Professional Documents
Culture Documents
Nadiatul Fitri - UPN Veteran Jakarta - PKM-AI
Nadiatul Fitri - UPN Veteran Jakarta - PKM-AI
BIDANG KEGIATAN:
PKM ARTIKEL ILMIAH
Diusulkan oleh :
Nadiatul Fitri 1810111090/2018
Muhammad Reva Andrian 1810111101/2018
Mohamad Ridwan Rafiif 1910111076/2019
Nadiatul Fitri
Muhammad Reva Andrian
Mohamad Ridwan Rafiif
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Univesitas Pembangunan
Nasional Veteran Jakarta
Jl. RS. Fatmawati Raya, Pd. Labu, Kec. Cilandak, Kota Depok, Jawa Barat 12450
ABSTRACT
Millennials are able to innovate and be creative in evolving industries by
utilizing technology, for example, such as computers. But due to the millennial
generation staring too often at computer screens, which later can cause computer
vision syndrome (CVS). Facing the industrial revolution 4.0 will certainly increase
the use of computers. One of the preventive efforts that can be done is to consume
foods high in vitamin A. Food ingredients that contain lots of vitamin A are
pumpkin and peas. Yellow squash has the potential as a source of provitamin A as
much as 767 μg / g, and vegetable in the form of ßcarotene. In addition, pumpkin
also contains vitamin C, fiber and carbohydrates which are quite high and peas also
contain beta-carotene which is good for the eyes. With the collaboration between
pumpkin and peas, the innovation that can be made is cookies. With the use of
cookie management for the millennial generation, the benefits that will be obtained
are two things, namely in terms of producers and consumers. These benefits will
touch two points that support the goals of the SDGs 2030 program, namely health
and the economy.
Keyword : millennials, industrial revolution 4.0, pumpkins, peas, SDGs 2030
ABSTRAK
Generasi millenial mampu berinovasi dan kreatif dalam berevolusi industri
dengan memanfaatkan teknologi, contoh nya seperti komputer. Tetapi akibat
generasi millenial terlalu sering menatap layar komputer, yang nantinya dapat
menimbulkan computer vision syndrom (CVS). Menghadapi revolusi industri 4.0
tentunya akan meningkatkan penggunaan komputer. Salah satu upaya pencegahan
yang dapat dilakukan adalah mengkonsumsi makanan yang tinggi akan vitamin A.
Bahan pangan yang banyak mengandung vitamin A adalah labu kuning dan kacang
polong. Labu kuning memiliki potensi sebagai sumber provitamin A sebanyak 767
μg/g, dan nabati berupa ßkaroten. Selain itu, labu kuning juga mengandung vitamin
C, serat dan karbohidrat yang cukup tinggi dan kacang polong juga mengandung
betakaroten yang baik untuk mata. Dengan kolaborasi antara labu kuning dan kacang
polong inovasi yang dapat dibuat adalah cookies. Dengan pemanfaatan pengelolaan
cookies pada generasi milenial, manfaat yang akan diperoleh ada dua hal, yakni dari
segi produsen dan konsumen Keuntungan ini akan menyentuh dua poin yang
mendukung tujuan program SDG’s 2030, yakni kesehatan dan perekonomian.
Kata kunci : generasi milenial, revolusi industri 4.0, labu kuning, kacang
polong, SDGs 20
2
PENDAHULUAN
Generasi milenial saat ini sedang berada dititik puncak perubahan besar
ditambah munculnya perkembangan revolusi industri terbaru yang mendukung
otomatisasi hampir diseluruh dunia, yakni revolusi industri 4.0. Revolusi 4.0
merupakan peran teknologi dan pendekatan baru yang menggabungkan dunia fisik,
digital, dan biologi dengan cara yang fundamental dan akan mengubah umat
manusia. (Tjandrawinata, 2016).
Teknologi pada revolusi industri 4.0, tidak terlepas dari penggunaan gawai,
komputer, laptop, dan lain-lain untuk menunjang digitalisasi pada era ini.
Penggunaan komputer yang semakin meluas, akan menimbulkan dampak negative.
Kebanyakan penelitian menunjukkan bahwa pengguna komputer yang terus
menerus melihat monitor, mengalami lebih banyak permasalaham penglihatan
dibandingkan dengan yang tidak memakai monitor. Gangguan penglihatan yang
disebabkan karena penggunaan komputer oleh The American Optometric
Association dinamakan Computer Vision Syndrom (CVS) (AOA, 2017). CVS
merupakan suatu gejala yang dapat menyebabkan berbagai keluhan antara lain
mata tegang (mata sakit atau mata lelah), sakit kepala, pandangan kabur saat melihat
dekat, fokus mata berubah perlahan, pandangan kabur saat melihat jauh setelah
melakukan pekerjaan dengan jarak dekat, sensitif terhadap cahaya, iritasi mata
(mata perih, mata kering, mata merah), lensa kontak tidak nyaman, sakit pada leher
dan bahu, serta punggung (Sheedy dan Shaw-McMinn, 2003).
Hingga saat ini upaya preventif kejadian CVS menganjurkan untuk
beristirahat sejenak dari pekerjaan dengan layar komputer. Upaya preventif
kejadian CVS dapat dilakukan dengan memberikan intervensi gizi dengan fokus
terhadap pemberian Asupan vitamin A, mengingat fungsi vitamin A adalah untuk
mejaga kesehatan mata. Upaya pencegahan vitamin A diambil berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Azkadina (2012) yang menyatakan bahwa salah satu
faktor individu yang dapat memperparah kejadian CVS rendahnya asupan vitamin
A. Bahan makanan yang mengandung senyawa vitamin A yang tinggi adalah labu
kuning (Gardjito dkk, 2006 dalam Hamdi 2017) dan kacang polong (Bhat et al
2013)
Labu kuning dan kacang polong dipilih menjadi bahan pangan lokal utama
dalam pembuatan cookies sebagai upaya pencegahan CVS. Hal ini karena labu
kuning memiliki potensi sebagai sumber provitamin A sebanyak 767 μg/g bahan,
dan nabati berupa ß-karoten. Selain itu, labu kuning juga mengandung vitamin C,
serat dan karbohidrat yang cukup tinggi (Gardjito dkk, 2006 dalam Hamdi 2017).
Penambahan kacang polong diberikan untuk memaksimalkan kandungan vitamin
A pada cookies. Selain itu kandungan protein pada kacang polong juga termasuk
tinggi, sehingga mampu untuk meminimalisir gejala pegal pada otot. Bhat et al 2013
yang menyatakan bahwa kacang polong memiliki kandungan kaya protein sebesar
21-25% dengan asam amino tertinggi adalah pada lisin dan tryptophan.
Cookies Bischapitivum merupakan cookies berbahan dasar Cucurbita
3
Mochata dan Pisum Sativum atau labu kuning dan kacang polong dibuat sebagai
langkah preventif terhadap individu yang mengalami gejala CVS. Dengan potensi
labu kuning dan kacang polong yang mudah didapat di bumi pertiwi Indonesia
mempermudah dalam mendapatkan bahan dasar pembuatan cookies yang kaya
akan vitamin A sebagai pendukung utama dalam kesehatan mata, sehingga generasi
milenial dapat terus mendukung pertumbuhan perekonomian yang selaras dengan
revolusi industri 4.0.
TUJUAN PENULISAN
Membuat inovasi baru dengan memanfaatkan pangan lokal dari labu kuning
dan kacang polong untuk mengatasi CVS pada individu, terutama generasi milenial
yang akan menghadapi era digitalisasi. Meningkatkan produktivitas generasi
milenial untuk memajukan perekonomian indonesia melalui kegiatan wirausaha
dengan memanfaatkan potensi labu kuning dan kacang polong. Dengan kolaborasi
antara labu kuning dan kacang polong inovasi yang dapat dibuat adalah cookies.
Dengan pemanfaatan pengelolaan cookies pada generasi milenial, manfaat yang
akan diperoleh ada dua hal, yakni dari segi produsen dan konsumen Keuntungan ini
akan menyentuh dua poin yang mendukung tujuan program SDG’s 2030, yakni
kesehatan dan perekonomian.
METODE PENULISAN
Metode Penulisan karya tulis ilmiah berdasarkan studi literatur kepustakaan
yang diambil dari berbagai referensi baik melalui media cetak ataupun media online
yang saling berhubungan berhubungan dan mendukung terkait persoalan yang akan
dibahas.
1. Penentuan Ide
Gagasan utama karya tulis ilmiah ini adalah pemanfaatan olahan
labu kuning dan kacang polong sebagai upaya pencegahan Computer
Vision Syndrome dalam menghadapi revolusi industri 4.0 guna
meningkatkan pendapatan nasional dan investasi yang selaras dengan
SDGs 2030.
2. Pengumpulan Data
Data yang terkumpul merupakan data sekunder yang diperoleh
melalui berbagai literatur dan hasil kajian ilmiah, baik dari jurnal ilmiah
nasional maupun internasional, buku, artikel, dan internet.
3. Analisis Permasalahan
Hasil pengumpulan data yang diperoleh, kemudian dianalisis baik
secara kualitatif maupun kuantitatif sesuai dengan permasalahan yang ada.
Data kualitatif dianalisis untuk mengetahui prospek pengembangan produk
berbahan dasar labu kuning dan kacang polong dalam bidang wirausaha.
Data kuantitatif dianalisis untuk memperoleh kandungan zat gizi, terutama
vitamin A yang akan menjadi unggulan produk dalam upaya mencegah
4
komposit bahan dasar adalah 50% tepung labu kuning, 30% kacang polong tumbuk,
dan 20% bahan tambahan. Presentase tersebut diambil guna memenuhi Angka
Kecukupan Gizi, terutama vitamin A, dengan acuan AKG 2013.
Maka analisis zat gizi tepung labu kuning, kacang polong tumbuk, dan bahan
tambahan memiliki perbandingan 50 : 30 : 20. Berdasarkan hasil formulasi
pembuatan Cookies Bischapitivum didapatkan hasil sebagai berikut :
Tepung Labu Kuning Kacang PolongTumbuk Bahan Tambahan
Tabel 1 Kandungan gizi Labu Kuning, Kacang Polong, dan Bahan Tambahan
Dalam formulasi tepung labu kuning, kacang polong dan bahan tambahan
dihasilkan zat gizi sebagai berikut : energi : 459,2 Kkal ; protein : 7,17 gram ; lemak
: 19,31 gram ; karbohidrat : 66,55 gram ; vitamin A : 425,1 mcg. Formulasi berat
bahan total adalah sebesar 1000 gram atau setara dengan 1 Kg. Dalam menganalisis
kandungan zat gizi penggunaan bahan adalah dengan perbandingan 100 gram
bahan. Dalam setiap sajian 100 gram formulasi mampu menghasilkan 2 sajian, yang
mana setiap sajian memiliki berat sebesar 50 gram. Oleh karena itu, dalam
mengemas 1 produk Cookies Bischapitivum adalah sebesar 50 gram. Maka
informasi nilai gizi adalah sebagai berikut :
INFORMASI NILAI GIZI
Takaran Saji : 50 gram
Jumlah Sajian per Kemasan : 1 (4 keping)
JUMLAH PER SAJIAN
Energi Total 229,6 Kkal Energi dari Lemak 86,9
Kkal
%AKG*
Lemak 9,7 gram 14,48%
Protein 3,6 gram 6%
Total Karbohidrat 3,32 gram 12,10%
Vitamin A 212,55 mcg 35,43%
*berdasarkan AKG 2.000 kalori. Kecukupan bisa berbeda pada tiap individu.
6
Melihat pengguna internet sudah mencapai lebih dari 100 juta pada tahun 2018,
maka untuk mengembangkan penjualan produk Cookies Bischapitivum dapat
memanfaatkan penjualan melalui ecommerce. Sehingga penjualan Cookies
Bischapitivum dapat lebih luas jangkauannya dan seluruh lapisan masyarakat dapat
mengonsumsi cookies ini, sehingga pengendalian CVS akan lebih meningkat.
Analisis perhitungan penjualan dan konsumsi Cookies Bischapitivum sehingga
dapat meningkatkan pendapatan nasional dan inevstasi yang mendukung
SDG’s 2030
Untuk menghitung analisis perhitungan Cookies Bischapitivum digunakan
metode perhitungan presentase penghasilan pendapatan yang bisa diterima oleh
setiap orang yang melakukan produksi dan untuk setiap orang yang mengkonsumsi
dapat menyimpan uangnya, sehingga presentase kesehatan yang seharusnya
digunakan dapat digunakan untuk keperluan yang lain. Setiap persen yang
dihasilkan dari penjualan produk cookies akan menambah kesejahteraan berupa uang
yang diterima. Sedangkan uang yang dikeluarkan oleh setiap orang yang membeli
produk cookies akan dibandingkan berapa presentase yang dihasilkan dengan
pengeluaran yang disimpan untuk biaya kesehatan.
Sebelum melakukan perhitungan penghasilan pendapatan dan berapa banyak
uang yang akan disimpan dimasa yang akan datang, perhitungan dilakukan dengan
menghitung perkiraan biaya habis pakai untuk pembuatan produk, sehingga
menghasilkan nilai jual produk yang akan dikonsumsi oleh individu. Rincian
perkiraan biaya habis pakai dalam satu kali pembuatan formulasi adalah sebagai
berikut :
Bahan Berat/Jumlah Harga Satuan Total Harga
KESIMPULAN
Generasi milenial yang menjadi tulang punggung perekonomian, dapat
terancam terkena gejala Computer Vision Syndrom (CVS) ketika menghadapi
revolusi industri 4.0, CVS merupakan suatu masalah penglihatan yang kompleks
pada mata akibat melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan adanya interaksi
10
UCAPAN TERIMAKASIH
Kami sampaikan terima kasih kepada pihak yang terlibat dalam pembuatan
karya ilmiah ini, terutama kepada dosen pembimbing yang telah memberikan ilmu
dan waktunya.
DAFTAR PUSTAKA
Adhani, Muthia. 2017. Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Rumah Tangga
Terhadap Manfaat Vitamin A Bagi Kesehatan Mata di Posyandu Wilayah Kerja
Puskesmas Pembantu Sidorame Timur Tahun 2016. Skripsi. Fakultas Kedokteran.
Universitas Sumatera Utara. Medan.
Azkadina, Amira. 2012. Hubungan Antara Faktor Risiko Individual Dan
Komputer Terhadap Kejadian Computer Vision Syndrome. Skripsi. Fakultas
Kedokteran. Universitas Diponegoro. Semarang.
Bardiati, endah., Annis Catur Adi., Siti Rahayu Nadhiroh. 2015. Daya Terima
dan Kadar Betakaroten Donat Substitusi Labu Kuning. Media Gizi Indonesia, Vol.
10, No. 2.
Bhat TA, Gupta M, Ganai MA, Ahanger RA, Bhat HA. 2013. Yield, soil
health and nutrient utilization of field pea Pisum sativum L. as affected by
phosphorus and Biofertilizers under subtropical conditions of Jammu.
International journal of modern plant and animal science. Vol 1 No. 1.
Blehm C, Vishnu S, Khattak A, Mitra S, Yee RW. 2005. Computer vision
syndrome: a review. J Surv Ophthal. Vol 50 No. 3
11
LAMPIRAN-LAMPIRAN
4. NIM 1810111090
6. E -mail Nadiatulfitri3@gmail.com
B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
1. - -
13
4. NIM 1810111101
6. E -mail Mrevaandrian.mra@gmail.com
B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama SDN Setu 02 pagi SMPN 81 Jakarta SMAN 113 Jakarta
Institusi Jakarta
Jurusan - - IPS
Tahun 2006-2012 2012-2015 2015-2018
Masuk-Lulus
4. NIM 1910111076
6. E -mail Raffif16@gmail.com
B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan Universitas Islam UPN “Veteran” -
Tinggi Bandung Jakarta
Bidang Ilmu Manajemen Manajemen -
Tahun masuk / Lulus 1981/1991 2000/2002 -
Judul Peranan Analisis Pengaruh -
Skripsi/Tesisi/Desertasi Pengembangan Kompensasi Dan
Pegawai Melalui Motivasi Terhadap
Pendidikan Dan Kinerja Dosen Di
Pelatihan Dalam UPN "Veteran"
Meningkatkan Jakarta
Prestasi Kerja Pada
Perusahaan Umum
Pos Dan Giro
Kabupaten Tingkat
II Majalengka
16
No Nama Posisi
1 Nadiatul Fitri Ketua
2 Muhammad Reva Andrian Anggota 1
3 Mohamad Ridwan Rafiif Anggota 2
Tugas
1. Ketua
a. Membuat rancangan proposal
b. Mengontrol kegiatan oembuatan proposal
c. Mengawasi jalannya pembuatan proposal
d. Mencari ide dan sumber data penelitian
2. Anggota 1
a. Melaksanakan dan menguji metode penelitian
b. Menyusun sistematika proposal
c. Menyusun sumber data penelitian
3. Anggota 2
a. Melaksanakan dan menguji metode penelitan
b. Membuat lampiran-lampiran
c. Membuat perhitungan biaya dan perhitungan
20
Dengan ini menyatakan bahwa proposal PKM-AI saya dengan judul Cookies
Bischapitivum: Upaya Preventif Computer Vision Syndrome dalam Menghadapi
Revolusi Industri 4.0 dengan SDG’s 2030 yang diusulkan adalah asli karya kami
dan beum pernah dibiyai oleh Lembaga atau sumber dana lain.
Jakarta, 22 November
Nadiatul Fitri