You are on page 1of 16

PELINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK EKONOMI

PEMILIK HAK TERKAIT DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 28


TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA

LEGAL PROTECTION FOR THE OF ECONOMIC RIGHTS OF THE RELATED


RIGHTS’ OWNER IN LAW NUMBER 28 OF 2014 ON COPYRIGHT

Monika Suhayati
Peneliti Muda Bidang Hukum pada Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi (P3DI)
Sekretariat Jenderal DPR RI, Email: monika.suhayati@dpr.go.id
Naskah diterima: 13 Agustus 2014
Naskah direvisi: 2 Oktober 2014
Naskah diterbitkan: 24 November 2014

Abstract
Copyright work of Indonesian people protected by Law Number 28 year 2014 governing Copyright (Copyright
Law). The Copyright Law is governing copyright and related rights. A related right is an exclusive right for
performers, phonogram producers, or broadcasters. In the implementation of the previous law which is Law
Number 19 year 2002 governing Copyrights, there are problems in accordance with related right’s owner, i.e. the
owner of the related rights do not get the economic benefits or income in accordance with their rights as provided by
law. The cause, among others, is the users of the related rights product are reluctant to pay royalties because it was
billed by some collective management organizations. This problem will be studied using the progressive law theory
of Satjipto Rahardjo, among others, states that the law is an institution that aims to deliver the man to a fair life,
prosperous, and make people happy. In the discussion section this study gives analyses on the moral and economic
rights of related rights owner is set up more fully in the Copyrigths Law than under the previous law. The Copyright
Law is also already accommodating the international regulations regarding the exclusive rights of the owner of the
related rights. In this case, the Copyright Law has become a progressive law, especially for the owner of the related
rights. As a suggestion, in order to effective the law, the protection that has been given in the Copyright Law must be
followed by law enforcement consistently by law enforcement officials in accordance with the provisions of the law.
Key words: copyright law, related rights, performers, phonogram producers, broadcasters

Abstrak
Indonesia memberikan pelindungan terhadap karya cipta melalui pembentukan Undang-Undang Nomor
28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (UU Hak Cipta). UU Hak Cipta mengatur mengenai hak cipta dan
hak terkait. Hak terkait merupakan hak eksklusif bagi pelaku pertunjukan, produser fonogram, atau
lembaga penyiaran. Dalam pelaksanaan undang-undang sebelumnya yaitu Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2002 terdapat permasalahan berkaitan dengan pemilik hak terkait dimana pemilik hak terkait tidak
mendapatkan manfaat ekonomi atau pendapatan sesuai dengan hak yang dimiliki sebagaimana diatur
dalam undang-undang. Penyebabnya antara lain pengguna produk hak terkait enggan membayarkan
royalti karena merasa ditagih oleh beberapa lembaga manajemen kolektif. Permasalahan ini akan dikaji
menggunakan teori hukum progresif Satjipto Rahardjo yang antara lain menyatakan hukum adalah suatu
institusi yang bertujuan mengantarkan manusia kepada kehidupan yang adil, sejahtera, dan membuat
manusia bahagia. Dalam bagian pembahasan diberikan analisa pengaturan hak moral dan hak ekonomi
pemilik hak terkait yang telah diatur lebih lengkap dalam UU Hak Cipta dibandingkan dalam undang-
undang sebelumnya. UU Hak Cipta juga telah mengakomodasi ketentuan internasional mengenai
hak eksklusif pemilik hak terkait. Dalam hal ini, UU Hak Cipta telah menjadi hukum yang progresif,
khususnya bagi pemilik hak terkait. Sebagai saran disampaikan untuk mengefektifkan pelaksanaan UU
Hak Cipta maka pelindungan yang telah diberikan dalam UU Hak Cipta harus diikuti dengan penegakan
hukum secara konsisten oleh aparat penegak hukum sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang.
Kata kunci: undang-undang hak cipta, hak terkait, pelaku pertunjukan, produser rekaman, lembaga
penyiaran
MONIKA SUHAYATI: Perlindungan Hukum terhadap Hak Ekonomi... 207
I. PENDAHULUAN per tahun. Nominal ini ternyata lebih tinggi dari
A. Latar Belakang rata-rata produktivitas nasional, yang mencapai
Indonesia merupakan negara yang kaya kurang dari Rp18 juta.4
akan kekayaan intelektual. Pelindungan atas Indonesia telah memberikan pelindungan
kekayaan intelektual diberikan dalam bentuk terhadap karya bangsa Indonesia yang
Hak atas Kekayaan Intelektual (HKI). HKI dilindungi oleh hak cipta melalui pembentukan
dapat diartikan sebagai hak atas kepemilikan undang-undang yang mengatur mengenai
terhadap karya-karya yang timbul atau lahir hak cipta. Pada 16 September 2014, Dewan
karena adanya kemampuan intelektualitas Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-
manusia dalam bidang ilmu pengetahuan RI) mengesahkan Undang-Undang Nomor
dan teknologi. Karya tersebut merupakan 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (UU Hak
kebendaan tidak berwujud yang merupakan Cipta) yang merupakan penggantian dari
hasil kemampuan intelektualitas seseorang atau Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002
manusia dalam bidang ilmu pengetahuan dan tentang Hak Cipta. UU Hak Cipta merupakan
teknologi melalui daya cipta, rasa, karsa, dan usul Pemerintah yang terdapat dalam Program
karyanya, yang memiliki nilai moral, praktis, Legislasi Nasional DPR-RI Tahun 2009-2014.
dan ekonomis.1 Karya intelektual, baik di bidang UU Hak Cipta mengatur mengenai hak
ilmu pengetahuan, seni, sastra, atau teknologi, cipta dan hak terkait. Hak cipta berdasarkan UU
dilahirkan dengan pengorbanan tenaga, waktu, Hak Cipta merupakan hak eksklusif pencipta
dan biaya. Pengorbanan tersebut menjadikan yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip
karya yang dihasilkan menjadi memiliki nilai. deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam
Apabila ditambah dengan manfaat ekonomi yang bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan
dapat dinikmati, nilai ekonomi yang melekat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
menumbuhkan konsep properti terhadap karya undangan (Pasal 1 angka 1 UU Hak Cipta).
intelektual. Bagi dunia usaha, karya intelektual Sedangkan hak terkait merupakan hak eksklusif
dikatakan sebagai aset perusahaan.2 bagi pelaku pertunjukan, produser fonogram,
Hak cipta merupakan salah satu bagian dari atau lembaga penyiaran (Pasal 1 angka 5 UU Hak
kekayaan intelektual yang memiliki ruang lingkup Cipta). Berdasarkan pengertian hak terkait tersebut
objek dilindungi paling luas, karena mencakup maka yang merupakan pemilik hak terkait adalah
ilmu pengetahuan, seni, dan sastra (art and pelaku pertunjukan, produser fonogram (lebih
literary) yang di dalamnya mencakup pula program dikenal sebagai produser rekaman), dan lembaga
komputer.3 Hak cipta mempunyai peranan strategis penyiaran. Ketiga subjek tersebut adakalanya
dalam mendukung pembangunan bangsa dan bukan pencipta, namun mereka memiliki andil
memajukan kesejahteraan umum sebagaimana besar dalam mendistribusikan sarana hiburan yang
diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang dapat dinikmati dan digunakan oleh masyarakat.
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Hak terkait lahir dari adanya hak cipta induk,
Studi Departemen Perdagangan pada tahun misalnya liputan pertandingan sepakbola atau
2007 menyebutkan bahwa pada periode 2002- pertandingan tinju atau live show artis penyanyi
2005, industri kreatif mampu menyerap tenaga adalah hak cipta sinematografi, tetapi untuk
kerja rata-rata sebesar 5,4 juta pekerja, dengan penyiarannya di televisi yakni berupa hak siaran
produktivitas mencapai Rp19,5 juta per pekerja adalah hak terkait.5
1
Rachmadi Usman, Hukum Hak atas Kekayaan Intelektual: 4
Yasmi Adriansyah, Mencari Tempat Terhormat Indonesia,
Perlindungan dan Dimensi Hukumnya di Indonesia, Bandung: Mozaik Pemikiran, Bandung: PT. Alumni Bandung, 2010,
Penerbit PT Alumni, 2003, hal. 2. hal. 86-87 dalam Bernard Nainggolan, Pemberdayaan
2
Bernard Nainggolan, Pemberdayaan Hukum Hak Cipta Hukum Hak Cipta dan Lembaga Manajemen Kolektif,
dan Lembaga Manajemen Kolektif, Bandung: Penerbit PT Bandung: Penerbit PT Alumni Bandung, 2011, hal. 3.
Alumni Bandung, 2011, hal. 151. 5
H. OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual
3
Penjelasan Umum UU No. 28 Tahun 2014 tentang Hak (Intellectual Property Rights), Jakarta: PT RajaGrafindo
Cipta. Persada, 2013, hal. 14.

208 NEGARA HUKUM: Vol. 5, No. 2, November 2014


Secara internasional, hak terkait disebut mengakui potensi Indonesia sangat besar untuk
sebagai related rights atau neighboring right. mengembangkan produk berbasis hak cipta,
Ketentuan pelindungan hak terkait secara khususnya di bidang lagu atau musik, jauh lebih
internasional telah dituangkan dalam berbagai besar dari negara yang industri lagu atau musiknya
konvensi internasional antara lain Rome sudah maju, seperti Jepang, Korea Selatan, dan
Convention for the Protection of Performers, beberapa negara Eropa. Saat ini perkembangan
Producers of Phonograms and Broadcasting seni lagu atau musik di Indonesia sangat pesat
Organisations 1961, Convention for the Protection seiring dengan perkembangan media elektronik.
of Producers of Phonograms Against Unauthorized Grup musik Indonesia yang didominasi kaum
Duplication of Their Phonograms 1971, WIPO muda atau remaja beserta lagu atau musik yang
Performances and Phonogram Treaty 1996 dibawakannya ternyata tidak hanya diminati di
(WPPT). Indonesia meratifikasi WPPT pada dalam negeri, melainkan juga di negara tetangga
tahun 2004 dengan Keputusan Presiden Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam.6
Nomor 74 Tahun 2004. Selain itu, Indonesia Perkembangan ini seharusnya memberikan
telah menjadi anggota dalam Agreement on pendapatan yang tinggi bagi para pencipta
Trade-Related Aspects of Intellectual Property lagu atau musik serta pemilik hak terkait yang
Rights (TRIPs) melalui ratifikasi World Trade memiliki hak ekonomi dalam bentuk royalti atas
Organization Agreement dengan Undang- setiap pemutaran atau pementasan ciptaan lagu
Undang Nomor 7 Tahun 1994. atau musik beserta produk hak terkaitnya.
UU Hak Cipta mengatur lebih lanjut hak Hal ini berkaitan dengan pemungutan
terkait merupakan hak eksklusif yang meliputi royalti yang dilakukan oleh lembaga manajemen
hak moral pelaku pertunjukan, hak ekonomi kolektif (LMK) berdasarkan kuasa dari pencipta
pelaku pertunjukan, hak ekonomi produser atau pemilik hak terkait. Sebelum berlakunya
fonogram, dan hak ekonomi lembaga penyiaran UU Hak Cipta, jumlah LMK di Indonesia sudah
(Pasal 20 UU Hak Cipta). Pengaturan mengenai cukup banyak. Untuk bidang musik antara lain
hak moral pelaku pertunjukan dalam Pasal 21 terdapat KCI (Karya Cipta Indonesia), RMI
dan Pasal 22 UU Hak Cipta, sedangkan hak (Royalti Musik Indonesia), WAMI (Wahana
ekonomi pelaku pertunjukan diatur dalam Musik Indonesia), ASIRI (Asosiasi Industri
Pasal 23 UU Hak Cipta. Hak ekonomi produser Rekaman Indonesia), ASPRINDO (Asosiasi
fonogram diatur dalam Pasal 24 UU Hak Cipta Produser Rekaman Indonesia), dan PRISINDO
dan hak ekonomi lembaga penyiaran diatur (Performers’ Rights Society of Indonesia). Menurut
dalam Pasal 25 UU Hak Cipta. Dalam rangka Djanuar Ishak, Sekretaris PRISINDO, jumlah
pelaksanaan hak ekonomi dapat dilakukan LMK memang semakin bertambah dari waktu ke
sendiri atau dilisensikan kepada pihak lain agar waktu. Djanuar bahkan mengakui keberadaan
membawa manfaat ekonomi bagi pemilik hak LMK menjadi rancu karena user dipungut
terkait dengan dituangkan secara tertulis dalam royalti oleh beberapa LMK sekaligus.7 Pengguna
perjanjian lisensi. ciptaan atau produk hak terkait menjadi enggan
membayarkan royalti karena merasa ditagih
B. Rumusan Masalah oleh beberapa LMK. Hal ini mengakibatkan
Dalam prakteknya, pelaksanaan undang- rendahnya pendapatan pencipta lagu atau
undang hak cipta sebelumnya yaitu UU musik beserta pemilik hak terkait dari royalti
No. 19 Tahun 2002 menimbulkan berbagai yang seharusnya menjadi haknya.
permasalahan, antara lain hasil ekonomi atau
pendapatan yang dapat diraih para pencipta 6
Bernard Nainggolan, Pemberdayaan Hukum Hak Cipta,
hal. 11-13.
lagu atau musik dan pemilik hak terkait di 7
Pro Kontra Eksistensi Lembaga Manajemen Kolektif, http://
Indonesia sangat rendah dibandingkan dengan www.hukumonline.com/berita/baca/lt517fd780019e8/
beberapa negara lain. Padahal banyak pihak pro-kontra-eksistensi-lembaga-manajemen-kolektif,
diakses tanggal 3 Oktober 2014.

MONIKA SUHAYATI: Perlindungan Hukum terhadap Hak Ekonomi... 209


Berkurangnya pendapatan pencipta atau LMK dan RBT belum terdapat pengaturannya
pemilik hak terkait juga diakibatkan maraknya dengan jelas.13
pelanggaran hak cipta seperti pembajakan. Sebagai suatu solusi atas permasalahan
Indonesia, sampai dewasa ini masih termasuk dalam praktek pelaksanaan UU No. 19 Tahun
negara yang pelanggaran HKI, termasuk hak 2002 tersebut, UU Hak Cipta telah memberikan
cipta, sangat tinggi. Menurut laporan tahunan pelindungan terhadap pemilik hak terkait. Dalam
Special 301 yang dikeluarkan oleh Kantor tulisan ini penulis hendak memberikan deskripsi
Perwakilan Perdagangan Amerika Serikat bentuk pelindungan hukum yang diberikan
(United States Trade Representatives-UTSR), UU Hak Cipta terhadap pemilik hak terkait
Indonesia sebelum tahun 2000 merupakan tersebut. Oleh karena itu yang menjadi pokok
satu-satunya negara di ASEAN yang masih permasalahan dalam tulisan ini adalah bagaimana
masuk kategori priority watch list. Priority watch UU Hak Cipta memberikan pelindungan hukum
list artinya pelanggaran atas HAKI masuk terhadap hak ekonomi pemilik hak terkait.
kategori yang berat sehingga Amerika Serikat Berdasarkan pokok permasalahan tersebut
melakukan prioritas pengawasan dengan mitra maka yang menjadi tujuan penulisan adalah
dagangnya.8 Pada tahun 2007 hingga 2008, memberikan gambaran pelindungan hukum yang
Indonesia sempat dalam kategori watch list9. diberikan UU Hak Cipta terhadap hak ekonomi
Watch list artinya negara yang masuk kategori pemilik hak terkait.
ini cukup diawasi karena tingkat pelanggaran
HAKI dianggap masih belum terlalu berat.10 II. KERANGKA PEMIKIRAN
Pada tahun 2009, Indonesia kembali diturunkan A. Hak Cipta
dan masuk kategori priority watch list11 hingga Hak cipta merupakan salah satu dari Hak
tahun 2014.12 Kekayaan Intelektual (HKI) atau Intellectual
Permasalahan lainnya yaitu terdapat Property Rights yaitu hak yang timbul sebagai
celah hukum dan ketentuan yang belum hasil olah pikir yang menghasilkan suatu produk
diatur dalam UU No. 19 Tahun 2002. Sebagai atau proses yang berguna untuk manusia.14
contoh, ketentuan mengenai penggunaan lagu Pada intinya HKI adalah hak untuk menikmati
atau musik untuk nada sambung pribadi atau secara ekonomis hasil dari suatu kreativitas
ring back tone (RBT). Menurut Hendra Tanu intelektual. Objek yang diatur dalam HKI
Admadja, akademisi Universitas 17 Agustus, adalah karya yang timbul atau lahir karena
Jakarta, dengan berkembangnya teknologi dan kemampuan intelektual manusia. Secara garis
zaman seharusnya undang-undang hak cipta besar HKI dibagi dalam 2 (dua) bagian, yaitu
bisa lebih mengakomodasi dan memahami hal hak cipta (copyright) dan hak kekayaan industri
tersebut, tetapi kenyataannya masalah seperti (industrial property rights), yang mencakup
paten (patent), desain industri (industrial
8
Sophar Maru Hutagalung, Hak Cipta Kedudukan &
Peranannya dalam Pembangunan, Jakarta: Sinar Grafika, design), merek (trademark), penanggulangan
2012, hal. 7. praktik persaingan curang (repression of unfair
9
UTSR, 2007 Special 301 Report, http://www.keionline. competition), desain tata letak sirkuit terpadu
org/sites/default/files/ustr_special301_2007.pdf, diakses
(layout design of integrated circuit), dan rahasia
tanggal 15 Oktober 2014.
10
Sophar Maru Hutagalung, Hak Cipta Kedudukan & dagang (trade secret).15
Peranannya, hal. 7. 13

Bernard Nainggolan, Pemberdayaan Hukum Hak Cipta,
11
UTSR, 2009 Special 301 Report, http://www.ustr.gov/sites/
hal. 12.
default/files/Full%20Version%20of%20the%202009%20 14
Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual
SPECIAL%20301%20REPORT.pdf, diakses tanggal 15
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Buku
Oktober 2014.
Panduan Hak Kekayaan Intelektual, http://e-tutorial.dgip.
12
UTSR, 2014 Special 301 Report, http://www.ustr.gov/sites/
go.id/wp-content/uploads/brosur/panduan-2013.pdf,
default/files/USTR%202014%20Special%20301%20
diakses tanggal 2 Oktober 2014.
Report%20to%20Congress%20FINAL.pdf, diakses tanggal 15
Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Kementerian
15 Oktober 2014.
Hukum dan Hak Asasi Manusia, Buku Panduan.

210 NEGARA HUKUM: Vol. 5, No. 2, November 2014


Pelindungan terhadap hak cipta di j. karya seni batik atau seni motif lain;
Indonesia dimulai pada 1 November 1912 k. karya fotografi;
pada saat Belanda yang menjajah Indonesia l. potret;
memberlakukan keikutsertaannya dalam Berne m. karya sinematografi;
Convention for the Protection of Literary and n. terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai,
Artistic Works 1886 (Konvensi Bern tentang basis data, adaptasi, aransemen, modifikasi
Pelindungan Karya Seni dan Sastra-Konvensi dan karya lain dari hasil transformasi;
Bern) berdasarkan asas konkordansi di o. terjemahan, adaptasi, aransemen,
Indonesia. Dengan perkataan lain, Indonesia transformasi, atau modifikasi ekspresi
semenjak tahun 1912 telah mempunyai budaya tradisional;
Undang-Undang Hak Cipta (Auteurswet) p. kompilasi ciptaan atau data, baik dalam
berdasarkan Undang-Undang Belanda tanggal format yang dapat dibaca dengan program
29 Juni 1911 (Staatsblad Belanda Nomor 1912) komputer maupun media lainnya;
yang memberikan wewenang kepada Ratu q. kompilasi ekspresi budaya tradisional
Belanda untuk memberlakukan Konvensi Bern selama kompilasi tersebut merupakan karya
berikut revisi yang dilakukan pada 13 November yang asli;
1908 di Berlin, bagi Negara Belanda sendiri dan r. permainan video; dan
negara jajahannya.16 s. program komputer.
Keaslian suatu karya merupakan suatu hal Pelindungan tersebut termasuk pelindungan
esensial dalam pelindungan hukum melalui terhadap ciptaan yang tidak atau belum dilakukan
hak cipta. Karya tersebut harus benar-benar pengumuman tetapi sudah diwujudkan dalam
merupakan hasil karya orang yang mengakui bentuk nyata yang memungkinkan penggandaan
karya tersebut sebagai ciptaannya.17 Adapun ciptaan tersebut (Pasal 40 ayat (3) UU Hak
ciptaan yang dilindungi UU Hak Cipta diatur Cipta). Pelindungan hak cipta tidak diberikan
dalam Pasal 40 ayat (1) UU Hak Cipta meliputi terhadap ide atau gagasan karena ciptaan harus
ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, telah diekspresikan dalam bentuk nyata di bidang
dan sastra, yang terdiri atas: ilmu pengetahuan, seni, dan sastra.
a. buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang
diterbitkan, dan semua hasil karya tulis B. Hak Terkait
lainnya; Hak terkait secara internasional dikenal
b. ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan sejenis sebagai neighboring rights, rights related to, atau
lainnya; neighboring on copyright. Dalam neighboring
c. alat peraga yang dibuat untuk kepentingan rights, terdapat 3 hak yaitu:
pendidikan dan ilmu pengetahuan; 1) the arts of performing artists in their
d. lagu dan/atau musik dengan atau tanpa performances (hak penampilan artis atas
teks; tampilannya);
e. drama, drama musikal, tari, koreografi, 2) the rights producers of phonograms in their
pewayangan, dan pantomim; phonograms (hak produser rekaman suara
f. karya seni rupa dalam segala bentuk seperti atau fiksasi suara atas karya rekaman suara
lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi, seni tersebut); dan
pahat, patung, atau kolase; 3) the rights of broadcasting organizations in their
g. karya seni terapan; radio and television broadcasts (hak lembaga
h. karya arsitektur; penyiaran atas karya siarannya melalui
i. peta; radio dan television).18
16
Eddy Damian, Hukum Hak Cipta, Bandung: PT. Alumni
Bandung, 2009, hal. 54-56.
17
Endang Purwaningsih, Perkembangan Intellectual Property 18
H. OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual,
Rights, Bogor: Ghalia Indonesia, 2005, hal. 1. hal. 133.

MONIKA SUHAYATI: Perlindungan Hukum terhadap Hak Ekonomi... 211


UU Hak Cipta memberikan pengertian terhadap kelemahan sistem hukum modern yang
hak terkait sebagai hak yang berkaitan dengan sarat dengan birokrasi serta ingin membebaskan
hak cipta yang merupakan hak eksklusif bagi diri dari dominasi suatu tipe hukum liberal.
pelaku pertunjukan, produser fonogram, atau Pandangan teori hukum progresif merupakan
lembaga penyiaran (Pasal 1 angka 5 UU Hak suatu penjelajahan suatu gagasan yang berintikan
Cipta). Pasal 20 UU Hak Cipta kemudian 9 (sembilan) pokok pikiran sebagai berikut:
mengatur hak terkait merupakan hak eksklusif a. Hukum menolak tradisi analytical
yang meliputi hak moral pelaku pertunjukan, jurisprudence atau rechtsdogmatiek dan berbagi
hak ekonomi pelaku pertunjukan, hak ekonomi paham dengan aliran seperti legal realism,
produser fonogram, dan hak ekonomi lembaga freirechtslehre, sociological jurisprudence,
penyiaran. interressenjurisprudenze di Jerman, teori
Secara internasional, hak terkait diatur dalam hukum alam dan critical legal studies.
Rome Convention for the Protection of Performers, b. Hukum menolak pendapat bahwa
Producers of Phonograms and Broadcasting ketertiban (order) hanya bekerja melalui
Organisations 1961. Konvensi ini dibentuk dalam institusi-institusi kenegaraan.
rangka memajukan pelindungan hak cipta di c. Hukum progresif ditujukan untuk melindungi
seluruh dunia, khususnya pelindungan hukum rakyat menuju kepada ideal hukum.
internasional terhadap mereka yang mempunyai d. Hukum menolak status-quo serta tidak
hak yang dikelompokkan sebagai hak terkait ingin menjadikan hukum sebagai teknologi
yang sampai sekarang ini hanya terdiri atas tiga yang tidak bernurani, melainkan institusi
kelompok yang masing-masing mempunyai hak yang bermoral.
tersendiri, yaitu artis pelaku, produser rekaman, e. Hukum adalah suatu institusi yang
dan lembaga penyiaran. Konvensi internasional bertujuan mengantarkan manusia kepada
berikutnya yaitu Convention for the Protection of kehidupan yang adil, sejahtera, dan
Producers of Phonograms against Unauthorized membuat manusia bahagia.
Duplication of Their Phonograms 1971. Konvensi f. Hukum progresif adalah “hukum yang pro
ini menetapkan antara lain suatu kewajiban rakyat” dan “hukum yang pro keadilan”.
setiap negara peserta konvensi untuk melindungi g. Asumsi dasar hukum progresif adalah
produsen rekaman suara yang merupakan bahwa “hukum adalah untuk manusia”,
warga negara dari negara peserta lain konvensi bukan sebaliknya. Berkaitan dengan hal
terhadap pembuatan duplikasi (perbanyakan) tersebut, maka hukum tidak ada untuk
tanpa persetujuan dari produsen.19 Pelindungan dirinya sendiri, melainkan untuk sesuatu
hukum ini merupakan bagian dari pengaturan yang lebih luas dan lebih besar. Maka setiap
umum hak cipta sehingga menjadi suatu hukum kali ada masalah dalam dan dengan hukum,
lex specialis dari ketentuan hukum yang mengatur hukumlah yang ditinjau dan diperbaiki,
hak terkait. bukan manusia yang dipaksakan untuk
Konvensi internasional berikutnya, dimasukkan ke dalam sistem hukum.
WIPO Performances and Phonogram Treaty h. Hukum bukan merupakan suatu institusi
1996 (WPPT). WPPT lahir pada tahun 1996 yang absolut dan final melainkan sangat
dan mulai berlaku 20 Mei 2002. Indonesia bergantung pada bagaimana manusia
meratifikasi WPPT pada tahun 2004 dengan melihat dan menggunakannya. Manusialah
Keputusan Presiden Nomor 74 Tahun 2004. yang merupakan penentu.
i. Hukum selalu berada dalam proses untuk terus
C. Teori Hukum Progresif menjadi (law as a process, law in the making).20
Teori hukum progresif yang dikemukakan 20
Satjipto Rahardjo, Hukum Progresif: Sebuah Sintesa Hukum
oleh Satjipto Rahardjo merupakan koreksi Indonesia, Yogyakarta: Genta Publishing, 2009, hal. 1-6
dalam Romli Atmasasmita, Teori Hukum Integratif,
19
Eddy Damian, Hukum Hak Cipta, hal. 66-71. Yogyakarta: Genta Publishing, 2012, hal. 88-89.

212 NEGARA HUKUM: Vol. 5, No. 2, November 2014


Hukum progresif melihat, mengamati, warga negara dan para pejabatnya wajib dilandasi
dan ingin menemukan cara berhukum yang atas hukum yang berlaku.22
mampu memberi jalan dan panduan bagi Penggantian UU No. 19 Tahun 2002 dengan
kenyataan seperti tersebut diatas. Pengamatan UU Hak Cipta merupakan upaya sungguh-
dan pengalaman terhadap peta perjalanan sungguh dari negara untuk melindungi hak
dan kehidupan hukum yang demikian itu ekonomi dan hak moral pencipta dan pemilik
menghasilkan keyakinan, bahwa hukum itu hak terkait sebagai unsur penting dalam
sebaiknya membiarkan semua mengalir secara pembangunan kreativitas nasional. Teringkarinya
alami saja. Tidak lagi mengalir, berarti kehidupan hak ekonomi dan hak moral dapat mengikis
dan manusia tidak memperoleh pelayanan yang motivasi para pencipta dan pemilik hak terkait
baik dari hukum dikarenakan hukum tidak ada untuk berkreasi. Hilangnya motivasi seperti ini
untuk dirinya sendiri, tetapi untuk manusia. akan berdampak luas pada runtuhnya kreativitas
Hukum progresif adalah cara berhukum yang makro bangsa Indonesia. Bercermin kepada
gelisah untuk membangun diri, sehingga negara-negara maju tampak bahwa pelindungan
berkualitas untuk melayani dan membawa yang memadai terhadap hak cipta telah berhasil
rakyat kepada kesejahteraan dan kebahagiaan. membawa pertumbuhan ekonomi kreatif secara
Ideal tersebut dilakukan dengan aktivitas signifikan dan memberikan kontribusi nyata bagi
yang berkesinambungan antara merobohkan perekonomian dan kesejahteraan rakyat.23
hukum, yang mengganjal dan menghambat Hukum, sebagaimana diungkapkan dalam
perkembangan (to arrest development) untuk teori hukum progresif menurut Satjipto
membangun yang lebih baik.21 Rahardjo, adalah suatu institusi yang bertujuan
mengantarkan manusia kepada kehidupan yang
III. ANALISIS adil, sejahtera, dan membuat manusia bahagia.
1. UU Hak Cipta sebagai Hukum Progresif Demikian pula hendaknya pengaturan dalam
Di bidang ciptaan masih diperlukan UU Hak Cipta harus dapat mengantarkan para
campur tangan negara dengan tujuan untuk pencipta, pemegang hak cipta, dan pemilik hak
menyeimbangkan antara kepentingan pencipta terkait kepada kehidupan yang adil, sejahtera,
dengan kepentingan masyarakat dan juga dan bahagia. UU Hak Cipta harus menjadi
kepentingan negara itu sendiri. Pencipta koreksi terhadap kelemahan sistem hukum
mempunyai hak untuk mengontrol masyarakat pelindungan terhadap pencipta, pemegang hak
dalam mengumumkan atau memperbanyak cipta, dan pemilik hak terkait. UU Hak Cipta
ciptaannya, di lain pihak warga masyarakat harus menjadi hukum yang pro-keadilan, yaitu
dapat menggunakan ciptaan secara resmi hukum yang memberikan keadilan.
dan menghindari peredaran barang bajakan, Apabila dibandingkan dengan pengaturan
sedangkan kepentingan negara yaitu dapat dalam UU No. 19 Tahun 2002, UU Hak Cipta
menjaga kelancaran dan keamanan masyarakat di telah memberikan pelindungan hak yang lebih
bidang ciptaan. Dalam hal ini alat yang digunakan lengkap kepada pemilik hak terkait. UU No.
adalah dengan membentuk undang-undang yang 19 Tahun 2002 hanya mengatur secara singkat
mengatur bidang ciptaan. Undang-undang pada mengenai hak terkait yaitu dalam Pasal 49 UU
hakikatnya merupakan perjanjian antara rakyat No. 19 Tahun 2002, sebagai berikut:
dengan pemerintah sehingga mengikat seluruh 1) Pelaku memiliki hak eksklusif untuk
rakyat maupun pemerintah termasuk para memberikan izin atau melarang pihak
pejabatnya, sehingga siapa pun yang melanggar lain yang tanpa persetujuannya membuat,
undang-undang wajib dilakukan penindakan. Hal memperbanyak, atau menyiarkan rekaman
ini sejalan dengan negara kita yang menganut suara dan/atau gambar pertunjukannya.
paham negara hukum, bahwa semua tingkah laku 22
Gatot Supramono, Hak Cipta dan Aspek-aspek Hukumnya,
hal.3.
21
Satjipto Rahardjo, Penegakan Hukum Progresif, Jakarta: 23
Penjelasan Umum UU Hak Cipta.
Penerbit Buku Kompas, 2010, hal. 69.

MONIKA SUHAYATI: Perlindungan Hukum terhadap Hak Ekonomi... 213


2) Produser Rekaman Suara memiliki e. penyewaan atas fiksasi pertunjukan atau
hak eksklusif untuk memberikan izin salinannya kepada publik; dan
atau melarang pihak lain yang tanpa f. penyediaan atas fiksasi pertunjukan yang
persetujuannya memperbanyak dan/atau dapat diakses publik.26
menyewakan karya rekaman suara atau Pelindungan hak ekonomi pelaku
rekaman bunyi. pertunjukan berlaku selama 50 (lima puluh)
3) Lembaga Penyiaran memiliki hak eksklusif tahun sejak pertunjukannya difiksasi dalam
untuk memberikan izin atau melarang pihak fonogram atau audiovisual (Pasal 63 ayat (1)
lain yang tanpa persetujuannya membuat, UU Hak Cipta).
memperbanyak, dan/atau menyiarkan ulang Ketentuan dalam UU Hak Cipta tersebut
karya siarannya melalui transmisi dengan telah mengakomodasi pengaturan dalam
atau tanpa kabel, atau melalui sistem konvensi internasional sebagaimana terdapat
elektromagnetik lain. dalam Konvensi Roma 1961 dan WPPT. Pasal
2. Pelindungan Hukum Pemilik Hak Terkait 7 Konvensi Roma 1961 antara lain menyatakan
dalam UU Hak Cipta pelaku pertunjukan dilindungi terhadap
UU Hak Cipta telah memberikan pengaturan tindakan tertentu menyangkut penyiaran dan
atas hak ekonomi pemilik hak terkait. Pertama, pertunjukan hidup (live performance) kepada
bagi pelaku pertunjukan. UU Hak Cipta khalayak ramai; fiksasi (misalnya pertunjukan
mengatur pelaku pertunjukan memiliki hak hidup direkam untuk dikomersialkan dengan
moral dan hak ekonomi. Hak moral pelaku pita film atau laser disc) dari mereka yang
pertunjukan merupakan hak yang melekat mengadakan pertunjukan hidup; reproduksi
pada pelaku pertunjukan yang tidak dapat dari suatu fiksasi bila fiksasi yang asli dibuat
dihilangkan atau tidak dapat dihapus dengan tanpa persetujuan artis pelaku atau bila
alasan apapun walaupun hak terkait telah reproduksi yang dibuat berbeda dengan tujuan
dialihkan.24 Hak moral pelaku pertunjukan diberikannya izin.27
meliputi hak untuk: Sedangkan WPPT memberikan tiga hak
a. namanya dicantumkan sebagai pelaku tambahan sebagai extra rights kepada performer
pertunjukan, kecuali disetujui sebaliknya; berupa:
dan a. hak mengontrol perwujudan pertunjukannya
b. tidak dilakukannya distorsi ciptaan, mutilasi yang diperbanyak, diumumkan, disewakan,
ciptaan, modifikasi ciptaan, atau hal- dan juga mengontrol pemasarannya (Pasal
hal yang bersifat merugikan kehormatan 7 sampai dengan Pasal 10 WPPT);
diri atau reputasinya kecuali disetujui b. jika suatu pertunjukan dipertontonkan
sebaliknya.25 secara luas kepada publik (public
Sedangkan hak ekonomi pelaku pertunjukan performance), negara peserta WPPT harus
meliputi hak melaksanakan sendiri, memberikan menjamin performer menerima pembayaran
izin, atau melarang pihak lain untuk melakukan: (Pasal 15 WPPT);
a. penyiaran atau komunikasi atas pertunjukan c. hak moral berupa identitas dan integritas
pelaku pertunjukan; pertunjukan hidup (live performance) para
b. fiksasi dari pertunjukannya yang belum performer atau pertunjukan yang dialihkan
difiksasi; dalam wujud rekaman suara harus dijamin
c. penggandaan atas fiksasi pertunjukannya negara peserta (Pasal 5 WPPT).28
dengan cara atau bentuk apapun;
d. pendistribusian atas fiksasi pertunjukan
26
Pasal 23 ayat (2) UU Hak Cipta.
atau salinannya; 27
Bernard Nainggolan, Pemberdayaan Hukum Hak Cipta,
24
Pasal 21 UU Hak Cipta. hal. 283.
25
Pasal 22 UU Hak Cipta. 28
Eddy Damian, Hukum Hak Cipta, hal. 91-92.

214 NEGARA HUKUM: Vol. 5, No. 2, November 2014


Kedua, produser fonogram atau produser b. Kepada produser rekaman juga diberikan
rekaman. Berdasarkan UU Hak Cipta, hak eksklusif untuk memperoleh
produser fonogram memiliki hak ekonomi. pembayaran (renumeration) penggunaan
Hak ekonomi produser fonogram dalam UU rekaman suaranya melalui telekomunikasi
Hak Cipta meliputi hak melaksanakan sendiri, atau gelombang radio kepada publik (Pasal
memberikan izin, atau melarang pihak lain 15 WPPT).
untuk melakukan: Berikutnya, lembaga penyiaran. Berdasarkan
a. penggandaan atas fonogram dengan cara Pasal 13 Konvensi Roma 1961, lembaga
atau bentuk apapun; penyiaran mempunyai hak untuk memberi izin
b. pendistribusian atas fonogram asli atau atau melarang dilakukan tindakan tertentu
salinannya; misalnya penyiaran ulang siarannya, fiksasi
c. penyewaan kepada publik atas salinan siaran, reproduksi siaran, menyampaikan
fonogram; dan kepada publik siaran televisi penyiar jika siaran
d. penyediaan atas fonogram dengan atau ulang itu ditujukan kepada publik yang dipungut
tanpa kabel yang dapat diakses publik.29 bayaran untuk menyaksikan. Hak ini kemudian
Pelindungan hak ekonomi produser dituangkan dalam UU Hak Cipta menjadi hak
fonogram tersebut berlaku selama 50 (lima ekonomi lembaga penyiaran yang meliputi hak
puluh) tahun sejak fonogramnya difiksasi (Pasal melaksanakan sendiri, memberikan izin, atau
63 ayat (1) UU Hak Cipta). melarang pihak lain untuk melakukan:
Pengaturan hak ekonomi produser a. penyiaran ulang siaran;
fonogram ini telah mengakomodasi Konvensi b. komunikasi siaran;
Roma 1961 dan WPPT. Pasal 10 Konvensi Roma c. fiksasi siaran; dan/atau
1961 menyatakan produser rekaman suara d. penggandaan fiksasi siaran.30
mempunyai hak memberi izin atau melarang Pelindungan hak ekonomi lembaga
reproduksi secara langsung atau tidak langsung penyiaran berlaku selama 20 (dua puluh) tahun
rekaman suara yang dilakukan produser sejak karya siarannya pertama kali disiarkan
rekaman suara. Dalam Konvensi Roma 1961, (Pasal 63 ayat (1) UU Hak Cipta).
rekaman suara didefinisikan sebagai fiksasi Berdasarkan penjelasan di atas, UU Hak
eksklusif dari suara yang dapat didengar dari Cipta memberikan pengaturan hak pemilik
suatu pertunjukan atau dari suara-suara lain terkait yang lebih lengkap dibandingkan UU No.
(Pasal 3 huruf b Konvensi Roma 1961). Bila 19 Tahun 2002. Demikian pula UU Hak Cipta
suatu rekaman suara dipublikasikan dengan telah mengakomodasi ketentuan internasional
tujuan komersial kemudian dapat menimbulkan berkaitan dengan hak eksklusif pemilik hak
pemanfaatan lebih lanjut oleh orang lain, suatu terkait sebagaimana telah diatur baik dalam
ganti rugi yang layak harus dibayarkan oleh Konvensi Roma 1961 maupun Konvensi WPPT.
pemakai kepada artis pelaku atau produser Dalam hal ini UU Hak Cipta telah menjadi
rekaman suara atau kepada kedua-duanya hukum yang progresif dengan menjadi hukum
(Pasal 12 Konvensi Roma 1961). yang memberikan manusia kepada kehidupan
Adapun WPPT memberikan extra rights yang adil, sejahtera, dan membuat manusia
kepada produser rekaman suara sebagai bahagia, khususnya bagi pemilik hak terkait.
pemegang hak terkait berupa: Pelindungan lain yang diberikan UU Hak
a. Selain hak untuk mengontrol perbanyakan, Cipta kepada pemilik hak terkait, yaitu pertama,
juga diberikan kepada produser rekaman pengaturan mengenai pencatatan produk hak
hak eksklusif mengontrol distribusi, terkait. Yang merupakan “pencatatan” dalam
penyewaan dan penggandaan rekaman UU Hak Cipta ini adalah “pendaftaran” dalam
suara (Pasal 11-14 WPPT).
30
Pasal 25 ayat (2) UU Hak Cipta.
29
Pasal 24 ayat (2) UU Hak Cipta.

MONIKA SUHAYATI: Perlindungan Hukum terhadap Hak Ekonomi... 215


UU No. 19 Tahun 2002”. Adapun UU No. ini. Keuntungan yang diperoleh dari pencatatan
19 Tahun 2002 tidak mengatur pendaftaran hak cipta atau hak terkait dimaksudkan untuk
produk hak terkait. Undang-undang ini hanya membantu membuktikan kepemilikan karena
mengatur pendaftaran ciptaan dalam Pasal 35 seringkali muncul kesulitan untuk membuktikan
UU No. 19 Tahun 2002, Direktorat Jenderal kepemilikan di pengadilan. Kemampuan untuk
Hak Kekayaan Intelektual menyelenggarakan membuktikan kepemilikan secara meyakinkan
pendaftaran ciptaan dan dicatat dalam Daftar sangat menentukan dalam kasus hak cipta di
Umum Ciptaan. UU Hak Cipta dalam Pasal 64 Indonesia.31
ayat (1) menyatakan Menteri menyelenggarakan Kedua, UU Hak Cipta mengatur pengguna
pencatatan dan penghapusan ciptaan dan hak terkait yang memanfaatkan hak terkait
produk hak terkait. Dalam hal ini Menteri yang harus membayar royalti kepada pemilik hak
dimaksud adalah Menteri Hukum dan Hak terkait melalui LMK (Pasal 87 ayat (2) UU Hak
Asasi Manusia. Adapun pencatatan ciptaan Cipta). Pengguna hak terkait harus membuat
dan produk hak terkait bukan merupakan syarat perjanjian dengan LMK yang berisi kewajiban
untuk mendapatkan hak cipta dan hak terkait untuk membayar royalti atas hak cipta dan
(Pasal 64 ayat (2) UU Hak Cipta). hak terkait yang digunakan (Pasal 87 ayat
Pencatatan ciptaan maupun produk hak (3) UU Hak Cipta). Adapun tidak dianggap
terkait bukan merupakan suatu keharusan bagi sebagai pelanggaran UU Hak Cipta dalam
pencipta, pemegang hak cipta, atau pemilik hal pemanfaatan produk hak terkait secara
hak terkait. Pelindungan suatu ciptaan dimulai komersial oleh pengguna sepanjang pengguna
sejak ciptaan itu ada atau terwujud dan bukan telah melakukan dan memenuhi kewajiban
karena pencatatan. Hal ini berarti suatu ciptaan sesuai perjanjian dengan LMK.
baik yang tercatat maupun tidak tercatat tetap Menurut Edward W. Ploman dan L. Clark
dilindungi (Penjelasan Pasal 64 ayat (2) UU Hak Hamilton, fungsi suatu lembaga pemungut
Cipta). Adapun pencatatan ciptaan tidak dapat royalti atau LMK atau Collective Management
dilakukan terhadap seni lukis yang berupa logo Organizatin (CMO):32
atau tanda pembeda yang digunakan sebagai Since the individual author is generally in no position
merek dalam perdagangan barang/jasa atau to supervise all the uses made of his work, it seems
digunakan sebagai lambang organisasi, badan agreed that only when authors have combined in a
usaha, atau badan hukum (Pasal 65 UU Hak society for administration of rights and collection
Cipta). of royalties can they effectively obtain the revenues
due to them.
Ciptaan atau produk hak terkait yang
bernilai komersial atau penting sebaiknya Kutipan ini menyatakan pencipta pada
dicatatkan. Bagi pencipta, pemegang hak umumnya tidak mempunyai kapasitas yang
cipta, maupun pemilik hak terkait yang memadai untuk menciptakan uang dari seluruh
telah mencatatkan ciptaan atau produk hak hak yang dimilikinya. Pencipta membutuhkan
terkaitnya, dapat menjadikan surat pencatatan kehadiran lembaga pengadministrasian hak
sebagai alat bukti awal di pengadilan bila di atau pengumpul royalti. Pencipta dan LMK
kemudian hari timbul sengketa mengenai harus bekerja sama agar perwujudan hak
ciptaan atau produk hak terkait tersebut. ekonomi pencipta terlaksana secara efektif.
Simbol hak cipta (©) biasanya digunakan Lembaga ini akan mewakili pencipta lagu untuk
untuk mengidentifikasi pemegang hak cipta dan memberi lisensi kepada pemakai (user) lagu dan
mengingatkan masyarakat bahwa karya tersebut memungut royalti dari mereka.
memperoleh pelindungan hak cipta. Pemegang
31
Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, Editor: Tim
hak cipta dan hak terkait dapat mencantumkan
Lindsey BA, dkk, Bandung: Asian Law Group Pty Ltd
tanda ini pada karya cipta mereka walaupun bekerja sama dengan Penerbit PT Alumni, 2005, hal. 108.
sama sekali tidak ada kewajiban mengenai hal 32
Bernard Nainggolan, Pemberdayaan Hukum Hak Cipta,
hal. 174-175.

216 NEGARA HUKUM: Vol. 5, No. 2, November 2014


Di negara lain, misalnya Malaysia, untuk hak, misalnya, bila memperbanyak sebuah
mewakili para pencipta dalam memberi lisensi rekaman suara, harus meminta izin tidak saja
dan memungut royalti di Malaysia sudah berdiri dari pelaku pertunjukan dan produser fonogram
sebuah LMK, yaitu Music Author’s Copyright (hak terkait), tetapi juga dari pengarang
Protection (MACP) Berhad. MACP berdiri (komposer) dan penulis lirik (hak cipta).34
tahun 1989 berdasarkan Akta Hak Cipta Di Korea Selatan, terdapat 10 (sepuluh)
Malaysia 1987. MACP adalah sebuah organisasi sampai 12 (dua belas) LMK. Pada tahun
bukan-untung (nirlaba) yang memungut dan 2013, jumlah royalti yang dikumpulkan hingga
mendistribusikan royalti hak pencipta untuk mencapai 180 (seratus delapan puluh) miliar
komposer, penulis lirik, dan syarikat penerbit won. Salah satu LMK di Korea Selatan yaitu
musik. MACP mewakili lebih dari 1.800 anggota KOMCA pada tahun 2000 mengumpulkan
dalam negeri dan mengawasi penggunaan royalti berjumlah 27.000 (dua puluh tujuh
25.000 karya musik dalam negeri. MACP ribu) won. Selama 20 (dua puluh) tahun
mendapat dukungan penuh dari Pemerintah jumlahnya meningkat sekitar 70 (tujuh puluh)
Malaysia, ditunjukkan dengan aktivitas MACP kali. Di Korea Selatan, pencipta musik dan film
mengontrol penggunaan musik dan menindak merupakan seseorang yang sangat kaya yang
pihak yang mempertunjukkan musik tanpa pendapatannya 1 (satu) tahun bisa sampai 10
lisensi senantiasa mendapat pendampingan dari (sepuluh) miliar rupiah. Undang-Undang Hak
pihak kepolisian setempat. Selama lebih dari 20 Cipta Korea mendorong pencipta menjadi
tahun perjalanannya, MACP telah melakukan orang kaya. Hak yang berkaitan dengan hak
pengawasan yang efektif terhadap pertunjukan cipta di Korea Selatan mempunyai kedudukan
musik kepada publik dan menegakkan hak yang lebih kuat dibandingkan di negara lain.35
ekonomi pencipta sebagaimana diatur dalam Contoh negara lain, yaitu Singapura.
Akta Hak Cipta Malaysia 1987.33 Negara kecil Singapura ternyata memiliki
Negara lainnya, Korea Selatan. Pelindungan enam LMK, yang satu sama lain saling
hak cipta di Korea Selatan diatur dalam Korean mendukung untuk menggalakkan penegakan
Copyright Act of 1957 yang kemudian diubah hak ekonomi pencipta, khususnya di bidang
menjadi Korean Copyright Act number 9625 of musik dan buku. Salah satunya adalah
2009. Undang-Undang ini bertujuan untuk Composers and Authors Society of Singapore
melindungi hak pencipta dan hak terkait serta Ltd. (COMPASS). COMPASS merupakan
mempromosikan pengunaan yang adil dari LMK tertua dan merupakan lembaga yang
ciptaan dalam rangka memberikan kontribusi lebih spesifik memungut royalti pertunjukan
peningkatan dan pengembangan budaya dan musik. COMPASS bersifat non-profit mewakili
industri terkait. Hak terkait yaitu hak yang komposer dan lirikus untuk mengontrol hak
dilekatkan kepada apa saja yang memainkan mereka di bidang pertunjukan kepada umum,
peranan yang penting dalam penyebaran pengomunikasian sebuah karya kepada publik,
sebuah karya kepada masyarakat luas. Di termasuk penyiaran (broadcasting) karya, melalui
Korea Selatan, hak ini diberikan kepada pelaku program kabel, termasuk penyiaran karya pada
pertunjukan, seperti musisi dan aktor, produser jaringan, dan hak reproduksi dalam musik dan
rekaman suara, lembaga penyiaran, dan lembaga karya sastra yang terkait dengan musik.36
penyiaran melalui kabel. Seperti hak cipta, hak Keberhasilan LMK di negara lain dapat
terkait diakui secara otomatis tanpa prosedur menjadi contoh penyelenggaraan LMK di
tertentu. Hak cipta dan hak terkait dilindungi 34
DPR RI, Laporan Kunjungan Kerja Panitia Khusus
sendiri-sendiri dan karena itu perlu mendapat Rancangan Undang-Undang tentang Hak Cipta Ke Negara
izin terpisah untuk penggunaan masing-masing Korea Selatan, 2014 (tidak diterbitkan).
35
DPR RI, Laporan Kunjungan Kerja.
33
Bernard Nainggolan, Pemberdayaan Hukum Hak Cipta, 36
Bernard Nainggolan, Pemberdayaan Hukum Hak Cipta,
hal. 192-194. hal. 202-205.

MONIKA SUHAYATI: Perlindungan Hukum terhadap Hak Ekonomi... 217


Indonesia. Dalam hal pengumpulan royalti Musik Indonesia), ASIRI (Asosiasi Industri
pertunjukan musik, MACP di Malaysia Rekaman Indonesia), ASPRINDO (Asosiasi
menunjukkan prestasi yang sangat baik dari Produser Rekaman Indonesia), dan PRISINDO
tahun ke tahun. Menurut informasi kalangan (Performers’ Rights Society of Indonesia). Hal ini
LMK dari WAMI, jumlahnya jauh melebihi membingungkan bagi pengguna ciptaan dan
jumlah royalti yang dikumpulkan LMK yang ada produk hak terkait dikarenakan pengguna
di Indonesia. Demikian pula di Korea Selatan, dipungut royalti oleh beberapa LMK sekaligus.
salah satu LMK di Korea Selatan dalam 20 (dua Secara regulasi, UU No. 19 Tahun 2002
puluh) tahun perolehan royalti yang berhasil tidak mengatur mengenai LMK. Dalam hal ini,
dikumpulkan meningkat sekitar 70 (tujuh UU Hak Cipta berusaha menjadi hukum yang
puluh) kali. COMPASS di Singapura berhasil progresif dengan mengkoreksi UU No. 19 Tahun
mengumpulkan royalti pertunjukan musik 2002. UU Hak Cipta memberikan pengaturan
yang cukup besar. Pada tahun 2005, jumlah secara khusus mengenai LMK dalam Bab XII.
royalti yang berhasil dikumpulkan COMPASS Setiap LMK wajib mengajukan permohonan
sebanyak 10,3 juta dollar Singapura, dari izin operasional kepada Menteri Hukum dan
jumlah itu royalti yang didistribusikan sebanyak Hak Asasi Manusia. Izin operasional tersebut
8,6 juta dollar Singapura. Jumlah ini meningkat harus memenuhi syarat:
pesat hingga tahun 2009 royalti yang berhasil a. berbentuk badan hukum Indonesia yang
dikumpulkan sebanyak 15,5 juta dollar Singapura, bersifat nirlaba;
dari yang didistribusikan sebanyak 13,5 juta b. mendapat kuasa dari pencipta, pemegang
dollar Singapura.37 Besarnya jumlah royalti hak cipta, atau pemilik hak terkait
yang berhasil dikumpulkan oleh LMK tentunya untuk menarik, menghimpun, dan
berdampak positif bagi peningkatan pendapatan mendistribusikan royalti;
pencipta lagu dan pemilik hak terkait dan pada c. memiliki pemberi kuasa sebagai anggota
akhirnya akan meningkatkan pendapatan paling sedikit 200 (dua ratus) orang
masyarakat pada umumnya. Hal ini harus pencipta untuk LMK bidang lagu dan/atau
menjadi pembelajaran bagi LMK di Indonesia. musik yang mewakili kepentingan pencipta
Di Indonesia, LMK di bidang ciptaan dan paling sedikit 50 (lima puluh) orang
lagu dan musik yang pertama kali didirikan untuk LMK yang mewakili pemilik hak
yaitu Yayasan Karya Cipta Indonesia pada 12 terkait dan/atau objek hak cipta lainnya;
Juni 1990 oleh para pencipta lagu dan para d. bertujuan untuk menarik, menghimpun,
musisi Indonesia, khususnya yang tergabung dan mendistribusikan royalti; dan
dalam Persatuan Artis Pencipta Lagu dan e. mampu menarik, menghimpun, dan
Penata Musik Rekaman Indonesia (PAPPRI) mendistribusikan royalti kepada pencipta,
dengan didukung oleh para sarjana hukum pemegang hak cipta, atau pemilik hak
yang menaruh perhatian terhadap persoalan terkait.
hak cipta. Pembentukan YKCI berlandaskan LMK yang tidak memiliki izin operasional
kepedulian atas nasib para pencipta serta para dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
musisi Indonesia yang pada saat itu banyak dilarang menarik, menghimpun, dan
dirugikan dengan banyaknya kasus pelanggaran mendistribusikan royalti.39
hak cipta.38 Ketiga, UU Hak Cipta mengatur secara
Dalam perkembangannya semakin banyak khusus LMK Hak Cipta di bidang lagu dan/atau
LMK didirikan, antara lain terdapat RMI musik. Pasal 89 UU Hak Cipta menyatakan
(Royalti Musik Indonesia), WAMI (Wahana untuk pengelolaan royalti hak cipta bidang
37
Bernard Nainggolan, Pemberdayaan Hukum Hak Cipta, lagu dan/atau musik dibentuk 2 (dua) LMK
hal. 212. nasional yang masing-masing merepresentasikan
38
Bernard Nainggolan, Pemberdayaan Hukum Hak Cipta,
hal. 216-217. 39
Diatur dalam Pasal 88 UU Hak Cipta.

218 NEGARA HUKUM: Vol. 5, No. 2, November 2014


keterwakilan kepentingan pencipta dan Keempat, UU Hak Cipta memberikan
kepentingan pemilik hak terkait. Kedua LMK ancaman pidana pelanggaran terhadap hak
tersebut memiliki kewenangan untuk menarik, ekonomi pemilik hak terkait sebagaimana diatur
menghimpun, dan mendistribusikan royalti dalam Pasal 116 hingga Pasal 118 UU Hak
dari pengguna yang bersifat komersial. Dalam Cipta. Pidana yang diancamkan berupa pidana
melakukan penghimpunan royalti dari pengguna denda dan pidana penjara. Secara psikologis
kedua LMK wajib melakukan koordinasi dan diterapkannya penerapan kedua bentuk pidana
menetapkan besaran royalti yang menjadi hak ini adalah untuk memberikan rasa takut yang
masing-masing LMK dimaksud sesuai dengan luar biasa bagi masyarakat untuk melakukan
kelaziman dalam praktik berdasarkan keadilan. pelanggaran hak terkait. Selain itu, kedua
Ketentuan mengenai pedoman penetapan bentuk pidana tersebut untuk memberikan efek
besaran royalti ditetapkan oleh LMK dan jera bagi para pelaku tindak pidana agar tidak lagi
disahkan oleh Menteri.40 mengulangi perbuatannya. Ketentuan pidana
Menurut Bernard Nainggolan, fungsi dari ini diterapkan bagi orang perseorangan ataupun
LMK di bidang lagu atau musik dalam kondisi bagi korporasi yang melakukan pelanggaran
sekarang adalah: hak terkait. Secara khusus, UU Hak Cipta
a. Posisinya adalah mewakili para pencipta memberikan ancaman pidana yang lebih berat
atau pemegang hak dalam melakukan apabila pelanggaran dilakukan dalam bentuk
bargaining atau mengikat kerja sama dengan pembajakan. Pasal 1 angka 23 UU Hak Cipta
para pengguna lagu atau musik (user); memberikan pengertian pembajakan sebagai
b. Kontribusinya adalah membantu pencipta penggandaan hak cipta dan/atau produk hak
lagu atau musik mewujudkan hak terkait secara tidak sah dan pendistribusian
ekonominya dan memastikan supaya setiap barang hasil penggandaan dimaksud secara luas
pengeksplotasian ciptaan lagu atau musik untuk memperoleh keuntungan ekonomi.
oleh pihak lain senantiasa dilandasi lisensi Analisa di atas menunjukkan UU Hak Cipta
pemakaian lagu atau musik. telah memberikan berbagai pengaturan sebagai
Sesuai dengan kontribusinya ini, bentuk pelindungan terhadap hak ekonomi yang
menurut Bernard Nainggolan, LMK memiliki dimiliki oleh pemilik hak terkait. Pengaturan
kewenangan dan tanggung jawab untuk: yang komprehensif ini bertujuan untuk
a. Memberi lisensi penggunaan lagu atau menjadikan UU Hak Cipta sebagai hukum yang
musik kepada user; progresif yang mengantarkan kepada kehidupan
b. Menetapkan tarif royalti penggunaan lagu yang adil, sejahtera, dan bahagia bagi pemilik
atau musik atau membuat kesepakatan hak terkait melalui pemenuhan hak ekonomi
dengan user tentang tarif royalti dan cara pemilik hak terkait. Pelindungan secara regulasi
pembayaran royalti; ini harus diikuti dengan penegakan hukum
c. Memungut royalti dari user; secara konsisten oleh aparat penegak hukum
d. Mendistribusikan royalti kepada para sesuai dengan ketentuan dalam UU Hak Cipta
pencipta lagu yang diwakilinya berdasarkan demi kepentingan pencipta, pemegang hak
sistem yang adil; dan cipta, atau pemilik hak terkait.
e. Mengawasi penggunaan lagu atau musik
oleh masyarakat dan mengambil tindakan IV. PENUTUP
yang diperlukan yang sejalan dengan hukum A. Kesimpulan
manakala terdapat penggunaan lagu atau UU Hak Cipta merupakan upaya dari
musik yang tidak berlandaskan lisensi.41 negara untuk melindungi hak moral dan hak
ekonomi pemilik hak terkait sebagai unsur
40
Diatur dalam Pasal 89 UU Hak Cipta. penting dalam pembangunan kreativitas
41
Bernard Nainggolan, Pemberdayaan Hukum Hak Cipta, nasional. Yang merupakan pemilik hak
hal. 176-177.

MONIKA SUHAYATI: Perlindungan Hukum terhadap Hak Ekonomi... 219


terkait adalah pelaku pertunjukan, produser Cipta maka pelindungan yang telah diberikan
rekaman atau produser fonogram, dan lembaga dalam UU Hak Cipta ini harus diikuti dengan
penyiaran. Pelaku pertunjukan memiliki hak penegakan hukum secara konsisten oleh aparat
moral dan hak ekonomi. Hak moral pelaku penegak hukum sesuai dengan ketentuan dalam
pertunjukan diatur dalam Pasal 21 dan Pasal 22 UU Hak Cipta demi kepentingan pemilik hak
UU Hak Cipta, sedangkan hak ekonomi pelaku terkait khususnya dan masyarakat Indonesia
pertunjukan diatur dalam Pasal 23 UU Hak pada umumnya.
Cipta. Produser rekaman memiliki hak ekonomi
dan pengaturannya terdapat dalam Pasal 24 UU
Hak Cipta. Lembaga penyiaran memiliki hak
ekonomi sebagaimana diatur dalam Pasal 25 DAFTAR PUSTAKA
UU Hak Cipta. Pengaturan hak moral dan hak
ekonomi pemilik hak terkait dalam UU Hak
Cipta lebih lengkap dibandingkan pengaturan
dalam UU No. 19 Tahun 2002. Demikian pula Buku
UU Hak Cipta telah mengakomodasi ketentuan Atmasasmita, Romli. Teori Hukum Integratif.
internasional mengenai hak eksklusif pemilik Yogyakarta: Genta Publishing, 2012.
hak terkait sebagaimana telah diatur dalam Damian, Eddy. Hukum Hak Cipta. Bandung: PT.
Konvensi Roma 1961 dan Konvensi WPPT. Alumni Bandung, 2009.
Dalam hal ini, UU Hak Cipta telah menjadi
hukum yang progresif dengan menjadi hukum Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar.
yang memberikan manusia kepada kehidupan Editor: Tim Lindsey BA, dkk, Bandung:
yang adil, sejahtera, dan membuat manusia Asian Law Group Pty Ltd bekerja sama
bahagia, khususnya bagi pemilik hak terkait. dengan Penerbit PT Alumni, 2005.
Pelindungan lain yang diberikan UU Hak Hutagalung, Sophar Maru. Hak Cipta Kedudukan
Cipta kepada pemilik hak terkait, yaitu pertama, & Peranannya dalam Pembangunan. Jakarta:
pengaturan pencatatan produk hak terkait Sinar Grafika, 2012.
dalam Pasal 64 UU Hak Cipta. Kedua, kewajiban
Nainggolan, Bernard. Pemberdayaan Hukum
pengguna hak cipta dan hak terkait yang
Hak Cipta dan Lembaga Manajemen Kolektif.
memanfaatkan hak cipta dan hak terkait untuk
Bandung: Penerbit PT Alumni Bandung,
membayar royalti kepada pencipta, pemegang
2011.
hak cipta, atau pemilik hak terkait, melalui
LMK sebagaimana diatur dalam Pasal 87 UU Purwaningsih, Endang. Perkembangan Intellectual
Hak Cipta. Ketiga, pengaturan LMK di bidang Property Rights. Bogor: Ghalia Indonesia,
lagu dan/atau musik yang merepresentasikan 2005.
kepentingan pemilik hak terkait pada Pasal 89 Rahardjo, Satjipto. Penegakan Hukum Progresif.
UU Hak Cipta. Keempat, pengaturan ancaman Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2010.
pidana pelanggaran terhadap hak ekonomi
pemilik hak terkait dalam Pasal 116 hingga Saidin, H. OK. Aspek Hukum Hak Kekayaan
Pasal 118 UU Hak Cipta. Intelektual (Intellectual Property Rights).
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013.
B. Saran Supramono, Gatot. Hak Cipta dan Aspek-aspek
Sebagai bentuk pelindungan terhadap Hukumnya. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
pemilik hak terkait, UU Hak Cipta telah
Usman, Rachmadi. Hukum Hak atas Kekayaan
memberikan berbagai pengaturan terhadap
Intelektual: Perlindungan dan Dimensi
hak ekonomi pemilik hak terkait. Dalam
Hukumnya di Indonesia. Bandung: Penerbit
rangka mengefektifkan pelaksanaan UU Hak
PT Alumni, 2003.

220 NEGARA HUKUM: Vol. 5, No. 2, November 2014


Website Peraturan Perundang-undangan
Indonesia, http://www.ustr.gov/sites/default/ Indonesia. Undang-Undang Dasar Negara
files/uploads/reports/2010/NTE/2010_ Republik Indonesia Tahun 1945.
NTE_Indonesia_final.pdf, diakses tanggal Indonesia. Undang-Undang tentang Hak Cipta.
3 Oktober 2014. UU No. 19 Tahun 2002, LN No. 85 Tahun
Pro Kontra Eksistensi Lembaga Manajemen 1999, TLN No. 4220.
Kolektif, http://www.hukumonline.com/ Indonesia. Undang-Undang tentang Hak Cipta.
berita/baca/lt517fd780019e8/pro-kontra- UU No. 28 Tahun 2014, LN No. 266 Tahun
eksistensi-lembaga-manajemen-kolektif, 2014, TLN No. 5599.
diakses tanggal 3 Oktober 2014.
Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Konvensi Internasional
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Rome Convention for the Protection of Performers,
Manusia, Buku Panduan Hak Kekayaan Producers of Phonograms and Broadcasting
Intelektual. http://e-tutorial.dgip.go.id/wp- Organisations, 1961.
content/uploads/brosur/panduan-2013.pdf,
diakses tanggal 2 Oktober 2014. WIPO Performances and Phonogram Treaty, 1996

History of Copyright Law, http://en.wikipedia.


org/wiki/History_of_copyright_law, diakses Laporan
tanggal 3 Oktober 2014. DPR RI, Laporan Kunjungan Kerja Panitia
Khusus Rancangan Undang-Undang Tentang
Sejarah Hak Cipta di Indonesia. http://www. Hak Cipta Ke Negara Korea Selatan, 2014
yrci.or.id/sejarah-hak-cipta-di-indonesia/, (tidak diterbitkan).
diakses tanggal 3 Oktober 2014.

MONIKA SUHAYATI: Perlindungan Hukum terhadap Hak Ekonomi... 221


HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

You might also like