You are on page 1of 12

Volume 4, Issue 4, December 2022

E-ISSN 2721-0642

Strategi Kebijakan Impor Garam Dalam Melindungi


Produksi Garam Nasional
Adein Bagus Maulana Ghozali1, Palupi Lindiasari Samputra1
1Universitas Indonesia, Jakarta

Email Korespondensi: palupi.ls@ui.ac.id

Abstract
This study aims to analyze the salt import policy strategy in protecting national salt
production. The method used in this research is research synthesis, in the form of a literature
review of previous research results from 2011 to 2020 with the same topic. The study results
are contradictory to the impact of the salt import policy on national salt production. Negative
impact: decreasing farmers' welfare and the price of people's salt, causing salt farmers to have
difficulty producing capital for national salt. Positive implications: becoming a price control
for domestic prices, encouraging the quality of the people's salt to compete with imported salt.
The salt import policy strategy to protect national salt production is as follows: (1) There must
be improvements to the Regulation of the Minister of Trade of the Republic of Indonesia
Number 63 of 2019 concerning Salt Imports' Provisions. For example, setting HPP for
people's salt as outlined in a ministerial regulation. (2) To accommodate the Indonesian
People's Salt Farmers Association's aspirations in policymaking, (3) Support from the
government for technology in producing people's salt, (4) The government can set price control
during the salt harvest season.
Keywords: Strategy, Salt Import Policy, National Salt Production.

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi kebijakan impor garam dalam
melindungi produksi garam nasional. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sintesis riset, berupa literature review terhadap hasil-hasil penelitian
terdahulu dari tahun 2011 hingga 2020 dengan topik yang sama. Hasil penelitian
terdapat kontradiksi dari dampak kebijakan impor garam terhadap produksi garam
nasional. Dampak negatif: menurunnya kesejahteraan petani dan harga garam
rakyat, sehingga menyebabkan petani garam kesulitan modal untuk memproduksi
garam nasional. Dampak positif: menjadi price control terhadap harga dalam negeri,
mendorong kualitas garam rakyat sehingga dapat bersaing dengan garam impor.
Strategi kebijakan impor garam untuk melindungi produksi garam nasional sebagai
berikut: (1) Harus adanya penyempurnaan peraturan Menteri Perdagangan Republik
Indonesia Nomor 63 Tahun 2019 Tentang Ketentuan Impor Garam. Seperti,
menetapkan HPP garam rakyat yang dituangkan dalam peraturan menteri. (2)
Menampung aspirasi Asosiasi Petani Garam Rakyat Indonesia dalam pembuatan
kebijakan, (3) Dukungan dari pemerintah terhadap teknologi dalam memproduksi
garam rakyat, (4) Pemerintah bisa menetapkan price control pada masa panen raya
garam.
Kata Kunci: Strategi, Kebijakan Impor Garam, Produksi Garam Nasional.

Pendahuluan
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan garis pantai terpanjang kedua
dunia, dengan total panjang 99.093 kilometer (KKP.go.id). Dalam Kementerian
Kelautan dan Perikanan (KKP) pada tahun 2017 luas lahan garam mencapai 43.052,10

1236
Volume 4, Issue 4, December 2022
E-ISSN 2721-0642

ha dan baru sekitar 26,000 ha yang memproduksi garam. Adapun lahan garam
tersebut tersebar dibeberapa propinsi, yaitu Nanggroe Aceh Darusalam mencapai
124 ha, Jawa Barat mencapai 6.733 ha, Jawa Tengah mencapai 6.609 ha Jawa Timur
mencapai 8.476 ha, Nusa Tenggara 2.626 ha, dan wilayah lainnya mencapai 975 ha.
Dengan demikian Indonesia mempunyai potensi alam sebagai penghasil garam.
Dalam Kementerian Kordinator Bidang Perekonomian (2019) pada tahun 2015
produksi garam sebesar 2.5 juta ton. Namun, pada tahun 2016 terjadi penurunan
produksi garam mencapai 93,32% dari 2.5 juta ton menjadi 168 ribu ton. Produksi
garam rakyat pada 2016 anjlok 96 persen dari tahun sebelumnya karena tingginya
curah hujan (katadata.co.id, 2016).Dalam Samiroh Laily Moqoddas (2020) Program
swasembada garam tahun 2016 yang di rencanakan akhirnya tidak tercapai. 2017-2018
produksi garam meningkat sebesar 561,3% dan 144,7% menjadi 1,1 juta dan 2,7 juta
ton. Dikutip dalam (https://tabloidsinartani.com, 2018) hal ini dikarenakan adanya
program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) yang dikembangkan oleh
Kementerian Kelautan Perikanan (KKP). Kementerian Kelautan dan Perikanan
berharap melalui rencana Pengembangan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) yang
dilaksanakan pada tahun 2016, KKP mendukung petambak garam baik dalam
kompetensi SDM, pembangunan insfrastruktur, produksi garam, dan upaya
stabilisasi harga garam rakyat. Namun dalam peneltian (Nandang A. Deliarnoor,
2018) program PUGAR dinilai belum berhasil karena belum memenuhi kriteria
efektivitas, efisiensi, responsivitas dan aspek ketepatan dari regulasi dalam memberi
perlindungan bagi petambak rakyat dari gagalnya produksi bila terjadi bencana, alih
fungsi lahan, dan impor garam.
4500000

4000000

3500000

3000000

2500000 Impor

2000000 Produksi

1500000 Kebutuhan

1000000

500000

0
2015 2016 2017 2018 2019

Gambar 1. Kebutuhan konsumsi & industri, Impor dan Produksi Garam Nasional
Sumber : Kementerian Kordinator Bidang Perekonomian, 2019

Dengan pertumbuhan penduduk dan industri, kebutuhan garam semakin


meningkat setiap tahun. Diperkirakan pada tahun 2019 kebutuhan garam nasional
akan meningkat 5.98% menjadi 4,2 juta ton. Karenanya, dibandingkan dengan 2,71
juta ton pada 2018, alokasi impor garam pemerintah pada 2019 meningkat 0.2%
menjadi 2.72 juta ton. Kebutuhan garam dibagi menjadi dua jenis, yaitu (1) garam
nabati digunakan sebagai bahan baku produksi insdustri garam beryodium (garam

1237
Volume 4, Issue 4, December 2022
E-ISSN 2721-0642

meja) untuk berbagai pangan (minimal NaCl 94,7%). Dan ikan asin; (2) Garam
industri digunakan sebagai bahan baku industri, dan kadar NaCl minimal 97%.
Dalam hal ini untuk memenuhi kebtuhuhan garam nasional pemerintah melakukan
kebijakan impor garam yang di tuangkan pada Peraturan Menteri Perdaganagan
Republik Indonesia Tentang Peraturan Impor Nomor 63 Tahun 2019 Pasal 2 (2).
Garam yang bisa diimpor digunakan untuk bahan baku dan bahan penolong.
Penelitian terkait impor garam ini sudah beberapa kali dilakukan baik dengan
menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Dalam penelitian (Andi Kurniawati,
2020), (Baihaki, 2013), (Fakhrul Razi, 2016), (Tikkyrino Kurniawan, 2013), (Bram,
2016), (Izzaty, 2011), (Jamil, 2017), dalam data penelitian-penelitian tersebut
menunjukan dampak negatif terkait impor garam terhadap produksi garam nasional.
Sementara dalam (Rochwulaningsih, 2013), (Putu Sri Diana, 2020), (Afriani, 2019),
menunjukan dampak positif terkait impor garam terhadap produksi garam nasional
yang dimana produksi garam nasional dapat bersaing dengan garam impor. Dari
penelitian-penelitian terdahulu terdapat kontradiksi dalam melindungi produksi
garam nasional. Sehingga, diperlukan strategi kebijakan untuk melindungi produksi
garam nasional. Dalam studi tersebut (Wirjodirdjo, 2004), strategi yang bisa dilakukan
untuk mengurangi ketergantungan Indonesia pada garam impor adalah intensifikasi
lahan dan peningkatan kualitas garam rakyat.
Selama ini produksi garam nasional hanya mampu memenuhi kebutuhan
konsumsi. Produksi garam nasional masih belum memenuhi kebutuhannya,
sehingga dalam memenuhi kebutuhan pokok garam masih bergantung pada garam
impor. Untuk memenuhi kebutuhan garam dalam negeri dilakukan melalui
produksi sendiri dan impor. Dalam era globalisasi ini setiap negara di haruskan
mengikuti aturan global terkait makin hilangnya hambatan perdagangan antar
negara. hal ini membawa dampak positif bagi industri domestik dalam meningkat
kan skill dan produktifitasnya, namun disisi lain berdampak pada persaingan harga
yang kurang menguntungkan industri baru dengan adanya free trade. Oleh karena
itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak kebijakan impor garam
terhadap produksi garam nasional, serta menganalisis strategi kebijakan impor
garam sekaligus melindungi industri dalam negeri.

Metode
Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif dengan sintesis riset yang
berupa literature review hasil-hasil penelitian terdahulu. Bodgan dan Taylor
mengemukakan dalam (Moleong, 2010) bahwa penelitian kualitatif adalah prosedur
penelitian yang mengahasilkan data deskriptif berupa ekspresi tertulis atau lisan
masayarakat dan perilaku yang bisa diamati. Hasil studi 2011-2020 mencakup kasus-
kasus di daerah maupun nasional.
Dalam (William N, 2003) percaya bahwa analisis kebijakan publik adalah
disiplin ilmu sosial terapan yang menggunakan berbagai metode penelitian dan
argumen untuk menghasilkan informasi yang relevan untuk menyelesaikan masalah
kebijakan. Analisis kebijakan publik tidak hanya mengamati kebijakan dengan
mempelajari komponen-komponennya, tetapi juga merancang dan mensintesiskan
alternatif baru. Kegiatan tersebut antara lain penelitian untuk menjelaskan atau
memberikan perspektif tentang isu-isu yang diantisipasi untuk mengevaluasi
keseluruhan program penelitian.

1238
Volume 4, Issue 4, December 2022
E-ISSN 2721-0642

Produksi konvensional adalah kemampuan untuk menciptakan barang atau


jasa yang memenuhi kebutuhan manusia (Sudarman, 2004). Menurut definisi ini,
produksi mencakup pengertian yang sangat luas, yaitu produksi mencakup semua
kegiatan, bukan hanya pembuatan barang yang terlihat. Secara umum, istilah
“produksi” didefinisikan sebagai penggunaan atau pemanfaatan sumber daya yang
mengubah komoditas menjadi komoditas yang sama sekali berbeda, tidak peduli
dalam arti apa, dimana atau kapan ditempatkan, dan dalam hal apa konsumen dapat
memilih untuk menentang komoditas ini.Istilah produksi berlaku untun barang dan
jasa, karena istilah “komoditi” mengacu pada barang dan jasa. Produksi semacam ini
terjadi karena kerjasama antar berbagai faktor produksi. Empat unsur produksi, yaitu:
(1) modal, (2) tenaga kerja, (3) sumber daya material, (4) oraganiasi, wirausaha
(Griffin, 2014).

Hasil Dan Pembahasan


Literature review ini dilakukan untuk menganalisis dampak kebijakan impor
garam terhadap produksi garam nasional. Hasil dari analisis tersebut digunakan
untuk memberikan rekomendasi kebijakan. Literatur yang dikumpul dianalisis
dengan sintesis untuk mengetahui perbandingan, dan pengujian secara sistematis
terhadap hasil-hasil implementasi kebijakan publik dimasa lampau.
Dalam kajian terdahulu saya membuat matriks dari 10 jurnal yang
didapatkakan di google schoolar dengan kata kunci kebijakan impor garam, produksi
garam nasional. Dari 10 jurnal ini memiliki keterkaitan dengan penulis. Matriks
sinetsis sangat bermanfaat dan dapat digunakan sebagai dasar penelitian. Matriks
sintesis adalah tabel atau grafik yang memungkinkan peneliti untuk mengelompokan
dan mengklasifikasikan argumen yang berbeda dalam beberapa artikel, serta
menggabungkan elemen untuk mendapatkan kesimpulan dari keseluruhan artikel
(Murniarti, 2018).
Tabel 1. Matriks Penelitian Terdahulu
Penulis/Tahun Topik Penelitian Metode Hasil Peneltian
Andi Kurniawati, Mengkaji dampak impor Kualitatif Dampak kegiatan
2020 garam khususnya di dengan kajian impor garam sangat
Kabupaten Jeneponto, dan literatur, terasa bagi para
mengkaji efektifitas wawancara dan petani garam di
kebijakan pengendalian observasi Kabupaten
impor komoditas garam Jeneponto.
terhadap kesejahteraan Kebijakan teresbut
petani garam di ternyata tidak
Kabupaten Jeneponto. berdampak positif
bagi kesejahteraan
petani garam.

Afriani, 2019 Mengetahui faktor-faktor Kuantitatif dampak impor


yang mempengaruhi dengan analisis garam berpengaruh
impor garam dan 2SLS (Two Stage positif terhadap
dampaknya bagi produksi Least Square) produksi garam
dan harga jual garam di dalam negeri dan
Indonesia. signifikan.
Jamil, 2017 Menganalisis faktor-faktor Model regresi Produksi garam
yang mempengaruhi kuantitatif data dalam negeri dan
permintaan dan efektivitas panel. harga garam impor
kebijakan impor garam di berkolerasi negatif
Indonesia. dengan impor,

1239
Volume 4, Issue 4, December 2022
E-ISSN 2721-0642

sedangkan variabel
lain berkorelasi
positif. Temuan
lainnya, pada saat
kajian ini
dilakukan,
kebijakamn impor
yang dilakukan
pemerintah belum
sepenuhnya
dilaksanakan.
Putu Sri Diana, Menganalisis hubungan Kuantitatif Terdapat hubungan
2020 kointegrasi antara impor dengan teknik kointegrasi antara
garam sebagai input utama analisis uji impor garam
dan output industri kointegrasi sebagai input utama
pengguna garam. dan output industri
pengguna garam.
Sehingga
pemerintah bisa
mempertimbangkan
untuk membukanya
keran tersebut,
yaitu mengimpor
garam setiap tahun
untuk mendukung
proses produksi
industri.
Fakhrul Razi, 2016 Menganalisis Kuantitatif Perkembangan
perkembangan impor menggunakan impor garam di
garam di Aceh dan faktor- data sekunder, Aceh tumbuh
faktor yang data yang positif sebesar
mempengaruhinya. digunakan 6.581.232 kg
adalah data time pertahun, dan pada
series 11 tahun. saat yang sama
impor garam di
Aceh dipengaruhi
oleh faktor-faktor
yang terkait dengan
jumlah penduduk,
kebutuhan garam,
produksi garam,
biaya impor garam,
dan harga garam
impor.
Bram, 2016 Menganalisis isu yang saat Deskriptif Produk hukum dari
ini sedang dibahas terkait kualitatif kebijakan ini tidak
banjir garam impor dari dengan data menjangkau
Asutralia, India, China dan studi kepentingan peserta
Malaysia. kepustakaan ekonomi garam
nasional.
Tikkyrino Menganalisis kinerja Analisis Perbedaan
Kurniawan, 2013 impor garam lembaga deskriptif penghitungan data
industri garam terkait kuantitatif produksi garam
dengan stabilitas harga dengan antara KKP dan
industri garam dan menggabungkan data nasional akan
mempengaruhi

1240
Volume 4, Issue 4, December 2022
E-ISSN 2721-0642

kesejahteraan perani data primer dan akurasi impor


garam. sekunder garam nasional.
Lukman, 2013 Ekonomi-Politik Kebijakan Kualitatif Kebijakan Indonesia
Impor Garam Indonesia saat ini cenderung
Periode 2007-2012 mengimpor garam
daripada
meningkatkan
produktivitas
petani garam. Hal
ini membuat
Indonesia
bergantung pada
impor garam.

Rochwulaningsih, Mengkaji permasalahan Kualitatif Tata niaga garam


2013 bagaimana potret tata dengan studi cenderung di luar
niaga garam masyarakat kasus kendali pemerintah,
dan inti permasalahan sehingga sangat
struktural yang bergantung pada
menyebabkan kisruh tata mekanisme
niaga garam masyarakat perdagangan

Izzaty, 2011 Menganalisis kebijakan Deskriptif Permasalahan


dan alternatif pemerintah kuantitatif yang industri garam
yang mendorong diolah dari seperti
peningkatan produksi berbagai kelembagaan yang
garam. literatur lemah, regulasi
tentang penetapan
harga awal dan
regulasi impor
garam,
permasalahan tata
niaga terkait impor
garam.
Beberapa jurnal literarure diatas menunjukan hasil yang bervariatif terhadap
implementasi kebijakan impor garam dalam melindungi produksi garam nasional.
Pemilihan jurnal tersebut disesuaikan dengan tujuan peneliti yang membahas strategi
kebijakan impor garam dalam melindungi produksi garam nasional.

Dampak Kebijakan Impor Garam Terhadap Produksi Garam Nasional


Indonesia memiliki kebijakan impor garam. Kebijakan ini merupakan hasil
pertarungan kepentingan antara Kementerian Perdagangan, Perindustrian, Kelautan
dan Perikanan. Cheetham Garam Indonesia dan Asosiasi Petani Garam Indonesia.
Dalam pertaruangan kepentingan tersebut, Kementerian Perdagangan dan
Perindustrian mendukung Cheetham Garam Indonesia. (Baihaki, 2013). Dalam
konteks kebijakan impor garam tujuannya adalah bagaimana kebutuhan garam
dalam negeri dapat terpenuhi, dan dilain sisi juga produksi garam domestik dari
petani garam dapat dilindungi. Untuk itu pemerintah mengatur ketentuan impor
garam. Lembaga yang berwenang melakukan pengaturan tersebut ialah Kementerian
Perdagangan. Dalam Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia tentang
Ketentuan Impor Garam Nomor 63 Pasal 2 (2) tahun 2019. Garam yang bisa diimpor
digunakan untuk bahan baku industri dan bahan penolong.

1241
Volume 4, Issue 4, December 2022
E-ISSN 2721-0642

Tabel 2. Dampak Negatif Kebijakan Impor Garam


Penulis/Tahun Dampak Negatif Kebijakan Impor Solusi
Garam
Andi Kurniawati, Mengakibatkan harga garam nasional Pemerintah harus
2020 turun dan menurunnya kesejahateraan mengeluarkan kebijakan yang
petani garam rakyat tepat untuk memperbaiki
sektor pergaraman nasional
Jamil, 2017 Produksi garam domestik dan harga Penguatan pengawasan
garam impor berkorelasi negatif kebijakan impor garam
dengan impor.
Lukman, 2013 Menurunnya produktivitas petani Peningkatan produktivtas
garam rakyat. Petani garam melalui program
PUGAR
Fakhrul Razi, 2016 Menurunnya produksi garam di Aceh Pemerintah agar dapat
menunjang produksi proses
produksi garam lokal
Bram, 2016 Menurunnya produktivitas garam Setiap kebijkan impor garam
rakyat harus memiliki regulasi yang
jelas
Izzaty, 2011 Menurunnya produktivitas petani Peningkatan produksi melalui
garam rakyat dan menghancurkan intensifikasi dan ekstenfikasi
harga garam rakyat lahan yang dilakukan
bimbingan teknis oleh
pemerintah
Tikkyrino Dampaknya, produksi garam rakyat Mengecek kembali penerapan
Kurniawan, 2013 tidak terserap sepenuhnya dan memperbaki undang-
undang impor garam
Berdasarkan kajian sebelumnya, kebijakan impor garam berdampak positif
dan negatif terhadap produksi garam nasional. Selama ini produksi garam nasional
hanya dapat memenuhi kebutuhan garam dalam negeri untuk konsumsi, sedangkan
kebutuhan garam industri dapatg dipenuhi melalui impor (Efendy, 2016). Secara
umum ada dua jenis produksi garam yang diproduksi oleh PT. Garam dan garam
rakyat. Ada beberapa faktor mengapa Indonesia impor garam. Faktor-faktor yang
sangat mempengaruhi permintaan garam impor di Indonesia antara lain: produksi
garam dalam negeri, harga garam impor, produk domestik bruto (PDB), produk
domesti bruto riil negara asal, dan nilai tukar riil (Jamil, 2017).
Dampak dari kebijakan impor garam tersebut berdampak sangat besar bagi
para petani garam di wilayah Jeneponto Sulawesi Selatan (Andi Kurniawati, 2020).
Semakin terbukanya kran impor garam setiap tahunnya mengakibatkan harga garam
domestik menurun dan kurangnya permintaan pasar terhadap garam domestik.
Kebijakan tersebut belum berdampak positif terhadap kesejahteraan petani garam
rakyat. kesejahteraan petani garam rakyat menjadi semakin memburuk karena
kualitas dan kuantitas produksi garam domestik tidak dapat bersaingan dengan
garam impor. Selain itu juga, struktur tata niaga garam rakyat menempatkan petani
garam pada posisi lemah dan rentan karena tidak bisa langsung masuk ke pasar
(Rochwulaningsih, 2013).
Sementara itu, produksi garam di Kabupaten Sampang hanya bisa dijual
kepada UKM pencuci garam kecil dan menengah di daerah dan pabrik atau
perusahaan di daerah Pamekasan dan Sumenep (Tikkyrino Kurniawan, 2013). Hal
senada pun terjadi di Aceh, konsumsi dan kebutuhan industri tidak dapat dipenuhi.
Meski Aceh memiliki daerah penghasil garam, Aceh tetap mengimpor garam
(Fakhrul Razi, 2016). Ada beberapa alasan importir lebih memilih garam impor adalah

1242
Volume 4, Issue 4, December 2022
E-ISSN 2721-0642

karena kualitas garam produksi masyarakat rata-rata tidak sesuai untuk garam
konsumsi dan atau garam industri karena kandungan NaCl yang kurang tinggi,
sehingga perlu dimurnikan untuk meningkatkan NaCl (Ridwan, 2010).
Jika diakumulasikan secara nasional tabel 2 menunjukan bahwa produksi
garam nasional fluktuatif dengan produksi rata-rata 1.5 juta ton pertahun. Pada tahun
2010 terjadi penurunan produksi tertinggi dengan produksi garam nasional hanya
30.600 ton. Disamping itu, kebutuhan garam setiap tahunnya semakin meningkat
dengan kebutuhan rata-rata 3.5 juta ton pertahun. Oleh karena itu, untuk memenuhi
kebutuhan tersebut, pemerintah telah menerapkan kebijakan impor garam.
Tabel 3. Produksi, Kebutuhan, Impor, Tahun 2004-2009
Tahun Produksi Kebutuhan Impor
2004 1.382.980 2.485.434 2.181.247
2005 1.150.000 2.760.246 1.404.375
2006 1.288.000 2.836.990 1.552.750
2007 1.352.400 3.056.130 1.661.488
2008 997.000 3.079.700 1.657.548
2009 1.371.000 2.960.250 1.701.418
2010 30.600 3.003.550 2.083.343
2011 1.575.663 3.251.691 2.835.871
2012 2.473.716 3.251.691 2.314.844
2013 1.163.607 3.573.954 2.020.933
2014 2.501.891 3.611.990 2.251.577
2015 2.485.111 3.227.279 1.864.049
2016 168.054 3.532.887 2.143.743
2017 1.111.395 3.862.925 2.552.283
2018 2.719.256 3.960.945 2.718.659
2019 2.327.078 4.197.622 2.724.772
Sumber: Dikumpulkan dari berbagai macam sumber seperti: Kementerian Kelautan dan Perikanan
(2015), Kementerian Kordinator Bidang Perekonomian ( 2019)

Disamping itu juga kebijakan impor garam memberikan dampak positif bagi
produksi garam nasional. Jika dilihat dari sisi kepentingan konsumen, keberadaan
garam impor berfungsi sebagai price control terhadap harga dalam negeri
(Rochwulaningsih, 2013). Afriani (2019) dampak impor garam berpengaruh positif
terhadap produksi garam dalam negeri dan signifikan. kondisi ini terjadi
dikarenakan peningkatan impor disebabkan oleh mengingkatnya permintaan, oleh
sebab itu untuk memenuhi permintaan dalam negeri dilakukan peningkatan
produksi.
Tabel 4. Dampak Positif Kebijakan Impor Garam
Penulis Dampak Positif Kebijakan Impor Garam
Rochwulaningsih Garam impor berfungsi sebagai price control
terhadap harga dakan negeri
Inda Afriani Impor garam berpengaruh positif terhadap
produksi dalam negeri dan signifikan
Putu Sri Diana Garam impor memberikan multiplier effect
pendapatan besar bagi perekonomian, dengan rata
>1
Kebijakan mengimpor garam industri yang berlaku merupakan langkah
pemerintah untuk menunjang aktivitas produksi sektor industri yang menggunakan
garam industri sebagai input kunci sehingga bisa menghasilkan multiplier effect
melalui kontribusi terhadap PDB, penyerapan tenaga kerja, dan perolehan devisa dari

1243
Volume 4, Issue 4, December 2022
E-ISSN 2721-0642

ekspor (Kemenperin, 2017). Hasil penelitian Putu Sri Diana (2020) Industri pengguna
garam merupakan sektor yang mempunya multiplier effect pendapatan yang besar
terhadap perekonomian, dengan rata-rata >1, Oleh karena itu, pemerintah
mempertimbangkan untuk membuka keran impor garam setiap tahun untuk
mendukung proses produksi sektor industri tersebut.
Bisnis garam rakyat sebenarnya menguntungkan dan bisa dikembankan.
Namun, secara teknis dan ekonomis penggunaan faktor produksi dalam usaha garam
kurang efektif. Variabel luas lahan, tenaga kerja dan modal memiliki nilai koefisien
yang positif dan berpengaruh signifikan terhadap produksi garam rakyat (Dafid
Amami, 2016).Menurut Griffin (2014) Produksi semacam ini terjadi karena kerjasam
anatara berbagai faktor produksi.Faktor-faktor produksi adalah: (1) modal, (2) tenaga
kerja, dan (3) sumber daya material. Selain kebijakan impor garam, inilah semua
faktor yang menyebabkan produksi dalam negeri gagal memenuhi kebutuhan garam
nasional.
Berdasarkan hasil temuan penelitian diatas terdapat kontradiksi dalam
dampak kebijakan impor garam terhadap produksi garam nasional. Satu sisi
kebijakan tersebut telah memberikan dampak negatif, seperti menurunnya
kesejahteraan petani garam, menurunnya harga garam rakyat, sehingga
menyebabkan petani garam kesulitan modal untuk memproduksi garam dalam
memenuhi kebutuhan garam nasional yang setiap tahunnya meningkat . Namun
disisi lain kebijakan impor garam ini memberikan dampak positif. Seperti, sebagai
price control terhadap harga dalam negeri, mendorong kualitas garam rakyat,
sehingga dapat bersaing dengan garam impor.
Dalam hal implementassi kebijkan impor garam sudah diterapkan dan
diupayakan oleh pemerintah. Sejalan dengan Gerston (1992) mengemukakan bahwa
kebijakan publik adalah upaya yang dilakukan oleh pejabat pemerintah disemua
tingkatan untuk menyelesaikan masalah publik. Namun, dalam pelaksanaanya di
lapangan masih kebijakan impor garam ini masih belum efektif dan memberikan
dampak negatif dalam melindungi produksi garam nasional. Hal ini juga sejalan
dengan pandangan Islamy (2010) tentang keberhasilan kebijakan publik, Islamy
(2010) menunjukan bahwa kebijakan nasional yang diterapkan akan efektif apabila
memebrikan dampak positif bagi masyarakat.

Strategi Kebijakan dalam Melindungi Produksi Garam Nasional


Dalam era globalisasi ini setiap negara di haruskan mengikuti aturan global
terkait makin hilangnya hambatan perdagangan antar negara. hal ini membawa
dampak positif bagi industri domestik dalam meningkat kan skill dan
produktifitasnya, namun disisi lain berdampak pada persaingan harga yang kurang
menguntungkan industri baru dengan adanya free trade, sehingga dibutuhkan
kebijakan dalam melindungi industri domestik. Minimnya kebijakan Indonesia yang
memperhatikan salinitas rakyat bukan hanya karena faktor cuaca, modal, dan sumber
daya material. Kelemahan ini juga terkait dengan impor garam dari beberapa negara
melalui perdagangan internasional.
Menurut Yulia Mustika Wati (2013) dalam penelitiannya, bahwa ada
kelemahan dalam mengembangkan produksi garam nasional. Seperti, kapasitas
peralatan dan jenis produksi pada pengolahan terbatas, biaya usaha cenderung naik,
dan tidak memiliki distribusi sampai tingkat retail. Beberapa hasil peneltianpun
memberikan rekomendasi dalam melindungi produksi garam nasional. Dalam

1244
Volume 4, Issue 4, December 2022
E-ISSN 2721-0642

mendorong produksi garam nasional, produksi dan kualitas garam dalam negeri juga
dapat ditingkatkan dengan meningkatkan jumlah penelitian garam, seperti yang
dilakukan India melalui pengembangan Central Salt and Marine Chemicals Research
Institute (Jamil, 2017). Memperluas areal tambak garam dapat meningkatkan produksi
garam rakyat (Dafid Amami, 2016). Dalam hal ini petani garam harus dapat
menghitung kebutuhan tenaga kerja sesuai luas lahan yang dimiliki secara
proporsional.
Selain itu juga dalam penelitian Putu Sri Diana (2020) bahwa untuk
mendortong produksi garam domestik dibutuhkan ketegasan dan konsistensi
pemerintah melalui pemanfaatan sumber daya alam yang potensial serta mampu
menghadirkan teknologi pengolahan modern dan berkualitas tingggi diharapkan bisa
diwujudkan oleh pemerintah. Indonesia harus melakukan reformasi komoditas
dengan terlebih dahulu mengidnetifikasi garam sebagai komoditas strategis
(Khairunnisa, 2015). Selain itu, mereka juga harus memeriksa ruang lingkup undang-
undang impor garam dan memperbaiki undang-undang tersebut, karena tidak ada
bagian sanksi terhadap perusahaan yang tidak dapat sepenuhnya menyerap produksi
garam rakyat. (Tikkyrino Kurniawan, 2013). Hal ini pun sejalan dalam hasil penelitian
Fauzin (2019) bahwa perlu dirumuskan kebijakan yang memungkinkan para
Petambak Garam untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia mereka, dan
merumuskan kebijakan untuk menetapkan standar mutu garam secara publik
sehingga Petambak Garam dapat dengan mudah menentukan mutu garam dari
produksinya.
Berdasarkan hasil penelitian-penelitian di atas bahwa harus ada strategi
kebijakan dalam melindungi produksi garam nasional. Padahal, pemerintah telah
mengupayakan peningkatan produksi garam nasional melalui "Program
Pengembagan Usaha Garam Rakyat" (PUGAR).Namun dalam penelitian Nandang A.
Deliarnoor (2018) program PUGAR dinilai belum berhasil karena belum memenuhi
kriteria efektivitas, efisiensi, responsivitas dan aspek ketepatan dari regulasi dalam
memberi perlindungan bagi petambak rakyat dari gagalnya produksi bila terjadi
bencana, alih fungsi lahan, dan impor garam. Ditambah dengan Harga Pokok
Pembelian (HPP) garam yang masih belum ditetapkan oleh pemerintah untuk
menolong harga garam petambak yang anjlok. Seperti harga garam di Sampang yang
menyentuh harga Rp.200-250/kg (Tikkyrino Kurniawan, 2013).
Harus ada formulasi dan bentuk kebijakan pemerintah yang melindungi dan
mendukung peningkatan produksi garam rakyat. Kebijakan yang sudah ada seperti
peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2019 Tentang
Ketentuan Impor Garam Pasal 2 ayat (2). Garam yang dapat diimpor merupakan
garam untuk pemenuhan bahan baku dan bahan penolong industri. Kebijakan
tersebut belum melindungi produksi garam nasional dan bertentangan dengan UU
No. 7 Tahun 2016 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan, Pembudi Daya
Ikan, dan Petambak Garam.
Selama kualitas garam rakyat belum mampu memenuhi kriteria, maka tidak
akan dapat memenuhi kebutuhan garam nasional. Harus ada penggunaan teknologi
dan modal yang mendorong produksi garam rakyat. Agar ditahun yang akan datang
dan selanjutnya garam rakyat dapat bersaing dengan garam impor untuk memenuhi
kebutuhan garam nasional. Oleh sebab itu, dibutuhkan kebijakan impor garam dari
pemerintah yang melindungi dan mendukung peningkatan produksi garam rakyat.

1245
Volume 4, Issue 4, December 2022
E-ISSN 2721-0642

Berdasarkan hasil temuan dalam penelitian-peneliat terdahulu. Maka dapat


dirumuskan strategi kebijakan impor garam dalam melindungi produksi garam
nasional sebagai berikut: (1) Harus adanya penyempurnaan peraturan Menteri
Perdagangan Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2019 Tentang Ketentuan Impor
Garam. Seperti, menetapkan HPP garam rakyat yang dituangkan dalam peraturan
menteri. (2) Menampung aspirasi Asosiasi Petani Garam Rakyat Indonesia dalam
pembuatan kebijakan, (3) Dukungan dari pemerintah terhadap teknologi dalam
memproduksi garam rakyat, (4) Pemerintah bisa menetapkan price control pada masa
panen raya garam. Selain itu juga, pemerintah harus membuat kebijakan dalam
mengembangkan produksi garam nasional sehingga dapat bersaing dengan garam
impor. Seperti, (1) Memberikan modal kepada petani garam rakyat, (2) Mengadakan
pelatihan kepada petani garam rakyat dalam penggunaan teknologi, sehingga tidak
bergantung pada musim kemarau saja dalam memproduksi garam rakyat, (3)
Mengembangkan lahan-lahan baru di daerah yang belum dimanfaatkan dan (4)
menetapkan HPP garam rakyat yang dituangkan dalam peraturan menteri.

Kesimpulan
Kebijakan impor garam telah memberikan dampak negatif dan positif
terhadap produksi garam nasional. Dampak negatifnya seperti, menurunnya
kesejahteraan petani garam, menurunnya harga garam rakyat, sehingga
menyebabkan petani garam kesulitan modal untuk memproduksi garam dalam
memenuhi kebutuhan garam nasional yang setiap tahunnya meningkat. Namun,
disisi lain kebijakan impor garam ini memberikan dampak positif. Seperti, sebagai
price control terhadap harga dalam negeri, meningkatkan kualitas garam rakyat,
sehingga dapat bersaing dengan garam impor. Hal inipun menggambarkan
kontradiksi dalam pelaksaan kebijakan impor garam. Berdasarkan hasil temuan
dalam penelitian-peneliat terdahulu. Maka dapat direkomendasikan strategi
kebijakan impor garam dalam melindungi produksi garam nasional sebagai berikut:
(1) Harus adanya penyempurnaan peraturan Menteri Perdagangan Republik
Indonesia Nomor 63 Tahun 2019 Tentang Ketentuan Impor Garam. Seperti,
menetapkan HPP garam rakyat yang dituangkan dalam peraturan menteri. (2)
Menampung aspirasi Asosiasi Petani Garam Rakyat Indonesia dalam pembuatan
kebijakan, (3) Dukungan dari pemerintah terhadap teknologi dalam memproduksi
garam rakyat, (4) Pemerintah bisa menetapkan price control pada masa panen raya
garam.

Referensi
Afriani, I. (2019). Dampak Impor Garam Terhadap Produksi dan Harga Garam
Domestik di Indonesia. ETD UNSYIAH.
Andi Kurniawati, D. T. (2020). Kebijakan Pengendalian Impor Komoditas Pergaraman
Terhadap Kesejahteraan Petambak Garam di Kabupaten Jeneponto.
Jurispudentie.
Baihaki, L. (2013). Ekonomi-Politik Kebijakan Impor Garam Indonesia. Jurnal Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik.
Bram, H. D. (2016). Implikasi Liberalisasi Perdagangan Terhadap Sekotor Garam
Nasional (Studi Kasus Kebijakan Impor Garam di Jawa Timur). LIGITASI.
Dafid, A. I. (2016). Efisiensi Faktor-faktor Produksi Garam Rakyat . Media Trend.

1246
Volume 4, Issue 4, December 2022
E-ISSN 2721-0642

Efendy, M. H. (2016). Perencanaan Korporatisasi Usaha Garam Rakyat. Jakarta:


Sekretariat Direktorat Jendral Pengelolaan Ruang Laut, Kementerian Kelautan
dan Perikanan .
Fakhrul, R. I. E. (2016). Analisis Perkembangan dan Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Impor Gaeam di Provonsi Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Pertanian UNSYIAH.
Fauzin. (2019). Analisis Pengaturan Perlindungan Petambak Garam di Kabupaten
Sampang. Jurnal Pamator.
Gerston, L. (1992). Public Policy Making in a Democratic Society: A Guiden to Civic. New
York: M.E Sharp, inc.
Griffin, R. W. (2014). Pengantar Bisnis. Jakarta: Erlangga.
Islamy, I. (2010). Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijakan Negara. Jakarta: Bumi Aksara.
Izzaty, S. H. (2011). Kebijakan Pengembangan Produksi Garam Nasional. Jurnal
Ekonomi dan Kebijakan Publik.
Jamil, A. S. (2017). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan dan Efektivitas
Kebijakan Impor Garam Indonesia. Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan.
Kemenperin. (2017). Pemenuhan Garam Industri Topang Keberlanjutan Produksi dan
Investasi. Kementerian Perindustrian.
Khairunnisa, A. J. (2015). Model Kebijakan Indonesia Terhadap Australida Dalam
Melindungi Industri Garam Nasional (2009-2011). Jom FISIP Volume 2 No.2.
Moleong, L. J. (2010). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Murniarti, E. N. (2018). Writing Matrix and Assessing Literature Review: A
Methodological. Journal of Asian Development.
Nandang A. Deliarnoor, R. A. (2018). Evaluasi Program Pemberdayaan Garam Rakyat
di Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. RESPONSIVE: Jurnal
Pemikiran dan Penelitian Administrasi, Sosial, Humaniora dan Kebijakan Publik.
Putu Sri Diana, I. W. (2020). Garam Industri Impor Sebagai Input Kunci Sektor
Industri Pengguna Garam dan Multiplier Efeknya Terhadap Perekonomian.
Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana.
Ridwan. (2010). Proses Pembuatan Garam Kemurnian Tinggi Dengan Metode
Evaporasi Bertingkat. ADIWIDIA.
Rochwulaningsih, Y. (2013). Tata Niaga Garam Dalam Kajian Struktural. Jurnal Sejarah
Citra Lekha.
Sudarman, A. (2004). Teori Ekonomi Mikro. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Tikkyrino, K. A. A. (2013). Dampak Kebijakan Impor Garam dan Kelembagaan
Terhadap Kinerja Industri Garam Nasional. Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan
dan Perikanan.
William N, D. (2003). Pengantar Analisis Kebijakan Edisi Kedua. Yogyakarta: Gadja Mada
University Press.
Wirjodirdjo, B. (2004). Skenario Kebijakan Pengembangan Pergaraman Nasional
Dalam Usaha Mengurangi Ketergantungan Luar Negeri: Suatu Penghampiran
Model Sistem Dinamik. Jurnal Eksekutif.
Yulia, M. W. A. D. (2013). Pengembangan Strategi Bersaing PT. Garam (Persero).
Jurnal Kesejahteraan Sosial.

1247

You might also like