Professional Documents
Culture Documents
Resolusi Konflik Ujaran Kebencian di Media Sosial Berbasis Kearifan Lokal di Bali 209
JURNAL HARMONI
ISSN:1412-663X, e-ISSN:2502-8472
Artikel diterima 23 September 2021, diseleksi 5 Desember 2021, dan disetujui 27 Desember 2021
DOI: https://doi.org/10.32488/harmoni.v20i2.517
Abstract Abstrak
In Bali, people, culture and religion in Bali mingle Di Bali, manusia, budaya dan agama berbaur
into one single entity and contribute to the tourism menjadi satu entitas dan berkontribusi pada
industry which began to rise in the 1970s. The industri pariwisata yang mulai bangkit era
increasing tourism industry has been attracting 1970-an. Meningkatnya industri pariwisata
job seekers from all over Indonesia, even abroad, menarik minat para pencari kerja dari
to work in Bali. As a result, Bali with certain areas seluruh penjuru Indonesia, bahkan luar
such as Denpasar, Gianyar and Tabanan is known negeri untuk bekerja di Bali. Akibatnya, Bali
as a multicultural area. This is where both Balinese dengan beberapa daerah tertentu seperti
natives who are Hindus, as well as immigrants Denpasar, Gianyar dan Tabanan dikenal
who are not Hindus interact with each other. With sebagai kawasan multikultur. Di sinilah
the massive use of social media, the expression of baik orang asli Bali yang beragama Hindu,
opinions emerges which the uploader sometimes maupun para pendatang yang bukan Hindu
does not realize the impact of uploading social saling berinteraksi. Dengan hadirnya media
media content. This article aims to describe the sosial, ekspresi pendapat bermunculan yang
impact of social media in a pluralistic society and tanpa disadari pengunggahnya sebenarnya
the sensitive issues related to diversity in Bali. menyangkut isu sensitif. Artikel ini ingin
menggambarkan dampak media sosial di
The article resulted from field research using tengah masyarakat plural dan isu terkait
qualitative method shows that the use of social keragaman yang sensitif di Bali.
media poses a threat to plural society as long as
it is used to express religious and ethnic hatred, Artikel yang dihasikan dari riset lapangan
especially regarding the sacred religious rituals. menggunakan metode kualitatif ini
On the other hand, the use of social media to gain menunjukkan bahwa penggunaan
electoral support by raising the issue of threatened media sosial mengundang ancaman bagi
local majority also endangers non Hindu masyarakat plural sejauh digunakan untuk
population. The results of this study indicate that mengekspresikan kebencian keagamaan dan
tensions arising from social media contents in Bali etnis. Apalagi menyangkut ritual keagamaan
can be decreased by mediation using local wisdom, yang disucikan. Namun di sisi lain tanpa
rather than national laws. disadari juga penggunaan media sosial
untuk memperoleh dukungan elektoral
Keywords: Social Media, Conflict Resolution, dengan mengangkat isu dominasi lokal yang
Ajeg Bali, Menyama Braya, The Law of Karma terancam juga mengundang kekhawatiran
Pala kaum pendatang. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa ketegangan yang timbul
akibat unggahan di media sosial di Bali dapat
didinginkan dengan mediasi menggunakan
kearifan lokal, ketimbang undang-undang
bersifat nasional.
yang menghujat Nyepi itu bukan hanya bawah. Ketika dihujat di media sosial
pertama terjadi. Setidaknya pernah tiga terkait dengan hari raya Nyepi itu sendiri,
kali terjadi. pihak parisada hanya menekankan agar
umat Hindu tetap menjaga sopan santun
“Kami mempercayakan kepada penegak dan ramah (Hernawa, Denpasar, 29 April
hukum, jika menjadi masalah silakan 2016).
ditindak. Kami berharap semua umat
yang tinggal di Bali membangun Di balik sengketa sosial terkait
toleransi untuk kepentingan bersama. postingan yang menghujat Nyepi
Faktanya, ketika jalan ditutup untuk tersebut, Hernawa masih melihat bahwa
persembahyangan Jumat, orang Bali terdapat hal yang paling fenomenal,
tidak mengeluh. Kalau kami Nyepi, bagaimana semua orang di Bali, termasuk
silakan mereka menutup usahanya. orang asing mengikuti tata tertib dan
Itu tujuannya untuk kepentingan aturan Nyepi. Dalam pandangannya, di
bersama.” (hasil wawancara dengan tempat lain pasti tidak mudah dilakukan.
Dira, Denpasar, Mei 2016). Pihaknya menjunjung tinggi toleransi,
yang terkandung dalam doktrin tatwam
asi. Menghargai setiap orang yang ada di
Namun ia juga menegaskan bahwa Pulau Bali. Setiap ada masalah dengan
penghinaan dan hujatan tersebut tidak umat, pengurus PHDI bersikap bukan
sampai direspon dengan perlawanan memutus salah atau benar, melainkan
fisik. Masyararakat Bali memang hanya memediasi. Hanya berada
dihebohkan dengan hujatan tersebut, lalu di tengah-tengah, agar tidak saling
mendatangi pihak berwenang. Pihaknya menyalahkan, dan dicarikanlah jalan
di Bali TV memilih melakukan edukasi terbaik (Hernawa, Denpasar, 29 April
kepada masyarakat, yaitu ditampilkan 2016)..
tokoh Hindu dan tokoh umat lain
untuk berbicara kepada masyarakat.
Menariknya juga, tidak sampai sebuah Unggahan Keberatan Terhadap Istilah
kasuistis itu di-blow up atas nama agama. Keagamaan dan Pendatang
“Bedanya kalau dengan kita kan, yang disebut wacana Ajeg Bali. Walaupun
kita kan gerakannya kultural, sejauh ini dilihat tidak terlalu menjadi
bukan struktural. Kalau ada MUI isu panas, namun tetap menghebohkan
memperjuangkan UU Jaminan Produk di masyarakat berbagai lapisan. Istilah
Halal itu kan merayap, tidak perlu ini belakangan demikian populer dan
menggunakan simbol Islam. MUI dipandang sangat menyentuh masyarakat
Denpasar kecolongan, karena tidak ada Bali.
info, tiba-tiba muncul dan direspon
dengan demo. Selama berbulan-bulan Menurut I Ketut Donder, Ketua
pertikaian itu, sampai ada pelecehan pasca sarjana program Doktor IHDN
juga ke Islam, lafadl Allah digantung di Denpasar, munculnya istilah ini dilatari
patung. Tetapi setelah ditarik ke MUI, oleh ketakutan orang Bali dengan
lagi-lagi terjadi kesepahaman, tentunya masuknya berbagai informasi. Terkait
setelah babak belur.” (Hasil wawancara dengan kesiapan mental spiritual agama
dengan Musthofa Amin, Denpasar, belum cukup untuk menerima pengaruh
Mei 2018). dari luar.
Bali TV-lah yang memperkenalkan ide apa, cara membuat sanggul panjang
itu dan akhirnya Bali TV juga yang misalnya. Sekarang susah mencari
menyosialisasikan konsep Ajeg Bali itu. remaja bisa sanggul panjang. Ajeg
Bali kepada guru-guru, misalnya.”
Perilaku orang Bali, setiap hari (Wawancara dengan Dira, Ibid).
memberikan sesaji, antara lain dengan
menyajikan makanan di jalan. Kalau
Ajeg Bali juga terkait dengan upaya
tidak mengerti, pastilah muncul tuduhan
menyatukan manusia dengan Tuhan,
memberikan makanan kepada setan.
manusia dengan manusia, dan manusia
Mereka yang tidak paham, tidak perlu
dengan alam atau yang disebut Tri Hita
disalahkan. Sebenarnya orang Bali
Karana (Tiga sebab kebahagiaan). Dengan
melakukan itu ada dasarnya dalam Smerti,
konsep Ajeg Bali itu, lahirlah pasraman-
terutama di Darmasastra. Terlebih, orang
pasraman. Kemdudian disambut oleh
Bali khawatir, karena sejak runtuhnya
pemerintah daerah dengan memfasilitasi
majapahit itu orang Bali lebih banyak
setiap liburan sekolah diadakan pasraman
mengandalkan pada ritual (Donder, Ibid).
untuk mengajarkan kepada anak didik
Menurut pihak Bali TV sendiri, bagaimana membuat banten atau sesaji.
konsep Ajeg Bali ini sebenarnya mulai Pada intinya bagaimana membuat piranti
digulirkan sejak selepas peristiwa Bom upakara. Orang penjual canang di Bali
Bali. Tepatnya ketika semua tokoh tidak semua Hindu. Hal ini tidak pernah
memikirkan perkembangan generasi ditabukan, asalkan sesuai dengan konsep
muda Hindu di Bali. Mereka yang akan orang Bali.
mewarisi sebuah tradisi. Bagimana agar
“Kami mohon, jangan hanya posisikan
Bali ini tetap lestari. Bali TV yang kebetulan
Bali hanya tempat mencari kerja. Yang
mengelola grup Bali Post, sampai
paling parah di sektor pariwisata.
ke luar daerah, ke Aceh dan Medan,
Mereka tidak tahu apa itu pura, ia
kemudian memberikan ruang bagi
jelaskan ini, itu. Itu kan salah, simpang
tokoh-tokoh agama untuk mengedukasi
siur jadinya. Ketika diketahui rakyat,
masyarakat dan juga membangun kerja
terjadi gesekan. Berbeda dengan
sama dengan para tokoh. Semangat ini
orang Non Hindu organik yang telah
sebenarnya terbangun sejak tahun 1948
paham betul bagaimana membangun
sejak berdirinya Suara Indonesia yang
kebersamaan di Bali. Ketika orang
menjadi cikal bakal Bali TV. Bali TV pun
datang untuk kerja di Bali, ketika
sadar betul, bahwa Bali sangat majemuk
waktunya disita untuk kepentingan
sekarang. Semua elemen agama ada di
umat, ia bisa marah. Maka, ia membuat
Bali. Karena itu pun Bali TV tidak bisa
provokasi yang bukan-bukan. Bali
hanya menyuarakan kepentingan Hindu
sangat menyadari, dari sekian waktu
(Dira, ibid).
yang digunakan, ada waktu untuk
“Ajeg Bali perlu kami tegaskan bukan refleksi, waktu perenungan. Marilah
pemahaman saklek. Bagaimana selamatkan alam. Itulah konsepnya
konsep pelestarian budaya sejalan Nyepi.” (Dira, ibid).
dengan modernisasi. Bukan berarti
anti modenisasi dengan konsep Ajeg Dira pun menandaskan bahwa
Bali. Dilakukan sosialiasi kepada konsep Ajeg Bali berbeda pendekatan
pejabat, mengedukasi masyarakat, juga dengan suara Arya Wedhakarna. Yang
mengundang anak-anak dalam berbagai disebut terakhir ini tampak terlalu
event, alem-aleman misalnya. Wujud vulgar konsepnya dan dapat berpotensi
Ajeg Bali itu paling kelihatan misalnya memancing konflik, termasuk dari
dalam ciri-ciri gadis Bali itu seperti kalangan Islam.
Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 20 No. 2
218 Moh Zaenal Abidin Eko Putro
DAFTAR ACUAN
Asnawati. (2012). Alexander Aan “Atheis Minang” di Provinsi Sumatera Barat. HARMONI
Jurnal Multikultural & Multireligius, 11(2), 72–84.
Bakti, A. F. (2018). Resolusi Konflik Dalam Pendirian Rumah Ibadah Gereka Bethel
Indonesia Di Kelurahan Kebonlega Kecamatan Bojongloa Kidul Kota Bandung.
Jurnal Caraka Prabu, 2(2), 120–141. https://doi.org/10.36859/jcp.v2i2.384
Bawole, I. C. F. M. G. Y. (2020). Penerapan Sanksi Pidana Bagi Penyebar Ujaran Kebencian
(Hate Speech) Melalui Media Sosial Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2008 Jo. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Informasi Dan
Transaksi Elektronik. Lex Et Societatis, VIII(4), 203–210. Retrieved from https://
www.bulelengkab.go.id/detail/artikel/hate-
Behfar, K. J., Peterson, R. S., Mannix, E. A., & Trochim, W. M. K. (2008). The Critical
Role of Conflict Resolution in Teams: A Close Look at the Links Between Conflict
Type, Conflict Management Strategies, and Team Outcomes. Journal of Applied
Psychology, 93(1), 170–188. https://doi.org/10.1037/0021-9010.93.1.170
Boroş, S., Meslec, N., Curşeu, P. L., & Emons, W. (2010). Struggles for cooperation:
Conflict resolution strategies in multicultural groups. Journal of Managerial
Psychology, 25(5), 539–554. https://doi.org/10.1108/02683941011048418
Sumber Sekunder:
Anugrahadi, A. (2021). Jadi Tahanan selama 20 Hari, Jerinx Didakwa Undang Undang
ITE. Retrieved from Liputan6.com website: https://www.liputan6.com/news/
read/4725655/jadi-tahanan-selama-20-hari-jerinx-didakwa-undang-undang-ite
Bali, K. (n.d.). Kontennya Dinilai Lecehkan Hindu , Akun Istiqomah TV Dilaporkan ke
Polda Bali. Retrieved from Kumparan website: https://kumparan.com/kanalbali/
kontennya-dinilai-lecehkan-hindu-akun-istiqomah-tv-dilaporkan-ke-polda-bali-
1vaCjiLuuOk/full
Gede Nadi Jaya. (n.d.). Polda Bali usut kasus Nando hujat perayaan Nyepi di Facebook
Rekomendas. Retrieved from Merdeka.com website: https://www.merdeka.com/
peristiwa/polda-bali-usut-kasus-nando-hujat-perayaan-nyepi-di-facebook.html
Mustofa, A. (n.d.). Masyarakat Bali Geruduk Polda Bali soal Ceramah Desak Made
Darmawati. Retrieved from Radar Bali website: https://radarbali.jawapos.com/
hukum-kriminal/19/04/2021/masyarakat-bali-geruduk-polda-bali-soal-ceramah-
desak-made-darmawati