You are on page 1of 13

Vol. 1 No.

1 : 40-52 Wicaksana, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, Juni 2017


ISSN 2597-7555

PLAGIASI HAK CIPTA KARYA SENI RUPA DI BALI

Oleh:
Tjokorda Udiana Nindhia Pemayun
I Made Suwitra
I Made Sepud

Fakultas Hukum Program Studi Magister Ilmu Hukum Universitas Warmadewa


Jalan Terompong No. 24 Tanjung Bungkak Denpasar Bali
E-mail. udianap@yahoo.com.
HP. 0818557519

Abstract

This thesis focuses comprehensively on plagiarism of copy rights of fine arts in Bali as
based on the laws of Republic of Indonesia No 28 Year 2014 on Copy Rights. In this thesis, it
is discussed 2 matters, i.e, first, the implementation and protection of copy rights of fine arts
in Bali and second, the law enforcement of the breach of copy right of fine arts in Bali. Four
legal theories are used : (1) Theory of Legal Certainty, (2) Theory of Legal Protection, (3)
Theory of Legal Fairness (4) Theory of Legal System. The relevance of the four theories are
used as the analysis tools. The findings of this thesis consist of: in the copy right, there are 2
inherent rights which are economical rights and moral rights. Plagiarism cases or plagiarism
towards copy right of fine arts in Bali leads more towards breach of moral rights of the
creators. The law enforcements and legal protection of copy rights emphasizes on the offenders
of the breach of copy rights of fine arts in Bali who produce and distribute rather than
individual users. Plagiarism of creation of fine arts in Bali is not only limited to scientific works
and other copy right objects but also towards patent and Brand rights.

Key words: Plagiarism, Copy Rights, Fine Arts.

Abstrak

Tesis ini difokuskan secara konfrehensif mengenai plagiasi hak cipta karya seni rupa di
Bali menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta.
Dalam tesis ini membahas dua masalah yakni pertama, bagaimanakah pelaksanaan dan
perlindungan hukum hak cipta karya seni rupa di Bali dan kedua, bagaimanakah penegakan
hukum terhadap pelanggaran hak cipta karya seni rupa di Bali. Empat teori hukum
dipergunakan yakni (1) Teori Kepastian Hukum, (2) Teori Perlindungan Hukum, (3) Teori
Keadilan Hukum dan (4) Teori Sistem Hukum. Relevansi empat teori hukum yang digunakan
sebagai pisau analisis. Hasil tesis yakni: dalam Hak Cipta terdapat dua hak yang melekat, yaitu
Hak Ekonomi dan Hak Moral. Kasus plagiat atau plagiasi terhadap hak cipta karya seni rupa
di Bali lebih mengarah kepada pelanggaran terhadap Hak Moral Pencipta. Penegakan hukum
dan perlindungan terhadap Hak Cipta lebih mengutamakan kepada pelaku pelanggaran karya
cipta seni rupa di Bali yang membuat dan yang mendistribusikan ketimbang pengguna
perseorangan. Plagiat terhadap karya cipta seni rupa di Bali tidak hanya terbatas pada karya
ilmiah dan obyek hak cipta lainnya tetapi juga kepada Hak Paten dan Merk.

Kata kunci: Plagiasi, Hak Cipta, Karya Seni Rupa.

40
Vol. 1 No. 1 : 40-52 Wicaksana, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, Juni 2017
ISSN 2597-7555

1. Latar Belakang Republik Indonesia No. 28 Tahun 2014


senantiasa sangat minim adanya komitmen
Tulisan ini difokuskan secara pemerintah dalam membangun sistem hak
konfrehensif mengenai plagiasi hak cipta kekayaan intelektual yang dapat
karya seni rupa di Bali menurut Undang- menguntungkan bangsa Indonesia dan
Undang Republik Indonesia Nomor 28 berangkat dari basis potensi bangsa
Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, untuk Indonesia.3
selanjutnya ditulis UU. RI. No. 28 Tahun Indonesia adalah negara yang
2014 Tentang Hak Cipta. berdasarkan atas hukum (rechtsstaat) dan
Pasca-Indonesia meratifikasi tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka
Persetujuan Pendirian Organisasi (machtsstaat). Ini berarti bahwa sejak
Perdagangan Dunia ( Agreement the kemerdekaan bangsa Indonesia
Establishing Worl Trade Organization) berketetapan untuk memilih bentuk negara
melalui UU No.7 Tahun 1994, maka hukum sebagai pilihan satu-satunya. Akibat
Indonesia terikat dan diwajibkan untuk dari pemilihan tersebut konsekwensi bahwa
mengharmonisasi hukumnya yang terkait semua aspek kehidupan yang berkaitan
dengan persetujuan ini. Salah satu hukum dengan kegiatan penyelenggaraan Negara
yang terkena dampak harmonisasi ini Republik Indonesia harus tunduk dan patuh
adalah hukum yang terkait dalam bidang pada norma-norma hukum, baik yang
hak kekayaan intelektual1. berkaitan dengan aspek politik, ekonomi,
Hak cipta adalah hak eksklusif sosial, budaya, dan lain-lainnya. Hukum
pencipta yang timbul secara otomatis harus menampilkan perannya secara
berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu mendasar sebagai titik sentral dalam
ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata seluruh kehidupan orang-perorangan,
tanpa mengurangi pembatasan sesuai kehidupan bermasyarakat, maupun
dengan ketentuan peraturan perundang- kehidupan berbangsa dan bernegara4
undangan.2 Hak eksklusif dalam tulisan ini Indonesia sebagai negara kepulauan
dimaksudkan adalah hak yang hanya memiliki keanekaragaman seni dan budaya
peruntukannya bagi pencipta, sehingga yang sangat kaya. Kekayaan seni dan
tidak ada pihak lain yang dapat budaya merupakan salah satu sumber karya
memanfaatkan hak tersebut tanpa izin intelektual bangsa Indonesia yang dapat
pencipta. Pemegang hak cipta yang bukan dan perlu dilindungi undang-undang.
pencipta hanya memiliki sebagian dari hak Kekayaan seni dan budaya yang dilindungi
eksklusif berupa hak ekonomi. tersebut seharusnya dapat meningkatkan
Hak cipta sebagai salah satu bagian kesejahteraan tidak hanya bagi para
dalam bidang Hak Kekayaan Intelektual Penciptanya tetapi juga bagi bangsa dan
juga terkena imbas dari harmonisasi hukum negara. Suatu contoh karya seni rupa yang
ini. Dalam praktiknya, harmonisasi hukum dalam hal ini difokuskan pada karya seni
hak cipta yang telah dilakukan hampir tiga patung seniman di Bali. Objek karya seni
kali lebih, dari UU No. 12 Tahun 1997, UU patung di Bali sangat beragam jenis dan
No. 19 Tahun 2002 dan dimana yang bentuknya. Kenyataanya produk yang
terakhir mengharmonisasi Undang-Undang dihasilkan tersebut secara perlindungannya

1 Budi Agus Riswandi dan M. Syamsudin, 2004, Hak 3 Budi Agus Riswandi dan M. Syamsudin, Op. Cit.
Kekayaan Intelektual dan Budaya Hukum. PT. Raja hal. 1-2.
Grafindo Persada, Jakarta, Hal. 1. 4 Ismail Saleh, 1995,”Pembinaan Cinta Hukum dan
2Tim Visi Yustisia. 2015, Panduan Resmi Hak Cipta: Penerapan Asas-Asas Hukum Nasional Sejak Orde
dari Mendaftar, Melindungi, Hingga menyelesaikan Baru”, Majalah Hukum Nasional, No. 1, 1995, Edisi
Sengketa, Visimedia, Jakarta. Hal. 1. Khusus, BPHN, Hal. 15, dan lihat juga Budi Agus
Riswandi dan M, Syamsudin, Ibid. hal. 135.

41
Vol. 1 No. 1 : 40-52 Wicaksana, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, Juni 2017
ISSN 2597-7555

belum dapat mensejahterakan dan menjadi Plagiasi Hak Cipta karya seni patung
kepastian hukum di kalangan seniman. Hal seniman Bali merupakan perkembangan
tersebut dikarenakan masih banyak terjadi yang seharusnya sudah sejak awal
plagiasi terhadap karya-karya seni rupa. dikenalkan Undang-undang Hak Cipta
Bangsa Indonesia saat ini sedang diundangkan di Indonesia tahun 1997
menghadapi cobaan sanggat berat, salah mendapat perhatian serius. Akan tetapi di
satunya adalah maraknya terjadi plagiasi Negara-negara maju telah berabad-abad di
(pembajakan, penggandaan, dan pengakuan kenal dan mempunyai manfaat yang cukup
hak cipta). Munculnya kasus-kasus hak besar bagi pendapatan negara dalam hal ini
cipta dikarenakan para pencipta, seniman, manfaat ekonomi. Adanya manfaat
pengerajin, ataupun para penghasil karya ekonomi yang besar dari penerapan UU. RI.
seni masih belum banyak yang menyadari, No. 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta
mengenai arti penting suatu hak cipta. menjadikan suatu negara peka terhadap
Pentingnya memahami hak cipta bagi terjadinya pelanggaran-pelanggaran hukum
komunitas intelektual seniman patung di Hak Kekayaan Intelektual oleh negara lain
Bali secara khusus dan di Indonesia secara termasuk juga plagiasi atau pembajakan.
umum mendesak untuk dipahami dan Kemudian, tidak menutup kemungkinan
disadari untuk menghadapi dunia global banyak muncul pelbagai permasalahan,
agar mendapat perlindungan dan kepastian perselisihan dan persengketaan dalam
hukum, serta terhindari dari plagiasi hubungan internasional jika terjadi suatu
terhadap karya seni yang diciptakan oleh pelanggaran Hak Cipta.
seniman. Para seniman di Bali merupakan
Plagiasi di dalam kehidupan masyarakat yang kreatif. Kekreatifan
berkesenian masyarakat Indonesia secara masyarakat dalam menciptakan karya seni
umum dan masyarakat Bali khususnya patung tentu memiliki nilai ekonomi. Nilai
mengalami perkembangan sesuai ekonomi banyak sekali produk-produk
perjalanan dan pengetahuan masyarakat. kreatif yang telah menjadi milik masyarakat
Perkembangan ilmu dan teknologi (Public Domain). Adanya undang-undang
menyebabkan terjadinya perubahan sosial HAKI yang menampung kepentingan
di masyarakat. Perubahan sosial di produk yang telah menjadi domain publik
masyarakat tersebut dikarenakan salah saat ini menjadi permasalahan yang mesti
satunya adalah adanya plagiasi Hak atas dikaji lebih dalam untuk dapat memahami
Kekayaan Intelektual yang selanjutnya dan menganalisis. Banyak produk yang
disingkat HKI dalam tulisan ini. HKI dibuat seniman (perajin) di Bali atas dasar
didalamnya mencakup UU RI. No. 28 pesanan desainnya dari luar. Banyak
Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, produk asli dan tradisional di Bali diakui
memberikan perlindungan hukum Hak orang lain, banyak produk asli dan
Cipta. tradisional di Bali ditiru orang lain, dan
Pembentukan UU RI. No. 28 Tahun banyak produk luar juga meniru
2014 Tentang Hak Cipta ini tidak terlepas (membajaknya).
dari perkembangan masyarakat dunia pada Selanjutnya, berkaitan dengan
umumnya dan Indonesia pada khususnya pengaturan-pengaturan HKI secara
untuk memberikan suatu efek hukum HKI, Internasional dapat dilihat pada Paris
oleh karena itu tidak heran ketika sebagian Konverension, WIPO (World Intellectual
besar negara di dunia mulai memperhatikan Property Organization), The Agreemen on
HKI sebagai identitas dan karakter suatu Trade Releted Aspek of Intellectua Property
bangsa. Right (Trips), dan WTO (World Trade
Organization). Dalam penegakan hukum

42
Vol. 1 No. 1 : 40-52 Wicaksana, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, Juni 2017
ISSN 2597-7555

HKI termasuk Hak Cipta, semua negara adalah suatu pola pikir masyarakat yang
anggota harus sesegera mungkin mementingkan keuntungan diri sendiri.
mengharmonisasikan system hukum HKI Namun kenyataan yang terjadi dan
sesuai dengan standar Trips. Indonesia berkembang di masyarakat banyak
mendapat tenggang waktu 1 januari 2000 ditemukan terjadi pelanggaran-pelanggaran
untuk memenuhi kewajiban-kewajiban dan penegakan hukumnya tidak berjalan
Trips secara bertahap. Dengan demikian efektif. Hal inilah yang menjadi
Trips Agreement, HKI yang dilindungi ketertarikan penulis untuk meneliti lebih
adalah sebagai berikut; (1) Hak Cipta, (2) dalam berkaitan dengan plagiasi.
Merek Dagang, (3) Paten, (4) Desain Selanjutnya, berkaitan dengan
Produk Industri, (5) Indikasi Geografis, (6) terjadinya plagiasi hak cipta karya seni rupa
Desain Tata Letak Terpadu, dan (7) Rahasia di Bali, secara normatif sistem
Dagang.5 Dalam penelitian ini penulis pengaturannya secara historis menurut Tim
memfokuskan pada Hak Cipta. Visi Yustisia dalam buku berjudul Panduan
Ketentuan karya ciptaan Resmi Hak Cipta dari Mendaftar,
mendapatkan perlindungan hukum secara Melindungi, hingga menyelesaikan
otomatis yang tertuang dalam UU. RI. No. Sengketa menyebutkan bahwa :
28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta. “… Di Indonesia, perlindungan hak
Berkaitan dengan hal tersebut, seharusnya cipta telah dimulai dari zaman Hindia
pencipta karya seni mendaftarkan karya- Belanda dengan berlakunya Auteurswet
karya ciptanya kepada Direktorat Jenderal 1912 Stbl. 600/1912. Sejalan dengan
HKI. Namun apa yang terjadi, sejatinya berlakunya Auteurswet 1912 tetap
kenyataan di lapangan hasil ciptaan karya dipertahankan hingga terbitnya Undang-
seni tersebut sangat sedikit didaftarkan. Undang no. 6 tahun 1982 tentang hak
Ada beberapa faktor yang menyebabkan cipta yang kemudian diubah menjadi
para seniman atau pencipta karya seni Undang-Undang Ri No. 7 tahun 1987.
patung di Bali sedikit mendaftarkan karya Sepuluh tahun berselang, undang-
ciptanya dengan alasan-alasan sebagai undang tersebut diperbaharui menjadi
berikut. Pertama, kesadaran hukum dan Undang-Undang RI No. 12 Tahun 1997,
ketidaktahuan masyarakat seniman di Bali lalu diperbaharui lagi menjadi Undang-
dan kedua, ketaatan hukum dan konsep Undang RI No. 19 tahun 2002 tentang
budaya hukum yang berbeda yang hak cipta yang disahkan pada 29 Juli
melandasi konsep berpikir masyarakat 2002.
Indonesia khususnya di Bali yakni bersifat Setelah DPR menyetujui Rencana
komunal. Bersifat komunal yang Undang-Undang (RUU) tentang Hak
dimaksudkan dalam tulisan tesis ini artinya Cipta yang menggantikan Undang-
karya-karya seni yang dihasilkan dipahami Undang RI. No. 19 Tahun 2002 dalam
sebagai milik bersama yang dimiliki oleh rapat paripurna, maka siberlakukan
keluarga atau masyarakat adatnya. peraturan perundang undangan terbaru,
Kemudian, lain halnya dengan konsep yaitu Undang-ndangRI. No. 28 Tahun
budaya hukum yang melatar belakangi 2014 tentang Hak Cipta….”6
masyarakat Negara-negara barat yang Hak cipta telah tertuang dalam UU.
cenderung lebih mengedepankan No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta,
kepentingan hak-hak individu dengan Dalam ketentuan umumnya Pasal 1 ayat ( 1
watak kapitalis. Watak kapitalis maksudnya ) menyatakan bahwa:
5
OK. Saidin, 2004, Aspek Hukum Hak Kekayaan 6
Tim Visi Yustisia, 2015, Panduan Resmi Hak Cipta
Intelektual (Intellectual Property Rights), Raja Dari Mendaftar, Melindungi, hingga Menyelesaikan
Grafindo Persada, Jakarta, Hal. 210. Sengketa, Jakarta, Visimedia, Hal. xi.

43
Vol. 1 No. 1 : 40-52 Wicaksana, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, Juni 2017
ISSN 2597-7555

“Hak Cipta adalah hak eksklusif dipasarkan dalam bentuk tertentu.


pencipta yang timbul secara otomatis Komersialisasi karya seni merupakan
berdasarkan prinsip deklaratif setelah kebutuhan untuk mendapatkan materiil
suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk berupa uang guna menunjang kebutuhan
nyata tanpa mengurangi pembatasan hidup pencipta karya seni rupa. Dalam
sesuai dengan ketentuan peraturan konteks ini, maka pembicaraan mengenai
perundang-undangan.” plagiasi Hak Cipta karya seni patung
seniman Bali menjadi penting untuk
Selanjutnya, dalam Pasal 1 ayat (2) dipersoalkan dan dibahas secara dalam dari
disebutkan bahwa” sisi undang-undang hak Cipta. Pelanggaran
“Ciptaan adalah setiap hasil karya dan penegakan hukum terhadap produk seni
cipta di bidang ilmu pengetahuan, seni, patung seniman Bali dalam
dan sastra yang dihasilkan atas inspirasi, perkembangannya dengan mudah dapat
kemampuan, pikiran, imajinasi, dilakukan plagiasi dengan dalih untuk
kecekatan, keterampilan, atau keahlian mendapatkan nilai komersial dan
yang diekspresikan dalam bentuk keuntungan komersial. Pelanggaran
nyata.” terhadap karya seni patung seniman Bali
sangat mudah dilakukan. Hal ini
Dalam Hak Cipta, sering mendapat dikarenakan oleh kemajuan perkembangan
perhatian dari sisi perlindungan hukum ilmu pengetahuan dan teknologi, dalam hal
adalah karya cipta, film, lagu, seni lukis, ini metode reproduksi karya seni. Berbagai
seni patung, dan lain-lain. Disamping karya kasus perselisihan dan pelanggaran hak
cipta tersebut di atas sesungguhnya masih cipta dalam bidang seni secara umum
banyak hasil karya seni yang belum pernah terjadi di Bali. Seperti kasus I
mendapat perlindungan secara maksimal Nyoman Gunarsa, Deni Ariasa, Nyoman
seperti karya seni patung. Dalam rancangan Suharti, dan lainnya.
tesis ini akan difokuskan pada plagiasi hak
cipta karya seni patung seniman Bali. Hal 2. Rumusan Masalah
tersebut dikarenakan seniman kurang
paham dalam mengintrepretasikan Berdasarkan uraian yang telah
pemahaman tentang pentingnya kepastian dipaparkan permasalahan yang difokuskan
hukum dan perlindungan hukum setelah yakni: (1) Bagaimanakah pelaksanaan dan
ciptaan diselesaikan. Selain itu perlindungan hukum hak cipta karya seni
pengetahuan hukum dari seniman baik yang rupa di Bali? (2) Bagaimanakah penegakan
tumbuh secara otodidak di masyarakat hukum terhadap pelanggaran hak cipta
maupun seniman akademisi kurang karya seni rupa di Bali ?.
memperhatikan pentingnya Hak Cipta
tersebut. 3. Metode Penelitian
Seiring pesatnya perkembangan
teknologi modern, khususnya pada bidang Jenis penelitian yang digunakan
seni patung, menghadirkan karya seni berupa penelitian hukum empiris. Karena,
patung sebagai lahan yang sangat potensial disinyalir masih ada kesenjangan antara apa
untuk dijadikan komoditi bisnis. Dengan yang seharusnya menurut undang-undang
adanya kegiatan-kegiatan komoditi bisnis tentang hak cipta dengan apa yang
tersebut tentunya sudah mengarah kepada senyatanya terjadi, terutama dalam
kegiatan komersialisasi. Komersialisasi pelaksanaan pendaftaran dan perlindungan
adalah suatu kegiatan usaha untuk hukum terhadap Hak Cipta karya seni rupa.
mendapatkan keuntungan dari produk yang Oleh karena penelitian hukum empiris

44
Vol. 1 No. 1 : 40-52 Wicaksana, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, Juni 2017
ISSN 2597-7555

untuk mendapatkan secara dalam untuk mendapatkan data yang terdapat di


pemahaman pendaftaran dan kepastian masyarakat (fieldresearch), yaitu dengan
hukum yang berlaku di masyarakat serta penelitian secara langsung ke lapangan
mengetahui secara dalam tentang konsep yang berasal dari informan-informan yang
plagisi dan perlindungan terhadap hak cipta dalam hal ini adalah para seniman seni rupa
secara dalam terkait efektivitas berlakunya yang karyanya telah mendapatkan Hak
UU. No. 28 Tahun 2014 tentang hak cipta. Cipta. Berkaitan dengan data sekunder,
Jenis penelitian hukum empiris adalah untuk mendapatkan data sekunder
penelitian hukum yang objek kajiannya dilakukan penelitian pustaka (library
meliputi ketentuan dan mengenai research), yaitu pengumpulan berbagai data
pemberlakuan atau implementasi ketentuan yang diperoleh dari menelaah literature,
hukum normatif (kodifikasi, undang- majalah ilmiah, jurnal di bidang ilmu
undang, dan kontrak) secara in action / in hukum guna menemukanteori yang relevan
abstracto pada setiap peristiwa hukum yang dengan permasalahan yang bahas.
terjadi dalam masyarakat (in concreto).7 Berkaitan dengan sumber bahan
Pendekatan masalah yakni hukum dalam penelitian ini dikatagorikan
pendekatan perundang-undangan, dalam tiga jenis yakni pertama bahan
pendekatan konsep, pendekatan analitik, hukum primer, kedua bahan hukum
dan pendekatan sosiologi hukum. sekunder, dan ketiga bahan hukum tersier.
Pendekatan empiris merupakan pendekatan Pertama, tentang bahan hukum primer,
yang sekiranya mendapatkan gambaran riil yaitu bahan hukum yang isinya mengikat,
mengenai kondisi nyata yang terdapat di karena dikeluarkan Pemerintah , seperti
lapangan mengenai pelaksanaan, berbagai peraturan perundang-undangan
perlindungan, dan penegakan hukum hak yang dalam rancangan penelitian ini adalah
cipta karya seni rupa yang berkembang di (1) Undang-Undang Dasar Negara
masyarakat Bali. Republik Indonesia Tahun 1945, (2)
Sumber data dari responden atau Undang-Undang Negara Republik
informan. Selain itu data juga diperoleh dari Indonesia No. 28 Tahun 2014 tentang Hak
sumber kedua baik berupa bahan hukum Cipta.
primer, bahan hukum sekunder, dan bahan Sumber hukum sekunder yang
hukum tersier. Dalam suatu penelitian, digunakan berupa semua publikasi tentang
sumber data ada dua yakni sumber data hukum yang bukan merupakan dokumen-
primer dan sumber data primer. Menurut dokumen resmi. Publikasi meliputi buku-
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, buku teks, kamus-kamus hukum. Jurnal-
sumber data penelitian pada umumnya jurnal hukum, dan komentar-komentar atas
dibedakan antara data yang diperoleh putusan. Bahan-bahan hukum sekunder
secara langsung dari masyarakat yang berupa buku-buku hukum yang relevan
dinamakan data primer dan diperoleh dari dengan topik penelitian.9 berkait dengan
bahan-bahan pustaka dinamakan data bahan hukum sekunder yang digunakan
sekunder.8 dalam penelitian ini yaitu pendapat para
Adapun sumber data yang digunakan seniman yang telah karya seni rupanya dan
yakni sumber data primer dan sumber data telah mendapatkan hak cipta, pendapat
sekunder. Sumber data primer digunakan pakar hukum yang membidangai Hak

7Muhamad abdul Kadir, 2004, Hukum dan Penelitian 9 Ibid. Hal. 13-14.
Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, Hal. 134.
8 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2001,
Penelitian Hukum Normatif, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta, Hal. 12.

45
Vol. 1 No. 1 : 40-52 Wicaksana, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, Juni 2017
ISSN 2597-7555

Cipta, buku-buku hukum, artikel, jurnal dan undang-undang hak cipta yakni hak moral.
internet.Bahan hukum tersier adalah bahan Hak Moral. Sebagaimana disyaratkan oleh
hukum yang memberikan petunjuk maupun Konvensi Berne (Pasal 6 bis) yang mana
penjelasan terhadap bahan hukum primer Indonesia juga merupakan salah satu negara
dan sekunder.10 bahan hukum tersier yang yang turut meratifikasi, Undang-Undang
dipergunakan dalam rancangan penelitian Hak Cipta memberi Pencipta hak untuk
ini adalah kamus hukum dan kamus bahasa menuntut dicantumkan nama atau nama
Indonesia. samarannya di dalam karyanya ataupun
Teknik pengumpulan data berupa salinannya dalam hubungan dengan
wawancara secara purposive agar data penggunaan secara umum (Hak Moral).
sesuai dengan topik dan rumusan masalah Hak Moral terpisah dari Hak Ekonomi dan
dalam penelitian ini yang digunakan yaitu akan terus mengikuti Pencipta bahkan jika
pertama studi dokumen melalui Pencipta telah mengalihkan hak
kepustakaan yang digunakan dengan cara ekonominya kepada pihak lain. UU RI No
menganalisis data-data yang bersumber 28 Tahun 2014 tentang hak cipta juga
dari data primer maupun data sekunder. melarang perubahan atas suatu karya tanpa
Data sekunder berbentuk bahan hukum izin Pencipta, termasuk perubahan judul
dikumpulkan dengan teknik dokumen dan dan anak judul karya tulis, pencantuman
pencatatan yang berupa buku-buku, tulisan dan perubahan nama atau nama samaran
dan pendapat para ahli hukum, dan bahan Pencipta. Termasuk perubahan yang
hukum tersier yang beruka kamus hukum dilarang yaitu distorsi, modifikasi, mutilasi
dan kamus bahasa Indonesia. Kedua, atau bentuk perubahan lainnya yang
wawancara adalah situasi peran antara meliputi pemutarbalikan, pemotongan,
pribadi bertatap muka (face to face), ketika perusakan, penggantian yang berhubungan
seorang yakni pewawancara mengajukan dengan karya cipta yang pada akhirnya
pertayaan-pertayaan yang dirancang untuk akan merusak apresiasi dan reputasi
memperoleh jawaban-jawaban yang Pencipta. Hak-hak tersebut di atas tidak
relevan dengan masalah penelitian.11 dapat dipindahkan selama Penciptanya
Penelitian ini dilakukan di Kota Denpasar, masih hidup, kecuali atas wasiat Pencipta
Kabupaten Badung dan Kabupaten berdasarkan peraturan perundang-
Gianyar. Berdasarkan data primer maupun undangan.
data sekunder selanjutnya akan dianalisis Pembatasan Hak Cipta, UU RI No 28
dengan menggunakan interpretasi dan Tahun 2014 tentang hak cipta mengatur
kualitatif. pemaparan yang dijelaskan pada soal pembatasan hak cipta ini di Pasal 43
masalah di atas maka analisis yang sampai 51. Pembatasan dan pengecualian
digunakan yakni analisi deskriptif, hak cipta dikenal dengan istilah "fair use"
interpretasi, dan kualitatif. atau "fair dealing" yang mengizinkan
pemakaian, pengambilan atau perbanyakan
4. Pembahasan suatu ciptaan tanpa izin pemegang hak
ciptanya sepanjang penggunanya menyebut
4.1 Pelaksanaan dan Perlindungan sumbernya dan hal itu dilakukan terbatas
Hukum Hak Cipta Karya Seni Rupa untuk kegiatan yang bersifat nonkomersial
di Bali termasuk untuk kegiatan sosial. Fair use
Berbicara menganai pelaksanaan hak yang diatur dalam UU RI No 28 Tahun
cipta karya seni rupa Bali berkaitan dengan 2014 tentang hak cipta di antaranya:

10Bambang Waluyo, 2002, Penelitian Hukum Dalam 11Amirudin dan Zainal Asikin, 2008, Pengantar
Praktek, Sinar Grafika, Jakarta, Hal. 23. Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, Hal. 84.

46
Vol. 1 No. 1 : 40-52 Wicaksana, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, Juni 2017
ISSN 2597-7555

(1) pengambilan berita aktual, mengakibatkan pengkopian menjadi lebih


(2) penggunaan Ciptaan pihak lain untuk mudah dan lebih cepat12.
kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan 4.2 Perlindungan hukum hak cipta karya
laporan, penulisan kritik atau tinjauan seni rupa di Bali
suatu masalah dengan tidak merugikan Perlindungan hukum hak cipta karya
kepentingan yang wajar dari Pencipta seni rupa di Bali terdapat beberapa hal yang
(3) pengambilan Ciptaan pihak lain guna dibahas yakni perlindungan hukum
keperluan ceramah yang semata-mata terhadap hak moral pencipta, perlindungan
untuk tujuan pendidikan dan ilmu hukum terhadap hak ekonomi pencipta,
pengetahuan; perlindungan hukum terhadap peralihan
(4) Perbanyakan suatu Ciptaan selain hak ekonomi, dan mengenai ciptaan seni
Program Komputer, oleh perpustakaan rupa yang dilingungi.
umum, lembaga ilmu pengetahuan atau Perlindungan hak kekayaan
pendidikan, dan pusat dokumentasi intelektual sebagai sebuah “Hak” yang
yang nonkomersial semata-mata untuk menjadi bagian dalam aktifitas
keperluan aktivitasnya; perekonomian atau dengan kata lain tidak
(5) pembuatan salinan cadangan suatu dapat dilepaskan dari persoalan ekonomi,
Program Komputer oleh pemilik karenanya hak kekayaan intelektual identik
Program Komputer yang dilakukan dengan komersialisasi karya intelektual.
semata-mata untuk digunakan sendiri. Pada gilirannya perlindungan hak kekayaan
Secara tradisional, Hak Cipta telah intelektual menjadi tidak relevan apabila
diterapkan ke dalam buku-buku, tetapi tidak dikaitkan dengan proses atau kegiatan
sekarang Hak Cipta telah meluas dan komersialisasi hak kekayaan intelektual itu
mencakup perlindungan atas karya sastra, sendiri13.
drama, karya musik dan artistik, termasuk Yang terpenting dalam perlindungan
rekaman suara, penyiaran suara film dan hukum hak cipta karya seni rupa di bali
televisi dan program komputer. Hak Cipta mencakup beberapa aspek yakni (1)
bagi kebanyakan karya cipta berlaku untuk mengenai objek perlindungan hak cipta, (2)
selama hidup pencipta dan 50 tahun setelah Perlindungan hukum terhadap hak moral
meninggalnya si pencipta. Bagi negara- pencipta, (3) Perlindungan hukum terhadap
negara berkembang, fakta bahwa negara- hak ekonomi pencipta, dan (4)
negara maju mengontrol hak cipta atas Perlindungan hukum terhadap hak terkait.
sebagian besar piranti lunak, produk- Perlindungan hukum adalah tindakan
produk video dan musik terkenal dengan atau upaya untuk melindungi masyarakat
apa yang dinamakan sebagai budaya global, dari perbuatan sewenang-wenang oleh
tidak dapat dihindarkan lagi telah penguasa yang tidak sesuai dengan aturan
mengakibatkan permasalahan di bidang hukum, untuk mewujudkan ketertiban dan
pembajakan dan impor paralel. Pembuat ketentraman sehingga memungkinkan
UU dan para hakim menemui kesulitan masyarakat menikmati martabatnya
dalam mengikuti langkah kemajuan sebagai manusia.14 Pada intinya Hak
teknologi (termasuk internet) yang Kekayaan Intelektual (HKI) adalah hak

12Tim Lindsey dkk, Hak Kekayaan Intelektual-Suatu 14


Setiono, Rule of Law (Supremasi Hukum),
Pengantar, Bandung: Alumni, 2006, h. 6-7. (Surakarta : Magister Ilmu Hukum Program
13 Suyud Margono, 2013, Hukum Hak Kekayaan
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, 2004), h.
Intelektual (HKI), Pustaka Reka Cipta, Bandung, 3.
hal.5.

47
Vol. 1 No. 1 : 40-52 Wicaksana, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, Juni 2017
ISSN 2597-7555

untuk menikmati secara ekonomis hasil dari Bali, mereka baru melakukan tindakan
suatu kreativitas intelektual.15 hukum apabila dilaporkan terlebih dahulu
Jadi pencipta karya seni rupa di Bali atau ada pihak yang melaporkan terjadinya
selain berhak memperbanyak barang suatu tindalan plagiasi terhadap karya seni.
ciptaanya, juga berhak mendapatkan hak Tujuan dari hak terkait dengan hak
ekonomisnya berupa upah dari hasil cipta adalah untuk melindungi kepentingan
ciptaanya. Menurut pasal 4 Undang- hukum pada orang tertentu dan badan
Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak hukum yang memiliki kontribusi untuk
Cipta menyebutkan di dalam hak cipta pembuatan karya cipta terkait lainnya.
terkandung dua hak yaitu hak moral dan Namun, yang tidak dapat dikualifikasikan
hak ekonomi. Hak moral merupakan hak sebagai karya cipta berdasarakn UU RI No
dari pencipta untuk memperbanyak hasil 28 Tahun 2014 tentang hak cipta dari
ciptaanya sedangkan hak ekonomi adalah seluruh negara meskipun karya mereka
pencipta berhak mendapatkan royalty berisi keahlian organisional yang cukup
berupah upah dari hasil ciptaanya.16 secara teknis dan kreativitas untuk
Perlindungan hukum hak cipta karya pembenaran pengakuan sebagaimana suatu
seni rupa di Bali pada era globalisasi ini, karya cipta yang dilindungi hak cipta
pada umumnya orang sangat sebagai bagian dari hak kekayaan
mementingkan hak pribadinya, baik karya intelektual seorang pencipta. Hukum dari
cipta seninya maupun yang lainnya. hak terkait dengan hak cipta bertujuan
Sekarang hak cipta karya seni seseorang bahwa produksi sebagai hasil aktivitas
seniman sangat diperhatikan, terutama hak orang dan badan hukum tersebut diakui dan
morak dan hak ekonomi dari suatu karya dilindungi secara hukum dengan
yang telah mendapatkan hak cipta. sendirinya, sebagaimana hakl tersebut
Prakteknya di Bali, hanya hak terkait dengan perlindungan kepemilikan
ekonomi yang di dapatkan pencipta, berupa karya cipta di bawah hukum hak cipta.
pembayaran upah setelah hasil karya selesai Beberapa hukum secara jelas menyatakan
diciptakan pencipta. Sedangkan hak moral bahwa pelaksanaan hak terkait harus
dari pencipta banyak dilanggar oleh berpulang kepada dan tidak dengan cara
oknum-oknum yang tidak apapun membawa akibat perlindungan hak
bertanggungjawab dengan berupaya cipta17.
membuat perbayakan hasil ciptaan Mengacu uraian tersebut di atas,
termasuk dalam hal ini plagiatsi dari karya menurut Rahmi, teori huku yang menjadi
cipta. Hak Cipta merupakan delik biasa, argument perlindungan hak terkait dengan
bukan hanya pencipta saja yang boleh hak cipta didasarkan pada dua alasan yaitu:
bertindak ketika adanya pelanggaran, pertama, karya pemegang hak terkait tidak
namun pihak berwajib juga dapat bertindak memenuhi standard of copyrights ability,
apabila terjadi pelanggaran, namun dalam utamanya karena karyanya derajat keaslian
prakteknya di Bali, petugas berwajib dalam (originality) dan kreativitas (creativity)
hal ini kepolisian tidak ada yang bertindak sangat rendah. Kedua, kontribusinya bukan
ketika adanya suatu pelanggaran seperti merupakan “ Intelectual personal creation”
perbuatan plagiasi saat terjadinya
pelanggaran terhadap karya seni rupa di

15
Hadi Setia Tunggal, 2012,, Hukum Hak Letak Sirkuit Terpadu, CV. Novindo Pustaka
Kekayaan Intelektual(HKI/ HAKI), Harvarindo, Mandiri, Jakarta,h.4
Jakarta, h.1. 17
Rahmi Jened, 2014, Hukum Hak Cipta (copyrights
16
Sayud Margono, 2001, Komentar Atas Undang- law) . PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, Hal.203-204.
undang Rahasia Dagang,Desain Induistri. Desain

48
Vol. 1 No. 1 : 40-52 Wicaksana, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, Juni 2017
ISSN 2597-7555

melainkan kontribusi dapat berupa


investasi atau yang lain18. “Setiap orang yang degan tanpa hak
melakukan perbuatan sebagaimana
4.3 Penegakan hukum terhadap dimaksud dalam pasal 7 ayat (3)
pelanggaran hak cipta karya seni dan/atau Pasal 52 untuk pengguna
rupa di Bali. secara komersial, dipidana dengan
Penegakan hukum atas hak cipta pidana penjara paling lama 2 (dua)
sangat penting untuk dipahami. Penegakan tahun dan/atau pidana denda paling
hukum atas hak cipta biasanya dilakukan banyak Rp. 300. 000. 000,-00 (tiga ratus
oleh pemegang hak cipta dalam hukum juta rupiah)”.
perdata, namun ada pula sisi hukum pidana.
Sanksi pidana secara umum dikenakan Dari penjelasan pasal di atas, jika kita
kepada aktivitas pemalsuan yang serius, lihat pasal 7 ayat (3) UU RI No 28 Tahun
namun kini semakin lazim pada perkara- 2014 tentang hak cipta disebutkan bahwa “
perkara lain. informasi manajeman hak cipta
Penegakan hukum yang bertanggung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
jawab (akuntabel) dan transparan dapat informasi elektronik hak cipta sebagaimana
diartikan sebagai suatu upaya pelaksanaan dimaksud pada ayat (2) yang dimiliki
penegakan hukum yang dapat pencipta dilarang dihilangkan, diubah, atau
dipertanggungjawabkan kepada public, dirusak. Demikian juga pada pasal 52, UU
bangsa dan negara yang berkaitan terhadap RI No 28 Tahun 2014 tentang hak cipta
adanya kepastian hukum dalam sistem dimaksudkan bahwa setiap orang dilarang
hukum yang berlaku, juga berkaitan dengan merusak, memusnahkan, menghilangkan,
kemanfaatan hukum dan keadilan bagi atau membuat tidak berfungsi
masyarakat19. Penegakan hukum atas hak cipta
Sanksi pidana atas pelanggaran hak biasanya dilakukan oleh pemegang hak
cipta di Indonesia secara umum diancam cipta dalam hukum perdata, namun ada pula
hukuman penjara paling singkat satu bulan sisi hukum pidana. Sanksi pidana secara
dan paling lama tujuh tahun yang dapat umum dikenakan kepada aktivitas
disertai maupun tidak disertai denda pemalsuan yang serius, namun kini
sejumlah paling sedikit satu juta rupiah dan semakin lazim pada perkara-perkara lain.
paling banyak lima miliar rupiah, Penegakan hukum hak cipta suatu
sementara ciptaan atau barang yang karya seni dalam ketentuan pasal 113 ayat
merupakan hasil tindak pidana hak cipta (1) UU RI. No. 28 Tahun 2014 menyatakan
serta alat-alat yang digunakan untuk sebagai berikut.
melakukan tindak pidana tersebut dirampas
oleh Negara untuk dimusnahkan (UU RI. “Setiap orang dengan tanpa hak
No. 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta bab melakukan pelanggaran hak ekonomi
XIII). sebagaimana dimaksud dalam pasal 9
Tindak pidana bidang hak cipta ayat (1) huruf i untuk penggunaan
dikategorikan sebagai tindak kejahatan dan secara komersial dipidana dengan
ancaman pidananya diatur dalam Pasal 112 pidana penjara paling lama 1 (satu)
bunyinya : tahun dan/atau pidana denda paling

18Rahmi Jened, Hukum Hak Cipta dan Hak Terkait 19Ahkam Jayadi, 2015, Memahami Tujuan
dengan Hak Cipta, Program Magister HKI, Program Penegakan Hukum, Genta Perss, Yogyakarta,
Pascasarjana Universitas Airlangga, Surabaya, hal.53.
Januari 2013, Hal 1-3, lihat juga Rahmi Jened, Ibid,
205.

49
Vol. 1 No. 1 : 40-52 Wicaksana, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, Juni 2017
ISSN 2597-7555

banyak Rp. 100. 000. 000,-00 (seratus tempat pertunjukan langsung (live
juta rupiah)”. performance). Dalam seni rupa (lukis dan
patung) penggandaan dapat terjadi dengan
Berdasar pada penjelasan pasal di metode mencetak untuk mendapatkan
atas, pasal 9 ayat (1) huruf I dimana produksi karya seni dalam jumlah banyak.
pencipta atau pemegang hak cipta Mencetak suatu produk seni banyak terjadi
sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 yakni dalam perkembangan seni dewasa ini untuk
hak ekonomi merupakan hak eksklusif mengejar materiil.para seniman tanpa
pencipta atau pemegang hak cipta untuk disadari karya-karya mereka di pebanyak
mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan dengan metode mencetakan dan hasilnya
untuk melakukan penyewaan ciptaan. Hal sama perseis. Demikian juga terhadap
ini menunjukan bahwa penyewaan hak pendistribusian ciptaan atau salinannya
cipta penting dipahami oleh para seniman. para plagiator akan berusaha membuat
Dalam pasal 113 ayat (3) UU RI No. salinannya semirip mungkin untuk
28 Tahun 2014 disebutkan bahwa: mendapatkan pembeli sebanyak-bayaknya.

“Setiap orang yang dengan tanpa hak 5. Simpulan dan saran


dan/atau tanpa izin Pencipta atau Berdasarkan uraian sebelumnya
pemegang Hak Cipta melakukan maka tulisan ini ditutup dengan simpulan
pelanggaran hak ekonomi Pencipta yakni: Pertama, Pelaksanaan UU RI. No. 28
sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 Tahun 2014 tentang hak cipta karya seni
ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, rupa di Bali, terkait pelaksanaan dalam Hak
dan/atau huruf g untuk penggunaan Cipta terdapat dua hak yang melekat, yaitu
secara komersial dipidana dengan Hak Ekonomi dan Hak Moral. Berkait
pidana penjara paling lama 4 (empat) Perlindungan hukum Kasus plagiat atau
tahun dan/atau pidana denda paling plagiasi terhadap hak cipta karya seni rupa
banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu di Bali karena hak cipta merupakan hak-hak
milyar rupiah)”. alami yang perlu dilindungi berupa
kejujuran dan keadilan, Sebagai perbuatan
Penjelasan pasal di atas, pasal 9 ayat yang tidak jujur dan tidak adil jika
(1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf seseorang mencuri usaha seseorang tanpa
g dimana pencipta atau pemegang hak cipta mendapatkan terlebih dahulu
sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 yakni persetujuannya, (b) perlindungan reputasi,
hak ekonomi merupakan hak eksklusif (b) dorongan dan imbalan dari inovasi dan
pencipta atau pemegang hak cipta untuk penciptaan. Kedua, Penegakan hukum
mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan terhadap pelanggaran Hak Cipta karya seni
untuk melakukan penerbitan ciptaan, rupa di Bali, mengutamakan kepada pelaku
Penggandaan ciptaan dalam segala bentuk, pelanggaran karya cipta seni rupa di Bali
pendistribusian, pengaransemenan, atau yang membuat dan yang mendistribusikan
pentransformasian ciptaan, serta ketimbang pengguna perseorangan.
pengumuman ciptaan. Penegakan hukum yang bertanggung jawab
Terkait dengan pasal 9 ayat (1) Huruf (akuntabel) dan transparan sebagai suatu
b dan huruf e yakni penggandaan ciptaan upaya pelaksanaan penegakan hukum yang
dalam segala bentuknya adalah salah satu dapat dipertanggungjawabkan kepada
bagian dari plagiasi. Yang termasuk public terkait adanya kepastian hukum
perbuatan penggandaan diantaranya dalam sistem hukum yang berlaku. Upaya
perekaman menggunakan kamera video penegakan hukumnya dan penyelesaian
(camcorder) di dalam gedung bioskop dan

50
Vol. 1 No. 1 : 40-52 Wicaksana, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, Juni 2017
ISSN 2597-7555

sengketa dengan arbitrase dan mediasi Hadjon, Philipus M. 1987, Perlindungan


Serta pentingnya pencegahan. Hukum bagi Rakyat di Indonesia,
Berdasar pada seluruh pemaparan di PT. Bina Ilmu, Jakarta.
atas maka dalam penulis dapat sarankan Isnaini, Yusran. 2010, Buku Pintar HAKI,
yakni: Pertama, Terhadap Pemerintah Ghalia Indonesa, Bogor.
khususnya Pemerintah Daerah Propinsi Jayadi, Ahkam. 2015, Memahami Tujuan
Bali perlu memberikan dan memfasilitasi Penegakan Hukum, Genta Perss,
para pelaku dan pencipta seni untuk giat Yogyakarta.
dalam mendaftarkan produk seninya. Hal Jened, Rahmi. 2013. Hukum Hak Cipta dan
ini dilakukan untuk menginventarisasi Hak Terkait dengan Hak Cipta,
hasil-hasil seni masyarakat agar tidak Program Magister HKI, Program
kebablasan didaftaran oleh orang asing Pascasarjana Universitas Airlangga,
dikemudian hari. Kedua, Terhadap penegak Surabaya.
hukum khususnya Departemen Hukum dan -----------------. 2014, Hukum Hak Cipta
ham yang mewadahi dari sisi hukum sering (copyrights law), PT. Citra Aditya
melakukan sosialisasi dan penyuluhan Bakti, Bandung.
hukum yang berkaitan dengan hak cipta Margono, Sayud. 2001, Komentar Atas
terhadap komunitas seni yang ada di Bali. Undang-undang Rahasia
Dan juga terhadap pencipta karya seni rupa Dagang,Desain Induistri. Desain
(seniman Paatung dan Lukisan) supaya Letak Sirkuit Terpadu, CV.
sadar bahwa ciptaan-ciptan karya seni yang Novindo Pustaka Mandiri, Jakarta.
diciptakan dengan keterampilan khusus -----------------, 2010, Hukum Hak Cipta
menghasikan karya yang bermutu sadar Indonesia, Ghalia Indonesia, Bogor.
terhadak hak-hak yang melindungi da nada -----------------, 2013, Hukum Hak
hak moral dan hak ekonomi yang mesti Kekayaan Intelektual (HKI),
dinikmati untuk kesejahtraan hidup para Pustaka Reka Cipta, Bandung.
seniman di Bali. Saidin OK., 2004, Aspek Hukum Hak
Kekayaan Intelektual (Intellectual
Property Rights), Raja Grafindo
DAFTAR PUSTAKA Persada, Jakarta, Hal. 210.
Setiono, Rule of Law (Supremasi Hukum),
Abdul Kadir, Muhamad. 2004, Hukum dan (Surakarta : Magister Ilmu Hukum
Penelitian Hukum, Citra Aditya Program Pascasarjana Universitas
Bakti, Bandung. Sebelas Maret, 2004)
Ali, Achmad. 2009, Menguak Teori Hukum Soekanto, Soerjono. dan Sri Mamudji,
(Legal Theory) & Teori Peradilan 2001, Penelitian Hukum Normatif,
(Judicial Prudence): Termasuk PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Interpretasi Undang-Undang Tim Lindsey dkk, Hak Kekayaan
(Legisprudence), Kencana, Jakarta. Intelektual-Suatu Pengantar.
Agus Riswadi, Budi dan M. Syamsudin. Tunggal, Hadi Setia. 2012, Hukum Hak
2004. Hak Kekayaan Intelektual Kekayaan Intelektual(HKI/ HAKI),
dan Budaya Hukum. PT. Raja Harvarindo,Jakarta.
Grafindo Persada. Jakarta. Utrecht,E. 1959, Pengantar dalam Hukum
Amirudin dan Zainal Asikin, 2008, Indonesia, Cetakan Ke Enam, P.T.
Pengantar Metode Penelitian Penerbitan dan Balai Buku Ichtia,
Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Jakarta. Yustisia, Tim Visi. 2015, Panduan Resmi
Hak Cipta: dari Mendaftar,

51
Vol. 1 No. 1 : 40-52 Wicaksana, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, Juni 2017
ISSN 2597-7555

Melindungi, Hingga menyelesaikan http://tesishukum.com/pengertian-


Sengketa, Visimedia, Jakarta. perlindungan-hukum-menurut-
Waluyo, Bambang. 2002, Penelitian para-ahli/ diakses 29 Januari 2016.
Hukum Dalam Praktek, Sinar Undang-Undang Dasar Negara Republik
Grafika, Jakarta, Hal. 23. Indonesia Tahun 1945.
Saleh, Ismail 1995,”Pembinaan Cinta Undang-Undang RI. Nomor 28 Tahun 2014
Hukum dan Penerapan Asas-Asas Tentang Hak Cipta.
Hukum Nasional Sejak Orde Baru”, Permendiknas No.17 Tahun 2010 tentang
Majalah Hukum Nasional, No. 1, pencegahan dan penanggulangan
1995, Edisi Khusus, BPHN, Hal. 15 plagiat di perguruan tinggi.

52

You might also like