You are on page 1of 14

DOI: http://dx.doi.org/10.30641/ham.2022.13.

369-382
Tulisan Diterima: 23-06-2022; Direvisi: 16-11-2022; Disetujui Diterbitkan: 21-11-2022
Karya ini dipublikasikan di bawah lisensi
Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License

REALITAS MASYARAKAT PAPUA DALAM DISTORSI REPRESENTASI MEDIA:


ANALISIS MEDIA BARU
(Papuan Social Reality Through Distorted Media Representation:
A New Media Analysis)
Logan Gunadi Wirawan; Muhamad Fauzan Farendra; Yoas Lintang
Departemen Kriminologi Universitas Indonesia
logan.gunadi@ui.ac.id

ABSTRACT
Media portrayals towards minorities result in implications towards how society as a whole comprehends them.
This paper questions how the media representation of Papua reflects the reality of socio-political situation of
Papuan people and what the implications of said representations are Based on secondary data analysis towards
Indonesian media’s portrayals of Papua, including but not limited to its’ constituents and environment, this
paper seeks to understand based on new media theories of social reality how the media portrayals of Papua
have impacts towards the socio-political experience of Papuans in Indonesians, and Indonesians towards
Papuans. The results obtained by the analysis indicate that media employs stereotypical and surface level
portrayals of Papua in a way that dismisses the structural issues Papuans are facing. The conclusion of the
analysis of this article indicates that the media representation about the experience of the Papuan people
hides and ignores the structural problems experienced by the Papuan people by the treatment of the state. This
finding shows that media reflection plays a very important role in generating discrimination towards Papuans,
leading towards this paper’s recommendations that encourage the state to take responsibility for controlling
the representation of the Papuan people.
Keywords: new media social reality; media distortion; Papuan conflict.

ABSTRAK
Pemberitaan kelompok minoritas dalam media menghasilkan implikasi terhadap bagaimana suatu masyarakat
memahami kelompok tersebut. Paper ini mempertanyakan bagaimana representasi media terhadap Papua
merefleksikan kenyataan kondisi sosio-politik dari masyarakat Papua dan implikasi dari pemberitaan tersebut.
Menggunakan teori media baru, paper ini melakukan analisis berbasis data sekunder terhadap pemberitaan
masyarakat dan lingkungan Papua. Hasil yang diperoleh dari analisa ini adalah media menggunakan
penggambaran Papua secara stereotipikal dengan cara mengabaikan masalah struktural yang dihadapi orang
Papua. Kesimpulan analisis artikel ini mengindikasikan bahwa pemberitaan pengalaman masyarakat Papua
menyembunyikan dan mengabaikan permasalahan struktural yang dialami masyarakat Papua oleh perlakuan
negara. Penemuan ini menunjukkan bahwa refleksi media sangat berperan dalam menghasilkan diskriminasi
terhadap masyarakat Papua. Penelitian ini menunjukkan bahwa media merefleksikan peran penting dalam
membangun diskriminasi terhadap Masyarakat Papua, berdasarkan penemuan tersebut, rekomendasi dari
paper ini mendorong negara untuk bertanggung jawab dalam mengendalikan representasi masyarakat Papua.
Kata Kunci: realita sosial media baru; distorsi media; konflik Papua.

369
JURNAL HAM
Volume 13, Nomor 3, Desember 2022

PENDAHULUAN masa depan mereka pribadi3 yang pada akhirnya


Perkembangan media baru mengarah wacana pemberitaan yang diberikan masyarakat
pada fakta bahwa informasi yang terkandung diusahakan membangun ke arah hal positif.
di media dengan sangat cepat menjadi bagian Wacana positif yang biasa disiarkan di berita baik
dari apa yang diterima oleh seluruh masyarakat. di media massa maupun media internet, di mana
Maka dari itu, representasi dari permasalahan dapat ditemukan kejanggalan karena merupakan
kelompok minoritas, atau sebaliknya pengabaian kenyataan semu dapat kita temukan pada wacana
dari representasi media terhadap permasalahan wilayah dan masyarakat Papua.
yang dapat dihadapi sebuah kelompok yang Jika dicari di internet atau media lain kita
tidak ter-representasikan dalam masyarakat dapat sering menemukan hal-hal positif seperti kekayaan
mengakibatkan diskriminasi yang tidak adil alam, dan perusahaan Freeport yang sudah diambil
terhadap kelompok tersebut. alih pemerintah. Kita jarang sekali menemukan
Masyarakat yang beragam di Indonesia dapat wacana realitas sosial masyarakat Papua diangkat
dipandang sebagai keanekaragaman tersendiri ke publik, seperti adanya penambangan emas
yang unik. Perbedaan-perbedaan yang dimiliki ilegal di daerah tersebut di mana polisi tidak terlalu
mengakibatkan pandangan yang berbeda antara mempedulikan dan hanya fokus pada keberadaan
masyarakat daerah tertentu, bahkan dengan Organisasi Papua Merdeka (OPM), serta adanya
masifnya suku dan budaya yang ada di Indonesia. kepentingan politik dan ekonomi di balik itu
Dari hal tersebut dapat diamati bahwa menyatukan semua karena pembiayaan hidup terutama bagian
masyarakat merupakan tantangan yang sulit. keamanan tidaklah murah sehingga dimanfaatkan
Dengan keberagaman dan masifnya oleh sponsor untuk memanfaatkan polisi di
masyarakat, pemerintah maupun masyarakat itu daerah tersebut.4 Pemerintah juga secara terbuka
sendiri harus mengusahakan ketertiban dan juga melegalkan tindakan eksploitasi lingkungan
kelancaran informasi yang sebenar-benarnya. tidak hanya sumber daya masyarakat Papua,
Namun sering kali pemerintah atas nama ketertiban namun tempat tinggal, hutan, dan tambang emas
berusaha menyatukan masyarakat tidak sebagai diambil semua oleh pemerintah demi kepentingan
masyarakat yang tahu kebenaran, namun hanya korporat dan transmigran yang bekerja di sana.5
untuk memenuhi kebutuhan dan kesenangannya Terdapat kesenjangan dalam bagaimana hukum
saja. tersebut hanya menghasilkan perubahan praktis
bagi kepentingan penguasa dan koleganya saja,
Idealnya hak dan kebebasan akan kebenaran
di mana masyarakat sering terabaikan. Contoh
menjadi hal yang harus dipenuhi oleh pemerintah
dari kesenjangan tersebut dapat ditemukan
terhadap masyarakat. Namun pada akhirnya selama
dalam bagiamana masyarakat Papua mengalami
pihak mayoritas terpuaskan,1 maka disitulah
kesulitan menjalani kehidupan sosial baik di tanah
target sudah dinyatakan terpenuhi. Ketidakpuasan
mereka sendiri atau sebagai masyarakat Indonesia
masyarakat yang minor pada akhirnya tertutup
di provinsi lain.
oleh dominasi masyarakat yang lebih mayoritas.2
Masyarakat mayoritas disuguhkan oleh wacana
positif baik dari pemerintah maupun swasta untuk
memberikan kenyamanan. Banyak dari anggota 3 Jennifer Dineen, Mark D. Robbins, and Bill Simonsen,
“Social Class: Perception and Reality,” International
masyarakat yang lebih memikirkan kehidupan Journal of Public Administration 42, no. 1 (January 2,
2019): 55–65.
1 Pengaruh suara masyarakat sangat penting sehingga 4 Hipolitus Ringgi Wangge and Stephanie Lawson,
pemenuhan hak sosial, politik atau ekonomi terhadap “The West Papua Issue in Pacific Regional Politics:
mereka menjadi poin penting kesejahteraan. Explaining Indonesia’s Foreign Policy Failure,” Pacific
2 Emily Gasser, “The Right to Say Yes: Language Review 0, no. 0 (2021): 1–29, https://doi.org/10.1080/0
Documentation in West Papua,” Australian Journal of 9512748.2021.1931417.
Linguistics 37, no. 4 (October 2, 2017): 502–526. 5 Ibid.

370
Realitas Masyarakat Papua
Logan Gunadi Wirawan; Muhamad Fauzan Farendra; Yoas Lintang

Sesuai dengan wacana yang telah diberikan, yang masih belum secara menyeluruh menyentuh
kebanyakan masyarakat tidak peduli terhadap keadaan demografis sosial mereka dan cenderung
urgensi dari berita yang tersebar. Masyarakat terhadap geografisnya saja.
tidak mengkritisi atau berusaha memahami lebih Internet dan akses terbuka ke seluruh tempat
dalam perihal berita yang beredar.6 Dalam era merupakan hal yang sepenuhnya dikendalikan
serba internet, pengguna internet cenderung pemerintah. Dalam hal ini pemerintah sering
menganggap media sebagai lingkungan yang mendorong wacana pembangunan infrastruktur
komunikatif7, sebagai hiburan semata dan di tanah Papua, pembangunan jalan dan gedung-
mengabaikan adanya kepentingan-kepentingan gedung. Menurut Kementerian Komunikasi dan
di dalamnya. Suatu kebenaran yang diciptakan Informatika Republik Indonesia di tahun 2018
pada akhirnya menjadi sebuah senjata politik mereka sudah membangun sembilan stasiun
yang kebenaran empirisnya tidak diketahui,8 hal penguat sinyal, juga akses internet di wilayah
tersebut terjadi pada masyarakat Papua. pelosok telah digapai untuk memaksimalkan
Terhadap masyarakat Papua banyak dari koneksi internet.11 Namun, berdasarkan data dari
masyarakat Indonesia yang sering memberi APJII12 bahwa selama tahun 2019 sampai 2020
mereka stigma negatif. Marginalisasi terjadi daerah Papua dan Papua Barat terdapat hampir 3
kepada masyarakat Papua dari segala perspektif juta pengguna internet di Papua (80-87% penetrasi)
terutama berkaitan dengan etnis.9 Dengan ciri dan sekitar 700 ribuan pengguna di Papua Barat
khas mereka baik dari warna dan bentuk tubuh, (60-75% penetrasi), dari total pengguna internet
suara, bahkan logat mereka yang khas sering kali di Indonesia mencapai 196,71 juta jiwa. Di tahun
dicap sebagai “entitas” yang berbeda, terutama 2022, data APJII13 menunjukkan bahwa tingkat
bagi mereka yang singgah ke pulau lain sering penetrasi daerah Papua sebesar 68,9% dan Papua
kali mendapat penolakan dari masyarakatnya. Barat sebesar 64,8%. Penurunan tersebut terjadi
Istilah “makar, tidak berpendidikan” sering karena potensi pertumbuhan penduduk. Data ini
kali rekat dengan orang Papua, atau yang menunjukkan bahwa masyarakat Papua masih
terburuk, sering kali penghinaan diungkapkan sangat sedikit mendapatkan akses terhadap dunia
kepada mereka dengan penyebutan “monyet”.10 luar; mereka tidak dapat mengakses media yang
Anggapan seperti ini sering muncul menimbang menggambarkan masyarakat mereka sendiri dan
banyak pemberitaan dan wacana tentang Papua maka tidak dapat mengetahui ataupun menanggapi
representasi media yang dilakukan terhadap
mereka.
6 Berita yang ada bisa dari berbagai sumber dari majalah,
koran, bahkan media elektronik dan internet yang Gambaran bahwa masyarakat Papua
tersebar.
masih digambarkan sebagai bagaimana orang
7 Joëlle Swart, Chris Peters, and Marcel Broersma,
“Navigating Cross-Media News Use: Media melihat penduduk pedalaman, kurang mengenal
Repertoires and the Value of News in Everyday Life,”
Journalism Studies 18, no. 11 (2017): 1343–1362.
8 Rick Anderson, “Fake News and Alternative Facts: 11 “Akses Internet Jangkau Pelosok Papua,” Kementerian
Five Challenges for Academic Libraries,” Insights: the Komunikasi Dan Informatika, accessed September
UKSG Journal 30, no. 2 (2017): 4–9. 21, 2022, https://www.kominfo.go.id/content/
9 Paul Carson Gilbert, “NGOs and Human Rights detail/13517/akses-internet-jangkau-pelosokpapua/0/
Promotion : Socialisation, Framing, and the Case of sorotan_media. Terkait eksistensi jaringan akses
West Papua” (University of Canterbury, 2008). internet, di daerah pelosok keberadaannya sangatlah
10 Dapat diketahui istilah makar mulai muncul terutama minim karena kurangnya penguat sinyal. Stasiun
terhadap orang Papua karena eksistensi OPM yang penguat sinyal berbentuk menara sering ditemukan di
menginginkan kemerdekaan Papua. Istilah pendidikan perkotaan, tapi jarang di daerah terpencil.
ada karena sejak kemerdekaan Indonesia wilayah Papua 12 APJII, Laporan Survei Internet APJII 2019 – 2020
menjadi salah satu yang perkembangannya masih (Jakarta, 2020), accessed June 21, 2022, https://apjii.
sedikit. Istilah monyet yang diberikan banyak muncul or.id/survei.
karena perbedaan rasial, budaya, dan logat masyarakat 13 APJII, Profil Internet Indonesia 2022 (Jakarta, 2022),
Papua dengan masyarakat di daerah mayoritas accessed June 21, 2022, apji.or.id.

371
JURNAL HAM
Volume 13, Nomor 3, Desember 2022

pendidikan formal dan merupakan minoritas dari negara mereka, dan pengabaian dan distorsi
dengan budaya yang asing.14 Akibat yang representasi yang dilakukan media terhadap
ditimbulkan dengan adanya penciptaan wacana masyarakat Papua secara langsung melanggar
secara khusus akhirnya menjadi hal negatif, asas keadilan terhadap perlakuan masyarakat
pengekspresian terhadap masyarakat Papua Papua. Representasi yang salah terhadap
cenderung ke arah pembencian.15 Pemerintah permasalahan yang dihadapi masyarakat Papua
menciptakan sebuah wacana perihal Papua dan dapat menghasilkan kesulitan dalam mereka
pada akhirnya persepsi yang timbul dari wacana untuk mendapatkan bantuan dan peningkatan
tersebut memberikan gambaran negatif. kemungkinan untuk mendapatkan diskriminasi
Eksistensi dari internet dan penyebaran sebagai hasil dari kesalahpahaman antara kondisi
wacana tersebut di internet menciptakan sebuah realitas lingkungan sosiopolitik Papua dengan
pro dan kontra yang dengan cepat menyebar kondisi yang ditampilkan dalam berita. 
luas. Internet merupakan tempat di mana semua Paper ini menggunakan analisis data
orang dapat mendapatkan informasi dan terus sekunder untuk memperdalam dan menggali
menerus mereproduksi informasi tersebut sesuai secara lebih lanjut permasalahan khusus yaitu
dengan pemahaman pribadi mereka sehingga media baru dan pengaruhnya terhadap kelompok
wacana tersebut mereproduksi dengan sendirinya. minoritas, antara lain: representasi masyarakat
Internet merupakan pikiran publik16 dan menjadi Papua dalam pemberitaan media sejajar dengan
pusat aktivitas,17 akibat dari persebaran wacana kenyataan situasi masyarakat Papua; perwujudan
oleh pemerintah, pikiran masyarakat terpengaruh pengaplikasian media baru dalam menciptakan
dan menciptakan realita mereka sendiri terkait sebuah wacana; dan dampak wacana yang
masyarakat Papua. dihasilkan pemberitaan masyarakat Papua
Dari hal ini, maka ada beberapa hal yang bisa terhadap kehidupan kemasyarakatan Indonesia.
diperdalam dan digali secara lebih lanjut seperti: Beberapa artikel sebelumnya melihat
representasi masyarakat Papua dalam pemberitaan berbagai aspek terkait eksistensi Papua disertai
media sejajar dengan kenyataan situasi masyarakat dengan berbagai represi dan betapa kuatnya
Papua; perwujudan pengaplikasian media baru pengaruh penguasa dalam menciptakan realita
dalam menciptakan sebuah wacana; dan dampak bagi masyarakat. Keberadaan kuasa mayoritas
wacana yang dihasilkan pemberitaan masyarakat dapat menjadi pengaruh interaksi budaya
Papua terhadap kehidupan kemasyarakatan sehingga apa yang dianggap normal ditunjukkan
Indonesia. oleh budaya mayoritas.18 Pengaruh yang berkuasa
Masyarakat Papua memiliki hak untuk menjadi sangat kuat dalam menciptakan realita
mendapatkan perlakuan yang adil sebagai anggota bagi masyarakat. Dari literatur tersebut telah
terindikasikan beberapa bentuk pengaruh media;
sebagai bentuk kesenjangan sosial hingga
14 Nino Viartasiwi, “The Politics of History in West
Papua - Indonesia Conflict,” Asian Journal of Political indikasi terhadap represi. Tindakan-tindakan yang
Science 26, no. 1 (2018): 141–159, https://doi.org/10.1 diberikan dari saat Papua ditangan Belanda sampai
080/02185377.2018.1445535. sudah kembali ke Indonesia masih berpusat pada
15 Merlyna Lim, “Freedom to Hate: Social Media,
Algorithmic Enclaves, and the Rise of Tribal pengendalian pihak penguasa terhadap masyarakat
Nationalism in Indonesia,” Critical Asian Studies 49, Papua.19 Tambahan dari artikel ini adalah
no. 3 (2017): 411–427, https://doi.org/10.1080/146727
15.2017.1341188.
16 James Lull, “Living with Television and the Internet,” 18 Phyllis Sakinofsky et al., “Power Imbalance in Media
New Media and Society 23, no. 7 (2021): 1850–1862. Representation : An Aboriginal Australian Public
17 Marina Dekavalla, “Understanding Online Safety Relations Experience,” PRism 15, no. 1 (2019): 18–33.
Through Metaphors: UK Policymakers and Industry 19 Nino Viartasiwi, “The Politics of History in West
Discourses About the Internet,” Television and New Papua - Indonesia Conflict.” Asian Journal of Political
Media (2021): 1–19. Science 26, no. 1 (2018): 141–159, https://doi.org/10.1

372
Realitas Masyarakat Papua
Logan Gunadi Wirawan; Muhamad Fauzan Farendra; Yoas Lintang

penemuan dari bagaimana hal tersebut dilakukan menyeluruh, dan mendalam tentang bagaimana
secara sosial dalam bentuk represi melalui distorsi pengaplikasian media baru diwujudkan dalam
representasi kenyataan sosial masyarakat Papua. menciptakan sebuah wacana dalam menutupi
Hal-hal tersebut dapat disimpulkan sebagai sebuah sebuah kejahatan.
bentuk penciptaan citra masyarakat pada akhirnya Terkait dengan teknik pengumpulan data
masih dikendalikan oleh penguasa yang sekarang yang digunakan dalam penelitian ini, penulis
ini dapat dikatakan sebagai pemerintah. menggunakan studi literatur sebagai data
Permasalahan yang dikaji artikel ini sekunder. Studi literatur merupakan salah satu cara
ditemukan dalam bagaimana media menjadi pengumpulan data melalui kajian kepustakaan
metode yang efektif dalam menciptakan konstruksi yang berkaitan dengan topik penelitian dan
masyarakat umum terhadap suatu budaya dibutuhkan dalam proses penulisan makalah,
dan eksistensi kelompok masyarakat tertentu; yang didapatkan melalui artikel pada jurnal,
terutama minoritas.20 Dengan hipotesa tersebut, buku, makalah konferensi, dokumen pemerintah,
maka komponen penguasa, media, dan kelompok dan sumber lain yang dianggap relevan22. Dalam
masyarakat minoritas yang dikendalikan dapat penulisan ini, studi literatur didapatkan melalui
merefleksikan eksistensii sebuah wujud kejahatan jurnal yang membahas mengenai fenomena
negara dan pengabaikan hak-hak warga subjek pengaplikasian media baru dan berita terkait
pengendalian. dengan representasi masyarakat papua. Selain
studi literatur, data sekunder juga diperoleh
METODE PENELITIAN peneliti melalui data statistik yang berupa laporan
Metode atau pendekatan yang digunakan persentase secara deskriptif yang berkaitan dengan
dalam penulisan artikel ini menggunakan penulisan makalah ini.
pendekatan kualitatif. Menurut Creswell, Pada paparan kasus akan menyajikan tiga
pendekatan kualitatif adalah suatu proses upaya kata kunci yang berbeda yang digunakan dalam
untuk memahami permasalahan individu atau pencarian di internet terkait Papua, kata kunci
sosial dengan menciptakan gambaran secara tersebut adalah ‘papua’, ‘tanah papua’, dan ‘realita
menyeluruh dan kompleks, di mana penulis juga masyarakat papua’. Dari tiga kata kunci tersebut,
akan menginterpretasikan data yang diperoleh.21 hanya kata kunci ‘realita masyarakat papua’
Terlebih lagi alasan peneliti menggunakan yang menyajikan beberapa pemberitaan terkait
pendekatan kualitatif adalah karena sifat keterlibatan negara atau aspek pemerintahan secara
dari kualitatif yang deskriptif dan cenderung negatif dengan daerah dan masyarakat Papua.
menggunakan analisis yang mendalam, dapat Kumpulan berita yang ditunjukkan oleh Tabel 1
membuat peneliti lebih berhati-hati dalam merupakan berita antara tahun 2021-2022 dengan
memaknai data yang didapatkan agar tidak mengambil beberapa situs berita yang terpercaya.
menghasilkan data yang terlalu subjektif. Penulis Pencarian berita yang dilakukan menggunakan 4
menggunakan pendekatan kualitatif dengan kriteria tertentu seperti yang dikemukakan oleh
harapan bahwa penelitian ini mampu untuk Wincup:23 authenticity yang mempertimbangkan
memberikan pemahaman secara lebih rinci, penerbit, credibility mempertimbangkan
pertanggungjawaban dengan bentuk penyertaan
080/02185377.2018.1445535. penulis, representativeness mempertimbangkan
20 Liz Jackson and Yulia Nesterova, “Multicultural Hong
Kong: Alternative New Media Representations of
isi dokumen dengan pertimbangan sumber portal
Ethnic Minorities,” Multicultural Education Review 9,
no. 2 (2017): 93–104, http://dx.doi.org/10.1080/20056
15X.2017.1313021. 22 Ibid.
21 W John Creswell and J David Creswell, Research 23 Emma Wincup, Criminological Research:
Design: Qualitative, Quantitative and Mixed Methods Understanding Qualitative Methods (London: SAGE
Approaches, 5th ed. (SAGE Publications Inc., 2018). Publications, Limited, 2017).

373
JURNAL HAM
Volume 13, Nomor 3, Desember 2022

lain, dan meaning untuk melihat kejelasan isi dari media memiliki signifikansi yang sangat besar
berita. terhadap kehidupan kemasyarakatan. Konten
Dengan kata kunci dan kriteria yang yang terdapat dalam media sangat mempengaruhi
dijelaskan, penggunaan Browser yang dipilih bagaimana konsumen dari media tersebut
adalah Mozilla Firefox dengan fokus portal membangun realitas dari bagaimana mereka
berita berdasarkan dua pembagian yaitu berita mempersepsikan hal-hal yang berkaitan dengan
yang terbit dari daerah Papua (Jubi.co.id dan konten media tersebut sebagai nyata.25 Oleh karena
suarapapua.com) dan berita yang sudah mencakup itu, mengetahui bagaimana media meliput dan
nasional (detik.com, suara.com, idntimes.com, mengkonstruksi realitas sebuah kelompok dapat
dan lainnya). Pemilihan berita yang mencakup dilihat sebagai bentuk keikutsertaan media dalam
nasional cenderung acak karena dalam portal memperkeruh konflik yang ada dalam kelompok
berita lainnya juga terdapat konten dan isi berita tersebut tersebut. Terlebih lagi hal tersebut juga
yang sama persis sehingga pemilihan berdasarkan akan berdampak dengan munculnya diskriminasi
pemenuhan kriteria cenderung lebih mudah serta prasangka buruk yang terjadi di masyarakat
karena kriteria representativeness dan meaning luar yang tidak sesuai dengan realitas yang ada.26
yang dengan mudah diidentifikasi. Prasyarat dari penjelasan mengenai dampak
Teknik analisis data yang digunakan dalam pemberitaan media baru terhadap masyarakat
penulisan makalah ini menggunakan teknik Papua adalah analisis terhadap konten media
analisis konten (content analysis) karena data sebagai titik acuan penelitian dalam makalah ini.
yang digunakan dalam penulisan memerlukan Himpunan data mengenai pemberitaan masyarakat
penjelasan lebih lanjut secara deskriptif. Teknik Papua berdasarkan kata kunci yang berbeda
analisis konten dalam hal ini merupakan sebuah menghasilkan beberapa penemuan yang relevan
teknik analisis data yang bersifat sistematis untuk dibahas. Berita yang diperoleh melalui kata
untuk menganalisis makna pesan serta cara kunci ‘Papua’ mengandung konten dengan isi yang
menginterpretasikan pesan.24 Penggunaan serupa dan sejenis, yaitu berita yang menyoroti
teknik analisis ini mempermudah penulis dalam aspek pembangunan dan kesejahteraan dari situasi
menganalisis data yang didapatkan dari berbagai lingkungan Papua. Kedua aspek indikator tersebut
data sekunder yang digunakan. ter-representasi secara infrastruktur hingga
sosiopolitik, dengan pemberitaan yang menyoroti
PEMBAHASAN banyak bentuk dari proyek, kemajuan, hingga
keunggulan yang dapat ditemukan di Papua.
A. Berita Media dan Peredaran Wacana
Berita yang diperoleh melalui kata kunci yang
Artikel ini memperhatikan dua poin analisis
lebih rinci, yaitu ‘Tanah Papua’, menghasilkan
utama, yaitu terkait dengan bagaimana media
penemuan berita yang masih menganut aspek
melakukan pemberitaan terhadap masyarakat
Papua sebagai produsen yang memengaruhi
kehidupan kemasyarakatan di Indonesia dan 25 Persepsi tersebut bisa muncul karena paparan terus-
menerus dengan wacana berita tersebut sehingga
realitas dari warga sebagai audiens yang memiliki menjadi percaya dengan konten tersebut. Lengkapnya
peran sebagai pihak konsumen dari media itu dapat dibaca di Olivier Le Deuff and Arthur Perret,
sendiri. Menggunakan kerangka pemikiran teori “Hyperdocumentation: Origin and Evolution of a
Concept,” Journal of Documentation 75, no. 6 (2019):
social construction, harus diperhatikan bahwa 1463–1474.
26 Dapat diketahui bahwa media masih merupakan
industri berbasis keuntungan sehingga tetap butuh
24 Margrit Schreier et al., “Qualitative Content Analysis: masyarakat masif sebagai pelanggannya. Pemerintah
Conceptualizations and Challenges in Research yang menyediakan wacana disertai media yang
Practice-Introduction to the FQS Special Issue melebih-lebihkan menjadi dua elemen besar mengapa
‘Qualitative Content Analysis I,’” Forum Qualitative masyarakat memiliki perspektif buruk pada kelompok
Sozialforschung 20, no. 3 (2019): 1–27. minoritas.

374
Realitas Masyarakat Papua
Logan Gunadi Wirawan; Muhamad Fauzan Farendra; Yoas Lintang

indikator yang sama dengan pencarian pertama, yang dialami masyarakat Papua secara konklusif
yaitu pembangunan dan kesejahteraan dalam menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara
pemberitaan mengenai kondisi modernisasi Papua yang digambarkan oleh media dengan
penanaman hingga perkembangan dari sumber kenyataan pengalaman masyarakat Papua.
daya yang diberikan ataupun dikembangkan Pada tingkatan yang paling mendasar, indikator
dalam lingkungan agrikultur Papua. aspek kemasyarakatan antara berita yang paling
Berita dengan indikator aspek realita sosial mudah ditemukan mengenai Papua dengan berita
yang berbeda baru ditemukan dalam perincian mengenai situasi kenyataan di Papua sudah
kata kunci terakhir, yaitu ‘Realita Masyarakat menunjukkan perbedaan yang drastis.
Papua’, yang secara mayoritas menampilkan Pemberitaan media komersial yang
pemberitaan terhadap banyaknya konflik dan merupakan mayoritas dari media yang akan
permasalahan dalam lingkungan masyarakat ditemukan oleh warganegara pada rata-ratanya
Papua. Permasalahan yang ditemukan dalam hanya mengikuti kerangka pemberitaan yang
pemberitaan realita masyarakat Papua tidak stereotipikal, merepresentasikan Papua sebagai
mengabaikan sektor-sektor yang sudah disoroti daerah yang belum berkembang dan maka melalui
oleh pemberitaan dalam penemuan sebelumnya, pembangunan dan dukungan negara sedang dalam
contoh langsungnya seperti bagaimana proses menuju modernisasi yang menghilangkan
pemberitaan terhadap kemajuan pembahasan segala permasalahan yang terdapat dalam
RUU Tiga Provinsi oleh DPR berada dalam satu situasinya sekarang. Hal ini kontras dengan
lingkungan media dengan pemberitaan terhadap indikator aspek kemasyarakatan yang ditemukan
bagaimana hukum dan HAM dalam persidangan dalam pemberitaan mendalam mengenai realita
Papua tidak pernah diselesaikan. Banyak sekali kenyataan masyarakat Papua, di mana banyak
juga pemberitaan yang mencakup permasalahan sekali akar struktural permasalahan yang
berbasis pembangunan pesat yang terjadi di menghasilkan konflik dan permasalahan seperti
lingkungan masyarakat Papua sebagai konsekuensi kemiskinan, ketidakadilan struktur hukum, hingga
dari perkembangan infrastruktur negara. pengambilan alih dari negara dalam pengarahan
Analisis terhadap kesenjangan antara aspek pembangunan yang mengakibatkan permasalahan
kemasyarakatan yang terdapat dalam pemberitaan dan konflik yang dialami masyarakat Papua untuk
berita komersial atau mainstream mengenai tidak dapat mencapai penyelesaian.
masyarakat Papua dengan kenyataan situasi
Tabel 1 Kumpulan Berita
No. Kata Kunci Judul Berita Isi Konten
Megawati Bicara Keragaman RI Hingga soal Papua:
Keberagaman suku dan ras
Saya Tahu Ilmu Genetika
1 papua Dorong Elektrifikasi, PLN Bangun 11 Proyek Listrik di
Pembangunan infrastruktur
Papua dan Maluku
DPR Akan Bahas RUU Tiga Provinsi Baru di Papua Pemekaran provinsi baru
Jokowi: Tanah Papua Cocok untuk Sagu, Jangan
Potensi produk pangan
Dipaksa Tanam Padi
5 Pesona Tanah Papua, Mutiara di Ujung Timur
2 tanah papua Keindahan alam Papua
Indonesia
Dorong Harga Bapok di Pedalaman Murah, Mensos Bantuan dan dukungan pemerintah
Berikan 2 Unit Truk untuk GKI Tanah Papua terhadap masyarakat
Cerita Orang Papua: Dipaksa Teriak Merdeka Tanpa
Represi aparat ke masyarakat Papua
Diberi Hak Kemerdekaan
realita masyarakat Realitas pembangunan di Papua tak sebagus
3 Buruknya pelayanan dan pendidikan
papua perencanaan Pemprov Papua
Gobay: Papua Gudang Masalah Hukum dan HAM Permasalahan HAM dan politik yang
yang Tidak Pernah Selesai masif
Sumber: Berita online tahun 2021-2022. Diolah kembali.

375
JURNAL HAM
Volume 13, Nomor 3, Desember 2022

Kesimpulan dari pemberitaan media terhadap mengkonsumsi media membangun realita


Papua maka adalah bahwa terdapat kesenjangan mengenai masyarakat Papua sesuai dengan sorotan
antara gambaran yang ingin disoroti mengenai dan gambaran yang dikonstruksi oleh media yang
realita masyarakat dan lingkungan Papua dihasilkan melalui bagaimana Papua diberitakan.
dengan kenyataan yang dihadapi dan dialami Kesenjangan yang terdapat dalam pemberitaan
oleh masyarakat Papua itu sendiri. Analisis media terhadap kenyataan pengalaman masyarakat
selanjutnya maka akan mencakup analisa dampak Papua menghasilkan realita sosial yang tidak
dari kesenjangan tersebut terhadap kehidupan representatif dari kenyataan yang dialami
kewarganegaraan dan bagaimana kesenjangan masyarakat Papua. Pemberitaan yang menyoroti
pemberitaan media berpotensi untuk memfasilitasi pembangunan yang ditemukan untuk menempati
atau mempengaruhi permasalahan yang sudah mayoritas pemberitaan Papua secara langsung
dialami masyarakat Papua. mengabaikan kenyataan29dari permasalahan
Media melakukan glorifikasi terhadap suatu dan konflik yang dialami masyarakat Papua.
wacana sehingga banyak respon berlebihan Pengabaian ini melalui keterkaitan media
dari masyarakat.27 Hal tersebut menghasilkan baru dengan kehidupan kemasyarakatan
realita sosial melalui mempengaruhi konstruksi secara aktif memfasilitasi diskriminasi oleh
dari kenyataan bagi konsumen dari media warga negara terhadap masyarakat Papua.
tersebut.28 Dalam kasus ini, warganegara dalam

Tabel 2 Persentase Rumah Tangga yang Mengakses Internet per Tiga Bulan
Perkotaan + Perdesaan
Pulau 2019 2020 2021
Sumatera 72,177 76,701 82,544
Jawa 80,898 83,698 86,095
Kalimantan 75,158 79,82 84,06
Sulawesi 68,553 73,885 79,746
NTT, NTB, dan Bali 64,89 70,683 76,62
Maluku dan Maluku Utara 56,065 64,125 73,16
Papua 48,965 53,935 54,67
Sumber: Data Badan Pusat Statistik (bps.go.id29) tahun 2019-2021. Diolah Kembali.

27 Jason R. Silva, “Mass Shooting Films: Myths,


Academic Knowledge, and Popular Criminology,”
Victims and Offenders 14, no. 2 (2019): 239–264, 29 “Presentase Rumah Tangga Yang Pernah Mengakses
https://doi.org/10.1080/15564886.2019.1580232. Internet Dalam 3 Bulan Terakhir Menurut Provinsi Dan
28 Seong Min Park et al., “Social Constructions of Klasifikasi Daerah 2019-2021,” Badan Pusat Statistik,
Racial Images in Introductory Criminal Justice and accessed November 16, 2022, https://www.bps.go.id/
Criminology Textbooks: A Content Analysis,” Race indicator/2/398/1/persentase-rumah-tangga-yang-
Ethnicity and Education 24, no. 6 (2021): 842–855, pernah-mengakses-internet-dalam-3-bulan-terakhir-
https://doi.org/10.1080/13613324.2018.1538122. menurut-provinsi-dan-klasifikasi-daerah.html.

376
Realitas Masyarakat Papua
Logan Gunadi Wirawan; Muhamad Fauzan Farendra; Yoas Lintang

Tabel 3 Persebaran Pengaduan Kejahatan HAM


Tahun
Pulau 2017 2018 2019 2020 2021
Sumatera 185 281 273 293 289
Jawa 156 330 374 474 392
Kalimantan 37 62 56 73 53
Sulawesi 45 59 70 83 87
NTT, NTB, dan Bali 21 47 67 78 79
Maluku dan Maluku Utara 12 4 2 19 10
Papua 12 24 20 30 29
Sumber: Data Direktorat Jendral HAM (ham.go.id30) tahun 2017-2021. Diolah Kembali.

B. Konstruksi Pemerintah dan Media yang sebagai media baru cenderung efektif karena bisa
Mempengaruhi Masyarakat menjangkau lebih banyak masyarakat.
Eksistensi pemberitaan media tidak muncul Masyarakat mengakses media baru yang
tanpa ada30pemicu yang mendorong. Dalam hal dalam hal ini berupa internet dan melalui teknologi
ini, pemerintah dan negara harus bertanggung media lainnya. Cakupannya yang luas menjadi
jawab sebagai pelayan yang menaungi bangsanya. pilihan bagi pemerintah untuk menciptakan
Melihat daerah Papua yang sejak dahulu masih citra Papua yang diharapkan. Eksistensi wacana
‘menjadi anak tiri’,31 strategi dan metode baru tentu memberi pengaruh untuk membentuk opini dan
diusahakan oleh pemerintah untuk meningkatkan diskusi publik.33 Eksistensi opini menjadi hal yang
nilai dari Papua. Keberadaan infrastruktur dan rumit karena bisa memicu ekspektasi yang berlebih
situasi suatu daerah yang dipromosikan akan perihal gambaran yang ingin pemerintah ciptakan.
meningkatkan diskusi dengan daerah tersebut Media juga tidak bisa dikendalikan sepenuhnya
sebagai topik.32 Tabel 1 juga telah menunjukkan terkait pemberitaan mereka karena sudah diatur
ketimpangan wacana positif terhadap wacana terkait hak-hak Pers. Faktor-faktor tidak kaku
negatif yang telah diberitakan kepada masyarakat. inilah yang mendorong adanya ketidakpastian
Dari hal ini, penggunaan media massa digital dalam rancangan yang ada.
Pada persebaran data pengakses Internet
30 “Data Pengaduan HAM 2017,” Direktorat Jenderal di pulau Papua (tabel 2) juga cenderung rendah
Hak Asasi Manusia, accessed September 18, 2022, sehingga keterlibatan masyarakat Papua dalam
https://ham.go.id/data-pengaduan-masyarakat-2017/; penciptaan wacana terkait kehidupan mereka
“Data Pengaduan HAM 2018,” Direktorat Jenderal
Hak Asasi Manusia, accessed September 18, 2022, sendiri tidak bisa terjadi. Dari hal ini, berbagai
https://ham.go.id/data-pengaduan-masyarakat-2018/; gambaran perihal masyarakat dan daerah Papua
“Data Pengaduan HAM 2019,” Direktorat Jenderal
Hak Asasi Manusia, accessed September 18, 2022,
di Internet pada akhirnya tidak tercipta dan
https://ham.go.id/data-pengaduan-masyarakat-2019/; tersuarakan oleh masyarakat yang mengalami
“Data Pengaduan HAM 2020,” Direktorat Jenderal secara empiris dan hanya berdasarkan bagaimana
Hak Asasi Manusia, accessed September 18, 2022,
https://ham.go.id/data-pengaduan-masyarakat-2020/; masyarakat di luar Papua mempersepsikan wacana
“Data Pengaduan HAM 2021,” Direktorat Jenderal atau konten yang mereka terima.
Hak Asasi Manusia, accessed September 18, 2022,
https://ham.go.id/data-pengaduan-ham-2021/. Keberadaan pemerintah dan usaha
31 Makna ‘anak tiri’ pada daerah dan masyarakat Papua pengembangan Papua melalui wacana positif
menunjukkan bahwa dibandingkan dengan daerah
lainnya, pemerintah masih kurang menunjukkan
menjadi tidak terkendali dengan adanya eksistensi
perlakuan yang setara terhadap daerah tersebut. masalah empiris yang melibatkan masyarakat
32 Bjørn P. Kaltenborn, Eivind F. Kaltenborn, and John
D.C. Linnell, “‘It’s All about the Scenery’: Tourists’
Perceptions of Cultural Ecosystem Services in the 33 Saeb Kasm, “Redefining Publics: Mosireen, State
Lofoten Islands, Norway,” Arctic 72, no. 1 (2019): Crime and the Rise of a Digital Public Sphere,” State
1–12. Crime Journal 7, no. 1 (2018): 100–140.

377
JURNAL HAM
Volume 13, Nomor 3, Desember 2022

Papua. Kontradiksi tercipta antara wacana positif penyelesaian pelanggaran HAM berat dengan satu
dan wacana negatif yang terus bermunculan kasus tersebut terjadi di Papua yaitu peristiwa
di dunia internet. Berbagai kepentingan mulai Abepura tahun 2000, tetapi dalam pemenuhan hak
muncul dari pemerintah, kelompok masyarakat atas keadilan masih dinilai kurang.35 Penyelesaian
Papua, serta media dan menciptakan kekacauan. masalah HAM yang terjadi di Papua cenderung
Posisi Undang-Undang terutama tentang HAM pada kasus yang sudah tersebar sampai ranah
yang seharusnya menjadi pelindung dan landasan nasional (peristiwa Abepura dan Blokir Internet
menjadi tidak efektif dalam melindungi masyarakat Papua 2019).
Papua menimbang banyaknya intervensi yang Negara mengambil tindakan berisiko dengan
terjadi.34 Pemerintah secara tidak langsung memperkenalkan keberagaman positif negara
menciptakan potensi terjadinya kekacauan. Papua dengan tidak mempertimbangkan keadaan
Pemerintah memang pada akhirnya kurang mereka yang sebenarnya. Dengan keberadaan
mencermati bagaimana kekuatan dari media dan daerah Papua yang masih belum dapat setara
internet. Apa yang terjadi di daerah Papua dan dengan daerah lain, justru dimanfaatkan oleh
masyarakatnya menjadi permasalahan utama yang negara melalui media dengan penciptaan wacana.
kurang diperhatikan. Penciptaan wacana yang Negara justru menciptakan kesenjangan yang
kontradiksi terhadap realitas masyarakat yang lebih jauh akibat berbagai tindakan yang sering
ada akan menciptakan perlawanan terutama oleh dilakukan.
masyarakat yang merasa bahwa pemberitaan dan Pemerintah menciptakan perpecahan yang
wacana tersebut kurang tepat. melibatkan realita di Papua, wacana positif
Pada permasalahan HAM dan penanganan dengan potensi alamnya, tapi tercipta kontradiksi
pengaduannya juga masih banyak berfokus pada karena berbagai kejahatan yang dilakukan untuk
daerah Jawa dan Sumatera (Tabel 3). Ada dua menutupi mereka dari kenyataan, Hal ini semakin
daerah/pulau yang kurang menjadi fokus, yaitu menunjukkan bahwa pemerintah hanya melihat
Papua dan Maluku (dan Maluku Utara). Pemberian daerah Papua saja sebagai objek yang harus
perhatian oleh negara terhadap dua daerah ini dipelihara dan bukan kepada masyarakatnya.
masih cenderung kecil dalam penyelesaian
C. Masyarakat dan Persepsi yang Terbentuk
masalahnya. Dalam hal ini dapat terlihat bahwa
dua daerah tersebut cenderung sedikit laporan Pandangan warga negara yang terbentuk
kasus yang terjadi menimbang bahwa jumlah dari konsumsi media pemberitaan mengenai
penduduk dan tingkat pendidikan yang relatif Papua mengabaikan konflik dan permasalahan
lebih kecil dibandingkan daerah lainnya. Hal ini yang terdapat dalam kehidupan masyarakat
juga yang mendorong tidak terdeteksinya atau Papua. Media dengan latar belakang kepentingan
justru memperburuk ketidakadilan yang menimpa tertentu mempengaruhi bagaimana masyarakat
mereka. menggambarkan Papua berdasarkan konten
yang ditampilkan.36 Pengabaian tersebut tidak
Dalam hal penyelesaian atau proses yang
hanya berada dalam tingkatan pengetahuan tetapi
terjadi dalam penanganan kasus HAM di daerah
mempengaruhi interaksi warga negara dengan
Papua, tidak ditemukan data penyelesaian berbagai
anggota ataupun kelompok masyarakat Papua
jenis pelanggaran HAM. Namun pada Laporan
Tahunan Komnas HAM 2019 ditemukan tiga kasus
35 Komnas HAM, Laporan Tahunan Komnas HAM
Republik Indonesia 2019 (Jakarta: Komisi Nasional
Hak Asasi Manusia, 2020).
34 Andrean Gregorius Pandapotan Simamora and 36 Akmal Firdous et al., “Papua In Online Media:
Georgius Ivan Budihardja, “Prinsip Penegakan Hukum Framing Analysis On The News Of The Papua Conflict
Dan Hak Asasi Manusia: Studi Kasus Penembakan Republika.Co.Id and Tirto.Id” (Muhammadiyah
Militer Terhadap Masyarakat Nduga Papua,” Jurist- Surakarta Universities, 2022), http://eprints.ums.
Diction 4, no. 2 (2021): 499. ac.id/101402/.

378
Realitas Masyarakat Papua
Logan Gunadi Wirawan; Muhamad Fauzan Farendra; Yoas Lintang

secara keseluruhan dalam cara yang secara Permasalahan representasi juga memiliki
langsung menghasilkan diskriminasi dan kerugian dampak yang sangat signifikan pada tingkat
terhadap masyarakat Papua. institusional yang mempengaruhi kuasa
Pada tingkat pribadi, permasalahan ini masyarakat Papua secara relatif dengan negara.
berpotensi untuk menghasilkan diskriminasi Pengaruh media dalam mempengaruhi realita
melalui stigma dalam interaksi antara sosial masyarakat umum memberikan media
masyarakat umum dengan masyarakat Papua kemampuan untuk mendorong kemampuan
yang memiliki perspektif kenyataan sosial yang politik berbasis konstruksi realita sosial yang
berbeda mengenai kehidupan di Papua sebagai paling menguntungkan negara. Dalam Indonesia
konsekuensi dari media. Interaksi pribadi bahkan sebagai negara demokratis,39 pemberitaan yang
memiliki dampak yang luas karena bagaimana meminimalisir urgensi dari permasalahan yang
masyarakat umum di media sosial secara tidak dialami masyarakat Papua memfasilitasi negara
langsung menyebarkan wacana melalui diskusi untuk melakukan marginalisasi masyarakat Papua
yang dilakukan,37 sehingga diskriminasi pada melalui menempatkan kebutuhan deterministik
tingkat pribadi berbasis perbedaan realita sosial masyarakat Papua dalam prioritas yang rendah
akan memfasilitasi diskriminasi antara kelompok untuk memprioritaskan kepentingan negara.
dalam membenarkan dan menjustifikasi stigma Salah satu basis dorongan utama untuk
antara masyarakat umum dengan masyarakat menghasilkan perubahan demokratis adalah
Papua. pengetahuan yang luas mengenai permasalahan
Masyarakat mengutarakan opini mereka yang dialami suatu kelompok masyarakat,
melalui media yang ditawarkan di ranah dan media baru serta interaksi yang dihasilkan
internet atau cetak. Dalam hal ini diskriminasi berbasis kenyataan yang dibentuk media berada
dan stigma akan mempengaruhi cara mereka dalam posisi yang sangat tidak menguntungkan
berpikir dan memberikan komentar. Teknologi masyarakat Papua sehingga kepentingan
pada akhirnya menjadi fasilitas bagi masyarakat dan kebutuhan mereka semakin tidak dapat
untuk menciptakan dan menyebarkan sebuah direpresentasikan oleh masyarakat umum.
fenomena,38 yang dalam hal ini adalah eksistensi
Papua dan permasalahan yang ada di dalamnya. KESIMPULAN
Terdapat kesenjangan antara aspek
Dengan adanya opini yang saling berputar
kemasyarakatan yang terdapat dalam pemberitaan
dan berkontradiksi satu sama lain, masyarakat
berita mainstream mengenai masyarakat
memang lebih waspada dan sadar akan realita yang
Papua dengan kenyataan realitas yang dialami
terbentuk di daerah Papua. Namun keterbatasan
masyarakat Papua secara konklusif, di mana hal
masyarakat yang hanya bisa sebagai pemberi
tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
komentar saja tidak dapat memberi pengaruh
antara Papua yang digambarkan oleh media
apapun, kontradiksi yang terjadi hanya akan
dengan kenyataan pengalaman masyarakat Papua.
berputar menjadi sebuah wacana yang dikonsumsi
Terlebih lagi kesenjangan pemberitaan media
masyarakat umum, tapi tidak mengubah kondisi
terhadap kenyataan pengalaman masyarakat
apapun dari masyarakat Papua.
Papua berpotensi untuk memfasilitasi atau
mempengaruhi permasalahan yang sudah
dialami masyarakat Papua. Bentuk kesenjangan
37 Christopher Till, “Propaganda through ‘Reflexive
Control’ and the Mediated Construction of pemberitaan tersebut mengabaikan kenyataan
Reality,” New Media and Society 23, no. 6 (2021):
1362–1378.
38 Mark A. Wood, “Mapping Technology-Harm 39 Emily Van Duyn, “Mainstream Marginalization: Secret
Relations: From Ambient Harms to Zemiosis,” Crime, Political Organizing Through Social Media,” Social
Media, Culture, no. 1998 (2021): 1–18. Media and Society 6, no. 4 (2020): 1–13.

379
JURNAL HAM
Volume 13, Nomor 3, Desember 2022

dan konflik yang dialami oleh masyarakat Pemerintah harus lebih berhati-hati dan
Papua dan lebih mengedepankan terkait dengan dipertanggungjawabkan dalam melakukan
pembangunan Papua dalam pemberitaannya. pengelolaan wacana. Permasalahan utama
Oleh karena itu, pandangan warga tentunya yaitu kekerasan harus lebih diusut untuk dapat
akan berbeda jika melihat Papua itu sendiri. menciptakan wacana positif sesungguhnya dari
Bersamaan dengan hal tersebut juga permasalahan masyarakat dan daerah Papua. Pengadaan acara
kesenjangan representasi ini dapat memfasilitasi formal yang berbasis atau melibatkan unsur
negara untuk melakukan marginalisasi masyarakat Papua sebagai perwakilan menjadi salah satu
Papua dengan memberikan prioritas rendah pada cara yang tepat dalam mendorong kesadaran
kebutuhan deterministik masyarakat Papua untuk serta melakukan promosi Papua yang tidak
memprioritaskan kepentingan nasional.  dilakukan dalam cara yang menghapuskan
Pemberitaan di media yang membentuk realitas pengalaman masyarakat Papua. Cara
representasi masyarakat Indonesia terkait dengan ekstrem seperti mengungkap permasalahan HAM
tanah Papua dapat menimbulkan banyak persepsi yang ada juga menjadi cara ampuh mengurangi
negatif dan cenderung mengarah pada pelanggaran eksistensi pelanggaran HAM. Pemberitaan media
HAM. Terlebih lagi kesenjangan pemberitaan pada akhirnya memiliki potensi glorifikasi postif
media terhadap kenyataan pengalaman masyarakat terhadap wacana Papua jika hal tersebut bisa
Papua berpotensi untuk memfasilitasi atau terlaksana.
mempengaruhi permasalahan yang sudah dialami Penelitian lebih lanjut harus dilakukan
masyarakat Papua menjadi lebih mengenaskan dalam menelaah banyaknya permasalahan HAM
dari pada sebelumnya. Kesenjangan yang ada yang kurang diangkat dalam media baru. Dalam
tersebut juga menjadi sarana tersendiri untuk melihat pelanggaran HAM, berbagai faktor bisa
pemerintah dalam melanggengkan aksinya untuk diteliti sebagai pemicu kemunculan pelanggaran
melakukan banyak pelanggaran HAM terhadap HAM. Faktor-faktor eksternal lainnya juga dapat
warga dan masyarakat Papua dengan berbagai ditinjau dan diteliti lebih lanjut untuk memperjelas
bentuk ketidakadilan dan juga kesenjangan sosial. timbulnya pelanggaran HAM meski sudah tersedia
penegak hukum dan aturan.
SARAN
Fokus utama yang dapat ditawarkan artikel ini UCAPAN TERIMA KASIH
terdapat pada faktor kajian manusia.. Masyarakat Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan
merupakan salah satu aktor terbesar terhadap kehadirat Allah SWT karena atas limpahan
permasalahan HAM yang terjadi di tanah Papua. rahmat dan karunianya maka penulisan ini dapat
Mereka harus dapat mengakses informasi yang terselesaikan. Tulisan ini tidak terlepas dari
tidak hanya bersifat subjektif berdasarkan dari partisipasi serta bantuan dari berbagai pihak
apa yang disampaikan oleh media. Masyarakat didalamnya. Oleh karena itu, penulis ingin
memperlukan kemampuan dalam memilah apa menyampaikan rasa terima kasih yang tulus
yang diterima dari media itu sendiri. Diperlukan kepada Bhakti Eko Nugroho, S.Sos., M.A. dan
literasi media oleh masyarakat untuk lebih teliti Agustin Dea Prameswari, M.Si. sebagai dosen
dalam memilah fakta. Di sisi lain, cara media pengampu Mata Kuliah Media Baru dan Kejahatan
menggunakan pengutaraan dan framing terhadap yang secara khusus telah memberikan bantuan dan
mempresentasikan suatu budaya secara tidak pemberian pemahaman studi.
representatif harus lebih dapat dijaga untuk tidak
menghasilkan esensi negatif. Media seharusnya
bisa lebih etis dan netral dalam pemberitaan
sehingga masyarkaat bisa mengetahui informasi
sebenar-benarnya.

380
Realitas Masyarakat Papua
Logan Gunadi Wirawan; Muhamad Fauzan Farendra; Yoas Lintang

DAFTAR PUSTAKA (2017): 93–104. http://dx.doi.org/10.1080/2


Anderson, Rick. “Fake News and Alternative 005615X.2017.1313021.
Facts: Five Challenges for Academic Kaltenborn, Bjørn P., Eivind F. Kaltenborn,
Libraries.” Insights: the UKSG Journal 30, and John D.C. Linnell. “‘It’s All about the
no. 2 (2017): 4–9. Scenery’: Tourists’ Perceptions of Cultural
APJII. Laporan Survei Internet APJII 2019 – Ecosystem Services in the Lofoten Islands,
2020. Jakarta, 2020. https://apjii.or.id/survei. Norway.” Arctic 72, no. 1 (2019): 1–12.
———. Profil Internet Indonesia 2022. Jakarta, Komnas HAM. Laporan Tahunan Komnas HAM
2022. apji.or.id. Republik Indonesia 2019. Jakarta: Komisi
Creswell, W John, and J David Creswell. Research Nasional Hak Asasi Manusia, 2020.
Design: Qualitative, Quantitative and Lim, Merlyna. “Freedom to Hate: Social Media,
Mixed Methods Approaches. 5th ed. SAGE Algorithmic Enclaves, and the Rise of Tribal
Publications Inc., 2018. Nationalism in Indonesia.” Critical Asian
Dekavalla, Marina. “Understanding Online Safety Studies 49, no. 3 (2017): 411–427. https://
Through Metaphors: UK Policymakers and doi.org/10.1080/14672715.2017.1341188.
Industry Discourses About the Internet.” Lull, James. “Living with Television and the
Television and New Media (2021): 1–19. Internet.” New Media and Society 23, no. 7
Dineen, Jennifer, Mark D. Robbins, and Bill (2021): 1850–1862.
Simonsen. “Social Class: Perception and Sakinofsky, Phyllis, Avril Janks, Treena Clark, and
Reality.” International Journal of Public Karina Hawtrey. “Power Imbalance in Media
Administration 42, no. 1 (January 2, 2019): Representation : An Aboriginal Australian
55–65. Public Relations Experience.” PRism 15, no.
Van Duyn, Emily. “Mainstream Marginalization: 1 (2019): 18–33.
Secret Political Organizing Through Social Schreier, Margrit, Christoph Stamann, Markus
Media.” Social Media and Society 6, no. 4 Janssen, Thomas Dahl, and Amanda
(2020): 1–13. Whittal. “Qualitative Content Analysis:
Firdous, Akmal, Study Program, Communication Conceptualizations and Challenges in
Science, Faculty O F Communication, and Research Practice-Introduction to the FQS
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Special Issue ‘Qualitative Content Analysis
“Papua In Online Media: Framing I.’” Forum Qualitative Sozialforschung 20,
Analysis On The News Of The Papua no. 3 (2019): 1–27.
Conflict Republika.Co.Id and Tirto.Id.” Swart, Joëlle, Chris Peters, and Marcel Broersma.
Muhammadiyah Surakarta Universities, “Navigating Cross-Media News Use: Media
2022. http://eprints.ums.ac.id/101402/. Repertoires and the Value of News in
Gasser, Emily. “The Right to Say Yes: Language Everyday Life.” Journalism Studies 18, no.
Documentation in West Papua.” Australian 11 (2017): 1343–1362.
Journal of Linguistics 37, no. 4 (October 2, Till, Christopher. “Propaganda through ‘Reflexive
2017): 502–526. Control’ and the Mediated Construction of
Gilbert, Paul Carson. “NGOs and Human Rights Reality.” New Media and Society 23, no. 6
Promotion  : Socialisation, Framing, and (2021): 1362–1378.
the Case of West Papua.” University of Viartasiwi, Nino. “The Politics of History in West
Canterbury, 2008. Papua - Indonesia Conflict.” Asian Journal
Jackson, Liz, and Yulia Nesterova. “Multicultural of Political Science 26, no. 1 (2018): 141–
Hong Kong: Alternative New Media 159. https://doi.org/10.1080/02185377.2018
Representations of Ethnic Minorities.” .1445535.
Multicultural Education Review 9, no. 2 Wangge, Hipolitus Ringgi, and Stephanie Lawson.
“The West Papua Issue in Pacific Regional

381
JURNAL HAM
Volume 13, Nomor 3, Desember 2022

Politics: Explaining Indonesia’s Foreign


Policy Failure.” Pacific Review 0, no. 0
(2021): 1–29. https://doi.org/10.1080/09512
748.2021.1931417.
Wincup, Emma. Criminological Research:
Understanding Qualitative Methods.
London: SAGE Publications, Limited, 2017.
Wood, Mark A. “Mapping Technology-Harm
Relations: From Ambient Harms to
Zemiosis.” Crime, Media, Culture, no. 1998
(2021): 1–18.
“Akses Internet Jangkau Pelosok Papua.”
Kementerian Komunikasi Dan Informatika.
Accessed September 21, 2022. https://www.
kominfo.go.id/content/detail/13517/akses-
internet-jangkau-pelosokpapua/0/sorotan_
media.
“Data Pengaduan HAM 2017.” Direktorat
Jenderal Hak Asasi Manusia. Accessed
September 18, 2022. https://ham.go.id/data-
pengaduan-masyarakat-2017/.
“Data Pengaduan HAM 2018.” Direktorat
Jenderal Hak Asasi Manusia. Accessed
September 18, 2022. https://ham.go.id/data-
pengaduan-masyarakat-2018/.
“Data Pengaduan HAM 2019.” Direktorat
Jenderal Hak Asasi Manusia. Accessed
September 18, 2022. https://ham.go.id/data-
pengaduan-masyarakat-2019/.
“Data Pengaduan HAM 2020.” Direktorat
Jenderal Hak Asasi Manusia. Accessed
September 18, 2022. https://ham.go.id/data-
pengaduan-masyarakat-2020/.
“Data Pengaduan HAM 2021.” Direktorat
Jenderal Hak Asasi Manusia. Accessed
September 18, 2022. https://ham.go.id/data-
pengaduan-ham-2021/.
“Presentase Rumah Tangga Yang Pernah
Mengakses Internet Dalam 3 Bulan Terakhir
Menurut Provinsi Dan Klasifikasi Daerah
2019-2021.” Badan Pusat Statistik. Accessed
November 16, 2022. https://www.bps.go.id/
indicator/2/398/1/persentase-rumah-tangga-
yang-pernah-mengakses-internet-dalam-
3-bulan-terakhir-menurut-provinsi-dan-
klasifikasi-daerah.html.

382

You might also like