You are on page 1of 17

Audience Reception of the Issue of Mental Disability in the Korean Drama

It’s Okay to Not be Okay

Revana Meylani, Hapsari Dwiningtyas Sulistyani, Tandiyo Pradekso


rvnmeylani@gmail.com
Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Soedarto, S.H. Tembalang Semarang Kotak Pos 1269 Telepon (024)7465407

ABSTRACT

Korean drama It's Okay to Not be Okay is a drama that discusses mental health issues
by featuring a variety of mental disorder characters. In addition, this drama also seeks to show
relationship building carried out by mentally disabled characters. Therefore, researchers
conducted this study to see the meaning of audiences related to the representation of the
position of the disabled group as part of the minority group and the representation of social
relationship coaching carried out by the mentally disabled group. In this study, researchers
used semiotic data analysis techniques from John Fiske and Stuart Hall's reception analysis.
The research paradigm used in this study is an interpretive paradigm and uses the
Representation Theory from Stuart Hall, Oliver Barnes and Abberly's Theory of Social Model
of Disability, and Stuart Hall's Active Audience Theory and Encoding-Decoding Theory.
The results of this study show that the mentally disabled group featured in the Korean
drama It's Okay to Not be Okay is depicted using the construction of stigma that has been
attached to society. However, researchers also found that the meaning of audiences as
informants in this study not only interpreted the disabled group with a stereotypical perspective
but also used a medical perspective to see the limitations of the mentally disabled group. The
results of the diversity of meanings that emerge show that in general the informant is already
in a negotiating position. This means that most of the audience who are informants of this
researcher have begun to show awareness and understanding related to the issue of mental
disabilities, because they do not only accept the construction related to the issue of mental
disabilities from this drama. But, the informants also began to negotiate or compromise the
text offered by the media using the understanding, knowledge, trust, experience of each
informant.

Keywords: Audience Reception, Mental Disability, Relationship Building, Mental Health


Issues, Korean Drama It’s Okay to Not be Okay
ABSTRAK

Drama Korea It’s Okay to Not be Okay merupakan sebuah drama yang membahas mengenai
isu kesehatan mental dengan menampilkan beragam variasi karakter gangguan jiwa. Selain itu,
drama ini juga berusaha dalam menampilkan pembinaan hubungan yang dilakukan oleh antar tokoh
difabel mental. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian ini untuk melihat pemaknaan
khalayak terkait representasi posisi kelompok difabel sebagai bagian dari kelompok minoritas dan
representasi pembinaan hubungan sosial yang dilakukan oleh kelompok difabel mental. Pada
penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis data semiotika dari John Fiske dan analisis
resepsi milik Stuart Hall. Paradigma penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
paradigma interpretif dan menggunakan Teori Representasi dari Stuart Hall, Teori Social Model of
Disability milik Oliver Barnes and Abberly, serta Teori Khalayak Aktif dan Teori Encoding-
Decoding miliki Stuart Hall.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa kelompok difabel mental yang ditampilkan dalam
drama Korea It’s Okay to Not be Okay digambarkan dengan menggunakan konstruksi stigma yang
telah melekat pada masyarakat. Namun, peneliti juga menemukan bahwa pemaknaan khalayak
sebagai informan dalam penelitian ini tidak hanya memaknai kelompok difabel dengan perspektif
stereotip saja namun juga menggunakan perspektif medis untuk melihat keterbatasan yang dimiliki
oleh kelompok difabel mental. Pada hasil keberagaman pemaknaan yang muncul menunjukan
bahwa secara garis besar informan sudah berada pada posisi negosiasi. Artinya, sebagian besar
khalayak yang menjadi informan peneliti ini mulai menunjukan kesadaran dan pemahaman terkait
isu difabel mental, karena tidak hanya menerima konstruksi terkait isu difabel mental dari drama
ini saja. Tetapi, para informan juga mulai menegosiasikan atau mengkompromikan teks yang
ditawarkan oleh media dengan menggunakan pemahaman, pengetahuan, kepercayaan, pengalaman
dari masing-masing informan.

Kata Kunci: Pemaknaan Khalayak, Difabel Mental, Pembinaan Hubungan, Isu Kesehatan
Mental, Drama Korea It’s Okay to Not be Okay

PENDAHULUAN Undang No. 19 Tahun 2011 tentang Penetapan


Masih terdapat banyak masyarakat Indonesia Konvensi Hak-hak Penyandang Disabilitas
yang memaknai difabel sebagai sesuatu (Convention on the Rights of Persons with
kekurangan, aib, aneh dan cenderung akan Disabilities) dan Undang-Undang Nomor 8
dijauhi (Couser, dalam Widiniarsih 2019: 127- Tahun 2016 mengenai Penyandang Disabilitas
142). Hal ini tentunya mengakibatkan (UUPD) sebagai bentuk kesungguhan
komunikasi dalam pembinaan hubungan sosial Indonesia dalam melindungi dan memenuhi
seperti hubungan pertemanan maupun hak dari kelompok difabel (Sholihah, 2016:
percintaan menjadi terhambat. Oleh karena itu, 166-172).
fokus dari penelitian ini berkaitan dengan isu Tetapi, beberapa data di lapangan justru
pembinaan hubungan sosial dari kelompok menunjukan bahwa kelompok difabel mental di
difabel mental. Indonesia masih mendapatkan diskriminasi
Dalam upaya meningkatkan kesadaran secara sosial, yaitu: Pertama, terdapat sekitar
masyarakat terkait kelompok difabel, 80 persen difabel pernah mendapatkan perilaku
Pemerintah Indonesia mengesahkan Undang- diskriminasi (Hanifa, dalam Cahyono &
Probokusumo 2016: 94). Kedua, berdasarkan Stress Disorder). Representasi terkait isu
hasil penelitian pemaknaan khalayak terkait isu difabel mental pada drama Korea It’s Okay to
difabel dalam Film Wonder, diketahui film ini Not be Okay menuai beragam respon dari
masih menampilkan dan menggunakan masyarakat. Namun, ada beberapa hal yang
karakteristik ‘disabled’ pada karakter menjadi indikasi peneliti terkait adanya
difabelnya, dan informan non-difabel, ketidaksesuaian tujuan dari film tersebut dalam
diketahui masih kesulitan memaknai karakter memberi penguatan atau pembelaan pada
difabel pada film karena adanya stereotip dan kelompok difabel, yaitu: Pertama, penggunaan
representasi yang merugikan kelompok difabel romantisme yang terlalu kuat yang justru dapat
(Siregar, R.A., 2019: 127-142). Ketiga, mengesampingkan isu pembinaan hubungan
merujuk pada survei yang dilakukan oleh Sesty sosial dari kelompok difabel mental itu sendiri.
Arum terkait difabel mental yang melibatkan Kedua, peneliti melihat minimnya tokoh non-
123 mahasiswa, dan menghasilkan sebesar 15 difabel yang tidak memiliki keterkaitan dengan
persen dari responden tersebut masih tokoh yang berada di area rumah sakit,
mengidentikkan kondisi gangguan kejiwaan membuat kemampuan pembinaan yang
mental seperti down syndrome dan autisme ditunjukan oleh kelompok difabel ini juga patut
dengan menyebut sebagai ‘idiot’ (Arum, 2018: untuk dilihat dan dikaji lebih dalam lagi.
n.p). Dari beberapa data diatas, menunjukan Ketiga, dilihat melalui poster dari film ini,
bahwa masih terdapat film yang menampilkan peneliti mencurigai adanya eksploitasi pada
karakter difabel dengan karakteristik ‘disabled’ tokoh utama karakter difabel mental anti-social
dan masih menunjukan adanya mis-intepretasi, disorder (Koo Moon Young) yang ditampilkan
seperti penggunaan istilah ‘idiot’ pada sebagai sosok yang kuat, tangguh dan
penyandang autisme dan downsyndrom. menginspirasi banyak orang. Keempat, adanya
Munculnya stereotip pada difabel mental ini, penggunaan tokoh difabel yang ditampilkan
salah satunya disebabkan oleh representasi dengan penggunaan tokoh-tokoh utama yang
media yang menggambarkan kelompok difabel terlalu ideal dan menonjol dalam drama seperti
secara keliru. tokoh Ko Moon Young. Kelima, mengutip dari
Topik mengenai isu kesehatan mental laman Intip Seleb (2020), serial ini menuai
sering kali diangkat melalui media film ataupun kritik dari masyarakat karena terdapat sejumlah
televisi. Namun, tidak banyak media yang adegan yang dinilai melecehkan kelompok
menceritakan mengenai proses pembinaan difabel (Margaretha, 2020: n.p).
hubungan sosial dari kelompok difabel mental. Beragam komentar positif maupun negatif
Kemudian terdapat K-Drama yang cukup pada drama tersebut menunujukan bahwa
populer di Indonesia pada tahun 2020 hingga khalayak memiliki kekuatan dalam
saat ini masih ditayangkan di Netflix, yaitu memberikan makna pada konstruksi isu difabel
drama Korea It’s Okay to Not be Okay. Drama mental terutama dalam membina hubungan
ini membahas tentang mental health issue dan sosial secara subjektif berdasarkan latar
termasuk pembinaan hubungan dari berbagai belakang dan pengalaman pribadi. Sehingga,
variasi karakter gangguan mental yang atas dasar permasalahan realitas maupun film,
ditampilkan. Terdapat 6 karakter difabel mental peneliti ingin mengkaji secara lebih mendalam
yang memiliki gangguan kejiwaan yaitu untuk mengetahui bagaimana posisi khayalak
autism, anti-social disorder, maniac disorder, dalam memaknai konstruksi isu difabel mental
anxiety and depression disorder, dissociative terutama pada aspek pembinaan dan
identity disorder, dan PTSD (Post-traumatic
pengelolaan hubungan sosial di serial drama Sebagai sarana informasi, media juga
Korea It’s Okay to Not be Okay. memiliki peran dalam merepresentasikan
suatu isu-isu yang ada dalam masyarakat.
TUJUAN PENELITIAN Salah satu isu yang cukup kompleks yang
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui di representasikan oleh media adalah isu
dan mendeskripsikan mengenai bagaimana difabel mental. Sehingga, guna
khalayak memaknai isu difabel mental yang mengetahui preferred reading yang
ditampilkan pada serial drama Korea It’s Okay ditawarkan oleh media, peneliti akan
to Not be Okay. melihat representasi kelompok difabel
mental sebagai bagian dari kelompok
KERANGKA TOERI minoritas dan representasi kelompok
difabel mental dalam aspek membina
1. Teori Social Model of Disability hubungan sosial pada drama Korea It’s
Teori miliki Oliver, Barnes, dan Abberley Okay to Not be Okay.
ini menekankan bahwa konstruksi sosial
negatif atau stigma negatif pada kelompok 3. Teori Khalayak Aktif
difabel ini berasal dari pola pemikiran Secara terminologi, Nightingale
masyarakat yang mana juga sekaligus menjelaskan bahwa khalayak bukan hanya
memperkuat posisi kelompok difabel sebagai receiver atau penerima pesan aja,
sebagai kelompok minoritas. Dengan namun juga memberikan timbal balik
asumsi bahwa isu dari kelompok difabel dengan mempertimbangkan berbagai
terjadi karena adanya kegagalan aspek (psikologi, sosial, politik, dsb)
masyarakat dalam menampung kebutuhan dalam proses pemahamannya (Nasrullah,
dan suara dari para difabel. Adanya 2019: 6-7). Dalam proses mengkonsumsi
perbedaan karakteristik yang ditampilkan teks media, partisipasi aktif dari khalayak
oleh kelompok minoritas sering kali di memungkinkan untuk difasilitas, dibatasi
stigmatisasi negatif oleh kelompok oleh terpaan dan kepuasan dalam
mayoritas. Sehingga dalam stratifikasi menggunakan media. Munculnya teori
sosial, kelompok minoritas selalu berada khalayak aktif ini yang berasumsi bahwa
satu tingkat dibawah kelompok mayoritas khalayak memiliki kekuatan dalam
atau dominan (Ro’fah, 2015: 148). menginterpretasikan dan memanfaatkan isi
Artinya, Teori Social Model of Disability dari pesan media yang bersifat multitafsir.
miliki Oliver, Barnes, and Abberly untuk Adanya teori khalayak aktif ini juga
mengetahui bagaimana konstruksi isu menegaskan bahwa suatu teks dapat
difabel mental yang ada dalam drama memiliki makna setelah di interpretasikan
Korea It’s Okay to Not be Okay. oleh khalayak aktif. Sehingga, suatu teks
dapat dikatakan memiliki makna jika teks
2. Teori Representasi Media tersebut dimaknai oleh audiens.
Representasi merupakan proses konstruksi
makna yang didasari oleh seperangkat ide, 4. Teori Encoding-Decoding
dan pengalaman yang kemudian Stuart Hall menegaskan jika komunikasi
ditetapkan oleh manusia melalui bahasa yang berasal dari institusi media
dan menjadi sebuah pemaknaan dominan membentuk makna berulang yang
dari masyarakat atau preferred reading. memungkinkan timbulnya makna dominan
atau preferred reading. Model komunikasi tidak secara penuh menerimanya namun
(encoding-decoding) dari Hall, juga menelaah pesan tersebut
menciptakan beberapa prinsip seperti menggunakan kepercayaan maupun
keberagaman makna (multiplicity of idelogi mereka dan kemudian
meaning), eksistensi dari komunitas mengkompromikannya dengan kode-kode
‘interpretatif’ dan keutamaan khalayak yang diberikan oleh produsen pesan pada
aktif dalam menentukan makna yang telah media.
dikodekan. Intinya, dalam pemaknaan c. Posisi Oposisi
khalayak dalam suatu film yang Pada posisi ini menjelaskan bahwa pesan
ditampilkan pada media, terjadi karena yang disampaikan oleh media diterima
adanya proses pengkodean (encoding- dengan mengkritisi pesan tersebut. Artinya,
decoding) secara aktif. Sehingga suatu khalayak menolak dan memiliki pemikiran
tayangan pada media film dikatakan tersendiri akan pesan yang disampaikan
memiliki makna apabila terdapat peran oleh media, yang kemudian menciptakan
aktif dari khalayak dalam makna yang berbeda dengan sebagaimana
menginterpretasikan dan memaknai isi yang disampaikan oleh produsen pesan atau
teks dari film tersebut. Namun adanya media (Hall dalam Verdiana, 2021: 14-15).
keberagaman latarbelakang, dan
pengalaman, juga dapat membuat posisi Dengan melihat posisi-posisi tersebut,
dari pemahaman setiap khalayak aktif hal ini dapat membantu peneliti untuk
menjadi berbeda-beda. Dalam melihat mengetahui bagaimana posisi khalayak
bagaimana pemaknaan khalayak, Stuart dalam memaknai isi teks media yang
Hall membentuk tiga posisi khalayak berkaitan dengan kelompok difabel mental
dalam memaknai teks pada media, yaitu: yang terkandung dalam serial K-Drama
a. Posisi Dominan It’s Okay to Not be Okay.
Posisi ini merupakan kondisi di mana
media menghegemoni dengan METODE PENELITIAN
menggunakan kode yang telah Penelitian ini menggunakan tipe
diinterpretasikan oleh masyarakat deskriptif kualitatif dengan analisis
dominan. Artinya, pertukaran pesan dan preferred reading yang dilakukan secara
kode dari media tersampaikan secara tekstual dan analisis resepsi. Data dari
komprehensif kepada khalayak, di mana penelitian ini diperoleh dengan cara
khalayak mengerti dan memahami maksud melakukan wawancara mendalam (indepth
dari isi pesan yang disampaikan oleh interview). Dalam melakukan analisis teks
media tanpa adanya proses menolakan (preferred reading), peneliti menggunakan
ataupun mempertanyakan teks dari media. teknik analisis the codes of television dari
b. Posisi Negosiasi John Fiske. Ketika seluruh data telah
Di posisi negosiasi, media dalam terkumpul, untuk melihat bagaimana
mengkomunikasikan pesan melalui teks posisi pemaknaan khalayak, peneliti
dimaknai oleh khalayak dengan melakukan pengelompokan dari hasil
mempertanyakan pesan tersebut. wawancara kedalam tiga posisi pemaknaan
Maksudnya, khalayak sebagai pencipta milik Stuart Hall.
makna dalam memahami teks, mereka
memproses pesan yang disampaikan media
HASIL DAN PEMBAHASAN dengan cara menampilkan keterbatasannya
A. Preferred Reading dalam mengkontrol diri dan mengaitkan
Penelitian ini menggunakan teknik analisis gangguannya dengan perilaku yang
the codes of television dari John Fiske guna menyimpang (tindakan ekshibisionis). Hal
menghasilkan preferred reading pada delapan ini dapat diketahui melalui hasil analisis
adegan pada elemen kelompok minoritas dan makna dominan pada elemen realitas dan
sebelas adegan di elemen pembinaan hubungan representasi yang dimunculkan dalam
sosial yang ditampilkan dalam drama Korea adegan tersebut.
It’s Okay to Not be Okay.
4. Preferred Reading Adegan Munculnya
1. Preferred Reading Adegan Tokoh Alter Ego Dari Tokoh Difabel Mental
Difabel Mental Maniac Disorder (Kwon Gangguan Identitas Disosiatif (Yo Sun
Gi-Do) Berkomunikasi dengan Ibunya Hae)
Berdasarkan analisis pada level realitas dan Pada adegan ini memunculkan suatu makna
level representasi melalui bahasa film yang dominan yaitu adanya penekanan
ditampilkan, dihasilkan makna dominan penggambaran identitas yang berbeda
yaitu adegan ini menunjukan masih secara signifikan untuk menjelaskan
digunakannya keterbatasan komunikasi gangguan identitas disosiatif dari tokoh
interpersonal dari tokoh difabel maniac difabel mental Yoo Sun Hae. Makna
disorder sebagai suatu cara untuk dominan ini muncul melalui analisis dari
menjelaskan sisi positif dari tokoh Kwon Gi beberapa elemen seperti realitas dan
Do yaitu berupa ketegaran/kesabaran saat representasi.
menghadapi konflik dengan pihak keluarga.
5. Preferred Reading Adegan Munculnya
2. Preferred Reading Adegan Tokoh Ingatan Traumatik Dari Tokoh Difabel
Difabel Mental Maniac disorder (Kwon Mental PTSD (Kang Pil Wong)
Gi-Do) Berkomunikasi dengan Ibunya
Berdasarkan analisis pada level realitas dan
Makna dominan pada adegan ini level representasi melalui bahasa film yang
menunjukan adanya penggunaan stereotip ditampilkan, dihasilkan makna dominan
berupa gangguan komunikasi verbal yang yaitu adegan ini masih menunjukan
di naturalisasikan sebagai bentuk ketidakberdayaan pengendalian diri dalam
pengenalan karakter difabel autisme pada sisi psikologis dari tokoh Kang Pil Wong
khalayak. Hal ini dapat dilihat melalui hasil yang di dramatisir untuk memberikan
analisis preferred reading pada elemen penggambaran terkait gangguan traumatik
realitas dan representasi yang dimunculkan dari difabel PTSD.
dalam adegan tersebut.
6. Preferred Reading Adegan Karakter
3. Preferred Reading Adegan Tokoh Difabel Autisme (Moon Sang Tae)
Difabel Mental Maniac disorder (Kwon Berada di Pameran Buku Penulis Ko
Gi Do) Menunjukan Alat Vitalnya Di Moon Young
Depan CCTV
Berdasarkan analisis makna dominan dari
Makna dominan pada adegan ini elemen realitas dan representasi, adegan ini
menunjukan adanya pembangunan karakter menunjukan adanya penggunaan stereotip
pribadi dari tokoh difabel maniac disorder yang ada di masyarakat dengan tujuan
untuk melakukan pembelaan pada posisi analisis elemen realitas dan representasi
difabel mental autisme. yang ada dalam adegan tersebut.
7. Preferred Reading Adegan Perasaan 10. Preferred Reading Adegan Difabel
Sedih Lee Ah Reum (Gangguan Mental Autisme (Moon Sang Tae)
Kecemasan dan Depresi) Sering Kali Menceritakan Peristiwa Traumatiknya
Dikaitkan Dengan Pengaruh Obat
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dari level realitas dan level representasi,
dari level realitas dan level representasi, adegan ini memunculkan sebuah makna
adegan ini memunculkan sebuah makna dominan yaitu adegan ini menekankan
dominan yaitu adanya suatu stereotip adanya sifat empati dan kepedulian dari
berupa keterkaitan pengaruh suatu obat tokoh difabel autisme, meskipun dalam
penggambarannya masih menampilkan
dengan keterbatasan pengelolaan
unsur-unsur yang mendramatisir untuk
emosional dari tokoh Lee Ah Reum sebagai
menarik perhatian penonton.
cara untuk mengalihkan perasaan sedih dari
tokoh tersebut. 11. Preferred Reading Adegan Difabel
Mental Autisme (Moon Sang Tae)
8. Preferred Reading Adegan Tokoh
Menyatakan Telah Bersahabat Dengan
Difabel Mental Maniac disorder (Kwon
Ko Moon Young
Gi Do) Mengutarakan Tindakan
Diskriminatif Yang Dilakukan Orang Berdasarkan dari hasil analisis preferred
Tuanya reading pada elemen realitas dan
representasi yang ditampilkan dalam
Makna dominan yang terkandung dalam
adegan ini, menghasilkan suatu makna
adegan ini adalah masih ditampilkannya
dominan yaitu bahwa adegan ini
pernyataan akan adanya tindakan
diskriminasi sebagai upaya untuk memunculkan suatu stereotip bahwa
melakukan pembelaan pada posisi difabel adanya hubungan persahabatan yang dibina
maniac disorder dengan menunjukan dan oleh tokoh difabel autisme adalah suatu hal
menjelaskan dampak psikologi yang yang jarang/sulit terjadi. Sehingga, ketika
dialami oleh difabel tersebut. Munculnya difabel autisme memiliki hubungan
makna dominan ini diketahui melalui persahabatan dengan orang lain, hal
analisis berdasarkan elemen realitas dan tersebut sangat membuat dirinya sangat
representasi yang ditampilkan merasa bahagia.
9. Preferred Reading Adegan Difabel 12. Preferred Reading Adegan Difabel
Mental Autisme (Moon Sang Tae) Mental Anti-sosial (Ko Moon Young)
Menolong Orang Lain Menyatakan Perasaannya Kepada Moon
Gang Tae
Makna dominan yang dimunculkan pada
adegan ini menekankan adanya sifat empati Berdasarkan dari hasil analisis preferred
dan kepedulian dari tokoh difabel autisme, reading pada elemen realitas dan
meskipun dalam penggambarannya masih representasi yang ditampilkan dalam
menampilkan unsur-unsur yang adegan ini, menghasilkan suatu makna
mendramatisir untuk menarik perhatian dominan yaitu bahwa ketika dalam
penonton. Hasil tersebut dibuktikan dari konteks pembinaan hubungan romantik,
drama ini justru menenggalamkan bentuk adegan ini, menghasilkan suatu makna
karakteristik dari difabel anti-sosial dan dominan yaitu bahwa adegan ini
menampilkan tokoh Ko Moon Young menunjukan adanya kecerdikan dari
dengan menggunakan konsep romatisme difabel mental anti-sosial dalam
dengan gaya khas drama Korea memanfaatkan suatu kesempatan untuk
memperdalam hubungan percintaannya,
13. Preferred Reading Adegan Difabel
meskipun dengan cara atau strategi
Mental Autisme (Moon Sang Tae)
tersebut secara tidak langsung membuat
Bekerja Sebagai Ilustrator Buku
orang lain merasa bersalah apabila tidak
Dongeng
melakukannya.
Makna dominan yang dimunculkan pada
16. Preferred Reading Adegan Difabel
adegan ini yaitu bahwa meskipun terdapat
Mental Anti-sosial (Ko Moon Young)
ketidaklancaran komunikasi secara verbal,
Menghubungi Moon Gang Tae Untuk
namun penyampaian pesan dari difabel
Mengajak Makan Bersama
autisme masih dipahami oleh orang lain.
Sehingga, hal tersebut menunjukan bahwa Berdasarkan dari hasil analisis preferred
adanya gangguan komunikasi secara lisan reading pada elemen realitas dan
pada difabel autisme, tidak membatasi representasi yang ditampilkan dalam
interaksi sosial maupun pembinaan adegan ini, menghasilkan suatu makna
hubungan kerjasama mereka dengan orang dominan yaitu bahwa adegan ini
lain. menunjukan ekspresivitas dari tokoh
difabel anti-sosial dalam menyampaikan
14. Preferred Reading Adegan Difabel emosinya ketika menjalin hubungan jarak
Mental Autisme (Kang Pil Wong) Moon jauh melalui media telepon seluler.
Sang Tae Saat Memperkenalkan Diri
17. Preferred Reading Adegan Difabel
kepada Partner Kerja Ko Moon Young
Mental Anti-sosial (Ko Moon Young)
Makna dominan yang dimunculkan pada Meminta Moon Gang Tae Untuk
adegan ini yaitu bahwa adegan ini Menjauh Dari Kehidupannya
menunjukan adanya pembentukan impresi
Berdasarkan dari hasil analisis preferred
yang didasarkan keterbatasan difabel itu
reading pada elemen realitas dan
adalah hal yang seharusnya tidak boleh
representasi yang ditampilkan dalam
dilakukan. Selain itu, masih terdapat
adegan ini, menghasilkan suatu makna
beberapa orang yang dapat menerima
dominan yaitu bahwa adegan ini masih
orang yang memiliki kebutuhan khusus
menggunakan unsur-unsur dramatisasi
seperti Moon Sang Tae tanpa melihat
adegan dalam menggambarkan
keterbatasannya.
keterbatasan pengelolaan emosional atau
15. Preferred Reading Adegan Difabel keterguncangan mental yang dialami oleh
Mental Anti-sosial (Ko Moon Young) difabel anti-sosial untuk menarik perhatian
Bepergian dan Bermalam dengan Moon penoton.
Gang Tae
Berdasarkan dari hasil analisis preferred
reading pada elemen realitas dan
representasi yang ditampilkan dalam
18. Preferred Reading Adegan Difabel difabel mental pada drama Korea It’s Okay
Mental Anti-sosial (Ko Moon Young) to Not be Okay. Adapun berikut
Saat Ingin Menusuk Pasien Lain dan keberagaman pemaknaan informan yang
Mengenai Perawat Moon Gang Tae ditemukan oleh peneliti, yaitu:
Berdasarkan dari hasil analisis preferred 1. Keberagaman Pemaknaan Informan
reading pada elemen realitas dan Terhadap Ketidakberdayaan Difabel
representasi yang ditampilkan dalam
Terdapat tiga tema pemaknaan yang
adegan ini, menghasilkan suatu makna
berbeda dari lima informan. Informan 1
dominan yaitu bahwa adegan ini masih
dan 2 memaknai secara sama bahwa
menampilkan dan mengkaitkan tindakan
terdapat keterbatasan komunikasi
impulsif yang menyimpang dengan
interpersonal dari kelompok difabel
keterbatasan kontrol diri dari difabel anti-
dalam mengungkapkan maksud dan
sosial sebagai penggambaran dan
tujuannya. Kemudian, informan 3 dan 5
penjelasan mengenai gangguan
juga memiliki pemaknaan yang sama
kepribadian anti-sosial.
bahwa tindakan dijauhi oleh teman
19. Preferred Reading Adegan Difabel merupakan salah satu bentuk
Mental Autisme (Moon Sang Tae) ketidakberdayaan dari difabel.
Mencairkan Suasana Ketika Moon Gang Sedangkan informan 4 memiliki
Tae Takut Dengan Keputusan Ko Moon pemaknaan lain yaitu bahwa
Young ketidakberdayaan difabel disebabkan
oleh kesulitan difabel dalam
Berdasarkan dari hasil analisis preferred
mengkontrol diri.
reading pada elemen realitas dan
representasi yang ditampilkan dalam 2. Keberagaman Pemaknaan Informan
adegan ini, menghasilkan suatu makna Terhadap Penggambaran Tokoh
dominan yaitu bahwa adegan ini Utama dan Pendukung dalam
menunjukan adanya ketenangan sikap dan Drama
kedewasaan pola pikir tokoh difabel
Ditemukan tiga tema pemakaan
autisme dalam mengatasi ketegangan
informan yang berbeda dari kelima
situasi yang sedang terjadi dengan cara
informan. Informan 1 memaknai bahwa
menghibur orang lain untuk mencirkan
terdapat perbedaan penampilan yang
suasana.
ditunjukan melalui penekanan pada
B. Keberagaman Pemaknaan batas pembeda antar peran. Kemudian
nforman 2, 4, dan 5 memaknai secara
Selanjutnya, menjabarkan keberagaman
sama dengan memunculkan tema yaitu
pemaknaan khalayak mengenai isu difabel
adanya unsur kesengajaan untuk
mental pada drama Korea It’s Okay to Not
menarik perhatian penoton. Selanjutnya
be Okay yang berasal dari hasil data
tema yang dimunculkan oleh informan
penelitian wawancara mendalam dengan
3 adalah bahwa perbedaan tokoh ini
kelima informan yang telah memenuhi
merupakan bagian dari bentuk
kriteria sebagai subjek penelitian. Dari hasil
penggambaran gangguan tokoh.
pengambilan data tersebut, memunculkan
beragam pemaknaan informan terkait isu
3. Keberagaman Pemaknaan Informan autisme ini memiliki cara pandang yang
Terhadap Perbedaan Tampilan berbeda dan tidak semua orang dapat
Karakteristik Difabel mengerti dan menunjukan respon yang
baik. Informan 4 memaknai bahwa
Ditemukan pemaknaan informan yang
salah satu bentuk stereotipe yang
cukup beragam yaitu terdapat tiga tema
dimunculkan pada difabel adalah
pemaknaan yang berbeda dari lima
adanya ketergantungan obat. Informan
informan. Informan 1 dan 3 memaknai
5 memaknai bahwa stereotipe atau
secara sama bahwa terdapat
stigma negatif yang dimunculkan pada
pembentukan beberapa karakter pada
difabel adalah adanya kebergantungan
drama ini yang menekankan pada
difabel dengan orang lain disekitarnya.
perbedaan ciri fisik dari gangguan
mentalnyan. Kemudian, informan 2 5. Keberagaman Pemaknaan Informan
juga memiliki yang berbeda yaitu Terhadap Tindakan Diskriminasi
bahwa tampilan karakteristik yang Pada Difabel
berbeda dari difabel ditunjukan melalui
Ditemukan pemaknaan informan yang
penggambaran gangguan mental
cukup beragam yaitu terdapat dua tema
dengan menekankan pemicunya.
pemaknaan yang berbeda dari lima
Informan 4 dan 5 memiliki pemaknaan
informan. Informan 1 dan 2
yang sama yaitu adanya penyematan
memunculkan tema penolakan
sifat dan tindakan ekstrim pada
diskriminasi difabel. Sedangkan tiga
gangguan difabel juga digunakan dalam
informan lainnya yaitu informan 3,4,
menunjukan perbedaan tampilan
dan 5 memunculkan tema bahwa
karakteristik difabel. Terbentuknya
adanya pola asuh yang keras akibat
pemaknaan informan yang cukup
kurangnya pemahaman dalam merawat
beragam ini dikarenakan adanya
difabel.
perbedaan kepercayaan, latarbelakang,
pengetahuan, dan pengalaman hidup 6. Keberagaman Pemaknaan Informan
setiap informan. Terhadap Pembingkaian Tindakan
Diskriminadi pada Tokoh Difabel
4. Keberagaman Pemaknaan Informan
Utama dan Pendukung
Terhadap Stereotipe pada Difabel
Ditemukan pemaknaan informan yang
Berdasarkan hasil olah data yang telah
cukup beragam yaitu terdapat empat
dilakukan, ditemukan pemaknaan
tema pemaknaan yang berbeda dari
informan yang cukup beragam yaitu
lima informan. Informan 1 dan 5
terdapat empat tema pemaknaan yang
memaknai secara sama dengan
berbeda dari lima informan. Informan 1
memunculkan tema dramatisasi
dan 2 memaknai secara sama bahwa
tindakan diskriminasi pada tokoh
terdapat kelompok difabel mental
utama. Informan 2 memunculkan
membutuhkan perlakuan yang khusus
pemaknaan bahwa terdapat
dari masyarakat karena
penyampaian emosi yang baik dari
keterbatasannya. Sedangkan informan
tokoh utama dan pendukung. Informan
3 memaknai bahwa seseorang yang
3 berpendapat bahwa ada perbedaan
memiliki gangguan mental seperti
pada aspek jumlah adegan dan bentuk
respon yang ditunjukan. Dan informan kelompok difabel mental ini memiliki
4 memunculkan tema yaitu adanya kedekatan emosional. Informan 4 dan 5
penekanan adegan diskriminasi pada memaknai bahwa kelompok difabel
tokoh pendukung. mental ini memiliki sifat dominan
dalam hubungan.
7. Keberagaman Pemaknaan Informan
Terhadap Tindakan Positif dari 10. Keberagaman Pemaknaan Informan
Difabel Terhadap Kemampuan Kerjasama
dari Difabel
Ditemukan pemaknaan informan yang
cukup beragam yaitu terdapat tiga tema Ditemukan pemaknaan informan yang
pemaknaan yang berbeda dari lima cukup beragam yaitu terdapat tiga tema
informan. Informan 1 dan 2 memaknai pemaknaan yang berbeda dari lima
bahwa tindakan positif tersebut berupa informan. Informan 1 memaknai bahwa
kepedulian dari difabel. Selanjutnya, kelompok difabel mental ini cenderung
informan 3 dan 4 berpendapat bahwa memperhatikan detail. Informan 2 dan
hal ini terjadi karena adanya faktor 3 memaknai bahwa kelompok difabel
relasi difabel. Dan informan 5 mental ini memiliki pendekatan yang
memaknai dengan memunculkan tema intensif. Dan, informan 4 dan 5
yaitu adanya lingkungan sekitar yang memaknai bahwa kelompok difabel
suportif. mental ini memiliki penyesuaian diri
pada pola kerja.
8. Keberagaman Pemaknaan Informan
Terhadap Keterbukan Difabel 11. Keberagaman Pemaknaan Informan
Terhadap Pembentukan Relasi
Ditemukan pemaknaan informan yang
Difabel
cukup beragam yaitu terdapat dua tema
pemaknaan yang berbeda dari lima Ditemukan pemaknaan informan yang
informan. Informan 1, 2, dan 3 cukup beragam yaitu terdapat empat
memaknai bahwa kelompok difabel tema pemaknaan yang berbeda dari
mental ini memiliki cara lima informan. Informan 1 memaknai
pengekspresian yang sulit. Selanjutnya, bahwa kelompok difabel mental ini
Informan 4 dan 5 memaknai bahwa membutuhkan pemicu untuk
kelompok difabel mental ini memiliki memperkenalkan diri. Informan 2 dan 5
ruang yang aman. memaknai bahwa terdapat faktor
pemikiran negatif masyarakat yang
9. Keberagaman Pemaknaan Informan
tidak mendukung kelompok difabel
Terhadap Pembentukan Komitmen
mental ini. Informan 3 memaknai
Difabel
bahwa kelompok difabel mental ini
Ditemukan pemaknaan informan yang memiliki pertemanan yang selektif.
cukup beragam yaitu terdapat tiga tema Selanjutnya, informan 4 memaknai
pemaknaan yang berbeda dari lima bahwa kelompok difabel mental ini
informan. Informan 1 memaknai bahwa memiliki lingkup sosial yang kecil.
kelompok difabel mental ini memiliki
fase belajar difabel. Kemudian,
informan 2 dan 3 memaknai bahwa
C. Posisi Pemaknaan posisi dominan ini, informan 1 dan 2
memunculkan satu tema yang sama
Pada analisis ini, peneliti membadingkan
yaitu pengenalan sudut pandang
hasil pemaknaan informan dengan Sembilan
autisme. Di posisi negosiasi, informan 3
belas preferred reading yang telah dihasilkan
dan 5 memunculkan tema berupa
pada analisis tekstual. Berikut adalah hasil
penekanan pada perbedaan
analisis posisi pemaknaan khalayak informan
karakteristik autisme. Dan di posisi
beserta tema yang dimunculkan, yaitu:
oposisi, informan 4 memunculkan tema
1. Keberagaman Posisi Pemaknaan yaitu penolakan penekanan
Informan Terhadap Komunikasi abnormalisasi dari autisme.
Kwon Gi Do dengan Ibunya
3. Keberagaman Posisi Pemaknaan
Posisi pemaknaan informan dalam Informan Terhadap Tindakan Kwon
adegan ini diketahui terdapat dua Gi Do Saat Menunjukan Alat
informan berada pada posisi dominan, Vitalnya di CCTV
dua lainnya berada pada posisi
Informan 2 berada pada posisi dominan
negosiasi, dan satu informan sisanya
dan memaknai bahwa ada
memaknai dengan posisi oposisi. Pada
penggambaran gangguan mental pada
posisi dominan ini, kedua informan
tokoh difabel yang sesuai. Posisi
memunculkan satu tema yang sama
negosiasi yaitu informan 1, 4, dan 5
yaitu strategi pertahanan diri.
yang memunculkan tiga tema berbeda
Selanjutnya, pada posisi negosiasi
yaitu penyamaan ciri gangguan dari
kedua informan memunculkan dua
difabel maniac disorder, pengaitan
tema yang berbeda yaitu terjadinya mis-
keterbatasan karakter dengan gangguan
komunikasi sebagai dampak
lain, dan bagian dari naluri yang tidak
terhambatnya komunikasi difabel
terkontrol. Informan 3 memaknai pada
dengan keluarga, dan adanya perbedaan
posisi oposisi dengan memunculkan
ekspektasi komunikasi yang tidak
tema yaitu penyampaian karakter yang
berjalan lancar dari tokoh difabel.
berlebihan.
Sedangkan, informan yang memaknai
pada posisi oposisi memunculkan satu 4. Keberagaman Posisi Pemaknaan
tema yaitu tindakan yang salah dari Informan Terhadap Adegan
tokoh difabel dalam mencari perhatian. Munculnya Alter Ego dari Yoo Sun
Hae
2. Keberagaman Posisi Pemaknaan
Informan Terhadap Adegan Moon Informan 3 dan 4 berada pada posisi
Sang Tae Berkomunikasi Dengan dominan yang secara sama yaitu,
Orang Lain penyamaan ciri gangguan dari difabel
identity disorder. Posisi negosiasi yaitu
Posisi pemaknaan informan dalam
informan 1, dan 5 yang memunculkan
adegan ini diketahui terdapat dua
memunculkan dua tema berbeda yaitu
informan berada pada posisi dominan,
perbedaan persona karakter difabel dan
dua informan berada pada posisi
gangguan yang berbeda. Informan 2
negosiasi, dan satu informan sisanya
memaknai pada posisi oposisi dengan
memaknai dengan posisi oposisi. Pada
memunculkan tema yaitu penyampaian 2, 3, dan 5 memaknai pada posisi
gangguan karakter yang dramatis. oposisi dengan memunculkan tema
yaitu penekanan fungsional obat secara
5. Keberagaman Posisi Pemaknaan
medis.
Informan Terhadap Adegan
Munculnya Ingatan Traumatik Kang 8. Keberagaman Posisi Pemaknaan
Pil Wong Informan Terhadap Adegan Kwon
Gi Do Mengutarakan Tindakan
Informan 2 berada pada posisi dominan
Diskriminatif Orang Tuanya
dan memaknai bahwa reaksi difabel
PTSD yang wajar. Posisi negosiasi Informan 1 dan 3, yang berada pada
yaitu informan 3 dan 5 yang posisi dominan dengan memaknai
memunculkan satu tema yang sama bahwa ada pembentukan rasa empati
yaitu bergantung dengan taraf pada difabel. Posisi negosiasi yaitu
keparahan gangguan PTSD. Informan 1 informan 4, dan 5 yang memunculkan
dan 4 memaknai pada posisi oposisi satu tema yaitu penggambaran kondisi
dengan memunculkan tema yaitu kondisi karakter yang kurang realistis.
penggambaran gangguan PTSD yang Informan 2 memaknai pada posisi
dramatis. oposisi dengan memunculkan tema
yaitu ketidakberdayaan difabel maniac
6. Keberagaman Posisi Pemaknaan
disorder.
Informan Terhadap Adegan Moon
Sang Tae di Pameran Buku 9. Keberagaman Posisi Pemaknaan
Informan Terhadap Adegan Moon
Informan 1 dan 2 berada pada posisi
Sang Tae Menolong Orang Lain
dominan yang memaknai secara sama
yaitu penekanan sterotipe sebagai suatu Informan 2 berada pada posisi dominan
hal yang salah. Posisi negosiasi yaitu yang memunculkan satu tema yaitu
informan 3 dan 5 yang memunculkan pembentukan sifat empati pada difabel.
tema yaitu dampak kurangnya Posisi negosiasi yaitu informan 1, 4,
pemahaman penanganan difabel. dan 5 yang memunculkan dua tema
Informan 4 memaknai pada posisi yang berbeda yaitu adanya faktor
oposisi dengan memunculkan tema pengalaman difabel dan kesengajaan
yaitu ketidakberdayaan difabel. penyorotan sisi positif difabel.
Informan 3 memaknai pada posisi
7. Keberagaman Posisi Pemaknaan
oposisi dengan memunculkan tema
Informan Terhadap Adegan
yaitu reaksi difabel yang kurang realitis.
Pengalihan Emosi Lee Ah Reum
Diabaikan Oleh Penulis Ko Moon 10. Keberagaman Posisi Pemaknaan
Young Informan Ketika Moon Sang Tae
Menceritakan Peristiwa
Informan 4 berada pada posisi dominan
Traumatiknya
dan memaknai bahwa ada bentuk
pengaitan ketergantungan obat pada Informan 3 dan 5 yang berada pada
gangguan difabel. Posisi negosiasi yaitu posisi dominan dengan memunculkan
informan 1, memunculkan satu tema dua tema yaitu sikap difabel yang wajar
yaitu faktor kedekatan relasi. Informan dan ruang yang aman bagi difabel.
Posisi negosiasi yaitu informan 1 dan 4 13. Keberagaman Posisi Pemaknaan
yang memunculkan tema yang sama Informan Terhadap Adegan Moon
yaitu penyebab keterbukaan diri Sang Tae Bekerja Sebagai Ilustrator
difabel. Informan 2 memaknai pada Buku Dongeng
posisi oposisi dengan memunculkan
Informan 2 berada pada posisi dominan
tema yaitu penekanan pada
dan menggunakan pemahamannya
keterbatasan difabel.
yang memunculkan tema yaitu
11. Keberagaman Posisi Pemaknaan kemampuan kerjasama difabel. Posisi
Informan Terhadap Adegan Moon negosiasi yaitu informan 1, dan 5 yang
Sang Tae Membina Persahabatan memunculkan dua tema yaitu
pendekatan yang intensif dan
Informan 2 berada pada posisi dominan
ketergantungan pada kondisi taraf
yang memunculkan tema yaitu
gangguan. Informan 3 dan 4 memaknai
penyampaian ekspresi yang wajar.
pada posisi oposisi dengan
Posisi negosiasi yaitu informan 1, 4,
memunculkan tema yaitu adanya faktor
dan 5 yang memunculkan satu tema
kedekatan relasi difabel.
yang sama yaitu pengekspresian difabel
autisme yang berbeda. Informan 3 14. Keberagaman Posisi Pemaknaan
memaknai pada posisi oposisi dengan Informan Terhadap Adegan Moon
memunculkan tema yaitu Sang Tae Bersosialisasi
penggambaran ekspresi autisme yang
Informan 3 berada pada posisi dominan
tidak sesuai.
dan memunculkan tema yaitu
12. Keberagaman Posisi Pemaknaan ketidaksetujuan pada tindakan
Informan Terhadap Adegan Koo judgmental. Posisi negosiasi yaitu
Moon Young Menyatakan informan 1, 4, dan 5 yang
Perasaannya memunculkan tiga tema berbeda yaitu
sikap paranoid, penekanan pada faktor
Informan 1 berada pada posisi dominan
kedekatan relasi difabel, dan perbedaan
yangmemunculkan tema yaitu
karakteristik difabel. Informan 2
kemampuan mengendalikan diri dari
memaknai pada posisi oposisi dengan
difabel mental. Posisi negosiasi yaitu
memunculkan tema yaitu penolakan
informan 2 yang memunculkan tema
eksistensi dari tokoh difabel autisme.
yaitu adanya perubahan karakteristik
tokoh. Informan 3, 4 dan 5 memaknai 15. Keberagaman Posisi Pemaknaan
pada posisi oposisi dengan Informan Terhadap Adegan Ko
memunculkan dua tema yaitu Moon Young Berpergian Dengan
perbedaan penyampaian ekspresi pada Orang Lain
difabel dan romantisasi drama melalui
Informan 2, 3, dan 5 berada pada posisi
karakter.
dominan yang memunculkan dua tema
yaitu kemampuan persuatif difabel dan
bentuk taktik dan strategi. Posisi
negosiasi yaitu informan 1 yang
memunculkan tema yaitu penggunaan
cara difabel yang kurang tepat. negosiasi yaitu informan 1 dan 5 yang
Informan 4 memaknai pada posisi memunculkan dua tema yaitu adanya
oposisi dengan memunculkan tema faktor pemicu tindakan difabel, dan
yaitu sikap manipulatif difabel anti- penyamaan ciri dan tindakan gangguan
sosial. anti sosial. Informan 3 memaknai pada
posisi oposisi dengan memunculkan
16. Keberagaman Posisi Pemaknaan
tema yaitu hanya penggambaran
Informan Terhadap Adegan Ko
karakteristik gangguan anti-sosial yang
Moon Young Berkomunikasi
berlebihan.
Menggunakan Telepon Seluler
19. Keberagaman Posisi Pemaknaan
Informan 2 dan 3 berada pada posisi
Informan Terhadap Adegan Moon
dominan yang memunculkan tema yang
Sang Tae Mencairkan Ketegangan
sama yaitu efektivitas penggunaan
Hubungan
media komunikasi. Posisi negosiasi
yaitu informan 1 yang memunculkan Informan 1 dan 2 berada pada posisi
satu tema yaitu preferensi komunikasi dominan yang memunculkan dua tema
langsung. Informan 4 dan 5 memaknai yaitu kemampuan kontrol diri difabel
pada posisi oposisi dengan dan kedewasaan difabel autisme. Posisi
memunculkan tema yaitu bergantung negosiasi yaitu informan 4 dan 5 yang
dengan tingkat keparahan gangguan memunculkan dua tema yaitu
yang dimiliki difabel. bergantung dengan tingkat keparahan
gangguan autisme dan pemikiran
17. Keberagaman Posisi Pemaknaan
difabel autisme yang tidak logis.
Informan Terhadap Adegan Ko
Informan 3 memaknai pada posisi
Moon Young Membatasi Diri
oposisi dengan memunculkan tema
Informan 2 berada pada posisi dominan yaitu penggambaran reaksi difabel
dan memaknai bahwa tindakan difabel autisme yang tidak sesuai.
yang wajar. Posisi negosiasi yaitu
SIMPULAN
informan 1, 4, dan 5 yang
A. Preferred Reading
memunculkan satu tema yaitu
dramatisasi cara penyampaian emosi Berdasarkan hasil temuan
karakter. Informan 3 memaknai pada penelitian, drama ini menunjukan
posisi oposisi dengan memunculkan adanya pola pembelaan difabel yang
tema yaitu sikap rela berkorban dari berdampingan dengan pola penguatan
difabel anti-sosial. posisi kelompok difabel sebagai bagian
kelompok minoritas. Di mana pada
18. Keberagaman Posisi Pemaknaan elemen kelompok minoritas, posisi
Informan Terhadap Adegan Ko film masih menggunakan sudut
Moon Young Menusuk Orang Lain pandang negatif dengan menggunakan
Dengan Sengaja stereotip untuk menggambarkan
gangguan jiwa. Pada pembinaan
Informan 2 dan 4 berada pada posisi hubungannya, posisi film yang secara
dominan yang memunculkan tema positif membela kelompok difabel
yaitu hanya penggambaran sifat dari untuk dapat menjalin suatu hubungan.
gangguan anti-sosial saja. Posisi
B. Keberagaman Makna konstruksi terkait isu difabel mental
dari drama ini saja. Tetapi para
Berdasarkan hasil analisis yang
informan juga mulai menegosiasikan
telah dilakukan, peneliti menemukan
atau mengkompromikan teks yang
bahwa informan menggunakan
ditawarkan media dengan
berbagai perspektif dalam memaknai
menggunakan pemahaman,
isu difabel mental termasuk cara tokoh
pengetahuan, kepercayaan, dan
difabel mental dalam membina
pengalaman dari setiap informan yang
hubungan. Di mana informan tidak
berbeda.
hanya memaknai isu maupun adegan
dengan menggunakan stereotip pada DAFTAR PUSTAKA
difabel saja, namun juga melihat
dengan menggunakan perspektif medis Arum, S. (2018, Maret 21). Betapa Naif Kita
dan juga pandangan terkait tindakan Perihal Down-syndrome, Autis dan
difabel sebagai suatu hal yang wajar Idiot. Retrieved Juli 13, 2022, from
ataupun biasa saja. Artinya, https://www.bulaksumurugm.com:
keterbatasan mental dari difabel https://www.bulaksumurugm.com/2
dimaknai oleh beberapa informan 018/03/21/betapa-naif-kita-perihal-
sebagai suatu hal yang wajar karena syndrome-autis-dan-idiot/
adanya gangguan medis atau penyakit
Dr. Rulli Nasrullah, M. (2019). Teori dan
yang dimiliki oleh difabel tersebut. Khalayak Media. Jakarta: Kencana.
Kemudian jika melihat spesifik pada
pembentukan karakter tokoh difabel, Margaretha, M. (2020, Juni 21). Mengenal
informan memaknai bahwa beberapa Karakter Seo Ye Ji di It's Okay to Not
karakter ditampilkan secara ekspresif be Okay, Psikopat. Retrieved Juli 25,
untuk menggambarkan gangguan jiwa 2022, from intipseleb.com:
yang dimilikinya. Sedangkan dalam https://www.intipseleb.com/korea/7
aspek pembinaan hubungannya, 140-mengenal-karakter-seo-ye-ji-di-
informan melihat bahwa tokoh difabel it-s-okay-to-not-be-okay-
mental juga memungkinkan membina psikopat?page=all
hubungan namun dengan beberapa Probokusumo, S. A. (2016, Agustus).
pertimbangan tertentu baik itu melihat NEGLECTED DISABLED RIGHTS A
dari sisi medis maupun stereotipnya. Study on Disabled Basic Need in
Poor. Media Informasi Penelitian
C. Posisi Pemaknaan
Kesejahteraan Sosial, Vol. 40(2), 94.
Berdasarkan hasil pada penelitian
Ro'fah. (2015). Teori Disabilitas: Sebuah
ini, sebagian besar pemaknaan
Review Literatur. Jurnal Difabel, 2(2),
informan berada pada posisi negosiasi,
144-148.
kemudian disusul dengan posisi
dominan, dan sisanya berada di posisi Sholihah, I. (2016, Augustus). Kebijakan Baru:
oposisional yang menolak ideologi Jaminan Pemenuhan Hak Bagi
yang disampaikan oleh media. Artinya, Penyandang Disabilitas. Sosio
sebagian besar khalayak yang menjadi Informa, 2(2), 166-172.
informan peneliti ini mulai
Siregar, R. A. (2019, Maret). Resepsi Khalayak
menunjukan kesadaran dan
terhadap Karakter Difabel dalam Film
pemahaman terkait isu difabel mental,
karena tidak hanya menerima
Wonder. Journal of Social Studies
(JSS), 7(2), 127-142.

Verdiana, D. M. (2021). Analisis Resepsi


Terhadap Kreativitas Kekeyi Putri
Cantika di YouTube. Jurnal Kajian
Sastra dan Budaya, 10(1), 14-15.
doi:10.20473/lakon.v10i1.27067

Widinarsih, D. (2019, Oktober). Penyandang


Disabilitas Di Indonesia:
Perkembangan Istilah Dan Definisi.
Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial,
127-142.

You might also like