Professional Documents
Culture Documents
1 PB
1 PB
7 , No,3
Elementary Education Research pp.56-61
http://www.jim.unsyiah.ac.id/pgsd/index jimpgsd.eer@gmail.com
Abstract
Article History
This study aims to describe the application of classroom teacher social Received: 19 Agustus 2022J
competence in the learning process at SD Negeri 71 Banda Aceh. The approach Reviewed:25 Agustus 2022
taken is qualitative with a descriptive type of research. The subjects in the study Published:26 Agustus 2022
were 6 class teachers, 1 principal and 6 students. Data collection was done by
observation and interviews. All data collected is processed by data analysis, Key Words
namely data reduction, data presentation and conclusion drawing. From the aplication, social
results of observations and interviews, there are problems with the 5 indicators competence, learning
of social competence, the six classroom teachers seem to have implemented process.
several indicators of social competence and there are 2 indicators that are not
visible and applied by teachers in the learning process, namely the indicators of
communicating orally, in writing, and The indication is that there are teachers
who do not use various methods and do not apply sign language in the learning
process. As well as on indicators of using communication and information
technology functionally, it can be seen that there are some teachers who do not
use technology, in the use of technology, the lack of application of teachers is
still mostly based on textbooks and does not use focus to support the learning
process. In interacting with other teachers it is quite good but there is one
teacher who does not apply it so that communication is not good. The
conclusions of this study indicate that the six class teachers of SD Negeri 71
Banda Aceh have implemented social competence in the learning process quite
well. Therefore, teachers who have been seen in implementing social
competence can maintain this
Abstrak
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini ialah untuk mendeskripsikan Kata Kunci
penerapan kompetensi sosial guru kelas dalam proses pembelajaran di SD Penerapan, kompetensi
Negeri 71 Banda Aceh. Pendekatan yang dilakukan adalah kualitatif dan jenis sosial, proses
penelitian deskriptif. Subjek dalam penelitian ialah 6 orang guru kelas, 1 orang pembelajaran.
kepala sekolah dan 6 orang peserta didik. Pengumpulan data penelitian ini
menggunakan observasi dan wawancara. Seluruh data yang terkumpul diolah
dengan analis data yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan. Melalui hasil observasi dan wawancara, terdapat permasalahan
yaitu dari 5 indikator kompetensi sosial. Keenam guru kelas terlihat sudah
menjalankan sebagian indikator kompetensi sosial serta terdapat 2 indikator
yang tidak terlihat dan dijalankan oleh guru pada saat proses pembelajaran,
yaitu pada indikator berkomunikasi secara lisan, tulisan, dan isyarat terdapat
guru yang tidak menggunakan berbagai macam metode dan tidak menerapkan
bahasa isyarat dalam proses pembelajaran, serta pada indikator menggunakan
teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional dapat dilihat ada
beberapa guru terlihat kurang memanfaatkan teknologi. Kurangnya
pemanfaatan teknologi yang diterapkan, sehingga guru masih banyak
berpatokan pada buku paket saja dan tidak menggunakan infokus untuk
menunjang proses pembelajaran. Guru dalam berinteraksi dengan guru lainnya
56
Jurnal Ilmiah Mahasiswa: Elementary Education Research
Bulan Agustus Tahun.2022 Vol. 7, No.3
Jurnal Ilmiah Mahasiswa: Agustus 2022. Vol.7 , No,3
Elementary Education Research pp.56-61
http://www.jim.unsyiah.ac.id/pgsd/index jimpgsd.eer@gmail.com
sudah cukup baik namun ada salah satu guru yang tidak menerapkannya
sehingga membuat komunikasi tidak baik. Keimpulan penelitian ini
menunjukan bahwa keenam guru kelas SD Negeri 71 Banda Aceh sudah
menerapkan kompetensi sosial dalam proses pembelajaran dengan cukup baik.
Maka dari itu guru yang sudah tampak dalam melaksanakan kompetensi sosial
dapat mempertahankannya.
How to Cite: Oftafia, A., Syafrina, A.., Ahadin. (2022). Penerapan Kompetensi Sosial Guru Kelas dalam
Proses Pembelajaran Di SD Negeri 71 Banda Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Elementary Education
Research, vol. 7l(3).
Pendahuluan
Guru salah satu elemen penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Guru
memiliki kewajiban yang utama, di karena berinteraksi langsung terhadap peserta didik pada
proses pelaksanaan pembelajaran, kualitas pembelajaran peserta didik itu bergantung pada
guru, maka dari itu guru dapat mempunyai dasar-dasar kompetensi sebagai wewenang serta
kemampuan saat menjalankan tugasnya. Dengan demikian kompetensi perlu dimiliki oleh
seorang guru sebagai kemampuan, kecakapan dan keterampilan dalam mengelola
pembelajaran dikelas. Guru dapat memiliki kompetensi sesuai dengan yang telah ditentukan
atau disebut dengan standar kompetensi guru (Silitonga, 2021).
Di dalam undang-undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Undang-Undang Guru dan
Dosen disebutkan berikut ini empat kompetensi yang wajib guru miliki, yaitu kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Seluruh
kompetensi bermanfaat tetapi di antara empat kompetensi tersebut peneliti akan meneliti
tentang kompetensi sosial. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74
tahun 2008 Bab II Pasal 3 ayat 6 menjelaskan kompetensi sosial ialah keterampilan seorang
guru yang memiliki kompetensi meliputi: (a) Berkomunikasi dengan baik secara lisan,
tulisan, maupun isyarat, (b) Menggunakan teknologi informasi, (c) Bergaul secara efektif, (d)
Bergaul secara santun, (e) Menerapkan prinsip-prinsip persaudaraan yang sejati dan semangat
kebersamaan.
Jika guru mempunyai kompetensi sosial, bahwa hal tersebut akan dicontoh oleh peserta
didik. Sebab selain kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual, kecerdasan sosial perlu
diperlihatkan kepada peserta didik (social intelligence), agar mereka memiliki hati nurani,
rasa peduli, empati dan simpati kepada orang lain” (Muspiroh, 2016). Komunikasi yang
dimiliki guru harus luas dikarenakan guru harus membimbing peserta didik dan bisa
memahami perasaannya, guru juga harus pandai dalam menyampaikan materi pembelajaran
agar mudah dipahami. Oleh sebab itu, pada proses pembelajaran penerapan kompetensi sosial
yang dilakukan oleh guru menjadi penting karena seperti yang kita pahami tugas seorang
guru di samping harus menguasai pembelajaran, tentu pula guru mengetahui bagaimana cara
menyampaikan isi pembelajaran, sehingga peserta didik dapat memahaminya.
Menurut pengamatan penulis dan hasil wawancara dan observasi di SD Negeri 71
Banda Aceh terkait penerapan kompetensi sosial yang guru miliki, ditemukan beberapa guru
57
Jurnal Ilmiah Mahasiswa: Elementary Education Research
Bulan Agustus Tahun.2022 Vol. 7, No.3
Jurnal Ilmiah Mahasiswa: Agustus 2022. Vol.7 , No,3
Elementary Education Research pp.56-61
http://www.jim.unsyiah.ac.id/pgsd/index jimpgsd.eer@gmail.com
yang sedikit menguasai dan menerapkan kompetensi sosial pada proses pembelajarannya.
Metode yang digunakan guru di dalam pembelajaran kurang bervariatif. Guru hanya
menggunakan metode tanya jawab, demonstrasi dan ceramah, sehingga membuat suasana
kelas menjadi tidak kondusif. Dalam berkomunikasi secara tulisan, lisan dan isyarat guru
sudah cukup memadai, beberapa guru sudah menggunakan komunikasi isyarat namun masih
ada yang belum menerapkannya dikarenakan lebih mengutamakan bahasa secara lisan saja.
Dalam pemanfaatan teknologi hanya beberapa guru memanfaatkan dengan baik, Guru lebih
banyak menggunakan buku paket, tetapi dalam mencari bahan ajar sudah cukup baik. Guru
mencari sumber ajar dari internet dan diterapkan di kelas melalui media pembelajaran saja,
tetapi dalam penggunaan infokus hanya satu guru yang menerapkannya.
Literatur Review
Kompetensi sosial mencakup kecakapan seorang guru dalam berkomunikasi dan
berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru,kepala sekolah,
orang tua, dan masyarakat sekitar. Rofa’ah (2016:46) juga mengatakan “kompetensi sosial
ialah kemampuan untuk mengintegrasikan pemikiran, perasaan dan tindakan agar mencapai
tujuan pribadi dalam sebuah hubungan sosial, serta senantiasa menjaga hubungan sosial
terhadap orang lain dalam berbagai kondisi.
Febriana (2019) mengatakan “Kompetensi sosial yang harus dimiliki oleh seorang
guru, antara lain : (1) Terampil berkomunikasi dengan peserta didik dan orangtua peserta
didik, (2) Bersikap simpatik, (3) Mampu berkerjasama dengan pihak sekolah maupun dewan
pendidikan,(4) Terampil dalam bergaul dengan teman kerja, (5) Mengetahui lingkungan
sekitar”.
Arikunto (dalam Normawati 2019:103) mengatakan “Kompetensi sosial mewajibkan
guru mempunyai komunikasi sosial yang baik terhadap peserta didik, sesama guru, kepala
sekolah dan rekan kerja serta masyarakat. Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan,
kompetensi sosial guru terlihat pada indikator berikut:
1. Hubungan pendidik kepada peserta didik.
2. Hubungan pendidik kepada kepala sekolah.
3. Hubungan pendidik kepada teman sejawat.
4. Hubungan pendidik keapada orang tua peserta didik.”
Dimyati (2019) mengemukakan “Kompetensi sosial ialah kemampuan seorang guru
yang dapat memiliki jiwa sosial yang tinggi seperti, suka menolong dan pandai bergaul,
bukan sebagai personal yang tertutup yang tidak memperhatikan orang lain”.
Nana Sudjana (dalam Indrawan 2020) mengatakan “Bahwa seorang guru jika ingin
berhasil dalam proses pembelajaran ada beberapa kompetensi dasar yang wajib dimiliki,
yaitu:
1. Guru dapat menjelaskan materi pembelajaran dalam berbagai bentuk.
2. Guru dapat merumuskan tujuan instruksional.
3. Guru menguasi cara belajar efektif.
4. Guru mampu bersikap positif terhadap profesinya.
58
Jurnal Ilmiah Mahasiswa: Elementary Education Research
Bulan Agustus Tahun.2022 Vol. 7, No.3
Jurnal Ilmiah Mahasiswa: Agustus 2022. Vol.7 , No,3
Elementary Education Research pp.56-61
http://www.jim.unsyiah.ac.id/pgsd/index jimpgsd.eer@gmail.com
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif.
Dilaksanakan di SD Negeri 71 Banda Aceh selama 14 hari. Subjek dalam penelitian ini yaitu
guru kelas I, II, III, IV, V dan VI yang berinisial D, B, R, A, LS, S, 1 orang kepala sekolah
dan 6 orang peserta didik.
Teknik pengumpulan data yang digunakan ialah observasi dan wawancara. Metode
observasi yang digunakan merupakan observasi non partisipan dan instrument wawancara
berupa pertanyaan-pertanyaan yang akan di tanyakan kepada responden, 15 pertanyaan untuk
guru kelas dan 10 pertanyaan untuk kepala sekolah dan peserta didik. Analisis data penelitian
ini mengggunakan reduksi data, penyajian data dan menarik kesimpulan.
59
Jurnal Ilmiah Mahasiswa: Elementary Education Research
Bulan Agustus Tahun.2022 Vol. 7, No.3
Jurnal Ilmiah Mahasiswa: Agustus 2022. Vol.7 , No,3
Elementary Education Research pp.56-61
http://www.jim.unsyiah.ac.id/pgsd/index jimpgsd.eer@gmail.com
menggunakan banyak metode akan tetapi menggunakan metode tanya jawab dan ceramah
saja dikarenakan peserta didik masih kelas rendah sehingga masih difokuskan pada
pendekatan.
Pada poin berkomunikasi secara tertulis hanya 5 guru yang melakukannya dengan
menggunakan media papan tulis, sedangkan 1 guru tidak menggunakan media papan tulis
tetapi bantuan powerpoint saja. Pada poin berbahasa isyarat hanya 3 guru yang
menerapkannya dengan menggunakan lambang tangan T, tatapan dan tanda diam dengan
mengucapkan kata “ssst”, 4 guru lainnya tidak menerapkannya karena lebih mudah
menggunakan bahasa yang lisan dalam menegur.
Faktor kedua yaitu muncul dari penggunaan teknologi komunikasi, pada poin
memanfaatkan teknologi hanya 2 guru yang memanfaatkan teknologi sedangkan 4 guru
lainnya masih menggunakan buku paket. Pada poin penggunaan infokus hanya 1 guru yang
menggunakan infokus, guru tersebut mengikuti perkembangan zaman dengan menampilkan
video pembelajaran, ataupun power point. Sedangkan 5 guru lainnya tidak memerlukan
infokus yang tidak begitu perlu dan ada juga guru yang mengatakan lebih baik menggunakan
media konkret saja. Pada poin mencari bahan ajar hanya 4 guru yang menerapkannya dengan
mencari sumber lainnya tidak berpatokan pada buku paket saja, sedangkan 2 guru lebih
mengutamakan buku paket. Faktor ketiga pada bergaul secara efektif, pada poin hubungan
akrab dan harmonis terdapat 5 guru yang menerapkannya dengan baik, hanya 1 guru yang
kurang harmonis dan akrab, peneliti melihat bahwa guru hanya sebagai pengajar didalam
kelas dan kurang berbaur dengan peserta didik, dan pada poin menjadi pendengar yang baik
sudah cukup baik terlihat dari 4 guru yang selalu mendengarkan keluh kesah peserta didik
sehingga peserta didik senang untuk bercerita, namun halnya ada 2 guru yang tidak
menerapkan dengan baik guru tersebut hanya menjadi pendengar. Faktor keempat pada
bergaul secara santun, dalam keterampilan berkelompok terdapat 4 guru yang masih
menerapkan kerja kelompok dikarenakan menurut guru tersebut hal itu lebih membantu
peserta didik dalam bekerja dan dekat dengan temannya, sedangkan 2 guru lainnya lebih
mengutamakan secara individu saja.
Faktor kelima pada menerapkan prinsip-prinsip persaudaraan yang sejati dalam guru
berinteraksi terhadap guru lainnya cukup baik, namun ada 1 guru yang kurang menerapkan
kompetensi sosial, dimana 1 orang guru hanya mengajar di dalam kelas saja, namun pada saat
jam istirahat atau jam pulang guru lebih menyendiri tidak sering menegur guru lainnya dan
pada saat jam pulang tiba guru langsung pulang tanpa ada berpamitan dengan guru lainnya.
60
Jurnal Ilmiah Mahasiswa: Elementary Education Research
Bulan Agustus Tahun.2022 Vol. 7, No.3
Jurnal Ilmiah Mahasiswa: Agustus 2022. Vol.7 , No,3
Elementary Education Research pp.56-61
http://www.jim.unsyiah.ac.id/pgsd/index jimpgsd.eer@gmail.com
berkomunikasi secara lisan, tulisan, isyarat dan menggunakan teknologi komunikasi dan
informasi secara fungsional. Pada indikator indikator berkomunikasi secara lisan, tulisan, dan
isyarat, terdapat guru yang tidak menggunakan berbagai macam metode dan tidak
menerapkan bahasa isyarat dalam proses pembelajaran. Pada indikator menggunakan
teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional dapat dilihat ada beberapa guru terlihat
kurang memanfaatkan teknologi, yaitu tidak menggunakan infokus untuk menunjang
pembelajaran lebih efektif dan dalam memanfatkan teknologi masih kurang dilakukannya
masih berpatokan dengan buku paket. Hasil observasi didukung oleh wawancara dengan 6
guru kelas, kepala sekolah dan peserta didik. Guru hendaknya dapat menjalin relasi kepada
peserta didik, orang tua dan sekitarnya. Penelitian ini dapat digunakan oleh peneliti sebagai
referensi tentang kompetensi sosial guru dalam proses pembelajaran dikelas.
Daftar Pustaka
Dimyati, Azima. 2019. Pengembangan Profesi Guru. Lampung: Gre Publishing.
Febriana, Rina. 2019. Kompetensi Guru. Jakarta: Bumi Aksara.
Indrawan, Irjus, dkk. 2019. Guru Profesional. Jawa Tengah:Lakeisha
Muspiroh, Novianti. 2016. Peran Kompetensi Sosial Guru dalam Menciptakan Efektifitas
Pembelajaran.Jurusan Tadris IPA Biologi IAIN Syekh Nurjati. Cirebon Vol. 4, Nomor 2.
Normawati, Syarifah, dkk. 2019. Etika & Profesi Guru. Riau: Indragiri Dot com.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 tahun 2008 tentang Guru. 2008
(https://simpuh.kemenag.go.id/regulasi/pp_74_08.pdf., diakses pada 22 januari 2022).
Rofa’ah. 2016. Pentingnya Kompetensi Guru dalam kegiatan pembelajaran dalam perspektif
islam. Yogyakarta: Deepublish
Saud, Udin Syaefudin. 2012. Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alfabeta.
Silitonga, Bertha Natalina, dkk. 2021. Profesi Keguruan Kompetensi dan Permasalahannya.
Medan: Yayasan Kita Menulis
Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. 2005
(http://luk.tsipil.ugm.ac.id/atur/UU14-2005GuruDosen.pdf., diakses pada 22 januari
2022).
61
Jurnal Ilmiah Mahasiswa: Elementary Education Research
Bulan Agustus Tahun.2022 Vol. 7, No.3