You are on page 1of 10

Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Layang Sardana; Suryati; Ramanata Disurya, Perlindungan Hukum Atas Hak Kekayaan Intelektual Hasil
Penelitian Dosen, Halaman 1-10

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL


HASIL PENELITIAN DOSEN

Layang Sardana,1 Suryati,2 Ramanata Disurya3


1
Universitas PGRI Palembang
E-mail: layangsardana@gmail.com
2
Universitas PGRI Palembang
E-mail: suryatilasnai@gmail.com
3
Universitas PGRI Palembang
E-mail: ramanatadisurya@gmail.com

Abstract
Intellectual Property Rights (IPRs) defines as rights about the property arising of human
intellectual abilities. The skills may include the field of technology, science, art, and literature.
The law must be able to protect the intellectual work so the community can develop their
creativity and ultimately leads to the successful goal of protecting IPRs. The aim of this study
is to explore the legal protection of IPRs for the Lectures’ research findings. This study
applies normative juridical research method that focuses on positive legal norms governing
the Legal Protection of IPRs for lecturers’ research findings. The results of this study are (1) a
substantive requirement that requires applied patent meets requirements include brand new
product, inventive, applicable through the basic provisions of article 2 to 5 of Patent Law, and
(2) Based on the existence of copyrighted books, as previously reviewed that the protection
system adheres to automatically protection which means in order to obtain legal protection it
is not compulsory for the creator to go through the registration process as the protection is
existed since the work was created, such as books copyrights.
Keywords: Intellectual Property Rights; lecturer’s research

Abstrak
Hak Kekayaan Intelektual (HKI) merupakan hak yang berkenaan dengan kekayaan yang
timbul karena kemampuan intelektual manusia. Kemampuan tersebut dapat berupa karya di
bidang teknologi, ilmu pengetahuan, seni dan sastra. Hukum harus dapat memberikan
perlindungan bagi karya intelektual, sehingga mampu mengembangkan daya kreasi
masyarakat yang akhirnya bermuara pada tujuan berhasilnya perlindungan Hak Kekayaan
Intelektual. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Perlindungan Hukum
Atas Hak Kekayaan Intelektual Hasil Penelitian Dosen. Jenis penelitian hukum yang
digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yuridis normatif yang berfokus pada norma
hukum positif yang mengatur tentang Perlindungan Hukum Atas Hak Kekayaan Intelektual
Hasil Penelitian Dosen. Hasil penelitian ini yaitu, (1) persayaratn substantif yaitu yang
mempersyaratkan suatu invensi dapat dimohonkan Paten apabila memenuhi syarat yaitu :
Harus Baru, Mengandung Langkah Inventif, serta Dapat Diterapkan Dalam Industri dapat
diketahui melalui ketentuan pasal 2 hingga pasal 5 Undang-Undang Paten. (2) Berkaitan
dengan keberadaan karya cipta buku dan sejenisnya, sebagaimana telah dikaji sebelumnya
bahwa sistem perlindungannya menganut Automatically Protection, artinya untuk mendapat
perlindungan hukum, pencipta tidak diwajibkan melalui proses pendaftaran, melainkan
perlindungan sudah ada sejak karya cipta tersebut sudah lahir dalam bentuk karya nyata,
seperti misalnya karya cipta buku dan sejenisnya.
Kata Kunci: Hak Kekayaan Intelektual; Penelitian Dosen

Volume 18 Nomor 1, Bulan Januari 2020 1


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Layang Sardana; Suryati; Ramanata Disurya, Perlindungan Hukum Atas Hak Kekayaan Intelektual Hasil
Penelitian Dosen, Halaman 1-10

PENDAHULUAN Departemen Kehakiman dan Hak Asasi


Pembangunan di Indonesia harus Manusia. 1
bersandarkan pada industri yang Pemerintah Indonesia
menghasilkan nilai tambah yang tinggi. menyadari bahwa implementasi sistem
Kesepakatan Indonesia untuk hak kekayaan intelektual merupakan
merealisasikan gagasan mengenai suatu tugas besar. Terlebih lagi dengan
ASEAN Free Trade Area (AFTA) serta keikutsertaan Indonesia sebagai
keikutsertaan Indonesia sebagai anggota WTO dengan konsekuensi
anggota World Trade Organization melaksanakan ketentuan Agreement on
(WTO) dan Asia Pacific Economic Trade Related Aspects of Intellectual
Cooperation (APEC), telah Property Rights (Persetujuan TRIPS)
menunjukkan keseriusan Pemerintah sesuai dengan Undang-undang Nomor
dalam mendukung sistem 7 tahun 1994 tentang Pengesahan
perekonomian yang bebas/terbuka. Agreement Establishing the World
Semakin derasnya arus perdagangan Trade Organization (Persetujuan
bebas, yang menuntut makin tingginya Pembentukan Organisasi Perdagangan
kualitas produk yang dihasilkan Dunia). Berdasarkan pengalaman
terbukti semakin memacu selama ini, peran serta berbagai
pekembangan teknologi yang instansi dan lembaga, baik dari bidang
mendukung kebutuhan tersebut. Oleh pemerintahan maupun dari bidang
karena itu, kesadaran pentingnya swasta, serta koordinasi yang baik di
peranan hak kekayaan intelektual antara semua pihak merupakan hal
dalam mendukung perkembangan yang mutlak diperlukan guna mencapai
teknologi. Hal tersebut telihat dari hasil pelaksanaan sistem hak kekayaan
tingginya jumlah permohonan hak intelektual yang efektif. Pelaksanaan
cipta, paten, dan merek, serta cukup sistem hak kekayaan intelektual yang
banyaknya permohonan desain industri baik bukan saja memerlukan peraturan
yang diajukan kepada Direktorat perundang-undangan di bidang hak
Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, 1
Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah
Departemen Perindustrian, Kebijakan
Pemerintah dalam Perlindungan HAKI dan
Liberalisasi Perdagangan Jasa Profesi di
Bidang Hukum (Jakarta: Direktur Jenderal
Industri Kecil Menengah Departemen
Perindustrian, 2007).

Volume 18 Nomor 1, Bulan Januari 2020 2


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Layang Sardana; Suryati; Ramanata Disurya, Perlindungan Hukum Atas Hak Kekayaan Intelektual Hasil
Penelitian Dosen, Halaman 1-10

kekayaan intelektual yang tepat, tetapi No. 15 tahun 2001 (merek), dan
perlu pula didukung oleh administrasi, Undang-Undang No. 19 tahun 2002
penegakan hukum serta program (hak cipta).
sosialisasi yang optimal tentang hak Pelaksanaan sistem Hak
kekayaan intelektual. 2 Kekayaan Intelektual (HKI) di
Hak Kekayaan Intelektual Indonesia dapat dikatakan masih
(HKI) merupakan hak yang berkenaan kurang berjalan sebagaimana mestinya.
dengan kekayaan yang timbul karena Hal tersebut dapat terjadi karena masih
kemampuan intelektual manusia. kurangnya pemahaman masyarakat
Kemampuan tersebut dapat berupa tentang sistem HKI yang memang
karya di bidang teknologi, ilmu masih relatif baru berkembang di
pengetahuan, seni dan sastra. Secara Indonesia. Tidak hanya bagi industri,
umum hak kekayaan intelektual dapat bagi perguruan tinggi dan lembaga
terbagi dalam dua kategori yaitu: hak penelitian dan pengembangan (litbang),
cipta dan hak kekayaan industri. sistem HKI juga akan sangat berperan
Sedangkan hak kekayaan industri sebagai salah satu income generating.
meliputi paten, merek, desain industri, Perguruan tinggi dan lembaga litbang
desain tata letak sirkuit terpadu, rahasia sangat berpotensi dalam menghasilkan
dagang dan varietas tanaman. HKI HKI yang bernilai ekonomi. Oleh
telah diatur dengan berbagai peraturan karena itu, pengelolaan HKI yang
perundang‐undangan sesuai dengan optimal dari hasil kegiatan tridharma
tuntutan TRIPS, yaitu Undang-Undang perguruan tinggi maupun penelitian
No. 29 tahun 2000 (perlindungan dan pengembangan dapat dijadikan
varietas tanaman), Undang-Undang sebagai salah satu income generating
No. 30 tahun 2000 (rahasia dagang), untuk keberlanjutan berbagai kegiatan
Undang-Undang No. 31 tahun 2000 tridharma perguruan tinggi maupun
(desain industri), Undang-Undang No. penelitian dan pengembangan yang
32 tahun 2000 (desain tata letak sirkuit berdaya saing tinggi. 3
terpadu), Undang-Undang No. 14
tahun 2001 (paten), Undang-Undang
3
Krisnani Setyowati, et al., Hak Kekayaan
Intelektual dan Tantangan Implementasinya di
2
Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah Perguruan Tinggi (Bogor: Kantor HKI IPB,
Departemen Perindustrian 2005)

Volume 18 Nomor 1, Bulan Januari 2020 3


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Layang Sardana; Suryati; Ramanata Disurya, Perlindungan Hukum Atas Hak Kekayaan Intelektual Hasil
Penelitian Dosen, Halaman 1-10

Pasal 1 Undang-Undang hukum atas hak kekayaan intelektual


Republik Indonesia Nomor 14 tahun hasil penelitian dosen.
2005 tentang Guru dan Dosen Berdasarkan uraian tersebut
menjelaskan dosen adalah pendidik maka permasalahan dalam penelitian
profesional dan ilmuwan dengan tugas ini adalah bagaimana sistem dan
utama mentransformasikan, bentuk perlindungan hukum atas Hak
mengembangkan, dan Kekayaan Intelektual Hasil Penelitian
menyebarluaskan ilmu pengetahuan, Dosen.
teknologi, dan seni melalui pendidikan,
penelitian, dan pengabdian kepada PEMBAHASAN
masyarakat. Sistem dan Bentuk Perlindungan
Permasalahan mengenai Hak Kekayaan Intelektual di Perguruan

Kekayaan Intelektual akan menyentuh Tinggi


berbagai aspek seperti aspek teknologi, Dosen memiliki kiprah yang

industri, sosial, budaya, dan berbagai sangat penting dalam dunia pendidikan.

aspek lainnya. Akan tetapi, aspek Selain mencerdaskan mahasiswa,

terpenting jika dihubungkan dengan dosen dapat melakukan penelitian dan

upaya perlindungan bagi karya menciptakan karya positif. Penelitian

intelektual adalah aspek hukum. merupakan salah satu pilar tridharma di

Hukum diharapkan mampu mengatasi perguruan tinggi, selain pendidikan dan

berbagai permasalahan yang timbul pengabdian, bukan sesuatu hal yang

berkaitan dengan Hak Kekayaan berlebihan jika perguruan tinggi

Intelektual tersebut. Hukum harus merupakan institusi yang sangat

dapat memberikan perlindungan bagi berpotensi menghasilkan karya invensi

karya intelektual, sehingga mampu yang mendapat perlindungan hukum

mengembangkan daya kreasi hak atas kekayaan intelektual. Para

masyarakat yang akhirnya bermuara dosen atau akademisi yang

pada tujuan berhasilnya perlindungan melaksanakan kegiatan penelitian harus

Hak Kekayaan Intelektual. Atas dasar mendapatkan perlindungan hukum atas

itulah peneliti bermaksud melakukan hasil dari penelitian mereka.

penelitian yang berjudul perlindungan Pengenalan HKI kepada dosen


atau sosialisasi, dengan harapan

Volume 18 Nomor 1, Bulan Januari 2020 4


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Layang Sardana; Suryati; Ramanata Disurya, Perlindungan Hukum Atas Hak Kekayaan Intelektual Hasil
Penelitian Dosen, Halaman 1-10

mampu meningkatkan pengetahuan dan dari hasil invensinya sepanjang antara


wawasan para dosen mengenai dosen dan Perguruan Tinggi membuat
peraturan, sanksi, prosedur apa yang perjanjian lain, dalam konteks ini
harus dipenuhi ketika ingin dibuat dan ditegaskan dalam perjanjian
mengajukan atau mendaftarkan HKI, yang dimungkinkan oleh Undang-
dan hukum yang berlaku dalam undang, dengan mengatur bahwa dosen
implemetasi HKI. Adapun peraturan atau penelitilah yang mempunyai hak
tentang HKI yaitu Undang-Undang atas Paten dari suatu invensi yang
Nomor 28 Tahun 2014, yang diatur dihasilkannya melalui kegiatan
dalam Pasal 31 (definisi pencipta), penelitian.
Pasal 40 (ciptaan yang dilindungi), Dalam ketentuan Pasal 12 Ayat
Pasal 66 (tata cara pencatatan hak cipta (2) UU No. 3 Tahun 2016 tentang
ke lembaga HKI). Selain perlindungan Paten lebih lanjut diatur bahwa bahwa
hak cipta, juga yang terkait dengan hak paten atas invensi yang dihasilkan oleh
paten, yaitu Undang-Undang Nomor 3 karyawan yang menggunakan data dan/
Tahun 2016 tentang Paten. atau sarana yang tersedia dalam
Berdasarkan ketentuan Pasal 12 pekerjaannya walaupun dalam
Ayat (1) UU Paten No. 3 Tahun 2016 perjanjian kerjanya karyawan tersebut
mengatur bahwa Pihak yang berhak tidak diharuskan menghasilkan invensi,
memperoleh Paten atas suatu invensi tetap menjadi milik pihak yang
yang dihasilkan dalam suatu hubungan mempekerjakannya. Ayat kedua ini
kerja adalah pihak yang memberikan berlaku dalam keadaan ada karyawan
pekerjaan tersebut, kecuali nonakademis yang mempergunakan
diperjanjikan lain. Dengan mencermati data dan/ atau sarana yang tersedia di
ketentuan tersebut, maka invensi yang lingkungan Perguruan Tinggi untuk
dihasilkan oleh dosen atau peneliti di menghasilkan suatu invensi yang
lingkungan Perguruan Tinggi (PT) memperoleh paten. Undang-Undang
adalah milik Institusi atau Perguruan Paten tampaknya juga memberi
Tinggi karena Perguruan Tinggi-lah keadilan bagi inventor yang
yang mempekerjakan dosen atau menghasilkan karya invensi di bawah
peneliti. Namun demikian, dosen atau pihak yang memberi kerja, termasuk
peneliti bisa saja atas perolehan Paten didalamnya suatu pekerjaan yang

Volume 18 Nomor 1, Bulan Januari 2020 5


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Layang Sardana; Suryati; Ramanata Disurya, Perlindungan Hukum Atas Hak Kekayaan Intelektual Hasil
Penelitian Dosen, Halaman 1-10

diberikan oleh Perguruan Tinggi. paten tersebut tergantung dari


Sebagaimana ditegaskan melalui Ayat kontribusi yang diberikan oleh para
(1) dan Ayat (2) bahwa pemberi kerja, pihak dalam riset tersebut. Bila data
dalam hal ini Perguruan Tinggilah yang dan/atau sarana penelitian, seperti
berhak atas Paten yang dihasilkan oleh laboratorium, merupakan milik PT,
dosen. Namun demikian, berdasarkan biasanya PT akan mengklaim
ketentuan Pasal 12 Ayat (3) mengatur kepemilikan paten yang dihasilkan dari
bahwa inventor tetap mendapatkan riset tersebut. Dapat pula terjadi,
imbalan layak atas manfaat ekonomi kepemilikan paten jatuh pada pihak
dari paten atas invensinya meskipun ketiga bila riset tersebut dibiayai
kepemilikan Patennya ada pada keseluruhan atau sebagian oleh pihak
Perguruan Tinggi. Tampak disini ada ketiga tersebut.4
unsur keadilan yang diberikan kepada Berkaitan dengan karya cipta,
inventor. termasuk didalamnya karya cipta Buku
Berkaitan dengan paten atas atau sejenisnya yang diwujudkan
invensi yang dihasilkan oleh dibawah kepemimpinan pihak lain,
mahasiswa, kedua ayat ini tidak dapat atau dibawah hubungan kedinasan,
diberlakukan karena mahasiswa tidak maupun karya yang lahir berdasarkan
terikat hubungan kerja dengan pesanan, Undang-Undang Hak Cipta
Perguruan Tinggi tempat mereka mengaturnya melalui Pasal 33 sampai
belajar. Karena UU Paten No. 3 Tahun Pasal 37 Undang-Undang No. 28
2016 tidak mengatur mengenai Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Pada
kepemilikan paten atas invensi yang intinya berdasarkan ketentuan Pasal
ditemukan oleh mahasiswa, pihak tersebut dapat difahami bahwa jika
Perguruan Tinggi dapat mengatur suatu hasil karya cipta dilahirkan
sendiri mengenai hal ini. Biasanya, dibawah pimpinan dan pengawasan,
Sebagai solusi, di luar negeri umumnya maka yang dianggap sebagai
dibuat perjanjian tertulis antara penciptanya adalah orang yang
Perguruan Tinggi dengan mahasiswa memimpin dan mengawasi keseluruhan
pada awal riset mereka yang mengatur 4
Valeria Silvie, “Relevansi Paten dengan
kepemilikan paten atas invensi yang kegiatan Akademi di Perguruan Tinggi,”
http://www.atmajaya.ac.id/web/KontenUnit.as,
dihasilkan riset tersebut. Siapa pemilik px?gid=artikel-hki&ou=hki&cid=artikel-hki-
relevansi-paten, 2012.

Volume 18 Nomor 1, Bulan Januari 2020 6


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Layang Sardana; Suryati; Ramanata Disurya, Perlindungan Hukum Atas Hak Kekayaan Intelektual Hasil
Penelitian Dosen, Halaman 1-10

pekerjaan tersebut. Pasal 35 UU. Hak secara efektif, hukum nasional


Cipta mengatur kecuali diperjanjikan menyerapnya menjadi undang-undang
lain, pemegang Hak Cipta atas ciptaan yang berlaku dan mengikat setiap
yang dibuat oleh pencipta dalam orang, sehingga undang-undang
hubungan dinas, yang dianggap sebagai mewajibkan pemilik HKI untuk
pencipta yaitu instansi pemerintah. mendaftarkan haknya itu dan setiap hak
Dalam Konteks hubungan dinas ini yang terdaftar dibuktikan dengan
masih memungkinkan dibuat perjanjian sertifikat pendaftaran. 5
yang memungkinkan mengatur dalam Keberadaan Sertifikat Paten
perjanjian misalnya yang disepakati sangat penting artinya serta sangat
sebagai pencipta adalah dosen atau berperan dalam rangka Akreditasi
peneliti dalam hubungan dinas terkait Perguruan Tinggi, karena perolehan
kegiatan penelitian di Perguruan tinggi. dan keberadaannya di suatu Perguruan
Hak Kekayaan Intelektual dalam Tinggi wajib dibuktikan dengan
penelitian ini dikhususkan untuk dosen mencantumkan Nomor Sertifikat
yang melakukan hasil penemuan dan maupun lampiran Foto copy/ Scan
menciptakan hasil karya inovasi. Sertifikat, jadi tidak hanya cukup
Sayangnya, banyak hasil penemuan dengan menuliskan data-data tentang
dalam penelitian yang belum perolehan jumlah Paten yang
memperoleh HKI, namun sudah dihasilkan oleh para akademisi, namun
dipublikasikan. Sehingga hasil wajib dikuatkan dengan bukti lampiran
penemuan tersebut banyak berakhir seperti Sertifikat Paten.
dalam bentuk tumpukan dokumen. Dalam Undang-Undang Nomor
Upaya melindungi karya akademik 18 Tahun 2002 tentang Sistem
dosen dapat dilakukan dengan di Nasional Penelitian, Pengembangan
daftarkan ke Hak atas Kekayaan dan Penerapan Teknologi (UU Sisnas
Intelektual (HKI). Litbangrap Iptek). Perlindungan hukum
Hak Kekayaan Intelektual adalah atas Hak Kekayaan Intelektual (HKI)
harta kekayaan yang tidak berwujud
yang bersumber dari intelektual 5
Abdulkadir Muhammad, Kajian Hukum
seseorang, untuk itu doktrin Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual (Bandung:
PT Citra Aditya Bakti, 2007).
perlindungan hukum HKI diberlakukan

Volume 18 Nomor 1, Bulan Januari 2020 7


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Layang Sardana; Suryati; Ramanata Disurya, Perlindungan Hukum Atas Hak Kekayaan Intelektual Hasil
Penelitian Dosen, Halaman 1-10

sebagai wujud perlindungan terhadap masyarakat dan pengembangan


Kekayaan Intelektual, mutlak harus lainnya.
didukung, difasilitasi dan dipermudah Upaya tersebut merupakan cara
oleh semua pihak. Hal ini tidak saja tepat untuk menghindari terjadinya
karena informasi dan knowledge duplikasi penelitian yang sudah
merupakan Kekayaan Intelektual yang dilakukan, dan lebih penting lagi
memiliki nilai-nilai atau keuntungan menghindari terjadinya praktik
moral, dimana dosen akan dibranding plagiasi. Informasi teknologi juga dapat
namanya sebagai pencipta. Selain dijadikan basis pemilihan topik dan
keuntungan moral juga memiliki nilai evaluasi kegiatan penelitian, sehingga
ekonomi, dosen akan memperoleh pemanfaatan hasil penelitian dapat
keuntungan berupa uang dari hasil dioptimalkan. Sumber daya manusia di
penemuannya. Keuntungan moral dan lingkungan Perguruan Tinggi
ekonomis yang merupakan keuntungan merupakan SDM yang terlatih dan
dosen melakukan paten HKI. terdidik di bidang ilmu pengetahuan,
HKI merupakan perlindungan teknologi dan seni, seyogyanya sangat
hukum sebagai insentif bagi inventor, berpotensi untuk menghasilkan
desainer dan pencipta dengan kekakayaan intelektual. 6
memberikan hak khusus untuk
mengkomersialkan hasil kreatifitasnya. KESIMPULAN DAN
Karya yang belum dipatenkan riskan REKOMENDASI
akan diakuisisi dan dijiplak oleh orang A. Kesimpulan
lain. Apabila hal tersebut terjadi, Berdasarkan pembahasan yang
penulis tidak dapat berbuat apa-apa. telah dijelaskan, maka dapat ditarik
Dalam menghadapi era globalisasi kesimpulan bahwa dalam Undang-
dituntut adanya proses transformasi Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang
dan inventarisasi yang berhubungan Sistem Nasional Penelitian,
dengan informasi teknologi, terlebih di Pengembangan dan Penerapan
suatu Perguruan Tinggi, karena hal itu
6
Yusuf Arifin dan Siti Rodiah “Perlunya Hak
dapat digunakan sebagai referensi dan Kekayaan Intelektual HKI di Perguruan
evaluasi kegiatan pendidikan Tinggi.” http://klinikhaki.unpas.ac.id/perlunya-
hak-kekayaan-intelektual-hki-di-perguruan-
pengajaran, penelitian, pengabdian tinggi/, 2015.

Volume 18 Nomor 1, Bulan Januari 2020 8


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Layang Sardana; Suryati; Ramanata Disurya, Perlindungan Hukum Atas Hak Kekayaan Intelektual Hasil
Penelitian Dosen, Halaman 1-10

Teknologi (UU Sisnas Litbangrap dibawah kepemimpinan pihak lain,


Iptek). Perlindungan hukum atas Hak atau dibawah hubungan kedinasan,
Kekayaan Intelektual (HKI) sebagai maupun karya yang lahir berdasarkan
wujud perlindungan terhadap pesanan, Undang-Undang Hak Cipta
Kekayaan Intelektual, mutlak harus mengaturnya melalui Pasal 33 sampai
didukung, difasilitasi dan dipermudah Pasal 37 Undang-Undang No. 28
oleh semua pihak. Hal ini tidak saja Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Pada
karena informasi dan knowledge intinya berdasarkan ketentuan Pasal
merupakan Kekayaan Intelektual yang tersebut dapat difahami bahwa jika
memiliki nilai-nilai atau keuntungan suatu hasil karya cipta dilahirkan
moral, dimana dosen akan dibranding dibawah pimpinan dan pengawasan,
namanya sebagai pencipta. maka yang dianggap sebagai
Dalam ketentuan Pasal 12 Ayat penciptanya adalah orang yang
(2) UU No. 3 Tahun 2016 tentang memimpin dan mengawasi keseluruhan
Paten lebih lanjut diatur bahwa bahwa pekerjaan tersebut. Pasal 35 UU. Hak
paten atas invensi yang dihasilkan oleh Cipta mengatur kecuali diperjanjikan
karyawan yang menggunakan data dan/ lain, pemegang Hak Cipta atas ciptaan
atau sarana yang tersedia dalam yang dibuat oleh pencipta dalam
pekerjaannya walaupun dalam hubungan dinas, yang dianggap sebagai
perjanjian kerjanya karyawan tersebut pencipta yaitu instansi pemerintah.
tidak diharuskan menghasilkan invensi, Dalam Konteks hubungan dinas ini
tetap menjadi milik pihak yang masih memungkinkan dibuat perjanjian
mempekerjakannya. Ayat kedua ini yang memungkinkan mengatur dalam
berlaku dalam keadaan ada karyawan perjanjian misalnya yang disepakati
non-akademis yang mempergunakan sebagai pencipta adalah dosen atau
data dan/ atau sarana yang tersedia di peneliti dalam hubungan dinas terkait
lingkungan Perguruan Tinggi untuk kegiatan penelitian di Perguruan tinggi.
menghasilkan suatu invensi yang B. Rekomendasi
memperoleh paten. Adapun rekomendasi yang dapat
Berkaitan dengan karya cipta, diberikan terkait penelitian ini adalah
termasuk didalamnya karya cipta Buku Peneliti dalam hal ini Dosen, yang ada
atau sejenisnya yang diwujudkan di Perguruan Tinggi diharapkan untuk

Volume 18 Nomor 1, Bulan Januari 2020 9


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Layang Sardana; Suryati; Ramanata Disurya, Perlindungan Hukum Atas Hak Kekayaan Intelektual Hasil
Penelitian Dosen, Halaman 1-10

memiliki kesadaran yang tinggi akan Direktur Jenderal Industri Kecil


pentingnya perolehan Hak Kekayaan Menengah Departemen
Perindustrian. Kebijakan
Intelektual (HKI) dalam kegiatan Pemerintah dalam Perlindungan
Pengajaran, penelitian dan pengabdian. HAKI dan Liberalisasi
Seperti yang diamanahkan pasal Perdagangan Jasa Profesi di
Bidang Hukum. Jakarta: Dirjen
13 ayat 3 UU Nomor 18 tahun 2002
Industri Kecil dan Menengah,
dimana ditentukan bahwa untuk 2007.
meningkatkan pengelolaan kekayaan Muhammad, Abdulkadir. Kajian
Hukum Ekonomi Hak Kekayaan
intelektual Perguruan Tinggi wajib
Intelektual. Bandung: Penerbit
mengusahakan pembentukan sentra PT Citra Aditya Bakti, 2007.
HKI sesuai dengan kapasitas dan Setyowati, Krisnani, et.al. Hak
kemampuannya. Sentra HKI yang Kekayaan Intelektual dan
Tantangan Implementasinya di
wajib dibentuk itu diharapkan Perguruan Tinggi. Bogor: Kantor
merupakan institusi yang berfungsi HKI Institut Pertanian, 2005.
mengelola dan mendayagunakan Silvie, Valeria. “Relevansi Paten
dengan kegiatan Akademi di
kekayaan intelektual sedapat mungkin
Perguruan Tinggi” Artikel HKI
sekaligus sebagai pusat informasi dan UNIKA Atma Jaya,
pelayanan HKI termasuk memasarkan http://www.atmajaya.ac.id/web/K
ontenUnit.aspx?gid=artikel-
hasil-hasil penelitiannya. Pembentukan
hki&ou=hki&cid=artikel-hki-
Sentra HKI sebagaimana yang relevansi-paten. 2012
diisyaratkan Pasal 13 ayat 3 diatas
kiranya perlu dicermati dan
disesuaikan dengan kondisi Perguruan
Tinggi yang bersangkutan.

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Yusuf dan Siti Rodiah
“Perlunya Hak Kekayaan
Intelektual HKI di Perguruan
Tinggi.”
http://klinikhaki.unpas.ac.id/perlu
nya-hak-kekayaan-intelektual-
hki-di-perguruan-tinggi/. 2015.

Volume 18 Nomor 1, Bulan Januari 2020 10

You might also like