You are on page 1of 12

PERLINDUNGAN DESAIN INDUSTRI BAGI UMKM

YANG BERKEADILAN SOSIAL

Sukarmi
Dosen Fakultas Hukum UNISSULA
sukarmi_sh@yahoo.com

Abstract
The setting of Industrial Design in Indonesia is the result of transplantation of TRIP’s
Agreement and Paris Convention for the Protection of Industrial Property (Paris Convention)
the capitalist paradigm. These regulations are difficult to implement optimaly, because of the
different of the values and
​​ cultures background. However, due to the juridical and psychological
consequences, Indonesia has agreed GATT (General Agreement on Tariffs and Trade) and
also agreed framework of the GATT/ WTO (World Trade Organization), Indonesia finally ratified
through Law No. 7 Year l994. The great hope of Industrial Design Act can be implemented,
but the fact the contrary Law No. 31 of 2000 is still not optimal effect mainly by SMEs. It is
evident the longer the number of applicants was even more reduced due to the degradation of
Creativity and do not meet the values ​​of social justice. It is prove that the number of applicants
was even more reduced due to the degradation of Creativity and do not meet the values ​​of
social justice. Alternative step in bridging is done internalization of the values ​​of Pancasila into
the Industrial Design Act as “a spirit or soul” that is expected to provide justice for the designer
(SMEs), further, it can development of creativity.
Keywords : Protection, Industrial Design, social justice

Abstrak
Pengaturan Desain Industri di Indonesia merupakan hasil transplantasi dari TRIP’s
Agreement dan Paris Convention for the Protection of Industrial Property (Konvensi Paris)
yang berparadigma kapitalis. Peraturan ini sulit untuk diimplementasikan secara optimal,
karena nilai dan kultur yang melatar belakangi berbeda. Namun karena konsekwensi yuridis
dan psikologis, Indonesia telah menyepakati GATT (General Agreement on Tariff and Trade)
dan sepakat pula kerangka GATT/ WTO (World Trade Organization), akhirnya Indonesia
meratifikasi melalui UU No. 7 Tahun l994.
Harapan besar Undang-undang Desain Industri dapat dimplementasikan, tetapi fakta
sebaliknya Undang-Undang Nomor 31 tahun 2000 masih belum optimal berlaku terutama
oleh UMKM. Hal ini terbukti jumlah pendaftar semakin lama justru semakin berkurang karena
terjadi Degradasi Kreatifitas dan belum memenuhi nilai-nilai keadilan sosial. Langkah alternatif
dalam menjembatani adalah dilakukan internalisasi nilai-nilai pancasila ke dalam Undang-
Undang Desain Industri sebagai “roh atau jiwa” yang diharapkan mampu memberikan keadilan
bagi masyarakat Pendesain (UMKM), sehingga dapat memacu pengembangan kreativitas
Pendesain selanjutnya.
Kata Kunci : Perlindungan, Desain Industri, keadilan sosial.

A. Latar Belakang Organization (WTO) yang harus menyediakan


Lahirnya Undang-undang Desain Industri peraturan yang lebih baik tentang perlindungan
di Indonesia dilatarbelakangi oleh adanya 2 Desain Industri. Kedua, berhubungan dengan
(dua) alasan. Alasan pertama, terkait masalah tekad pemerintah untuk memberikan perlindungan
kewajiban Indonesia sebagai anggota World Trade yang efektif terhadap berbagai bentuk pelanggaran

Jurnal Pembaharuan Hukum Perlindungan Desain Industri Bagi UMKM yang Berkeadilan Sosial
Volume III No. 1 Januari - April 2016 Sukarmi 97
terhadap desain industri seperti penjiplakan, besar Undang-undang Desain Industri tersebut
pembajakan atau peniruan. Upaya perlindungan dapat diimplemetasikan dan bermanfaat bagi
yang lebih komprehensif tersebut diharapkan dapat masyarakat Indonesia pada umumnya termasuk
menjadi faktor pendorong untuk meningkatkan alih tehnologi, walaupun faktanya sampai kini
daya kreativitas para pendesain dan sebagai berbeda. Sehingga akhirnyapun kembali menjadi
wahana untuk melahirkan para pendesain yang suatu polemik dan persoalan yang cenderung
produktif.1 menempatkan Negara pada posisi yang sulit
Kebijakan ikut sertanya Indonesia sebagai dan tertindas.3
anggota World Trade Organization (WTO) sebagai Awalnya Desain Industri diatur pada abad
salah satu bukti keseriusan Pemerintah dalam ke-18 di Inggris masih berbentuk 2 (dua) Dimensi,
mendukung sistem perekonomian bebas/terbuka menjadi bentuk 3 (tiga) Dimensi diatur melalui
yang secara tidak langsung memacu perusahaan- Sculpture Copyright Act 1798 hanya meliputi
perusahaan untuk lebih meningkatkan daya saing. model manusia dan binatang. Tanggal 20 Maret
Ratifikasi terhadap Agreement Establishing 1883 The Paris Convention for the Protection
the World Trade Organization (Persetujuan of Industrial Property (Paris Convention). Pasal
Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia) 5 Paris Convention menyatakan bahwa Desain
mencakup Agreement on Trade Related Aspects Industri harus dilindungi di semua negara anggota
of Intellectual Property Rights (Persetujuan Paris Convention.4 Fakta yang terjadi berbeda,
TRIP’s) melalui pengesahan Undang-undang karena perlindungan hukum yang diharapkan
Nomor 7 Tahun l994. Kondisi tersebut telah belum memenuhi rasa keadilan sosial. Upaya
mendukung ratifikasi Paris Convention for the perlindungan yang lebih komprehensif terus
Protection of Industrial Property (Konvensi Paris) dilakukan untuk meningkatkan daya kreativitas
dengan keputusan Presiden Nomor 15 Tahun para Pendesain dan sebagai wahana untuk
l997 dan keikut sertaan Indonesia dalam the melahirkan para Pendesain yang produktif.5
Haque Agreement (London Act) concerning the Metode yang dipakai socio-legal Research
International Deposit of Industrial Designs. Prinsip dengan pendekatan juridis empiris, dengan analisis
pengaturannya adalah pengakuan kepemilikan deskriptif kualitatif. Data yang dipergunakan adalah
atas karya intelektual yang memberikan kesan data primer, data sekunder. Responden diambil
estetis dan dapat diproduksi secara berulang- dari UMKM pengrajin kayu ukir di Kabupaten
ulang serta dapat menghasilkan suatu barang Jepara, baik dari kreator sendiri sebagai sampel
dalam bentuk 2 (dua) atau 3 (tiga) dimensi.2 maupun pihak lain yang bekerja untuk pendesain.
Indonesia menyikapi dan mengambil Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Desain Industri
suatu langkah cerdas. dengan keberadaan menyebutkan:
nilai-nilai dan kulturnya masing-masing dalam “Desain Industri adalah suatu kreasi
upaya untuk bisa menerapkan Undang-undang tentang bentuk, konfigurasi, atau
Desain Industri yang berpadigma kapitalis komposisi garis atau warna, atau garis
bertolak belakang dengan paradigma yang telah dan warna, atau gabungan daripadanya
berakar di Negara Indonesia. Namun karena yang berbentuk tiga dimensi atau dua
konsekwensi yuridis dan psikologis Indonesia dimensi yang memberikan kesan estetis
telah menyepakati GATT (General Agreement dan dapat diwujudkan dalam pola tiga
on Tariff and Trade) dan sepakat pula kerangka
3 Ibid. Ok. Saidin, hlm. 6.
GATT/ WTO (World Trade Organization), dan
4 Perlindungan Desain Industri di Indonesia dan
diratifikasi melalui UU No. 7 Tahun l994, berharap
Ketentuan Internasional di Bidang Desain Industri.
1 Tomi Suryo Utomo, 2009, Hak Kekayaan Intelektual Mayana, R.F. 2011. Panitia Pelatihan Konsultan Hak
(HKI) di Era Global (Sebuah Kajian kontemporer), Kekayaan Intelektual. Kerjasama antara Fakultas
hlm. 225. Hukum Universitas Padjajaran dan Direktorat Jenderal
2 Ditjen HKI, 2007:13; JPO dan JII, 2007:110 dalam HKI Kementrian Hukum dan HAM RI, hlm. 4.
Ibid. Tomi Suryo Utomo,2009, Hak Kekayaan 5 Tomi Suryo Utomo, Hak Kekayaan Intelektual (HKI)
Intelektual (HKI) di Era Global (Sebuah Kajian di Era Global (Sebuah Kajian kontemporer), 2009,
kontemporer), hlm. 229. hlm. 225.

Perlindungan Desain Industri Bagi UMKM yang Berkeadilan Sosial Jurnal Pembaharuan Hukum
98 Sukarmi Volume III No. 1 Januari - April 2016
dimensi atau dua dimensi serta dapat preventif dan represif. Prinsip perlindungan
dipakai untuk menghasilkan suatu produk, hukum bagi rakyat Indonesia adalah prinsip
barang, komoditas industri, atau kerajinan pengakuan dan perlindungan terhadap harkat
tangan.” dan martabat manusia yang bersumber pada
Pasal sangat individualistis, yang menonjol Pancasila dan prinsip Negara Hukum yang
dalam bentuk luaran terlihat tanpa menjiwai berdasarkan Pancasila.10
serta kurang mencerminkan rasa keadilan Teori keadilan sosial, juga mewarnai
sosial maupun kebersamaan sebagaimana sebagaimana terdapat pada alinea keempat
kultur atau budaya bangsa Indonesia. Disisi lain Pembukaan UUD 1945. Bahwa keadilan sosial
kekayaan budaya dan etnis bangsa Indonesia menjadi salah satu landasan dasar dari tujuan dan
yang sangat beraneka ragam, baik dilakukan cita-cita negara (staatsidee) sekaligus sebagai
masyarakat berpendidikan rendah, menengah dasar filosofis bernegara (filosofische grondslag)
maupun tinggi, serta kreasipun beraneka ragam terdapat pada sila kelima dari Pancasila. Artinya,
bentuk maupun model, dengan pengorbanan sudah sejak awal the founding parents mendirikan
waktu, tenaga dan materi sampai kini masih Indonesia atas pijakan untuk mewujudkan
banyak yang belum diakomodasi dengan baik, keadilan sosial baik untuk warga negaranya
sehingga kreasi yang bersifat unik tersebut sendiri maupun masyarakat dunia. Relevansi
belum mendapatkan perlindungan hukum. Konstitusi teori keadilan dari John Rawls adalah
Perlindungan hukum merupakan penghargaan bahwa prinsip-prinsip keadilan yang disampaikan
yang diberikan kepada mereka Pendesain/Kreator sangat relevan bagi negara-negara dunia yang
yang mengajukan permohonan pendaftaran. sedang berkembang, seperti Indonesia.
Teori perlindungan hukum dari Satjipto Reward Theory yang memiliki makna
Raharjo, memberikan pengayoman terhadap pengakuan terhadap karya intelektual yang telah
masyarakat agar dapat menikmati semua hak yang dihasilkan oleh seseorang sehingga kepada
sesuai hukum.6 Demikian juga Lili Rasjidi dan kreator Pendesain harus diberikan penghargaan
I.B Wyasa Putra, ingin mewujudkan perlindungan sebagai imbalan atas upaya-upaya kreatifnya
yang sifatnya tidak sekedar adaptif dan fleksibel dalam menemukan/atau menciptakan karya-karya
tetapi juga prediktif dan antisipatif.7 Diperkuat intelektual tersebut. Teori ini sejalan dengan
pula oleh Sunaryati Hartono, bahwa hukum prinsip yang bahwa Inventor/Pendesain yang
dibutuhkan dan diperuntukkan bagi mereka telah mengeluarkan waktu, biaya serta tenaga
yang lemah dan belum kuat secara sosial, dalam menghasilkan karya intelektualnya harus
ekonomi dan politik untuk memperoleh keadilan memperoleh kembali apa yang telah dikeluarkan
sosial.8 Upaya untuk mendapatkan perlindungan tersebut, yang dikenal dengan Recovery Theory.
hukum yang diinginkan oleh manusia adalah Selain Reward theory adalah Incentive Theory
terwujudnya ketertiban dan keteraturan antara yang mengaitkan pengembangan kreatifitas
nilai dasar dari hukum yakni adanya kepastian dengan memberikan insentif bagi para penemu/
hukum, kegunaan hukum serta keadilan hukum, pencipta atau Pendesain tersebut. Dengan
meski pada umumnya yang sering terjadi dalam menganalisis ini dapat diraih keadilan sosial,
praktek ketiga nilai-nilai dasar tersebut sering yang sesuai dengan porsinya, sebagaimana
bersitegang, tetapi harus diupayakan ketiga nilai yang terdapat nilai sila kelima Pancasila.
dasar tersebut bersamaan.9 Berbeda Hadjon Ciri utama dalam Desain Industri adalah bahwa
ada dua macam perlindungan hukum bagi rakyat karya desain yang dapat diwujudkan dalam pola
6 Ibid.,  hlm. 54. atau cetakan untuk menghasilkan barang-barang
7 Lili Rasjidi dan I.B Wysa Putra, Hukum Sebagai dalam proses produksi yang dapat dilakukan
Suatu Sistem, (Bandung, Remaja Rusdakarya, secara berulang-ulang. Industrialisasi Indonesia
1993), hlm. 118.
telah berdampak pada transformasi struktural
8 Sunaryati Hartono, Politik Hukum Menuju Satu
Sistem Hukum Nasional, (Bandung: Alumni, 1991), 10 Phillipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi
hlm. 55. Rakyat Indonesia”, (Surabaya: PT. Bina Ilmu,
9 Ibid. 1987),  hlm. 2 .

Jurnal Pembaharuan Hukum Perlindungan Desain Industri Bagi UMKM yang Berkeadilan Sosial
Volume III No. 1 Januari - April 2016 Sukarmi 99
di Indonesia, yang ditandai dengan semakin yang timbul belum optimalnya hukum dapat
tingginya kontribusi sektor industri dan beberapa diimplementasikan yang menurut Friedman
sektor lainnya, kontribusi sektor pertanian semakin karena substansi, struktur dan kulturnya
kecil pada tahun l968, sektor industri manufaktur belum sesuai dengan kondisinya. Substansi
Indonesia memberi sumbangan sebesar 8,5 dari Undang-undang Desain Industri itu sendiri
persen terhadap keseluruhan perekonomian belum mampu memberikan perlindungan hukum
(PDB), sedangkan sektor pertanian menjadi yang mencerminkan nilai keadilan sosial, yang
sektor tertinggi untuk perekonomian, dengan tidak mengakar dalam tradisi budaya masyarakat
kontribusi sebesar 51 persen.11 Indonesia yang tumbuh dalam tradisi hukum
masyarakat Indonesia yang berakar pada budaya
B. Hasil dan Pembahasan komunal (kebersamaan). Karena budaya Undang-
Pasal 1 butir (1), Perlindungan Hukum Undang Desain Industri yang berlaku kini dari
diberikan pada bentuk luaran/tampilan luar sudut historisnya, adalah transplantasi dari produk
(physical appearance) yang memberi kesan kaum Kapitalis-Liberal. Masyarakat Pancasila
estetis dan bukan pada fungsi sebuah benda. mencari dan mengutamakan keseimbangan
Namun kesan estetis ini bersifat umum. Kreasi antara hidup sebagai pribadi dan hidup sebagai
Desain Industri harus dipisahkan atau dibedakan warga masyarakat, antara kehidupan materi
dari benda itu, karena desain merupakan sebuah dan kehidupan rokhani.
“konsep” yang diterapkan pada produk, barang, Sedangkan untuk mendapatkan Perlindungan
komoditas industri, atau kerajinan tangan dan Pendesain maupun produknya, harus melalui
tidak melekat menjadi satu dengan barangnya. pengajuan Permohonan Pendaftaran ke Ditjen HKI
“Pemegang Hak Desain Industri” yang memiliki Departemen Hukum dan HAM-RI. Di sisi lain: (1)
hak eksklusif dapat melaksanakan dan melarang Pendesain rata-rata adalah UMKM merasa belum
orang lain yang tanpa persetujuannya. tertarik untuk mendaftar, karena ketidaktahuan
Subjek hak Desain Industri meliputi: 1) mereka terhadap arti penting dampak pendaftaran,
Pendesain atau yang menerima hak tersebut juga belum ada perhatian khusus dari Pemerintah
dari Pendesain, 2) Jika Pendesain terdiri Daerah terhadap Perlindungan Pendesain/
atas beberapa orang secara bersama, Hak Kreator Desain Industri, baik melalui upaya
Desain Industri diberikan kepada mereka Pemberdayaan UMKM khususnya Desain
secara bersama, kecuali jika diperjanjikan lain. Industri “mebel ukir”; (2) Belum faham kriteria
Pemegang Hak Desain Industri adalah pihak Desain Industri yang termasuk dalam kategori
yang untuk dan/atau dalam Dinasnya Desain bisa mendapatkan perlindungan hukum; (3) Belum
Industri itu dikerjakan, kecuali ada perjanjian mengerti dan memahami syarat-syarat yang
lain dan Perlindungan Hukum Desain Industri harus dilengkapi untuk Permohonan Pendaftaran;
menganut sistem Konstitutif dengan prinsip “First (4) Belum tahu manfaat ekonomis dan yuridis
to File Principle”. Konsekwensinya, jika suatu dari Pendaftaran Desain Industri yang mereka
Desain Industri yang dimiliki tidak terdaftar, ciptakan; (5) Kesulitan mengakses informasi dalam
maka tidak akan mendapatkan perlindungan mengaplikasi Desain Industri ke Direktorat HKI
hukum. Sebagai contoh, di Kabupaten Jepara Departemen Kehakiman dan HAM dan kurang
memiliki banyak Pendesain/ Kreator, banyak sosialisasi dari Pemerintah Daerah terkait; (6)
belum mendapat prioritas karena kreativitas Sikap mistifikasi terhadap karya yang dihasilkan
yang dimiliki masyarakat belum diapresiasi dan pengaruh konsep budaya (komunal) yang
dengan maksimal oleh Pemerintah Daerah. melekat pada konsep berpikir Pendesain/Kreator;
Sehingga Undang-undang Desain Industri belum (7) SDM kurang termotivasi secara optimal;
dapat dimanfaatkan secara optimal khususnya (8) Tidak ada bimbingan dan pendampingan
“Pendesain Meubel Ukir”. Ada beberapa kendala yang intensif serta tidak adanya pemberian/
subsidi biaya; (9) Tidak adanya kebijakan pola
11 Mudrajad Kuncoro, Pemberdayaan UKM: Antara
Mitos dan Realitas, (Ketua Jurusan dan Guru Besar jemput bola dari Pemda setempat sebagai
di FE-UGM Yogyakarta), hlm. 1. wujud kepedulian atau perhatian dan bantuan

Perlindungan Desain Industri Bagi UMKM yang Berkeadilan Sosial Jurnal Pembaharuan Hukum
100 Sukarmi Volume III No. 1 Januari - April 2016
dari Pemerintah Daerah dalam menyiasati mengekspor atau mengedarkan barang yang
atau sebagai dana pancingan; (10) Undang- telah diberikan Hak Desain Industri. Abdul
undang tentang Perlindungan Pendesain pada Bari Azed menegaskan,12 Desain Industri
Hukum Desain Industri belum memenuhi rasa akan mendukung peningkatan pertumbuhan
keadilan sosial. Kekurang perhatian Pemerintah ekonomi. Bagaimanapun perlindungan
Daerah berdampak terjadinya beberapa kasus terhadap Desain Industri akan meningkatkan
pembajakan/ penyerobotan seperti Kasus “Dugaan desain kreatifitas dalam menciptakan bentuk
Eksploitasi Folklor Jepara oleh Christoper Harrison- produk yang beragam di sektor manufaktur
Inggris; Kasus penyerobotan pendaftaran yang serta kerajinan. Namun, pemerintah sangat
dilakukan pengusaha mitra bisnis tanpa ijin, ke minim melakukan sosialisasi mengenai
negara asal mitra kerjanya; yang berdampak Desain Industri, sehingga wajar bila
terbalik desain tersebut jusru didaftarkan oleh kemudian ada ketidaktahuan masyarakat
mitra bisnis di negara asal mitra. Seperti dalam terhadap Desain Industri. Padahal fasilitas
sebuah event pameran dengan cara memotret, keringanan telah digulirkan untuk UMKM
orang lain bisa mendapatkan hak secara legal. tetapi tingkat realisasinya masih sangat
Pemegang Hak Desain Industri dapat beralih rendah.13 Ada biaya khusus yang diberikan
atau dialihkan dengan cara pewarisan, hibah, untuk UMKM, pelajar atau mahasiswa dalam
wasiat, perjanjian tertulis, melalui perjanjian lisensi mendaftarkan desainnya. Kelompok ini
atau sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh mendapat keringanan 50 persen dari Rp
peraturan perundang-undangan. Pengalihan Hak 600.000 setiap kali pendaftaran, berdasar
Desain Industri tersebut harus disertai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2001.
Dokumen tentang Pengalihan hak dan wajib 2. Kurangnya Sikap Kesiapan
dicatat dalam Daftar Umum Desain Industri, Pendesain Terhadap Kreasinya
dengan membayar biaya, diumumkan dalam Desain merupakan aset produk, bagian
Berita Resmi Desain Industri. dari kreativitas manusia, dimana kreativitas
1. Cara Memperoleh Hak Desain Industri ini perlu ditingkatkan supaya mampu bersaing
Bagi masyarakat yang concern dalam di perdagangan global. Industri dan desain
bidang Hak Kekayaan Intelektual (HKI) menjadi 2 (dua) hal yang tidak terpisah,
mempertanyakan terkait dengan sistem karena industri cenderung rendah dalam
Perlindungan Hukum dari HKI khususnya pengembangan desain. Bahkan sering
Desain Industri yang merupakan bagian dari terdengar sebuah kreativitas dibajak, tetapi
HKI. Terbukti sampi kini Indonesia belum pembajakan Desain Industri ini sering
mampu memberikan perlindungan hukum dianggap sepi, bahkan kasus pembajakan
dan pengelolaan atas kekayaan intelektual yang muncul ke permukaan nyaris tidak
masyarakat Indonesia secara optimal, dan ada. Padahal sebuah desain, sangat mudah
belum efektif. Salah satu faktor penyebab untuk dijiplak atau dibajak, seperti contoh
keengganan masyarakat pendesain untuk dalam pameran khususnya UMKM pada
mendaftarkan desain kreatifnya, di samping umumnya akan memamerkan produk
kewenangan pengadministrasian HKI dan yang belum didaftarkan. Padahal dengan
pengelolaan HKI di daerah belum dibentuk. hanya memotret produk itu, membuatnya
Pada prinsipnya setiap orang atau badan dengan desain yang sama dan mereka
(kreator/pendesain) yang telah mendapat yang kreativ, tetapi dengan cara “curang”
persetujuan dari Permohonan Pendaftaran mendaftarkan desain tersebut atas nama
Desain Industri ke Direktorat HKI maka 12 Wawancara dengan Abdul Bari Azed (Kepala
mendapat Hak Desain Industri atau berhak Direktorat Jenderal HKI) melalui telepon pada
untuk monopoli selama 10 (sepuluh) tahun. tanggal 25 Oktober 2014.
Pemegang Hak Desain Industri ini mempunyai 13 Pendapat ini disampaikan oleh Kepala Direktorat
Jenderal HKI, Abdul Bari Azed diakses dari
hak untuk memberi izin atau melarang orang http://www.sinarharapan.co.id/ekonomi/industri/
lain untuk membuat, menjual, mengimpor, 2003/0910/ind1.html.

Jurnal Pembaharuan Hukum Perlindungan Desain Industri Bagi UMKM yang Berkeadilan Sosial
Volume III No. 1 Januari - April 2016 Sukarmi 101
dirinya maka dia mendapatkan hak atas pengembangan ekonomi nasional. Pemerintah
desain produk tersebut. Jadi secara tidak Taiwan telah mempelopori pendirian Design
langsung seseorang bisa mendapatkan hak Center sejak 1990 untuk membantu industri
desain industri yang seharusnya milik orang mereka dalam mengaplikasikan desain, bahkan
lain secara legal, hal ini seringkali terjadi Korea Selatan selangkah lebih maju. Desain
di Kabupaten Jepara, maupun di tempat- Produk Industri telah menjadi agenda nasional
tempat lainnya dalam Committee of Globalization Policy. Di
Imam Buchori Zaenuddin seorang Malaysia, pemerintah membentuk Majelis
Guru Besar Desain Produk Industri ITB, Rekabentuk Malaysia (MRM) yang bernaung di
menyampaikan ada kegamangan dari bawah Kementerian Industri dan Perdagangan
industri untuk mengembangkan produk yang yang berfungsi menyusun agenda-agenda
siklus hidupnya berjangka panjang, karena pemerintah dalam pemberdayaan Desain
beranggapan bahwa investasi tersebut penuh Produk Industri menyambut era pasar bebas.17
risiko, bahkan kurangnya wawasan industri Strategi ini harus diapresiasi dengan
tentang desain; serta adanya anggapan bahwa baik dan konsekwen Pemerintah sampai
penelitian desain butuh biaya yang mahal, saat ini masih mencari bentuk Perlindungan
disisi lain belum adanya kejelasan hubungan Desain Industri. Banyak kelemahan-
antara industri dengan Pendesain.14 Hal ini kelemahan, sehingga memberi peluang bentuk
dapat dimengerti, sehubungan banyaknya kecurangan, permohonan kepemilikan Hak
pembajakan merajalela sehingga “Pendesain Desain industri akan dikeluarkan terhadap
seolah-olah hanya sebagai buruh, sedangkan semua pemohon pertama, apabila tidak ada
yang memperoleh pendaftaran adalah orang yang mengajukan keberatan. Siapa yang
lain, bahkan yang lebih mengerikan kepemilikan lebih dulu mendaftarkan dan tidak ada
Hak Desain tersebut adalah orang asing.”15 oposisi, maka dikeluarkan sertifikat hak
Langkah kongkrit yang diupayakan desain industri.
Direktorat Jenderal HKI dengan memberi Berdasarkan Pasal 2 ayat (1) UU Nomor
kesempatan pada UMKM, pelajar dan 31 Tahun 2000 Tentang Desain Industri
mahasiswa agar mendapat pembebasan atas bahwa hak desain diberikan adalah desain
biaya pendaftaran seperti yang dilakukan industri baru, bukan desain industri yang
Korea, yang berdampak desain industri sangat sudah lama. Namun dimungkinkan desain
berkembang di Negara Ginseng tersebut. yang didaftar adalah desain lama, karena
Disampaikan Imam Buchori,16 bahwa Korea sistem pendaftaran tidak memungkinkan
mengalami pertumbuhan ekonomi yang sangat adanya pemeriksaan subtantif seperti paten
pesat adalah karena kebijakan pemerintah atau merek, permohonan dikabulkan. Hal
dalam memberdayakan Desain Industrinya. ini sejalan dengan TRIP,s Agreement dan
Korea sangat ambisius menjadikan negaranya Paris Convention yang mengatur tentang
sebagai design leading countries. Bahkan desain industri yang dapat dilindungi yaitu
secara khusus membentuk lembaga yang desain yang “baru” (original), dan/atau yang
diserahi tugas mempromosikan desain produk, secara signifikan “berbeda” dengan desain
yakni Korean Industrial Design Promotion. industri sebelumnya (significantly differ from
Lembaga ini dengan serius melakukan riset known designs).18
desain industri yang bersifat fundamental.
17 Ibid., Indratmoko Poerwanto, Message 1 of 1 ,
Pemerintah Korea mengalokasikan dana
Nov 2, 1999, Bisnis Indonesia Edisi : 03-NOV-
riset untuk jangka 5 – 10 tahun yang 1999, Menanti UU desain produk industri, penulis
jumlahnya sangat besar, namun hasilnya menempuh studi master pada Department of
harus memberikan kontribusi nyata bagi Industrial Design, Arizona State University, USA
diakses tgl 2/12/2014
14 Dilansir dari Sinar Harapan 2003 (Hak Cipta).
18 Insan Budi Maulana, 2010, A-B-C Desain Industri
15 Hal tersebut dibenarkan oleh Emawati. Teori dan Praktek di Indonesia, Bandung, Citra
16 Op. Cit., Sinar Harapan 2003 Aditya Bakti, Hlm. 7.

Perlindungan Desain Industri Bagi UMKM yang Berkeadilan Sosial Jurnal Pembaharuan Hukum
102 Sukarmi Volume III No. 1 Januari - April 2016
Berbeda dengan Korea yang menganut tentunya menggunakan merek dagang
sistem fully examination atau pemeriksaan yang menjadi simbol dan “image” dari
secara penuh. Pemeriksaan ini meminimalkan masing-masing perusahaan. Peran merek
bentuk kecurangan, karena setiap pengajuan dalam hal ini sangat penting karena merek
permohonan Hak Desain Industri akan menunjukkan identitas perusahaan asal kain
diperiksa latar belakang produk tersebut. tenun ikat, mutu (kualitas), dan juga sebagai
Tetapi sistem ini butuh biaya yang besar, “image” perusahaan yang memproduksi dan
pemerintah harus mampu menyediakan memasarkan kain tenun ikat tersebut.
sejumlah dana sebagai kompensasi dari sistem Seperti halnya yang terdapat pada hukum
ini. Bahkan saat ini perhatian pemerintah paten mengambil jangka waktu monopoli
lebih mendorong lahirnya kreativitas, yang yang terbatas, dan melalui pendaftaran yang
diharap kreativitas dapat meningkatkan nilai memberikan hak kepada pemilik/ pemegang
jual sehingga semakin kompetitif. Seperti hak atas desain untuk menghentikan pihak
halnya design Tenun Kain ikat akan semakin lain untuk memproduksi produk dengan
terlihat indah dan menarik apabila kain tenun desain yang sama, dan konsep kebaharuan
ikat tersebut dirancang  dalam bentuk aneka pada desain merupakan syarat mutlak agar
desain/rancangan baju yang menjadi “trend” suatu desain dapat didaftarkan. Dalam hal
di kalangan masyarakat. Melalui rancangan/ ini desain industri meminjam konsep ide-ide
desain baju yang bagus, “trendy” dan “elegant” menjadi bentuk-bentuk fisik yang merupakan
akan memberikan nilai tambah bagi kain perwujudan dari ide.19
tenun ikat tersebut. Dari sinilah peran Di negara maju, kesadaran perlunya
para desainer untuk mampu menciptakan mendaftarkan Hak Desain Industri sangat
desain-desain baju yang bagus dan menarik luar biasa yang berbanding terbalik dengan
bagi semua kalangan usia, sehingga kain Indonesia, seperti Korea yang mampu
tenun ikat, sebagai produk nasional bangsa, mendongkrak perekonomiannya lewat
dapat menjadi alternatif pilihan baju untuk Desain Industri.20 Kreativitas, merupakan
berbagai acara formal maupun informal. asset intangible yang sulit untuk dihitung,
Di samping itu juga diperlukan kreativitas namun bukan berarti tidak usah untuk
dari para pengrajin kain tenun agar dapat diperhitungkannya. Karena seperti reputasi
menghasilkan/ melahirkan motif-motif tenun seseorang maupun “knowhow” yang ada
yang baru yang dapat diterima pasar, baik dalam diri individu memang tidak bisa
pasar domestik maupun internasional. diakui sebagai harta lembaga maupun
Kain tenun ikat yang berasal dari masing- perusahaan, karena seperti angin, bisa
masing daerah telah menjadi komoditas hilang, musnah, bahkan juga bisa menipu
ekspor yang potensial dalam memberikan seolah-olah ada, tetapi tidak ada. Bahwa
keuntungan bagi bangsa Indonesia pada Hak Kekayaan Intelektual (HKI) adalah hak
umumnya dan masyarakat daerah setempat yang timbul dari hasil imaginasi, olah kerja
pada khususnya. Motif-motif yang berasal dari otak, perasaan dan karsa manusia untuk
masing-masing daerah merupakan kekayaan menghasilkan suatu karya, inovasi dan
intelektual, bidang desain industri, khususnya kreativitas intelektual yang berguna bagi
desain tekstil, yang patut untuk dilestarikan, kehidupan umat manusia. Dikatakan bahwa
dilindungi dan bahkan dikembangkan. Melalui HKI dapat menjadi Penggerak Pertumbuhan
upaya pelestarian dan perlindungan hukum Perekonomian yang menjadi publikasi WIPO.
diharapkan motif-motif tenun ikat tidak
musnah atau diambilalih oleh orang lain 19 Ranti Fauza Mayana, 2004, Pelindungan Desain
atau Negara lain. Industri di Indonesia dalam era Perdagangan Bebas,
Grasindo, Jakarta, hlm. 48.
Kain tenun ikat sebagai produk nasional
20 Ibid.Emawati,http://www.sinarharapan.co.id/
bangsa Indonesia, dalam pemasarannya baik ekonomi/industri/2003/0910/ind1.html. Copyright ©
ke pasar domestik maupun internasional, Sinar Harapan 2003

Jurnal Pembaharuan Hukum Perlindungan Desain Industri Bagi UMKM yang Berkeadilan Sosial
Volume III No. 1 Januari - April 2016 Sukarmi 103
3. Posisi Rawan dari UMKM terjadinya Eksploitasi Folklor Jepara
Kesadaran terhadap perlindungan Hak oleh Christopher Harrison di Inggris.
Kekayaan Intelektual sebagai sesuatu hal Sesuatu yang tidak menyenangkan
yang dubutuhkan. Banyaknya penjiplakan terjadi, jika ternyata kepemilikan desain
atau peniruan terhadap Desain Industri, baru yang tidak didaftarkan ke Ditjen HKI,
menunjukkan belum adanya rasa kepedulian justru pihak lain dengan sengaja tanpa
Kreator/Pendesain terhadap apa yang sepengetahuannya mendaftarkan desain
dimiliki terhadap kreatifitas intelektualnya. tersebut terlebih dahulu? Secara moral kreasi
Padahal jika dicermati sebagai upaya untuk desain tersebut memang bukan miliknya,
mendapatkan kreativitas adalah butuh peluang tetapi dengan sengaja ingin menguasainya
waktu, biaya, tenaga dalam melakukan dengan cara tidak benar. Menyikapi kondisi
percobaan yang sulit untuk diperhitungkan seperti ini pihak yang berkompeten tidak
dengan uang. Yang sering terjadi adalah: terpikir untuk mengambil sikap dengan
a. Dalam Pemberdayaan UMKM melakukan sosialisasi yang efektif dan
melalui perlindungan Hukum Desain sekaligus memberikan bantuan dana stimulan
Industri: (contoh di Kabupaten Jepara berupa biaya untuk mengajukan Permohonan
khususnya Desain Industri mebel ukir) Pendaftaran ke Direktorat Jenderal HKI, agar
belum mendapatkan perhatian yang mendapatkan Perlindungan Hukum secara
maksimal dari Pemerintah Daerah, inheren dari instansi terkait.
jika dibandingkan dengan upaya Kelemahan bidang etika bisnis, bidang
pemberdayaan UMKM di bidang lain); kegiatan pemasaran serta kurang berfungsinya
b. Faktor-faktor dominan yang organisasi pengusaha seperti yang terjadi
menghambat para Pengrajin/ pada mebel nasional (Asmindo) secara optimal
Pendesain dalam pemberdayaan turut berperan sebagai pemicu dominasi
UMKM disebabkan: Satu, belum pasar di antara para pengusaha dengan cara
memahami tentang Desain Industri; dan dengan sengaja meniru desain yang
Dua, belum memahami manfaat telah ada tanpa melalui perjanjian lisensi,
secara ekonomis dan yuridis dari telah memicu terjadinya persaingan yang
pendaftaran hak atas Desain Industri curang sehingga berdampak tidak stabilnya
yang mereka ciptakan; Tiga, kurang plan roda ekonomi.
sosialisasi; Empat, Pengaruh konsep Akses informasi terkait perlindungan HKI,
budaya (komunal) yang melekat Pendesain harus melakukan penelusuran
pada konsep berpikir Usaha Kecil informasi HKI dengan mendatangi Kantor HKI
Menengah; Kelima, tidak mengetahui di negara yang menjadi tujuan pasar, namun
syarat yang harus dilengkapi; terbentur dengan masalah biaya, penelusuran
Keenam, tidak mengetahui kriteria melalui internet merupakan suatu solusi yang
dari desain yang dapat dimohonkan lebih tepat. Ketidak perdulian masyarakat
pendaftarannya; ketujuh, tidak terhadap pentingnya Perlindungan Desain
tahu tata cara untuk mengajukan Industri dan eksistensi UU No. 31 Tahun 2000
permohonan pendaftarannya; tentang Desain Industri mengkhawatirkan.
Kedelapan, takut terbeban pajak yang Berbeda di negara maju, sebagai contoh dapat
tinggi; kesembilan, takut berdosa, dikemukakan pendaftaran paten dan desain
karena mereka menganggap bahwa produk untuk produk rotan yang terdaftar
kreativitas yang dimiliki didapat dari di USPTO (United State Patent and Trade
milik nenek moyang; kesepuluh, Mark Office). Kenyataan ini sejalan dengan
tidak mempunyai biaya/modal untuk data yang diperoleh dari Dijten HKI tentang
mendaftarkan. Dampaknya adalah: minimnya Pendaftaran Desain Industri dari
terjadi pembajakan seperti: Kasus kalangan UMKM. Dengan berlakunya UU
Hak Cipta Mebel Ukir yang diduga No. 31 Tahun 2000, Pendesain akan berada

Perlindungan Desain Industri Bagi UMKM yang Berkeadilan Sosial Jurnal Pembaharuan Hukum
104 Sukarmi Volume III No. 1 Januari - April 2016
pada situasi yang menghadapkan mereka semakin berkepentingan membuat produknya
dengan pilihan yang beragam. Pilihan (1) menjadi semakin indah dan menarik secara
adalah tidak mendaftar Desain Industri fisik serta bisa menjalar ke seluruh penjuru
mereka, yang menyebabkan Pendesain tidak dunia dalam waktu yang relatif singkat. Dengan
akan pernah mendapatkan Perlindungan demikian, kemampuan high concept menjadi
Hukum. Pilihan (2) tidak mendaftarkan, tetapi sangat penting dan dibutuhkan.
mempublikasikan Desain Industri juga akan Kecenderungan pendekatan terhadap
mempunyai resiko akan ditiru pihak lain. masalah UMKM dilakukan secara parsial,
Pendesain yang Desainnya ditiru dan hanya mencari solusi masalah desain atau
dipasarkan oleh rekan-rekan sesama bahan baku saja. Padahal sesuai prinsip rantai
Pendesain yang mengakibatkan kerugian nilai, pemetaan mulai proses pengadaan
baginya, namun tidak menuntut berdasarkan bahan baku sampai pasar akhir penting
pertimbangan kebersamaan. Namun ada untuk menjaga keberlangsungan usaha.
pula setelah didaftar ternyata ada pihak lain 4. Perlindungan Hukum Yang Belum
yang merasa berkeinginan untuk membuat Menyentuh
desain tersebut, kemudian dengan tanpa Aktualisasi implementasi terhadap
ijin atau tanpa melakukan perjanjian lisensi keikutsertaan Indonesia sebagai anggota WTO
langsung menjiplak. Contoh konkret adalah dengan konsekwensi melaksanakan ketentuan
yang dialami oleh PT. Antara Kusuma dimana Agreement on Trade Related Aspects of
kereta dorong/sorong besi dengan merek SUN Intellectual Property Rights (Persetujuan
yang mereka produksi telah juga diproduksi, TRIPs) sesuai dengan Undang-undang
diedarkan, dieksport dan dijual oleh PT. Sun Nomor 7 Tahun l994 tentang Pengesahan
Industri, padahal Desain Industri tersebut telah Agreement Establishing the World Trade
didaftarkan di Direktorat Desain Industri, Tata Organization (Persetujuan Pembentukan
Letak, Sirkuit Terpadu dan Rahasia Dagang Organisasi Perdagangan Dunia) ternyata
Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual masih terhambat cukup serius, karena terbukti
RI dengan sertifikat No. ID 0.002.193. Kasus tranplantasi tersebut masih mengandung
ini telah diperkarakan ke pengadilan, dan kelemahan-kelemahan dalam upaya untuk
pada pengadilan tingkat I dan II dimenangkan mengefektifkan melalui harmonisasi ketentuan
oleh PT. Sun Industri, sedangkan pada tingkat perundangan terhadap Desain Industri.
Kasasi dimenangkan oleh PT. Antara Kusuma. Harmonisasi yang sebenarnya adalah
Hal semacam ini sebenarnya dapat dihindari merupakan hasil trasplantasi tersebut dari
dengan pendekatan dan pola yang aman sistem hukum beraliran kolonial ke sistem
jika diantara mereka dibuat suatu perjanjian Hukum HKI dengan versi sistem ekonomi
lisensi satu sama lain jika satu karya desain kerakyatan dalam artian bahwa, bagaimana
digunakan secara bersama. Perjanjian ini kreasi ekspresi intelektual masyarakat yang
dikenal dengan perjanjian lisensi yang berpotensi HKI, pengaturannya didasarkan
memberi hak kepada penerima lisensi untuk pada nilai-nilai Pancasila dalam bingkai
menggunakan desain milik 21. demokrasi ekonomi. Perlindungan HKI
Pengembangan Imajinasipun menjadi yang berlaku di Indonesia kini melekat dan
sangat penting sehubungan terjadinya menganut sistem hukum kapitalis yang jauh
transformasi usaha UMKM industri kreatif dari nilai-nilai Pancasila, dimana sistem ini
dari Tren dunia menunjukkan bahwa profesi bertentangan dengan filosofi dan budaya
seni dan desain produk semakin cerah dan masyarakat Indonesia. Padahal Indonesia
bisa menghasilkan devisa yang sangat besar merupakan salah satu Negara yang turut serta
bagi negara. Sehingga UMKM industri kreatif menanda tangani persetujuan pembentukan
Organisasi Perdagangan Dunia atau World
21 http://www.investor.co.id/opini/urgensi-pendidikan-
desain-dan-inovasi-produk/ 30725 , diunduh tgl 8 Trade Organization (WTO) yang termasuk
januari 2014 di dalamnya perjanjian mengenai aspek

Jurnal Pembaharuan Hukum Perlindungan Desain Industri Bagi UMKM yang Berkeadilan Sosial
Volume III No. 1 Januari - April 2016 Sukarmi 105
perdagangan yang terkait dengan Hak kelemahan, yang muncul dalam muatan
Kekayaan Intelektual/IPR (Agreement on materi berdampak dan berpengaruh
Trade Related Aspects of Intellectual Property terhadap implementasinya. Setidaknya
Rights). Perjanjian internasional tersebut ada dua kelemahan yang terkandung dalam
telah diratifikasi oleh Indonesia melalui Undang-Undang Desain Industri yang terletak
Undang-undang Nomor 7 Tahun l994 tentang pada;24 Pertama, ketentuan Pasal 1 UU
Pengesahan Agreement Establishing The Desain Industri yang dijelaskan bahwa unsur
World Trade Organization (Persetujuan desain industri harus mengandung kesan
Pembentukan Organisasi Perdagangan estetika. Akan tetapi batasan-batasan Obyektif
Dunia). Konsekwensi logis dan psikhologisnya, atas suatu kreasi yang mempunyai kesan
Indonesia harus menerapkan hukum IPR/HKI estetis tidak dijelaskan dalam UU Desain
tersebut sebagaimana tuntutan dari TRIP’s Industri, untuk mengatakan suatu kreasi
Agreement dan Konvensi Paris. mempunyai kesan estetis sangat Subyetif,
Perkembangan internasional tersebut UU tidak memberikan penegasan siapa yang
justru mempengaruhi perkembangan hukum mempunyai hak untuk menentukan suatu
nasional, sehingga terjadi saling terkait kreasi mempunyai kesan estetis atau tidak
antara perkembangan hukum internasional adalah dilakukan oleh Dirjen HAKI. Kedua,
dengan hukum nasional masing-masing dalam proses pendaftaran desain industri
negara, terciptanya arena transnasional yang mengandung ketidakadilan hukum
dalam praktek hukum yang bersumber antara Pasal 26 dan Pasal 29 UU Desain
dari kekuatan-kekuatan dan logika yang Industri. Hal ini dibuktikan dimana di satu sisi
bekerja dalam bidang ekonomi.22 Globalisasi apabila dalam Pengumuman Permohonan
memberikan pengaruh besar terhadap aspek desain industri itu ada keberatan dari pihak
hukum dengan implikasi globalisasi ekonomi, ketiga, maka pemeriksaan akan dilakukan
sehingga substansi undang-undang Desain secara Subtantif. Namun ketika tidak ada
Industri dipengaruhi oleh perjanjian-perjanjian keberatan atas permohonan Dirjen HAKI
internasional, menyebar melewati batas-batas begitu saja memberikan hak desain industri.
Negara (cross-border). Berbagai Negara, Pasal-pasal terkait dalam UUD 1945 Pasal
baik Negara maju, Negara berkembang 18 ayat (5) UUD 1945 bahwa “Pemerintahan
maupun Negara terbelakang harus membuat daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya,
standarisasi hukum dalam ekonominya.23 kecuali urusan pemerintahan yang oleh
Salah satu bentuk standarisasi hukum undang-undang ditentukan sebagai urusan
adalah peraturan mengenai Hak Kekayaan Pemerintah Pusat” merupakan “pesan
Intelektual sebagaimana disepakati dalam keadilan dalam bidang pemerintahan”. Pasal
TRIP’s Agreement. 33 ayat 3 UUD 1945 bahwa “Bumi dan air dan
5. Internalisasi nilai-nilai Keadilan Sosial kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
ke dalam Undang-Undang Desain dikuasai oleh negara dan dipergunakan
Industri untuk sebesar besar kemakmuran rakyat”
Muatan materi yang ada pada UU merupakan “pesan keadilan dalam bidang
Desain Industri masih menyimpan beberapa ekonomi”. Jelasnya, seluruh muatan UUD
1945 memerintahkan perwujudan keadilan
22 Diambil dari Candra Irawan, Ibid. hlm. 2, yang
sosial dalam segala aspek kehidupan.25
mengutip pendapat dari Satipto Rahardjo,
Pembangunan Hukum Di Indonesia Dalam Konteks Dengan Keadilan Sosial Bagi Seluruh
Global, Makalah Pada Pertemuan Dosen Pengajar Rakyat Indonesia, dimaksudkan bahwa
Sosiologi Hukum Se Jawa Tengah dan Daerah setiap insan masyarakat Indonesia harus
Istimewa Yogyakarta, Universitas Muhammadiyah
Solo (UMS) tanggal 5-6 Agustus l996. menjadi orang yang menegakkan nilai-nilai
23
Bismar Nasution, 2003, Pengaruh Globalisasi 24 Budi Agus Riswandi, Diktat Kuliah , FH UII,
Ekonomi Pada HUkum Indonesia, Majalah Hukum Yogyakarta, hlm. 413
Fakultas Hukum USU, Vol. 8 No.l, Medan, hlm. 7. 25 Nilai-nilai dalam Pancasila

Perlindungan Desain Industri Bagi UMKM yang Berkeadilan Sosial Jurnal Pembaharuan Hukum
106 Sukarmi Volume III No. 1 Januari - April 2016
keadilan sosial, yang bisa dimulai dengan desainer misalnya harus melahirkan desain/
bersikap adil dalam keluarga, bersikap adil rancangan baju-baju dari bahan seperti tenun
dalam menyelesaikan persoalan-persoalan ikat dari berbagai daerah yang “trend” dan
dalam lingkungan bermasyarakat. Jika nilai- “elegant” sehingga tenun ikat/rancangan
nilai ini sudah merasuk ke “sukma” atau baju dapat menjadi komoditas dagang
“jiwa” dan menjadi gaya hidup, maka ketika yang mampu bersaing di pasar, domestik
seseorang menempati jabatan-jabatan maupun internasional. Kreativitas dari para
fungsional publik, maka nilai-nilai keadilan pengrajin dan desainer merupakan kunci
sosial akan terejawantah dengan baik dalam dalam pasar global.
berbagai kebijakan publik demi melayani Dari sudut subtansi Undang-Undang:
masyarakat. Desain Industri harus dilakukan amandemen
dengan memasukkan nilai-nilai keadilan
C. Penutup sosial ke dalam undang-undang tersebut;
1. Simpulan Dari sudut kebijakan Pemerintah: perlu
Undang-Undang Desain Industri yang dilakukan sosialisasi intensif dan memberikan
merupakan hasil transplantasi dari TRIP’s pancingan berupa hadiah bagi mereka yang
Agreement dan Paris Convention yang berhasil mengimplementasikan kreasinya
berparadigma kapitalis, sampai kini masih ataupun memberikan dana talangan atau
belum sesuai dengan kehendak masyarakat dana stimulan kepada UMKM sebagai biaya
khususnya UMKM. Perbedaan paradigma untuk mendaftarkan desain kreativitasnya ke
telah memicu celah meluasnya kesenjangan Ditjen HKI untuk mendapatkan perlindungan
yang berdampak pada ketidak adilan bagi hukumnya.
UMKM di Indonesia. Seperti yang tercantum 2. Saran
dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomr 31 Diupayakan adanya perlindungan hukum
Tahun 2000 Tentang Desain Industri dan yang bersifat kedaerahan atau mungkin yang
Pasal 26 serta 29 Undang-Undang Desain bersifat “sui generis”, dilakukan inventarisasi,
Industri. pengadministrasian yang selanjutnya
Ditinjau dari sudut Kreator: Era globalisasi diberikan/ diupayakan konsep Perda untuk
(MEA) mendorong UMKM untuk kritis dan mendapatkan perlindungan hukum di daerah
kreativif dalam menyikapi setiap tindakan kemudian diusulkan untuk selanjutnya
dan batasan-batasan, sehingga tidak dilakukan amandemen dengan mengacu
tertindas dalam ketidakadilan sosial. Para pada kepentingan hukum di daerah.

DAFTAR PUSTAKA

Buku:
Insan Budi Maulana, 2010, A-B-C Desain Industri Teori dan Praktek di Indonesia, Bandung,
Citra Aditya Bakti.
Iswi Hariyani, 2010, Prosedur Mengurus HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual) yang benar,
Jakarta, Pustaka Yustisia .
Lili Rasjidi dan I.B Wysa Putra, 1993, “Hukum Sebagai Suatu Sistem”, Bandung, Remaja
Rusdakarya.
Mudrajad Kuncoro, Pemberdayaan UKM: Antara Mitos dan Realitas, (Ketua Jurusan dan Guru
Besar di FE-UGM Yogyakarta).
Phillipus M. Hadjon, 1987 “Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia”, Surabaya: PT. Bina
Ilmu .
Sunaryati Hartono, 1991, “Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional”, (Bandung: Alumni).

Jurnal Pembaharuan Hukum Perlindungan Desain Industri Bagi UMKM yang Berkeadilan Sosial
Volume III No. 1 Januari - April 2016 Sukarmi 107
Ok. Saidin, 1995, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights).
Jakarta, P.T. Grafindo.
Tomi Suryo Utomo, 2009, Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Era Global (Sebuah Kajian
kontemporer).

Majalah:
Bismar Nasution, 2003, Pengaruh Globalisasi Ekonomi Pada Hukum Indonesia, Majalah
Hukum Medan, Fakultas Hukum USU, Vol.6.
Indratmoko Poerwanto, Message 1 of 1 , Nov 2, 1999 dalam Bisnis Indonesia Edisi : 03-
NOV-1999, Menanti UU desain produk industri, penulis menempuh studi master pada
Department of Industrial Design, Arizona State University.

Makalah:
Mayana, R.F. 2011. Perlindungan Desain Industri di Indonesia dan Ketentuan Internasional
di Bidang Desain Industri. Panitia Pelatihan Konsultan Hak Kekayaan Intelektual.
Kerjasama antara Fakultas Hukum Universitas Padjajaran dan Direktorat Jenderal HKI
Kementrian Hukum dan HAM RI.
Satjipto Rahardjo, Pembangunan Hukum Di Indonesia Dalam Konteks Global, Makalah Pada
Pertemuan Dosen Pengajar Sosiologi Hukum Se Jawa Tengah dan Daerah Istimewa
Yogyakarta, Universitas Muhammadiyah Solo (UMS) tanggal 5-6 Agustus l996.

Internet:
http://www.investor.co.id/opini/urgensi-pendidikan-desain-dan-inovasi-produk/30725 diunduh
tgl 8 januari 2014 Emawati dalam Copyright © Sinar Harapan 2003
http://www.sinarharapan.co.id/ekonomi/industri/2003/0910/ind1.html
Kepala Direktorat Jenderal HKI, Abdul Bari Azed diakses dari http://www.sinarharapan.co.id/
ekonomi/industri/2003/0910/ind1.html

Perlindungan Desain Industri Bagi UMKM yang Berkeadilan Sosial Jurnal Pembaharuan Hukum
108 Sukarmi Volume III No. 1 Januari - April 2016

You might also like