You are on page 1of 18

JURNAL

PENGATURAN PENGHENTIAN PEMAKAIAN


INDIKASI GEOGRAFIS PADA MEREK TERDAFTAR
OLEH PIHAK LAIN YANG TIDAK BERHAK
(STUDI KOMPARATIF BEBERAPA NEGARA)

I GEDE AGUS KURNIAWAN


NIM. 1190561038
E-mail : igedeaguskurniawan@yahoo.com

PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2013
1
ABSTRACT
TRIPs requires members to arrange to any intellectual property rights in accordance with the
conditions of each country, so that each state set the Geographical Indication (GI) varies. The different
settings are potential conflicts between TRIPs member countries. So the research problem of this
thesis is: How IG arrangements relating to cessation of the use of the registered mark is associated
with a state's territory IG TRIPs Agreement? and legal actions for users How IG to a dispute between
members of the TRIPs?
Research using normative legal research methods approach: Statue Approach, Conceptual
Approach, Comparative Approach, and Analytical Approach. Analysis of legal materials is done by
descriptive analysis.
The results showed that each WTO member countries set different. For example, the United States
set up through the Trademark Law, Regulation & Legal ATF habits, countries under the European
Union set up the European Community Regulation (EEC No.2081/92), Vietnam: Intellectual Property
Law (Law No.50-2005-QH11), and others. In general, countries that determine protection through a
first to file system. The use of registered GIs in the same marks or identical, Singapore set specifically
in the Geographical Indications Act 44 of 1998, the Indonesian Though not set in isolation, but more
specifically set in Trademark Law Article 56 (8) PP. 51 of 2007, Article 27 (1) and (2) termination of
the use of signs to be discontinued within 2 years after the IG registered. The results also showed a lot
of disputes going on in the field of IG Efforts settlement can be reached through WTO mechanisms if
the parties to a dispute between the State by State with DSU procedures, WIPO mechanism is used if
the dispute between the individual and the individual (state) with WAC procedures. National
mechanisms such as in Indonesia through a lawsuit at the Commercial Court (Pengadilan Niaga).
Keywords: Geographical Indications, termination marks, use the registered mark, the Dispute
Settlement Understanding, the WIPO Arbitration and Mediation Center.

2
I . PENDAHULUAN suatu produk barang. Penggunaan geografis

1. Latar Belakang Masalah sebagai suatu tanda pembeda dalam dimensi HKI

Pada awal diberlakukannya ketentuan- mendapat perlindungan di bawah lingkup

ketentuan HKI di Indonesia yang merupakan ³,QGLNDVL *HRJUDILV´ (selanjutnya disebut IG).

harmonisasi dari konsep perlindungan HKI Dalam era liberalisasi perdagangan

berdasarkan TRIPs Agreement masih terjadi internasional di bidang barang dan jasa, termasuk

perdebatan. Banyak masyarakat yang menolak HKI didalamnya, semakin lama akan

keberadaannya, karena anggapan bahwa rezim memunculkan potensi sengketa. Gelombang

hukum HKI sangat bertentangan dengan budaya sengketa di bidang HKI juga akan menyusul

Indonesia yang bersifat komunal. Sejalan dengan secara besar-besaran. Masyarakat maupun

konsep komunal, mengemuka pandangan yang pemerintah harus memahami dan melakukan

menyatakan bahwa harmonisasi hukum yang suatu perlindungan untuk kepentingan ekonomis

terkait dengan HKI ini sarat dengan muatan yang dan non ekonomis. Potensi Indonesia untuk HKI

individual. sangat besar. Kemauan memahami dan

Pengimplementasian tatanan hukum yang melindungi serta kemampuan masyarakat

berbeda pada suatu wilayah seperti Indonesia Indonesia dalam mengelola HKI sangat

yang memiliki corak hukum komunal dalam diperlukan dan memerlukan perhatian khusus dan

konteks perlindungan HKI memang tidak mudah. serius. Banyak kasus yang telah terjadi dapat

Dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk dijadikan pembelajaran bagi Indonesia untuk

melakukan penyesuaian atau penerimaan oleh belajar lebih terkait kreatifitas dalam kekayaan

masyarakat atas harmonisasi konsep HKI dari intelektual, khususnya yang berkaitan dengan

komunal ke individual. Setelah masyarakat sadar Merek dan IG.

dengan kemampuan kreatifitas masyarakat Key Coffee Co. sebuah perusahaan Jepang

Indonesia dan berkelimpahannya kekayaan alam pada tahun 1976 telah mendaftarkan merek kopi

serta yang terkait dengan kekayaan intelektual ³7RUDMD´ GL -HSDQJ +DO LQL GLODNXNDQ NDUHQD

lambat laun masyarakat merasakan perlunya pihak perusahaan ini menganggap kopi dengan

memahami dan pada akhirnya memproteksi atau merek Toraja semakin lama semakin terkenal

memberikan perlindungan atas karya-karya cipta, karena harmonisasi antara multi dimensi rasa dan

kekayaan folklor, kekayaan alam, budaya dan aroma herbalnya sehingga sangat diminati oleh

termasuk memahami bahwa geografis yang beberapa negara. Pihak pendaftar merasa telah

mereka miliki juga mendapat suatu perlindungan ikut andil memberikan teknologi (transfer of

dalam konteks HKI, terutama jika geografis knowledge) dalam pengolahan biji kopi Toraja

tersebut digunakan sebagai suatu penciri dalam sehingga menjadi terkenal di Jepang dan beberapa

3
negara. Konsekuensi atas didaftrakannya merek pemerintah sebagai bentuk pelaksanaan dari
Toraja ini adalah menutup kemungkinan pihak ketentuan Pasal 56 ayat (9) Undang-undang
lain termasuk Indonesia untuk menjual produk Merek yang megatur tentang tata cara pendaftaran
kopi dengan nama merek yang sama ke Jepang IG. Di dalam Peraturan Pemerintah ini diatur pula
dan negara lainnya. Disamping itu pihak Key mengenai pemakai terdahulu IG, sebagaimana
Coffee melarang pihak Indonesia (pengusaha di diatur dalam Undang-undang Merek dalam Bab X
Toraja) bekerja sama dengan pihak lain. Pasal 27.
3HQGDIWDUDQ NRSL GHQJDQ 0HUHN ³7RUDMD´ Dalam ayat (1) Pasal 27 PP No. 51 Tahun
oleh Key Coffee serta kasus lainnya patut 2007 menyebutkan bahwa jika saat indikasi
dicermati sebagai suatu pembelajaran bahwa geografis tersebut didaftar telah ada tanda yang
masyarakat Indonesia penting untuk lebih sama dengan indikasi geografis terdaftar dipakai
memahami perlindungan HKI. Kasus diatas oleh pihak lain yang tidak berhak, maka
mengingatkan bahwa masih banyak harta pemakaian atas tanda tersebut harus dihentikan
kekayaan milik Indonesia khususnya HKI yang pemakaiannya setelah 2 (dua) tahun sejak tanda
patut dilindungi, termasuk didalamnya yang dimaksud terdaftar sebagai ndikasi geografis.
menyangkut perlindungan IG. Selanjutnya dalam pasal (2) PP tersebut
Perlindungan IG di Indonesia diatur dalam menyebutkan bahwa jika tanda tersebut telah
ketentuan pengaturan Merek, yaitu Undang- didaftar sebagai merek sebelumnya, masih tetap
undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek. dimungkinkan pemakaian atas tanda IG tersebut
Dalam undang-undang ini disebutkan suatu dengan syarat pemakai merek tersebut
persyaratan adanya pendaftaran terlebih dahulu menyatakan kebenaran mengenai tempat asal
atas IG sebagaimana halnya pengaturan Merek barang dan menjamin bahwa pemakaian merek
Dagang. Definisi Indikasi Geografis tertuang dimaksud tidak akan menyesatkan IG terdaftar.
dalam Undang-undang Merek tersebut dalam IG ini TRIPs telah mengaturnya pada
1
pasal 56 (1) yaitu Indikasi Geografis dilindungi Section 3 Article 22-24. Untuk memastikan
sebagai suatu tanda yang menunjukkan daerah adanya perlindungan terhadap IG di negara-
asal suatu barang, yang karena faktor lingkungan negara anggota perjanjian TRIPs ini adalah setiap
geografis termasuk faktor alam, faktor manusia, negara anggota diharuskan untuk menyediakan
atau kombinasi dari kedua faktor tersebut, legal means atau cara-cara atau upaya hukum
memberikan ciri dan kualitas tertentu pada untuk melindungi IG dalam hukum nasional
barang yang dihasilkan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
1
Nomor 5 Tahun 2007 tentang IG diterbitkan oleh F. Scott Kieff and Ralph Nack, 2008, International, United
States and European Intellectual Property Selected Source
Material 2007-2008, Aspen Publisher, USA, p. 56
4
mereka.2 Tiap-tiap negara mengatur IG berbeda- II. METODE PENELITIAN
beda yakni ada yang mengatur IG ini tidak Penelitian ini menggunakan metode penelitian
terpisah dengan Merek dan ada negara yang hukum normative dengan pendekatan : the Statue
mengatur tersendiri antara merek dan Indikasi Approach, the Conceptual Approach, the
Gegrafis itu sendiri. Hal ini disebabkan oleh Comparative Approach dan the Analytical
kebebasan yang diberikan oleh TRIPs yang Approach.
memberikan kepada setiap anggotanya untuk Analisis bahan hukum dilakukan dengan
memilih cara-cara atau upaya hukum sesuai deskriptif analisis.
kondisi dari masing-masing negara anggota III. HASIL DAN PEMBAHASAN
DVDONDQ PHPHQXKL ³3ULQVLS 6WDQGDU 0LQLPXP´ Keikutsertaan Indonesia dalam kesepakatan-
\DQJ GLWHQWXNDQ 75,3V µ.HNDEXUDQ QRUPD¶ \DQJ kesepakatan Internasional, seperti AFTA (ASEAN Free
ada pada Perjanjian TRIPs ini membuat upaya- Trade Area), APEC (Asia Pacific Economic Cooperation)
upaya yang dilakukan oleh negara±negara serta WTO (World Trade Organization) telah membawa
anggota berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Indonesia ke pergaulan perekonomian yang lebih tinggi
Untuk mengetahui pengaturan IG di tiap-tiap lagi di tinggkat internasional. Hal ini secara langsung
negara, apakah di negara-negara maju sudah menunjukkan perekonomian kita yang terbuka dan
mengatur IG sebagaimana yang diharuskan oleh membuka peluang-peluang serta tantangan yang lebih
Perjanjian TRIPs ? Jika telah diatur, apakah besar bagi para industriawan kita. Persaingan sudah
terdapat keseragaman pengaturannya ? barang tentu tidak dapat dihindarkan. Sehingga dituntut
Pengaturan berbeda antara satu negara dengan usaha keras dan kreatifitas para pengusaha pada
negara lainnya merupakan potensi sengketa antar khususnya serta masyarakat Indonesia pada umumnya.
negara-negara anggota TRIPs. Ke depannya produk-produk kita harus semakin

2. Rumusan Masalah berkualitas dan mempunyai nilai tambah yang tinggi, yang

Berdasarkan uraian latar belakang setara dengan produk-produk internasional. Hal ini

masalah diatas, dapat dirumuskan permasalahan menurut Christophe Bellmann dan Graham Dutfield,

sebagai berikut : banyak tantangan yang harus dihadapi bagi negara-negara

Bagaimanakah pengaturan Indikasi Geografis berkembang untuk melakukan desisgning dan

berkaitan dengan penghentian pemakaian merek mengimplementasikan kebijakan HKI dalam tingakt

terdaftar yang berhubungan dengan Indikasi nasional dan Internasional.3

Geografis suatu wilayah negara anggota TRIPs


Agreement ? 3
Christophe Bellmann , Graham Dutfield & Melendez-Ortiz, 2003,
Trading in Knowledge : Development Perspectives on
2
Miranda Risang Ayu, 2006, Memperbincangkan Hak TRIPS, Trade and Sustainability, International Centre for
Kekayaan Intelektual Indikasi Geografis, Alumni Trade and Sustainable Development (ICTSD), Earthscan,
Bandung, h.33 London, h. 1
5
Persaingan dalam perekonomian dalam dunia Undang-Undang menganjurkan pendaftaran,
internasional ini menuntut Indonesia untuk secara terus karena pendaftaran perlu dilakukan untuk
menerus meningkatkan usahanya dalam menghasilkan memudahkan pembuktian / kepastian hukum.
produk-produk yang berdaya saing tinggi baik dari segi Sertifikat pendaftaran bukan menjadi bukti
kualitas maupun teknologi. Dalam hal tersebut, kepemilikan yang sah tentang adanya HKI jika
pemerintah Indonesia telah banyak menunjukkan dapat dibuktikan sebaliknya.
kemampuannya dalam mendukung persaingan ini. Salah Sedangkan Hak atas Kekayaan Industrial
satunya adalah pemerintah telah serius membantu para (Industrial Property Rights) perlindungan
pengusaha dan masyarakat dalam pengembangan hak KXNXPQ\D GLVHEXW GHQJDQ ³first to file system´ atau
kekayaan intelektual. Hak kekayaan intelektual ini Sistem Konstitutif, artinya pendaftar yang lebih
merupakan suatu hal yang sangat penting disadari dahulu diberikan perlindungan hukum atau sistem
keberadaannya dalam meningkatkan kualitas dan daya pendaftaran ini didasarkan pada pendaftaran
saing kita di dunia perdagangan internasional. Indonesia pertama. Di Indonesia, merek merupakan
perlu mengelola hak kekayaan intelektualnya secara Industrial Property Rights didalam undang-
modern dan mampu beraing mengungguli anggota- undangnya mengatur IG.
anggota ASEAN lainnya. Sangat diharapkan HKI akan Istilah IG atau Geographical Indications telah
mampu menjadi salah satu lokomotif yang banyak digunakan dalam beberapa kali negosiasi
menggerakkan perekonomian bangsa Indonesia. antar negara-negara peserta WTO, sehingga pada
akhirnya disepakati dimasukkan dalam persetujuan
Indonesia telah mengundangkan beberapa TRIPs. Sebelum perjanjian TRIPs berhasil
perundang-undangan terkait Hak Kekayaan disepakati, istilah yang digunakan untuk IG ada
Intelektual, sebagai konsekuensi atas beberapa macam. 4 Asal geografis dari barang-
keikutsertaan Indonesia pada persetujuan TRIPs, barang (geographical origin of goods) berdasarkan
mulai dari Perlindungan Varietas Tanaman, sampai doktrin passing-off diterapkan di negara-negara
dengan Hak Cipta. common law. Di Amerika Serikat dan Inggris, asal
Perlindungan Copyrights di satu sisi diberikan geografis (geographical origin) dilindungi oleh
secara langsung tanpa harus memenuhi syarat merek kolektif (collective marks) dan certification
apapun (Automatic Protection atau automatically marks. Sedangkan di negara-negara Civil Law,
protection system). Menurut Berne Convention istilah yang digunakan adalah the appellation of
perlindungan Copy Right tidak wajib untuk origin. Geographical indications dimasukkan di
didaftar, sudah secara otomatis mendapat dalam peresetujuan TRIPs diperuntukkan sebagai
perlindungan begitu karya diwujudkan dalam
4
karya nyata / expression work. Dalam hak cipta Tomi Suryo Utomo, 2010,Hak Kekayaan Intelektual (HKI)
di Era Global Sebuah Kajian Kontemporer,Graha
tidak diwajibkan untuk didaftar, akan tetapi Ilmu,Yogyakarta, h.219
6
solusi atas berbagai hambatan dan kesulitan yang dapat digunakan untuk menunjukkan asal suatu
barang, baik yang berupa hasil pertanian, bahan
dialami dalam melindungi nama-nama produk
pangan, hasil kerajinan tangan, atau barang
(barang) dengan nama tempat dan atau istilah. lainnya, termasuk bahan mentah dan/atau hasil
olahan, baik yang berasal dari hasil pertanian
Di Indonesia perlindungan terhadap IG diatur maupun yang berasal dari hasil tambang.´
dalam Undang-undang No. 15 Tahun 2001
IG ini digunakan dalam hubungannya terhadap:
tentang Merek. Dalam pasal 56 (1) diatur
a) adanya kekhususan suatu barang (produk
pengertian IG, yaitu :
barang) dari daerah tertentu,
³,QGLNDVL JHRJUDILV GLOLQGXQJL VHEDJDL VXDWX
b) adanya suatu kualitas, reputasi dan karakteristik
tanda yang menunjukkan daerah asal suatu
barang,
barang, yang karena faktor lingkungan geografis
c) adanya kondisi geografis dan kondisi
termasuk faktor alam, faktor manusia, atau
(keterampilan) masyarakat
kombinasi dari kedua faktor tersebut, memberikan
tempat/wilayah/daerah asal barang.
ciri dan kualitas tertentu pada barang yang
Berdasarkan pengertian tersebut diatas IG jelas
GLKDVLONDQ ´
tidak sama dengan merek, meskipun diatur di
Pengertian IG tersebut diatas mengacu kepada
dalam undang-undang yang sama yaitu UU Nomor
pengertian IG yang tercantum dalam persetujuan
5 Tahun 2001. Dalam Pasal 1 Undang-undang
TRIPs Article 22 (1). Menurut Tomi Suryo
tentang Merek menyebutkan :
8WRPR EDKZD NDWD ³,QGLNDVL´ WLGDNODK KDUXV
³0HUHN DGDODK VXDWX WDQGD EHUXSD Jambar,
merujuk suatu tempat saja, akan tetapi juga nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan
mencakup nama produk yang diasosiasikan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur
tersebut yang memiliki daya pembeda dan
dengan sebuah tempat.5 Pengertian IG juga diatur digunakan dalam perdagangan barang dan
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun MDVD ´

2007 tentang Indikasi Geografis. Peraturan Secara independen IG diatur dalam TRIPs Part
Pemerintah ini lahir untuk melaksanakan II Section 3, terdiri dari 3 Article (pasal) yaitu
ketentuan Pasal 56 ayat (9) Undang-Undang Article 22 (4 ayat), Article 23 (4 ayat) dan Article
Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek. Di dalam 24 (9 ayat). Dalam Article 22 (1) TRIPs,
penjelasannya menjelaskan pengertian dari IG menyebutkan pengertian IG sebagai berikut :
sebagai berikut : ³« LQGLFDWLRQV ZKLFK LGHQWLI\ D JRRG DV
originating in the territory of a Member, or a
³Indikasi-geografis merupakan suatu tanda region or locality in that territory, where a
yang tanpa disadari sudah lama ada dan secara given quality, reputation or other
tidak langsung dapat menunjukkan adanya characteristic of the good is essentially
kekhususan pada suatu barang yang dihasilkan DWWULEXWDEOH WR LWV JHRJUDSKLFDO RULJLQ ´
dari daerah tertentu. Tanda dimaksud selanjutnya

5
Ibid. h.219
7
Berdasarkan persetujuan ini IG adalah indikasi dan sekaligus berupaya diakuinya IG sebagai
yang menandakan bahwa suatu barang berasal dari salah satu rezim HKI, termasuk pemberian
suatu wilayah negara anggota. Kualitas dan perlindungan yang istimewa terhadap produk
reputasi serta karakter khusus lain dari barang wines dan spirits.7
tersebut sangat ditentukan atau berkaitan dengan Perjanjian TRIPs memberikan perlindungan
asal geografis atau faktor geografisnya. terhadap IG dalam dua tingkat, yakni :
Sebagai rezim HKI, IG banyak memproteksi I. Didasarkan kepada Article 22 (2) butir a dan b
Perjanjian TRIPs, yang mewajibkan negara-
produk-produk pertanian. Misalnya Kopi Arabika
negara anggota untuk mencegah penggunaan
Kintamani dari daerah Kontamani Bali, minuman Indikasi Geografis yang salah dan berpotensi
menyesatkan masyarakat.
anggur Champagne dari daerah Champagne di
II. Didasarkan kepada Article 23 (1),(2),(3) dan
Perancis, anggur merah Coonawarra dai daerah (4) Perjanjian TRIPs yang bertajuk
perlindungan tambahan bagi Indikasi
Coonawarra di Australia Selatan. Secara sekilas 8
Geografis.
produk IG tergantung kepada tanah. 6 Namun
demikian yang dilindungi bukan saja yang Pada tingkatan yang pertama, dikenal juga
berhubungan dengan tanah, tetapi dapat juga dalam Perjanjian TRIPs pengaturan tentang
aspek-aspek yang berhubungan dengan yang persaingan tidak sehat. Sedangkan pada
berasal dari unsur alam bukan tanah. Faktor perlindungan tingkat kedua, melarang dengan
lingkungan alam dapat juga dipandang sebagai sangat pemakaian IG, produk-produk selain yang
suatu kesatuan alamiah yang dapat juga mencakup dihasilkan oleh si pemegang hak. Meskipun
faktor manusia yang tidak terpisahkan dengan dilakukan dengan cara yang jujur dan
lingkungannya. Seperti yang tercantum dalam menyebutkan asal dari produk tersebut, dengan
hukum merek di Indonesia. Dalam TRIPs tidak ada penyisipan kata-NDWD ³JD\D´ ³EHQWXN¶ ´WLSH´
secara spesifik menyebutkan hal ini, sehingga dan sebagainya. Dalam hal ini konsumen dan
aspek lingkungan dapat ditafsirkan secara luas. produsen juga mendapatkan perlindungan.
Perjalanan sejarah telah menunjukkan bahwa Produsen akan terhindarkan dari adanya pihak
pengakuan rezim IG ini memberikan implikasi lain yang mendompleng reputasinya demi
terhadap perbedaan sarana system perlindungan keuntungan pribadi pendompleng sendiri.
hukum diantara negara anggota WTO. Mereka Pada negara-negara berkembang terdapat
berpegang teguh pada perlindungan secara adanya kecenderungan untuk mengatur secara
tersendiri terhadap suatu karakteristik tidak tersendiri dari perlindungan IG. Beberapa
barang/produk yang dimiliki oleh suatu
7
daerah/wilayah melalui pengaturan tersendiri IG, Djulaeka, 2012,Negative Protection System
dalam Perlindungan Indikasi Geografis, Makalah
Seminar HKI, UNPAD,Bandung, h. 1
6 8
Miranda Risang Ayu, Op.Cit.,h. 31 Miranda Risang Ayu, Op.Cit.,h. 32
8
negara justru mengatur perlindungannya dalam which misleads the public as to the
geographical origin of the good;
suatu perlindungan kolektif dan bahkan ada yang
b. Any use which constitutes an act of unfair
menggabungkan dalam perlindungan passing off. competition within the meaning of Article
10bis of the Paris Convention (1967).
Pengaturan terkait IG sangat beragam di
berbagai negara. Amerika Serikat mengatur Dari ketentuan ini beberapa negara anggota
dalam UU Merek, Peraturan ATF & Hukum WTO memberikan suatu implementasi yang
Kebiasaan; Uni Eropa berdasarkan Peraturan berbeda satu dengan yang lain. Mereka terikat
Komunitas Eropa (EEC No.2081/92); Australia dengan Perjanjian TRIPs tersebut, akan tetapi
mengatur melalui The Wine dan Brandy tidak dengan tegas disebutkan bentuk
Australia Act 1980 (AWBC), Trade Practice Act perlindungannya. Seiring dengan hal tersebut
1995, UU Merek 1995; India dalam The Act of %HUQDUG 2¶&RQQRU PHQJHPXNDNan, ³ 7KH 75,3V
Geographical Indications of Goods (Registration Agreement does not specify the legal means to
& Protection)No. 48 Year 1999, Singapura : protect geographical indications. It is left to
Geographical Indications Act 44 of 1998, Trade individual WTO members of determine the most
Marks Act (Cap. 332, 2005 Rev. Ed.), Indonesia: DSSURSULDWH PHWKRG 7KLV SURYLVLRQ FRQVWLWXWHV ³
UU Merek,Vietnam : Intellectual Property Law D QHJDWLYH ULJKW´ RU ULJKW WR SUHYHQW UDWKHU WKDQ
(Law No. 50-2005-QH11), Latvia: Law on ³D SRVLWLYH ULJKW´ VXFK DV D ULJKW WR DXWKRUL]H
Trademarks and Indications of Geographical XVH ´9
Origin 8 February2007,Ghana : Trade Marks IG dalam TRIPs mewajibkan agar negara-
Act, 2004 (Act 664) - Geographical Indications negara anggota mennyediakan legal means atau
Act2003 (Act 659) --Act on Protection against cara-cara hukum dalam memberikan perlindungan
Unfair Competition No. 589 of 2000. terhadap IG. Dengan demikian terdapat adanya
peluang dari negara-negara anggota untuk
Perjanjian TRIPs tidak mengatur secara jelas mengatur perlindungan IG dalam hukum nasional
mengenai pengaturan system pendaftaran dalam yang dianggap sesuai dengan situasi dan kondisi
perlindungan IG. Ketentuan TRIPs Article 22 dari negara-negara anggota tersebut.
ayat (2) menyatakan bahwa : Secara tegas dalam ketentuan TRIPs tersebut
In respect of geographical indications, diatas, bahwa TRIPs menganut Sistem
members shall provide the legal means for
Perlindungan Negatif (Negative Protection
interested parties to prevent.
a. The use of any means in the designation System). Beberapa menganut system ini dengan
or presentation of good that indicates or
tidak melakukan pendaftaran terhadap
suggests that the good in question
originates in a geographical area other perlindungan IG. Hal ini dianut oleh negara-
than the true place of origin in a manner
9
%HUQDUG 2¶&RQQRU,2007,The Law of Geographical
Indications,Cameron May,London,h.55
9
negara seperti Latvia, Vietnam, Singapura dan system. Susana Perez Ferreras 13 mengemukakan
India. Indonesia sendiri mewajibkan adanya EDKZD ³TRIPs is free chice, so community chice
pendaftaran terlebih dahulu atas Indikasi for the protection of GIs is : A registration system
Geogrsfis bagi pihak-pihak yang berkepentingan of GIs (beyond TRIPs and in the Community
di daerah. territory); A positiveprotection (not a negative
Dengan kata lain, negara-negara anggota one as TRIPs which is provide the legal means to
TRIPs ada yang mengatur perlindungan IG the right holders before Courts); Enforcement:
secara passive atau negative atau non right holders and/or administrative authorities ;
registration protection system. 10 Seiring dengan «´
berjalannya waktu, definisi dan perlindungan Indonesia berdasarkan pasal 56 ayat (2) UU
terhadap IG mengalami perkembangan. Beberapa Merek menganut system pendaftaran positive
negara memakai perlindungan dengan mengacu protection system, yang mensyaratkan IG terlebih
The WIPO Model Law 11 Tidak adanya suatu dahulu didaftarkan, dalam hal ini dilakukan
kewajiban kepada pihak-pihak yang secara kolektif atau kelembagaan, bukan
berkepentingan untuk melakukukan pendaftaran perseorangan. Artinya kepemilikannyapun
barang yang berpotensi IG. Perlindungan juga bersifat kolektif-komunal.
dapat diberikan secara otomatis atau passive Dalam sistem HKI yang positif atau aktif atau
protection dengan tanpa adanya pendaftaran. positive/registration protection system, pihak-
Seperti halnya di Singapura tidak mensyaratkan pihak yang berkepentingan akan menikmati
adanya pendaftaran atas IG. The 1998 perlindungan hukum jika pihak-pihak teresbut
12
Geographical Indications Act memberikan telah mengajukan pendaftaran terhadap IG.
perlindungan kepada pemilik IG secara otomatis Sedangkan sebaliknya, dalam passive atau
seperti halnya perlindungan kepada hak cipta negative atau non registration protection system
atau copyrights. pihak-pihak (interested party) tidak perlu
Bagi negara-negara yang melakukan melakukan pendaftaran, karena secara otomatis
pendaftaran terlebih dahulu atau mensyaratkan IG mendapat perlindungan.
adanya system pendaftaran (stelsel konstitutif) Dalam perjanjian TRIPs yang dapat dilindungi
disebut menganut positive/registration protection µJRRGV DWDX JRRG¶ DNDQ WHWDSL XQWXN µservice¶
para drafter dari TRIPs tidak mencantumkannya.

10
Secara umum diatur pemakaian IG tidak terbatas
Banyak ahli mengatakan system perlindungan ini disebut
µ6XL *HQHULV 3URWHFWLRQ RI *HRJUDSKLFDO ,QGLFDWLRQV¶
11 13
Model Law for developing countries on Appellation of Susana Perez Ferreras, 2003, Geographical Indications
Origin and Geographical Indications,1975, and Tademarks:Harmony of Conflict, Makalah dalam
PJ/91/2,Januari 1975,WIPO Publicaion Geneva. WIPO Seminar on The Protection of Trademarks and
12
Geographical Indications Act,1998, N Geographical Indications,17-19 Maret 2003, Beirut-
44,http://clea.wipo.int. Republic of Lebanon, h. 6
10
pada produk-produk yang berhubungan dengan dan memiliki itikad baik harus dilakukan
hasil pertanian saja. Akan tetapi meluas pada penghentian dalam dua tahun semenjak IG tersebut
produk industri dan kerajinan tangan seperti mendapat perlindungan.
halnya di India, The Czech Republic,Thailand, Sedangkan kubu kedua, memandang bahwa
Rusia dan Turki. 14 Sebagai contoh nama-nama merek dan IG semuanya sama-sama kuat atau
produk-produk industri yang didaftar keduanya dapat eksis. Menurut Frank Z. Hellwig,
µKanchipuram Silks dan Kolhapuri Chappal di hal ini terkait dengan prinsip ³first in time, first in
India, Thai Silk di Thailand dan Erzincan Copper right´ \DQJ PHQJDFX SDGD SULQVLS ³priority and
Handicrafts di Turki. exclusivity´ 16, dengan kata lain apakah merek atau
Dari 167 negara WTO yang melindungi IG IG yang lebih dahulu, maka yang tanda yang
sebagai bentuk kekayaan intelektual, 111 negara terdahulu yang paling berhak. Dua prinsip ini
termasuk 27 negara Uni Eropa memiliki sistem sangat dikenal dikalangan hukum merek.
17
hukum tertentu. Ada 56 negara yang Dari sisi lain Burkhart Goebel Lovells
menggunakan sistem merek. negara-negara ini berpendapat dalam situasi konflik seperti ini, INTA
memanfaatkan tanda sertifikasi, merek kolektif (International Trademark Association) memilih A
atau merek dagang untuk melindungi IG.15 Madrid Type System yang mengedepankan prinsip-
Secara garis besar terdapat dua kubu yang prinsip territoriality, priority and exclusivity. Lebih
berpendapat terkait dengan eksistensi IG dan lanjut Burkhart mengemukakan bahwa ³Through
Merek itu sendiri. facilitating GI protection through a legally binding
Kubu pertama, menyatakan bahwa IG yang PHFKDQLVP D µ0DGULG-W\SH V\VWHP¶ ZRXOG HQVXUH
mempunyai perlindungan lebih atas merek. that trademark owners and users of prior generic
Artinya IG lebih diutamakan daripada merek. terms can enforce their legal positions through the
Meskipun merek tersebut telah terdaftar lebih national court and 372 V\VWHPV ´
dahulu namun setelah muncul IG terdaftar yang TRIPs Agreement memberikan suatu upaya bagi
sama dengan merek, maka keberadaan IG terdaftar pemakai IG yang tanda IG terebut dipakai atau
ini mengancam keberadaan merek. Merek yang sama/mirip dengan merek terdaftar (terdahulu),
telah terdaftar lebih dahulu bahkan masih dipakai yaitu dengan mengajukan pembatalan atau
14
Article 1 (c), of the Geographical Indications of Goods penghentian pemakaian atas tanda IG tersebut pada
Act, 1999, N48,Th Gazette of India,Extraordinary Part II,
December 20,1999,N 61, http;/clea.wipo.int.
15 16
Dev S. Gangjee ,2011, Demerara Sugar: A Bitter Pill to Frank Z. Hellwig,2003, The Prior Trademark Right Takes
Swallow?, Intellectual Property Journal, 24 IPJ-CAN 1, h. Precedence over the Later GI, Jurnal INTA 125 th Anniversary
5, www.westlaw.com diakses 20 April 2013, lihat juga Special Report of Geographical Indications, h.4, www.inta.org
17
D. Giovannucci, T. Josling, W. Kerr, B. O'Connor and M. Burkhart Goebel Lovells,2003,Positions on GI:
Yeung, 2009,Guide to Geographical Indications: Linking Territoriality, Priority and Exclusivity, Jurnal INTA 125 th
Products and their Origins,International Trade Centre, Anniversary Special Report of Geographical Indications, h. 3,
Geneva,h. 14 www.inta.org diakses 8 Mei 2013

11
merek terdaftar. Hal ini telah diatur dalam Lebih rinci ketentuan tersebut menyebutkan,
perjanjian TRIPs Article 22 (3), bahwa : bahwa :
^A Member shall, ex officio if its legislation so ³:KHUH D WUDGHPDUN KDV EHHQ DSSOLHG IRU RU
permits or at the request of an interested registered in good faith, or where rights to a
party,refuse or invalidate the registration of a trademark have been acquired through use
in good faith either:
trademark which contains or consists of a
(a) before the date of application of these
geographical indication with respect to goods not provisions in that Member as defined in
originating in the territory indicated, if use of the Part VI; or
indication in the trademark for such goods in that (b) before the geographical indication is
Member is of such a nature as to mislead the protected in its country of origin;
SXEOLF DV WR WKH WUXH SODFH RI RULJLQ ´18 measures adopted to implement this Section
shall not prejudice eligibility for or the
validity of the registration of a trademark,
Merek yang telah didaftar harus dibatalkan or the right to use a trademark, on the basis
atau dihentikan pemakaiannya, apabila merek that such a trademark is identical with, or
VLPLODU WR D JHRJUDSKLFDO LQGLFDWLRQ ´
tersebut mengandung tanda IG, dan terbukti
bahwa merek tersebut bukan berasal dari daerah Dalam hal ini TRIPs mempunyai standar

pendaftar. Pemakaian tanda pada merek terdaftar yang tidak jelas apabila dibandingkan dengan

seperti ini akan menyebabkan terjadinya Article sebelumnya dalam TRIPs yakni Article 22

kebingungan terhadap konsumen atau (3) yang jelas-jelas mengatur bahwa IG lebih

masyarakat. diutamakan daripada merek.


Indonesia setelah enam tahun memiliki
Prinsip ³first in time, first in right´ \DQJ pengaturan IG dalam Undang-undang Merek,
menghargai pihak yang pertama mendapatkan sebagai bentuk pelaksanaan tentang tata cara
hak, dianut pula dalam TRIPs Agreement yaitu pendaftaran IG dikeluarkan PP No. 57 tahun 2007
Article 24 (5) yang mengakui Merek terdaftar tentang IG.
dengan itikad baik yang persis atau sama dengan Dalam Pasal 56 ayat (8) dalam Undang-undang
Indikasi Geografsi keberadaannya tidak terancam Merek, telah diatur tentang pemakaian tanda IG,
19
oleh IG yang dilindungi di negara asalnya. bahwa apabila sebelum atau pada saat dimohonkan
pendaftaran sebagai indikasi-geografis, suatu tanda
18
Article D\DW 3HUMDQMLDQ 75,3V ³6HWLDS SLKDN \DQJ
dipakai dengan itikad baik oleh pihak lain yang
mendaftarkan suatu merek harus membatalkan merek
barang yang telah didaftarkannya apabila merek tersebut tidak berhak mendaftar menurut ketentuan
mengandung Indikasi Geeografis dan terbukti tersebut
EXNDQ EHUDVDO GDUL GDHUDK VL SHQGDIWDU´ sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pihak yang
19
Article 24 ayat (5) Perjanjian TRIPs, menyatakan
EDKZDVDQ\D ³-LND VXDWX PHUHN WHODK GLSDNDL GDQ beriktikad baik tersebut tetap dapat menggunakan
didaftarkan dengan niat baik, atau jika sekumpulan hak
yang terkait dengan suatu merek telah diperoleh melalui tanda tersebut untuk jangka waktu 2 (dua) tahun
SHPDNDLDQ GHQJDQ QLDW EDLN« 6HEHOXP VXDWX ,QGLNDVL
FGeografis dilindungi di Negara asalnya, langkah-langkah
yang diambil untuk melaksanakan perlindungan ini tidak
boleh mengancam keberadaan atau keabsahan merek dengan alasan bahwa merek tersebut sama persis atau mirip
terdaftar atau hak untuk memakai merek terdaftar itu, GHQJDQ ,QGLNDVL *HRJUDILV WHUNDLW´
12
terhitung sejak tanda tersebut terdaftar sebagai Jadi jika pemakai tanda IG dengan itikad baik
indikasi-geografis. oleh pihak lain, pemakai yang beritikad baik
Dalam ayat (1) Pasal 27 PP No. 51 Tahun tersebut masih dapat menggunakan 2 (dua) tahun
2007 menyebutkan bahwa jika saat IG tersebut sejak didaftarkannya IG tersebut. Namun di dalam
didaftar telah ada tanda yang sama dengan IG PP tentang IG, diatur mengenai pemakaian IG ini
terdaftar dipakai oleh pihak lain yang tidak dalam 2 (dua) ayat. Bab X Pasal 27 PP No.5/2007,
berhak, maka pemakaian atas tanda tersebut harus seperti 2 ayat yang disebutkan diatas, yakni pada
dihentikan pemakaiannya setelah 2 (dua) tahun ayat (1) menyebutkan hal yang sama dengan pasal
sejak tanda dimaksud terdaftar sebagai IG. 56 ayat (8) UU Merek. Dalam ayat (2)
menyebutkan perlindungan terhadap pemegang
Selanjutnya dalam ayat (2) Pasal 27 PP merek terdahulu, meskipun si pemakai tidak berhak
tersebut menyebutkan bahwa jika tanda tersebut dalam penggunaan IG tersebut, akan tetapi dengan
telah didaftar sebagai merek sebelumnya, masih adanya :
tetap dimungkinkan pemakaian atas tanda IG 1. suatu itikad baik
tersebut pemakaian tanda sebagai merek dengan 2. menyatakan kebenaran mengenai tempat asal
itikad baik oleh pihak lain yang tidak berhak barang; dan
menggunakan Indikasi-geografis dengan syarat 3. menjamin bahwa pemakaian merek dimaksud
pemakai merek tersebut menyatakan kebenaran tidak akan menyesatkan IG terdaftar;
mengenai tempat asal barang dan menjamin maka masih tetap dimungkinkan pemakaian atas
bahwa pemakaian merek dimaksud tidak akan tanda IG tersebut.
menyesatkan Indikasi-geografis terdaftar.
Tampaknya kehadiran PP ini yang
Tentang pemakaian tanda IG ini, dalam menambahkan satu ayat tentang pemakaian IG
Undang-undang Merek hanya diatur satu ayat pada pihak lain yang tidak berhak, memberikan
yaitu pada ayat (8) Pasal 56 yang hanya suatu eksistensi bagi pemakai merek terdahulu
menyangkut hal pemakaian tanda sebelum atau yang mempunyai itikad baik dan syarat-syarat lain.
pada saat pemohon yang berhak memohonkan Artinya tidak ada penghentian terhadap pemakaian
pendaftaran sebagai indikasi-geografis,suatu tanda IG seperti yang diatur pada ayat (1) Pasal 27
tanda dipakai dengan itikad baik oleh pihak lain PP No. 51 / 2007 tersebut. Jadi IG terdaftar dan
yang tidak berhak mendaftar, pihak yang beritikad Merek terdaftar (pemakai tanda IG) untuk barang
baik tersebut tetap dapat menggunakan tanda sejenis atau yang sama, mempunyai kedudukan
tersebut untuk jangka waktu 2 (dua) tahun yang sama atau sama- sama eksis.
terhitung sejak tanda tersebut terdaftar sebagai
Kehadiran dari tambahan satu ayat dari Pasal
indikasi-geografis.
27 PP No. 51 / 2007 justru melemahkan tingkat
13
perlindungan bagi IG di Indonesia. TRIPs juga IG tersebut maka oleh pengusaha atau siapa saja
menganut hal sama tentang tumpang tindih ini, yang memanfaatkan hal ini akan mendaftarkan
\DLWX 75,3V MXJD SHQJDQXW SULQVLS ³yang paling merek dari Garam Amed Karangasem ini. Dengan
dulu, yang paling berhak´ tujuan agar nanti suatu saat oleh pihak berwenang
IG ini didaftarkan, merek dengan tanda yang sama
Hal ini akan menjadi titik lemah dari
telah terdaftar terlebih dahulu diakui
perlindungan IG Indonesia. Sampai saat ini hanya
keberadaaannya bersama-sama dengan IG terdaftar.
terhitung belasan IG Indonesia terdaftar di Ditjen
Australia melalui undang-undang merek 1995
HKI. Padahal masih banyak sekali kekayaan
(Cth) memberikan perlindungannya terhadap IG
Indonesia yang mempunyai potensi IG yang
khususnya melalui pasal 41 ayat (6). Dalam
belum didaftarkan. Semuanya itu merupakan
undang-undang ini diatur kemungkinan
sumber yang dapat meningkatkan perekonomian
diperluasnya perlindungan merek hingga bisa
Indonesia di masa mendatang.
mencakup IG. Dalam IG ini dipersyaratkan
Dengan perlindungan yang semacam ini akan
memiliki ³DQ DGDSWDWLRQ WR GLVWLQJXLVK DFTXLUHG
membuat pihak-pihak yang tidak berhak untuk
WURXJK XVH´. Jika IG ini telah mempunyai daya
memakai tanda IG tersebut dan mendaftarkannya
adaptasi dalam pemakaiannya sehingga memiliki
dengan perlindungan merek, selanjutnya
daya pembeda, barulah IG ini diberikan
menyatakan kebenaran asal barang dan tidak ada
perlindungan oleh Australia. Dengan kata lain,
penyesatan tentang IG. Persyaratan terakhir ini
bahwa IG diberikan perlindungan oleh pihak
sangat mudah dilakukan oleh pihak-pihak yang
Australia apabila sudah dikenal oleh masyarakat
mencari keuntungan dari pengaturan ini.
Australia secara umum dan telah eksis di
Dari hal diatas, para pihak yang mengetahui Australia. Tidak cukup produk tersebut sudah
potensi barang atau produk tertentu akan terkenal di negara asal atau di negara-negara di
berpotensi didaftarkan IG, mereka akan memakai luar Australia.
kesempatan waktu yang ada untuk mendaftarkan Terhadap produk yang telah terdaftar dalam
barang atau produk yang potensial tersebut untuk perlindungan IG di Indonesia (misalnya), dan
mendaftarkannya sebagai merek sebelum tanda IG telah menjadi terkenal di Indonesia dan negara
tersebut didaftarkan oleh pemakai yang berhak. tetangga Singapura dan Malaysia, tidak bisa
Sebaliknya kesempatan mereka tidak akan pernah serta merta bisa didaftarkan di Australia.
ada jika mendaftarkan tanda IG tersebut setelah Produk ini harus eksis terlebih dahulu dan
didaftarkan sebagai IG terdaftar. dikenal oleh masyarakat Australia. Apabila

Misalnya, potensi IG PHQJHQDL ³*DUDP $PHG terdapat merek terdaftar di Australia yang
Karangasem-Bali´ NDUena saat ini belum terdaftar memakai tanda Indikasi Geeografis yang ada

14
Indonesia, tidak bisa produk Indonesia yang Corp.,47 US PQ2d 1875 (TTAB 1998).20 Apabila
mendapat perlindungan IG yang sama dengan produk IG Indonesia masuk pasar Amerika
merek tersebut untuk serta merta Serikat dan belum terdaftar di Amerika serikat,
menghentikan pemakaiannya. Jika kasus maka hukum di Amerika Serikat memberikan
seperti ini terjadi maka tentunya harus lewat perlindungan apabila dapat membuktikan
negosiasi atau merujuk kepada Article-Article reputasi dan asal produk tersebut di pengadilan.
TRIPs yaitu Article 22 ayat (3) dan Article 25 India mengatur perlindungan IG dalam
ayat (5). Undang-undang yang disebut The Act of
Amerika Serikat melalui undang-undang Geographical Indications of Goods (Registration
merek memberikan perlindungan bagi IG & Protection)No. 48 Year 1999 atau dikenal juga
dibawah rezim Sertifikat Merek. Pasal 1 (a) sebagai The Act of Geographical Indications of
dalam undang-undang ini mensyaratkan untuk Goods (Registration & Protection) 2002 GSR 176
menerangkan secara spesifik dalam sertifikat (E). Di dalam pasal 26 ayat (1) undang-undang
tentang kondisi-kondisi yang dijamin dan tersebut mengatur koeksistensi IG dan merek.
adanya kontrol yang diakui atas produk tersebut, Merek yang telah terlebih dahulu didaftar yang
serta adanya persyaratan hubungan atau kaitan mempunyai tanda IG yang sama sebelum IG
antara produk dengan tempat asal produk. terdaftar oleh undang-undang ini merek yang telah
Karena adanya suatu perlindungan hukum dalam didaftar (eksis) dan dengan niat baik ini dianggap
hukum kebiasaan Amerika Serikat yaitu hukum valid. Meskipun tanda yang digunakan persis
kebiasaan Anglo Saxon Amerika Serikat, yang sama (identik) antara merek dan IG.
memungkinkan Indikasi yang belum didaftarkan Barang-barang IG yang berasal dari luar
atau belum memiliki Sertifikat Merek mendapat negeri India bukan angggota perjanjian TRIPs,
perlindungan di Amerika Serikat. Produk yang diakui sebagai Indikasi Sumber. Jika barang
mengandung indikasi dan tidak terdaftar, berasal dari negara anggota akan diperlakukan
asalkan dalam proses pengadilan bisa dibuktikan sama dengan barang dari dalam negerinya.
bahwa produk tersebut memiliki reputasi di
IV. SIMPULAN & SARAN
Amerika Serikat, maka perlindungan bisa
diberikan atas produk yang bersangkutan. Dari pembahasan sebelumnya dapat

Sebagai contoh kasus terhadap hal tersebut dikemukakan simpulan dan saran sebagai berikut:

adalah brendi Cognac dari Perancis mendapat


perlindungan berdasarkan Keputusan Institute
National Des Appellations v Brown-Forman
20
USA (July 12,2002) APEC-Mexico Representation, dalam
Miranda Risang Ayu, Op.Cit., h.89
15
1. Simpulan Christophe Bellmann , Graham Dutfield & Melendez-
Ortiz, 2003, Trading in Knowledge :
Pengaturan IG berkaitan dengan penghentian Development Perspectives on TRIPS, Trade
and Sustainability, International Centre for
pemakaian merek terdaftar yang berhubungan
Trade and Sustainable Development (ICTSD),
dengan IG dalam TRIPs Agremeent Section 3 Earthscan, London,
tentang Geographical Indications Article 22 ayat
F. Scott Kieff and Ralph Nack, 2008,
(3) tentang pembatalan terhadap tanda yang sama International, United States and European
Intellectual Property Selected Source Material
dengan IG dan Article 24 ayat (5) mengatur
2007-2008, Aspen Publisher, USA
merek terdaftar dengan itikad baik masih tetap
Miranda Risang Ayu, 2006, Memperbincangkan
eksis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tiap-
Hak Kekayaan Intelektual Indikasi Geografis,
tiap negara anggota WTO mengaturnya berbeda Alumni, Bandung
satu dengan yang lainnya. PenggunaanIG dalam
Suyud Margono,2003, Hukum & Perlindungan
Merek terdaftar yang sama atau identik, Hak Cipta, Novindo Pustaka Mandiri, Jakarta
Singapura mengatur secara khusus dalam
Tomi Suryo Utomo, 2010,Hak Kekayaan
Geographical Indications Act 44 of 1998. Intelektual (HKI) di Era Global Sebuah
Kajian Kontemporer,Graha Ilmu,Yogyakarta
Meskipun Indonesia tidak mengatur secara
tersendiri, namun lebih secara rinci agar UU
Susana Perez Ferreras, 2003, Geographical
Merek pasal 56 ayat (8) PP No. 51 Tahun 2007,
Indications and Tademarks:Harmony of
pasal 27 ayat (1) dan (2) mengatur penghentian Conflict, Makalah dalam WIPO Seminar on
The Protection of Trademarks and
penggunaan tanda agar dihentikan dalam 2 tahun
Geographical Indications,17-19 Maret 2003,
setelah IG terdaftar. Beirut-Republic of Lebanon

2. Saran D. Giovannucci, T. Josling, W. Kerr, B. O'Connor


Diharapkan ke depannya Indonesia mengatur IG and M. Yeung, 2009,Guide to Geographical
Indications: Linking Products and their
secara tersendiri agarlebih melindungi dan Origins,International Trade Centre, Geneva
bermanfaat sebanyak-banyaknya bagi
masyarakat Indonesia. Pengaturan IG Singapura JURNAL
kiranya dapat dijadikan model.
Dev S. Gangjee ,2011, Demerara Sugar: A Bitter
Pill to Swallow?, Intellectual Property Journal,
DAFTAR BACAAN 24 IPJ-CAN 1www.westlaw.com diakses 20
April 2013
BUKU Model Law for developing countries on
Appellation of Origin and Geographical
%HUQDUG 2¶&RQQRU The Law of Indications,1975, PJ/91/2,Januari 1975,WIPO
Geographical Indications,Cameron Publicaion Geneva, www.westlaw.com
May,London diakses 20 April 2013

16
INTERNET

Article 1 (c), of the Geographical Indications of


Goods Act, 1999, N48,Th Gazette of
India,Extraordinary Part II, December
20,1999,N 61, http://clea.wipo.int.
Frank Z. Hellwig,2003, The Prior Trademark Right
Takes Precedence over the Later GI, Jurnal INTA
125 th Anniversary Special Report of
Geographical Indications www.inta.org

Burkhart Goebel Lovells,2003,Positions on GI:


Territoriality, Priority and Exclusivity, Jurnal
INTA 125 th Anniversary Special Report of
Geographical Indication

Geographical Indications Act,1998,N 44,


http://clea.wipo.int diakses 20 Mei 2013

17
18

You might also like