penyajian KI dan KD Modul Berdasarkan Tanggapan Guru
sudah jelas serta komponen yang dimuat No. Aspek yang Rata- Kategori
pada e-modul sudah lengkap. Bahan ajar Dinilai Rata K Kevalidan
dinilai valid apabila penyajian didalamnya 1 Kemudahan 0,90 Sangat Tinggi
Penggunaan
dapat memperlihatkan kondisi yang sudah 2 Efisiensi Waktu 0,84 Sangat Tinggi
sesuai (Arikunto, 2008) Pembelajaran
Penilaian selanjutnya dari segi aspek 3 Manfaat 0,91 Sangat Tinggi
Penggunaan
kegrafisan di dapatkan nilai 0,88 dengan Rata-Rata Keseluruhan 0,88 Sangat Tinggi
kategori sangat tinggi. Hal ini menunjukan
e-modul pada komponen kegrafisan sudah Tabel 4. Hasil Analisis Uji Praktikalitas E-
kategori valid sehingga dapat dikatakan Modul Berdasarkan Tanggapan Peserta
bahwasan tampilan e-modul memiliki Didik
rancangan desain yang menarik, huruf yang No. Aspek yang Rata- Kategori
Dinilai Rata K Kevalidan
dipakai dan ukuran huruf e-modul dapat 1 Kemudahan 0,90 Sangat Tinggi
dibaca dengan jelas, dilengkapi dengan Penggunaan
2 Efisiensi Waktu 0,81 Sangat Tinggi
gambar dan video yang sesuai sehingga
Pembelajaran
memikat perhatian peserta didik untuk 3 Manfaat 0,87 Sangat Tinggi
belajar. Kombinasi warna, ilustrasi dan Penggunaan
Rata-Rata Keseluruhan 0,86 Sangat Tinggi
tampilan fisik yang menarik pada bahan ajar
secara keseluruhan memegang peranan
Dari analisis menujukan bahwa e-modul
penting dalam penggunaan suatu bahan ajar
sudah praktis untuk digunakan Penggunaan
(Depdiknas, 2008)
modul pembelajaran dapat memberikan
pengaruh baik pada hasil belajar peserta

146
SEMESTA, Journal of Science Education and Teaching Vol.4 No. 2, p.142-148
Departmen of Science Education, Universitas Negeri Padang

didik serta mampu mengoptimalkan modul sangat bermanfaat dalam membantu


pengetahuan dan pengalaman belajar peserta pembelajaran baik dari sisi guru ataupun
didik (Yulianti 2011). peserta didik. Pada sisi peserta didik, e-
Pada aspek pertama yaitu aspek modul sudah dapat digunakan untuk
kemudahan penggunaan, e-modul membantu pembelajaran secara mandiri,
mendapatkan nilai kepraktisan dengan mampu membantu peserta didik dalam
kategori sangat tinggi baik pada respons menemukan konsep pembelajaran,
guru ataupun pada respons peserta didik. meningkatkan motivasi belajar dan mampu
Hal ini menujukan e-modul sudah memiliki membuat proses belajar jadi menyenangkan.
memiliki petunjuk penggunaan modul dan Begitu pun pada sisi guru, e-modul sudah
materi yang mudah dipahami karena mendukung peran dari guru sebagai
penyajiannya yang jelas dan bahasa yang fasilitator sehingga dengan adanya e-modul
digunakan pun mudah dipahami, gambar pembelajaran tidak selalu terfokus pada
yang diberikan sudah menarik, serta jenis guru. Secara keseluruhan e-modul ini telah
huruf yang digunakan sudah terbaca dengan bermanfaat dalam mendukung pembalajaran
jelas. Hal ini selaras dengan pendapat pada kurikulum 2013 ini, yaitu peserta didik
Arsyad (2007) bahwa jenis dan ukuran dituntut untuk mampu belajaran mandiri dan
huruf pada bahan ajar harus mudah dibaca guru berperan sebagai fasilitator (Mulyasa,
dan bahasa yang digunakan harus jelas agar 2012).
mudah dimengerti. Di samping itu untuk
penggunaan, e-modul mudah untuk CONCLUSION
dioperasikan dan juga dapat digunakan Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan
berulang tanpa batasan tempat dan tanpa bahwa e-modul IPA terpadu berbasis
batasan waktu. etnosains pada materi zat aditif dan adiktif
Pada aspek kedua yaitu aspek efisiensi IPA SMP/MTs kelas VIII yang dihasilkan
berada pada kategori kevalidan dan
waktu pembelajaran, e-modul mendapatkan
kepraktisan sangat tinggi.
nilai kepraktisan dengan kategori sangat
tinggi baik pada respons guru ataupun pada
REFERENCES
respon peserta didik. Hal ini menujukan e- Arsyad, Azhar. 2007. Media Pembelajaran.
modul sudah membuat peserta didik Jakarta: Raja Grafindo Persada.
menyelesaikan kegiatan pembelajaran sesuai
dengan alokasi yang disediakan. Sesuai Asyhar, Rayandra. 2011. Kreatif
dengan pendapat Daryanto (2014), tujuan Mengembangkan Media
dari modul yaitu membuat waktu Pembelajaran. Jakarta: Gauang
pembelajaran lebih efisien (Daryanto, 2014). Persada Perss.
Pada aspek ketiga yaitu aspek manfaat
penggunaan, e-modul mendapatkan nilai Daryanto, D & Dwicahyono, A. 2014.
Pengembangan Perangkat
kepraktisan dengan kategori sangat tinggi Pembelajaran (Silabus, RPP, Bahan
baik pada respons guru ataupun pada Ajar). Yogyakarta: Gava Media.
respons peserta didik. Hal ini menujukan e-

147
SEMESTA, Journal of Science Education and Teaching Vol.4 No. 2, p.142-148
Departmen of Science Education, Universitas Negeri Padang

Depdiknas. 2008. Penulisan Modul. Jakarta Uji Fitokimia Dan Bio-Aktivitas


: Direktorat Tenaga Kependidikan, Antibakteri Metabolit Sekunder
Ditjen PMPTK, Depdiknas Tanaman Hutan Tropis Indonesia.
Proceeding Seminar Nasional IPA XI.
Ernica, S. Y., & Hardeli, H. 2019. Validitas SEMNASIPAXI-P-2021-021
dan Praktikalitas E-Modul Sistem
Sudarmin, W. Sumarni, S. Diliarosta, E.
Koloid Berbasis Pendekatan Saintifik.
Pratiwi, H. Pancawardhani Developing
Ranah Research: Journal of
Student's Life Skills With The Making
Multidisciplinary Research and
of Batik Metabolite From Taxus
Development, 1(4): 812-820.
Sumatrana With Ethnostem Project
Hakim, Lukmanul. 2008. Perencanaan Learning. On-line International
Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Conference of East-Asian Association
Prima for Science Education. Proceeding
Seminar Nasional IPA XI. FY3L-
Hendri, E. 2010. Guru berkualitas: WAHX-YZ021
profesional dan cerdas emosi. Jurnal
Saung guru. 1(2), 1-11 Sudarmin. (2014). Pendidikan Karakter,
Etnosains dan Kearifan Lokal
Kemendikbud. 2013. Kuirkulum 2013: (Pertama ed.). Semarang: Fakultas
Rasional, Kerangka Dasar, Struktur, Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Implementasi, dan Evaluasi Alam Universitas Negeri Semarang.
Kurilumumm. Jakarta: Kemendikbud
Sudiana, I.M., & Surata, I.K. (2010). IPA
Mulyasa, 2012. Pengembangan Dan Biologi Terintegrasi Etnosains Subak
Implementasi Kurikulum 2030. untuk Siswa SMP: Analisis tentang
Bandung: PT. Remaja Rosakarya. Pengetahuan Tradisional Subak yang
Dapat Diintegrasikan dengan Materi
Rahayu, W. E., & Sudarmin. (2015). Biologi SMP. Suluh Pendidikan Vol.
Pengembangan Modul IPA Terpadu 8, No. 2, hlm. 43-51.
Berbasis Etnosains Tema Energi
dalam Kehidupan untuk Menanamkan Syamsuddin, Abin. 2005. Psikologi
Jiwa Konservasi Siswa. Unnes Science Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Education Journal, Vol. 4, No. 2, hlm. Rosda.
920-926.
Yerimadesi. 2016. Pengembangan Modul
Sari, R. A. 2014. Pengembangan Modul Kesetimbangan Kimia Berbasis
Pembelajaran Kimia Berbasis Web Pendekatan Saintifik Untuk Kelas XI
untuk Materi Struktur Atom dan SMA/MA. Journal of Sainstek 8(1):85-
Sistem Periodik Unsur SMA Kelas XI. 97
Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 3 No .
2 Tahun 2014 Hal. 7-15. Surakarta: Yulianti. 2011. Pengaruh Pembelajaran
UNS Modul dan Motivasi Terhadap Hasil
Belajar Geografi Siswa Kelas X di
Sudarmin, Pujiastuti, Sri Endang Pujiastuti, SMA N 1 Peranap Kecamatan
Diliarosta, S, Sumarni, Woro. 2021. Peranap (Tesis tidak diterbitkan).
Model Pembelajaran Inquiri Pascasarjana UNP Padang
Terintegrasi Etno-Stem Bahan Kajian

148

You might also like