You are on page 1of 10

PEMBERDAYAAN UMKM SENI PAHAT UKIR

DI BANJAR PENIDA DESA BATUAN


KECAMATAN SUKAWATI GIANYAR

Ni Luh Widyantari1, Putu Eka Trisna Dewi2, Putu Gede Denny Herlambang3, Ni Kadek Astariani4,
I Nyoman Suargita5, Tjokorda Gde Agung Wijaya Kesuma Suryawan6
1
Manajemen Fakutas Ekonomi dan Bisnis Universitas Ngurah Rai, e-mail :
iluhwidyantari2001@gmail.com
2
Dosen Magister Hukum Pascasarjana Universitas Ngurah Rai, e-mail :
trisnadewi.ecak@gmail.com
3
Dosen Ekonomi dan Bisnis Universitas Ngurah Rai, e-mail : dennyherlambang@unr.ac.id
4
Dosen Teknik Sipil Universitas Ngurah Rai, e-mail : kadek.astariani@unr.ac.id
5
Dosen Adminiatrasi Publik dan Humaniora Universitas Ngurah Rai, e-mail :
suargita79@gmail.com
6
Dosen Ekonomi dan Bisnis Universitas Ngurah Rai, e-mail : tjokorda.suryawan@unr.ac.id

Abstract
UMKM Craftsmen are one of the leading commodities for the people of Batuan
Village, especially for the people of Banjar Penida, Negara Traditional Village, Batuan.
However, as time goes by, the number of carver craftsmen increases and there is more
competition, which results in erratic daily turnover or sales. When the Covid-19 pandemic
resulted in a lack of tourists visiting Bali, this resulted in sculpture craftsmen selling
products online, for example in marketplaces in the form of Facebook. The reduction in the
number of sculpture craftsmen was also caused by the condition of the Covid-19 Pandemic
which has hit various countries including Indonesia for more than the last 2 (two) years.
Most of the carver art craftsmen switched professions along with the decreasing number
of tourists. On the other hand, before the pandemic hit, the number of sculpture craftsmen
also continued to decrease from year to year. The reduction in the number of sculpture
craftsmen's businesses is also due to the lack of interest from the Banjar Penida youth
generation to learn the art of sculpture. For this reason, the strategy offered to increase
the interest of the younger generation to learn the craft of carving is to carry out
development as an effort to regenerate sculpture craftsmen from Banjar Penida, Desa Adat
Negara, Batuan.

Keywords: Regeneration, young generation, sculpture, development.

Abstrak

UMKM Pengrajin menjadi salah satu komoditas unggulan bagi masyarakat Desa
Batuan, khususnya pada masyarakat Banjar Penida, Desa Batuan. Namun seiring
berjalannya waktu, jumlah pengrajin seni ukir pahat semakin bertambah dan semakin
banyaknya persaingan,yang mengakibatkan omset atau penjualan perhari tidak menentu.
Pada saat pandemi covid-19 mengakibatkan kurangnya para wisatawan yang berkunjung
ke Bali,maka hal tersebut mengakibatkan pengrajin seni ukir pahat menjual produk dengan
cara online contohnya di marketplace berupa facebook. Pengurangan jumlah pengrajin
seni ukir pahat juga disebabkan oleh kondisi Pandemi Covid-19 yang sudah melanda
berbagai negara termasuk Indonesia selama lebih dari 2 (dua) tahun terakhir. Sebagian
besar para pengrajin seni ukir pahat beralih profesi seiring dengan berkurangnya jumlah
wisatawan. Disisi lain, sebelum pandemi melanda, jumlah pengrajin seni ukir pahat juga
terus berkurang dari tahun ke tahun. Pengurangan jumlah usaha pengrajin seni pahat juga
dikarenakan minimnya minat generasi muda Banjar Penida untuk mempelajari kesenian
kerajinan pahat. Untuk itu, strategi yang ditawarkan untuk meningkatkan kembali minat
generasi muda untuk mempelajari kerajinan seni ukir pahat adalah dengan melakukan
pengembangan sebagai upaya regenerasi pengrajin seni ukir pahat dari Banjar Penida,
Desa Adat Negara Batuan.

Kata Kunci: Regenerasi, generasi muda, kerajinan seni pahat ukir , pengembangan.

I. PENDAHULUAN

Pandemi Covid-19 telah merubah segala sendi kehidupan. Berbagai sektor


kehidupan mulai dari kesehatan, pendidikan, ekonomi, sosial budaya, hingga
politik terkena dampaknya. Tingginya angka penularan memaksa setiap negara
untuk mengambil langkah strategis salah satunya dengan menutup akses masuk
orang asing ke negaranya. Langkah ini juga diambil oleh pemerintah Indonesia.
Konsekuensinya terdampak bagi sektor pariwisata salah satunya di Pulau Dewata
Bali.
Bali atau pulau Dewata adalah lokasi wisata paling populer di dunia.
Keunggulan yang khas khususnya pantai laut, budaya, ekspresi dan adat istiadat di
Bali sangat istimewa sehingga dapat menarik wisatawan dari berbagai belahan
dunia untuk berrekreasi di Bali. Bali terdiri dari delapan Kabupaten yang setiap
kabupaten memiliki sektor pendapatan masing-masing yang terdiri dari Badung,
Gianyar, Buleleng, Jembrana, Klungkung, Bangli, Karangasem, dan Tabanan.
Terutama Kabupaten Gianyar yang sektor pendapatan utamanya berasal dari
pariwisata, pariwisata merupakan salah satu industri terbesar di dunia dan berperan
dalam pertumbuhan ekonomi daerah tujuan wisata. Menurut Putra dan Wardana
(2019), Pembangunan sektor Industri memiliki keuntungan yang berlimpah untuk
ekonomi lokal, dan berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB),
pendapatan devisa dan lapangan kerja. Pembangunan sektor industri dengan
melakukan pengelompokan suatu usaha dapat memberikan dampak pada efisiensi
dan pertumbuhan produktivitas.
Provinsi Bali sebagai destinasi unggulan wisata Indonesia sangat
terdampak akan kebijakan Covid-19. Ditutupnya akses masuk wisatawan manca
negara ke Pulau Bali memaksa pelaku pariwisata memutar otak untuk dapat
bertahan ditengah tingginya tuntutan ekonomi. Demikian pula yang dihadapi oleh
masyarakat di Desa Batuan sebagai salah satu desa wisata. Desa Batuan sendiri
dikenal sebagai desa wisata dengan komoditas utamanya dibidang kerajinan, baik
kerajinan perak, kerajinan ukir, maupun seni lukis. Sektor ini bertumpu pada
kunjungan wisatawan khususnya manca negara sebagai konsumen hasil karya.
Mengkhusus pada kerajinan seni pahat ukir, pusat kerajinan seni pahat ukir
Desa Batuan terletak di Banjar Penida yang masuk dalam wilayah Desa Adat
Negara. Desa Adat Negara secara administratif merupakan salah satu desa adat di
bawah naungan Desa Batuan, Kecamatan Sukawati, Gianyar. Desa adat ini terdiri
dari 4 (empat) Banjar/dusun yaitu Banjar Penida, Banjar Bucuan, Banjar Penatahan
dan Banjar Tegeha. Walaupun dianggap sebagai pusat kerajinan seni pahat ukir di
Desa Batuan, nyatanya jumlah pengrajin seni pahat ukir di banjar ini tidaklah begitu
banyak. Hal ini juga disebabkan oleh banyaknya pengrajin seni pahat ukir yang
beralih profesi baik menjadi pedagang, karyawan swasta dan berbagai jenis
pekerjaan lainnya. Selain karena dampak pandemi, profesi sebagai pengrajin pahat
ukir juga minim peminat dari generasi muda Banjar Penida. Pesatnya arus
globalisasi dan informasi menjadikan profesi pengrajin tidak begitu diminati.
Generasi muda seakan terpacu untuk berkarya disektor digitalisasi. Namun yang
perlu diketahui bersama bahwa Provinsi Bali hidup dan tumbuh serta berkembang
dari sektor kebudayaannya yang menjadikan sektor ini tidak dapat ditiru dengan
mudah oleh daerah lainnya. Kerajinan pahat ukir juga masuk kedalam bentuk
kekayaan intelektual yang secara khas masuk ke dalam indikasi geografis.
Kerajinan pahat ukir mungkin sangat mudah ditemukan di daerah lainnya, namun
kekhasan ukiran merupakan menjadi satu-satunya di seluruh dunia.
Meningkatkan kembali minat generasi muda akan kerajinan pahat ukir
sebagai bentuk pelestarian budaya menjadi tantangan yang perlu dihadapi.
Pelestarian budaya menjadi penting mengingat daya tarik Provinsi Bali sendiri
terletak ditradisi seni dan budayanya. Atas hasil observasi tersebut, maka perlu
dilaksanakan kegiatan pelatihan kerajinan pahat ukir bagi generasi muda di Banjar
Penida sebagai upaya regenerasi pengrajin perak.

II. METODE PELAKSANAAN


2.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif. Metode penelitian
kualitatif merupakan metode penelitian yang datanya tidak berupa angka atau
tidak dapat di hitung. Teknik pengambilan sampel diantara banyak nya
pengerajin pahat ukir yang dapat di wawancari dan di minta keterangannya
adalah Bapak Wayan Winatra yang hasil dari pengamatan dan observasi bahwa
pengerajin pahat ukir di Desa Batuan memiliki masalah yang sama.
Pengumpulan data menggunakan hasil observasi dan wawancara.

2.2 Metode Pendekatan


Metode pendekatan yang dilakukan dengan jenis pendekatan fakta (factual
approach). Pendekatan faktual adalah pendekatan yang didasarkan pada
kenyataan-kenyataan yang benar-benar terjadi, yang terungkap dalam sejarah
(kenyataan historis). Metode pendekatan yang di lakukan yaitu dengan cara
mendatangkan narasumber langsung dari seni pahat ukir Banjar Penida dengan
cara wawancara bersama tim KAT kelompok 1 serta dosen pembimbing.
Untuk menyelesaikan masalah yang di hadapi pengrajin seni pahat ukir yang
di banjar Penida.

2.3 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri teknik
observasi (pengamatan) dalam mengumpulkan data primer. Teknik wawancara
dalam mengumpulkan data sekunder.
2.4 Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis yang
merupakan pengolahan statistik yang digunakan untuk menganalisis data
dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku
untuk umum atau generalisasi.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Bali merupakan Pulau Dewata yang kental akan budaya dan tradisi. Selain
karena hotel – hotel yang mewah dan alam wisata yang keren, Bali juga memiliki
kerajinan dan seni yang sangat menarik. Salah satu pusat kerajinan yang sangat
berkembang yaitu terletak di Kabupaten Gianyar. Kabupaten Gianyar dikenal
sebagai penghasil kerajinan seni tinggi. Bahkan Gianyar juga pernah mendapatkan
penobatan sebagai Word Craft City atau Kota Kerajinan Dunia yang merupakan
pertama di Indonesia setelah Yogyakarta. Pengakuan ini, tak terlepas dari aktifitas
masyarakat Gianyar yang sebagian besar bergelut di bidang seni dan kerajinan,
sehingga dijuluki Bumi Seni. Predikat Bumi Seni yang disandang Gianyar, tak
terlepas dari banyaknya karya seni yang monumental lahir di Gianyar. Seni
kerajinan yang ada di Kabupaten Gianyar sangat bervariasi dan beragam,
contohnya seperti kerajinan patung, seni lukis, emas, perak, endek atau tenun dan
masih banyak karya – karya seni lainnya.

Industri kerajinan di Gianyar merupakan salah satu usaha industri yang


mengandalkan pada kreatifitas seni para seniman Gianyar, dikerjakan secara
manual yang merupakan hasil cipta rasa dan karya tangan-tangan terampil perajin
Gianyar. Terdapat banyak daerah yang terkenal sebagai pusat kesenian kerajinan
tangan di Kabupaten Gianyar. Seperti di Desa Batubulan, Desa Sukawati, Desa
Singapadu, Ubud dan Desa Batuan yang merupakan pusat kesenian memahat.

Kami selaku mahasiswa berkewajiban melaksanakan pengabdian kepada


masyarakat. Dalam melaksanakan pengabdian kepada masyarakat, Universitas
Ngurah Rai mencanangkan program tahunan yang dikenal dengan Kuliah Aplikatif
Terpadu (KAT). Kami memilih Desa Batuan ini sebagai tempat penelitian karena
memiliki daya tarik yang unik dan sangat menarik untuk di teliti.

Salah satu seni kerajinan yang kami teliti yaitu di Banjar Penida, yang
secara administratif merupakan salah satu desa adat di bawah naungan Desa
Batuan, Kecamatan Sukawati, Gianyar. Banjar Penida sendiri dikenal sebagai pusat
kerajinan pahat ukir di Desa Batuan. Kerajinan pahat ukir merupakan komoditas
unggulan Desa Batuan yang dalam kegiatannya juga dilaksanakan sebagai bentuk
pelestarian seni dan budaya setempat.
Hasil kerajinan pahat ukir di Desa Batuan ini memang tidak diragukan lagi
karena menciptakan karya kerajinan tangan yang sangat indah dan berkualitas.
Nilai ekonomis sebuah seni ukir tentu sesuai dengan apa yang ditawarkan seperti
dari ukuran, bahan dasar pembuatan patung, tingkat kerumitan, nilai seni, serta
siapa seniman yang mengerjakan, membuat harganya bervariasi. Kerajinan seni
pahat ukir tentu sangat banyak jenis dan variasi yang di ciptakan oleh pengrajin,
seperti ukiran patung, plakat, desain nama dari ukiran kayu dan masih banyak lagi.
Desa Batuan ini dijuluki sebagai Desa yang indah akan seni dan wisata. Banyak
turis atau tamu mancanegara yang berliburan ke Desa Batuan ini dan mereka sangat
tertarik dengan kerajinan pahat ukir.
Kerajinan pahat ukir memiliki daya tarik yang sangat luar biasa sehingga
pemasaran kerajinan ini sampai di jual di luar daerah Desa Batuan, bahkan di toko
– toko pernak - pernik juga banyak sekali terdapat kerajinan pahat ukir ini. Sehingga
wisatawan bisa memilihnya sebagai salah satu oleh-oleh berharga baik untuk
kebutuhan sendiri, untuk keluarga, rekan ataupun sahabat. Setiap pematung ataupun
seniman memiliki ciri khas dan gaya seni ukir patung tersendiri, sehingga
menghasilkan hasil karya dengan ciri khas berbeda, karena mereka memiliki
kekhasan sendiri, sehingga peminatnya bisa menemukan sesuai selera masing-
masing. Maka dari itu kita selaku warga Bali sangat antusias terhadap mahalnya
seni yang di hasilkan oleh pengrajin di Desa Batuan ini.
Sesuai dengan tempat yang kami teliti di Desa Batuan terdapat 13
pengrajin seni pahat ukir, di antaranya 4 pengrajin berada di Banjar Tegeha, 3
pengrajin berada di Banjar Penida, 3 Pengrajin berada di Banjar Bucuan, dan 3
pengrajin berada di Banjar Penataran. Dari beberapa lokasi yang telah kami teliti
ada beberapa pengrajin yang kami temukan memiliki permasalahan- permasalahan
yang sering terjadi diantaranya yaitu, kurangnya minat masyarakat lokal dalam
membeli pahat ukir, peminat cenderung ke orang asing, sulitnya mencari bahan
baku yang sesuai, kurangnya pemasaran di media sosial. Salah satu tempat yang
kami teliti yaitu di tempat Bapak Wayan Winarta selaku pengrajin pahat ukir.
Beliau mengatakan bahwa kerajinan pahat ukir dari kayu ini memang sudah
dibudidayakan dari turun temurun. Namun ada beberapa penduduk atau warga
setempat yang memang sudah tidak menekuni pembuatan kerajinan seni pahat ukir
ini. Menurut hasil wawancara kami terhadap Bapak Wayan Winarta, beliau
mengembangkan usaha ini dimulai pada tahun 2008 dengan alat seadanya dan hasil
ukiranya di jual keliling di jalan.
Setelah 10 tahun kemudian tepat di tahun 2018 beliau mempunyai tempat
atau toko sendiri untuk memasarkan kerajinannya. Dalam memasarkan
kerajinannya, beliau menjelaskan bahwa kerajinan pahat yang dimilikinya sangat
banyak di minati oleh turis atau warga asing. Jenis pahat atau ukiran patung yang
diminati juga beragam tergantung dari kebutuhan. Proses pembuatan kerajinan
pahat ukir ini tentu menghabiskan waktu yang cukup lama,bahkan membutuhkan
waktu beberapa bulan untuk pengerjaan patung yang berukuran besar. Harga dari
kerajinan pahat ini juga berbeda – beda sama seperti proses pembuatnya, jika
semakin sulit dan bahan baku susah dicari maka harga ukirannya pun juga semakin
mahal.
Pengumpulan data dilakukan untuk mengetahui minat masyarakat
terhadap profesi pengrajin pahat ukir. Wawancara pun dilakukan dengan metode
purposive sampling. Penggunaan metode ini dimaksudkan untuk mengetahui lebih
jelasnya UMKM pada pengerajin pahat seni ukir di Desa Batuan.

Gambar 1. Wawancara Pengumpulan Data UMKM Pengerajin Seni Pahat Ukir


Banjar Penida, Desa Batuan Sukawati, Gianyar
Pada gambar 1 dapat dilihat bahwa mahasiswa melakukan wawancara kepada
Bapak Wayan yang memiliki usaha seni pahat ukir menanyakan tentang usaha nya dari
awal pembuatan seni pahat ukir sampai sekarang.

Gambar 2. Proses Pembuatan Pahat Ukir yang di Lakukan Oleh Generasi Muda di
Banjar Penida, Desa Batuan Sukawati, Gianyar

Pada gambar 2 dapat dilihat bahwa dalam pembuatan seni pahat ukir ada generasi
muda yang memiliki minat yang baik untuk meneruskan kerajian seni pahat ukir yang ada
di Desa Batuan.

Tabel 1. Indikator Capaian Program UMKM Seni Pahat Ukir


No. Aspek Indikator Kerja
Sebelum Program Setelah Program
1. Tenaga Hanya dibantu keluarga dengan Sudah bertambah menjadi 4
Kerja jumlah pekerja 2 sampai 3 orang sampai 5 orang pekerja
karena penjualan meningkat
2. Nilai Biaya produksi tinggi karena Biaya produksi lebih rendah
Ekonomi keterbatasan alat produksi karena bantuan alat produksi
mengakibatkan prosesnya
lebih cepat dan efisien
3. Pemasaran Konvensional dan menunggu Dilaksanakan dengan
Produk calon pembeli berkunjung ke website pemasaran online
workshop mereka yang lebih mudah dan cepat
4. Pembukuan Belun tercatat dan tidak dipisahkan Pencatatan dilakukan di
Perbulan dengan pengeluaran sehari-hari dengan rutin sesuai transaksi
yang dilaksanakan UKM
5. Jumlah Hanya mampu memproduksi Sudah mampu
Produksi sekitar 4 jenis produk setiap meningkatkan jumlah
bulannya produksi sampai jumlah
produksi hingga 80% atau
memproduksi 7 jenis produk
setiap bulannya
6. Pendapatan Rata-rata pendapatan Rp. Mampu meningkatkan
2.000.000,- pendapatan hingga 70%
yaitu rata-rata
berpendapatan Rp.
3.000.000,-
Dari tabel diatas dapat dilihat dari awal program sampai setelah program dapat
dilihat ada nya peningkatan dalam usaha seni pahat ukir Bapak Wayan mulai dari
tenaga kerja yang bertambah, adanya pemesan yang bertambah juga dan
penghasilnya yang pastinya juga ikut bertambah.

IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pengembangan usaha bagi generasi muda sebagai bentuk upaya regenerasi
Banjar Penida Desa Batuan Sukawati Gianyar berjalan dengan lancar. Terjadi
peningkatan minat generasi muda dalam mempelajari kerajinan seni pahat ukir
setelah dilakukannya pelatihan. Peningkatan minat menjadi sebuah wujud langkah
awal dalam pelestarian seni dan budaya warisan leluhur yang dalam hal ini
diwujudkan dalam bentuk kerajinan seni pahat ukir. Keberhasilan program ini
merupakan wujud kerjasama yang baik antara mahasiswa, dosen pembimbing,
perangkat Banjar Penida Desa Batuan hingga masyarakat yang secara terbuka dapat
menerima gagasan-gagasan yang diberikan.
4.2 Saran

Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi, program hendaknya dilakukan


secara berkelanjutan sehingga kedepannya dapat meningkatkan dan
mengembangkan minat generasi muda dalam kerajinan seni pahat ukir di Banjar
Penida, Desa Batuan, Kecamatan Sukawati, Gianyar.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim….. KAT UNR.2022. Panduan Kuliah Aplikatif Terpadu (KAT-UNR).


Denpasar:Universitas Ngurah Rai

F. Widiartanti, "Jurnal Sospol," Mebel Ukir Jepara dalam Menghadapi


KompetisiPerdagangan Global: Analisis Upgrading dalam Global Value
Chain, vol. 2, pp. 56-57, 2016.

Suprapto, Putu, Edi, 2008, Pemberdayaan UKM Kerajinan Seni Batu Pedas Dusun
Silakarang Bali,

Winarta, Wayan. 2022. Perkembangan Pengrajin Seni Pahat Ukir di Desa Batuan,
Sukawati, Gianyar, Bali (Kajian Fungsi Dan Gaya).

Wikipedia. (2021, Maret 11). Batuan, Sukawati, Gianyar. Diambil kembali dari
Batuan,Sukawati,Gianyar:https://id.wikipedia.org/wiki/Batuan,_Sukawat
i,_Gianyar

Widiastuti, Nur Aeni, 2019, Aplikasi Mobile Pada Sentra Industri Seni patung dan
Ukir Untuk Muningkatkan Potensi Pasar, No 1, vol 3, hal 17 – 24.

Z. A. M. S. Sisno Riyoko, “Jurnal DISPROTEK,” Ibm Industri Kecil Dan Menengah


Seni Patung Dan Ukir, vol. 5, p. 1, 2014.

You might also like