You are on page 1of 5

Insidensi Penyakit Karat Putih pada Tanaman Bayam Hijau (Amaranthus tricolor) di

Kecamatan Kamal Kabupaten Bangkalan

Insidence of White Rust Disease on Green Spinach (Amaranthus


tricolor) in Kamal subdistrict Bangkalan distric

Desy Meilinda Putri Firdauzi


1
Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura
*Email korespondensi: desymeilinda27@gmail.com

ABSTRACT
Green spinach (Amaranthus tricolor) is a vegetable that is often consumed by almost all people. The health of green
spinach plants must often be considered for public food safety. Therefore, there are several factors that need to be considered,
especially disease. White rust is a disease that is often found in green spinach plants. The purpose of this study was to inventory
how many levels of attack and severity of white rust disease on green spinach cultivation plants. This study was structured using
quantitative screening with the use of a disease scale arrangement and observations were carried out 4 times for 4 weeks. The
results showed that the maintenance and placement of cultivation sites had a significant effect on the level of attack and severity
of the disease on the parameters of the level of infection. Treatment is carried out by applying fertilizer, watering regularly, and
placing cultivation sites. The selection of planting sites that are exposed to direct sunlight for 8 hours has a significant effect on
the level of disease infection. However, it had no significant effect on the green color of spinach plants.

Keywords: Amaranthus tricolor, white rust disease, treatment.

ABSTRAK

Tanaman bayam hijau (Amaranthus tricolor) merupakan sayuran yang sering dikonsumsi oleh masyarakat hampir
semua kalangan. Kesehatan tanaman bayam hijau harus sering diperhatikan guna keamanan pangan masyarakat. Oleh karena
itu ada beberapa factor yang perlu diperhatikan terutamanya penyakit. Karat putih merupakan salah satu penyakit yang sering
dijumpai pada tanaman bayam hijau. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menginventarisasi berapa banuyak tingkat
serangan serta keparahan penyakit karat putih pada tanaman budidaya bayam hijau. Penelitian ini disusun dengan
menggunakan skroning kuantitatif dengan penggunaan susunan skala penyakit dan pengamatan dilakukan sebanyak 4 kali
ulangan selama 4 minggu. Hasil penelitian menunjukkan perawatan dan penempatan lokasi budidaya berpengaruh nyata
terhadap tingkat serangan dan keparahan penyakit pada parameter tingkat infeksi. Perawatan dilakukan dengan pemberian
pupuk, penyiraman secara rutin, dan penempatan lokasi budidaya. Pemilihan lokasi penanaman yang terkena sinar matahari
langsung selama 8 jam berpengaruh nyata terhadap tingkat infeksi penyakit. Namun tidak berpengaruh nyata pada warna hijau
tanaman bayam.

Kata kunci: Amaranthus tricolor, penyakit karat putih, perawatan.

PENDAHULUAN umumnya bayam dikonsumsi bagian daunnya saja, namun


terdapat bagian lain dari tanaman bayam yang juga dapat
Bayam (Amaranthus tricolor) merupakan salah satu dimanfaatkan untuk pengobatan. Akarnya dapat
sayuran yang sering dikonsumsi karena dinilai memiliki dimanfaatkan untuk obat dari penyakit disentri, mempercepat
kandungan gizi, vitamin dan mineral yang tinggi. Bayam pertumbuhan sel, dan mempercepat pemulihan orang yang
merupakan salah satu tanaman pangan tertua di dunia, sedang sakit ataupun sedang menjalani perawatan (Tafajani,
berasal dari America, dibudidayakan sekitar tahun 6700 SM 2011).
(Kementerian Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, 2010). Di Karat putih merupakan penyakit yang kerap kali
Indonesia, bayam dapat tumbuh baik di tempat yang panas menyerang tanaman bayam. Penyebab penyakit karat putih
maupun dingin sepanjang tahun, tetapi akan tumbuh lebih ini yaitu serangan dari cendawan Albugo candida. Adanya
subur di dataran rendah, di daerah terbuka dengan suhu udara rantai sporangia pada daun cabai yang dihasilkan oleh
sejuk (Dalimarta, 2006). Salah satu jenis bayam yang dapat struktur yang disebut sori yang tumbuh merupakan contoh
deipanen secara singkat paling lama 25 hari setelah gejala dari penyakit karat putih.
penanaman yaktu bayam cabut (Supriyanti dan Herlina, Berdasarkan uraian diatas maka penelitian ini
2010). dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui gejala penyakit
Banyak manfaat yang dapat diperoleh dari dan insidensi penyakit karat putih pada tanaman bayam hijau.
mengonsumsi bayam. Tidak hanya sebagai bahan pangan
saja tetapi bayam juga dapat memperbaiki kinerja ginjal dan
memperlancar pencernaan (Sunarjono, 2008). Pada
BAHAN DAN METODE 5. Serangan berat (>61-80%)
6. Serangan sangat berat (>81-100%)
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian telah dilaksanakan di bulan September 3. Perhitungan AUDPC (Area Under Disease Progress
2022, berlokasi di desa Telang kecamatan Kamal kabupaten Curve)
Bangkalan. AUDPC adalah total tingkat kejadian penyakit
pada perlakukan dari minggu pertama pengamatan
Alat dan Bahan Penelitian sampai minggu terakhir pengamatan. AUDPC dapat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah dihitung menggunakan rumus :
kamera handphone dengan timestamp, tanaman bayam yang
sudah berusia 10 hst ditanam dalam raisebed, dan laptop AUDPC=
beserta jurnal acuan. %KP1 x ∆ P 1 %KP2 x ∆ P 2 %KP3x ∆ P3 %KP4 x ∆ P 4
+ + +
2 2 2 2
Pengambilan Contoh dan Parameter Pengamatan
Atau dengan rumus:

( )
n
X i + X i +1
Penelitian ini dilakukan dengam menggunakan
metode scoring kuantitatif dengan menentukan skala penyakit
AUDPC = ∑ 2
( t i+1 −t i )
n =1
dari 0 sampai 5, dan tingkat infeksi dari tidak ada infeksi 4. Laju Perkembangan Penyakit (Laju Infeksi)
sampai dengan infeksi 100%. Dalam satu lokasi pengamatan
yang terdapat populasi bibit bayam hijau sebanyak 100 buah,
diambil sampel tanaman sebanyak 15 buah. Perhitungan dan
analisis data yang dilakukan yaitu menghitung (menduga X 0),
lAJU INFEKSI = ( ∆∆ xt )
menghitung laju perkembangan penyakit (r), dan AUDPC.
1. Kejadian penyakit HASIL DAN PEMBAHASAN
Kejadian penyakit adalah jumlah tanaman atau
proporsi unit tanaman yang sakit (contoh: jumlah atau 1. Kejadian Penyakit
proporsi tanaman, daun, batang, buah, bunga yang  Pengamatan Minggu Pertama
menunjukkan gejala) dibandingkan total unit yang 6
diamati.. Kejadian penyakit dihitung menggunakan rumus KP 1= x 100 %
perhitungan sebagai berikut: 15
n ¿ 0,4 x 100 %
KP : x 100 % = 0,4 %
N
Keterangan :  Pengamatan Minggu Kedua
KP = Kejadian Penyakit 8
n = Jumlah Tanaman yang terserang KP 2= x 100 %
N = Jumlah Tanaman yang diamati 15
1. Serangan berat (>50-75%)
2. Serangan sangat berat (>75-100%) ¿ 0,53 x 100 %
= 0,53 %
2. Keparahan Penyakit
Skoring Kuantitatif  Pengamatan Minggu Ketiga
Keparahan Penyakit adalah proporsi area atau 10
KP 3= x 100 %
jumlah jaringan tanaman yang sakit.Keparahan penyakit 15
dihitung berdasarkan terjadinya luas gejala klorosis pada ¿ 0,67 x 100 %
daun setiap tanaman. Perhitungan tingkat keparahan = 0,67 %
penyakit dapat dinyatakan atau dihitung dalam rumus
sebagai berikut :  Pengamatan Minggu Keempat
∑nivi 10
I¿ × 100 % KP 4= x 100 %
Z xN 15
Keterangan :
¿ 0,67 x 100 %
= 0,67 %
I = Keparahan penyakit
ni = Tanaman contoh ke-i
vi = Skala/skor penyakit tanaman contoh ke-i
Z = Skala/skor tertinggi yang ditetapkan 2. Keparahan Penyakit
N = Jumlah tanaman contoh  Pengamatan Minggu Pertama
Kategori skor keparahan penyakit menurut Herdiana ( 1 x 9 ) + ( 2 x 6 ) + ( 3 x 0 ) + ( 4 x 0 ) + ( 5 x 0 )+(6 x 0)
(2010): I= x1
Normal (0%)
6 x 12
1. Sehat (0%) 36
I = x 100 %
2. Serangan ringan (>1-21%) 72
3. Serangan sedang (>21-40%) ¿ 0,5 %
4. Serangan agak berat (>41-60%)
 Pengamatan Minggu Kedua

I=
( 1 x 7 ) + ( 2 x 8 ) + ( 3 x 0 )+ ( 4 x 0 ) + ( 5 x 0 ) +(6 x 0)
x 100 %
AUDPC
6 x 12
41 AUDPC DS
I= x 100 % 2.345 2.345
72
¿ 0,6 % 1.855
1.4
 Pengamatan Minggu Ketiga
( 1 x 5 )+ ( 2 x 10 ) + ( 3 x 0 ) + ( 4 x 0 )+ (5 x 0 ) +( 6 x 0) 0.57 0.6 0.6
I= x 100 %
6 x 12 0
7 14 28 32
43
I = x 100 % Gambar 2. Grafik AUDPC
72
¿ 0,60 %
4. Laju Perkembangan Penyakit (Laju Infeksi)
 Pengamatan Minggu Keempat

I=
( 1 x 5 )+ ( 2 x 10 ) + ( 3 x 0 ) + ( 4 x 0 )+ (5 x 0 ) +( 6 x 0)
Laju Infeksi ¿
x 100 %
( ∆∆ xt )=( 1,4+1,855+ 2,345+ 2,345
7+7+7 +7 )
¿(
28 )
6 x 12 7,945
43
I = x 100 %
72 = 0,283

¿ 0,60 %
Hasil pengamatan tanaman bayam hijau di
Kecamatan Kamal, Bangkalan mengalami serangan
Berikut adalah grafik keparahan penyakit karat putih penyakit karat putih. Penyakit karat putih memiliki gejala
pada tanaman bayam hijau di Kecamatan Kamal, Bangkalan. timbulnya pustule pada bagian bawah daun. Pustut
100% tersebut merupakan cendawan yang berkembang biak
90% pada daun bayam. Pengendalian yang biasa diterapkan
80%
pada tanaman yang terserang karat putih adalah dengan
70%
sanitasi lingkungan, pengaplikasian fungisida, dan
60%
50%
keparahan pemilihan varietas tanaman yang toleran terhadap
penyakit serangan penyakit. ……………………………………..
40% minggu Kejadian penyakit karat putih pada minggu
30%
20% pertama sebesar 0,4%, kejadian penyakit minggu kedua
10% adalah 0,53%, kejadian penyakit pada minggu ketiga dan
0% keempat sama yaitu 0,67%. Sedangkan setelah dilakukan
1 2 3 4 perhitungan keparahan penyakit, pada minggu pertama
Gambar 1. Grafik Keparahan Penyakit yaitu sebesar 0,5%, minggu kedua sebesar 0,6%, minggu
ketiga dan keempat sebesar 0,60%. Peritungan AUDPC
3. Perhitungan AUDPC (Area Under Disease Progress hari ke 7 menunjukkan hasil 1,4, hari ke 14 sebesar
Curve) 1,855, hari ke 28 sama dengan hasil hari ke 32 yaitu
sebesar 2,345. Untuk laju perkembangan penyakit setelah
AUDPC= dilakukan perhitungan menunjukan hasil 0,283.
%KP1 x ∆ P 1 %KP2 x ∆ P 2 %KP3x ∆ P3 %KP4 x ∆ P 4
+ + +
2 2 2 2
0,4 x 7 0,53 x 7 0,67 x 7 0,67 x 7
= + + +
2 2 2 2
=1,4 + 1,9 + 2,345 + 2,345
=7,99

Berikut adalah grafik AUDPC karat putih pada tanaman


bayam hijau di Kecamatan Kamal, Bangkalan.
DAFTAR PUSTAKA

Dalimartha, S. 2006. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia


Jilid 4. Jakarta : Puspa Swara.

Ownley, B.H., B.K. Duffy and D. M. Weller. 2003.


Identification and manipulation of soil properties to
improve the biological contro performance of
phenazine- producing Pseudomonas fluorescens.
Applid and Environmental Microbiology 69(6):3333-
3343.

Herdiana N. 2010. Potensi serangan hama tanaman jati


rakyat dan upaya pengendaliannya di Rumpin, Bogor.
Jurnal Penelitian hutan Tanaman.

Sunarjono, H. 2008. Bertanam 30 Jenis Sayuran. Jakarta:


Penebar Swadaya.

Tafajani. H. 2011. Panduan Komplit Bertanam Sayur dan


Buah-buahan. Yogyakarata: Cahaya Atma.

You might also like