Professional Documents
Culture Documents
1 Mei 2020
p-ISSN: 1978-5259 e-ISSN: 2527-3345
Copyright@UNISBA Blitar, http://ejournal.unisbablitar.ac.id/index.php/viabel
Kristiawan & Maimunah, 2020. Kajian Karbon Pada Pengembangan Produk Unggulan Buah-
Buahan Ramah Lingkungan Di Kabupaten Tuban Jawa Timur.
Journal Viabel Pertanian. (2020), 14(1)76-90
ABSTRACT
The determination of national and regional leading commodities is the first step
towards agricultural development that is based on the concept of efficiency to achieve
comparative and competitive advantage in the face of trade globalization. Commodity
development that has a comparative advantage in terms of supply is characterized by its
superiority in its growth in the biophysical, technological, and socio-economic conditions
of farmers in a region. This is important because changes in the external environment
through the process of globalization require local governments (provincial / district / city)
to increase their competitiveness, so they are able to compete globally. The agricultural
commodities in the GRDP structure contribute significantly to the economy in Tuban
Regency. The purpose of this study is to describe the typolology of the leading producer
of environmentally friendly fruit commodities based on land suitability, determine
environmentally friendly superior commodities for fruits in Tuban Regency, analyzing
the optimization of the farm management of the development of superior commodities of
environmentally friendly fruits in Tuban. Quantitative analysis used in this study is the
analysis of regional economic structures using the Location Quotient (LQ) approach,
which is the approach used to determine the commodity in an area includes a base or non
basis based on harvested area or quantity of production each year. While environmental
aspects are approached through the calculation of biomass and carbon content and CO2
uptake of friendly superior fruit crops environment. The results of the study based on the
Location Quotient (LQ) method show that the potential of star fruit, red guava and mango
commodities in Tuban is classified as base, while citrus fruit is classified as non-base.
Socially viable farming based on employment is star fruit farming and economically
viable based on income is mango fruit farming and environmentally viable based on
carbon biomass is mango fruit farming. Whereas socially, economically and
environmentally viable farming is mango fruit. Based on the calculation of carbon
biomass, the largest carbon biomass is obtained from mango fruit plants in the amount of
61,823.20 kg / ha. This is because the mango fruit plant has a larger stem than other
commodity crops such as star fruit, red guava or orange. In addition, mango commodity
plants have a relatively long age so that it has a relatively large carbon biomass. Besides
being influenced by plants themselves, carbon biomass that is formed can also be
influenced by quality in land management.
Keywords: Superior commudity, Biomassa Carbon, Analysis LQ
PENDAHULUAN
Indonesia diketahui mempunyai keanekaragaman jenis buah-buahan yang tertinggi
di dunia, namun pada pasar domestrik dibanjiri dengan buah-buahan impor yang berasal
dari negeri subtropis. Di pasaran lokal didominasi dengan buah-buahan yang berasal dari
Thailand, Cina, dan Australia, diantaranya sudah begitu dikenal, sedangkan buah-buahan
tropis asal negeri sendiri tenggelam. Buah tropis yang diunggulkan Indonesia dan
dirisetkan pengembangannya oleh Dinas Pertanian adalah Pisang, Manggis, Nenas,
Pepaya dan Salak. Jurnal Biodiversitas (2007) menyatakan keragaman jenis buah-buahan
asli Indonesia dan potensinya. Jenis buah-buahan tersebut adalah: Durian, Mangga,
Rambutan, Salak, Manggis, Duku, Buah Merah dan Matoa. Hasil Sensus Pertanian tahun
2013, menunjukkan bahwa jumlah rumah tangga tanaman buah-buahan mencapai 2,2 juta
rumah tangga dan menempati ketiga setelah subsektor tanaman pangan dan subsektor
perikanan. Besarnya jumlah rumah tangga buah-buahan menunjukkan bahwa subsektor
76
Jurnal Viabel Pertanian Vol. 14 No. 1 Mei 2020
p-ISSN: 1978-5259 e-ISSN: 2527-3345
Copyright@UNISBA Blitar, http://ejournal.unisbablitar.ac.id/index.php/viabel
Kristiawan & Maimunah, 2020. Kajian Karbon Pada Pengembangan Produk Unggulan Buah-
Buahan Ramah Lingkungan Di Kabupaten Tuban Jawa Timur.
Journal Viabel Pertanian. (2020), 14(1)76-90
77
Jurnal Viabel Pertanian Vol. 14 No. 1 Mei 2020
p-ISSN: 1978-5259 e-ISSN: 2527-3345
Copyright@UNISBA Blitar, http://ejournal.unisbablitar.ac.id/index.php/viabel
Kristiawan & Maimunah, 2020. Kajian Karbon Pada Pengembangan Produk Unggulan Buah-
Buahan Ramah Lingkungan Di Kabupaten Tuban Jawa Timur.
Journal Viabel Pertanian. (2020), 14(1)76-90
(1) Value Added, yaitu nilai tambah cukup besar dari total outputnya, yaitu di atas rata-
rata dari nilai tambah seluruh kegiatan perekonomian regional.
(2) Input Domestic, kandungan input domestik besar, di atas rata-rata total dari input
domestik seluruh kegiatan ekonomi.
(3) Spesialisasi Ekspor, peran suatu industri dalam ekspor netto (baik antar propinsi dan
Negara) cukup besar, diatas rata-rata.
(4) Investasi/output, peran suatu industry dalam pembentukan investasi cukup besar
(diatas rata-rata).
(5) Penyebaran (forward linkages), indeks penyebaran besar lebih dari 1, yang
merupakan keterkaitan ke depan atau serapan terhadap output sektor industri.
(6) Kepekaan (Backward Lingkages), indeks kepekaan besar lebih dari 1, yang
merupakan keterkaitan ke belakang atau kemampuan sektor industri untuk menyerap
output dari beberapa usaha.
(7) Kontribusi terhadap perekonomian (PDRB), peran produk terhadap pembentukan
PDRB yang cukup tinggi di atas, rata-rata peran seluruh usaha perekonomian daerah.
Menurut Huseini (1999), produk unggulan merupakan produk yang memberikan
nilai tambah serta sumbangan pemasukan tertinggi pada suatu perekonomian daerah.
Pemasukan ini berdasarkan pada aspek nilai dan kontribusi suatu komoditas atau produk.
Dikatakan sebagai produk unggul apabila produk tersebut dapat memberikan nilai tambah
yang tinggi sepanjang rantai nilai dan memberikan kontribusi terbesar dari suatu
perekonomian daerah. Pendekatan pohon industri dan rantai nilai (value chain)
merupakan analisa pendekatan yang digunakan untuk mengetahui produk yang
memberikan nilai tambah.
Komoditi unggulan adalah hasil usaha masyarakat yang mempunyai kesempatan
dalam mencapai pemasaran yang tinggi serta memberikan keuntungan untuk masyarakat.
Komoditi unggulan memiliki beberapa kriteria yaitu :
a. Memiliki daya saing tinggi di pasaran (keunikan atau ciri spesifik, kualitas
bagus, harga murah);
b. Memanfaatkan potensi sumberdaya lokal yang berpotensial untuk
dikembangkan;
c. Memiliki nilai tambah bagi masyarakat;
d. Secara ekonomi memberikan keuntungan dan bermanfaat dalam
meningkatkan pendapatan serta kemampuan sumberdaya manusia;
e. Patut mendapatkan dukungan dari modal bantuan atau kredit
Komoditas unggulan dalam pemasaran dicirikan dengan produk handal yang
dihasilkan oleh daerah tertentu yang diduga memiliki keunggulan yang khas, sehingga
memiliki daya saing yang kuat. Keunggulan tersebut antara lain iklim yang cocok, lahan
subur, tenaga kerja terampil dan manajemen yang efisien serta penerapan teknologi.
Keunggulan tersebut disebutkan sebagai keunggulan komparatif (comparative
advantage). Upaya pengembangan komoditas unggulan dapat dilakukan dengan :
(1) Program pengembangan investasi dalam rangka peningkatan industrialisasi di daerah
baik pengembangan industri mikro/kecil, kerajinan, agro industri maupun
pengembangan agropolitan untuk pengembangan agro industri terpadu dengan
pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi wilayah.
(2) Mengembangkan promosi dan untuk pengenalan komoditas unggulan, andalan dan
potensial agar dapat menjangkau pasar yang lebih luas.
(3) Kerjasama dengan multipihak dalam pengelolaan usaha dalam peningkatan produk
dan jangkauan pasar komoditas yang lebih luas.
Pentingnya komoditas unggulan berkaitan erat dengan dua konsep pembangunan
perekonomian yaitu konsep Kompetensi Inti (Core Competency) dan konsep Daya Saing
Daerah. Pembangunan kompetensi inti pada dasarnya terbentuk atas dasar produk atau
komoditas unggulan, namun tidak semua komoditas unggulan bisa dijadikan suatu
78
Jurnal Viabel Pertanian Vol. 14 No. 1 Mei 2020
p-ISSN: 1978-5259 e-ISSN: 2527-3345
Copyright@UNISBA Blitar, http://ejournal.unisbablitar.ac.id/index.php/viabel
Kristiawan & Maimunah, 2020. Kajian Karbon Pada Pengembangan Produk Unggulan Buah-
Buahan Ramah Lingkungan Di Kabupaten Tuban Jawa Timur.
Journal Viabel Pertanian. (2020), 14(1)76-90
kompetensi inti pada suatu daerah. Hal ini dikarenakan kompetensi inti bukan berasal
dari produk unggulan daerah tersebut, melainkan dari kompetensi inti daerah itu sendiri.
Karena kompetensi inti memiliki pengertian yang lebih detail dan luas daripada produk
atau komoditas unggulan.
Biomassa Karbon
Pohon mempunyai kemampuan untuk melakukan fotosintesis, proses fotosintesis
pohon membutuhkan gas CO2 sebagai bahan bakunya dan hasil fotosintesis tersebut
berupa oksigen dan zat-zat makanan yang diperlukan oleh pohon atau tumbuhan dan
makhluk hidup yang lain. Kemampuan pohon dalam menyerap karbondioksida
membutuhkan stomata yang memungkinkan masuknya CO2. Purwaningsih (2007)
memaparkan bahwa pengukuran serapan karbondioksida dapat dilakukan dengan metode
karbohidrat, karena jumlah massa karbondioksida dalam proses fotosintesis berbanding
lurus dengan jumlah karbon dalam karbohidrat. Selama kurun waktu 40 tahun dalam
proses pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya hutan di Indonesia, telah menyebabkan
terjadinya kerusakan hutan (degradasi dan deforestasi). Faktor – faktor utama dalam
mempercepat terjadinya degradasi dan deforestasi di Indonesia yaitu kegiatan eksploitasi
hutan secara legal maupun ilegal, konversi hutan alam dan gambut untuk dijadikan
perkebunan sawit serta pertambangan, pemberian ijin pemanfaatan kayu, serta kebakaran
hutan (FWI, 2001).
Pemicu terjadinya pelepasan karbon dalam jumlah besar ke atmosfer yaitu kegiatan
konversi hutan. Terlepasnya Biomassa Karbon dalam biomassa tumbuhan dan memicu
terjadinya degradasi tanah yang menyebabkan terlepasnya karbon dari bahan organik
tanah merupakan dampak dari konversi hutan. Perubahan vegetasi penutup lahan juga
menyebabkan tidak terjadinya proses penyerapan karbon sehingga yang terjadi bukan
hanya pelepasan Biomassa Karbon di hutan namun juga hilangnya fungsi penyerapan
karbon oleh hutan. Hal yang sama terjadi dalam proses degradasi hutan. Penyebab
berkurangnya kandungan karbon dalam tutupan hutan dan turut berkurangnya fungsi
penyerapan karbon oleh hutan dikarenakan berkurangnya vegetasi hutan. Dalam
penutupan lahan hutan menjadi kawasan budidaya pertanian, proses fotosintesis yang
terjadi dapat mengimbangi proses fotosintesis pada lahan hutan namun serapan karbon
tanaman budidaya pertanian tidak sebesar serapan karbon tanaman hutan. Pohon di hutan
mampu menyerap CO2 sebagai proses fotosintesis dan menyimpannya dalam bentuk
karbohidrat pada kantong karbon yang terdapat di daun, batang dan akar sebelum
dilepaskan kembali ke atmosfer. Sehingga menimbulkan hubungan antara biomassa hutan
dengan kandungan karbon. Terdapat empat kolam karbon pada hutan; biomassa atas
permukaan (aboveground biomass), biomassa bawah permukaan (undergroundbiomass),
kandungan karbon organik tanah, serta bahan organik mati. Semua komponen vegetasi
hutan yang terdiri dari pohon dan strata tumbuhan bawah termasuk dalam biomassa
permukaan. Sedangkan akar merupakan biomassa bawah permukaan selain kandungan
organik tanah yang mempunyai kelas tersendiri dalam perhitungan carbon pools. Serasah
dan kayu mati yang telah ditetapkan berdasarkan tingkat dekomposisi termasuk dalam
bahan organik mati.
Karbon (C)
Dalam siklus karbon, vegetasi melalui fotosistesis merubah CO2 dari udara dan air
menghasilkan karbohidrat dan oksigen. Karbohidrat yang terbentuk disimpan oleh
vegetasi dan sebagian oksigen dilepaskan ke atmosfer (Fardiaz 1995). Menurut Whitmore
(1985) umumnya karbon menyusun 45–50% berat kering dari biomassa.
Menurut Dury et al., (2002) dalam Ginoga (2004), dalam tegakan hutan karbon
terdapat pada:
a. Pohon dan akar (Tr), yaitu pada biomassa hidup baik yang terdapat di atas permukaan
tanah atau di bawah permukaan dari berbagai jenis pohon, termasuk akar, batang,
79
Jurnal Viabel Pertanian Vol. 14 No. 1 Mei 2020
p-ISSN: 1978-5259 e-ISSN: 2527-3345
Copyright@UNISBA Blitar, http://ejournal.unisbablitar.ac.id/index.php/viabel
Kristiawan & Maimunah, 2020. Kajian Karbon Pada Pengembangan Produk Unggulan Buah-
Buahan Ramah Lingkungan Di Kabupaten Tuban Jawa Timur.
Journal Viabel Pertanian. (2020), 14(1)76-90
80
Jurnal Viabel Pertanian Vol. 14 No. 1 Mei 2020
p-ISSN: 1978-5259 e-ISSN: 2527-3345
Copyright@UNISBA Blitar, http://ejournal.unisbablitar.ac.id/index.php/viabel
Kristiawan & Maimunah, 2020. Kajian Karbon Pada Pengembangan Produk Unggulan Buah-
Buahan Ramah Lingkungan Di Kabupaten Tuban Jawa Timur.
Journal Viabel Pertanian. (2020), 14(1)76-90
81
Jurnal Viabel Pertanian Vol. 14 No. 1 Mei 2020
p-ISSN: 1978-5259 e-ISSN: 2527-3345
Copyright@UNISBA Blitar, http://ejournal.unisbablitar.ac.id/index.php/viabel
Kristiawan & Maimunah, 2020. Kajian Karbon Pada Pengembangan Produk Unggulan Buah-
Buahan Ramah Lingkungan Di Kabupaten Tuban Jawa Timur.
Journal Viabel Pertanian. (2020), 14(1)76-90
sampel untuk mempermudah dalam pelaksanaan penelitian ini. Selain itu, alasan
dilakukan pengambilan sampel bertujuan untuk dapat memahami tentang sifat dan
karakterisasi petani buah-buahan, sehingga peneliti dapat dengan mudah menarik
kesimpulan yang dapat digeneralisasikan terhadap populasi penelitian. Hal ini sejalan
dengan Sekaran (2006) yang menjelaskan bahwa pengambilan sampel dapat dilakukan
terhadap sebagian populasi, dikarenakan besarnya ukuran populasi dan beberapa faktor
penghalang seperti faktor biaya, waktu, sumberdaya manusia, dan lain sebagainya.
Berdasarkan penjelasan tersebut, sampel yang diambil harus melalui prosedur yang
representatif, yang berkaitan dengan dua aspek penting yaitu akurasi dan presisi. Sampel
dapat dikatakan akurat, apabila statistik sampel dapat memprediksi parameter populasi
dengan tepat, sedangkan sampel memiliki aspek presisi apabila mampu mencerminkan
realitas populasi dengan cermat. Pada penelitian ini digunakan Metode Slovin untuk
menentukan ukuran sampel. Metode Slovin yang digunakan pada penelitian ini dengan
presisi 15% dengan perhitungan menurut Siegel (1990) dan Setiawan (2007) sebagai
berikut.
𝑁
𝑛=
1 + 𝑁(𝑒)2
Keterangan:
n= Jumlah sampel petani buah-buahan.
N = Jumlah populasi petani buah-buahan.
e = Tingkat kesalahan 15%.
Pada penelitian ini jumlah sampel setiap desa ditentukan dengan cara propotional
sampling, dengan perhitungan berdasarkan rumus (Siegel, 1990; Santoso dan Tjiptono,
2002):
𝑁𝑖
𝑛𝑖 = 𝑛
𝑁
Keterangan:
ni = Jumlah sampel pada masing-masing kecamatan.
Ni = Jumlah populasi pada masing-masing kecamatan
n= Jumlah sampel.
Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan jumlah sampel penelitian sebesar 166
orang petani buah-buahan khusunya belimbing, jambu biji merah, mangga dan jeruk
sebagai informan kunci (key-informant).
Metode Pengumpulan Data
Data primer yang dibutuhkan pada penelitian ini antara lain yaitu: a) Data variabel
fisik lahan dan manajemen usaha tani buah-buahan. Data ini merupakan data yang
diperoleh dengan menggunakan metode survei langsung di lapangan dan wawancara
sedangkan pengambilan data sampel tanah di beberapa titik lokasi perkebunan buah-
buahan diperoleh dari dinas pertanian; b) Data total variabel pendapatan, variabel biaya
tetap, variabel biaya tidak tetap, modal dan lain-lain yang diperlukan dalam usaha tani
buah-buahan diperoleh dengan menggunakan metode survei dengan kuesioner yang
disebar pada 166 responden yaitu petani buah yang terletak di 6 lokasi kecamatan; c)
Optimalisasi pengolahan pengembangan usaha tani buah-buahan diperoleh dari data hasil
survei dengan kuesioner sebelumnya. Data yang digunakan merupakan semua data yang
telah dianalisis sebelumnya; d) Strategi pengolahan pengembangan usaha tani buah-
buahan diperoleh dari hasil analisis kualitatif dan kuantitatif sebelumnya.
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data yang berasal
dari beberapa sumber dokumen yang meliputi: data-data yang relevan dengan penelitian
ini, termasuk juga penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini.
Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tuban (data luas
lahan, curah hujan, hasil produksi buah-buahan dan lain-lain), Dinas Pertanian, Bappeda,
82
Jurnal Viabel Pertanian Vol. 14 No. 1 Mei 2020
p-ISSN: 1978-5259 e-ISSN: 2527-3345
Copyright@UNISBA Blitar, http://ejournal.unisbablitar.ac.id/index.php/viabel
Kristiawan & Maimunah, 2020. Kajian Karbon Pada Pengembangan Produk Unggulan Buah-
Buahan Ramah Lingkungan Di Kabupaten Tuban Jawa Timur.
Journal Viabel Pertanian. (2020), 14(1)76-90
Balai Penelitian, Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan, Dinas Hutbun, Dinas Kelautan
dan Perikanan, Kantor Desa (jumlah penduduk dan data pelengkap lainnya) dan dinas
atau instansi lain di Kabupaten Tuban. Rentang waktu data sekunder yang digunakan
adalah 6 tahun, yaitu antara tahun 2010-2015. Data lain yang digunakan adalah data
jumlah produksi komoditas subsektor pertanian di Kabupaten Tuban Tahun 2010-2014
dan harga komoditas subsektor pertanian tingkat produsen di Kabupaten Tuban Tahun
2010-2014. Data letak geografis dan topografi, data kependudukan, data keadaan
pertanian serta data Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Tuban 2011-2016 merupakan data pendukung lainnya.
Variabel dan Sumber Data
Variabel dan sumber data yang dugunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan
masalah dan tujuan penelitian yang akan dicapai. Adapun variabel yang diamati untuk
mendapatkan kesesuaiaan lahan antara lain variabel fisik lahan usaha tani yang meliputi
ketinggian, kelerengan, tekstur tanah, kedalaman tanah, jenis tanah, kemampuan lahan,
dan iklim. Sedangkan untuk variabel manajemen budidaya yang meliputi pembibitan,
penanaman, varietas tanaman buah-buahan, umur tanaman buah-buahan, pemupukan,
pemeliharaan tanaman serta pemanenan buah.
Berdasarkan permasalahan yang ingin diselesaikan, salah satu variabel yang diamati
adalah kelayakan ekonomi usaha tani buah-buahan dengan menggunakan perhitungan
BEP Unit, BEP rupiah, R/C Ratio, B/C Ratio, NPV dan IRR yaitu dengan mengetahui
pendapatan baik penerimaan maupun laba yang diperoleh petani buah, pengeluaran
berupa variabel biaya tetap maupun variabel biaya tidak tetap dan juga modal. Data yang
digunakan dalam penelitian ini diperoleh berdasarkan hasil survei dengan metode
kuesioner yang diberikan kepada para petani dengan jumlah sampel tertentu. Sedangkan
pada perhitungan optimalisasi digunakan metode goal programming dengan variabel
kesesuaian lahan, kelayakan ekonomi usaha tani, produktivitas hasil panen buah-buahan,
Biomassa Karbon, luas lahan, pendapatan petani buah-buahan, penyerapan tenaga kerja,
biaya pengolahan usaha tani dan modal yang digunakan usaha tani. Selanjutnya dilakukan
analisis sensitivitas dari hasil yang telah diperoleh. Setelah didapatkan variabel-variabel
yang optimal berdasarkan hasil yang telah diperoleh sebelumnya, dilakukan analisis
cluster yang memuat tiga aspek yaitu lingkungan, sosial dan ekonomi dari 6 kecamatan
yang terdapat di Kabupaten Tuban.
Tabel 1. Variabel dan Sumber Data
Masalah Penelitian Variabel Teknik Sumber Data
Pengumpulan Data
Bagaimana kelayakan Biomassa Karbon yang Pengamatan Petani buah-
lingkungan pada terbentung pada usaha langsung di buahan seperti
pengembangan potensi tani buah-buahan lapangan belimbing,
komoditas unggulan unggulan yang ramah Survei jambu biji
buah-buahan yang ramah lingkungan menggunakan merah, mangga
lingkungan khususnya kuesioner dan jeruk
buah belimbing, jambu Wawancara
biji merah, manga dan terstruktur
jeruk di Kabupaten Survei lapangan
Tuban Observasi
Metode Analisis Data
Analisis Location Quotient (LQ)
Salah satu analisis kuantitatif yang dapat digunakan untuk menentukan komoditi
unggulan adalah analisis struktur ekonomi daerah dengan menggunakan pendekatan
Location Quotient (LQ). Metode Location Quotient (LQ) adalah suatu pendekatan tidak
langsung untuk mengetahui apakah suatu komoditi merupakan komoditi basis atau non
basis. Keunggulan metode ini dalam mengidentifikasi komoditi unggulan antara lain
83
Jurnal Viabel Pertanian Vol. 14 No. 1 Mei 2020
p-ISSN: 1978-5259 e-ISSN: 2527-3345
Copyright@UNISBA Blitar, http://ejournal.unisbablitar.ac.id/index.php/viabel
Kristiawan & Maimunah, 2020. Kajian Karbon Pada Pengembangan Produk Unggulan Buah-
Buahan Ramah Lingkungan Di Kabupaten Tuban Jawa Timur.
Journal Viabel Pertanian. (2020), 14(1)76-90
penerapannya yang sederhana, mudah dan tidak membutuhkan program pengolahan data
yang rumit. Penyelesaian analisisnya cukup dengan menggunakan perangkat lunak spread
sheet dari MS Excel. Sebaik apapun hasil olahan metode LQ, tidak akan bermanfaat jika
data yang digunakan tidak valid. Validitas atau kesahihan data dapat menghindari bias
musiman dan tahunan. Sehingga diperlukan data runtun waktu (time serries) yang cukup
panjang. Data yang dianalisis sebaiknya tidak kurang dari 5 tahun. Sementara itu,
mengumpulkan data yang lengkap sepanjang 5 tahun tersebut sering mengalami
hambatan di lapangan (Hendayana, 2003).
Pendekatan LQ mempunyai dua keunggulan yaitu sebagai berikut: a)
Memperhitungkan ekspor, baik secara langsung maupun tidak lansung (barang antara), b)
Metode ini tidak mahal dan dapat diterapkan pada data distrik untuk mengetahui
kecendrungan. Kelebihan analisis LQ yang lainnya yaitu analisis ini dapat dibuat menarik
jika dilakukan dalam bentuk time series/trend, artinya dianalisis selama kurun waktu
tertentu. Analisis Location Quotient (LQ) juga dapat menentukan sektor dan sub sektor
serta komoditi unggulan suatu perekonomian wilayah. Sektor, sub sektor, dan komoditi
unggulan yang berkembang dengan baik mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi suatu wilayah, yang pada akhirnya dapat meningkatkan
pendapatan daerah secara optimal. Berikut rumus LQ yang digunakan dalam penelitian
ini :
𝑝𝑖/𝑝𝑡
𝐿𝑄 =
𝑃𝑖/𝑃𝑡
Dimana,
𝐿𝑄 = Location Quotient
𝑝𝑖 = Rata-rata produksi selama 𝑡 tahun jenis komoditas 𝑖 pada tingkat Kabupaten
𝑝𝑡 = Jumlah rata-rata produksi selama 𝑡 tahun semua komoditas 𝑗 pada tingkat
Kabupaten
𝑃𝑖 = Rata-rata produksi selama 𝑡 tahun jenis komoditas 𝑖 pada tingkat Provinsi
𝑃𝑡 = Jumlah rata-rata produksi selama 𝑡 tahun semua komoditas 𝑗 pada tingkat
Provinsi
LQ>1 menunjukkan terdapat konsentrasi relative disuatu wilayah dibandingkan
dengan keseluruhan wilayah. Hal ini berarti komoditas i disuatu wilayah merupakan
sektor basis yang berarti komoditas i di wilayah itu memiliki keunggulam komparatif.LQ
= 1 merupakan sektor non basis, artinya komoditas i disuatu wilayah tidak memiliki
keunggulan komparatif. produksi komoditas yang dihasilkan hanya cukup untuk
memenuhi kebutuhan sendiri dalam wilayah itu.LQ < 1.merupakan sektor non basis,
artinya komoditas i disuatu wilayah tidak memiliki keunggulan komparatif, produksi
komoditas i di wilayah itu tidak dapat memenuhi kebutuhan sendiri dan harus mendapat
pasokan dari luar wilayah. Komoditas yang menghasilkan nilai LQ > 1 merupakan
strandar normative untuk ditetapkan sebagai komoditas unggulan. Dan jika banyak
komoditas yang menghasilkan nilai LQ > 1 maka derajat keunggulan komparatif
ditentukan berdasarkan nilai LQ yang lebih tinggi di suatu wilayah, karena semakin tinggi
nilai LQ maka menunjukkan semakin tinggi pula potensi keunggulan komoditas tersebut
(Muhammad, 2005).
Metode Perhitungan Biomassa, Kandungan dan Serapan Karbon
Jenis vegetasi yang mampu menyerap karbon paling tinggi yaitu jenis vegetasi
berkayu. Dahlan (2004) dalam Ginoga (2004) memaparkan bahwa jenis vegetasi berkayu
yang memiliki daya tumbuh cepat mampu menyerap karbon lebih tinggi dibandingkan
dengan vegetasi yang memiliki daya tumbuh lambat, tetapi vegetasi yang lebih cepat
tumbuh sebagian besar mempunyai tingkat kesulitan yang cukup tinggi dalam
pengukuran pendugaan potensi serapan karbon yang ada dalam vegetasi itu, hal ini
dikarenakan oleh bentuk batang yang relatif kurang silindris dan akar yang meluas,
84
Jurnal Viabel Pertanian Vol. 14 No. 1 Mei 2020
p-ISSN: 1978-5259 e-ISSN: 2527-3345
Copyright@UNISBA Blitar, http://ejournal.unisbablitar.ac.id/index.php/viabel
Kristiawan & Maimunah, 2020. Kajian Karbon Pada Pengembangan Produk Unggulan Buah-
Buahan Ramah Lingkungan Di Kabupaten Tuban Jawa Timur.
Journal Viabel Pertanian. (2020), 14(1)76-90
85
Jurnal Viabel Pertanian Vol. 14 No. 1 Mei 2020
p-ISSN: 1978-5259 e-ISSN: 2527-3345
Copyright@UNISBA Blitar, http://ejournal.unisbablitar.ac.id/index.php/viabel
Kristiawan & Maimunah, 2020. Kajian Karbon Pada Pengembangan Produk Unggulan Buah-
Buahan Ramah Lingkungan Di Kabupaten Tuban Jawa Timur.
Journal Viabel Pertanian. (2020), 14(1)76-90
86
Jurnal Viabel Pertanian Vol. 14 No. 1 Mei 2020
p-ISSN: 1978-5259 e-ISSN: 2527-3345
Copyright@UNISBA Blitar, http://ejournal.unisbablitar.ac.id/index.php/viabel
Kristiawan & Maimunah, 2020. Kajian Karbon Pada Pengembangan Produk Unggulan Buah-
Buahan Ramah Lingkungan Di Kabupaten Tuban Jawa Timur.
Journal Viabel Pertanian. (2020), 14(1)76-90
tumbuhan dan tumbuhan tersebut tumbuh besar (sekuestrasi). Ukuran volume tanaman
penyusun lahan tersebut kemudian menjadi ukuran jumlah karbon yang tersimpan sebagai
biomasa (Biomassa karbon) (Kauffman dan Donato, 2012).
Penelitian mengenai karbon tersimpan perlu dilaksanakan untuk mengetahui
perubahan karbon tersimpan di suatu kawasan akibat konversi penggunaan lahan.
Konversi penggunaan lahan dapat dipantau dengan menggunakan teknologi penginderaan
jauh. Perubahan karbon yang tersimpan di atas maupun di bawah permukaan suatu area
dapat diketahui dengan menggunakan Integrasi data lapang dan data spasial perubahan
penggunaan lahan. Jawaban atas tantangan peningkatan produksi pertanian yang semakin
kompleks dengan langkah strategis yaitu mengembangkan lahan pertanian yang pasang
surut. Dengan pengelolaan yang tepat melalui penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang benar, pengembangan lahan pasang surut mempunyai prospek besar untuk menjadi
lahan pertanian yang produktif terutama dalam rangka melestarikan swasembada pangan,
diversifikasi produksi, peningkatan pendapatan dan lapangan kerja, serta pengembangan
agribisnis dan wilayah (Abdurachman dan Ananto, 2000).
Buah-buahan merupakan sumber vitamin yang dibutuhkan dalam memenuhi gizi
keluarga, disamping sebagai sumber pendapatan. Pada hasil penelitian Biomassa karbon
yang terdapat di kabupaten Tuban, rata-rata Biomassa karbon pada komoditas buah-
buahan belimbing, jambu biji merah, mangga dan jeruk dapat dilihat pada gambar
diagram berikut:
70,000.00
60,000.00
50,000.00
Kg/Ha
40,000.00
30,000.00
20,000.00
10,000.00
0.00
belimbing Jambu Biji Mangga Jeruk
Merah
Biomassa Karbon
87
Jurnal Viabel Pertanian Vol. 14 No. 1 Mei 2020
p-ISSN: 1978-5259 e-ISSN: 2527-3345
Copyright@UNISBA Blitar, http://ejournal.unisbablitar.ac.id/index.php/viabel
Kristiawan & Maimunah, 2020. Kajian Karbon Pada Pengembangan Produk Unggulan Buah-
Buahan Ramah Lingkungan Di Kabupaten Tuban Jawa Timur.
Journal Viabel Pertanian. (2020), 14(1)76-90
dipengaruhi oleh tanaman itu sendiri, biomassa karbon yang terbentuk dapat pula
dipengaruhi oleh kualitas dalam pengelolaan lahan. Tanaman buah-buahan dalam
merespon kondisi lingkungan lahan pada tempat tumbuhnya cukup sulit untuk dijelaskan
terutama dalam hal kemampuan akar tanaman dalam menyerap nutrisi dan mineral yang
terkandung dalam tanah. Pengelolaan tanah yang baik sangat penting untuk produktivitas
tanaman.
Selain itu, pengelolaan pH tanah juga memilki kadar yang berbeda-beda di tiap
wilayahnya. Tanah dapat diasamkan dengan menambahkan bahan organik atau belerang
atau sulfat.Tanah dapat ditingkatkan pH nya dengan menambahkan kapur atau abu kayu.
Namun harus disesuaikan dengan kondisi tanah pada kebutuhan tanaman buah itu sendiri.
Tiga unsur hara esensial, yaitu karbon, oksigen dan hidrogen, sangat penting untuk
pertumbuhan tanaman dan disediakan oleh udara dan air.Unsur-unsur penting lainnya
yang disebut sebagai nutrisi tanaman, disediakan olehtanah, atau ditambahkan sebagai
pupuk, dan diserap tanaman secara eksklusif melalui akar.Nutrisi tanaman ini dibagi
menjadi dua kelompok.Nutrisi yang dibutuhkanoleh tanaman dalam jumlah besar disebut
hara makro; yaitu nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, magnesium dan sulfur. Unsur hara
yang lain disebut hara mikro; termasuk besi, klorin, seng, molibdenum, boron, mangan,
tembaga, sodium dan kobalt. Makro nutrien dan mikro nutrien semuanya penting untuk
pertumbuhan tanaman normal dan perkembangannya; mereka dibutuhkan dalam jumlah
yang berbeda-beda.
Lahan usaha tani juga memerlukan adanya sumber pupuk organik yang berupa
kompos, pupuk kandang dan pupuk hijau. Pupuk organik dapat "ditanam" bersama
dengan menanam tanaman penutup tanah, yang merupakan tanaman yang ditanam untuk
dibenamkan ke dalam tanah, biasanya disebut pupuk hijau.Tanaman penutup tanah juga
menambahkan bahan organik ke tanah.Produk pupuk anorganik juga banyak tersedia,
baik sebagai produk single-hara atau multi-nutrisi.Pupuk dapat diberi label sebagai “slow
release” atau “pupuk larut”. Pupuk “slow-release” melepaskan nutrisi tersedia selama
periode waktu yang panjang.“Pupuk larut” melepaskan hara tersedia secara cepat,dan
banyak yang larut dalam air dan tersedia bagi tanaman.
Nutrisi dapat disediakan oleh banyak produk pupuk dan praktek pemupukan.Harga
pupuk, ketersediaan, kemudahan penggunaan, peralatan yang dibutuhkan, waktudan
filsafat pemupukannya semua memainkan perandalam memilih jenis pupuk dan metode
aplikasi yang terbaik untuk setiap situasi.Kadang-kadang, dalam situasi kekurangan hara
yang parah, beberapa hara mikro dapat disemprotkan ke daun tanaman.Dalam sistem
produksi hidroponik, nutrisi yang dilarutkan dalam air dapat diserap akar
tanaman.Sebagian besar tanah mengandung sejumlah hara.Hanya uji tanah yang dapat
menilai ketersediaan hara ini.Pemupukan yang dilakukan tanpa hasil uji tanah
menyebabkan pemborosan uang dan produk, dan dapat memperburuk ketidak-
seimbangan nutrisi yang ada.Selain itu, kadang-kadang nutrisi yang hadir dalam pasokan
cukup tetapi tidak tersedia karena pH yang terlalu tinggi atau terlalu rendah.Uji tanah
dapat mengungkapkan hal ini, dan laboratorium tanah profesional atau konsultan tanaman
dapat merekomendasikan penyelesaian masalah tersebut.
Sedangkan hasil perhitungan kandungan karbon yang dimiliki oleh tanaman buah-
buahan di Kabupaten Tuban adalah sebagai berikut:
Tabel 5.Kandungan karbon Pada Tanaman Buah di Kabupaten Tuban
Kandungan karbon belimbing Jambu Biji Merah Mangga Jeruk
1 pohon (kg) 19,72 20,23 309,12 13,00
1 ha (kg) 3.944,09 8.092,24 30.911,60 5.199,64
Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 5 terlihat bahwa mangga merupakan
tanaman yang memiliki kandungan karbon terbanyak daripada tanaman buah lainnya. Hal
ini disebabkan bahwa tanaman mangga merupakan tanaman yang memiliki ciri fisik
terbesar serta memiliki usia yang relatif lebih lama daripada tanaman belimbing, jambu
88
Jurnal Viabel Pertanian Vol. 14 No. 1 Mei 2020
p-ISSN: 1978-5259 e-ISSN: 2527-3345
Copyright@UNISBA Blitar, http://ejournal.unisbablitar.ac.id/index.php/viabel
Kristiawan & Maimunah, 2020. Kajian Karbon Pada Pengembangan Produk Unggulan Buah-
Buahan Ramah Lingkungan Di Kabupaten Tuban Jawa Timur.
Journal Viabel Pertanian. (2020), 14(1)76-90
biji merah atau jeruk. Pada penelitian ini juga tertera hasil perhitungan serapan CO2 yang
dapat diserap oleh tanaman buah-buahan tersebut:
Tabel 6.Serapan CO2 Pada Tanaman Buah di Kabupaten Tuban
Serapan CO2 belimbing Jambu Biji Merah Mangga Jeruk
1 pohon (kg) 72,31 74,18 1133,43 47,66
1 ha (kg) 14.461,67 29.671,53 113.342,53 19.065,36
Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 6.10 mengenai serapan karbon, secara
berturut-turut tanaman buah mangga merupakan yang memiliki biomassa karbon,
kandungan karbon dan serapan CO2 tertinggi daripada tanaman buah lainnya dalam
penelitian ini.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 6 kecamatan di wilayah
Kabupaten Tuban dengan menggunakan metode Location Quotient (LQ), buah belimbing
memiliki potensi yang lebih unggul untuk dikembangkan. Setelah itu buah mangga dan
jambu biji merah memiliki potensi menjadi salah satu buah yang memiliki keunggulan
komoditi. Hasil penelitian ini yang dilakukan dengan menggunakan data dari tahun 2010
hingga 2015, dapat dilakukan upaya untuk mengembangkan kawasan Kabupaten Tuban
pada sektor buah-buahan. Hal ini dapat dijadikan sebagai suatu kebijakan pemerintah
Kabupaten Tuban yang bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat sekitar khususnya
petani buah tersebut. Kabupaten Tuban memiliki lokasi yang dekat dengan pantai, maka
kawasan ini mempunyai lanscape yang indah yang berpotensi sebagai pengembangan
wisata atau dengan kata lain wisata petik buah.
Berdasarkan hasil perhitungan biomassa karbon, biomassa karbon terbesar
diperoleh dari tanaman buah mangga yaitu sebesar 61.823,20 Kg/Ha. Hal ini dikarenakan
pada tanaman buah mangga memiliki batang yang lebih besar daripada tanaman
komoditas lainnya seperti belimbing, jambu biji merah atau jeruk. Selain itu, tanaman
komoditas mangga memiliki usia yang relatif lama sehingga memiliki biomassa karbon
yang relatif besar. Selain dipengaruhi oleh tanaman itu sendiri, biomassa karbon yang
terbentuk dapat pula dipengaruhi oleh kualitas dalam pengelolaan lahan. Tanaman buah-
buahan dalam merespon kondisi lingkungan lahan pada tempat tumbuhnya cukup sulit
untuk dijelaskan terutama dalam hal kemampuan akar tanaman dalam menyerap nutrisi
dan mineral yang terkandung dalam tanah. Pengelolaan tanah yang baik sangat penting
untuk produktivitas tanaman. Manajemen yang baik harus mencakup pertimbangan
menjaga integritas tanah dari waktu ke waktu.Manajemen yang buruk dapat
menyebabkan erosi, hilangnya kesuburan, kerusakan struktur tanahdan hasil panen yang
buruk.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrachman dan Ananto E.E. 2000. Konsep Pengembangan Pertanian Berkelanjutan
Di Lahan Rawa Untuk Mendukung Ketahanan Pangan dan Pengembangan
Agribisnis.Seminar Nasional Penelitian dan Pengembangan Pertanian di Lahan
Rawa.Bogor, 25−27 Juli 2000.23 halaman.
Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional), 2006, Petunjuk Teknis
Pengajuan Usulan Kegiatan Yang Dibiayai Dari Pinjaman Dan/Atau Hibah Luar
Negeri, Jakarta.
Brown S. 1997. Estimating Biomass and Biomass Change of Tropical Forest.A
Primer.FAO. USA. FAO Forestry Paper No.134.
Chave J, Andalo C, Brown S, Cairns MA, Chambers JQ, Eamus D, Folster H, Fromard F,
Higuchi N, Kira T, Lescure JP, Nelson BW, Ogawa H, Puig H, Riera B and
Yamakura T. 2005. Tree Allometry And Improved Estimation Of Carbon Stocks
89
Jurnal Viabel Pertanian Vol. 14 No. 1 Mei 2020
p-ISSN: 1978-5259 e-ISSN: 2527-3345
Copyright@UNISBA Blitar, http://ejournal.unisbablitar.ac.id/index.php/viabel
Kristiawan & Maimunah, 2020. Kajian Karbon Pada Pengembangan Produk Unggulan Buah-
Buahan Ramah Lingkungan Di Kabupaten Tuban Jawa Timur.
Journal Viabel Pertanian. (2020), 14(1)76-90
90