You are on page 1of 13

Jurnal Komunikasi KAREBA Vol.4 No.

3 Juli – September 2015

HUBUNGAN ANTARA IMPLEMENTASI


KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK DENGAN
PENINGKATAN PENERBITAN PERIZINAN
PADA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DAN
PENANAMAN MODAL KABUPATEN PINRANG
Arland Yusran1, Nur Sadik2, Hasrullah3
1
Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal Kabupaten Pinrang
2
Jurusan Administrasi Publik Fisip Unhas
3
Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin

Abstract

The aim of the research is to determine if there is a relationship and an influence the implementation of public
information transparency on the improvement of licensing issue at Integrated Licensing Service Board and Capital
Investment of Pinrang regency. The research was conducted in Integrated Licensing Service Board and Capital
Investment of Pinrang regency and the population are license applicants in 2014. Sampling was conducted using a
stratified random sampling with a sample of 97 respondents. The method used in the research is quantitative with
explanative survey study type associative. Data analysis techniques used in this research is the technique of analysis
of the correlation to determine the degree of relationship between the variables with two variables, i.e, independent
variables consisting of implementation of public information transparency and the dependent variable is the the
improvement of licensing issue. The results of the research indicate that there is a relationship between the
implementation of public information transparency and the improvement of licensing issue by the correlation
coefficient is low but definite, and there is also insignificantninfluence implementation of public information
transparency on the improvement of licensing issue with contribution of the implementation of public information
transparency by 13.7%, while the remaining 86.3% is influenced by other factors.

Keywords: Public Services; Public Information; Transparency; Licensing

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah hubungan dan pengaruh dari implementasi keterbukaan
informasi publik dengan peningkatan penerbitan perizinan pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan
Penanaman Modal Kabupaten Pinrang . Lokasi penelitian di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman
Modal Kabupaten Pinrang dengan populasi masyarakat pemohon izin pada tahun 2014. Pengambilan sampel
dilakukan menggunakan teknik stratified random sampling dengan jumlah sampel sebesar 97 responden. Penelitian
ini menggunakan metodologi atau pendekatan kuantitatif dengan metode survei jenis penelitian eksplanatif asosiatif.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis hubungan untuk mengetahui derajat
hubungan antar variabel penelitian dengan dua variable yaitu variabel bebas adalah implementasi keterbukaan
informasi publik dan variabel terikat yaitu peningkatan penerbitan perizinan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan
bahwa terdapat hubungan antara implementasi keterbukaan informasi publik dengan peningkatan penerbitan
perizinan dengan keeratan hubungan yang rendah tetapi pasti, dan juga terdapat pengaruh yang signifikan
implementasi keterbukaan informasi publik dengan peningkatan penerbitan perizinan dengan besar kontribusi
implementasi keterbukaan informasi publik sebesar 13.7%, sedangkan sisanya sebesar 86,3% dipengaruhi oleh
faktor lain.

Kata kunci : pelayanan public; informasi public; keterbukaan; perizinan

315
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol. 4 No.3 Juli – September 2015

PENDAHULUAN dengan tetangga. Informasi menjadi salah


satu kebutuhan dasar manusia yang mereka
Informasi merupakan kebutuhan pokok butuhkan sebagai pribadi, sebagai anggota
setiap orang, baik dalam rangka masyarakat, dan sebagai warga negara.
mengembangkan kualitas pribadi maupun Tetapi, sayangnya, pemahaman tentang
dalam rangka menjalani kehidupan sosialnya. hakikat informasi sebagai bagian dari hak
Setiap orang dalam kualitas dan latar asasi manusia masih belum merata. Masih
belakang apapun membutuhkan informasi banyak anggota masyarakat yang belum
sesuai kadarnya. Pada masyarakat tradisional menyadari tentang hak-hak mereka dalam
sekalipun, kebutuhan atas informasi tetap ada memperoleh informasi dan berpartisipasi
dan harus dipenuhi. Informasi itu bisa dalam kehidupan sosial dan kenegaraan.
diperoleh lewat tatap muka dengan orang Masih banyak pula anggota masyarakat yang
lain, bisa juga melalui berbagai macam tidak menyadari hak mereka atas informasi
sarana yang tersedia. yang tidak muncul di media komunikasi dan
Pada masyarakat modern, kebutuhan atas pengumuman resmi pemerintah (Koalisi
informasi semakin banyak dan semakin untuk Kebebasan Informasi, 2003:1).
urgen. Informasi menjadi kebutuhan dasar Di negara-negara demokratis, pengakuan
dalam pengambilan keputusan-keputusan terhadap hak atas informasi sekaligus
personal dan sosial. Perkembangan teknologi merupakan sarana untuk memantau dan
komunikasi turut mendorong perkembangan mengawasi penyelenggaraan pemerintahan.
informasi. Setiap detik, informasi terus Pemerintahan yang demokratis akan
menyebar dari satu tempat ke tempat lain berusaha semaksimal mungkin membuka
dengan cepat akibat perkembangan teknologi ruang informasi yang dibutuhkan publik. Itu
komunikasi. Setiap hari kita disuguhi sebabnya, di negara demokratis
informasi dari belahan dunia yang berbeda konstitusional, keterbukaan informasi publik
nyaris pada saat bersamaan. merupakan sarana untuk mengoptimalkan
Dalam era persaingan global, entitas yang penyelenggaraan negara secara umum,
bisa bertahan dan mengambil keuntungan mengoptimalkan peran dan kinerja badan-
dari persaingan itu adalah entitas yang badan publik, serta segala sesuatu yang
menguasai sebanyak mungkin informasi. berakibat pada kepentingan publik.
Entitas dimaksud bisa berupa individu, badan Pemerintahan yang terbuka berisi badan-
hukum, atau juga negara. Informasi badan publik yang terbuka kepada
dibutuhkan dalam setiap aspek kehidupan. masyarakat dalam rangka pelayanan. Dengan
Urgensinya semakin nyata dalam relasi-relasi membuka akses publik terhadap informasi
bisnis internasional, di mana informasi diharapkan semua badan publik termotivasi
dipergunakan untuk banyak tujuan. Informasi untuk bertanggung jawab dan berorientasi
pada dasarnya dipakai sebagai dasar dalam pada pelayanan rakyat dengan sebaik -
pengambilan keputusan, menerima dan baiknya. Keterbukaan informasi bukan hanya
menggunakan informasi itu untuk menguntungkan bagi masyarakat tetapi juga
memastikan pemahaman umum kita, dan penyelenggara pemerintahan, baik eksekutif
menggunakannya sebagai sarana menambah dan legislatif, maupun yudikatif. Jika
pengetahuan. (Roger Cartwright et al., informasi publik tersedia dengan cukup,
2001:109). maka pimpinan lembaga penyelenggara
Informasi hadir menyapa kita setiap saat, pemerintahan dalam arti luas bisa
baik melalui media massa cetak dan memanfaatkan pengawasan oleh masyarakat
elektronik maupun lewat sekedar obrolan untuk meningkatkan kinerja dan gerak

316
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol.4 No.3 Juli – September 2015

organisasi hingga ke daerah-daerah. hakikatnya, jaminan dan perlindungan akses


Tata kelola pemerintahan yang baik (good terhadap informasi di negara-negara tersebut
governance) mensyaratkan pemerintahan dilandasi upaya mengembangkan tata kelola
yang terbuka sebagai salah satu fondasinya, pemerintahan yang baik.
dan kebebasan memperoleh informasi (public Pemberlakuan secara efektif UU Nomor 14
access to information) merupakan salah satu Tahun 2008, tentang Keterbukaan Informasi
prasyarat untuk menciptakan pemerintahan Publik (KIP) di Indonesia mulai 30 April
terbuka (open government). Pemerintahan 2010 membuka era baru alam keterbukaan
terbuka adalah penyelenggaraan informasi publik di tanah air. Lahirnya UU
pemerintahan yang transparan, terbuka, dan tersebut merupakan bagian dari implementasi
partisipatoris. Semakin terbuka semangat transparansi sebagai pemenuhan
penyelenggaraan negara untuk diawasi Hak Asasi Manusia untuk mengetahui
publik, maka penyelenggaraan negara informasi publik (Right to know) yang
tersebut makin dapat dijamin dalam UUD 1945 pasal 28F.
dipertanggungjawabkan. Pada tataran badan Sebagai bagian dari masyarakat dunia,
usaha, konsep pengelolaan yang baik (good Indonesia pun tidak lepas dari kebutuhan
corporate governance) juga sudah dianggap akan keterbukaan informasi. Era reformasi
sebagai suatu kebutuhan. Tata kelola yang telah menjadi pendorong yang kuat untuk
baik memiliki sejumlah indikator antara lain membuka kesadaran penyelenggara
keterbukaan, partisipasi, akuntabilitas, pemerintahan bahwa keterbukaan informasi
efektivitas, dan koherensi. publik merupakan suatu keniscayaan.
Menurut Santosa (2001), pemerintahan yang Reformasi telah berjasa mengubah
terbuka mensyaratkan adanya jaminan atas paradigma pelayanan publik, dari aparatur
lima hal, yaitu: (i) hak untuk memantau yang dilayani menjadi aparatur yang
perilaku pejabat publik dalam menjalankan melayani masyarakat.
peran publiknya; (ii) hak untuk memperoleh Meskipun ada perubahan paradigma,
informasi; (iii) hak untuk terlibat dan pada tataran empiris sistem pelayanan
berpartisipasi dalam proses pembentukan masyarakat masih amburadul, korupsi masih
kebijakan publik; (iv) kebebasan berekspresi menjadi penyakit yang sulit disembuhkan,
yang antara lain diwujudkan dalam dan egoisme sektoral tetap terpelihara hingga
kebebasan pers; dan (v) hak untuk kini. Minimnya tingkat kepercayaan
mengajukan keberatan terhadap penolakan masyarakat terhadap lembaga-lembaga
atas keempat hak terdahulu. pemerintahan juga terkait dengan minimnya
Sebagian negara mengatur akses terhadap informasi yang diperoleh masyarakat
informasi itu ke dalam konstitusinya. mengenai lembaga-lembaga tersebut.
Sebagian lagi mengatur dalam undang- Banyak contoh kasus yang bisa kita saksikan
undang khusus dengan beragam sebutan. Hak sehari-hari, yang menggambarkan kesulitan
atas informasi di berbagai negara dianggap masyarakat mengakses informasi ke badan-
sebagai bagian dari kebebasan berekspresi badan publik. Mulai dari persoalan kecil
dan kebebasan pers. Negara yang sudah dokumen kependudukan (akta kelahiran,
memiliki undang-undang khusus mengenai KTP, dan SIM), perizinan (proses dan
akses informasi antara lain Amerika Serikat, biayanya) hingga akses ke putusan-putusan
Denmark, Norwegia, Belanda, Prancis, pengadilan, dokumen-dokumen kebijakan
Australia, Selandia Baru, Kanada, India, publik, dan informasi yang sifatnya rahasia.
Hungaria, Korea Selatan, Irlandia, Israel, Koalisi untuk Kebebasan Informasi mencatat
Jepang, Afrika Selatan, dan Thailand. Pada ada beberapa hambatan yang paling sering

317
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol. 4 No.3 Juli – September 2015

dialami masyarakat ketika hendak ketidakpastian ketika berhadapan dengan


mendapatkan informasi dari badan publik. birokrasi. Sulit memperkirakan kapan
Misalnya: pelayanan itu bisa diperolehnya, begitu pula
a. Tidak adanya kepastian atau jaminan bagi dengan biaya pelayanan. Hal lain yang
masyarakat apabila tidak mendapatkan selama ini yang menjadi keluhan dari
informasi. Hal ini menyebabkan apabila masyarakat akan pelayanan yang diberikan
permintaan informasi dari masyarakat adalah jumlah biaya yang harus mereka
ditolak, mereka tidak memiliki jaminan keluarkan. Permohonan yang mereka ajukan
hukum untuk mempertahankan haknya. bermacam-macam nilai biaya yang harus
b. Ketentuan hukum yang mengatur batasan dipenuhi tergantung pada penerbitan
rahasia negara dalam Kitab Undang- perizinan dan non perizinan sehingga
Undang Hukum Pidana (KUHP) dan masyarakat merasa sangat dirugikan dan
Undang-Undang No. 7 Tahun 1971 dibohongi oleh petugas pelayanan.
tentang Kearsipan sangat luas dan tidak Pemerintah Kabupaten Pinrang, dalam hal ini
memberikan batasan yang jelas tentang Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan
informasi yang tergolong rahasia. Penanaman Modal (BP2TPM) sejauh ini
c. Tidak adanya sanksi hukum bagi pejabat telah mengupayakan aksesibilitas informasi
publik yang dengan sengaja menghambat terhadap masyarakat melalui diadakannya
akses informasi publik. Walhasil, praktik website, papan informasi serta sosialisasi
menghambat akses informasi masyarakat dengan harapan bahwa masyarakat bisa
menjadi sesuatu yang lumrah. Informasi mendapatkan akses informasi perizinan.
baru dibuka jika ada biaya tambahan Informasi publik yang dimiliki oleh Badan
yang dibayarkan pemohon informasi. Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman
d. Tidak adanya mekanisme mendapatkan Modal Kabupaten Pinrang, pada hakikatnya
informasi yang jelas baik waktu maupun terkait dengan informasi mengenai
skemanya. persyaratan, biaya, waktu dan proses
Pelayanan merupakan wujud dari fungsi perizinan. Semua informasi yang dimiliki
pemerintah sebagai bukti pengabdian kepada BP2TPM adalah informasi yang bersifat
masyarakat. Rendahnya kualitas pelayanan di terbuka.
Indonesia saat ini mendorong pemerintah Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan
untuk segera memperbaiki kualitas Penanaman Modal Kabupaten Pinrang
pelayanannya, apalagi yang berhubungan sebagai instansi yang diberi wewenang oleh
dengan pelayanan perizinan yang dicitrakan Pemerintah dalam menerbitkan perizinan,
sebagai pelayanan yang berbelit-belit, sulit sejak dibentuk tahun 2010 telah menerapkan
diakses, tidak transparan, memiliki prosedur prinsip keterbukaan informasi dalam hal
yang sangat rumit serta tidak adanya proses perizinan, persyaratan, biaya dan
kepastian waktu dan keterbukaan biaya waktu layanan.
pelayanan yang dibutuhkan. Inovasi layanan yang dilakukan oleh
Dalam hal penyediaan pelayanan perizinan, BP2TPM ini telah memberikan dampak
petugas birokrasi sering kali memberikan meningkatnya kesadaran
prosedur yang sangat rumit dan cenderung pengusaha/masyarakat dalam melakukan
berbelit-belit, jika mekanisme yang rumit pengurusan perizinan (lihat Tabel. 1), selain
terus tetap berjalan, otomatis membuat itu mendapatkan perhargaan dengan prestasi
masyarakat menjadi malas dan enggan dalam antara lain :
mengurus perizinan. Masyarakat pengguna 1. Juara Umum Citra Pelayanan Prima
jasa sering dihadapkan pada begitu banyak (CPP) Tingkat Provinsi Sulawesi Selatan

318
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol.4 No.3 Juli – September 2015

Tahun 2013 variabel atau lebih memiliki hubungan atau


2. Juara I Citra Bakti Abdi Negara (CBAN) tidak, dan seberapa besar hubungan itu serta
Tingkat Provinsi Sulawesi Selatan Tahun bagaimana arah hubungan tersebut.
2013 Indriyantoro dalam (Yasa, 2006).
3. Nominator 10 Kabupaten Terbaik Populasi dalam penelitian ini adalah
Tingkat Nasional pada Pelayanan masyarakat pemohon izin pada Badan
Terpadu Satu Pintu (PTSP) di Bidang Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman
Penanaman Modal Tahun 2013 Modal Kabupaten Pinrang Tahun 2014.
4. Otonomi Award 2013 : Pemenang Adapun sampel untuk penelitian ini dipilih
Inovasi Bidang Perizinan oleh FIPO (The hanya dari 3 (tiga) jenis izin, yaitu Surat Izin
Fajar Institute of Pro Otonomi) Usaha Perdagangan (SIUP), Izin Tempat
5. Juara IV PTSP-PM Se-Kabupaten/Kota Usaha / Izin Gangguan dan Izin Mendirikan
Tingkat Nasional : Investment Award Bangunan (IMB) yang diharapkan mewakili
2014 dari Badan Koordinasi Penanaman populasi izin usaha dan non usaha secara
Modal (BKPM) keseluruhan.

Permasalahan Untuk menentukan jumlah sampel dari


keseluruhan populasi yang ada, maka
Berdasarkan latar belakang di atas, yang digunakan rumus Slovin, yaitu :
menjadi rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah :
1. Adakah hubungan antara implementasi
keterbukaan informasi publik dengan
peningkatan penerbitan perizinan pada di mana :
Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan n = besaran sampel
N = besaran populasi
Penanaman Modal (BP2TPM) Kabupaten
e = batas toleransi kesalahan (error
Pinrang? tolerance)
2. Adakah pengaruh signifikan
implementasi keterbukaan informasi Dengan besaran populasi masyarakat
publik dengan peningkatan penerbitan pemohon izin tahun 2014 sebesar 3800 (lihat
perizinan pada Badan Pelayanan Tabel 1) dan menggunakan batas toleransi
Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal sebesar 10% maka didapatkan jumlah sampel
(BP2TPM) Kabupaten Pinrang? sebesar :
METODE

Lokasi penelitian ini berada pada Badan


Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman
Modal (BP2TPM) Kabupaten Pinrang, yang Selanjutnya teknik sampel yang digunakan
mempunyai tugas pokok pelayanan di bidang adalah dengan metode stratified random
perizinan usaha dan perizinan non usaha sampling, menurut Nazir (2014:273),
secara terpadu. “Stratified random sampling adalah teknik
Penelitian ini menggunakan metodologi atau memilih sebuah sampel dari kelompok-
pendekatan kuantitatif dengan metode survei kelompok unit-unit yang kecil atau cluster.
jenis penelitian eksplanatif asosiatif yang Kemudian sampel ditarik menggunakan cara
bermaksud untuk melihat apakah antara dua proporsional probability.

319
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol. 4 No.3 Juli – September 2015

Teknik Pengumpulan Data bebas.


Data dan informasi yang diperoleh akan
Teknik pengumpulan data yang digunakan diolah menggunakan aplikasi Statistic
dalam penelitian ini adalah dengan Product and Service Solution (IBM SPSS for
menggunakan instrumen kuesioner yang Windows versi 20).
ditujukan kepada para masyarakat pemohon
izin pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu HASIL
dan Penanaman Modal Kabupaten Pinrang.
Dalam penelitian ini variabel bebas (X) Karakteristik Responden
adalah Implementasi Keterbukaan Informasi
Publik dengan indikator aksesibilitas, Tabel 3. menunjukkan bahwa dari 97
ketersediaan, kejelasan sedangkan variabel responden penelitian menunjukkan bahwa
terikat (Y) dalam penelitian ini adalah jumlah responden laki-laki sebesar 68 orang
peningkatan penerbitan perizinan dengan dengan persentase 70.1% , sedangkan jumlah
indikator Indeks Kepuasan Masyarakat sesuai responden perempuan sebesar 29 orang atau
dengan Permenpan RB No. 16 Tahun 2014 29.9%. Ini menunjukkan bahwa mayoritas
tentang Pedoman Survei Kepuasan responden dalam penelitian ini adalah laki-
Masyarakat terhadap Penyelenggaraan laki, dengan kata lain mayoritas pemohon izin
Pelayanan Publik. Variabel penelitian adalah yang datang mengurus izin adalah laki-laki.
segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang Sedangkan untuk kriteria usia responden,
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari persentase umur responden paling banyak
sehingga diperoleh informasi tentang hal terdapat pada rentang usia 30 – 39 tahun yaitu
tersebut, kemudian ditarik kesimpulan sebesar 39,2%, lalu diikuti oleh rentang
(Sugiyono, 2011). Selain itu data juga kelompok usia di atas 40 tahun sebesar 37,1%
didapatkan dari data sekunder yaitu data yang kemudian usia 21 – 29 tahun sebesar 22,7%
dikumpulkan yang bersumber dari Badan dan sebanyak 1% responden berusia 18 - 20
Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman tahun. Ini menunjukkan bahwa pelaku usaha
Modal Kabupaten Pinrang. mayoritas berusia di atas 30 tahun. Dalam
penelitian ini, tingkat pendidikan dibagi
Teknik Analisa Data menjadi lima kelompok, yaitu : SMA,
Diploma, S1, S2 dan lainnya. Berdasarkan
Dalam penelitian ini akan digunakan analisis tabel 4.x di atas, 58,8% responden merupakan
regresi sederhana untuk memprediksi atau lulusan SMA, 25.8% lulusan S1 dan lainnya
menguji pengaruh satu variabel bebas atau (SD, SMP dan tidak sekolah) sebesar 6,2%,
variabel independent terhadap variabel terikat kemudian Diploma dan S2 masing-masing
atau variabel dependent. Bila skor variabel 5,2% dan 4,1%. Dari hasil di atas dapat
bebas diketahui maka skor variabel terikatnya disimpulkan bahwa pemohon izin atau dalam
dapat diprediksi besarnya. Analisis regresi hal ini pelaku usaha di dominasi berlatar
juga dapat dilakukan untuk mengetahui belakang tingkat pendidikan SMA. Dan untuk
linearitas variabel terikat dengan variabel kriteria pekerjaan nampak bahwa 80,4%
bebasnya. Dengan menggunakan persamaan responden memiliki pekerjaan sebagai
Y = a + bX wiraswasta diikuti oleh pegawai negeri sipil
dimana sebesar 8,2% kemudian yang memiliki
Y= Variabel terikat, pekerjaan lainnya seperti : LSM sebesar 6,2%
a = Konstanta regresi dan dan pegawai swasta serta pelajar/mahasiswa
bX = Nilai turunan atau peningkatan variabel masing-masing sebesar 4,1% dan 1%. Ini

320
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol.4 No.3 Juli – September 2015

menunjukkan bahwa mayoritas responden 0,358 atau hubungan rendah tetapi pasti
yang melakukan pengurusan izin adalah seperti pada uji Kendall’s Tau.
pelaku usaha itu sendiri.
Dari hasil analisis korelasi Kendall’s Tau,
Hasil Pengujian Hipotesis r(97) nilai signifikansi p-value sebesar 0,000
< 0,1, H0 ditolak dan Ha diterima, yang
Sebelum dilakukan analisis regresi, terlebih berarti terdapat hubungan antara Keterbukaan
dahulu dilakukan uji korelasi antara kedua Informasi Publik dan Peningkatan Penerbitan
variabel, oleh karena kedua variabel tidak Perizinan, dengan koefisien korelasi atau
terdistribusi secara normal maka digunakan keeratan hubungan sebesar 0,282 yang
uji non-parametrik yaitu uji korelasi diartikan oleh Guilford sebagai hubungan
Spearman’s Rho dan Kendall’s Tau dengan rendah tetapi pasti (Rakhmat, 2009:29) lalu
uji hipotesis sebagai berikut : dengan menggunakan korelasi Spearman’s
H0= Tidak ada hubungan antara implementasi Rho juga terdapat hubungan dengan nilai
keterbukaan informasi publik dengan signifikansi (p) = sebesar 0,000 < 0,1, H0
peningkatan penerbitan perizinan pada Badan ditolak dan Ha diterima yang juga artinya
Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman terdapat hubungan dengan kekuatan koefisien
Modal Kabupaten Pinrang. korelasi sebesar 0,358 atau hubungan rendah
Ha= Terdapat hubungan antara implementasi tetapi pasti seperti pada uji Kendall’s Tau.
keterbukaan informasi publik dengan Dengan demikian uji hipotesis yang dilakukan
peningkatan penerbitan perizinan pada Badan menolak H0 dan menerima Ha yang berarti
Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman terdapat hubungan antara Keterbukaan
Modal Kabupaten Pinrang. Informasi Publik dengan Peningkatan
dDengan kriteria pengujian antara lain : Penerbitan Perizinan dengan keeratan
Jika Sig penelitian < 0,1, maka H0 ditolak dan hubungan rendah tetapi pasti. Sedangkan arah
Ha diterima hubungannya adalah positif karena nilai r
Jika . positif, berarti semakin tinggi Keterbukaan
Sig penelitian > 0,1, maka H0 diterima dan Ha Informasi Publik maka semakin tinggi
ditolak Peningkatan Penerbitan Perizinan dan
sebaliknya semakin rendah Keterbukaan
Dari output SPSS seperti tabel 4 dibawah, Informasi Publik semakin rendah Peningkatan
hasil analisis korelasi Kendall’s Tau, r(97) Penerbitan Perizinan.
nilai signifikansi p-value sebesar 0,000 < 0,1, Dari hasil uji korelasi diatas membuktikan
H0 ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa terdapat hubungan antara variabel
terdapat hubungan antara Keterbukaan keterbukaan informasi publik dengan
Informasi Publik dan Peningkatan Penerbitan peningkatan penerbitan perizinan, maka
Perizinan, dengan koefisien korelasi atau syarat untuk melakukan uji regresi telah
keeratan hubungan sebesar 0,282 yang dipenuhi. Penggunaan Analisis regresi
diartikan oleh Guilford sebagaiberarti bahwa dilakukan jika korelasi antara dua variabel
terdapat hubungan yang rendah tetapi pasti mempunyai hubungan kausal. Menurut
(Rakhmat, 2009) lalu dengan menggunakan Mustikoweni (Kriyantono, 2012) regresi
korelasi Spearman’s Rho juga terdapat ditujukan untuk mencari bentuk hubungan
hubungan dengan nilai signifikansi (p) = dua variabel atau lebih dalam bentuk fungsi
sebesar 0,000 < 0,1, H0 ditolak dan Ha atau persamaan sedangkan analisis korelasi
diterima yang juga artinya terdapat hubungan bertujuan untuk mencari derajat keeratan
dengan kekuatan koefisien korelasi sebesar hubungan dua variabel atau lebih.

321
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol. 4 No.3 Juli – September 2015

Analisis Regresi regresi Linier linier Dari hasil analisis regresi diperoleh
Sederhana sederhana dalam penelitian ini persamaan model regresi linier sederhana
adalah alat analisis yang digunakan untuk seperti berikut : Y = 42,931 + 1,844 X,
mengetahui seberapa besar pengaruh dimana Y = Peningkatan Penerbitan Perizinan
hubungan antara variabel bebas (X) dan X = Keterbukaan Informasi Publik.
Keterbukaan Informasi Publik dengan Artinya adalah bahwa apabila Keterbukaan
variabel terikat (Y) Peningkatan Penerbitan Informasi Publik sama dengan nol atau tidak
Perizinan. ada perubahan maka Peningkatan Penerbitan
Analisis regresi dilakukan jika korelasi antara Perizinan sebesar 42,931, kemudian nilai
dua variabel mempunyai hubungan kausal. koefisien keterbukaan informasi publik (b) =
Menurut Mustikoweni (Kriyantono, +1,844 yang berarti jika Keterbukaan
2006:181) regresi ditujukan untuk mencari Informasi Publik (X) meningkat sebesar 1
bentuk hubungan dua variabel atau lebih satuan maka Peningkatan Penerbitan
dalam bentuk fungsi atau persamaan Perizinan (Y) akan meningkat sebesar 1,844.
sedangkan analisis korelasi bertujuan untuk
mencari derajat keeratan hubungan dua PEMBAHASAN
variabel atau lebih.
Tabel 5 menampilkan besarnya nilai R Pada uji korelasi yang dilakukan pada kedua
(koefisien korelasi), R Square (koefisien variabel, mengindikasikan bahwa terdapat
determinasi), R Square biasa disebut juga R2 hubungan yang signifikan dengan keeratan
memiliki pengertian bahwa kontribusi / hubungan yang rendah tapi pasti, hal ini
sumbangan pengaruh Keterbukaan Informasi menunjukkan bahwa keterbukaan informasi
Publik terhadap Peningkatan Penerbitan publik berkorelasi positif dengan peningkatan
Perizinan sebesar 13,7%, sedangkan sisanya penerbitan perizinan yang bisa diartikan
sebesar 86,3% dipengaruhi oleh variabel lain. semakin tinggi keterbukaan informasi publik
maka akan semakin tinggi peningkatan
Tabel 5 menampilkan besarnya nilai R penerbitan perizinan. Hal ini sesuai dengan
(koefisien korelasi), R Square (koefisien konsep keterbukaan yang menyatakan bahwa
determinasi), R Square biasa disebut juga R2 pemerintahan yang terbuka akan
memiliki pengertian bahwa kontribusi / meningkatkan partisipasi masyarakat.
sumbangan pengaruh Keterbukaan Informasi Adanya hubungan antara Keterbukaan
Publik terhadap Peningkatan Penerbitan Informasi Publik dengan Peningkatan
Perizinan sebesar 13,7%, sedangkan sisanya Penerbitan Perizinan tidak terlepas dari
sebesar 86,3% dipengaruhi oleh variabel lain. efektivitas Media yang dimiliki yaitu
Berdasarkan tabel diatas terbukti bahwa ada Website, Papan Informasi dan Sosialisasi
pengaruh variabel bebas terhadap variabel yang digunakan sebagai media diseminasi
terikat yang signifikan karena sig.. lebih kecil informasi publik oleh Badan Pelayanan
dari nilai probabilitas 0,1 (0,000 < 0,1) dan t Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal
hitung sebesar 3.879 lebih besar dari t tabel Kabupaten Pinrang yang bertujuan untuk
sebesar 1.66071 (3.879 > 1.66071). Jadi bisa memberikan informasi layanan perizinan
disimpulkan bahwa Implementasi kepada masyarakat. Jika informasi yang
Keterbukaan Informasi Publik berpengaruh tersedia itu bisa dimengerti artinya bahwa
signifikan terhadap Peningkatan Penerbitan komunikator dan komunikan sama-sama
Perizinan pada Badan Pelayanan Perizinan memiliki pengertian yang sama tentang suatu
Terpadu dan Penanaman Modal Kabupaten pesan maka terjadi komunikasi yang efektif.
Pinrang. Seperti pernyataan Ruslan (2004:64), yang

322
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol.4 No.3 Juli – September 2015

menyatakan suatu komunikasi dapat pengurusan izin.


dikatakan efektif apabila komunikasi tersebut 2. Berurusan dengan Bank. Faktor lain yang
memiliki persamaan persepsi antara mempengaruhi peningkatan penerbitan
komunikator dengan komunikannya, senada perizinan adalah keharusan para pelaku
dengan itu Jalaluddin (2007:54) juga usaha yang akan meminjam modal usaha
menyebutkan, komunikasi yang efektif ke perbankan untuk memiliki izin usaha,
ditandai dengan adanya pengertian, dapat hal ini yang membuat beberapa responden
menimbulkan kesenangan, mempengaruhi merasa mau tidak mau harus mengurus
sikap, meningkatkan hubungan sosial yang perizinan usaha mereka untuk
baik dan pada akhirnya menimbulkan suatu mendapatkan modal usaha dari perbankan.
tindakan. 3. Biaya yang murah. Alasan lain melakukan
Analisis Pengaruh Implementasi Keterbukaan masyarakat atau responden melakukan
Informasi Publik dengan Peningkatan pengurusan izin karena biaya yang murah
Penerbitan Perizinan merupakan hasil hitung atau gratis. Hal ini sesuai dengan prinsip
melalui program SPSS mengenai pengaruh ekonomi atau teori pilihan publik yang
variabel Keterbukaan Informasi publik berasumsi bahwa setiap individu akan
dengan Peningkatan Penerbitan Perizinan bersifat rasional akan bertindak untuk
berdasarkan data kuisioner yang peneliti memaksimalkan manfaat pribadi dengan
lampirkan. meminimalisir biaya yang harus ia
Berdasarkan kriteria interpretasi koefisien keluarkan.
determinasi menunjukkan bahwa pengaruh 4. Pelayanan Satu Pintu. Masyarakat atau
Keterbukaan Informasi Publik terhadap responden beralasan dengan adanya Sistem
Peningkatan Penerbitan Perizinan sebesar Pelayanan Satu Pintu memudahkan dalam
13,7% dan bisa dikatakan terdapat pengaruh melakukan pengurusan izin, proses yang
yang kecil. Sedangkan terdapat faktor lain dulunya berbelit-belit dengan adanya
yang sangat besar yaitu 86,3% yang sistem atau konsep ini proses menjadi
mempengaruhi variabel Peningkatan efektif dan efisien.
Penerbitan Perizinan yang antara lain adalah :
1. Responden beralasan karena kesadaran KESIMPULAN
sendiri datang untuk melakukan
pengurusan izin, ini dikarenakan setiap 1. Terdapat hubungan antara implementasi
pelaku usaha / non usaha wajib memiliki keterbukaan informasi publik dengan
izin berupa dokumen yang dikeluarkan peningkatan penerbitan perizinan pada
oleh pemerintah daerah berdasarkan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu
peraturan daerah atau peraturan lainnya Kabupaten Pinrang, hubungan tersebut
yang merupakan bukti legalitas, bersifat rendah tetapi pasti.
menyatakan sah atau diperbolehkannya 2. Besar kontribusi pengaruh Implementasi
seseorang atau badan untuk melakukan Keterbukaan Informasi Publik terhadap
usaha atau kegiatan tertentu. Kondisi ini Peningkatan Penerbitan Perizinan sebesar
juga kemungkinan akibat seringnya 13,7% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh
BP2TPM melakukan inspeksi mendadak faktor-faktor lain.
(sidak) ke lapangan dan sosialisasi akan 3. Faktor-faktor lain yang mendorong
pentingnya memiliki izin usaha sehingga masyarakat untuk melakukan pengurusan
masyarakat dengan kesadaran sendiri atau izin sehingga mempengaruhi Peningkatan
karena kewajiban sebagai masyarakat Penerbitan Perizinan antara lain adalah
pelaku usaha datang melakukan karena kesadaran sendiri / kewajiban, akan

323
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol. 4 No.3 Juli – September 2015

berurusan dengan bank dan biaya yang Rakhmat, Jalaluddin. (2009). Metode
murah serta sistem layanan satu pintu. Penelitian Komunikasi. Remaja
Rosdakarya : Bandung.
DAFTAR RUJUKAN Republik Indonesia, (2008). Undang-undang
Nomor 14 Tahun 2008, tentang
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Keterbukaan Informasi Publik, Sekretariat
Negara dan Reformasi Birokrasi, 2014. Negara, Jakarta
Peraturan Menteri Pendayagunaan Santosa, Mas Achmad. (2001). Good
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Governance dan Hukum Lingkungan.
Nomor 16 Tahun 2014 tentang Pedoman ICEL : Jakarta.
Survei Kepuasan Masyarakat terhadap Singarimbun, Masri. (1995). Metode
Penyelenggaraan Pelayanan Publik. Penelitian Survei. LP3S : Jakarta.
Kementerian PANRB : Jakarta Subagyo dkk. (2009). Anotasi Undang-
Koalisi untuk Kebebasan Informasi, 2003. undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang
Kebebasan Informasi di Berbagai Negara. Keterbukaan Informasi Publik. Edisi
Koalisi untuk Kebebasan Informasi : Pertama. Komisi Informasi Pusat Republik
Jakarta. Indonesia : Jakarta.
Kriyantono, Rachmat. (2012). Teknik Praktik Sugiyono. (2011). Metode Penelitian
Riset Komunikasi. Kencana Prenada Media Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta :
Group : Jakarta. Bandung
Mendel, Toby. (2004). Kebebasan Tjiptono, Fandy. 2007. Manajemen Jasa.
Memperoleh Informasi. Sebuah Survei Andi Publisher : Yogyakarta
Perbandingan Hukum. Judul Asli: Yasa I Gede A. (2006). Pengaruh
Freedom of Information: A Comparative Karakteristik Manajemen Karier Terhadap
Legal Survey, Penerjemah: Tim Komitmen Karyawan dan Dampaknya
Kawantama, UNESCO : Jakarta. pada Prestasi Kerja Karyawan PT. Adi
Nazir, Moh. (2014). Metode Penelitian Bharata Asty Denpasar. Tesis. Universitas
Cetakan 9. Ghalia Indonesia : Bogor. 17 Agustus : Surabaya.

324
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol.4 No.3 Juli – September 2015

325
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol. 4 No.3 Juli – September 2015

326
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol.4 No.3 Juli – September 2015

327

You might also like